kedua-duanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang
sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah umur 20 minggu kehamilan tetapi dapat
yaitu penurunan perfusi organ sekunder hingga vasospasme dan aktivasi kaskade
koagulasi. Kondisi ini menjadi komplikasi pada sekitar 3-6% kehamilan dengan insiden
Preeklampsia adalah suatu penyakit yang muncul pada awal kehamilan dan
berkembang secara perlahan dan hanya akan menunjukkan gejala jika kondisi semakin
memburuk.3
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat ini edema pada ibu hamil
dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria ditetapkan apabila dalam urine terdapat
protein ≥ 300 mg/ml dalam urine tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl urin acak tengah
mortalitas ibu yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul saat
Patofisiologi Preeklampsia
trimester pertama, tanda dan gejala belum ditemukan. Namun demikian plasentasi yang
buruk telah terjadi yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi pada
janin, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uterin atau yang lebih
Awal mula terjadi preeklampsi sebenarnya sejak masa awal terbentuknya plasenta
dimana terjadi invasi trofoblastik yang abnormal seperti dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini.
garis otot sehingga diameter pembuluh darah membesar. Vena diinvasi secara
superfisial. Pada kasus preeclampsia, terjadi invasi trofoblast yang tidak lengkap. Invasi
terjadi secara dangkal terbatas pada pembuluh darah desidua tetapi tidak mencapai
setengah lebih kecil dari plasenta yang normal. Selain itu pada awal preeklampsia
terjadi kerusakan endotel, insudasi dari plasma ke dinding pembuluh darah, proliferasi
sel miointimal dan nekrosi medial. Lipid dapat terkumpul pada sel miointimal dan di
dalam kantong makrofag. Akibat dari gangguan pembuluh darah tersebut, terjadi
peningkatan tekanan darah serta kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke plasenta.
Adapun kondisi yang terjadi pada preeclampsia antara lain vasospasme, aktivasi sel
endoteliel, peningkatan respon presor dan juga aktivasi endoteliel dan protein
angiogenik serta antiangiogenik. Proses inflamasi yang terjadi secara sistemik memicu
sehingga tekanan darah meningkat. Kerusakan pada sel endotel pembuluh darah juga
Sel endotel pada ibu dengan preeklampsia tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
melepaskan suatu senyawa pemicu vaso dilatasi, yaitu nitrit oksida. Selain itu endotel
begitu, rasio perbandingan dari prostasiklin : tromboksan berkurang. Hasil akhir dari
semua kejadian tersebut adalah pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat,
cairan keluar dari ruang pembuluh darah. Jadi meskipun pasien mengalami edema atau
pembuluh darahnya.
merupakan suatu asam amino yang bersifat vasokonstriktor poten yang memang
dihasilkan oleh endotel manusia. Peningkatan poten ini terjadi karena proses aktivasi
endotel secara sistemik, bukan dihasilkan dari plasenta yang bermasalah. Pemberian
magnesium sulfat pada ibu dengan preeklampsia diteliti mampu menurunkan kadar
endotelin – 1 tersebut.9
dan antiangiogenik. Proses pembentukan darah plasenta itu sendiri mulai ada sejak
Sistem Kardiovaskuler
Ventrikel kiri jantung dapat membesar karena adanya peningkatan afterload karena
terutama paru. Pada kehamilan normal volume darah mencapai 5000 ml, sedangkan
pada wanita yang tidak hamil volume darah 3500 ml. Jadi terdapat peningkatan 1500
ml. Jika terjadi eklampsia, tambahan volume darah 1500 ml tersebut tidak terjadi atau
terjadi hemokonsentrasi.
darah tersebut sesuai dengan derajat keparahannya. Jika hanya terjadi hipertensi
Ibu dengan eklampsia memiliki sensitivitas yang rendah terhadap terapi cairan yang
agresif sebagai upaya meningkatkan volume darah sesuai dengan volume darah
kehamilan normal. Ibu dengan preeklampsia akan sensitif terhadap kehilangan darah
Trombositopenia
Trombositopenia merupakan temuan yang umum dijumpai pada preeklampsia.
Perubahan lain dapat berupa penurunan faktor-faktor pembekuan dari plasma, serta
perubahan bentuk eritrosit dan trombosit. Hemolisis dapat dipastikan dengan adanya
peningkatan kadar laktat dehydrogenase. Hemolisis, peningkatan enzim hati serum dan
Perubahan hati.
Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis dan thrombosis pada lobus hati. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, skotomata, kejang, kebutaan hingga edema serebri menjadi
Retina
Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lepasnya retina),
menyebabkan penglihatan kabur. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan
oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah
pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri
Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan
sampai sianosis.
Jantung
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin.
Perubahan ginjal.
Terjadi pembesaran glomerulus hingga 20% yang bersifat kurang perdarahan, serta
sumbatan pada lumen kapiler. Terdapat deposit protein dan material seperti fibrin pada
subendotel. Biasanya penurunan tidak lebih rendah dari wanita yang tidak hamil.
glomerolus berkurang, penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan
garam, edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
trombosis.
Klasifikasi Preeklampsia
Preeklampsia dapat digolongkan menjadi preeklampsia ringan dan berat. Untuk lebih
pemeriksaan 6 jam.
pemeriksaan 6 jam
Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil,
5. Gangguan kesadaran
8. Trombosit <100.000/mm
Deteksi dini terhadap kasus preeklampsia dapat dilakukan melalui beberapa cara mulai
dengan cara yang sederhana seperti pengkajian yang komprehensif agar semua
riwayat dan faktor risiko dapat diketahui, sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan dan
intervensi yang tepat dapat diberikan. Deteksi dini terhadap preeklampsia dapat juga
dilakukan melalui intervensi medis baik invasive maupun non invasive. Berikut ini
dijelaskan beberapa cara deteksi dini preeklampsia dari berbagai sumber di berbagai
lakukan lebih sering dengan panduan dari NICE dianjurkan mengkaji tekanan
darah dan dipstik urine pada usia kehamilan 16,28,34,36,38 dan 41 minggu pada
menemukan adanya notch pada usia kehamilan 20-24 minggu, juga kecepatan
janin apakah terdapat PJT/IUGR. Gambaran notch dapat dilihat pada gambar 2
berikut ini.
Gambar 2. Gambaran notch pada arteri uterin Preeklampsia dengan Pemeriksaan
Pemeriksaan NST
Gerakan Janin setiap hari tidak boleh kurang dari 15 kali/hari diluar waktu tidur
ibu
Diagnosi Dini
seperti Tekadan darah meningkat, BB meningkat 1 kilo gram dalam seminggu atau
lebih, agregasi platelet, notch dan lain sebagainya dapat diberikan intervensi untuk
mencegah terjadinya eklmapsia maupun mengurangi kejadian mortalitas janin. Dibawah
ini akan dijelaskan intervensi tersebut dari berbagai sumber antara lain: 9, 13, 14
Penelitian RCT melaporkan bahwa dari 1317 ibu yang diteliti, terjadi penurunan
risiko preeklampsia sebesar 52% ibu pada kelompok intervensi aspirin yang
dimulai pada usia kehamilan 16 minggu. Tetapi pada kelompok ibu yang
studi lain juga melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan penurunan
3. Pemberian magnesium lebih banyak dilaporkan diberikan pada ibu dengan PEB.
untuk mencegah eklampsi dan pada pasien eklampsi untuk mencegah kejang.
4. Pemberian kalsium diberikan pada ibu dengan defisiensi kalsium (Prancis).
Rekomendasi WHO, kalsium perlu diberikan pada ibu dengan asupan kalsium
melaporkan bahwa ibu hamil yang diberikan asam folat sebelum hamil atau sejak
dua kali dosis untuk mencegah neural tube defect yaitu 1 mg.
uteroplasenta.
Penanganan Preeklampsia
maupun intrapartum.
Ibu yang diidentifikasi sebagai resiko tinggi yakni termasuk dalam kelompok
Skrining doppler pada arteri uterina pada usia 20-24 tahun untuk mengetahui
adanya “notch” pada ibu yang berisiko tinggi diperlukan untuk penatalaksanaan
sedini mungkin.
mengkaji tekanan darah dan dipstik urine pada usia kehamilan 16,28,34,36,38
suara Korotkof 1 harus digunakan – suara pertama kali muncul (untuk tekanan
darah sistolik) dan suara Korotkof 5 – suara menghilang (untuk tekanan darah
diagnosis secara tepat. Terdapat banyak alat otomatis untuk mengukur tekanan
darah, namun sebagian besar alat tersebut tidak akurat dalam kehamilan.
pengkajian proteinuria. Uji ini juga rentan terhadap kesalahan pengobservasi dan
penggunaan alat baca uji dipstick otomatis telah terbukti meningkatan ketepatan.
invasive
teratasi
prakonsepsi
antara lain: 11
1. Pre-eklampsia Ringan
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), refleks dan kondisi janin
dan eklampsia
1. Diet biasa
2. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari
dipulangkan:
preeklampsia berat.
Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
aterm
Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan
Penanganan kejang
balon, oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
Penanganan umum
Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi,
Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
koagulopati.
Persalinan
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi alam 12 jam (pada
hipotensi.
Jika anastesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, atau terlalu kecil,
prostaglandin.
Perawatan postpartum
Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih > 110 mmHg dan
pantau urine.
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
1. MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2 % 1 ml IM setiap 4 jam
Siapkan antidotum :
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
2. Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam.
Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per – rektal, dengan
Determinan Preeklampsia
2. Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama
Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini
helper dibandingkan dengan ibu hamil normotensi yang dimulai sejak awal trimester
dua. Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita dengan
Radikal bebas yang dilepas oleh sel desidua akan menyebabkan kerusakan sel
akan membuat radikal bebas lebih toksis dalam merusak sel endotel. Hal ini akan
menyebabkan ganggguan produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler yang akan
mempengaruhi keseimbangan prostasikin dan tromboksan dimana terjadi peningkatan
vaskuler.7
3. Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah
peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti, wanita hamil
yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih
perempuan yang lahir dari ibu yang menderita preeklampsia, mengindikasikan adanya
nampaknya berperan tetapi manifestasi pada penyakit ini secara jelas belum dapat
dijelaskan.7
4. Iskemik Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan myometrium
dalam 2 tahap. Pertama sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu
dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan
otot polos dinding arteri serta mengganti arteri dengan material fibrinoid. Proses ini
selesai pada akhir semester pertama dan pada masa ini proses tersebut telah sampai
mana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga ke
dalam myometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu penggantian
arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan
berbentuk seperti kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi secara pasif untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan, dapat
disebabkan oleh : (1) tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas,
(2) Pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap pertama invasi sel trofoblas
secara normal tetapi invasi tahap kedua tidak berlangsung sehingga bagian arteri
spiralis yang berada dalam myometrium, tetapi mempunyai dinding muskulo elastic
yang reaktif sehingga masih terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu terjadi juga
arterosis akut (lesi seperti arteroskllerosis) pada arteri spiralis yang dapat menyebabkan
lumen arteri bertambah kecil atau bahkan mengalami obstruksi. Hal ini akan
5. Disfungsi Endotel
fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
endotel.
6. Usia Ibu
Semakin tua usia ibu, semakin berisiko terjadinya preeklampsia. Usia ibu memiliki risiko
1,40 (IK 95%; 1,31-1,51) terjadi preeklampsia, sementara usia ibu ≥ 35 tahun berisiko
1,95 (IK 95%; 1,80-2,12) terjadi preeklampsia. Studi lain menginformasikan bahwa usia
ibu yang lebih tua yaitu 40 tahun lebih besar resikonya mengalami preeclampsia atau
meningkat 2 kali lipat. Sementara itu studi di Amerika melaporkan bahwa pada
kelompok ibu hamil yang lebih tua lebih banyak mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan kelompok ibu yang berusia lebih muda. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh
perilaku ibu hamil pada kelompok yang lebih muda sebagai perokok. Pada kelompok
tersebut kejadian preeklampsia justru lebih rendah. Penelitian lain menyebutkan bahwa
tidak terbukti merokok dapat mengurangi risiko kejadian preeklampsi dilaporkan Payne
dkk dari penelitian yang dilakukan di beberapa Negara. Studi lanjut mengenai hal
tersebut perlu dilakuan untuk membuktikan hasil penelitian yang konsisten. 2, 6, 14, 19, 20
7. Tingkat Pendidikan
rendah tingkat pendidikan ibu semakin berisiko terjadi preeklampsia. Ibu yang
preeclampsia.19
kali pebih besar terjadi preeklampsia OR 3,90 (IK 95%; 3,52-4,33) sedangkan IMT 20
sampai < 26 lebih rendah risikonya terhadap kejadian preeklampsia dengan OR 1,71
(IK 95%; 01,61-1,81). Hal yang sama juga dilaporkan dari studi kohort yang dilakukan di
Amerika bahwa IMT berhungan pereklampsia. Sedangkan sumber lain menyatakan IMT
yang meningkat sebelum kehamilan beresiko mengalami preeklampsia 2,5 kali lebih
besar. Sedangkan jika IMT meningkat selama pemeriksaan Antenatal (ANC) atau juga
2, 6, 14, 19
beresiko 1,5 kali lebih besar mengalami preeclampsia.
9. Paritas
Nulipara lebih berisiko terjadinya preeklampsia dengan OR 2,04 (IK 1,92-2,16). Sumber
lipat.6, 19
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik sangat tinggi risikonya yakni 7 kali lebih besar
terjadi preeklampsia dengan OR 7,75 (IK 95%; 6,77-8,87). Pada hipertensi kronis terjadi
jejas pada endotel vaskuler yang dapat menyebabkan hipertropi dan proliferasi sel
endotel vaskuler hingga kerusakan endotel. Studi lain menyatakan bahwa jika terjadi
peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg, maka resiko preeklampsia
Ibu dengan riwayat preeklampsia sebelumnya memiliki risiko 7 kali lipat mengalami
preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Penelitian lain melaporkan bahwa ibu dengan
Ibu dengan riwayat diabetes gestasional berisiko 2 kali lebih besar terjadi preeklampsia
dengan OR 2,00 (IK 95%; 1,63-2,45). Hal yang sama juga dilaporkan dari studi yang
gestasional. 2, 14, 19
Penyakit jantung memberikan resiko 2 kali lebih besar terhadap kejadian preeklampsia
Anemia berat memberikan resiko 2 kali lebih besar terjadinya preeklampsia, OR 2,98
(IK 2,47-3,61).19
Kunjungan ANC yang rendah lebih berisiko terjadinya preeklampsia dengan OR 1,41
adanya kelaianan plasentosis dan fungsi trofoblas. Pada kehamilan ganda terjadi
hiperplasia plasenta yang diikuti dengan peningkatan jumlah produk yang dihasilkan
Referensi lainnya membagi faktor risiko menjadi 3 bagian yaitu risiko yang
pneyakit terdahulu, dan risiko yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat
ekstrim: terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, pasangan/suami yang
diabetes gestasional.
Faktor resiko preeklampsi menurut tingkat resiko dapat dilihat dibawah ini: 13
Risiko Sedang
3. Kehamilan Kembar
Resiko Tinggi
1. Hipertensi kronis
4. Diabetes
5. Penyakit Autoimun
Sumber : Bothamley and Boyle,25 Cunningham et al,7 WHO,9 Bilano et al,19 Ananth
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=yaJgK2znkmMC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.
2. Ananth CV, Keyes KM, Wapner RJ. Pre-eclampsia rates in the United States
1980-2010: age period- cohort analysis. the bmj. 2013;347. Epub 7 November
2013.
4. National Heart Lung and Blood Institute. National High Blood Pressure Education
from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2011/WHO_RHR_11.30_eng.pdf.
10. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
11. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan
http://www.thrombosisresearch.com/article/S0049-3848(99)00224-8/pdf.
http://www.perkinelmer.com/Content/RelatedMaterials/BKT_Preeclampsia.pdf.
Jaypee. 2008;2(1):48-55.
16. Nakatsuka M, Takata M, Tada K, Asagiri K, Habara T, Noguci S, et al. A ong term
17. Silver HM. Mechanism of increased maternal serum total activin A and inhibin A
19. Bilano VL, Ota E, Ganchimeg T, Mori R, Souza JP. Risk Factor of Pre-Eclampsia
and its adverse outcomes in low- and middle income countries : a WHO
20. Payne BA, Hutcheon JA, Ansermino M, Hall DR, Bhutta ZA, Bhutta SZ, et al. A
risk prediction model for the assessment and triage of women with hipertensive
1999;155(293-301).
22. Birdsall M, Ledger W, Groome N, Abdalla H, Mutukrishna S. Inhibin A and Activin
1997;82:1557-60.
24. Wallace E, Kolsky M, Edwards, Baker, Jenkin G. Maternal serum activin A levels
25. Bothamley J, Boyle M. Medical Conditions Affecting Pregnancy and Childbirth [e-