T-TEST DEPENDENT
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika Lanjut dengan Dosen
Pengampu Dr. Mutalazimah, SKM, Mkes
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Novia Putri P ( J310100078)
Ina Sholihah (J310120005)
Katria Ravita E ( J310120018)
Fiqi Dwi Kartika ( J310120023)
Rusmah Suci A ( J310120024)
Rieny Hutami E (J310120036)
A. Latar Belakang
Dalam uji statistik parametrik terdapat beberapa uji yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan tentang populasi dari sampel tersebut yang diambil. Seandainya
sampel yang diambil merupakan sampel yang saling berhubungan, maka akan timbul
suatu permasalahan bagaimana cara (metode) menganalisisnya dan uji statistik apa yang
digunakan. Salah satu uji statistik parametrik digunakan adalah uji T-test dependent.
T - test atau uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis nol. Uji t pertama kali dikembangkan oleh William Seely Gosset pada
tahun 1915. Uji t dapat dibagi menjadi 2 , yaitu uji t yang digunakan untuk pengujian
hipotesis 1 sampel dan uji t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 2 sempel. Bila
duhubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang digunakan (khusus bagi uji t
dengan 2 sampel), maka uji t dibagi lagi menjadi 2, yaitu uji t untuk sampel bebas
(independent) dan uji t untuk sampel berpasangan (paired).
Uji t - test dependent adalah pengujian yang mana tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara nilai variabel dari dua sampel yang berpasangan atau berkolerasi.Fungsi
dari t-test dependent adalah untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling
berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek
yang sama namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu
pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan sebuah perlakuan. Syarat jenis uji t – test
dependent adalah: (a) data berdistribusi normal; (b) kedua kelompok data adalah dependen
(saling berhubungan/berpasangan); dan (c) jenis data yang digunakan adalah numeric dan
kategorik (dua kelompok).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah uji t – test dependent?
2. Apakah fungsi dari penggunaan t – test dependent ?
3. Bagaimana syarat – syarat penggunaan uji t – test dependent?
4. Bagaimana konsep hipotesis dalam statistika?
5. Bagaimana langkah – langkah penggunaan uji t – test dependent?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mendiskusikan dan membahas pengertian uji t – test dependent.
2. Mendiskusikan dan membahas fungsi dari penggunaan uji t – test dependent.
3. Mendiskusikan dan membahas syarat – syarat penggunaan uji t – test dependent.
4. Mendiskusikan dan membahas konsep hipotesis dalam statistika.
5. Mendiskusikan dan membahas langkah – langkah penggunaan uji t – test dependent.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi
pembacanya dalam memahami dan mengimplementasikan konsep hipotesis dalam
perhitungan statistika yang berguna dalam melakukan penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Uji satu arah ini kebalikan pada hipotesis kedua, dimana pada hipotesis awal kelompok
atau sampel 1 memiliki rata-rata sama dengan atau lebih kecil dengan rata-rata
kelompok 2. sedangakan hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2.
F. Rumus
Menurut Sugiyono (2010), rumus uji t-test dependent, yaitu :
Statistik hitung (t hitung):
Dimana:
Keterangan
D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2)
n = Jumlah Sampel
X bar = Rata-rata
Sd = Standar Deviasi dari d.
c) Menghitung t hitung:
2. Judul : Perbedaan Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Protein pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Predialisis Sebelum dan Setelah Mendapatkan Konseling Gizi di
RS. DR. Moewardi Surakarta.
Oleh : Dyah Widiyastuti.
Variabel bebas : Pemberian konsultasi gizi.
Variabel terikat: Pendidikan gizi, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein.
a. Variabel : pendidikan gizi
Skala : Rasio
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner, alat tulis
b. Variabel : tingkat kecukupan energi
Skala : Rasio
Cara ukur : Recall
Alat ukur : nutrisurvey
c. Variabel : tingkat kecukupan protein
Skala : Rasio
Cara ukur : Recall
Alat ukur : nutrisurvey
Hasil Uji Paired-Sample T-Test
a. Variabel : Pendidikan gizi
thitung : - 12.455
b. Variabel : asupan energi
thitung : - 10.844
c. Variabel : asupan protein
thitung : - 7.478
Kesimpulan :
Dari ketiga variabel menunjukkan bahwa | thitung | > ttabel. Maka Ho ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan gizi dan tingkat kecukupan
energi, protein pada pasien gagal ginjal kronik predialisis sebelum dan setelah
mendapat konseling gizi di RS DR. Moerwardi, Surakarta
Perbedaan pengetahuan gizi pada pasien gagal ginjal kronik diperoleh nilai p =
0,001. Maka Ho ditolak , sehingga ada perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan
sesudah dilakukan konseling gizi.
Perbedaan tingkat kecukupan energi pada pasien gagal ginjal kronik diperoleh nilai
p= 0,001 dan tingkat kecukupan protein diperoleh nilai p= 0,001. Maka Ho ditolak,
sehingga ada perbedaan tingkat kecukupan energi dan protein sebelum dan setelah
dilakukan konseling gizi.
3. Judul :Pengaruh Perendaman Daging Sapi pada Sari Buah Nanas dan Sari
Buah Pepaya Terhadap Tekstur dan Warna Daging Sapi.
Oleh : Siska Mutiara Tri Arini
Variabel bebas : perendaman daging sapi pada sari buah nanas dan sari buah pepaya
dengan konsentrasi yang berbeda
Variabel terikat : tekstur dan warna daging sapi
a) Pengujian tekstur daging sapi
1) Bahan : daging sapi yang sudah direndam sari nanas dan sari pepaya.
2) Alat : penetrometer, sendok makan, dan piring kecil.
b) Pengujian warna daging sapi
1) Bahan : daging sapi yang sudah direndam sari nanas dan sari pepaya.
2) Alat : Minolta Reflectance Charomameter (CR- 400), piring kecil, dan
sendok makan.
Variabel kontrol : jenis bagian sapi, jenis buah nanas mentah, jenis buah pepaya dan
ukuran irisan daging sapi.
Kesimpulan:
Perbedaan tekstur daging sapi dengan perendaman sari buah nanas dan pepaya
(p=0,257 untuk konsentrasi 10 % dan p= 0,138 untuk konsentrasi 20 %). Maka Ho
diterima, sehingga tidak ada perbedaan tekstur daging pada perendaman daging dengan
sari buah nanas maupun sari buah pepaya.
Perbedaan warna daging sapi dengan perendaman sari buah nanas dan pepaya ( p=
0,226 pada konsentrasi 10 % dan p= 0,034 pada konsentrasi 20 %). Pada konsentrasi 10
% Ho diterima, sehingga tidak ada perbedaan warna daging terhadap nilai kecerahan.
Sedangkan pada konsentrasi 20 % Ho ditolak , sehingga ada perbedaan warna daging
terhadap nilai kecerahan.
DAFTAR PUSTAKA