Anda di halaman 1dari 7

teraksi udara-laut : "Fenomena Upwelling"

Indonesia merupakan Negara maritime yang kaya akan sumber daya


alamnya terutama dari laut. Sampai saat ini banyak hal yang masih harus
dipelajari dari laut kita, baik itu kandungannya, prosesnya atupun lainnya.
Ada banyak proses dilautan yang melibatkan interaksi udara-laut, Salah satu
hal yang sampai saat ini masih jadi bahan perbincangan yang hangat adalah
masalah “Upwelling”.
Sebagai permulaan, berikut contoh upwelling yang terjadi di Indonesia
          di Lampung pada tahun 1991, telah terjadi kerugian sekitar Rp 3,5
miliar akibat kematian massal udang windu yang siap panen. Matinya
kerang-kerang mutiara di loka budidaya Dobo, Maluku Tenggara, dan
kematian ikan sardine di sepanjang Pantai Kuta, Bali pada tahun 1995, serta
kematian massal ikan di perairan Waigeo, Sorong pada tahun 1996
merupakan beberapa kejadian yang diakibatkan oleh red tide. Red tide
merupakan salah satu dampak negatif akibat fenomena upwelling.
Lau sebenaranya Apa itu upwelling, bagaimana proses upwelling itu terjadi,
juga hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah upwelling  akan kita bahas
disini
          Upwelling adalah pembalikan massa air laut atau naiknya massa air
laut yang disebabkan oleh perbedaan temperature, yaitu temperature laut
bagian bawah lebih dingin dibandingkan dengan bagian atasnya.
Temperature bagian bawah laut lebih dingin, karena lapisan itu belum
berhubungan dengan atmosfer. Akibat temperatur permukaan laut yang
dingin ini dapat mengubah iklim lokal juga. 
Ada beberapa tipe upwelling, yaitu:
          Coastal upwelling terjadi ketika lapisan bawah air laut menggantikan
lapisan atas. Gesekan angin yang berhembus pada permukaan laut
dipengaruhi oleh efek Coriolis yang membelokkannya ke kanan (di belahan
bumi utara), dan transport Ekman menggerakkannya ke arah laut. Akibatnya
terjadi pergerakan air disepanjang pantai.
          Equatorial upwelling terjadi akibat adnya angin dan perubahan arah
pada efek coriolis pada bidang equator
          Southern ocean upwelling terjadi dipengaruhi oleh angin yang kuat
dari barat dan timur yang bertiup mengelilingi Antartika, akibatnya terjadi
perubahan yang signifikan terhadap aliran massa air yang menuju ke utara.
Tipe upwelling lainnya adalah Tropical cyclone upwelling, Artificial Upwelling,
Non-oceanic upwelling

   
          Umumnya zat hara yang terkandung pada air laut seperti fosfat, nitrat,
dan silikat berada dibawah, namun dengan terjadinya proses upwelling ini
maka zat hara akan naik ke bagian atas. Meski arus yang dibawa upwelling
mengandung sedikit oksigen, namun nutrisi seperti nitrat ataupun nitrit
tersebut akan mengakibatkan tumbuhnya fitoplankton yang melimpah.
Seperti yang kita ketahui, fitoplankton merupakan produsen utama pada
rantai makanan dilaut.
          Jika proses upwelling berjalan dengan baik, dan didukung oleh
dangkalnya lapisan termoklin, maka daerah yang mengalami upwelling akan
membantu menyediakan nutrien dengan konsentrasi tinggi sehingga
pertumbuhan organisme laut pun akan melimpah dan hal ini mungkin bisa
dimanfaatkan oleh para nelayan.
          Namun, fenomena upwelling juga memberikan dampak yang negatif
karena kebanyakan ikan laut dan invertebrate memproduksi larva
mikrokopis dan larva-larva tersebut melayang bersama untuk beberapa
waktu tertentu. Kemudian larva yang telah tumbuh dewasa kebanyakan
hidup pada daerah pantai, kemudian akan terbawa arus akibat proses 
upwelling ini. Sehingga upwelling bisa mengakibatkan larva sebagai
ekosistem pantai jauh dari habitat aslinya.
          Fenomena upwelling ini tidak terjadi terus menerus, melainkan akan
terjadi apabila angin berembus terus-menerus di sepanjang pantai.
Upwelling terjadi pada arus permukaan laut, dan arus itu bergerak tidak
hanya secara horizontal namun karna berbagai faktor dapat juga bergerak
secara Vertikal. Fenomena upwelling dipantau oleh satelit yang bernama
NOAA.
Menurut waktunya, upwelling bisa dikelompokan kedalam 3 jenis yaitu:
1. Jenis Tetap (Stationery-type)
Terjadi sepanjang tahun meskipun intensitasnya berubah. contohnya yang
terjadi di pantai Peru.
2. Jenis Berkala (Periodic-type)
Terjadi hanya semusim saja. Contohnya di selatan pulau jawa.
3. Jenis Silih berganti
Terjadi secar bergantian dengan peristiwa sinking (penenggelaman massa
air / lawan dari peristiwa upwelling). contoh di laut arafuru
          Selain fenomena upwelling ini, masih banyak fenomena-fenomena
yang terjadi di laut yang menarik dan patut kita kaji. Guna sebagai
pengetahuan dasar untuk mempelajari secara mendalam tentang laut.

 sumber :
-http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/409-upwelling
-http://rageagainst.multiply.com/journal/item/27/UPWelling_dan_Pengaruh_ELnino
-http://www.coremap.or.id/berita/article.php?id=300
http://diwicintalaut.blogspot.com/2011/03/interaksi-udara-laut-fenomena-upwelling.html

Selasa, 18 Mei 2010

Fenomena Upwelling

Fenomena upwelling menyebakan banyak ikan karena proses ini membawa nutrisi dari dalam
menuju permukaan laut yang menjadi sumber pangan bagi kehidupan laut dari sekitar
permukaan.

Jenis-jenis upwelling menurut waktu terjadinya:

1. Jenis Tetap (Stationery-type)

Terjadi sepanjang tahun meskipun intensitasnya berubah. Akan berlangsung gerkan naik
massa air dari lapisan bawah secara mantap dan setelah mencapai permukaan massa air terus
bergerak horizontal keluar, contohnya yang terjadi di pantai Peru.

2. Jenis Berkala (Periodic-type)


Terjadi hanya semusim saja. selama upwelling, massa air lapisan permukaan meninggalkan
lokasi upwelling, dan massa air yang lebih berat dari lapisan bawah bergerak keatas mencapai
permukaan. Contohnya di selatan pulau jawa.

3. Jenis Silih berganti

Terjadi secar bergantian dengan peristiwa sinking (penenggelaman massa air / lawan dari
peristiwa upwelling) Dalam satu musim, air yang bermassa ringan dilapisan permukaan
bergerak keluar lokasi trrjadinya upwelling dan air bermassa berat dari lapisan bawah bergerak
keatas. contoh di laut Arafura.

Jenis-Jenis upwellingmenurut tempat terjadinya:

a. Coastal Upwelling

Coastal upwelling adalah tipe yang paling banyak memiliki hubungan dengan aktivitas manusia dan
memberikan banyak pengaruh terhadapa produktivitas perikanan di dunia, seperti ikan pelagis kecil
(sardines, anchovies, dll.). Laut dalam kaya akan nutrien termasuk nitrate and phosphate, yang merupakan
hasil dari dekomposisi materi organik (dead/detrital plankton) dari permukaan laut.

Ketika sampai ke permukaan, nutrien tersebut digunakan oleh fitoplankton, beserta CO2 terlarut dan dan
energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis. Daerah Upwelling
memiliki produktivitas yang tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Hal ini berkaitan dengan rantai
makanan, karena fitoplankton berada pada level dasar pada rantai makanan di laut. Daearah dari
upwelling antara lain pantai Peru, Chile, Laut arab, western South Africa, eastern New Zealand,
southeastern Brazil dan pantai California.

Adapun rantai makanan di laut adalah sebagai berikut :

Phytoplankton -> Zooplankton -> Predatory zooplankton -> Filter feeders -> Predatory fish

Karena ini menjadi sebuah rantai makanan, ini berarti bahwa setiap spesies adalah spesies kunci dalam
zona upwelling. Bagian kunci dari oseanografi fisika yang menimbulkan coastal upwelling adalah efek
Coriolis yang didorong oleh wind-driven yang derung diarahkan ke sebelah kanan di belahan bumi utara
dan ke arah kiri di belahan bumi selatan.

b. Equatorial Upwelling

Fenomena yang sama terjadi di ekuator. Apapun lokasinya ini merupakan hasil dari divergensi, massa air
yang nutrien terangkat dari lapisan bawah dan hasilnya ditandai oleh fakta bahwa pada daerah ekuator
di pasifik memiliki konsentrasi fitoplankton yang tinggi.

c. Southern Ocean Upwelling


Upwelling dalam skala besar juga terjadi di Southern Ocean. Di sana, dipengaruhi angin yang kuat dari
barat dan timur yang bertiup mengelilingi Antarctika, yang mengakibatkan perubahan yang signifikan
terhadap aliran massa air yang menuju ke utara. Sebenarnya tipe ini masih termasuk ke dalam coastal
upwelling. Ketika tidak ada daratan antara Amerika Selatan dengan Semenanjung Antartika, sejummah
massa air terangkat dari lapisan dalam. Dalam banyak pengamatan dan sintesis model numerik,
upwelling samudra bagian Selatan merupakan sarana utama untuk mengaduk material lapisan dalam ke
permukaan.Beberapa model sirkulasi laut menunjukkan bahwa dalam skala luas upwelling terjadi di
daerah tropis, karena didorong tekanan air mengalir berkumpul ke arah lintang rendah dimana terdifusi
dengan lapisan hangat dari permukaan.

d. Tropical cyclone upwelling

Upwelling juga bisa disebabkan oleh tropical cyclone yang melanda suatu wilayah laut, biasanya apabila
bertiup dengan kecepatannya kurang dari 5 mph (8 km/h).

e. Artificial Upwelling

Upwelling tipe jenis ini dihasilkan oleh perangkat yang menggunakan energi gelombang laut atau
konversi energi panas laut untuk memompa air ke permukaan. Perangkat seperti telah dilakukan untuk
memproduksi plankton.

f. Non-oceanic upwelling

Upwellings juga terjadi di lingkungan lainnya, seperti danau, magma dalam mantel bumi. Biasanya akibat
dari konveksi.

http://benedictusaninditorahadi.blogspot.com/2010/05/fenomena-upwelling.html

Abstrak: Berbagai observasi, pemantauan dan analisis telah dilakukan untuk mengkaji peristiwa upwelling di
pesisir Selatan Sumbawa Barat berkaitan dengan penempatan tailing di dasar laut yang dioperasikan oleh PT
Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Upwelling di daerah pesisir Selatan Sumbawa terjadi antara bulan Mei –
Oktober dengan intensitas tertinggi antara bulan Juli – September bertepatan dengan musim angin Tenggara.
Upwelling di tempat ini ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut, naiknya salinitas permukaan, dan
meningkatnya produktifitas primer atau kelimpahan plankton. Data pemantauan kolom air selama sepuluh tahun di
daerah penempatan tailing menunjukkan bahwa plume kekeruhan tailing tidak dipengaruhi oleh kondisi upwelling.
Kekeruhan hanya terjadi di perairan dasar ngarai di daerah penempatan tailing dan bagian teratas plume tailing
tetap berada di bawah ujung pipa tailing pada kedalaman >120 m di bawah permukaan laut, di dalam wilayah
yang diizinkan. Pemantauan kualitas air yang dilakukan pada saat upwelling hasilnya menunjukkan hal yang tidak
berbeda dengan pemantauan di musim non-upwelling. Secara umum kualitas air laut (kekeruhan, padatan
tersuspensi total dan kandungan logam terlarut) di perairan permukaan diatas daerah penempatan tailing (Zona B)
tetap memenuhi baku mutu. Operasi penempatan tailing PTNNT tidak berdampak pada perairan eufotik permukaan
dan pesisir pantai yang memiliki keanekaragaman dan produktifitas tinggi.

Kata kunci: kualitas air laut, plume, tailing, dan upwelling.

http://www.lingkungan-tropis.org/pengaruh-upwelling-jorina-waworuntu

Anda mungkin juga menyukai