Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGUTAN PERILAKU
1.Pengertian penguatan (Reifocement)
Kedudukan mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari
tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan peserta
didiknya. Kerangka berfikir yang demikian mengharuskan seorang guru melengkapi
dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan. Dapat membantu dalam
menjalankan tugansya dalam interaksi edukatif. Salah satu keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan seorang guru dalam memberikan penguatan
(reinforcement) guna meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya.
Pada umumnya, penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan
manusia, karena mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta
meningkatkan usahanya. Bukan hal yang aneh pula apabila seseorang ingin menjadi
yang terbaik dan mendapat pujian, tentu saja dalam batas-batas yang wajar. Bisa
dibayangkan apa yang terjadi dengan para atlet olahraga jika tidak bertanding dan
mendapat penghargaan.
Dalam proses pembelajaran, penghargaan mempunyai arti penting. Penghargaan
ini bukan harus mewujud materi, melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman,
anggukan, dan sentuhan. Misalnya guru mengajukan pertanyaan pada peserta didik
dan peserta didik menjawab tepat, maka guru sebaiknya segera memberi penghargaan.
Atau pada waktu diadakan diskusi dan ada peserta didik mengemukakan pendapat
atau urunan pikiran yang baik, maka guru perlu memberi penghargaan. Penghargaan
yang diberikan guru dalam proses pembelajaran ini disebut pemberian penguatan.
Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan (reinfocement) mengandung
makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat.
Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat. “diperkuat”
artinya dimantapkan, diperseling kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali
muncul sekian banyak yang tenggelam. Pada proses pendidikan yang beorientasi
pengubahan tingkah laku, tujuan utama yang hendak dicapai dalam proses
pembelajaran adalah terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang diterima
sesering mungkin sesuai dengan kegunaan kemunculannya. Penguatan adalah respon
terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut.
Istilah penguatan (reinforcement) berasal dari Skinner, salah seorang ahli psikologi
belajar behavioristik. Mengartikanreinforcement ini sebagai setiap konsekuensi atau
dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Penguatan adalah respon
positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap perilaku peserta didik yang
positif dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Penguatan
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah
laku tersebut dapat terulang kembali. Penguatan yang diberikan oleh guru merupakan
hal yang sangat penting bagi peserta didik.
Menurut Moh. Uzer Usman penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya
sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi. Penguatan dikatakan juga sebagai
respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi untuk interaksi dalam
belajar mengajar.4 Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penguatan adalah salah satu bentuk penciptaan suasana belajar yang menyenangkan
yang telah diberikan oleh guru kepada peserta didik dengan tujuan agar tingkah laku
positif peserta didik dapat meningkat.
2. Tujuan pemberian penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar
siswa dan bertujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Menurut saidiman dan uno, penguatan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perhatian siswa.
b. Melancarkan atau memudahkan proses belajar.
c. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
d. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar
produktif.
Ketika guru sangat yakin atas satu atau dua tipe penguatan yang favorit dan
mengulangnya beberapa kali, hasilnya mungkin tidak efektif. Misalnya guru sering
menggunakan kata “bagus”, setiap kali siswa memberikan tanggapan. Hal ini tidak bisa
dikategorikan pada penguatan mengungkapkan komentar dengan mudah akan
kehilangan kekuatannya pada sebagai penguatan.
Penguatan sebenarnya bisa mengurangi tujuan kasus pendidikan dan belajar siswa.
Penguatan yang diberikan sangat cepat dan sering mungkin menganggu atau
menghalangi perkembangan gagasan dan iterkasi siswa. Ketika siswa dilibatkan dalam
kegiatan pemecahan masalah, pengayaan yang berkelanjutan bisa menjadi gangguan
terhadap proses berfikir siswa. Penguatan bisa juga menginterfensi interaksi antara
siswa dengan siswa. Guru yang bereaksi terhadap setiap komentar siswa, kemudian
memusatkan kembali perhatian siswa pada diskusi mereka sendiri, menampilkan
kemunginan terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
Sesungguhnya penguatan atau pujian nonverbal menurut moore dalam rahim lebih
berpengaruh daripada penguatan verbal. Penguatan nonverbal merujuk pada pesan-
pesan fisik yang disampaikan guru melalui isyarat seperti kontak mata, ekspresi wajah
dan posisi guru di dalam kelas. Senyum guru, kerutan dahi dan sikap tenang, melihat
atau memalingkan muka dari siswa yang mengindikasikan apakah guru bosan atau
tertarik, terlibat atau pasif, senang atau tidak senang terhadap siswa. Penguatan
nonverbal bisa juga digunakan untuk mendorong atau menghambat partisipasi siswa.
Dalam belajar bahasa, menurut Baradja dalam Rahim pemberian komentar dan koreksi
terhadap bahasa siswa dimaksudkan sebagai umpan balik. Umpan balik berfungsi
sebagau penguatan (reinforcement) yang menggalakkan pembeajaran untuk
menghalangu atau tidak menghalangi respon siswa.
Dengan kata lain, penguatan bisa meningkatkan partisipasi siswa dengan
memberikan pujian terhadap komentar siswa, jadi mendorong partisipasi siswa lebih
lanjut. Guru perlu memerhatikan beberapa hal berikut:
a. Komentar guru dapat mengganggu berfikir siswa.
b. Kontak mata yang berlebihan bisa merusak inetraksi siswa dengan siswa.
c. Penguatan yang diberikan sangat sering atau terlalu cepat tanpa suatu analisis yang
teliti dari tanggapan siswa akan mengurangi pengaruhnya.
d. Penguatan yang digunakan secara berlebihan akan kehilangan pengaruhnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penguatan berpengaruh terhadap
motivasi peserta didik untuk mempertahankan serta meningkatkan perilaku positif.
Tujuan dari penguatan dalam pembelajaran ialah meningkatkan motivasi serta
perhatian peserta didik saat pembelajaraan berlangsung serta dapat mengembangkan
cara fikir peserta didik ke arah yang lebih baik.
3. Komponen keterampilan penguatan (reinforcement)
Penggunaan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif. Pemberian penguatan
harus bermakna bagi peserta didik. Jenis-jenis penguatan tersebut sebagai berikut :
a. Verbal Reinforcement
Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan dan pengakuan dapat
digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta didik
yang telah mendapatkan penguatan akan merasa bangga dan termotivasi untuk
meningkatkan kembali prestasi belajarnya.
Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni melalui kata-kata
dan melalui kalimat. Penguatan dalam bentuk kata-kata dapat berupa: benar, bagus,
tepat, bagus sekali, ya, mengagumkan, setuju, cerdas. Sedangkan dalam bentuk
kalimat dapat berupa:
1) Wah pekerjaanmu baik sekali.
2) Saya puas dengan jawabanmu.
3) Nilaimu semakin lama semakin baik.
4) Contoh yang kamu berikan tepat sekali.
5) Jawabanmu lengkap sekali
b. Gestural Reinforcement
Gestural reinforcement merupakan penguatan yang diberikan oleh guru melalui
gerak tubuh atau mimik muka yang memberi kesan baik kepada peserta didik.
Penguatan mimik dan gerakan badan dapat berupa senyuman, anggukan kepala,
acungan jempol, tepuk tangan, dan lainnya. Seringkali diikuti dengan penguatan verbal
misal guru mengatakan “bagus!” sambil menganggukkan kepala.
c. Proximity Reinfocement
Beberapa perilaku yang dapat dilakukan guru dalam memberikan penguatan ini
antara lain adalah berdiri disamping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan
seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa dan sebagainya. penguatan
dengan cara mendekati dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan,
bertanya, diskusi.
d. Contact Reinforcement
Contact reinforcement merupakan penguatan yang dilakukan guru melalui kontak
terhadap siswa seperti dengan cara berjabat tangan, menepuk bahu dan mengangkat
tangan peserta didik ketika menang lomba yang semuanya ditujukan untuk
penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
e. Activity Reinforcement
Activity reinforcement merupakan penguatan yang dapat membangkitkan sikap
aktif siswa, seperti memberikan bahan pembelajaran, memimpin permainan dalam
pembelajaran, membantu siswa dalam menggunakan media pembelajaran.
f. Token Reinforcement
Token reinforcement merupakan penguatan yang dilakukan oleh guru dalam
memberikan penghargaan kepada siswa atas hasil atau aktivitas belajar siswa yang
sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya dengan memberikan hadiah, bintang
komentar tertulis pada buku pelajaran, nama kehormatan, dan lain sebagainya dengan
harapan agar aktivitas belajar siswa yang baik itu dapat terulang kembali secara
continue dan meningkatkannya agar lebih baik lagi serta dapat memberikan motivasi
kepada siswa yang lain untuk mendapatkan perlaukan yang sama.
Fu’ad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, dalam buku “begini seharusnya menjadi guru”
mengemukakan pendapatnya bahwa dalam memberikan penghargaan kepada anak
didik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu sebagai berikut:
a. Penghargaan dalam bentuk materi Penghargaan dalam bentuk materi merupakan
penghargaan dan motivator yang paling kuat pengaruhnya terhadap siswa, karena
megandung nilai plus karena lebih unggul diantara teman-temannya, merupakan rasa
puas guru terhadap aktivitas baik yang dilakukannya.
b. Penghargaan dalam bentuk do’a Penghargaan dalam bentuk do’a merupakan bentuk
feedback yang jarang dilakukan oleh guru, namun sebenarnya dengan mendoakan
siswa akan membawa keberkahan, kebaikan, taufik, dan lainnya.
c. Penghargaan dalam bentuk sanjungan (pujian) Penghargaan dalam bentuk
sanjungan seperti mengatakan bagus, hebat, dan lainnya kepada siswa akan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap keilmuannya dan memotivasi siswa
yang lain agar mendapatkan pujian yang sama atau bahkan lebih dari itu.
4. Prinsip-prinsip penggunaan penguatan
Pemberian penguatan (reinforcement) sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya,
namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan pada siswa enggan belajar,
karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki siswa. Dalam
pemberian penguatan (reinforcement) yang penting harus sesuai dengan tindakan yang
dilakukan oleh siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat
fatal. Untuk itu maka guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian
penguatan. Ada beberapa cara penggunaan penguatan yang harus
diperhatikan.
a. Penguatan pada pribadi tertentu
Penguatan harus ditujukan kepada siswa tertentu. Oleh karena itu pandangan guru
harus tegas diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan serta diusahakan
menyebutkan nama anak yang mendapatkan penguatan serta memandangnya.
b. Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tegas
telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengizinkan kelas tersebut
untuk bermain basket yang memang menjadi kegemaran mereka.
c. Penguatan yang tidak penuh
Sering didapat jawaban yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit
mengandung kebenaran. Untuk itu penguatan yang digunakan tentu penguatan tidak
penuh. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengatakan “jawabanmu ada benarnya, dan
lebih sempurna dirinci secara sistematis”. Tentang bagaimana teknik mengatakan
tergantung konteks dan keadaan jawaban anak. Prinsip dalam penguatan tidak penuh
adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban yang salah.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri
yaitu motivasi dan belajar, namun dalam pembahasan ini dua kata yang berbeda
tersebut saling berhubungan membentuk satu arti. Untuk lebih jelasnya penulis akan
memaparkan pengertian dua kata tersebut.
Motivasi berasal dari kata motif, kata motif diartikan sebagai upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motivasi merupakan segala tenaga yang dapat membangkitkan atau mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Jadi secara etimologi motivasi adalah
dorongan atau daya penggerak yang dapat membangkitkan atau mendorong
seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan.
2. Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada bab ini, yakni terdapat lima teori,
diantaranya:
a. Teori hedonism
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau
kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa
tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang
bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.
Oleh karena itu setiap persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih
alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang
mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan dan sebagainya.
b. Teori naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga golongan nafsu pokok yaitu dorongan nafsu
(naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan
demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan apapun tindakan-tindakan
dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari dorongan atau gerakan oleh
ketiga naluri. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus
berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Seringkali kita temukan seseorang bertindak melakukan sesuatu karena didorong
orang lebih dari naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk menentukan
naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan
yang demikian itu.
c. Teori daya pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang
dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya suatu daya pendorong
pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar
kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainlainan bagi tiap individu menurut
latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini bila
seorang pemimpin atau seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus
mendasarkannya atas daya pendorong yaitu atas naluri dan reaksi yang dipelajari dari
kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
DAFPUS: http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12305/5/BAB%20II.pdf

Penguatan (reinforcement) adalah respon positif yang diberikan guru kepada siswa
dalam proses pembelajaran, dengan tujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik (feedback), memantapkan dan meneguhkan hal-hal tertentu yang dianggap baik
sebagai suatu tindakan dorongan maupun koreksi sehingga siswa dapat
mempertahankan atau meningkatkan perilaku baik tersebut.
Penguatan atau reinforcement merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut. Penguatan adalah salah satu bentuk penciptaan
suasana belajar yang menyenangkan yang telah diberikan oleh guru kepada peserta
didik dengan tujuan agar tingkah laku positif peserta didik dapat meningkat.
Reinforcement atau penguatan dilakukan pendidik melalui pemberian penghargaan
(reward) secara tepat yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku.
Dengan penguatan yang dilakukan pendidik, peserta didik akan semakin kaya dengan
berbagai tingkah laku positif yang secara kumulatif dan sinergis menunjang keaktifan
siswa serta pencapaian tujuan pendidikan.
Tujuan Penguatan
Penguatan berpengaruh terhadap motivasi peserta didik untuk mempertahankan serta
meningkatkan perilaku positif. Tujuan dari penguatan dalam pembelajaran ialah
meningkatkan motivasi serta perhatian peserta didik saat pembelajaran berlangsung
serta dapat mengembangkan cara pikir peserta didik ke arah yang lebih baik.
Menurut Mulyasa (2008), tujuan pemberian penguatan atau reinforcement yaitu:
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina perilaku laku yang produktif.
Adapun menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008), tujuan pemberian penguatan adalah:
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar.
3. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar
yang produktif.
4. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
5. Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik atau divergen dan inisiatif sendiri.
Prinsip-prinsip Penguatan
Menurut Marno dan Idris (2008) dan Usman (2008), prinsip-prinsip dasar yang perlu
diperhatikan dalam pemberian penguatan atau reinforcement adalah sebagai berikut:

a. Kehangatan
Kehangatan sikap guru dapat ditunjukkan dengan suasana, mimik dan gerakan badan.
Kehangatan sikap guru akan menjadikan penguatan yang diberikan lebih efektif.
Jangan sampai siswa mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan
penguatan.
b. Antusiasme
Sikap antusias dalam memberi penguatan dapat menstimulasi siswa untuk
meningkatkan motivasinya. Antusiasme guru dalam memberikan penguatan dapat
membawa kesan pada siswa akan kesungguhan atau ketulusan guru. Antusiasme
dalam memberikan penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya
diri pada siswa.
c. Bermakna
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa
sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian
penguatan itu bermakna baginya. Yang jelas jangan sampai terjadi sebaliknya.
d. Menghindari respon negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang diberikan
guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena
akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan diri. Misalnya, jika seorang
siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung
menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaan pada siswa lain.
Jenis-Jenis Penguatan
Menurut Skinner (1976), secara umum penguatan atau reinforcement dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
1. Reinforcement (penguatan) positif,
adalah reinforcement penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
reinforcement (penguatan) positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan dan
lain-lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk
tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya).
2. Reinforcement (penguatan) negatif,
adalah reinforcement (penguatan) berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk reinforcement (penguatan) negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain-lain).
Sedangkan menurut Alma (2010), penguatan atau reinforcement dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Verbal Reinforcement
Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan dan pengakuan dapat
digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta didik yang
telah mendapatkan penguatan akan merasa bangga dan termotivasi untuk
meningkatkan kembali prestasi belajarnya. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam
dua bentuk, yakni melalui kata-kata dan melalui kalimat. Penguatan dalam bentuk kata-
kata dapat berupa: benar, bagus, tepat, bagus sekali, ya, mengagumkan, setuju,
cerdas. Sedangkan dalam bentuk kalimat dapat berupa; wah pekerjaanmu baik sekali,
saya puas dengan jawabanmu, nilaimu semakin lama semakin baik atau contoh yang
kamu berikan tepat sekali.
b. Gestural Reinforcement
Gestural reinforcement merupakan penguatan yang diberikan oleh guru melalui gerak
tubuh atau mimik muka yang memberi kesan baik kepada peserta didik. Penguatan
mimik dan gerakan badan dapat berupa senyuman, anggukan kepala, acungan jempol,
tepuk tangan, dan lainnya. Sering kali diikuti dengan penguatan verbal misal guru
mengatakan “bagus!” sambil menganggukkan kepala.
c. Proximity Reinfocement
Beberapa perilaku yang dapat dilakukan guru dalam memberikan penguatan ini antara
lain adalah berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan
seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa dan sebagainya. penguatan
dengan cara mendekati dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan,
bertanya, diskusi.
d. Contact Reinforcement
Contact reinforcement merupakan penguatan yang dilakukan guru melalui kontak
terhadap siswa seperti dengan cara berjabat tangan, menepuk bahu dan mengangkat
tangan peserta didik ketika menang lomba yang semuanya ditujukan untuk
penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
e. Activity Reinforcement
Activity reinforcement merupakan penguatan yang dapat membangkitkan sikap aktif
siswa, seperti memberikan bahan pembelajaran, memimpin permainan dalam
pembelajaran, membantu siswa dalam menggunakan media pembelajaran.
f. Token Reinforcement
Token reinforcement merupakan penguatan yang dilakukan oleh guru dalam
memberikan penghargaan kepada siswa atas hasil atau aktivitas belajar siswa yang
sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya dengan memberikan hadiah, bintang
komentar tertulis pada buku pelajaran, nama kehormatan, dan lain sebagainya dengan
harapan agar aktivitas belajar siswa yang baik itu dapat terulang kembali secara
continue dan meningkatkannya agar lebih baik lagi serta dapat memberikan motivasi
kepada siswa yang lain untuk mendapatkan perlakuan yang sama.
Teknik-teknik Penguatan
Menurut Winaputra (2003), terdapat beberapa teknik dalam pemberian penguatan atau
reinforcement, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Reinforcement (penguatan) secara kelompok.
Pemberian reinforcement (penguatan) kepada seluruh anggota kelompok dalam
kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pada pemberian
reinforcement (penguatan) untuk individu. Reinforcement (penguatan) verbal, gestural,
tanda dan reinforcement (penguatan) kegiatan adalah merupakan komponen
reinforcement (penguatan) yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok.
2. Reinforcement (penguatan) yang ditunda.
Penundaan reinforcement (penguatan) pada umumnya adalah kurang efektif bila
dibandingkan dengan pemberian secara langsung. pemberian reinforcement
(penguatan) dengan menggunakan komponen yang manapun. sebaiknya segera
diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon.
3. Reinforcement (penguatan) partial.
Reinforcement (penguatan) partial sama dengan reinforcement (penguatan)
sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian
dari responnya. Sebenarnya reinforcement (penguatan) ini digunakan untuk
menghindari penggunaan reinforcement (penguatan) negatif dan pemberian kritik.
4. Reinforcement (penguatan) perorangan.
Reinforcement (penguatan) perorangan merupakan pemberian reinforcement
(penguatan) secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan. dan nama
siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif dari pada tidak menyebutkan apa-apa.

DAFPUS: https://www.kajianpustaka.com/2021/04/penguatan-reinforcement-
pengertian.html?m=1

A.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari
yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut
Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini
dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif
Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya
respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku
emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengarkan kabar
gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum
jika terasa haus.
2. Operan Respon
Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh
stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut
reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan
melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang
baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.
B. Jenis-jenis perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

C. Faktor-Faktor mempengaruhi perilaku


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo, 2007)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007). Untuk lebih
jelasnya, bahasan tentang pengetahuan akan dibahas pada bab berikutnya.
b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi
komponen-komponen cognitive, affective danbehavior (dalam Linggasari, 2008).
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja,
sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinankeyakinan evaluatif,
dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki
seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi,
2004).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima
(receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai
(valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
C. Kriteria Perilaku
Menurut Azwar (2008), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih
dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan
perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner> T mean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean
3. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan, yaitu: selalu,
sering, jarang, tidak pernah.
DAFPUS: http://eprints.umpo.ac.id/4441/2/BAB%202.pdf

Penguatan perilaku merujuk pada proses meningkatkan, memperkuat, atau


mempertahankan suatu perilaku yang diinginkan. Penguatan dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan metode, tergantung pada konteks dan tujuan yang ingin dicapai.
Berikut adalah beberapa metode umum yang digunakan dalam penguatan perilaku:
1. Penguatan Positif: Ini melibatkan memberikan konsekuensi yang menyenangkan
atau hadiah sebagai respons terhadap perilaku yang diinginkan. Misalnya, memberikan
pujian, pengakuan, hadiah fisik, atau manfaat lainnya sebagai imbalan atas perilaku
yang diinginkan. Penguatan positif bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan perilaku
tersebut terulang di masa depan.
2. Penguatan Negatif: Meskipun terdengar bertentangan, penguatan negatif
bukanlah hal yang merugikan atau menghukum. Ini melibatkan penghilangan atau
pengurangan stimulus yang tidak diinginkan sebagai respons terhadap perilaku yang
diinginkan. Misalnya, menghentikan suatu tugas yang tidak disukai atau mengurangi
beban kerja sebagai respons terhadap kinerja yang baik. Penguatan negatif bertujuan
untuk meningkatkan motivasi dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
3. Penguatan Sosial: Penguatan sosial melibatkan penggunaan interaksi sosial
untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Ini bisa berupa pujian, pengakuan, atau
perhatian positif dari orang lain. Penguatan sosial dapat sangat efektif dalam
membentuk perilaku sosial yang diinginkan, karena manusia secara alami cenderung
mencari persetujuan dan pengakuan dari orang lain.
4. Penguatan Diri: Penguatan diri melibatkan penggunaan strategi diri sendiri untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan. Ini bisa berupa menetapkan tujuan, memberikan
penghargaan kepada diri sendiri setelah mencapai tujuan, atau menggunakan
pemantauan diri untuk meningkatkan kesadaran terhadap perilaku dan kemajuan yang
dicapai.
5. Penguatan Ekstrinsik dan Intrinsik: Penguatan ekstrinsik melibatkan penggunaan
hadiah atau ganjaran eksternal, sementara penguatan intrinsik melibatkan penggunaan
pengalaman positif internal yang terkait dengan perilaku itu sendiri. Keduanya dapat
digunakan secara bersamaan atau secara terpisah untuk memperkuat perilaku yang
diinginkan.
Penting untuk dicatat bahwa penguatan perilaku harus disesuaikan dengan individu dan
konteksnya. Setiap orang memiliki preferensi dan respons yang berbeda terhadap
metode penguatan yang berbeda. Dalam mengembangkan strategi penguatan perilaku,
penting untuk mempertimbangkan motivasi individu, tujuan yang ingin dicapai, dan
prinsip-prinsip etika yang melibatkan penggunaan penguatan.
Penguatan Positif Merupakan Salah Satu Hukum Perilaku
Prinsip penguatan positif menurut Martin & Pear (1979) adalah sebuah hukum atau
kaidah. Terdapat sejumlah faktor yang menentukan pengaruh prinsip penguatan bagi
perilaku individu. Faktor sudah di rumuskan menjadi garis-garis panduan dalam
mengaplikasikan penguatan positif kepada seseorang dengan tujuan untuk
meningkatkan perilaku yang diinginkan
DAFPUS: Meningkatkan Perilaku melalui Penguatan Positif - 1 “Meningkatkan Perilaku
melalui Penguatan - Studocu
A. PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT)

1. Pengertian Pemberian Penguatan (Reinforcement) Tindakan mengikuti sebuah


respons tertentu dengan sebuah penguat dikenal penguatan (reinforcement). Para
pengagas kondisining operant menyakini bahwa penguatan itu sangat penting bagi
pembelajaran. Dengan 121 kata lain, respons meningkat hanya apabila mengarah pada
penguatan."

Penguatan (Reinforcement) adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat


meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakukan secara verbal dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan keantusiasan,
kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif

Penguatan (Reinforcement) merupakan salah satu alat pendidikan preventif dan


represif sebagai pendatang atau motivator belajar bagi siswa Preventif ialah alat
pendidikan yang bersifat pencegahan. Tujuan alat ini mencegah anak sebelum ia
berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan untuk menjaga agar hal-hal yang dapat
menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses pendidikan bisa di hindarkan.
Seperti tata tertib, ajuran, larangan. perintah, disiplin. Represif alat bertujuan untuk
menyadarkan anak Kembali hal-hal yang benar yang baik dan tertib.
alat pendidikan represif diadakan bila terjadi suatu perbuatan yang dianggap
bertentangan dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuat yang dianggap
melanggar peraturan misalnya hukuman, teguranBaik pemberian ganjaran maupun
pemberian hukuman dimaksudkan sebagai respons seseorang karena perbuatanya,
pemberian hadiah merupakan respon positif yang bertujuan agar tingkah laku yang
sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi dan lain-lain) itu frekuensinya akan berulang
atau bertambah. Sedangkan hukuman merupakan respons negatif bertujuan agar
tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau menghilang.
pada intinya, respon dan negatif bertujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang
Yang dimaksud penguatan (reinforcement) disini adalah penguatan terhadap tingkah
laku siswa agar memiliki kemauan untuk belajar serta mempunyai prestasi dan hasil
belajar yang baik. Penguatan ini dapat berupa kalimat pujian, pemberian hadiah serta
acungan jempol dan lain sebagainya. Penguatan ini sebagai bentuk penghargaan dan
tanda kasih sayang serta pemberian guru terhadap siswa. Penguatan Reinforcement)
dapat memberikan pengaruh yang cukupbesar terhadap jiwa anak didik untuk
melakukan perbuatan yang bersifat positif dan bersifat progresif, serta menjadi
pendorong anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang memperoleh penguatan
dari gurunya, haik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasi
dalambelajar.
Penguatan (Reinforcement) merupakan cara yang digunakan oleh pendidik dalam
kegiatan belajar dan merealisasikan pada penguatan dalam belajar.
2. Keterampilan Memberikan Penguatan (Reinforcement)

a. Penguatan Verbal (Verbal Reinforcement)


Penguatan verbal (verbal reinforcement) adalah penguatan respon yang diberikan oleh
guru terhadap perilaku atau respon belajar siswa yang disampaikan melalui kata-kata
dan kalimat seperti bagus, tepat. bapak puas dengan kerja kalian atau dorongan yang
dapat menguatkan tingkah laku dan semngat siswa dalam belajar. Penguatan secara
verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan
hasil kerja kalian."
b. Penguatan Non Verbal (Non Verbal Reanfocement)
Penguatan non verbal (non verbal reinforcement) dalam pelaksanaan pembelajaran
bisa ditunjukan dengan cara-cara, seperti mimik wajah, gerakan atau isyarat badan,
gerakan mendekati siswa, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda
dan penguatan dengan benda. Secara nonverbal dapat dilakukan dengan gerakan
dengan mendekati peserta didik, sentuhan, acuang jempol dan kegiatan yang
menyenangkan.
3. Prinsip-prinsip Pemberian Penguatan (Reinforcement)
a. Kehangatan dan Antusiasan
Kehangatan dan antusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki
aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan
antusiasan tersebut dapat ditunjukan dengan berbagai cara.
b. Hindarkan penggunaan penguatan negatif
Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki sehingga penggunaan penguatan
ini sebaiknya dihindari, walaupn sebenarnya pemberian kritik atau hukuman adalah
efektif untuk mengubah motivasi. keterampilan, dan tingkah laku siswa. Akibat yang
dimaksud, seperti siswa menjadi frustasi dan peristiwa akan terulang kembali. Kata
kasar, cercaan. hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk
menghancurkan iklim kelas yang kondusif ataupun kepribadian siswa sendin. Oleh
karena itu, hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut.
c. Penggunaan Bervariasi
Dalam memberikan penguatan sebaiknya diberkan secara bervariasi, baik
komponennya ataupun caranya, hangat dan antusiasan. Penggunaan cara dan
komponen yang sama dikhawatirkan akan mengurangi efektifitas pemberian
penguatan.
d. Kebermaknaan
Dalam memberikan penguatan, haruslah bermakna bagi siswa, artinya siswa merasa
terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Perlu diperhatikan situasi di mana siswa
mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah laku dan
melihat bahwa itu bermanfaat.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Wasliman dikutip oleh Ahmad Susanto, mengemukakan faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa meliputi:"
a. Faktor internal: merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal: merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik, yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Senada
dengan Wasliman, Yuhdi Munadi mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar yaitu:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis, secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya,
semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar Demikian juga kondisi saraf
pengontrol kesadaran, disamping itu kondisi pancaindera juga sangat berpengaruh.
2) Faktor Psikologis, setiap peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
yang berbeda beda, tentuya perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil
belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan di
antaranya intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan
daya nalar.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan, lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam (keadaan
suhu, kelembaban, kepengapan udara) dan dapat pula berupa lingkungan sosial baik
yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya.
faktor yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan
Faktor ini diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar
yang telah direncanakan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan
fasilitas, dan guru
2) Faktor Instrumental, adalah keberadaan dan Disamping faktor guru, kualitas
pengajaran dipengaruhi juga oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara
lain."
a. Besarnya kelas (Class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar.
Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani gura dalam satu kelas, makin
rendah kualitas pengajarannya, demikian pula sebaliknya
b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai
hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin
yang kejam dengan otoritas ada pada guru.
c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering kita temukan bahwa guru
merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas. Situasi ini kurang menunjang kualitas
pengajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa tidak optimal. Sehingga kelas
harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa.
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah karakteristik
sekolah itu sendiri. Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah,
perpustakaan yang ada di sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah lingkungan
sekolah, estetika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman, dan kepuasan
belajar, bersih rapih dan teratur."
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran
yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu: kompetensi guru, karakteristik
kelas, dan karakteristik sekolah
DAFPUS : http://eprints.radenfatah.ac.id/278/2/SKRIPSI%20BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai