Oleh :
Muhammad Fathi Mutsaqof 2)
ABSTRAK
Gula kelapa dihasilkan dari nira kelapa. Nira kelapa adalah cairan manis yang disadap
dari pohon kelapa dan mudah rusak karena aktivitas mikrobia. Kerusakan nira kelapa
dapat dihambat dengan menambahkan bahan pengawet. Penggunaan pengawet oleh
pengrajin gula kelapa masih beragam yang akan mempengaruhi kualitas gula. Sebaran
keragaman penggunaan pengawet di Kecamatan Kemranjen masih belum diketahui. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian mengenai profil penggunaan pengawet nira pada
pengrajin gula kelapa di Kecamatan Kemranjen. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1)
mengetahui profil produksi gula kelapa di Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas,
2) mengetahui sebaran penggunaan pengawet pada pengrajin gula kelapa di Kecamatan
Kemranjen, 3) mengetahui harga jual gula kelapa di Kecamatan Kemranjen, Kabupaten
Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode sensus. Total responden di Kecamatan
Kemranjen sebanyak 585 orang. Variabel yang diteliti adalah sebaran penggunaan
pengawet nira, profil produksi gula kelapa, dan sebaran harga jual gula. Hasil penelitian
menunjukan bahwa jumlah pengrajin, jumlah pohon yang disadap, dan jumlah produksi
gula di Kecamatan Kemranjen adalah 585 orang, 8.718 pohon, 2.615 Kg/hari. Jumlah
terbanyak adalah Desa Karanggintung (332 orang, 5.100 pohon, dan 1.402 Kg/hari)
sedangkan yang paling sedikit adalah Desa Kecila (3 orang, 25 pohon, dan 8 Kg/hari).
Waktu pengambilan nira dua kali sehari (96,2%) lebih banyak daripada sekali sehari
(3,8%) sedangkan waktu pemasakan gula kelapa sekali sehari lebih banyak (57,4%)
daripada pemasakan dua kali sehari (42,6%). Sebaran pengawet nira di Kecamatan
Kemaranjen adalah pengguna natrium metabisulfit sebanyak 296 orang (50,6%),
pengguna kapur + kulit manggis sebanyak 255 orang (43,6%), pengguna kapur + kayu
nangka sebanyak 25 orang (4,2%), pengguna natrium metabisulfit + kayu nangka/kulit
manggis 7 orang (1,2%), dan pengguna kapur 2 orang (0,4%). Tingkat rerata harga jual
gula kelapa di Kecamatan Kemranjen berkisar antara Rp 11,542,00 – Rp 13,600,00.
Kata kunci : gula kelapa, harga gula, nira, pengawet alami
1)
Makalah hasil penelitian S1 yang dibimbing oleh Dr. Ir. Tri Yanto, M.T. dan Karseno, S.P.,
M.P., PhD.
2)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan UNSOED dengan NIM A1F015052
1
I. PENDAHULUAN
2
Pada kondisi musim hujan, banyak penderes yang memilih menggunakan
pengawet sintetis seperti natrium metabisulfit agar mencegah terjadinya kegagalan
dalam pembuatan gula. Winarno (2002) menyebutkan bahwa, banyak produsen
gula kelapa yang masih menggunakan senyawa sulfit terutama pada saat musim
penghujan karena dapat mencegah resiko terjadinya “gula gemblung”. Selain
senyawa sulfit, ada juga pengawet alami seperti kulit manggis. Karseno et al
(2013) mengutarakan, pengawet alami yang dahulu banyak digunakan masyarakat
di antaranya adalah kapur yang dicampur dengan kulit buah manggis atau kayu
nangka. Kedua bahan pengawet tersebut memiliki sifat antimikroba sehingga
mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Pada kurun waktu 2010-2017 Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Banyumas telah melakukan pendataan
terkait sentra produksi gula kelapa. Data sekunder yang diperoleh dari
Disperindagkop menunjukkan bahwa kecamatan Cilongok, Ajibarang, Somagede,
Pekuncen, Purwojati, Lumbir, Wangon, Kemranjen, Sumpiuh, dan Kemranjen
merupakan sentra produksi gula kelapa.
Kecamatan Kemranjen merupakan salah satu sentra produksi gula kelapa
yang masih diperhitungkan dalam menyokong produksi gula kelapa di Kabupaten
Banyumas. Menurut data Disperindagkop (2017), tercatat 887 orang yang
berprofesi sebagai penderes gula kelapa. Setelah dilakukan validasi data ke setiap
kantor kelurahan/desa diketahui bahwa keragaman pengawet nira di lapangan
masih sangat banyak. Beberapa pengawet yang digunakan penderes dalam
pengawetan nira adalah kayu nangka, kulit manggis, pengawet niratan kapur,
senyawa sulfit, dan tentunya masih banyak pengawet lainnya baik dari alami atau
sintetis. Berdasarkan keragaman pengawet nira yang digunakan oleh pengrajin
gula, maka peneliti ingin mengetahui sebaran keragaman tersebut untuk
memperkirakan dampak penggunaan pengawet nira terhadap kualitas gula yang
dihasilkan khususnya di daerah Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
3
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui profil produksi gula
kelapa di Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, 2) mengetahui sebaran
penggunaan pengawet nira pada pengrajin gula kelapa di Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas, 3) mengetahui harga jual gula kelapa di Kecamatan
Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
II. METODE PENELITIAN
Profil pengrajin gula kelapa terdiri dari jumlah pengrajin, jumlah pohon
yang disadap, jumlah produksi gula kelapa, bahan bakar yang digunakan dalam
proses pemasakan nira, waktu pengambilan nira, dan waktu pemasakan nira yang
digunakan pengrajin. Kecamatan Kemranjen memiliki 65.730 penduduk dengan
4
profesi terbanyak adalah petani atau bekerja pada sektor pertanian yang mencapai
21.080 jiwa.
Pohon
Pengrajin
300
3000 2130
200 158 2000
100 1000 474 526
5 16 5 3 3 5 7 5 10 36 58 54 44 25 54 85 52 116
0 0
A B C D E F G H I J K L A B C D E F G H I J K L
Desa (b) Desa
(a)
1600
1400
Gula (kg/hari)
1200
1000
800
600
400
200
0
A B C D E F G H I J K L
(c) Desa
5
memiliki jumlah pengrajin terbanyak yaitu sebanyak 332 orang dan desa yang
paling sedikit pengrajinnya yaitu Desa Grujugan dan Desa Kecila yang hanya
mempunyai 3 orang pengrajin. Populasi terbanyak kedua adalah Desa
Karangsalam dengan jumlah pengrajin sebanyak 158 orang. Pada Gambar 1b
ditunjukkan jumlah gula yang dihasilkan setiap harinya dimana diketahui bahwa
Desa Karanggintung merupakan penghasil gula terbanyak yaitu 1.402 Kg.
Produsen gula terbanyak nomer dua adalah Desa Karangsalam yaitu 702,1 Kg.
Desa Kecila merupakan penghasil gula kelapa tersedikit yang hanya
menghasilkan 8 Kg gula kelapa setiap harinya. Hasil produksi gula kelapa diduga
memiliki hubungan dengan banyaknya pohon kelapa yang disadap setiap harinya.
Pada Gambar 1c diperlihatkan bahwa Desa Karanggintung yang merupakan
penghasil gula kelapa terbanyak juga menyadap pohon kelapa dengan jumlah
terbanyak, yaitu sebanyak 5.100 pohon. Kemudian, Desa Karangsalam yang
menempati posisi kedua sebagai penghasil gula kelapa terbanyak juga menempati
posisi kedua dalam jumlah pohon kelapa yang disadap, yaitu sebanyak 2130
pohon. Adapun desa yang menyadap pohon kelapa paling sedikit adalah Desa
Kecila yang hanya menyadap 25 pohon.
Gula kelapa merupakan gula yang dihasilkan dari proses karamelisasi nira.
Nira yang dimasak di suhu tinggi akan membuat nira menjadi coklat dan
mengental, kemudian mengeras di suhu ruang. Proses pemasakan nira masih
menggunakan bahan bakar dari alam, karena dinilai lebih murah dan mudah
didapat dari lingkungan sekitar. Pada umumnya pengrajin menggunakan kayu
bakar, tetapi ada beberapa pengrajin yang menambahkan serbuk gergajian atau
sekam padi sebagai bahan bakar tambahan. Tabel 1 akan menunjukkan jenis
bahan bakar yang digunakan oleh pengrajin di Kecamatan Kemranjen.
6
Tabel 1. Jenis bahan bakar yang digunakan oleh pengrajin di Kecamatan
Kemranjen
Desa Jenis bahan bakar
Karangsalam Kayu bakar
Pageralang Kayu bakar, Kayu bakar + serbuk gergajian
Karanggintung Kayu bakar, Kayu bakar + serbuk gergajian
Sirau Kayu bakar
Kebarongan Kayu bakar
Grujugan Kayu bakar
Kecila Kayu bakar
Sibalung Kayu bakar
Nusamangir Kayu bakar
Petarangan Kayu bakar
Alasmalang Kayu bakar
Kedungpring Kayu bakar, Kayu bakar + serbuk gergajian
Kondisi geografis Kecamatan Kemranjen yang masih banyak hutan
membuat para pengrajin dimudahkan dalam mencari kayu bakar, sehingga banyak
desa yang cukup mengandalkan kayu bakar saja tidak perlu tambahan lainnya.
Kebutuhan bahan bakar tergantung dari jumlah nira yang dimasak, semakin
banyak nira yang dimasak maka perlu waktu yang lebih lama untuk memasaknya
sehingga butuh bahan bakar yang banyak pula.
Ada dua waktu penyadapan yaitu pagi dan atau sore. Pola penyadapan nira
ini akan ditunjukkan pada Gambar 2. Pengrajin di Kecamatan Kemranjen
kebanyakan melakukan penyadapan dua kali, yaitu pagi dan sore. Jumlah
pengrajin yang melakukan penyadapan dua kali terdapat 563 orang. Sedangkan
sisanya melakukan penyadapan dipagi hari saja, yaitu sebanyak 22 orang. Proses
menyadap pohon kelapa dua kali sehari dikarenakan hasil nira yang didapatkan
bisa lebih banyak dan mencegah kerusakan nira karena tidak terlalu lama
dibiarkan di udara terbuka. Sedangkan perngrajin yang melakukan penyadapan
sekali sehari dikarenakan lebih hemat tenaga dan waktu.
7
600 563 (96,2%)
500
400
Pengrajin
300 Pagi dan sore
200 Pagi
100 22 (3,8%)
0
Waktu Pengambilan nira
350 314
300
250
Pengrajin
200
158
150
100
50 32
5 18 16 5 5 7 10
3 12 41 4
0
A B C D E F G H I J K L
Desa
8
Setelah melakukan proses penyadapan, perlu dilakukan pemasakan. Ada
dua jenis pemasakan nira, jenis yang pertama adalah memasak nira hingga
mencapai end point agar nira mengental dan membuatnya menjadi gula kelapa.
Kemudian, jenis yang kedua adalah sekedar memanaskan nira tanpa mencapai end
point hanya untuk membunuh mikrobia. End point merupakan suhu akhir
pemasakan, dimana nira sudah mulai kental dan terdapat gelembung udara yang
meletup-letup. Akhir pemasakan juga dapat diketahui secara visual, yaitu nira
yang sudah mengental jika dimasukkan ke dalam air dingin tidak bercampur.
Menurut Haryanti et al (2012), pemasakan nira dihentikan jika sudah mencapai
end point yaitu pada suhu 105 – 110 oC. Pola pemasakan gula di Kecamatan
Kemranjen akan ditunjukkan pada Gambar 4.
400
249 (57,4%)
350
300 336 (42,6%)
Pengrajin
250
200 Pagi dan Sore
150
Pagi
100
50
0
Proses Pemasakan nira
9
memasak satu kali dalam sehari meskipun penyadapan dilakukan dua kali dalam
sehari. Menurut penelitian Putri (2017), dikatakan bahwa 1 liter nira
membutuhkan waktu 1,5 jam untuk mencapai titik end point. Sedangkan menurut
penelitian Darmanto et al (2016), diketahui bahwa untuk menguapkan air yang
terkandung dalam 10 liter nira membutuhkan waktu selama 5 jam. Proses lama
pemasakan nira tergantung dari berapa banyak jumlah air yang terkandung dalam
nira, karena proses pemasakan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung
dalam nira dan hanya menyisakan kandungan gulanya saja.
350
313
300
250
Pengrajin
200
155
150
100
50 32
19 16
3 5 5 3 12 5 7 14 55 4
0
A B C D E F G H I J K L
Desa
10
B. Sebaran Penggunaan Pengawet Nira
Kandungan gula dalam nira membuat nira menjadi media yang ideal bagi
pertumbuhan mikrobia. Selama pertumbuhan mikrobia, nira akan mengalami
kerusakan akibat reaksi fermentasi. Kerusakan nira terjadi dari awal penyadapan
hingga pengangkutan ke tempat pengolahan. Proses fermentasi yang
menyebabkan nira rusak dapat dicegah dengan menambahkan pengawet baik
alami maupun sintetis. Presentase sebaran jenis pengawet yang digunakan oleh
pengrajin gula di Kecamatan Kemranjen disajikan pada Gambar 6. Jenis pengawet
yang paling banyak digunakan adalah natrium metabisulfit sebanyak 296
pengrajin (50,6%), kemudian disusul oleh pengawet campuran kapur dan kulit
manggis sebanyak 255 pengrajin (43,6%), sisanya 34 pengrajin (5,8%) adalah
pengguna pengawet jenis lainnya. Natrium metabisulfit masih banyak dijumpai di
kalangan pengrajin karena mudah diperoleh, penggunaanya yang praktis, dan
harga yang relatif murah yaitu sekitar Rp 2.500,00 sampai Rp 5.000,00.
Sedangkan kulit manggis lebih banyak dipilih daripada kayu nangka karena
dinilai lebih efektif dalam mencegah kerusakan pada nira.
350
296 (50,6%)
300
255 (43,6%)
250
I
Pengrajin
200 II
150 III
100 IV
25
7 (4,2%) 2 V
50
(1,2%) (0,4%)
0
Jenis Pengawet
11
terkandung senyawa sulfit yang mampu menghambat reaksi pencoklatan dengan
mekanisme memecah senyawa polimer pada reaksi tersebut. Hal ini yang
menyebabkan gula kelapa di kalangan pengrajin dengan pengawet natrium
metabisulfit memiliki warna kuning, dan lebih cerah dibandingkan gula dengan
pengawet alami seperti kapur dan kulit manggis. Menurut Jusuf (1984 dalam
Haryanti et al 2012), dosis penggunaan Natrium Metabisulfit sebagai pengawet
pada produk pangan tidak boleh melebihi 300 ppm, karena jika lebih dari itu sulfit
akan menyebabkan asma dan muntah-muntah.
Pengrajin yang memilih menggunakan pengawet alami karena permintaan
pasar yang menghendaki gula yang sehat. Selain menghasilkan gula yang lebih
sehat, pengawet alami juga mampu meningkatkan rasa manis gula kelapa.
Terdapat banyak pengawet dari bahan alami yang mampu mencegah kerusakan
nira, namun kebanyakan pengrajin memilih untuk menggunakan kapur dan
dikombinasikan dengan kulit manggis atau kayu nangka.
Pengrajin yang menggunakan kapur saja sebagai pengawet sangatlah sedikit
dibandingkan pengawet lain. Pengrajin lebih memilih untuk mengkombinasikan
kapur dengan bahan lain seperti kulit manggis atau kayu nangka. Hal ini
disebabkan karena harga kapur terbilang cukup mahal, yaitu berkisar Rp 3,500
sampai Rp 10,000. Kapur mengandung ion OH yang bisa mencegah turunnya pH
hingga dibawah netral. Pemberian Ca(OH)2 segera memberikan perbedaan pH
pada awal penyimpanan. Hal ini diduga karena semakin tinggi konsentrasi
Ca(OH)2 yang digunakan maka ion OH- yang dilepaskan semakin banyak
(Naufalin et al, 2012). pH nira yang cukup tinggi akibat lepasnya ion OH-
membuat mikrobia sulit untuk hidup, sehingga kerusakan nira bisa dicegah.
Namun, jika penambahan larutan kapur terlalu banyak maka akan membuat pH
nira terlalu tinggi sehingga gula yang dihasilkan akan berwarna gelap.
Pengguna pengawet alami berupa campuran kapur dengan kulit manggis
berjumlah 255 pengrajin. Pengrajin yang menggunakan pengawet ini berada di
Desa Pageralang, Desa Karanggintung, Desa Sirau, Desa Kecila, Desa
Nusamangir, Desa Petarangan, Desa Alasmalang, dan Desa Kedungpring.
Pengguna pengawet jenis ini yang terbanyak berada di Desa Karanggintung.
12
Pengguna pengawet campuran kapur dengan kayu nangka sebanyak 25
orang dan hanya ada di Desa Pageralang dan Desa Kedungpring. Kayu nangka
akan dicacah hingga berubah menjadi lembaran-lembaran kecil yang kemudian
akan dicampurkan dengang larutan kapur. Pengawet jenis ini jarang ditemui
karena ketersediaan bahan di alam dimana pohon nangka sangat jarang ditemui.
Pengrajin yang menggunakan pengawet campuran antara natrium
metabisulfit dan alami terbilang sedikit, hanya 7 orang. Biasanya natrium
metabisulfit yang ditambahkan hanya sedikit, karena pengrajin tidak ingin
mengambil resiko gulanya gagal dicetak atau biasa disebut sebagai “gula
gemblung”. Adapun pengguna pengawet jenis ini hanya ada di Desa
Karangsalam, Desa Karanggintung, dan Desa Kedungpring. Sebaran jenis
pengawet nira yang digunakan pengrajin gula pada masing-masing desa di
Kecamatan Kemranjen akan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran pengrajin gula kelapa berdasarkan jenis pengawet nira yang
digunakan
Desa Natrium Natrium Kapur + Kulit Kapur + Kayu Kapur
Metabisulfit Metabisulfit manggis nangka
+ Alami
Karangsalam 157 1 - - -
Pageralang - - 1 2 2
Karanggintung 116 1 215 - -
Sirau - - 16 - -
Kebarongan 5 - - - -
Grujugan 3 - - - -
Kecila - - 3 - -
Sibalung 5 - - - -
Nusamangir 1 - 6 - -
Petarangan 2 - 3 - -
Alasmalang - - 10 - -
Kedungpring 7 5 1 23 -
13
sudah sebagai pengawet nira, namun gula yang dihasilkan akan berwarna lebih
gelap karena kapur yang berlebihan akan menyebabkan pH nira kelapa menjadi
tinggi. Hal ini menyebabkan jarang ada pengrajin yang hanya menggunakan kapur
saja sebagai pengawet.
Harga jual merupakan harga yang ditentukan oleh penjual atau produsen
untuk mendapatkan keuntungan setelah biaya produksi telah tertutupi. Mulyadi
(2005) berpendapat bahwa harga jual yang tepat adalah harga jual yang sesuai
dengan kualitas produk suatu barang atau jasa dan harga tersebut dapat diterima
serta memberikan kepuasan pada konsumen. Rata-rata harga gula kelapa di
Kecamatan Kemranjen pada masing-masing desa dapat dilihat dari Gambar 7.
14
14,000
13,500
15
14,000
13,500
13,500
12,000
12,000
11,500
Jenis Pengawet
I II III IV V
16
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
17
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Sensus Pertanian. Badan Pusat Statistik
Indonesia, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa tengah. 2014. Jawa Tengah dalam Angka
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Haryanti, P., Karseno, R. Setyawati. 2012. Aplikasi Pengawet Alami Nira Kelapa
Bentuk Serbuk Berbahan Sirih Hijau Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Gula
Kelapa. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 12 (2) : 106-112.
Marsigit, W. 2005. Penggunaan Bahan Tambahan Pada Nira Dan Mutu Gula Aren
Yang Dihasilkan Di Beberapa Sentra Produksi Di Bengkulu. Jurnal
Penelitian UNIB 11 (1) : 42-48
18
Mulyadi. 2005. Akuntasi Biaya Edisi 5. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Putri, W. R. 2017. Pengaruh Jenis Pengawet Alami Pada Nira Dan Konsentrasi
STPP Terhadap Kualitas Gula Merah Aren. Skripsi. Fakultas Teknik.
Program Studi Teknologi Pangan. Universitas Pasundan. Bandung.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
19
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
Kuesioner ini merupakan salah satu alat bantu yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian berjudul “Profil Penggunaan Pengawet Nira pada
Pengrajin Gula Kelapa di Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas”.
Bapak/Ibu diminta untuk mengisi kuisioner dengan sejujur-jujurnya. Atas
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti: Muhammad Fathi Mutsaqof, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman.
Petunjuk pengisian:
20
e. Lainnya (sebutkan)……………………………………..
2. Berapa harga pengawet nira yang Saudara gunakan? (diisi pada pengawet
nira yang digunakan sekarang)
a. Natrium metabisulfit / obat :Rp………………per bungkus
b. Kapur / gamping : Rp……………… per Kg
c. Kapur / gamping dan kayu nangka
- Kapur / gamping : Rp……………… per Kg
- Kayu nangka : Rp……………… per Kg
d. Kapur / gamping dan kulit manggis
- Kapur / gamping : Rp……………… per Kg
- Kulit manggis : Rp……………… per Kg
e. Lainnya : Rp……………… per………….
3. Berapa jumlah pengawet nira yang Saudara gunakan? (diisi pada
pengawet nira yang digunakan sekarang)
a. Natrium metabisulfit / obat : 1 bungkus untuk…………hari
b. Kapur / gamping : 1 Kg untuk……………….hari
c. Kapur / gamping dan kayu nangka
- Kapur / gamping : 1 Kg untuk……………….hari
- Kayu nangka : 1 Kg untuk……………….hari
d. Kapur / gamping dan kulit manggis
- Kapur / gamping : 1 Kg untuk……………….hari
- Kulit manggis : 1 Kg untuk……………….hari
e. Lainnya : 1…………untuk…………hari
4. Apa alasan Saudara menggunakan pengawet nira tersebut? (uraikan
dengan singkat dan jelas)
………………………………………………………………………………
………………………………………
5. Bagaimana warna gula kelapa yang dihasilkan berdasarkan pengawet nira
yang saudara gunakan?
a. Coklat tua
b. Coklat
21
c. Coklat kekuningan
d. Kuning kecoklatan
6. Bagaimana tingkat kekerasan gula kelapa yang dihasilkan ber dasarkan
pengawet nira yang saudara gunakan?
a. Sangat Keras
b. Keras
c. Agak Keras
d. Tidak Keras
7. Bagaimana kenampakan nira yang saudara sadap?
a. Jernih
b. Agak Jernih
c. Keruh
d. Sangat Keruh
8. Bagaimana aroma nira yang saudara sadap?
a. Sangat harum khas nira
b. Harum khas nira
c. Agak harum khas nira
d. Tidak harum khas nira
9. Jumlah tenaga kerja yang terlibat : ………………………… orang
10. Jumlah pohon kelapa yang disadap : ………………………….pohon
11. Berapa lama waktu penyadapan : …………………………. jam
12. Jumlah wadah yang digunakan : ………………………….buah
13. Berapa jarak lahan ke rumah : …………………………..Km
14. Jumlah gula yang dihasilkan per hari : ………………………….Kg
15. Harga jual gula : Rp………………………per Kg
16. Apa bahan bakar yang Saudara gunakan untuk memasak nira? (Lingkari
sesuai dengan bahan bakar/suluh yang digunakan sekarang)
a. Kayu bakar
b. Sekam
c. Serbuk gergajian
d. Kayu bakar dan serbuk gergajian
22
e. Lainnya……………………………………………….
17. Kapan pemasangan dan pengambilan pongkor/wadah dilakukan?
(Lingkari sesuai dengan yang dilakukan sekarang, jawaban boleh
lebih dari satu)
a. Pemasangan pagi, pengambilan sore
b. Pemasangan sore, pengambilan pagi
c. Pemasangan pagi, pengambilan pagi hari berikutnya
d. Pemasangan sore, pengambilan sore hari berikutnya
e. Lainnya…………………………………………………
18. Kapan memasak nira kelapa untuk membuat gula kelapa? (Lingkari
sesuai dengan yang dilakukan sekarang, jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Pagi, setelah pengambilan nira (pagi hari yang sama)
b. Sore, setelah pengambilan nira (sore hari yang sama)
c. Pagi, setelah mengumpulkan nira sore hari sebelumnya
d. Sore, setelah mengumpulkan nira sore hari sebelumnya
e. Lainya……………………………………………………
19. Kemana Saudara menjual gula yang dihasilkan? (Lingkari sesuai dengan
yang dilakukan sekarang, jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pengepul
b. Toko / warung kelontong
c. Pasar
d. Lainnya…………………………
23
Dokumentasi wawancara kepada pengrajin gula kelapa
24