Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH GENETIKA

IKAN TRANSGENIK
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioteknologi
Dosen pengampu : Dr. Yuni Kilawati, S.Pi, M.Si

Disusu oleh :
1. M. Dinar Ryaas (175080107111018)
2. Satrio Cahyo W (175080107111032)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Daftar isi

BAB 1 Pendahuluan....................................................................................................1

A. Latar belakang ........................................................................................1

B. Rumusan masalah...................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................. ..2

D. Manfaat..................................................................................................2

BAB 2 Pengertian Ikan Transgenik.............................................................................3

A. Sejarah Transgenik.................................................................................3

B. Proses transgenik pada Ikan...................................................................3

C. Kelebihan dan kekurangan pada Ikan Transgenik...................................4

BAB 3 SIMPULAN.....................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Dimana
penerapannya sebagian besar digunakan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjangkau setiap aspek kehidupan manusia, tak
ketinggalan pula dalam bidang bioteknologi. Selain dalam bidang pertanian dan pangan,
bioteknologi modern juga telah menjangkau bidang kelautan dan perikanan. Beberapa
permasalahan perikanan terutama dalam budidaya ikan dapat teratasi dengan bioteknologi
molekuler, salah satu teknologi tersebut adalah dengan pengembangan “Teknologi
Transgenik”. Transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk
hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman
lainnya. Salah contoh dari teknologi transgenetik ini yaitu ikan transgenik.
Teknologi ikan transgenik mampu menghasilkan benih ikan unggul, yaitu melalui
perbaikan mutu genetik ikan yang akan dipelihara atau dibudidayakan. Perbaikan mutu
genetik ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ikan. Keunggulan
ikan hasil rekayasa ini antara lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap serangan penyakit, dan
tahan terhadap lingkungan yang cukup ekstrem.
Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan
pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh
dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh
perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan
otransgenikan atau sel otransgenikan tertentu dan gen umum yang memberikan turunan
kepada jenisnya. Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan terdiri dari bahan kimia
yaitu DNA deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Ekspresi dari gen-gen
tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan.
Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu
dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan
menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya tercermin
pada laju pertumbuhan ikan.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu menghasilkan
benih ikan unggul seperti tersebut diatas salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
rekayasa genetik melalui penerapan teknologi transgenik pada ikan. Transgenik atau
teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan
kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda
secara in vitro.
Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan
peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini memungkinkan untuk diaplikasikan
dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan), namun masih perlu dilakukan penelaahan
khusus untuk mengetahui teknologi tersebut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ikan transgenik?
2. Bagaimanakah proses transgenik pada ikan?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari ikan transgenik?

C. Tujuan

Tujuan dari masalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui pengertian ikan transgenik
2. Mengetahui proses transgenik pada ikan
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari ikan transgenik

D. Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menjadi salah satu literatur bagi
berbagai kalangan yang memerlukan untuk menambah pengetahuan khususnya pembahasan
mengenai metode transfer gen dan kelebihan maupun kekurangannya.
BAB II
PENGERTIAN IKAN TRANSGENIK
A. Sejarah Transgenik

Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah, dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi
transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu
hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman dan
sebaliknya. Transgenik secara definisi adalah “ The Use of Gene Manipulation to Permanently Modify the
Cell or Germ Cells of Organism “ (Penggunaan Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan yang tetap
pada Sel Makhluk Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa
genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber
yang berbeda secara in vitro. Menurut pendapat Alimuddin (2008:1) Transgenesis merupakan teknik
rekayasa genetic dengan cara mengintroduksi gen pengode karakter unik yang dapat memberikan nilai
tambah bagi organism target.
Definisi transgenik pada ikan atau hewan ternak pada umumnya adalah memasukkan DNA
rekombinan yang telah dikendalikan ke dalam genom, sehingga DNA yang dimasukkan ini dapat
mengembangkan salah satu aspek dari produktivitas, juga DNA dan efeknya dapat diturunkan kepada
anaknya.
Transgenik menurut pendapat Alimuddin (2008) merupakan teknik rekayasa genetic dengan cara
mengintroduksi gen pengode karakter unik yang dapat memberikan nilai tambah bagi organism target.
Sebagai contoh, transfer gen pengode hormone pertumbuhan (growth hormone, GH) untuk meningkatkan
laju pertumbuhan ikan hingga beberapa kali lipat (Devlin et al, 1994), dan gen cecropin (Dunham et al,
2002) atau lisozim (Yazawa et al, 2005) untuk meningkatkan resistensi ikan terhadap bakteri patogen.
Transfer gen pengode enzim-enzim yang bekerja dalam biosintesa asam lemak rantai panjang tidak jenuh
untuk meningkatkan kemampuan ikan dalam mensintesa asam lemak omega-3; asam ekosapentanat dan
dokosaheksanat (Alimuddin et al, 2005; Alimuddin et al, 2007; Alimuddin et al, 2008). Selanjutnya, selain
dapat meningkatkan kecepatan tumbuh ikan, transfer gen GH juga dapat menurunkan ekskresi ammonia,
sehingga kegiatan budidaya dengan ikan seperti ini juga menjadi lebih ramah lingkungan (Kobayashi et al,
2007).
Ekspresi gen asing atau transgen yang diintroduksi adalah dikontrol oleh suatu urutan DNA yang
disebut promoter. Jenis promoter yang digunakan akan menentukan letak, waktu dan tingkat ekspresi
transgen. Dalam hubungannya dengan tempat aktivitasnya, promoter dapat dibedakan menjadi promoter
yang aktif di mana-mana (ubiquitous), dan promoter yang aktifpada jaringan tertentu seperti hanya aktif di
hati, otak atau di gonad saja. Contoh promoter ubiquitous adalah promoter â-aktin, sementara promoter
spesifik misalnya adalah promoter vasa yang aktif pada sel germinal (Yoshizaki et al, 2000). Jenis
promoter lainnya adalah yang bersifat dapat diinduksi (inducible), yaitu promoter yang memerlukan faktor
pemicu.

B. Proses transgenik pada Ikan

Embrio ikan mas fase satu sel diperoleh dengan cara pemijahan buatan. induk ikan
mas betina yang matang gonad disuntik ovaprim dengan dosis 0,5 mL/kg induk. Setelah
induk memijah yang ditandai dengan adanya telur di kakaban, kedua induk ditangkap,
kemudian telur dan sperma dikeluarkan dengan cara pengurutan (stripping). Telur dicampur
dengan sperma dalam satu wadah berupa mangkuk, ditambahkan larutan pembuahan (3 g
Urea ditambah 4 g NaCl dilarutkan dengan 1 L air steril) (Woynarovich & Horvath 1980),
dan diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah itu telur dibilas kembali dengan larutan
pembuahan sebanyak 2-3 kali. Untuk menghilangkan daya rekatnya, telur yang telah dibilas
dengan larutan pembuahan dicelup ke dalam larutan Tannin (0,5 g Tannin dilarutkan dengan
1 L SDW) (Woynarovich & Horvath 1980) yang masih baru selama 3-5 detik, kemudian
segera dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali. Embrio-embrio tersebut selanjutnya
diinkubasi dalam akuarium dengan suhu air sekitar 240C di Laboratorum Pengembangbiakan
dan Genetika Ikan, BDP, FPIK, IPB.
Pembuatan Cekungan Gel Agarosa. Cekungan dari gel agarosa berfungsi sebagai
penahan embrio supaya tidak bergerak pada saat diinjeksi dengan jarum. Metode pembuatan
cekungan gel agarosa mengikuti metode Alimuddin (2003). Sebanyak 30 mL agarosa 2%
(dalam akuades) hangat dituangkan ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah diletakkan
cetakan marmer di dalamnya. Setelah agarosa menjadi padat, cetakan marmer diambil
sehingga terbentuk cekungan (Gambar 1a) sebagai tempat meletakkan embrio ikan. Setelah
digunakan, cekungan gel agarosa dibilas dengan etanol 70% dan akuades, kemudian ditutup
dengan plastik sebelum disimpan di dalam lemari es. Cekungan gel agarosa ini dapat
digunakan beberapa kali.
Konsentrasi plasmid DNA, pmBP-hrGFP (Sawayama 2006), yang digunakan untuk
mikroinjeksi ikan mas yaitu 50 μg/mL akuabides. Sebanyak 10 μL larutan DNA diambil
menggunakan mikropipet dengan tip panjang dibagian ujungnya (Gambar 1b) dan kemudian
dimasukkan ke dalam jarum mikroinjeksi (Gambar 1c). Ukuran bukaan mulut jarum
mikroinjeksi adalah sekitar 5-7 μm. Cara pembuatan jarum mikroinjeksi seperti dijelaskan
dalam Alimuddin (2003). Jarum mikroinjeksi yang berisi larutan DNA disambungkan ke
penahan jarum (Gambar 2a) pada sistem mikroinjektor (Gambar 2b). Embrio ikan mas fase 1
sel diletakkan dan diatur secara hati-hati ke dalam cekungan gel agarosa menggunakan pipet.
Posisi telur diatur sedemikian rupa sehingga blastodisk mengarah ke jarum mikroinjeksi
untuk memudahkan proses injeksi (Gambar 2e). Mikroinjeksi dilakukan di bawah mikroskop
(Gambar 2c). Jarum mikroinjeksi digerakkan menggunakan mikromanipulator (Gambar 2d).
Perlakuan injeksi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dari induk ikan mas yang berbeda.
Jumlah telur yang diinjeksi sebanyak 40 butir tiap ulangan. Telur-telur yang telah diinjeksi
dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi. Suhu air akuarium inkubasi adalah 24 ± 10C.
Setiap hari, telur yang tidak dibuahi atau mengalami deformasi dibuang.
Pengamatan ekspresi hrGFP dilakukan dengan menggunakan mikroskop fluoresen
(Olympus, BH2) yang dilengkapi dengan reflected light fluorescence attachment pada
perbesaran 40x. Dua belas jam setelah injeksi, pada saat ekspresi transgen telah terlihat
dengan jelas, pengamatan dilakukan setiap 6 jam untuk mengamati perkembangan ekspresi
hrGFP hingga ekspresinya tidak kelihatan. Embrio dan larva difoto menggunakan kamera
digital kemudian ditransfer ke komputer.
Parameter yang diamati meliputi derajat kelangsungan hidup embrio (DKH-e), derajat
penetasan (DP) dan persentase larva mengekspres ikan transgen (PLMT). DKH-e adalah
persentase jumlah embrio yang hidup dibandingkan jumlah embrio awal. Perhitungan DKH-e
dilakukan sekitar 36 jam setelah pembuahan, di mana telur belum menetas. DP adalah
persentase jumlah telur yang menetas dibandingkan jumlah awal embrio. Perhitungan
dilakukan ketika telur
telah menetas secara keseluruhan. PLMT didapatkan dari perbandingan jumlah larva
yang mengekspresikan gen hrGFP dibandingkan dengan jumlah total telur injeksi yang
menetas. Perhitungan persentase tersebut dilakukan 6 jam setelah telur menetas menjadi
larva. Data hasil pengamatan dan penghitungan dari ketiga ulangan dirata-ratakan dan
kemudian dianalisis secara deskriptif selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

C. Kelebihan dan kekurangan pada Ikan Transgenik

Melakukan transgenik pada ikan juga memiliki kelebihan dan kekurangan bagi iakn
itu sendiri maupun bagi yang mengkonsumsinya, diantara kelebihan dan kekurangannya yaitu
sebagai berikut:
1. Kelebihan ikan transgenik
Hasil penelitian transgenik pada ikan telah memberikan dampak yang positif pada
pertumbuhan ikan dan terbukti bahwa gen luar yang ditranfer telah mampu berintregrasi
dengan genomnya, hal ini dapat dilihat dari hasil pertumbuhan keturunannya yang cukup
meyakinkan yaitu sekitar 4-6 kali lipat pada ikan salmon.
Sedangkan hasil analisis berat badan ikan non transgenik dan transgenik pada ikan tilapia
menurut Rahman dan Maclean (1999) menunjukkan bahwa keturunan F2 (keturunan F2
adalah perkawinan antara jantan F1 dengan betina alam), ikan transgenik menghasilkan berat
berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang padaikan non
transgenik menghasikan berat berkisar antara 20-30 gram/individu, dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat diturunkan, dan
pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan kontrol.
Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan dengan
daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar
1,02, ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya
memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging
satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa didalam
pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.
2. Kelemahan ikan transgenik
Selain kelebihan yang dimiliki, ikan transgenik juga memiliki beberapa kelemahan. Pada
kondisi akuarium, ikan transgenik yang cepat- tumbuh tersebut 30% lebih cenderung mati
sebelum mencapai kedewasaan seksual. Ikan transgenik yang diperkenalkan kedalam
populasi ikan yang hidup liar menunjukkan Hasil mengkhawatirkan. Hanya membutuhkan
40 generasi bagi ikan transgenik tersebut, yang kawin dengan lebih sukses namun
menghasilkan keturunan yang tak bertahan hidup juga, untuk membawa populasi tersebut
kepada kepunahan. Muir dan Howard menyebutnya "Efek Gen Trojan".
Seorang ahli hewan Jerman, Hans-Hinrich Kaatz, menemukan bukti bahwa gen-gen yang
digunakan untuk memodifikasi tanaman-tanaman pangan dapat meloncati pembatas spesies
dan menyebabkan bakteria untuk bermutasi. Dibawah teori itu, jika ikan transgenik lepas ke
alam liar, mereka dapat menyebabkan pencemaran spesies-spesies air lainnya. Telah ada 114
spesies ikan, termasuk 26 spesies salmon pasifik, yang didaftar dalam Hukum Spesies
Terancam Punah Membiarkan ikan transgenik di keramba laut dapat meningkatkan jumlah
spesies yang terancam punah dengan signifikan Ancaman keanekaragaman ekologi.
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Transgenik merupakan teknik rekayasa genetic dengan cara mengintroduksi gen pengode
karakter unik yang dapat memberikan nilai tambah bagi organism target.

2. Fase satu sel diperoleh dengan cara pemijahan buatan, Setelah induk memijah yang ditandai
dengan adanya telur di kakaban, kedua induk ditangkap, kemudian telur dan sperma dikeluarkan
dengan cara pengurutan (stripping). Telur dicampur dengan sperma dalam satu wadah berupa
mangkuk, ditambahkan larutan pembuahan (3 g Urea ditambah 4 g NaCl dilarutkan dengan 1 L air
steril) dan diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah itu telur dibilas kembali dengan larutan
pembuahan sebanyak 2-3 kali. Untuk menghilangkan daya rekatnya, telur yang telah dibilas dengan
larutan pembuahan dicelup ke dalam larutan Tannin (0,5 g Tannin dilarutkan dengan 1 L SDW) yang
masih baru selama 3-5 detik, kemudian segera dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali. Embrio-
embrio tersebut selanjutnya diinkubasi dalam akuarium dengan suhu air sekitar 240C di Laboratorum
Pengembangbiakan.

3. Kelebihan ikan transgenik adalah pertumbuhan yang cepat, pakan yang dibutuhkan sedikit,
tahan terhadap penyakit pada lingkungan yang cukup ekstrim. Sedangkan kekurangannya yaitu
apabila ikan transgenic ini dilepas dialam bebas atau kehabitat asalnya maka dapat menyebabkan
ketidak seimbangannya ekologi yang ada diair.
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, G. Yoshizaki and O. Carman 2007. Metode Cepat Untuk Identifikasi Sigositas Pada Ikan
Transgenik. Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 177–182 (2007)

Alimuddin dkk.2009.Aktivitas Promoter â-aktin Ikan Medaka Jepang (Oryzias latipes) pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Natur Indonesia 11(2), April 2009: 70-77

Bagle dkk 2012. Transgenic Animals And Their Application In Medicine. International Journal of
Medical Research & Health Sciences

rizqifatihatur.blogspot.co.id/2015/11/makalah-genetika.html

Anda mungkin juga menyukai