Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa
menimbulkan suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk
ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-
lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya.
Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin
meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan
yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat
dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain
itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh
dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke
dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke
dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang,
cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagimana pengelolaan wilayah pesisir dan laut?
2. Bagaimana dampak akibat kegiatan manusia terhadap laut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan wilayah pesisir dan laut
2. Untuk mengetahui dampak akibat kegiatan manusia terhadap laut

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengolaan wilayah pesisir dan laut


Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Pengelolaan wilayah pesisir meliputi :
1) Pengelolaan Pesisir Terpadu
Menurut Sain dan Krecth Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T) adalah proses
yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusan-
keputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan
sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah
perancangan proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang
dapat diterima secara politis.
2) Pengelolaan Pesisir Secara Berkelanjutan
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara
ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara
ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan
pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance), dan
penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara
ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan
konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),
sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu,
berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan
pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan,

2
mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat
(dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004).
3) Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat
Pengelolaan berbasisi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu system
pengelolaan sumber daya alam disuatu tempat dimana masyarakat lokal ditempat
tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang
terkandung didalamnya (Nurmalasari, 2001). Di Indonesia pengelolaan
sumberdaya berbasis masyarakat sebenarnya telah ditetapkan dalam Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut
secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan Negara atas sumber daya
alam khususnya sumber daya pesisir dan lautan diarahkan kepada tercapainya
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat banyak, dan juga harus
mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan
masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.
2.2 Dampak kegiatan manusia terhadap laut
1. Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias
dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap
tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan
minyak mengapung diatas  permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan
terbawa ke pantai. Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi : a) Torrey
canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati  b) Showa
maru di selat Malaka pada tahun 1975 c) Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis
1978 Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh
tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan  burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung
akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya
mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove

3
dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan
segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai
yang terkena ceceran minyak secara berat telah  bersih kembali hanya dalam
waktu 1 atau 2 tahun.
2. Pencemaran oleh logam berat
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau
lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram
adalah logam ringan. Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik
(As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah
satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan
yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat
pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah
buangan industri dan pertambangan. Logam berat memiliki densitas yang lebih
dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang
menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat
yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia,  baik secara
langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara
langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat
diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan
yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat
terakumulasi dan menimbulkan  berbagai bahaya terhadap kesehatan. Contoh
kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia: Teluk Buyat, terletak di
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi  pembuangan limbah tailing
(lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya
(NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang
sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya.
Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan
kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa
ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-
benjol di leher, payudara, betis,  pergelangan, pantat dan kepala.
3. Pencemaran oleh sampah

4
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung
dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir
Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga
seratus juta metrik ton. Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat
di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat
terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan. Jaring ikan yang terbuat
dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai
hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut,
kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan,
menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali
ke permukaan untuk bernapas. Sampah yang mengandung kotoran minyak juga
dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi
umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya
kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat
kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan
oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar
pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada
keadaan yang  paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan
berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin
kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari
golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang
mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak
merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.
4. Pencemaran oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka
sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol
hama tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya
pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh

5
organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya, tetapi
pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di laut. Beberapa
pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang
disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini
termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana
molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun
sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara berlebihan.
2.3 Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut
            Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur
oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1999 Tentang 1999 tentang pengendalian pencemaran atau perusakan.
a.    Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran laut :
1) Tidak membuang sampah ke laut
2) Penggunaan pestisida secukupnya
3) Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut
adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung
rokok di sekitar laut.
4) Kurangi penggunaan plastik
5) Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
6) Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
7) Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
8) Pendaurulangan sampah organik
9) Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air.

6
10) Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b.    Penanggulangan pencemaran laut :
1) Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu
menetralisir  pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
ledakan ladang minyak.
2) Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut
adalah pohon api-api (Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki
kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
3) Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta
masyarakat
            Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat
pencemaran laut diantaranya adalah :
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi kehidupan.
2) Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut
beserta isinya.
3) Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
4) Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat
harimau, dan lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
5) Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi
pabrik yang akan mencemari laut.

7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pengelolan sumber daya pesisir terbagi atas tiga yaitu pengelolan pesisir
secara terpadu, pengelolan secara berkelanjutan serta pengelolan berbasis
masyrakat. Dampak penegelolan pesisir seperti limbah industri, pembuangan
samapah dan juga pencemaran oleh peptisida.

Anda mungkin juga menyukai