Anda di halaman 1dari 18

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Lokasi Pembenihan

Pembenihan ikan Hias Platy Mickey Mouse (xypophurus mocullatus) milik

Bapak Supardi di Jalan Kartama Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai

Kota Pekanbaru. Jarak pembenihan dari pusat kota pekanbaru yaitu 6,1 km. Jarak ini

mudah dijangkau oleh para konsumen.

Kesalahan dalam pemilihan lokasi akan mengakibatkan kerugian pada biaya,

tenaga dan waktu. Lokasi yang baik untuk dibangun suatu perkolaman harus

memenuhi syarat social ekonomi maupun tekniknya (SUTISNA dan

SUTARMANTO, 1995).

4.2 Lingkungan Usaha Pembenihan

4.2.1.Lahan Pembenihan

Lahan pembenihan milik Supardi ini dilakukan didepan rumah dengan

memanfaatkan perkarangan depan rumah yang diatur demikian rupa untuk tempat

hatchery.

Lokasi terletak didaerah perumahan yang dari timur, barat, utara dan selatan

berbatasan dengan rumah warga. Adapun luasnya bias dilihat tabel berikut:

Tabel 4.1. Luas Lahan Pembenihan Ikan Platy


No Fasilitas Ukuran (P x L) Luas (m2) %
1 Rumah Jaga
2 Lokasi Pembenihan
3 Lahan kosong
Jumlah
Sumber: Data primer

17
Dari tabel 4.1 diatas tersebut bisa diketahui bahwa usaha hatchery milik

syahroji dikategorikan sebagai usaha skala rumah tangga dengan luas rumah 36 m 2,

luas lahan pembenihan 139 m2 dan lahan kosong 55 m2. Dengan hanya

memanfaatkan lahan diluar dari ukuran luas rumah, sehingga dapat membangun

tempat pembenihan secara teratur dan efisien mungkin untuk mengembangkan

pembenihan ikan sesuai dengan fungsi, jenis, dan kebutuhan.

Penggolongan usaha pembenihan ini sebagai skala rumah tangga karena unit

usaha pembenihan dan skala usahanya terdiri dari : (1). Unit usaha pembenihan

pemerintah yang umumnya berskala kecil dan sedang, (2). Unit Usaha Pembenihan

Rakyat (UPR) yang umumnya berskala kecil dan mayoritas digunakan untuk

pembenihan ikan air tawar serta belum berbadan hukum, (3). Unit usaha pembenihan

swasta yaitu usaha pembenihan berskala besar dan berbadan hukum. (ANONIM

dalam SUTISNA dan SUTARMANTO (1995)).

4.2.2. SumberAir

Sumber air yang terdapat di pembenihan platy milik Supardi berasal dari air

hujan yang langsung tertampung ke kolam pembenihan ikan platy. Pada saat musim

kemarau, digunakan air yang berasal dari sumur bor yang terletak di belakang area

pembenihan, Air yang berasal dari sumur bor langsung di alirkan ke kolam

pembenihan dengan menggunakan pipa berukuran 1-2 inch dengan debit air 0,5

liter/detik.sebelum di alirkan ke bak – bak , air terlebih dahulu di saring dan di

endapkan. Selanjutnya air yang telah diendapkan di dalam drum pengendapan dapat

digunakan untuk kebutuhan pembenihan.

18
Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan pemilik pembenihan dimana

suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air berkisar 7. Hal ini sesuai dengan

pendapat KAVORI dalam SUTISNA dan SUTARMANTO (1995) bahwa kriteria

kualitas air yang baik adalah suhu berkisar 25-30 oC, warna hijau – coklat, terdapat

plankton, pH 7 cukup mengandung zat hara. Tidak mengandung gas – gas beracun

dan tidak terkontaminasi oleh partikel – partikel penggangu.

CAHYONO (2000) menambahkan bahwa, derajat keasaman (pH) air dapat

mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang rendah atau sangat

asam dapat menyebabkan kematian ikan, keadaan air sangat basa juga menyebabkan

pertumbuhan ikan terhambat. Keadaan pH air yang bersifat netral atau basa akan

lebih baik dibandingkan air yang bersifat asam. Demikian pula SCHMITTOU et al.,

(1997), kualitas air dapat mempengaruhi produksi budidaya. Beberapa variabel kunci

dalam kualitas air diantaranya adalah suhu, oksigen terlarut, pH dan ammonia.

4.3 Sarana dan Prasarana

Pada pembenihan milik Supardi terdapat beberapa kolam. Bak ini berfungsi

sebagai tempat untuk pemeliharaan induk dan pendederan. Masing – masing ukuran

kolam dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Fasilitas Hatchery Milik Syahroji

No Jenis Jumlah unit


1 Akuarium 46
2 Bak semen 12
3 Rumah jaga 1
4 Blower 1
5 Sumur bor 1
6 Tabung oksigen 1

19
7 Alat pemanenan 5
Sumber: data primer

Dari tabel 4.2 fasilitas yang terdapat pada pembenihan milik Supardi memiliki

Akuarium berjumlah 46 unit, bak semen 12 unit, rumah jaga 1 unit, blower 1 unit,

sumur bor 1 unit, tabung oksigen 1 unit, alat pemanenan 5 unit. TANG dan ALAWI

(2003) mengemukakan pada usaha skala rumah tangga diperlukan suatu bak

penampungan air, satu bak pemijahan dan satu bak kecil untuk pemeliharaan pakan

alami. Dengan cara demikian lahan pembenihan yang cukup luas dapat dimanfaatkan

seefisien mungkin.

4.4 Tenaga Kerja

Pembenihan milik Supardi ini terdiri dari seorang pemilik pembenihan yaitu

Supardi sendiri, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan yang Terdapat pada
Pembenihan Milik Supardi
No Nama Pendidikan Umur Gaji/Bulan Jabatan
(Tahun) (Rp)
1 Supardi Pemilik

Tenaga kerja yang terdapat pada pembenihan ini terdiri dari satu orang yaitu

Supardi. Selain sebagai pemilik pembenihan Supardi juga merangkup sebagai

pekerja, hal ini dikarenakan pembenihan ini skala rumah tangga.

4.5 Teknik Pembenihan

4.5.1 Penanganan dan Seleksi Induk

20
Induk ikan platy pertama kali berasal dari toko akuarium yang dibeli saat

berukuran 3-5 cm, dipelihara hingga menjadi induk setelah berumur 7-8 bulan keatas.

Setelah menjadi induk, maka pemijahan pun dilakukan oleh syahroji dengan

menggunakan bak semen. Induk ikan platy syahroci ada 10 pasang, untuk lebih jelas

dapat dilihat pada table 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Jumlah induk ikan platy


No Jenis kelamin Umur (bulan) Jumlah (ekor) Asal
Jantan 3–5 50 Petani
Betina 3 -5 100 Petani
Jumlah 150
Sumber : Data Primer

Dari table 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa induk jantan platy berumur 3 – 5

bulan berjumlah 50 ekor, sedangkan induk betina platy berumuran 3 – 5 bulan

sebanyak 100 ekor yang didapatkan dari petani/ toko akuarium. Pemeliharaan calon

induk ikan platy ini dilakukan diwadah dan telah diseleksi calon induk yang baik

dengan ciri – ciri berbadan besar warna yang bagus dan seumuran . Pakan yang

diberikan oleh pak syahroji berupa dapnia sp, dan tubifek.

Setelah ikan berumur 3 -5 bulan ikan diseleksi dan dipilih untuk betina yang

telah buncit dan jantan memiliki berbadan besar kemudian dimasukan kedalam bak

200 x 100 cm dengan berisi 15 – 25 ekor induk dengan perbandingan 7 jantan dan 8

betina diberikan pakan cacing Tubifek sp secara berkala.

Setelah tiga barulah ikan platy jantan mengejar betina untuk kawin. Ini sesuai

yang dinyatakan oleh LINGGA dan SUSANTO (1989) Bahwa ciri yang

21
dipertontonkan platy yang telah matang kelamin dan siap memijah adalah ikan platy

yang selalu mengejar induk betina dan berkejar kejaran.

Dari prosedur pemijahan yang dilakukan diatas sesuai pernyataan yang

dipaparkan oleh beberapa ahli berupa induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang

telah berumuran 3 – 5 bulan.

4.4.2 Teknik pemijahan

Proses pemijahan ikan platy ini dilakukan pada bak yang dilapisi semen

,dengan tujuan agar ketahanan dan suasana gelap yang disukai oleh ikan platy.

Pemijahan dilakukan dengan cara tradisional (alami) tanpa dilakukan penyuntikan

hormon. Induk yang digunakan merupakan induk yang sudah siap untuk dipijahkan.

4.4.3 Teknik penetasan telur

Penetasan telur pada hatchery milik syahroji ini dilakukan didalam bak

pemijahan dengan penjagaan induk hingga menjadi larva sampai benih dapat

berenang dengan baik (2-3 hari). Jika kondisi bak pendederan masih terisi, maka

benih yang telah menetas dibiarkan bersama induknya. Dengan terus mengontrol

makanannya agar induk tidak memakan benihnya.

Platy biasanya beranak pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi.

Induk betina akan segera mengeluarkan anaknya. Setelah itu induk akan menjaga

anaknya agar tidak ada gangguan dari serangan.

4.4.4 Teknik pemeliharaan larva

Pemeliharaan larva ikan platy pada hatchery syahroji yaitu membiarkan larva

tetap dalam bak bersama induknya sampai menjadi beni, setelah itu baru dipindahkan

kedalam bak pendedaran. Teknik ini memiliki kelebihan tersendiri, diantaranya

22
berupa larva menetas lebih cepat dan pertumbuhan lebih bagus karena dijaga dan

dikontrol oleh induknya, Serta induknya juga bisa menjaga anaknya.

Platy biasanya beranak pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi, induk

jantan segera mengejar induk betina, sesudah ituinduk betina mengeluarkan anaknya

dan induknya akan menjaga anaknya (LINGGA dan SUSANTO, 1989).

Setelah larva menetas dan mulai berenang, benih diberi pakan alami berupa

Dapnia spyang terlebih dahulu di saring. Dapnia sp diberikan pada benih dengan

jumlah secukupnya dan dikontrol bila habis ditambah lagi sampai benih berumur 5 –

7 hari. Setelah itu diberikan pakan cacing tubifek.

RAZI (2014) mengatakan pakan diberikan sejak larva berumur 2 hari sampai

dengan hari dengan frekuensi 2 kali sehari ( pagi dan sore ). Pakan yang diberikan

berupa nauplii Artemia sp. Selanjutnya dapat digantikan dengan Dapnia sp.

Penyiponan dilakukan setiap hari dengan volume 30 % dari total volume air.

Sedangkan menurut NURHASANAH (1997) mengatakan pemberian Tubifek sp.

Sebagai pakan dilakukan hingga larva berumur 15 hari dengan pemberian makan

secara adlibitumyaitu sekenyang- kenyangnya.

4.4.5 Teknik pemeliharaan benih

Larva ikan platy yang dihasilkan dari induk betina diperkirakan sebanyak 80-

85%, atau lebih kurang 150 - 200ekor larva. Larva dimasukkan kedalam bak

pemeliharaan dengan ukuran 200 x 75 meter dengan kontruksi beton dan dilengkapi

dengan tanaman air sebagai pakan alami dengan ketinggian air 30-40 cm.

Pemilik pembenihan mengatakan persentase sebanyak 80-85% atau lebih

kurang 150 - 200ekor bisa dikatakan berhasil sesuai dengan pendapat ANONIM

23
(1980) bahwa pemeliharaan larva dalam bak dengan ketinggian air 35 cm

menghasilkan kelangsungan hidup 90% dan pertumbuhan lebih baik dibandingkan

dengan ketinggian air 25 cm dan 15 cm.

Pada pemeliharaan larva yang selalu dijaga adalah kualitas air dan pergantian

air, dilakukan setiap hari dengan menggunakan sistem penyiponan, pengeluaran air

ini disertai dengan menegluarkan kotoran-kotoran yang ada pada bak-bak

pemeliharaan larva.

Pada pembenihan ikan hias milik Syahroji pemeliharaan larva sampai umur 3

hari tidak diberi pakan karena pada umur tesebut larva masih mempunyai cadangan

makanan berupa kuning telur dan lumut sebagai pakan alami yang terdapat di dinding

bak pemeliharan larva, dan pada saat faseini organ pencernaannya masih belum

terbentuk secara sempurna. Jenis pakan yang diberikan untuk larva dan benih selama

pemeliharaan di pembenihan ikan hias milik Syahroji dapat dilihat pada tabel 4.4.

No Umur (hari) Jenis pakan Frekuensipemberian Jumlah perhari


1 3–9 Dapnia sp 2 Secukupnya
2 10 -30 Tubifek sp 3 2 – 3 tekong
3 30 dan PF 781 – 1 2 secukupnya
secukupnya
Sumber : Data Primer

Adapun jenis pakan ikan platy sesuai dengan umurnya, untuk umur 3 -9 hari

diberi pakan Dapnia sp dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari secukupnya, untuk

yang berumur 10-30 hari sudah dikasi pakan Tubifek sp dengan frekuensi pemberian

3 kali sebanyak 2-3 tekong dan berumur 30 keatas diselingi dengan pellet PF 781-1.

24
Menurut penelitian IRMAWAN (1987) bahwa pada waktu larva berumur tiga

hari banyak terjadi kematian, sehingga terjadi penurunan kelangsungan hidup biasa

mencapai kira-kira 30% saja pada suhu 27ºC. Setelah larva berumur tujuh hari, maka

pertumbuhannya dapat ditingkatkan sampai umur empat belas hari.

4.4.6 Hama dan Penyakit

Selama pemeliharaan tidak ditemukan hama dan penyakit pada ikan hias platy

(Xiphophorus sp)hanya saja dilakukan pencegahannya yaitu dengan mensterilkan

bak-bak sebelum ikan didederkan agar kualitas air tetap baik dan membersihkan bak-

bak sebanyak dua kali seminggu. Menurut SUYANTO (1983) pencegahan penyakit

ikan dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air media kultur dan memberikan

makanan yang bergizi dalam jumlah yang tepat.

Beberapa tindakan pencegahan dimaksudkan; 1) untuk mencegah masuknya

wabah penyakit di suatu tempat budidaya ikan, 2) untuk mencegah penyakit agar

tidak meluas, dan 3) untuk mengurangi kerugian produksi ikan yang disebabkan oleh

timbulnya suatu wabah penyakit ikanDAELAMI (2001).

Cara lain yang digunakan yaitu dengan menyeleksi induk ikan yang akan

dipijahkan, seperti pemeriksaan kesehatan.Menurut SUTISNA dan SUTARMANTO

(1995)bahwa induk dapat mewariskan sifat-sifat khusus terhadap keturunanya yang

secara ekonomis menguntungkan antara lain; mampu mengkonversi pakan secara

efesien, cepat tumbuh, memiliki ketahanan terhadap penyakit, morstalitas rendah,

fekunditas tinggi, umur pada kematangan gonad pertama lambat, dan kualitas daging

sesuai dengan permintaan pasar.

Tabel 4.5 Hama penganggu hatchery ikan platy

25
No Hama Jumlah Cara mengatasinya
1 Tikus 10 – 20 Racun tikus
2 Kucing 3–5 Dikeluarkan

Sumber : Data primer


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hama yang menganggu usaha milik

syahroji berupa tikus, kucing. Adapun cara mengatasinya dengan memberikan racun

tikus untuk mengatasi tikus dan membiarkan kucing milik syahroji sendiri. Yang jadi

pengganggu adalah kucing liar yang masuk kedalam hatchery.

Hama yang menyerang ikan hias terbagi menjadi 2 jenis, yakni predator dan

kompetitor. Hama predator pemangsa adalah hewan yang secara langsung

menjadikan ikan hias sebagai mangsanya.

4.7. Produksi Benih

Produksi benih pada usaha milik syahroji ini bisa dilihat dalam tabel 4.6

dibawah ini.

Tabel 4.6 Produksi benih perpasang induk dalam sekali memijah


No Tipe induk Jumlah Jumlah benih) induk M (%) Memijah Total/bln
1 Induk Platy 100 : 50 40 -150 50 2 4000
Sumber : Data primer

Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa jumlah induk betina 100 ekor dan

jumlah induk jantan 50 ekor ikan platy mampu memproduksi sebanyak 40 – 150

ekor, dengan tingkat mortalitas 50% dan dengan memijah 2 kali dalam sebulan jadi

dengan total hasil produksinya sekitar 4000 ekor. Dari tabel dapat dilihat bahwa

produksi benih perbulan yaitu 4000 benih dengan tingkat kamatian (Mortalitas) 50 %.

Keberhasilan memijah sangat tergantung pada kondisi lokasi setempat. Disaat

kondisi tenang dan tidak ada gangguan baik dari tikus ataupun yang lainya.

26
Tabel 4.7 Produksi ikan platy tiap bulan
No Bulan (2016-2017) Jumlah Produksi (ekor)
1 Agustus 3.220
2 September 3.450
3 Oktober 3.750
4 November 3.555
5 Desember 3.900
6 Januari 3.800
7 Febuari 3.750
8 Maret 3.850
9 April 4.250
10 Mai 4.655
11 Juni 4.870
12 Juli 4.950
13 Jumlah 48.000
14 Rata-rata (Bulan) 4.000
Sumber : Data Primer

Dari Tabeldi atas terlihat bahwa jumlah produksi ikan platy pada tahun 2016 -

2017 untuk perbulannya jumlah benih sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada

bulan Agustus - September terjadi penurunan yang signifikan, ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor lingkungan, dan beberapa aktivitas lainnya yang

menyangkut masalah pemeliharaan larva hingga menjadi benih siap jual. Dalam satu

tahun pembenihan ikan hias milik Syahroji melakukan pemijahan sebanyak 12 bulan

pemijahan rutin dilakukan setiap bulannya.pemijahan ikan platy tidak pernah putus,

karena menurut pendapat pengelola pada saat saat diwawancara, walaupun harga jual

rendah dibandingkan ikan yang lainnya tetapi jika pemijahan rutin dilakukan, hasil

produksi juga menjadi lancar.

Di dalam dua bulan pembenihan ikan hias milik Syahroji rata-rata

mengasilkan 4.000 ekor ikan hias platy denganmelakukan pemijahan sebanyak 2 kali

27
dengan perbandingan 3 : 1 dengan jumlah induk betina 100 ekor dan induk jantan

50ekor setiap bulannya. Pemanenan produksi ikan hias platy pada pembenihan milik

Syahrojidilakukan pada pagi dan sore hari.Menurut KHAIRUMAN dan SUHENDA

(2002)pemanenan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah guna menghindari

ikan terkena stress.

4.8. Pemanenan Hasil Produksi

Proses pemanenan ikan platy(Xiphophorus sp)menggunakan alat bantu seperti

ember, baskom, plastik dan serok. Kemudian benih ditangkap dengan menggunakan

serok dan dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan penghitungan. Untuk melihat

alat – alat yang digunakan dalam pemanenan bisa lihatTabel 4.8.

Tabel 4.8 Alat – alat yang digunakan dalam pemanenan ikan platy
No Nama alat Jumlah/ unit
1 Tangguk 5
2 Plastik packing Secukupnya
3 Karet Secukupnya
4 Baskom 3
5 Oksigen Secukupnya
Sumber : Data primer

Dalam proses pemanenan dalam hatchery syahroji ini menggunakan tangguk

5 unit, plastik packing secukupnya, karet secukupnya,baskom 3 unit dan oksigen

secukupnya.

Syahroji memaparkan bahwa ikan platy yang dipesan dua atau tiga hari

sebelum pengambilannya. Jadi, sebelum dipanen ikan platy dipuasakan terlebih

dahulu agar tidak terjadi stress pada ikan saat dimasukan kedalam plastik packing.

Pembeli sudah mengabari bahwa ia akan membeli platy kepada syahroji terlebih

dahulu.

28
4.9. Pemasaran dan Harga

Pemasaran yang dilakukan syahroji secara terbuka pemilik dan pembeli dapat

bertemu langsung atau dapat menghubungi pemilik langsung. Biasanya pembeli

langsung yang menjemput ikan. Ini dikarenakan syahroji tidak memiliki pekerja yang

bisa mengantar ikan tersebut ke pembeli.

untuk menghindari terjadinya stress pada benih dalam perjalanan pemilik

pembenihan platy sebelum panen benih tidak di beri makanan. Hal ini sesuai dengan

pendapat (TANG dan ALAWI, 2003) bahwa sebelum dilakukan pemanenan terlebih

dahulu ikan dipuasakan satu hari.

Menurut (KHAIRUMAN dan AMRI, 2008) bahwa faktor penentu keberhasilan

transportasi benih sangat erat kaitannya dengan kondisi kimia,fisika,dan biologi air

media seperti kandungan oksigen terlarut, pH, kandungan karbondioksida, amoniak

dan suhu air.

Data yang diambil dari wawancara dalam hal pemasaran pihak pemilik

pembenihan ikan hiasmendistribusikan ke beberapa pedagang ikan hias dan kepada

toko-toko aquarium yang ada di daerah pekanbaru. Benih yang telah berumur 30 hari

berukuran rata-rata 3-5 cm yang akan dijual dengan harga Rp 1000,- 2000/ekor.

Pemasaran ikan hias platy milik Syahroji dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
PRODUSEN TOKO AQUARIUM

KONSUMEN
Gambar 3. Pemasaran Ikan Hias Platy diPembenihan milikSyahroji

29
Sarana transportasi dalam usaha pembenihan sangat penting dalam

mendistribusikan ikan hias yang siap dipasarkan. Jenis transportasi yang dipakai

pihak pengelola pembenihan ikan hias adalah kendaraan roda dua.

Untuk menghindari terjadinya stres pada ikan dalam perjalanan pihak

pembenihan ikan hias milik Syahroji sebelum benih dipanen tidak diberi pakan. Hal

ini sesuai dengan pendapat TANG dan ALAWI (2003)sebelum dilakukan

pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan satu hari.

Menurut KHAIRUMAN dan AMRI (2008) bahwa faktor penentu keberhasilan

transportasi benih sangat erat sekali kaitannya dengan kondisi kimia, fisika dan

biologi air media seperti kandungan oksigen terlarut, pH, kandungan karbondioksida

atau kandungan amoniak dan suhu air.

Sistem pengangkutan benih ikan dengan menggunakan kantong plastik ukuran

60x 100 cm atau 45 x 75 cm. Kantong plastik tersebut diisi air lebih kurang 10 liter,

selanjutnya ikan dimasukan ke kantong plastik dan diberi oksigen dan diikat dengan

kuat agar tidak keluar oksigennya.

Kepadatan benih dalam satu kantong plastik diisi 500 ekor ikan. Untuk menjamin

dan menjaga keselamatan serta keamanan benih ikan biasanya kantong plastik yang

telah terisi ikan dimasukan kedalam keranjang pengangkut.

4.10. Produksi dan Pendapatan

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk usaha

pembenihan dari persiapan sampai panen. Biaya produksi dibedakan atas dua bagian

yaitu biaya tetap merupakan biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu

30
produksi sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang habis dalam satu kali

produksi.

Untuk mengetahui biaya investasi dalam pembangunan dan penyediaan


peralatan, perkiraan biaya investasi, pendapatan dan produksi dalam kegiatan
pembenihan pada hatchery milik syahroji dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini
yaitu :
Tabel 4.11. Biaya Investasi Pembenihan Ikan Hias Platy Milik Syahroji
Harga Masa Nilai
Jenis fasilitas Jlh Satuan Jlh (Rp) Pakai Penyusutan
No
(Rp) (Th) (Rp)

1
Aquarium 46 200.000 9.200.000 4 2.300.000
2
Bak fiber air 3 1.000.000 3.000.000 4 750.000
3
Drum plastic 3 200.000 600.000 4 150.000
4
Baskom 5 50.000 250.000 2 125.000
5
Blower 1 1.500.000 1.500.000 3 500.000
6
Tabung 02 1 1.500.000 1.500.000 6 250.000
5
Tangguk 5 20.000 100.000 0,5 50.000
6
Selang aerasi 1 70.000 70.000 2 35.000
9
Sumur bor 1 2.000.000 2.000.000 2 1.000.000
10
Peralatan lain 2.000.000 2 1.000.000

Total Biaya 20.120.000 6.610.000


Sumber : Data Primer

Secara umum, biaya operasional dalam usaha pembenihan ikan hias platyada dua

yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap,biaya yang dikeluarkan pemilik pembenihan

dalam satu tahun terakhir ini yaitu perkiraan investasi sebesar Rp. 6.610.000,- dan

biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Tabel 4.12. dan tabel 4.13.

Tabel 4.12. Biaya Tetap di Pembenihan Ikan Hias platy Milik Syahroji
No Uraian Jumlah(Rp)

31
1 Penyusutan Investasi 6.610.000
2 Perawatan 1% Investasi 20.120
Total Biaya Tetap 6.630.120
Sumber: Data Primer

Tabel 4.13. Biaya Tidak Tetap di Pembenihan Ikan Hias platy Milik Syahroji
Total Harga (Rp)
Uraian harga
Bulan Tahun

A. Biaya Tetap 6.630.120

B. Biaya Tidak Tetap

1. Pellet PF 781-1 15.000,00 @1=15.000 180.000

2. cacing tubifek (15 tekong) 10.000,00 150.000 1.800.000

3. listrik

4. obat- obatan 25.000 300.000

5. pulsa 100.000 1.200.000

6. transfortasi 100.000 1.200.000

Total Biaya Tidak Tetap 5.880.000

C. Total Biaya Produksi

Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap

= Rp.6.630.120 + Rp. 5.880.000 12.510.120

D. Pendapatan

Rata-rata produksi X Harga jual

= 4.000x 1000 4.000.000 48.000.000

E. Keuntungan

Pendapatan – Biaya Produksi

= Rp. 48.000.000– Rp. 12.510.120 63.053.340

Sumber: Data Primer

32
Untuk mengetahui titik balik modal maka analisis yang dapat diterapkan adalah

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. BEP Harga = Total Biaya Produksi

Rata- rata produksi

= 12.510.120

4.000

= 312,75

2. BEP Produksi = Total Biaya Produksi

Harga Jual

= 12.510.120

1000

= 12.510ekor.

Hasil analisis BEP harga dan BEP produksi, maka dapat dilihat

3. Benefit Cost Rasio (R/C Ratio) = Pendapatan

Total Biaya Produksi

= 48.000.000

12.510.120

= 3,83

33
Nilai R/C rasio sebesar 3,83 menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya

sebesar Rp. 1000,- maka akan diperoleh tambahan biaya sebesar Rp. 3.836,- dengan

demikian usaha ini layak untuk dikembangkan.

4. Pengembalian Modal = Total Biaya Produksi

Keuntungan

= 12.510.120

63.053.340

= 0,19

Artinya modal yang dikeluarkan untuk pembenihan ikan hias platy pada

pembenihan milik Syahroji bisa dikembalikan dalam waktu 0,19 kali periode

pembenihan.

34

Anda mungkin juga menyukai