BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi syarat dari
Program Pendidikan Internsip Dokter Indonesia di RSU Dr. Ferdinand Lumban
Tobing Sibolga secara umumnya, dan dapat menjadi panduan untuk para pembaca
secara khususnya. Pengetahuan mengenai abortus secara komprehensif penting untuk
membantu dokter dalam menangani kasus ini dengan tepat sehingga dapat melakukan
upaya pelayanan kesehatan maksimal baik dari segi preventif maupun kuratif.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena
volume air ketuban tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat
adalah AFI yang kurang dari presentil 5 (lebih kurang AFI yang <6,8 cm saat hamil
cukup bulan).3
Fetal:
Abnormalitas kromosom
Anomali kongenital
3
Maternal
Insufiensi Uteroplasental
Hipertensi
Preeklamsia
Diabetes
Obat-obatan
Inhibitor sintesa prostaglandin
ACE inhibitor
Idiopatik4
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya
campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel
epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar
800 ml, atau antara 400ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu
rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml.
Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan
janin sendiri. Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya
memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan
amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan
bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin
dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai
kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam
memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan
amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam
antara plasma ibu dan cairan amnion.5
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis
ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada
janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.2
5
1. Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai
memproduksi urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai
kehamilan aterm. Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin
7
secara 3 dimensi setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin
adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan
meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm. Rabinowitz dan kawan-
kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan yang dilakukan Wladimirof
dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan menemukan
volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel menunjukkan rata-rata
volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi,
produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/hari pada kehamilan
aterm.1, 2, 5, 7, 8, 9
2. Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan
amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-paru
janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi
tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun
pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini
memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin
bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar
melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan
dalam pembentukan cairan amnion.1, 2, 5, 7, 8, 9
3. Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba,
proses menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan.Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan
secara bertahap dengan volume sekitar 100-300 ml/kg/hari. Banyak teknik berbeda
yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan amnion yang ditelan dengan
menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat sulit
untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan menginjeksi
kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan rata-rata menelan
janin adalah 72 sampai 262ml/kg/hari.1, 5, 6, 7, 8, 9
8
4. Absorpsi Intramembran
Satu penghalang utama dalam memahami regulasi cairan amnion adalah
ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh ginjal dan paru janin, dengan
konsumsinya oleh proses menelan. Jika dihitung selisih antara produksi dan
konsumsi cairan amnion, didapatkan selisih sekitar 500-750 ml/hari, yang tentu saja
ini akan menyebabkan polihidramnion. Namun setelah dilakukan beberapa
penelitian, akhirnya terjawab, bahwa sekitar 200-500 ml cairan amnion diabsorpsi
melalui intramembran. Gambar menunjukkan distribusi cairan amnion pada fetus.
Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa terdapat
keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion pada
kehamilan normal.9
melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah
20 minggu, kornifikasi kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion
terutama terdiri dari urin janin.Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin,
dan asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang
mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini
bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan
amnion berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion
secara keseluruhandan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan membentuk
sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid,
karbohidrat, lipid, dan hormon.2, 7, 8
Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan amnion, di antaranya
adalah protein total, albumin, globulin, alkalin aminotransferase, aspartat
aminotransferase, alkalinfosfatase, -transpeptidase, kolinesterase, kreatinin
kinase, isoenzim keratin kinase, dehidrogenase laktat, dehidrogenase
hidroksibutirat, amilase, glukosa, kolesterol, trigliserida, High Density Lipoprotein
(HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-low-density lipoprotein (VLDL),
apoprotein A1 dan B, lipoprotein, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek,
sodium, potassium, klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea, kreatinin,
anion gap , urea, dan osmolalitas.2, 7, 8
Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor, EGF) dan factor
pertumbuhan mirip EGF, misalnya transforming growth factor-, terdapat di cairan
amnion. Ingesti cairan amnion ke dalam paru dan saluran cerna mungkin
meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan
inspirasi dan menelan cairan amnion. 1-7 Beberapa penanda (tumor marker) juga
terdapat di cairan amnion termasuk -fetoprotein (AFP), antigen karsinoembrionik
(CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125), dan 199 (CA-199).1, 2, 5, 7, 9
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dindind rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.10,11
Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang)
Tidak terbentuk air kemih
Gawat pernapasan12
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus
terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu
yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan
gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari
ukuran normal dan bagian bagian janin mudah diraba. Presentasi bokong dapat
11
terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin sudah terdengan lebih
dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak, persalinan
lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban
pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.13
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi
empat kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri,
umbilikus untuk kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong
amnion di setiap kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau ekstremitas janin
diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI normal
adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan sebagai kurang dari 5,0
cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel 1).15
Severe Oligohydramnion 5
Normal 8.1-24.0
Polyhydramnion >24
12
Penilaian subjektif 14
Dalam keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan dikelilingi oleh
cairan amnion. Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat dapat terlihat jelas.
Kantung-kantung amnion terlihat di beberapa tempat, terutama pada daerah
diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding depan dan belakang uterus.
Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat sebagian dari tubuh janin
bersentuhan dengan dinding depan uterus.
Penilaian Semikuantitatif 14
6. Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri,
kanan, dan punggung, lalu rekam
8. Bolus dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan
amnion;
15
9. Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam,
yang paling sering digunakan adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan
hasilnya positif jika didapati penurunan keparahan deselerasi, mekonium
berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan dikatakan
negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada
peningkatan pada pola DJJ.
Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat,
tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio plasenta, infeksi uterus, maternal
chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena cairan terlalu
dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 5).
Pada studi yang dilakukan oleh Paztor, angka survival meningkat 49,1%
dan merupakan hasil yang memuaskan. Keberhasilan ini ditinjau dari tingginya
waktu laten dan penurunan drastis kejadian hipoplasia pulmonal. Komplikasi
metode ini berupa ketuban pecah dini iaotrgenik.
2.8. Komplikasi
2.9. Prognosis
Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat dengan
hipoplasiapulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang
menderita hypoplasia pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus
hipoplasia paru, efektivitas pengobatan seperti pemberian surfaktan , ventilasi
frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui efektivitasnya . Prognosis dalam
17
kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia kehamilan saat
terjadinya oligohidramnion.13
BAB 3
LAPORAN KASUS
Anamnesis: Pasien G1P0A0, HPHT 30 November 2016, datang dengan keluhan keluar air-air dari
kemaluan yang dialami sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, air keluar sedikit-sedikit,
sehingga pasien harus mengganti celana 5 kali/hari. Riwayat merasakan pergerakan janin
berkurang dialami sekitar 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat mules-mules seperti mau
melahirkan tidak dijumpai. Riwayat keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak dijumpai.
Riwayat demam, pusing, mual dan muntah hebat tidak dijumpai. Riwayat menggunakan obat-
obatan selama kehamilan tidak dijumpai. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien rutin kontrol
kehamilan dengan bidan, Pasien control ke Sp.OG pada tanggal 13 September 2017 dari hasil USG
dinyatakan oligohidramnion berat dan dianjurkan untuk operasi SC.
Riwayat Menstruasi :
Usia Menarche : 14 thn Siklus haid : 28 hari Lama Haid : 4-5 hari
Dismenorrhea (-) Menorrhagia (-) Metrorrhagia (-)
HPHT : 30 November 2016 Perkiraan Lahir : 7 September 2017
19
Riwayat Perkawinan :
Nama Suami : Tn A
Pekerjaan : Nelayan
Usia : 28 thn
Menikah pada usia 26 thn dengan Ny. R pada usia 24 thn.
Riwayat Keluarga :
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, dan perdarahan dalam kehamilan pada keluarga pasien.
Status presens
KU : baik Kesadaran: CM TD : 120/80 mmHg
Nadi :72x/i, reguler RR:16 x/i
Suhu: 37C Sianosis : (-)
Edema (-) Pucat (-)
Pemeriksaan Fisik:
Kepala : konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher: TVJ : R-2 cmH2O
Dinding toraks:
Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : SF Kanan = Kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi
Jantung: S1 (N) S2 (N) S3 (-) S4 (-) Regular, HR 72x/i regular Murmur (-)
Paru: Suara pernafasan vesikuler
Suara tambahan : ronki basah basal (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen :
20
Inspekulo
Tidak dilakukan pemeriksaan
VT
Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosa Kerja : Fetal Distress + Oligohidramnion Berat + PG + KDR (Post Date 7 hari)
+ PK + AH
Pengobatan:
- Tirah baring total
- Konsul Sp.OG
- Oksigen 2-4 lpm nasal kanul
- IVFD RL 20 gtt/i
- Ij. Ceftriaxone 2g/ST (profilaksis)
- Ij. Dexamethasone 3 amp
- Pantau DJJ
- Persiapan operasi SC
Diagnosis Prabedah : Fetal Distress + Oligohidramnion Berat + PG + KDR (Post Date 7 hari) +
PK + AH
Diagnosis Pascabedah : Post operasi SC atas indikasi fetal distress + oligohidramnion berat
BAB 4
DISKUSI DAN ANALISIS KASUS
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus
terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu
yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan
gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari
ukuran normal dan bagian bagian janin mudah diraba.
TEORI KASUS
Etiologi
Fetal: Pada pasien ini, PROM (+),
Abnormalitas kromosom kehamilan post term (+)
Anomali kongenital
Hambatan pertumbuhan janin
dalam rahim
Kehamilan post term
Premature ROM (rupture of
amniotic membrane)
Maternal
Insufiensi Uteroplasental
Hipertensi
29
Preeklamsia
Diabetes
Obat-obatan
Inhibitor sintesa prostaglandin
ACE inhibitor
Idiopatik4
Pemeriksaan Penunjang
USG : AFI < 8.1 cm AFI pada pasien 1 cm
Penatalaksanaan Persalinan dengan sectio caesarea
Kompresi tali pusat selama proses
persalinan biasa terjadi pada
oligohidramnion, oleh karena itu persalinan
dengan sectio caesarea merupakan pilihan
terbaik pada kasus oligohidramnion.
Prognosis
Fetal distress Fetal Takikardia
Aspirasi meconium
Kematian neonates
Pertumbuhan janin terhambat
Malformasi janin
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K. Williams
obstetrics. 22nd. NewYork: McGRAW Hill Medical Publishing Division. 2005:296-299.
5. Fox H. The placenta, membranes, and umbilical cord. In: Chamberlain G, Steer P, editors.
Turnbull's obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002.
6. Chamberlain G. Obstetrics by 10 teachers. 16th ed: Oxford University Press; 1997. p. 13-
14.
7. Owen P. Fetal assessment in the third trimester: fetal growth and biophysical methods. In:
Chamberlain G, Steer P, editors. Turnbulls obstetrics. 3rd ed. London: Churchill
Livingstone; 2002. p. 147-149, 141-143.
8. Tong X-L, Wang L, Gao T-B, Qin Y-G, Qi Y-Q, Xu Y-P. Potential function of amniotic
fluid in fetal developmentnovel insights by comparing the composition of human
amniotic fluid with umbilical cord and maternal serum at mid and late gestation. Journal
of the Chinese Medical Association. 2009;72(7):368-373.
10. Danforth DN, Gibbs RS. Danforth's obstetrics and gynecology: Lippincott Williams &
Wilkins. 2008.
11. Neilson J. Fetal medicine in clinical practice. In: Edmonds K, editor. Dewhursts textbook
of obstetrics and gynaecology for postgraduates. 6th ed. London: Blackwell Publishing;
1999.
31
12. Barbati A, Di Renzo GC. Main clinical analyses on amniotic fluid. Acta bio-medica: Atenei
Parmensis. 2003;75:14-17.
13. Carter BS, Boyd RL. Polyhydramnios and Oligohydramnios. 2015. Available from:
http://reference.medscape.com/article/975821-overview. [Accessed 15 September 2017]
14. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka. 2010.
15. Lockwood CJ, Queenan JT, Spong CY. Management of High-risk Pregnancy: An
Evidence-based Approach: Blackwell Publishing. 2007.
16. Suchet IB. Ultrasound Assessment of Amniotic Fluid Canada. 2013. Available from:
http://www.fetalultrasound.com/online/text/3-063.HTM. [Accessed 15 September 2017]
19. Norwitz ER, Schorge JO. Obstetrics and Gynecology at a Glance: Blackwell Science.
2001.