Disetujui oleh
Pembimbing 1:
__________________
Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati D.E.A.
Diketahui oleh
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga laporan hasil kegiatan Praktik Lapangan Marikultur
ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan PLM yang dilaksanakan
sejak bulan Juni 2023 sampai bulan Juli 2023 ini ialah “Pembenihan Udang
Vaname Litopenaeus vannamei di PT Central Proteina Prima Tbk., Serang, Banten”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing, Dr. Ir. Dinar Tri
Soelistyowati D.E.A. yang telah membimbing dan memberikan banyak saran.
Ucapan terima kasih dan apresiasi yang tulus juga disampaikan kepada PT Central
Proteina Prima Tbk., Serang, Banten, yang telah memberikan kesempatan bagi
mahasiswa seperti penulis untuk terlibat dalam kegiatan profesional dan belajar dari
praktisi yang berpengalaman.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
permintaan pasar yang terus meningkat telah menjadikan harga jual udang
vaname yang stabil dan menguntungkan.
Untuk menjaga kelangsungan produksi udang vaname di Indonesia,
ketersediaan benih berkualitas dan sumberdaya manusia yang kompeten sangat
penting. Mahasiswa program studi Budidaya Perairan perlu menguasai
keterampilan pembenihan udang vaname melalui praktik kerja industri untuk
mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. PT. Central Proteina Prima Tbk
adalah perusahaan yang menghasilkan benih udang berkualitas dan terus-menerus.
Praktik Lapangan Marikultur (PLM) membantu mahasiswa memahami proses
pembenihan udang yang benar, meningkatkan pengetahuan, dan pengalaman dalam
bidang ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Lapangan Marikultur pada kegiatan pembenihan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) di PT Central Proteina Prima Tbk., Serang, Banten
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta
penalaran dalam berbagai aspek bioteknik usaha pembenihan udang vaname.
2) Mempelajari dan melatih kemampuan dalam menganalisis masalah yang
timbul pada pembenihan udang vaname serta mencoba mencari solusinya.
3) Mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan tentang teknik pengelolaan
pembenihan udang vaname.
3
II METODE
2.2 Tujuan
Kegiatan Praktik Lapangan Marikultur ini meliputi pengumpulan data
primer dan data sekunder yang dilaksanakan melalui empat metode pendekatan
sebagai berikut:
1) Mengobservasi secara mandiri sarana dan prasarana pendukung yang
digunakan dalam kegiatan pembenihan udang vaname.
2) Mengikuti secara langsung seluruh kegiatan di lokasi praktik dengan
membantu pelaksanaan kegiatan pembenihan di hatchery guna meningkatkan
keterampilan secara aplikatif.
3) Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak dari balai seputar
masalah teknis pembenihan, aspek usaha, kendala- kendala yang dihadapi serta
berbagai macam hal yang terkait di bidang pembenihan udang vaname.
4) Melakukan studi pustaka dengan cara mencari informasi atau literatur
ilmiah dari berbagai kepustakaan yang relevan seputar kegiatan
pembenihan udang vaname guna dijadikan acuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
4
5
3.1 Sejarah
PT Central Proteina Prima Tbk merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang pakan akuakultur dan olahan makanan, untuk memperluas
perkembanganya di dunia akuakultur maka lahirlah hatchery CPP sebagai salah
satu bentuk usaha produksi udang yang berlokasi di wilayah Anyer. Sebelumnya
lokasi tersebut berada dibawah naungan PT. Tri Windu Manunggal dan tepat pada
tahun 2007 mengalami krisis ekonomi dan selanjutnya dilakukan pembelian oleh
pihak PT Central Proteina Prima Tbk. Sebagai bagian dari komitmen untuk terus
mendukung petambak udang dan program pemerintah untuk meningkatkan hasil
produksi udang nasional di Indonesia. Oleh karena itu, CPP sangat fokus pada
ketersediaan benur berkualitas baik yang dihasilkan dari indukan bebas patogen
spesifik (SPF) dengan luas total lahan 7,200 Ha.
Penetasan Telur
Bak penetasan telur berupa wadah berbahan fiber yang berukuran 2 meter x
1 meter x 1 meter. Terdapat 24 bak hatching yang dilengkapi dengan aerator
sebanyak 6 aerator/bak. Bak hatching dilengkapi dengan outlet berupa pipa dan alat
pengaduk otomatis sebanyak 2 buah/bak.
Kultur Alami
Terdapat dua pakan alami yang dikultur, yaitu Thalasiosera sp. dan Artemia
sp. Wadah kultur Thalasiosera sp. pada skala laboratorium berupa plastik yang
digantung pada rak besi. Banyak rak besi untuk kultur alami Thalasiosera adalah
sebanyak 6 buah dengan masing-masing rak menampung 27 plastik wadah kultur.
Wadah kultur Thalasiosera sp. pada skala intermediate berupa bak fiber bulat
berdiameter 1 meter dengan volume 1000 liter sebanyak 60 buah. Bak fiber ini juga
dilengkapi dengan aerator sebayak 1 buah/bak. Selain menggunakan bak fiber
bulat, kultur skala massal juga menggunakan bak beton berukuran 6 meter x 4 meter
x 1,65 meter dengan volume 25.000 liter. Sistem aerasi pada bak beton
menggunakan pipa PVC berukuran ½ inci yang tertanam di dasar kolam.
Kultur Artemia sp. dilakukan dengan menggunakan wadah berupa bak fiber
kotak bervolume 2000 liter dengan ukuran 1,5 meter x 1 meter x 1,3 meter sebanyak
19 buah dan bak fiber bulat bervolume 400 liter dengan diameter 1 meter sebanyak
8 buah. Bak fiber kotak disertai aerator dengan pipa PVC ukuran ½ inci, sedangkan
12
bak fiber bulat disertai dengan aerator dengan 4 selang aerator/bak. Kedua jenis bak
fiber ini memiliki titik outlet yang ditutup dengan pipa ketika digunakan dan dapat
dilepas ketika akan mengeluarkan air.
Sistem Pengairan
Sistem pengairan menjadi aspek krusial dalam proses pembenihan udang
vaname, di mana kualitas air menjadi faktor penentu bagi kehidupan organisme
udang tersebut. Untuk memastikan kondisi air yang optimal, PT Central Proteina
Prima Tbk menerapkan tata kelola yang cermat dalam sistem pengairannya. Proses
dimulai dengan pengambilan air dari Selat Sunda menggunakan pipa sepanjang 300
meter dengan kedalaman 5 meter. Dua mesin pompa berkekuatan 10 Hp dan pipa
berukuran 4 inci digunakan untuk menarik air sejauh 50 meter. Selanjutnya, air
mengalir ke dalam Greenhouse melalui dua wadah berbentuk persegi panjang
berukuran 10x5x1,5 meter, yang dilengkapi dengan inlet dan outlet untuk
mengendapkan air laut. Setelah sekitar 24 jam proses pengendapan, air dialirkan
melalui pipa 6 inci menuju bak filtrasi selanjutnya.
Bak filtrasi terdiri dari empat wadah dengan fungsi yang berbeda. Bak
pertama berfungsi sebagai penampungan air laut hasil pengendapan. Bak kedua
memiliki tiga tingkatan dengan media filter yang berbeda, yaitu batu kali dengan
diameter 15-20 cm, batu koral dengan diameter 3-4 cm, dan pasir silika kasar.
Setiap tingkatan memiliki ketinggian dan ketebalan yang sama, yakni 15-20 cm.
Wadah ketiga juga memiliki sistem media filter tingkat dengan pasir silika halus
dan karbon aktif atau arang batok dengan ukuran yang sama. Wadah keempat
berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum menjalani proses sterilisasi
lanjutan dan disimpan dalam reservoir atau tandon. Setelah ditampung, air laut
melewati pressure filter berisi pasir silikat dan menjalani proses ozonisasi selama 4
jam untuk membunuh bakteri. Saat air masuk ke bak reservoir, dilakukan
pengaerasian selama 12 jam untuk mengurangi kadar klorin di bawah 0,03 ppm dan
bromin di bawah 0,06 ppm. Setelah memenuhi standar, air laut dialirkan ke
13
beberapa divisi melalui pressure filter yang berisi arang aktif dan melewati mesin
UV untuk memastikan eliminasi bakteri yang mungkin tersisa dalam sistem.
(a) (b)
Gambar 9 Wadah air (a) filtrasi (b) reservoir
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sistem Pengaerasian
Dalam setiap proses produksi yang melibatkan organisme akuatik, penting
untuk menyediakan pasokan oksigen yang berkelanjutan agar organisme tersebut
dapat bertahan. PT. Central Proteina Prima Tbk. menggunakan mesin blower dan
pipa PVC berukuran 4 inci untuk mengedarkan oksigen ke berbagai unit produksi.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi yang optimal bagi organisme akuatik
dalam proses produksi mereka.
Ruang Genset
Ruang genset adalah tempat yang digunakan sebagai sumber listrik cadangan
untuk menghindari kerugian saat terjadi pemadaman listrik, sehingga memastikan
14
Ruang Panen
PT. Central Proteina Prima Tbk. memiliki dua ruangan panen, yaitu ruangan
panen naupli dan ruangan panen post larva, dengan tujuan yang sama, yaitu untuk
menghasilkan dan mengemas naupli dan post larva. Lokasi ruangan panen naupli
terletak di divisi Central Nauply Production (CNP) dan digunakan untuk
mengirimkan hasil panen ke modul pemeliharaan larva dan benih. Ruangan panen
post larva berada dekat dengan kantor, kultur pakan alami, dan modul pemeliharaan
larva dan benih untuk memudahkan pengemasan dan transportasi. Setiap ruangan
dilengkapi dengan tabung oksigen, sistem aerasi, shaker, dan peralatan pendukung
lainnya.
(a) (b)
Gambar 13 Ruang panen (a) naupli (b) post larva
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ruang Logistik
Ruang logistik adalah ruangan yang memiliki peran penting dalam
penyimpanan berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
produksi secara efisien. Di dalam ruangan ini, berbagai alat dan bahan disimpan
untuk digunakan dalam berbagai tahapan produksi. Contoh barang yang disimpan
meliputi tempat penyimpanan pakan, pipa-pipa, serta kertas pembungkus dalam
berbagai ukuran yang diperlukan dalam proses produksi. Selain sebagai tempat
penyimpanan peralatan dan bahan produksi, gudang logistik juga berfungsi sebagai
penyimpanan kebutuhan karyawan. Ruang logistik mencakup barang-barang
seperti air minum untuk keperluan konsumsi karyawan, lampu sebagai sumber
cahaya, dan berbagai barang lainnya yang diperlukan oleh staf produksi dan
karyawan di lokasi tersebut. Dengan demikian, ruang logistik menjadi pusat
penyimpanan yang penting untuk menjaga kelancaran operasional produksi dan
kesejahteraan karyawan.
16
Bangunan Umum
Di PT. Central Proteina Prima Tbk., terdapat beberapa bangunan umum yang
disediakan untuk penggunaan karyawan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci
tentang bangunan-bangunan tersebut:
1. Masjid: Tempat untuk ibadah dan kegiatan keagamaan bagi karyawan.
2. Kantin: Tempat di mana karyawan dapat makan dan istirahat selama jam
istirahat atau waktu makan.
3. Mess karyawan: Fasilitas akomodasi yang mungkin digunakan oleh
karyawan yang tinggal jauh dari lokasi kerja untuk tempat tinggal
sementara.
4. Pos keamanan: Tempat pos keamanan atau pos jaga yang berfungsi untuk
menjaga keamanan dan mengawasi lalu lintas orang dan barang masuk
dan keluar dari lokasi perusahaan.
5. Gedung produksi: Bangunan khusus yang digunakan untuk proses
produksi utama perusahaan, seperti pembenihan udang vanamei.
6. Gedung pemasaran: Tempat di mana aktivitas pemasaran dan penjualan
produk perusahaan dilakukan.
7. Kantor: Fasilitas administratif di mana berbagai aktivitas manajemen dan
administrasi perusahaan dijalankan, termasuk perencanaan, pengelolaan
sumber daya manusia, dan sebagainya.
Semua bangunan ini adalah bagian integral dari infrastruktur perusahaan yang
mendukung karyawan dalam menjalankan pekerjaan mereka dan memenuhi
berbagai kebutuhan selama bekerja di PT. Central Proteina Prima Tbk.
17
(a) (b)
(c)
Gambar 15 Bangunan umum (a) mess karyawan (b) masjid (c) kantin
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Alat Transportasi
Alat transportasi adalah sarana yang digunakan untuk memudahkan
pergerakan dan mobilitas dalam mendukung berbagai aktivitas di hatchery. Di PT.
Central Proteina Prima Tbk., kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan untuk tujuan
ini mencakup mobil dinas dan pick-up. Berikut adalah penjelasan rinci tentang
kendaraan-kendaraan tersebut:
1. Mobil dinas: Mobil dinas adalah kendaraan yang biasanya digunakan oleh
karyawan perusahaan untuk tujuan administratif, pengawasan, atau
keperluan bisnis. Mobil dinas dapat digunakan oleh manajer, supervisor,
atau karyawan tertentu yang perlu melakukan perjalanan terkait dengan
operasional hatchery, seperti pemantauan produksi, inspeksi lapangan,
atau pertemuan bisnis. Mobil dinas biasanya diberikan oleh perusahaan
untuk keperluan pekerjaan dan sering digunakan untuk perjalanan dalam
kota atau ke lokasi-lokasi terdekat.
2. Pick-up: Pick-up adalah kendaraan yang memiliki bak terbuka di bagian
belakang dan biasanya digunakan untuk transportasi barang. Di hatchery,
pick-up digunakan untuk mengangkut perlengkapan, bahan, atau hasil
18
Peralatan
(a) (b)
Gambar 16 (a) pengaduk telur otomatis (b) freezer
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
19
(a) (b)
Gambar 17 (a) penggunaan pisau dan talenan (b) penggunaan ember dan
timbangan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 18 (a) troli (b) seser (c) gelas pakan (d) disinfeksi
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
21
(a) (b)
22
(c) (d)
Gambar 19 (a) mikroskop (b) cawa petri (c) autoklaf (d) oven
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
(a) (b)
(c)
Gambar 20 (a) DO meter (b) pH meter (c) refraktometer
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
(a) (b)
(c)
Gambar 21 (a) shaker (b) penggunaan Xpertsea (c) tabung oksigen
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
25
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 22 Kegiatan persiapan wadah (a) pembilasan wadah (b)
pemasangan selang aerator (c) spons kasar (d) filter bag (e) pemasangan kain
filter
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
berfungsi untuk mengatur proses masuk dan keluar air dari wadah. Saluran-saluran
ini penting untuk menjaga kondisi lingkungan air di dalam wadah, memastikan
sirkulasi yang cukup, dan menjaga kualitas air yang diperlukan untuk pemeliharaan
induk dengan baik.
Sirkulasi air dalam masa pemeliharaan induk dilakukan melalui beberapa
langkah penting. Pertama, air dimasukkan ke dalam bak dan juga dikeluarkan dari
bak atau biasa disebut sistem flow-through. Selanjutnya, untuk menjaga kebersihan
dan kondisi air di dalam bak, proses penyiponan dilakukan menggunakan selang
spiral. Sisa pakan dan kotoran induk dialirkan ke dalam pipa pembuangan yang
terhubung dengan selang spiral untuk pengelolaan limbah yang efisien. Selanjutnya,
untuk memastikan kebersihan lebih lanjut, dinding dan dasar bak digosok
menggunakan scouring pad. Langkah terakhir, sirkulasi air kembali dilakukan
dengan memasukkan dan mengeluarkan air dari bak yang juga merupakan bagian
dari sistem flow-through. Proses sirkulasi air ini sangat penting untuk menjaga
kondisi lingkungan yang sesuai dalam bak pemeliharaan induk.
Udang vaname diberi pakan sebanyak 6 kali sehari dengan 3 jenis pakan yaitu
cacing, cumi-cumi, dan pelet. Jadwal pemberian pakan udang vanamei seperti pada
tabel 1.
(a) (b)
29
(c)
Gambar 24 (a) depurasi cacing Polychaeta (b) persiapan pakan cumi (c)
penyimpanan pakan cumi
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
(a)
(b) (c)
Gambar 25 (a) proses sampling induk matang gonad (b) induk betina
matang gonad (c) induk betina terbuahi
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
dari air dan residu lainnya. Setelah penyaringan, telur kemudian dicuci dua kali
dengan menggunakan larutan iodin sebelum dipindahkan ke bak hatching, yang
juga menggunakan ember sebagai alat pengangkut. Agar telur tidak mengendap dan
tercampur dengan baik, dilakukan pengadukan dengan menggunakan pipa yang
telah dimodifikasi hingga telur teraduk secara merata dalam bak hatching. Proses
ini bertujuan untuk memastikan kondisi yang optimal bagi perkembangan dan
penetasan telur sebelum langkah selanjutnya dalam pemeliharaan.
(a) (b)
Gambar 26 (a) induk di bak spawning (b) proses panen telur dari bak
spawning
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Perhitungan jumlah telur dimulai dengan mengambil sampel telur dari bak
penetasan telur. Sampel telur diambil menggunakan tongkat yang dilengkapi
dengan tutup botol berukuran 5 ml di ujung tongkat. Selanjutnya, sampel telur
tersebut disimpan dalam gelas sampel untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium
guna melakukan perhitungan jumlah telur. Di laboratorium, sampel telur yang telah
dimasukkan ke dalam cawan petri dengan diameter 10 cm, kemudian jumlah telur
dihitung secara manual menggunakan alat penghitung tangan (hand counter).
Proses ini bertujuan untuk menentukan jumlah telur secara keseluruhan dalam
sampel. Langkah terakhir adalah melakukan pengamatan lebih rinci terhadap telur
untuk menentukan telur yang telah terisi dengan cara mengambil sampel telur
menggunakan pipet tetes dan kemudian telur-telur ini diamati lebih detail
menggunakan mikroskop. Proses ini penting untuk memahami kondisi dan
perkembangan telur serta mengidentifikasi telur yang telah mengalami proses
pengisian atau pembuahan yang sukses. Perhitungan telur dilakukan dengan
menggunakan rumus:
Keterangan :
Jumlah sampel : Jumlah sampel yang dihitung
Volume sampel : Volume tiap sampel (40 ml)
Volume air : Volume air pada bak (400 liter)
0.095 : Human error
(a) (b)
Gambar 27 (a) pengambilan sampel telur (b) perhitungan jumlah telur
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
lingkungan agar tetap terjaga dan stabil selama proses pemeliharaan larva
berlangsung.
Pakan Stadia
Z1 Z2 Z3 M1 M2 M3 PL1 PL2 PL3 PL4 PL5 PL6 PL7 PL8 PL9 PL10
Artemia sp.
Pakan
buatan
Thalasiosira
sp.
Tabel 4 Waktu dan dosis pemberian pakan buatan pada benih udang
(a)
(b) (c)
Gambar 30 Proses panen Artemia sp.
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
38
(a) (b)
Gambar 31 (a) termometer (b) pH meter
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Di PT Central Proteina Prima Tbk (CPP), pengecekan kualitas air berupa nilai
salinitas dan pH dilakukan secara rutin setiap hari pada pagi hari di beberapa kolam.
Selain itu, setiap kolam menjalani pengecekan kualitas air berupa nilai alkalinitas,
TAN, dan nitrit dengan frekuensi lebih rinci, yaitu setiap tiga hari sekali. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi air di setiap kolam tetap optimal dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga mendukung lingkungan yang ideal
untuk pembenihan udang vaname.
39
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 32 (a) biosecurity di setiap depan pintu (b) alat bantu pengecekan
morfologi udang (c) baju khusus pentiponan wadah (d) alat pengambil sampel
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
dan oksigen 1:1. Plastik kemudian diikat dengan dua buah karet gelang,
ditempatkan di dalam wadah styrofoam, yang biasa digunakan untuk lokal dan
merek Garuda digunakan untuk pengiriman luar daerah. Terakhir, plastik kemas
ditambahi es batu, ditutup plastik, dan disegel dengan lakban.
(a) (b)
(c)
Gambar 33 Proses panen dan transportasi benih
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
42
43
6.1 Pemasaran
Benur udang vaname yang dihasilkan oleh PT Central Proteina Prima Tbk.
utamanya dipasarkan di dalam negeri. Beberapa daerah di Indonesia menjadi
destinasi pengiriman benur tersebut, termasuk Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bengkalis, dan Kepulauan Riau. Konsumen yang membeli benur ini
adalah pelanggan tetap yang menggunakannya untuk keperluan bisnis mereka,
seperti dalam usaha tambak udang. Harga jual benur yang ditawarkan oleh PT
Central Proteina Prima Tbk. adalah seharga Rp. 50 per ekor. Hal ini mencerminkan
komitmen perusahaan dalam menyediakan benur berkualitas bagi para pelanggan
bisnis di berbagai wilayah di Indonesia.
Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarakan sebagai modal untuk
melakukan kegiatan usaha, biaya ini memiliki nilai yang sangat besar dikarenakan
biaya ini diperuntukan untuk penyediaan aset produksi yang memiliki umur teknis
di atas satu tahun. Biaya investasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pembenihan
udang vaname di PT. Central Proteina Prima Tbk. yaitu sebesar Rp. 38.655.471.000
dapat dilihat pada lampiran 1.
Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
perusahaan yang mencakup proses ada tidaknya kegiatan prosduksi. Besaran biaya
tetap dibutuhkan dalam kegiatan pembenihan udang vaname di PT. Central Proteina
Prima Tbk. yaitu sebesar Rp2.515.578.492 dapat dilihat pada lampiran 2.
Biaya Variabel
Biaya Variabel merupakan biaya yang di keluarkan oleh perusahaan saat
kegiatan produksi berlangsung. Besaran biaya variabel ini dipengaruhi oleh skala
dan jumlah produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Besaran biaya variabel
dibutuhkan dalam kegiatan pembenihan udang vaname di PT. Central Proteina
Prima Tbk. yaitu sebesar Rp. 1.095.906.000/ siklus dan dalam satu tahun sebesar
Rp. 13.150.872.000.
Biaya Total
Biaya total (Total Cost) merupakan total biaya yang dikeluarkan selama
kegiatan produksi berlangsung. Baiaya total ini di dapatkan dari hasil akumulasi
jumlah baiaya total, biaya total yang terakumulasi pada analisis usaha pembenihan
udang vaname di PT. Central Proteina Prima Tbk. dapat diketahui dengan rumus
sebagai berikut :
Penerimaan
Total penerimaan (Total Revenue) merupakan total pemasukan yang
diperoleh melalui hasil dari penjualan kegiatan produksi. Penerimaan yang
didapatkan dari hasil perkalian antara harga jual dan jumlah produksi oleh PT.
Central Proteina Prima Tbk. dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih yang didapatkan melalui hasil pengurangan
antara total biaya dan total penerimaan. Keuntungan yang didapatkan oleh PT.
Central Proteina Prima Tbk. dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
R/C Ratio
R/C Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk melihat kelayakan
usaha dari pendapatan dalam suatu usaha pada pendapatan selama 1 tahun terhadap
biaya yang digunakan dalam produksi. Unit usaha dapat dikatakan layak apabila
nilai R/C ratio tidak melebihi 1. R/C rasio dari PT. Central Proteina Prima Tbk yaitu
1,10. Nilai ini berarti setiap Rp.1 yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,10. R/C dapat dihitung menggunakan
rumus :
Total penerimaan
R/C ratio =
Biaya total
17.333.549.508
= 15.666.450.492
= 1,10
Payback Period
Nilai Payback periode (PP) merupakan nilai yang menggambarkan total
waktu untuk pengembalian baya investasi yang telah ditanamkan pada suatu unit
usaha. Nilai Payback periode didapatkan dari usaha pembenihan di PT Central
Proteina Prima Tbk. yaitu sebesar 2,4 Nilai tersebut menunjukkan bahwa biaya
modal yang dikeluarkan akan kembali dalam jangka waktu 2,4 tahun. Nilai tersebut
didapatkan dari hasil perhitungan sebagai berikut :
Biaya investasi
PP = Keuntungan
38.655.471.000
= 13.6775.899.508
= 2,4
46
Biaya tetap
BEP (Rp) = Biaya variabel
1−( )
Penerimaan
2.515.578.492
= 13.150.872.000
1−( )
33.000.000.000
= 4.182.253.761
Biaya tetap
BEP (Unit) = Biaya variabel
Harga per ekor−( )
Penerimaan
2.515.578.492
= 13.150.872.000
50−( )
33.000.000.000
= 50.715.786
Biaya total
HPP = Total produksi
15.666.450.492
= 660.000.000
= 23,73
47
DAFTAR PUSTAKA
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Kelautan dan perikanan dalam
angka 2015. http://www.statistik.kkp.go.id [4 Juni 2023].
[OECD] Organisation for Economic Cooperation and Development. 2017. Sector
trend analysis- fish trends in China. http://www.agr.gc.ca [4 Juni 2023].
Eissa ESH, Ahmed RA, Elghany NAA, Elfeky A, Saadony S, Ahmed NH, Sakr
SES, Dayrit GB, Tolenada CPS, Atienza AAC, Mabrok M. 2023. Potential
symbiotic effects of β-1, 3 glucan, and fructooligosaccharides on the growth
performance, immune response, redox status, and resistance of pacific white
shrimp, Litopenaeus vannamei to fusarium solani infection. Fishes. 8(2):
105-119.
Ernawati, Rochmadi. 2017. Pengaruh pemupukan dan padat penebaran terhadap
tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan post larva udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Akuatikisle, Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. 1(1): 1- 10.
Prabina D, Swaminathan TR, Mohandas SP, Anjana JC, Manjusha K, Preena PG.
2023. Investigation of antibiotic-resistant vibrios associated with shrimp
(Penaeus vannamei) farms. Archives of Microbiology. 205(1): 41.
Purnamasari I, Purnama D, Utami MA. 2017. Pertumbuhan udang vaname
(Litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal Enggano. 2(1): 58-67.
Rakhfid A, Nur B, Muh B, Fendi F. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada padat tebar berbeda.
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 1(2): 1-6.
Sun Q, Zhang H, Yang X, Hou Q, Zhang Y, Su J, Liu X, Wei Q, Dong X, Ji H, Liu
S. 2023. Insight into muscle quality of white shrimp (Litopenaeus vannamei)
frozen with static magnetic-assisted freezing at different intensities. Food
Chemistry. 10(17): 100518-1005530.
World Bank. 2019. World bank country land lending groups.
https://datahelpdesk.worldbank.org/ [4 Juni 2023].
48
49
LAMPIRAN
No Komponen Spesifikasi Jumlah Harga Harga Total Nilai Sisa Umur Penyusutan
(unit) Satuan (Rp) (Rp) (Rp) Teknis (Rp)
(th)
1 Lahan Unit 70000 500.000 35.000.000.000 - - -
2 Bak Beton Induk Unit 8 8.000.000 64.000.000 12.800.000 10 5.120.000
3 Bak Beton Reservoar Unit 6 10.000.000 60.000.000 12.000.000 10 4.800.000
4 Bak Beton Modul Unit 48 6.000.000 288.000.000 57.600.000 10 23.040.000
5 Bak Beton Kultur Pakan Unit 20 5.000.000 100.000.000 20.000.000 10 8.000.000
6 Bak Fiber Bulat Unit 36 2.125.000 76.500.000 15.300.000 10 6.120.000
7 Bak Fiber Persegi Unit 17 2.000.000 34.000.000 6.800.000 10 2.720.000
8 Freezer Unit 4 3.000.000 12.000.000 4.000.000 5 1.600.000
9 Seser Unit 20 65.000 1.300.000 650.000 5 130.000
11 Filterbag Unit 45 40.000 1.800.000 900.000 5 180.000
12 Timbangan Unit 3 70.000 210.000 70.000 5 28.000
13 Selang aerasi Unit 28.512 3.000 85.536.000 28.512.000 3 19.008.000
14 Batu aerasi Unit 10.000 3.000 30.000.000 10.000.000 3 6.666.667
15 Timbah aerasi Unit 10.000 5.000 50.000.000 16.666.667 3 11.111.111
16 Heater Unit 144 170.000 24.480.000 8.160.000 5 3.264.000
17 Ember Unit 45 38.000 1.710.000 570.000 10 114.000
18 Seser Nauply Unit 8 50.000 400.000 100.000 4 75.000
19 Seser PL Unit 16 60.000 960.000 240.000 4 180.000
20 Papan Tulis Unit 8 100.000 800.000 160.000 10 64.000
21 Tank Kultur Unit 58 1.000.000 58.000.000 11.600.000 10 4.640.000
50
No Komponen Spesifikasi Jumlah Harga Harga Total Nilai Sisa Umur Penyusutan
(unit) Satuan (Rp) (Rp) (Rp) Teknis (Rp)
(th)
22 Mikroskop Unit 3 7.500.000 22.500.000 4.500.000 5 3.600.000
23 Autoclafe Unit 2 5.600.000 11.200.000 2.240.000 5 1.792.000
24 Oven Unit 2 20.500.000 41.000.000 8.200.000 7 4.685.714
25 Lemari Pendingin Unit 6 1.700.000 10.200.000 2.040.000 7 1.165.714
26 Laminar Unit 5 38.000.000 190.000.000 38.000.000 10 15.200.000
27 pH Meter Unit 1 500.000 500.000 100.000 5 80.000
28 DO Meter Unit 2 2.500.000 5.000.000 1.000.000 5 800.000
29 Refraktometer Unit 2 1.500.000 3.000.000 600.000 5 480.000
30 Xpertasea Unit 2 76.000.000 152.000.000 50.666.667 10 10.133.333
31 HACH (alat ukur digital Unit 1 39.000.000 39.000.000 7.800.000 5 6.240.000
kualitas
air
32 Cawan Petri Unit 150 15.000 2.250.000 750.000 3 500.000
33 Erlenmeyer Unit 10 30.000 300.000 100.000 3 66.667
34 Pengaduk Telur Otomatis Unit 48 100.000 4.800.000 1.600.000 5 640.000
35 Blower 750 watt Unit 1 3.000.000 3.000.000 1.000.000 15 133.333
36 Genset 33 HP Unit 1 300.000.000 300.000.000 100.000.000 15 13.333.333
37 Pompa Air Laut Unit 2 1.250.000 2.500.000 833.333 5 333.333
38 Komputer Unit 6 5.000.000 30.000.000 10.000.000 10 2.000.000
39 Instalasi Penerangan Jalan Unit 10 650.000 6.500.000 2.166.667 10 433.333
40 Kipas angin Unit 5 300.000 1.500.000 500.000 5 200.000
41 Pisau Unit 3 75.000 225.000 75.000 5 30.000
42 Troli Unit 2 700.000 1.400.000 466.667 5 186.667
43 Gayung Pakan Unit 48 50.000 2.400.000 800.000 5 320.000
44 Wastafel Unit 18 250.000 4.500.000 1.500.000 10 300.000
45 Bak Fiber panen 500 liter unit 4 2.000.000 8.000.000 2.666.667 10 533.333
51
No Komponen Spesifikasi Jumlah Harga Harga Total Nilai Sisa Umur Penyusutan
(unit) Satuan (Rp) (Rp) (Rp) Teknis (Rp)
(th)
47 Mesin UV Unit 3 150.000.000 450.000.000 150.000.000 10 30.000.000
48 Ozonisasi Unit 1 1.300.000.0 1.300.000.000 433.333.333 10 86.666.667
00
49 Presure filter Unit 12 12.000.000 144.000.000 48.000.000 7 13.714.286
50 CCTV Unit 15 2.000.000 30.000.000 10.000.000 10 2.000.000
Total 38.655.471.000 292.428.492
52
No. Komponen Satuan Unit Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp)
1 Gaji General Manajer Tahun 1 25.000.00 300.000.000
2 Gaji General Affair Tahun 1 10.000.000 120.000.000
3 Gaji Manajer Produksi Tahun 1 12.000.000 144.000.000
4 Gaji Manajer Divisi Tahun 6 8.000.000 96.000.000
5 Gaji Karyawan Tahun 51 5.000.000 255.000.000
6 Listrik kwh 120.000 1.500 180.000.000
7 Penyusutan Tahun 0 0 292.428.492
8 PBB Tahun 1 0 25.000.000
9 Biaya Makan Tahun 60 12.500.000 750.000.000
10 Gaji Buru Harian Tahun 25 3.000.000 75.000.000
11 Biaya Maintenance Tahun 4 10.000.000 40.000.000
12 Biaya Wifi Tahun 12 1.000.000 12.000.000
13 Cumi - cumi kg 550 93.000 51.150.000
14 Cacing Polychaeta kg 500 350.000 175.000.000
Total 2.515.578.492
53