O LE H :
F a t i r M. N a t s i r
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam masa kehamilan, persalinan,
nifas rata-rata 16 s/d 17 ribu. Umumnya menetap. Penyebab utama kematian tentu
berasal dari komplikasi ringan hingga berat yang lambat, sukar, hingga tidak
tertatangani sama sekali. Undang-undang nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik
kedokteran memuat pasal-pasal yang berkaitan dengan dokter-pasien. Komunikasi
dokter-papsien tidak lagi seperti dulu, yang diwarnai oleh superioritas dokter dan
inferioritas pasien.
Pada kali ini kita akan menyoroti salah satu sindrom / gejala tubuh yang sering
ditemui pada masa kehamilan yakni edema. Edema adalah penimbunan cairan tubuh
yang diakibatkan oleh gangguan sistem tekanan cairan tubuh, kerusakan endotel,
maupun reaksi farmakosintesis yang terjadi pada tubuh yang diakibatkan oleh banyak
faktor. Edema pada kasus kehamilan patofisiologinya cukup unik sebab dapat
disebabkan oleh faktor internal dna eksternal. Faktor internal dapat mengarah pada
reaksi hormon tubuh pada masa kehamilan, pula bisa pada penyakit bawaan dan
penyerta yang dapat menyebabkan edema hingga berada pada momentum yang sama
2
pada masa kehamilan. Dari faktor eksternal, faktor mekanik lingkungan (gravitasi) dan
lain-lain adalah faktor prodesposisi penyebab terjadinya edema. Meski demikian,
pengenalan gejala klinis dan patofosiologi adalah hal penting dalam penatalaksanaan
kasus edema guna tidak berujung pada kerusakan limfatik, vaskuler, dan sistim ekresi
yang dapat memperparah kondisi tubuh dan janin hingga berujung pada kematian.
3
BAB II
DEFINISI
I. EDEMA
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan diantara sel-sel tubuh atau
di dalam berbagai rongga tubuh, hal ini sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor
yang mengkontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik sistem
kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta berpindahnya
air dari intravaskular ke intersitium.Volume cairan interstitial dpertahankan oleh hukum
starling. Menurut hukum starling, kecepatan, arah perpindahan air, dan zat terlarut
termasuk protein antara kapiler dan jaringan sangat dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
hidrostatik dan osmotik masing-masing kompartemen. Tekanan osmotik adalah tekanan
yang dihasilkan molekul protein plasma yang tidak permeabel melalu membran kapiler.
Proses pemindahan ini melalui proses difusi, ultrafiltrasi, dan reabsorbsi. Faktor yang
terlibat adalah perbedaan tekanan hidrostatik intravaskular dengan ekstravaskular 3.
A. Edema Intraseluler
4
natrium dalam sel menimbulkan osmosis air dalam sel, sehingga edema dapat
terjadi pada jaringan yang meradang.
B. Edema Ekstraseluler
Edema ini terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ekstraseluler.
Terjadinya pembengkakan ekstraseluler, karena dua kondisi yaitu :
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Reaksi yang paling nyata diantara
banyak reaksi ibu terhadap hormon kehamilan yang berlebihan adalah peningkatan
ukuran berbagai organ-organ kehamilan. Kadang menyebabkan timbulnya edema,
jerawat, maskulinasi, dan gambaran akromengali 10.
5
Kondisi hamil menyebabkan berbagai perubahan struktur dan fisiologi tubuh
seorang wanita. Perubahan ini merupakan bentuk adaptasi dengan adanya fetus yang
terus tumbuh dan berkembang di dalam uterus. Perubahan terjadi di hampir seluruh
sistem tubuh wanita hamil, termasuk sistem urinaria dan keseimbangan cairan dalam
tubuh 6. Dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pereeklampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi kecuali generalisata. Perlu dipertimbangkan
faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan. Bila didapatkan edema
generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. 9
6
ginjal dan GFR (Glomerular filtration rate) / laju filtrasi glomerolus juga sangat
meningkat 1.
BAB III
GAMBARAN KLINIS
Edema seringkali terjadi pada ekstremitas bawah wanita hamil. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya arus balik darah vena akibat Vena cava inferior yang
terkompresi oleh pertumbuhan janin. Penurunan arus balik tersebut mengakibatkan
adanya akumulasi cairan di bagian bawah tubuh apalagi jika wanita hamil berdiri
dalam waktu lama. Selain itu, pada masa kehamilan juga terjadi penurunan tekanan
osmotik koloid interstisial akibat dari meningkatnya volume cairan ekstrasel.
Dengan adanya penurunan tekanan osmotik interstisial, maka osmosis akan lebih
mudah terjadi menuju ke daerah interstisial. Hal ini yang kemudian menyebabkan
terjadinya edema yang umumnya terjadi pada tahap akhir kehamilan.2,3
7
yang dapat melebar di bawah peningkatan tekanan ini, sehingga
semakin lebar dan kapasitasnya meningkat 11
.
Gambar.
Faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan edema termasuk tekanan hidrostatik dari ruang
interstitial dan intravascular, dan tekanan onkotik plasma dan interstitium. Permeabilitas membran -
kapiler menentukan pergerakan osmotik partikel aktif antara ruang intravaskular,
dan ekstravaskular
8
timbunan trombosit, dan vaasokontriksi pembuluh darah yang mengakibatkan
gangguan perfusi dan metabolisme organ vital dalam bentuk ekstravasasi cairan
menuju ekstravaskular, menimbulkan edema lokal tibia hingga anasarka 10 .
9
a. Edema Pada Organ Jalan Lahir
10
responsivitas berlebihan dari tubuh terhadap ransangan saraf simpatis normal dapat
berperan menyebabkan Hipertensi 9.
Klasifikasi yang dipakai Indonesia adalah berdasarkan Report of the national High
Blood Pressure Education Working Group on High Pressure in Pregnancy tahun
2001 yakni 9 :
TABEL.3
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO
11
TABEL.4
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JOINT NATIONAL COMMITTEE 7
12
tahanan perifer tidak lagi Sekitar 5 hingga 7% wanita hamil mengalami peningkatan
tekanan darah arteri secara mendadak hingga ke level hipertensi (>140/90 mmHg)
pada beberapa bulan terakhir kehamilan. Hal ini dihubungkan dengan terjadinya
proteinuria (>300 mg/hari). Kondisi yang disebut preeklampsia ini
ditandai dengan retensi air dan garam berlebih oleh ginjal,
hipertensi mendadak, proteinuria, sakit kepala, dan edema yang
bersifat general .
1, 7
13
Gambar. Edema pada tungkai kaki
14
d. Edema Paru
15
Gambar. Edema cerebri
f. Edema Papil
16
Tabel. Alur Disfungsi Endotel
17
BAB IV
DIAGNOSIS BANDING
18
Reabsorbsi Na+ di tobulus proksimal tidak dapat mengimbangi GFR yang
tinggi. Selain itu esterogen menghambat kanal K+ di tobulus proksimal. Depolarisasi
Edema, proteinuriam dan hipertensi (EPH) terjadi pada sekitar 5 % wanita hamil seperti
pada kasus Preeklampsia, toksemia gravidarum, atau EPH-gestosis. Gejala ini
mengarah pada kerusakan ginjal sehingga digunakan istilah Nefropati (Kerusakan
6
ginjal) pada kehamilan. Pelepasan Trombokinase dari plasenta secara patofisiologis
mungkin merupakan faktor yang berhubungan. Peransangan pembekuan darah
menyebabkan pengendapan fibrin, misal di glomerolus yang menyebabkan penebalan
membran basalis dan kerusakan sel endotel. Kerusakan glomerolus dapat menerangkan
terjadinya Proteinuria. Kerusakan pembuluh darah perifer di tempat yang sesuai
menyebabkan pembentukan edema dengan mengorbankan volume plasma sehingga
volumenya berkurang. 1
19
Acute nephritic syndrome dan rapidly progressive
glomerulonephritis
Sindrom Nefrotik
2. Sirosis Hepatis
20
Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang
intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati
cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan
teraba benjol-benjol (noduler) 3.
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan
darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti
pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan
dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini
cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-
angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis
ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun
sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang
berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. 3
21
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. Gagal jantung
adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (Caridiac
Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan
pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di system
vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif. Ibu hamil yang memiliki
kelainan bawaan jantung dapat beresiko terjadi pada masa kehamilan. Bila didukung
oleh riwayat Hipertensi dan Pre-Eklampsia.4
22
BAB VI
PEMBAHASAN
Meskipun edema dalam masa kehamilan merupakan hal yang lazim, namun.
perhatian edema secara khusus lebih serius pada saat Pre-eklampsia. Disfungsi endotel
juga menyebabkan permeabilitas vaskular meningkat sehingga menyebabkan edema
dan proteinuria. Disfungsi endotel diakibatkan oleh Shear stress hemodinamik, Jika
terjadi disfungsi endotel maka pada permukaan endotel akan diekspresikan molekul
adhesi. seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan intercellular cell
adhesion molecule-1 (ICAM-1). Jika endotel mengalami gangguan oleh berbagai hal
seperti shear stress hemodinamik, stress oksidatif maupun paparan dengan sitokin
inflamasi dan hiperkolesterolemia, maka fungsi pengatur menjadi abnormal dan disebut
disfungsi endotel. Kerusakan endotel pembuluh darah akan
mengakibatkan timbunan trombosit dan vasokontriksi pembuluh
darah hingga turut mengakibatkan gangguan perfusi dan
metabolisme organ vital dalam bentuk ekstravasasi cairan, menuju
ekstravaskuler hingga menimbulkan edema 6.
23
BAB VII
PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
24
Penatalaksanaan edema pada kehamilan adalah dengan pemberian obat
golongan diuretik namun direkomendasikan untuk tidak diberikan secara rutin,
kecuali bila terdapat edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
hal ini karena diuretikum (senyawa diuresis) dapat memperberat hipovolemia
(kehilangan volume cairan) hingga memperburuk perfusi utero-plasenta,
meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi janin, dan menurunkan
berat janin. Selain itu pemberian diuretikum memiliki kerugian yang lebih besar
dari keuntungan 6.
25
BAB V
KESIMPULAN
Sedangkan disisi lain komplikasi dapat terjadi pada masa kehamilan seperti :
26
pertanda beratnya kondisi pada pre-eklampsia berat hingga eklampsia. Penanganan
edema lokalisata dapat dapat dilakukan dengan tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada Vena cava inferior dan diet natrium.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11 th ed. Philadelphia: Elsevier;
2006. p. 515-518.
4. Benzion, Taber. Kapita selekta ; Kedaruratan Obstetri & Ginekologi; Alih bahasa;
Teddy Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2, Jakarta, EGC.1994 p
113
5. Cho, Shaun. Atwood, Edwin. In Journal Periperhal Edema. 2002. Stanford University,
United States.
6. Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetri Ginekologi
dan KB. FK.UNUD, 1976. P 110-120
28
8. Crown, Elizabeth. Patophysiology of handbook. East washington square, philadelphia
1996. Alih bahasa : Brahm dkk. ; Buku saku patofisiologi. Jakarta, 2001. P 482-492
10. James, David K, et all. Hypertension Disorders of Pregnancy in High Risk Pregnancy
Management Option 3rd Edition. Elsevier Sounders, Philadhelpia, 2006 P 320-1089.
29