EGG GRADING
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Grading” ini dengan baik. Laporan ini mengamati kualitas interior dan eksterior
yang terdapat pada praktikum. Tujuan praktikum adalah memperluas ilmu dan
Penulis mengucapkan terima kasih pada Ir. Dani Garnida, MS. dan
Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.,D selaku dosen mata kuliah Produksi
membimbing kami dalam praktikum ini. Kami juga berterima kasih kepada Iwan
Hadiana, S.Pt sebagai teknisi laboratorium produksi ternak unggas serta Arezah
bermanfaat begi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ........................................................... 1
1. 2 Identifikasi Masalah ................................................... 2
1. 3 Maksud dan Tujuan .................................................... 2
1. 4 Manfaat Praktikum ..................................................... 2
1. 5 Waktu dan Tempat ..................................................... 3
2. 5 Keutuhan Telur.......................................................... 4
2. 6 Kebersihan Telur........................................................ 5
2. 7 Rongga Udara Telur................................................... 6
2. 8 Haugh Unit.................................................................. 6
2. 9 Kondisi Albumen....................................................... 4
2. 10 Kebersihan, Bentuk, dan Besar Yolk......................... 5
2. 11 Tebal Kerabang.......................................................... 6
2. 12 Bobot Bagian-bagian Telur......................................... 6
2. 13 Indeks Yolk................................................................ 4
iii
2. 14 Indeks Albumen......................................................... 5
III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA ..................... 8
3. 1 Alat ............................................................................ 8
3. 2 Bahan ......................................................................... 8
3. 3 Prosedur Kerja ........................................................... 8
LAMPIRAN ......................................................................... 23
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Dipecahkan……………….................................................................... 34
Telur……………….................................................................... 34
5 Tambahan Hasil
Pengamatan ......................................................................................
7 Shape Index……………….................................................................... 34
8 HU ......................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Distribusi Tugas……………….................................................................... 34
vi
1
I
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang mudah didapatkan dan
memiliki harga yang ekonomis. Bahan pangan yang satu ini yaitu telur merupakan
sumber protein hewani yang sangat baik dan penting dibutuhkan oleh tubuh.
Dewasa ini, banyak sekali masyarakat yang menjadikan telur sebagai bagian dari
setiap menu makanan yang terhidang di meja makan setiap harinya. Selain kaya
akan nutrisi, telur juga banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam pengolahan
makanan.
mempunyai nilai gizi yang tinggi & nilai fungsional yang tinggi dalam proses
pengolahan makanan yang berbahan dasar dari telur. Namun demikian, yang
perlu diketahui yaitu telur juga merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan
pathogen.
Sehingga penanganan dan pengetahuan mengenai kualitas interior dan
eksterior telur sebagai bahan pangan ataupun sebagai telur tetas menjadi sangat
penting sebelum telur itu dikonsumsi ataupun ditetaskan. Oleh karena itu, butuh
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi (Santoso dan Wijanarko, 1982). Telur
dengan sempurna. Telur selain dibungkus dengan kulit keras yang berfungsi
(Muchtadi dkk., 2010). Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah telur
dikonsumsi (Mulyantini, 2010). Dalam telur protein lebih banyak terdapat pada
kuning telur yaitu sebanyak 16,5% sedangkan pada putih telur sebanyak 10,9%
(Zulfikar, 2008). Bentuk telur berbagai jenis unggas pada umumnya memiliki
bentuk oval atau lonjong. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang
Struktur telur terdiri atas empat bagian penting, yaitu selaput membran,
kerabang (shell), putih telur (albumen), dan kuning telur (yolk) (Hartono dan
Isman, 2010). Komponen kimia telur tersusun atas air (72.8% - 75.6%), protein
(12,8% - 13,4%), dan lemak (10,5% - 11,8%) (Panda, 1996). Nilai pH putih telur
segar yang baru keluar dari tubuh induk yaitu 7.6 sedangkan pH kuning telur yaitu
6.0 (Romanoff dan Romanoff, 1963). Saat telur baru keluar dari induknya, pH
dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam jalur sorotan
sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur,
ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah,
(Romanoff, 1963).
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas telur
bagian luar dan kulitas bagian dalam. Kualitas telur bagian luar meliputi bentuk,
bagian dalam meliputi kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning
telur serta ada tidaknya bintik darah pada kuning dan putih telur (Sarwono, 1994).
Keadaan fisik telur mencakup hal ukuran (berat, panjang, dan lebar),
warna (putih, agak kecoklatan, coklat), kondisi kulit telur (tipis dan tebal), rupa
(bulat dan lonjong) dan kebersihan kulit telur (Winarno dan Koswara, 2002).
Bentuk telur yang baik adalah berupa elips yang asimetris atau yang disebut
berbentuk oval cossini dengan ujung yang satu harus lebih tumpul dari ujung yang
lain (Djanah, 1990). Telur yang panjang dan sempit relative akan mempunyai
indeks yang lebih rendah, sedangkan telur yang pendek dan luas walaupun
ukurannya kecil atau besar akan mempunyai indeks yang lebih besar (Romanoff,
1963).
ayam, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur
biasanya dinyatakan dengan suatu ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu
perbandingan (dalam persen) antara ukuran lebar dan panang telur. Ukuran indeks
5
untuk telur yang baik adalah sekitar 70-75 (Jazil. N, dkk 2013). Klasifikasi
standar berat telur yaitu jumbo (> 76 g), extra large (70--77 g), large (64--70 g),
medium (58--64 g), medium small (52--58 g), small (< 52 g) (Sumarni dan
Djuarnani, 1995). Berat telur dalam ounces/dozen jumbo >30, extra large >27,
large >24, medium >21, small >18 dan peewe >15 dan jika dalam gram akan
Bentuk telur dipengaruhi oleh faktor genetik, umur induk ketika bertelur
Berdasarkan jenis ternak unggas maka bentuk telur yang dihasilkan juga
berbeda-beda, bentuk telur yang biasanya dinyatakan dalam indeks telur yaitu
perbandingan antara sumbu lebar dengan sumbu panjang dikalikan 100% (Joseph,
memanjang maka indeks telur berkisar 65 %. Apabila telur oval bulat mencapai
indeks 82% (Abbas, M. H. 1989). Standar bentuk telur ayam ras yaitu bulat >77,
Tekstur telur bersifat kuat, halus, berkapur. Kulit telur terdiri dari empat
lapisan yaitu lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang
dibawah kutikula, lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga dan sangat tipis,
6
dan lapisan membran yang terletak paling dalam. komposisi dari kulit telur adalah
Pori-pori per butir telur berkisar antara 7.000 – 17.000 dan menyebar di
seluruh permukaan telur Kulit telur pada bagian tumpul memiliki jumlah pori-
pori per satuan luas lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori bagian yang lain
(Sirait, 1986). Pada telur segar, permukaan kulit dilapisi oleh lapisan tipis kutikula
yang segera mengering setelah peneluran dan menutup pori-pori telur sehingga
mengurangi hilangnya air dan gas-gas serta invasi oleh mikroorganisme. Lapisan
a. Kualitas AA
Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau berkerut, bentuk
kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,32 cm.
Rongga udara berada di bagian tumpul dan tidak bergerak-gerak. Putih telur
b. Kualitas A
Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal.
Rongga udara 0,48 cm dan terdapat bagian tumpul dari telur. Putih telur
c. Kualitas B
Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan agak tidak normal, misalnya sedikit
lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan lebih encer.
d. Kualitas C
7
Kulit telur bersih dan sedikit kotor, kulit tidak normal. Rongga udara sebesar
0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal.
Keutuhan telur yang ditetaskan harus utuh, apabila retak bibit penyakit
dapat dengan mudah masuk melalui bagian yang retak tersebut, apabila untuk
telur ayam ras maka akan berdampak pada interior dan kualitas telur baik
eksterior maupun interior. Kerabang yang retak juga dapat menyebabkan isi telur
ke luar (Rasyaf, 1991). Keutuhan telur secara eksterior ditentukan oleh faktor dari
kualitas kerabangnya itu sendiri, apabila kualitas kerabang itu bagus maka akan
berdampak bagus untuk interior telur namun sebaliknya jika kualitas kerabang
atau eksterior telur tidak bagus, seperti ada retakan maka akan berdampak pada
Kerabang telur mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer dan mamillary
layer yang terbungkus oleh lapisan lendir berupa kutikula. Lapisan luar terbentuk
dari kalsium, fosfor dan vitamin D yang merupakan lapisan paling keras yang
tergantung pada jumlah kalsium yang terdapat pada pakan. (Stadellman dkk.,
1995).
Kebersihan telur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kering dan
secara basah. Pembersihan telur dapat dilakukan dengan air hangat yang
ayam konsumsi tersebut. Pengaruh telur ayam yang tanpa dilap ini akan terlihat
agak kasar dengan kebersihan yang kurang bersih dari kotoran yang menempel
atau noda pada kulit telur sehingga terjadi kerusakan isi telur disebabkan adanya
CO2 yang terkandung di dalamnya sudah banyak yang keluar, sehingga derajat
menyusut, dan putih telur menjadi lebih encer. Serta masuknya mikroba ke dalam
telur melalui pori-pori kulit telur juga akan merusak isi telur (Djamal, 1988).
embrio bernafas. Semakin lama kantong udara, umur telur relatif semakin lama,
membesarnya rongga udara disebabkan oleh menguatnya air di dalam isi telur
sehingga bagian luar dan di dalam telur dapat dilihat dengan jelas. Kedalaman
kantung udara diukur dari diameter dan tinggi kantung udara. Kantung udara
telur (Yuwanta, 2010). Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat
Haugh unit dapat digunakan untuk menghitung kualitas putih telur yaitu
dengan menggunakan egg quality slide rule atau dengan menggunakan rumus
haugh unit (Stadelman dan Cotteril, 1995). Nilai Haugh unit merupakan nilai
kualitas telur. Nilai Haugh unit ditentukan berdasarkan keadaan putih telur, yaitu
korelasi antara bobot telur dan tinggi putih telur. Faktor-faktor yang
penyimpanan telur. Semakin lama penyimpanan telur maka nilai haugh unit akan
semakin menurun dan nilai haugh unit akan menurun dengan bertambahnya umur
unggas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Penurunan nilai Haugh unit selama
penyimpanan terjadi karena penguapan air dalam telur dan kantung udara yang
ayam maka akan menurunkan nilai haugh unit, karena kemampuan fungsi
fisiologis alat reproduksi ayam semakin menurun (Izat dkk., 1986). Nilai haugh
unit yang tinggi menunjukkan kualitas telur tersebut juga tinggi (Sudaryani,
2000). Nilai haugh unit lebih dari 72 dikategorikan sebagai telur berkualitas
AA, nilai haugh unit 60-72 sebagai telur berkualitas A, nilai haugh unit 31-60
sebagai telur berkualitas B dan nilai haugh unit kurang dari 31 dikategorikan
Albumen atau putih telur terdiri 40% berupa bahan padat yang terdiri dan
empat lapisan yaitu lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian
dalam clan (Sarwono dkk., 1985). Kualitas albumen berdasarkan kebersihan dan
kekentalan dapat dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas AA kebersihan albumen bebas
noda dan kekentalannya kental. Kelas A kebersihannya bebas noda dan sedikit
encer. Kelas B kebersihannya sedikit noda dan kekentalannya encer tapi belum
warna, kekuatan membran, kondisi dan bentuk kuning telur (Stadelman dan
Cotterill, 1995). Kualitas yolk berdasarkan warna, posisi dan kebersihan yolk
dapat dibagi menjadi 3 yaitu kelas AA warna yolnya kuning jernih, posisinya
terpusat dan kebersihannya bebas noda. Pada kelas A warnanya kuning jernih,
posisi terpusat, dan kebersihannya ada sedikit noda. Pada kelas B warna yolk
kurang jernih, posisi tidak terpusat dan banyak noda (Abustam dkk., 2005).
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan
pori-pori kerabang yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar
kerabang telur (Sumarni dan Djuarnani, 1995). Komposisi kerabang telur terdiri
atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium dan 0,9% fosfor (Stadelman dan Cotteril,
1963). Pada bagian kerabang telur ditemukan dua selaput (membran), yaitu
membran kerabang telur (outer shell membrane) dan membran albumen (inner
11
shell membrane) yang berfungsi melindungi isi telur dari infiltrasi bakteri dari
tersebar di seluruh permukaan telur. Kerabang telur pada bagian tumpul memiliki
jumlah pori-pori per satuan luas lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori
bagian yang lain (Kurtini dkk., 2011). Tebal kerabang telur ayam ras berkisar
yaitu: umur, tipe ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stres,
dan komponen lapisan kerabang telur. Kerabang yang tipis relatif berpori lebih
Telur ayam ras memiliki fisik terdiri dari 10% kerabang (kulit telur,
cangkang), 60% putih telur dan 30% kuning telur (Sarwono, 1994). Telur terbagi
atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11% dari bobot tubuh),
putih telur (57% dari bobot tubuh) dan kuning telur (32% dari bobot tubuh)
(Suprapti, 2002)
komposisi telur mencapai 60% dari total berat telur (Stadellman, 1995),.
Presentasi putih telur pada ayam dan umur dari telur. Kuning telur merupakan
bagian paling penting bagi isi telur, karena pada bagian inilah terdapat dan tempat
dan Miller, 1986). Kuning telur merupakan bagian telur dengan zat gizi yang
paling lengkap dengan komponen terbanyak berupa air yang diikuti dengan lemak
dan protein (Winarno dan Koswara, 2002). Kuning telur memiliki komposisi gizi
yang lebih lengkap dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air, protein, lemak
Indeks kuning telur adalah perbandingan antara tinggi kuning telur dengan
garis tengahnya, dimana indeks kuning telur segar beragam antara 0,33 dan 0,55
dengan nilai rata-rata 0,42, dengan bertambahnya umur telur, indeks kuning telur
akan menurun akibat bertambahnya ukuran garis tengah kuning telur sebagai
Berat dan bentuk telur ayam ras relatif lebih besar dibandingkan dengan
telur ayam buras. Telur ayam ras yang normal mempunyai berat 57,6 g per butir
bentuk oviduct pada masing-masing induk ayam, sehingga bentuk telur yang
dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur biasanya dinyatakan dengan suatu
ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu perbandingan (dalam persen) antara
ukuran lebar dan panjang telur. Ukuran indeks telur yang baik adalah sekitar 70-
75 (Djanah, 1990).
Putih telur terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan luar yang encer (23%)
merupakan bagian putih telur yang langsung dibawah selaput kulit, lapisan luar
yang kental banyaknya 57% dengan konsentrasinya lebih tebal dan kental, lapisan
dalam yang encer banyaknya 19% dengan konsistensi encer, dan lapisan dalam
kalaza banyaknya 11% yang berfungsi untuk menahan posisi kuning telur
(Djamal, 1988).
dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek putih telur. Dalam telur yang
baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,050 dan 0,174, meskipun biasanya
berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks putih telur jugan menurun karena
III
3.1 Alat
(1) Kaca, berfungsi untuk meja hasil pengamatan
(3) Pisau, berfungsi untuk alat bantu dalam memecahkan telur dan
(4) Ember, berfungsi untuk menampung air yang sudah diberi garam dengan
(6) Egg yolk colour fan, berfungsi sebagai alat untuk mengukur grade telur
(7) Official air cell gauge, berfungsi untuk mengukut rongga udara telur
(9) Kantong plastik, berfungsi sebagai tempat penampung yolk saat ditimbang
3.2 Bahan
(1) Telur ayam ras segar, berfungsi sebagai bahan yang diamati
(3) Air
Membuat larutan :
Mencatat nomor telur pada table sesuai hasil pengamatan (telur yang
No Pengamatan Prosedur
telur (gram)
= ..
dan keriput
candler/senter
2. Dinyalakan candler/senter
menggunakan candler
2. Dinyalakan candler/senter
tadi
penilaian
candler/senter
2. Dinyalakan candler/senter
tidak
atau tidak
atau tidak
c. Pengamatan Tambahan
No Pengamatan Prosedur
yolk
sorong
IY = h/w
IA = h/Av
21
IV
x : Terapung
- : Tenggelam
4.1.2 Tabel Hasil pengamatan kualitas telur secara ekstrerior dan Interior
No Pengamatan Nomer Telur
1 2 3 4 5 6
1 Berat telur 26.75 24.55 25.91 25.06 31.45 24.32
(ons/Dozen)
2 Bentuk telur / 81.56 84.44 90.54 84.47 80.94 80.22
Shape Indesx
(SI)
3 Tekstur Telur AA A A AA AA AA
4. Keutuhan AA AA AA AA AA AA
Telur/ sound
5 Kebersihan AA B AA B B A
Telur
6 Rongga Udara AA A A A AA AA
Telur
7 Bayangan C C C C AA C
Telur
8 Haught Unit AA AA AA AA AA AA
(HU)
9 Kondisi AA AA AA AA AA AA
Albumen
22
10 Kebersihan AA AA A AA AA AA
Yolk
11 Kesimpulan C C C C B C
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dalam penentuan kualitas telur, ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya ada dua cara penentuan kualitas
telur yaitu penentuan kualitas telur secara eksterior dan penentuan secara interior.
Kualitas yang dilihat adalah kualitas telur sebelum dipecahkan dan sesudah
dipecahkan. Untuk kualitas telur sebelum dipecahkan, yang dinilai adalah tekstur
telur, bentuk telur, kebersihan, bayangan yolk, berat telur, dan spesifik gravity.
Sedangkan untuk kualitas telur sesudah dipecahkan, yang dinilai adalah tinggi
yolk, tinggi albumen, lebar yolk, lebar albumen, berat yolk, berat albumen, tebal
kerabang, nilai haugh unit, index yolk, bobot putih telur, % bobot putih telur, %
Penentuuan kualitas telur secara eksterior dapat dilihat dari berat telur,
Berat telur dari nomor 1 samapai 6 memiliki berat yang berbeda. Berat
telur dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, genetik merupakan faktor utama yang
mempengaruhi ukuran telur tersebut. Selain faktor genetik, berat telur dapat
dipengaruhi oleh berat badan saat periode stater – grower, nutrisi, suhu
lingkungan dan penambahan cahaya yang terlalu awal membuat ayam terlalu
cepat bertelur dan ukurannya kecil. Protein kasar (asam amino esensial seperti
methionin) dan lemak/fat (asam linoleat) dan level energi adalah faktor penting
dengan menggunakan timbangan analitik, tetapi untuk membuat berat telur dalam
A. Tekstur Telur
Pada telur nomor 1,4,5,6 memiliki bentuk telur yang bagus dimana bentuk kulit
normal dan halus, tidak retak /berkerut serta bersih sesuai dengan literature
panjang dan lebar telur dengan menggunakan jangka sorong, setelah panjang dan
lebar diketahui, lalu kita menghitung shape index, dengan rumus sebagai berikut :
Panjang Telur
Rata – rata bentuk telur yang telah diamati memiliki bentuk yang bulat. Bentuk
telur yang bulat dapat dilihat dari shape index nya. Contoh pada telur 2 : diketahui
panjang telur 5.27 cm, dan lebar telur 4.45 cm, maka perhitungan shape indexnya
sebagai berikut :
5,27
Shape index telur 2 sebesar 82,68 artinya telur 1 termasuk telur yang berbentuk
bulat, karena diatas 77. Perhitungan shape index tersebut digunakan pada kelima
telur yang lainnya. Untuk mengetahui kualitas tekstur telur, dilakukan dengan
mengamati permukaan kulit telur apakah terdapat areal kasar, bintik-bintik coklat
B. Keutuhan Telur
ada retak atau tidak. Dengan hati-hati memeriksa retak yang sangat kecil yang
tidak terlihat oleh mata dengan cara Candling. Untuk menilai kebersihan telur
yaitu dengan mengamati telur apakah ada noda atau kotoran yang menempel.
Penampakan luar tidak bisa menjadi indikasi yang akurat terhadap apa
yang dijumpai di dalam cangkang. Oleh karena itu untuk mengukur kualitas
A. Candling (Peneropongan)
candler, lalu amati apakah terlihat ruang udaranya (diujung tumpul telur) kalau
tidak terlihat mencari di bagian lain. Dari Pengamatan yang dilakukan dapat
diketahui bahwa pada telur 1,5,6 bergrade AA dan pada telur 2,3,4 Bergrade A.
pada cangkang, ukuran rongga udara, ukuran dan mobolitas yolk, blood spot, meat
embrio). Telur yang bercangkang tipis, sangat berpori-pori atau retak dengan
mudah terdeteksi. Pada bagian ujung yang tumpul terdapat kantung udara.
Menurut Gary dkk (2009), kantung udara merupakan indikator umur atau mutu
Perubahan suhu lingkungan dalam telur ketika berada dalam tubuh induk (sekitar
40°C) dan suhu luar (sekitar 27°C) akan mengakibatkan lapisan membran bagian
luar dan dalam tidak melekat satu sama lain. Penguapan air meningkat diantara
membesar.
B. Kondisi Albumen
telur dengan melihat kesegaran isinya. Semakin tinggi nilai HU (Haugh Unit)
ditentukan dengan indeks putih telur dan dengan nilai Haugh Unit. Penilaian HU
(Haugh Unit) dilakukan untuk mengukur kualitas albumin, dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
antara 45 0- 60 0 F:
Kelas Keterangan
AA Kental, tebal, teguh. Nilai HU > 72
A Yolk mulai mendekati kulit karena albumen kurang teguh. HU= 60-72
B Albumen kurang kental. Niali HU = 31-59
C Albumen tipis/encer dan lemah. Nilai HU<31
Misal, pada telur 4 diketahui tinggi albumin ....mm dan berat telur ...gram, maka
= ....HU
Kualitas albumen telur 4 sebesar HU, nilai tersebut tergolong kelas AA.
Perhitungan tersebut digunakan pada telur yang lainnya. Haugh Unit dipengaruhi
oleh :
1. Hereditas
3. Penyakit
4. Produksi tinggi
27
umur peneluran.
berumur 24 jam.
dengan hati-hati.Telur yang baik mempunyai IPT antara 0.050 – 0.174, tetapi
biasanya berkisar antara 0.090 – 0.120. Index putih Telur menurun selama
C. Kebersihan Telur
blood spot dan lain-lain, kemudian bandingkan dengan tabel di bawah ini:
Kelas Keterangan
28
Pada telur nomor 1 dan 3 kebersihan telur Cukup bersih, Noda ringan
Kurang dari ¼ bagian telur, bebas dari kotoran yang menempel, telur nomor 2,4,5
Agak bersih, bebas dari kotoran yang menempel,noda berkumul <1/32, noda
tersebar <1/16 bagian telur, pada telur nomor 6 Bersih, boleh ada noda yang
sangat ringan dan sedikit berminyak sedangkan pada telur nomor 4 sampai 5 telur
Rongga udara dapat terlihat dengan cara candling. Rongga udara biasanya
terletak di ujung telur yang tumpul (besar). Rongga udara yang besar merupakan
indikasi lamanya umur telur dan lemahnya membran kulit telur atau karena
penanganan yang kasar. Sedangkan rongga udara yang bergerak bebas pada
beberapa bagian telur adalah akibat pecahnya membran kulit telur dalam. Rongga
udara pada telur nomor 1 sampai 6 memiliki rata-rata rongga udara yang kecil
D. Bayangan Yolk
A. Tebal Kerabang
Tebal kerabang pada telur nomor 1 – 6 memiliki tebal yang berbeda. Pada
telur nomor 1 memiliki tebal kerabang 0,44, pada telur nomor 2 memiliki tebal
kerabang 0,43, pada telur nomor 3 memiliki tebal keranag 0,37, pada telur nomor
4 memiliki tebal kerabang 0,46, pada telur nomor 5 memiliki tebal kerabang 0,45,
dan pada telur nomor 6 memiliki tebal kerabang 0,43. Untuk kualitas kerabang,
banyak faktor yang berkaitan dengan kualitas kerabang meliputi kecukupan gizi
mengandung sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya
seperti magnesium, fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mangan, dan tembaga.
B. Persentase Kerabang
sebanyak 12,5%, telur nomor 5 sebanyak 11,3% dan telur nomor 6 memiliki
persentase sebanyak 12,71%. Hasil dari persentase kerabang yang berbeda – beda
didapat dari berat telur serta jumlah kandungan yang berbeda. Hal ini sesuai
sekitar 10% dari berat telur yang tersusun dari 95,1 % mineral, 3,3 % protein, dan
1,6 % air.
30
C. Persentase Yolk
Persentase yolk dapat dihitung dengan cara Berat Yolk x 100% / Berat
D. Persentase Albumen
Persentase albumen pada tiap telur yang telah diamati memiliki persentase
yang berbeda – beda. Persentase albumen dapat dihitung dengan cara Berat
albumen sebesar 62,36 %. Adanya perbedaan persentase albumen dari setiap telur
dikarenakan beberapa faktor yaitu perbedaan bobot telur dan umur unggas. Hal ini
E. Index Yolk
Index yolk pada telur nomor 1 – 6 memiliki hasil akhir yang berbeda.
Pada telur nomor 1 memiliki index yolk sebesar 0,425 cm, pada telur
nomor 2 memiliki index yolk sebesar 0,407 cm, telur nomor 3 memiliki index
yolk sebesar 0,42 cm, telur nomor 4 memiliki index yolk sebesar 0,34 cm, telur
nomor 25 memiliki index yolk sebesar 0,43 cm, dan telur nomor 6 memiliki index
yolk sebesar 0,39 cm. Menurut Yuwanta (2010), pengukuran indeks yolk relatif
lebih mudah dibandingkan dengan putih telur karena kuning telur relatif stabil
dibanding putih telur. Indeks kuning telur pada saat telur dikeluarkan adalah 0,45
kemudian akan menurun menjadi 0,30 apabila telur disimpan selama 25 hari
(25oC).
G. Index Albumin
Index albumin pada telur yang telah diamati memiliki hasil yang berbeda –
beda antara telur nomor 1 sampai 6. Pada telur nomor 1 memiliki index albumin
sebesar 0,047 cm, telur nomor 2 memiliki index albumin sebesar 0,05 cm, telur
nomor 3 memiliki index albumin sebesar 0,06 cm, telur nomor 4 memiliki index
albumin sebesar 0,05 cm, telur nomor 5 memiliki index albumin sebesar 0,05 cm,
dan telur nomor 6 memiliki index albumin sebesar 0,05 cm. Kisaran yang
sedangkan menurut Buckle dkk., (1987) berada pada kisaran 0.09-0.12. Perbedaan
ini mungkin dipengaruhi dalam pengukuran sehingga nilainya jauh dari yang
direkomendasikan.
32
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi (Santoso dan Wijanarko, 1982).
Struktur telur terdiri atas empat bagian penting, yaitu selaput membran, kerabang
(shell), putih telur (albumen), dan kuning telur (yolk) (Hartono dan Isman, 2010).
Komponen kimia telur tersusun atas air (72.8% - 75.6%), protein (12,8% -
13,4%), dan lemak (10,5% - 11,8%) (Panda, 1996). Nilai pH putih telur segar
yang baru keluar dari tubuh induk yaitu 7.6 sedangkan pH kuning telur yaitu 6.0
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas telur
bagian luar dan kulitas bagian dalam. Kualitas telur bagian luar meliputi bentuk,
bagian dalam meliputi kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning
telur serta ada tidaknya bintik darah pada kuning dan putih telur (Sarwono, 1994).
albumen, kondisi yolk, persentase albumen dan yolk, dan indeks albumen. secara
keseluruhan dari keenam sample telur didapatkan grade AA pada penilaian yang
berarti keenam telur tersebut memiliki kualitas yang baik untuk dikonsumsi. Dari
penilaian.
33
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E. Ratmawati Malaka. Hikma M. Ali. Muh. Irfan Said. 2005. Penuntun
Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Universtas
Hasanuddin. Makassar.
Charley, Helen, 1982. Food Science. 2nd ed.John Willey and Sons, New York
Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas. Jasa Ekstensi
Koperasi. Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida.
Gainesville.
Hartono. T dan Isman. 2010. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. PT. Agro
Media Pustaka.Jakarta.
Indratiningsih, R.A. dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Susu dan
Telur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Izat, A.I., F.A. Gardner and D.B. Meller. 1986. The effect of egg of bird and
season of the year on egg quality. II. Haugh Unit and compositional
attributes. J. Poult. Sci.
Jazil, N., A. Hintono., dan S.Mulyani. 2012. Penurunan Kualitas Telur Ayam Ras
dengan Intensitas Warna Cokelat Kerabang Berbeda selama Penyimpanan.
35
Mountney, G.I. 1976. Poultry Technology. 2nd Edit. The AVI Publishing Inc.
Westport.
Romanoff., A.L., Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York : John Wiley and
Sons, Inc. New York.
Santoso, Paulus Bambang Wijanarko. 1982. Mutu Telur Ayam Ras Segar Pada
Berbagai Tingkat Pemasaran di Daerah Bogor, Bogor: Skripsi Sarjana,
Jurusan Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 1985 . Telur Pengawetan dan
Manfaatnya .Seri Industri Kecil. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta
Stadellman, W.J. dan O.J. Cotteril. 1995. Egg Science and Technology. 4th ed.
The Avi Publishing Co. Inc. New York.
Stevenson, G.T. and C. Miller. 1986. Introduction to Foods and Nutrition. John
Wiley and Sons Inc. London
Steward, G.F. and J. C. Abbott.1972. Marketing Eggs and Poultry. Third Printing.
Food and Agricultural Organization (FAO) the United Nation, Rome.
Suprapti, L.M. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin Tepung Telur, dan Telur
Beku. Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yamamoto, T., L. R. Juneja, R. Hatta, and M. Kim. 1997. Hen Eggs. CRC Press,
New York.
Yuwanta,T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Zulfikar, 2008. Sifat Fisik dan Organoleptik Telur Ayam Ras Hasil
Perendamanan dalam Campuran Larutan Garam Dengan Ekstrak Jahe
yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
37
*Lampiran
DISTRIBUSI
prosedur