TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Laboratorium Teknologi Proses Industri
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS
mengubah rupa, aslinya perubahan–perubahan ini dapat memperbaiki gizi dari produk dan
umumnuya menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan. Fermentasi
timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Prinsip dasar fermentasi pangan berpati
adalah degradasi komponen pati menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi
alkohol atau asam sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa manis, alkoholik
dan sedikit asam atau manis sedikit asam (Sudarmaji, 1989).
Menurut Winarno (1974), faktor- faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain:
a. Kondisi lingkungan yang ditentukan untuk pertumbuhan sel dan pembentukan
produk. Kondisi lingkungan dari fermentasi untuk pembuatan tape ketan haruslah
bersifat asam. pH pada fermentasi pembuatan tapai ketan adalah 4,5 – 5 yang
mempunyai sifat asam.
b. Oksigen. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan dalam fermentasi.
c. Suhu. Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme
dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 300C untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 300C pertumbuhan mikroorganisme penghasil
asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan bakteri.
d. Tingkat agitasi. Tujuan dari agitasi adalah menyediakan O2 untuk kebutuhan
metabolisme (aerasi) dan untuk membuat campuran tersebut menjadi homogen.
e. Konsentrasi oksigen terlarut dan faktor - faktor lainnya harus dipertahankan konstan
sewaktu fermentasi.
f. Nutrisi.
Reaksi di atas dijelaskan: gula (glukosa, fruktosa dan sukrosa) = alkohol (etanol) +
karbondioksida + energi (ATP). Urutan proses terjadinya fermentasi dan produk yang
dihasilkan dijelaskan pada gambar di bawah ini.
NADH NAD
(Wheeler,1984).
dikonsumsi. Minyak kelapa murni tidak berwarna (bening), tidak berasa, serta mempunyai aroma
yang harum dan khas.
Tabel II.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan SNI 7381:2008
No Jenis Uji Persyaratan
.
1. Keadaan :
1.1 Bau Khas kelapa segra, tidak tengik
1.2 Rasa Normal, khas minyak kelapa
1.3 Warna Tidak berwarna hingga kuning pucat
2. %FFA (dihitung sebagai asam Maks. 0,2%
laurat)
3. Kadar Air Maks 0,3%
II.1.3 Keju
Prinsip pembuatan keju adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan
mengikutkan 90% lemak susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan
mengendapkan protein menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh
bakteri atau asam yang ditambahkan. Apabila menggunakan asam, dapat digunakan asam
asetat, asam laktat, asam sitrat dan dapat pula digunakan asam alami seperti sari buah
sitrun. Susu dipanaskan 80-90ºC dan asam ditambahkan berupa tetesan sambil dilakukan
pengadukan sampai massa terpisah, setelah curd ditiriskan, dapat diproses lebih lanjut
(Daulay, 1991).
Teknik dan variasi pembuatan keju dapat dilakukan/dikembangkan menurut
kreativitas yang tak terbatas. Misalnya dengan penambahan biji-bijian, herba, minuman
beralkohol, potongan buah-buahan dan pewarna ke dalam curd. Pewarna yang digunakan
biasanya adalah merah annatto. Penambahan garam ke dalam keju biasanya adalah untuk
menurunkan kadar air dan sebagai pengawet (Daulay, 1991).
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) memiliki potensi besar menjadi produk olahan
yang bermanfaat. Dilihat dari perannya yang sama yaitu sebagai pemecah emulsi, enzim
papain dan ragi tempe (Rhizopus oligosporus) dapat merusak ikatan lipoprotein pada suatu
emulsi krim santan. Berdasarkan hasil penelitian, VCO dapat dihasilkan bila ikatan emulsi
yang menyelubungi butiran minyak pada krim santan dirusak. Aktivitas perusakan atau
pemutusan ikatan lipoprotein oleh kombinasi antara enzim papain dan ragi tempe
(Rhizopus oligosporus) diharapkan dapat memberikan rendemen VCO yang lebih tinggi.
Prosedur awal yaitu pengambilan getah buah papaya. Proses pengeringan getah
papaya dengan menuangkan getah dan dicampur larutan NaCl hingga terbentuk emulsi
putih lalu dikeringkan di oven. Langkah pertama adalah menyiapkani5 plastik 250 mL.
Masing-masing dimasukkan 100 mL krim pati dan ditambahkan enzim papain kasar
dengan variasi (0,0 gram, 0,2 gram, 0,4 gram, 0,6 gram dan 0,8 gram) dan ragi tempe
masing-masing 0,5 gram dengan variasi pH (3,0; 4,0; 5,0). Campuran diaduk sampai
homogen dan ditutup aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam dan diperoleh 3 lapisan,
yaitu, lapisan bawah air, lapisan tengah: minyak (VCO), dan lapisan atas gumpalan
protein. VCO yang dihasilkan di uji kualitasnya dengan melakukan uji mutu minyak yang
meliputi kadar asam lemak bebas, kadar air dan bilangan iodin.
Kondisi optimum pada pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan kombinasi
teknik fermentasi dan enzimatis yaitu pada penambahan 0,6 gram enzim papain kasar
dengan 0,5 gram ragi tempe pada pH 5 dan lama waktu inkubasi selama 24 jam pada suhu
kamar menghasilkan 27,8% VCO. 3. Pada pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan kombinasi teknik fermentasi dan enzimatis diperoleh Kondisi bahwa semakin
banyak konsentrasi enzim papain kasar menyebabkan peningkatan rendemen VCO yang
dihasilkan , namun pada konsentrasi 0,8 gram enzim papain kasar dengan 0,5 gram ragi
tempe terjadi penurunan rendemen VCO. Analisis VCO yang dihasilkan dari segi bilangan
asam lemak bebas, kadar air dan bilangan iodin berkualitas baik.
TNR 12