Disusun Oleh :
ANA HIKMATUL FAJRI 1904171
INDRI YULIANI 1904187
ROSIDAH 1904199
BAB I
PENDAHULUAN
• Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan
ketuban beserta komponennya ke dalam
sirkulasi darah ibu
• 25% wanita yang mengalami kasus ini
Latar meninggal dalam waktu 1 jam
belakang • EAK (Amniotic fluid embolism) prevalensinya 1
: 8000 sampai 1 : 80000
B. Emboli Ketuban
Menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG Emboli air
ketuban (EAK) adalah masuknya cairan ketuban
beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu.
Masuknya cairan ketuban ke dalam sirkulasi melalui
dua tempat yaitu vena endocervical dan daerah
utero plasenta
C. ETIOLOGI
Multiparitas
dan Usia lebih
dari 30 tahun
Insidensi yang
tinggi
Janin besar
kelahiran
intrauteri
dengan
operasi
Kontraksi Kematian
uterus yang janin
kuat intrauteri
Menconium
dalam cairan
ketuban
D. Fisiologi
Volume cairan
amnion pada
Kantung amnion keadaan aterm
Amnion terbentuk
pada hari ke-10 adalah sekitar
pada hari ke- 7
sampai ke-12 antara 400 ml -
atau ke-8, kantung
selanjutnya 1500 ml. Pada
kecil yang
berkembang dan kehamilan 10
menutupi
akan tumbuh minggu rata-rata
permukaan dorsal
menekan mudigah volume adalah 30
mudigah
. ml, dan kehamilan
20 minggu 300 ml,
30 minggu 600 ml
E. PATOFISIOLOGI
cairan ketuban dan sel-sel janin memasuki sirkulasi ibu, mungkin memicu
reaksi anafilaksis terhadap antigen janin.
Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan
masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang
mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok
sepsis. Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di
paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa
menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan
sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.
Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi
vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan
aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat
iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan
pernafasan.
Fase II adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar
dengan rahim atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ).
F. Tanda dan Gejala G. Gambaran Klinis H. Pemeriksaan
• Hipotensi ( syok ) Jika sesak juga Diagnostik
• Gawat janin didahului dengan • Gas darah arteri
• Edema paru atau gejala mengigil yang • Tekanan vena sentralis
sindrom distress diikuti dyspnea , • Gambaran koagulasi (
pernafasan dewasa. fibrinogen, hitung
vomitus , gelisah , dll
• Henti kardiopulmoner jumlah trombosit,
disertai penurunan massa protrombin,
• Sianosis
tekanan darah yang produk pecahan fibrin.
• Koagulopati
cepat serta denyut Dan massa
• Dispnea / sesak nafas
yang sekonyong – nadi yang lemah dan trombo[lastin parsial )
konyongnya cepat, timbul edema biasanya abnormal ,
pulmoner menunjukkan DIC.
• Kejang , kadang
perdarahan akibat KID • EKG
merupakan tanda awal. • Keluaran urin
• Foto Thorax
I. PENANGANAN
1. Penanganan Primer : Terapi krusnal, Penggatian cairan
intravena & darah, Oksitosin, Morfin (10 mg), Heparin,
Amniofilin ( 250 – 500 mg ), Isoproternol, Kortikosteroid,
Oksigen, dan sediaan plasma beku segar dan sediaan trombosit.
Resusitasi cairan
Terapiperdarahan pasca
persalinandenganoksitosin
B. SARAN
mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan kebidanan
emboli cairan ketuban