Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGKAJIAN LANJUT KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


“PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM DIGESTIV”

DOSEN PENGAMPU :
Ns. RIKA FATMADONA, M.Kep., Sp.Kep.M.B

OLEH:
FIRA FIRDAUSIA
NIM :1821312012

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II GASTRO-HEPATO-BILIER.............................................................................................2

A. Anatomi Fisiologi.................................................................................................................2

1. Lapisan Traktus Gastrointestinal..........................................................................................2

2. Deglutition (menelan).......................................................................................................3

3. Digesti dan Absorbsi.........................................................................................................5

4. Eliminasi...........................................................................................................................8

5. Sistem hepatobiliary..........................................................................................................8

6. Pankreas..........................................................................................................................12

B. Pengkajian Keperawatan pada Sistem Gastro-Hepato-Bilier.............................................12

1. Data Subyektif.................................................................................................................12

2. Data Obyektif..................................................................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................20

A. Kesimpulan.........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................ii

i
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal dikenal juga dengan sistem dugestif, yang memiliki
struktur utama yaitu mulut, pharinx, esofagus, gaster, dan usus. Struktur ini didukung
juga oleh beberapa organ seperti kelenjar saliva, hepar, pankreas, dan katung empedu.
Fungsi utama dari sistem digestiv ini adalah memecah nutrien dari makanan menjadi
bahan – bahan yang dibutuhkan sel tubuh untuk melakukan fungsinya, dengan cara
mencerna, meyerab (absorbsi), dan eliminasi bahan – bahan yang tidak dibutuhkan (Ian
Peate, 2014).

Banyak kondisi yang bisa mengganggu fungsi normal sistem gastrointestinal.


Tidak hanya gangguan pada traktus gastrointestinal dan organ tambahan saja, namun
gangguan pada organ sistem lain juga akan mempengaruhi sistem digstiv. Sehingga klien
dengan gangguan sistem digestiv akan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi
yang meliputi gangguan ingesti, absorbsi, dan eliminasi. Pengkajian yang tepat dan
berfokus tentang riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan
sistem digestiv akan sangat membantu perawat dan mendiagnosa dan menentukan
intervensi yang tepat.

B. Tujuan
1. Untuk memahami anatomi fisiologi sistem digestiv dan organ yang berkaitan
2. Unntuk memahami pengkajian keperawatan lanjutan pada klien dengan gangguan
sistem digestiv

1
BAB II GASTRO-HEPATO-BILIER

A. Anatomi Fisiologi
Sistem gastrointestinal terdiri dari traktus digestif antara lain, mulut, faring, esofagus,
gaster, usus halus dan usus besar serta organ asesorisnya antara lain gigi, llidah, kelenjar
saliva, liver, gallbladder, dan pankreas. Traktur digestif ini berbentuk tabung yang
memanjang dari mulut sampai ke anus, pada orag dewasa panjangnyabisa mencapai 5 – 7
meter. Proses digestif meliputi beberapa tahap:

 Ingesti makanan, proses memakan dan meminum


 Sekresi mukus, air, dan enzim yang diproduksi sekitar 7 liter per hari
 Mixing dan propulsi, pencampuran makanan dalam gaster dengan cara kontraksi dan
relaksasi
 Digesti mekanis makanan, penghancuran bahan makanan menjadi partikel – pertikel
yang lebih kecil oleh gigi, otot gaster dan usus halus
 Digesti makanan kimiawi, enzim memecah makanan lebih lanjut untuk di absrobsi

1. Lapisan Traktus Gastrointestinal


Terdapat empat lapisan traktus gastrointestinal mulai dari esofagus bawah sampai
ke anus:

a) Mukosa, membran mukosa terdiri dari epitelium, jaringan pengikat yang disebut
lamina propria, dan dan lapisan otot (muskularis mukosa)
b) Submukosa, terdiri dari jaringan pengikat yang mengikat mukosa ke muskularis
c) Muskularis, terdiri dari otot sirkular dan longitudinal. Dengan kontraksi involunter
membantu memecah makanan dengan cairan pencernaan dan mendorong ke bawah
d) Serosa, terdiri dari jaringan pengikat dan epitelium yang akan mensekresi cairan
untuk lubrikasi.

(Ian Peate, 2014)

2
Gambar 3.1 Lapisan Traktus Digestiv

2. Deglutition (menelan)
Merupakan komponen mekanik dari pencernaan makanan, organ yang terlibat
antara lain yaitu mulut, pharinx dan esofagus.

a) Mulut dan Pharinx


Mulut terdiri dari bibir dan cavum oral (buccal), bibir mengelilingi mulut dan
berfungsi untuk berbicara (Lewis, Dirkensen, Heitkemper, Li, & Bucher, 2014). Batas
cavum oral adalah palatum dorum dan palatum mole, pipi lateral, dan dasar mulut
inferior. Didalam oral cavity ada gigi dan lidah, serta duktus kelenjar saliva. Gigi
mengawali digesti mekanik, penguraian fisik makanan menjadi partikel – partikel kecil
untuk membentuk area yang akan dicerna secaara kimiawi oleh enzim lebih banyak. Akar
gigi berada pada rongga di tulang rahang (mandibula dan maxila). Lidah merupakan otot
skelet yang dipersarafi oleh nervus hypoglossal, papilla pada permukaan lidah
mengandung taste buds yang dipersarafi oleh nervus facial dan glossopharingeal. Lidah
sangat peting dalam mengunyah karena akan menahan makanan tetap berada dintara gigi.

3
Tiga pasang kelenjar saliva antara lain yaitu parotis, submandibula, dan
sublingual, duktus dari ketiga kelenjar ini membawa saliva ke cavum oral. Saliva
berfungsi untuk melarutkan makanan dan melembabkannya untuk proses menelan. Enzim
digestif yang berperan dalam mutlut adalah amylase yanng mengubah pati menjadi
maltose, terdapat juga lipase lingual yang aktif dalam keadaan pH asam dan memulai
aktivitasnya di gaster. Pharinx merupakan tabung yang berperan sebagai tempat jalannya
makanan dari cavum oral menuju esofagus. Pharinx terbagi atas nasopharinx, oropharinx,
dan laringeal pharinx. Saat makanan didorong kebelakang oleh lidah, maka otot
konstriktor pharinx akan berkontraksi sebagai refleks menelan. Reflek ini diatur oleh
medulla oblongata dan pons. Uvula menutup nasopharinx sementara epiglotis menutup
pembukaan laring (WIlliams & Hopper, 2007).

Gambar 3.2 Sistem Digestiv

4
b) Esofagus
Esofagus merupakan tabung otot berongga dengan panjang 18 – 25 cm dan
diameternya 2 cm, yang menerima makanan dari pharinx, dan menyalurkannya ke gaster.
Esofagus berlokasi di cavum thorak, sepertiga atas esofaagus terbentuk dari otot skeletal
striata dan dua pertiga distalnya oleh otot halus. Saat menelan, sphincter esofageal atas
relaksasi dan gelombang peristaltik menggerakkan bolus menuju esofagus. Esofagus
terdiri dari empat lapisan mucosa dalam, submucosa, muscularis propria dan adventitia.
Lapisan muscularis berkontraksi (peristaltik) dan mendorong makanan menuju
gaster. Terdapat dua sphincter, yaitu upper esophageal sphincter (UES), dan lower
esophageal sphincter (LES) pada bagian distal. LES akan tetap berkontraksi kecuali pada
saat menelan, sendawa, dan muntah. LES meruapakan barier penting yang nsecara
nromal mencegah refluks dari asam lambung ke esofagus (Lewis et al., 2014).

3. Digesti dan Absorbsi


a) Gaster
Fungsi gaster adalah untuk menyimpan makanan dan mencampur dengan sekresi
gaster, dan menyalurkan makanan dalam bentuk bolus yang lebih kecil ke usus halus.
Gaster mengabsorbsi hanya sebagian kecil air, alkohol, elektrolit, dan beberapa obat.
Gaster biasanya berbentuk J dan membentang secara oblique pada epigastric,
umbilical, dan regio hipochondriac kiri abdomen, dan terdiri dari cairan lambung serta
mukus. Tiga bagian penting pada gaster adalah fundus (cardia), body, dan antrum.
Pylorus merupakan bagian kecil proximal antrum ke sphincter pylorus. Musculus
sphincter menjaga keluar masuk dari gaster.

Lapisan serosa gaster dibentuk oleh peritoneum. Lapisan otot dibentuk oleh
lapisan longitudinal (luar), sirkular (tengah), dan oblique (dalam). Lapisan mukosal
membentuk lipatan yang disebut rugae yang terdiri dari beberapa kelenjar kecil. Pada
fundus, kelenjar terdiri dari chief cellsyang mensekresi pepsinogen, dan sel parietal
yang mensekresi asam hidroclorida (HCl), air dan faktor instrinsik. Sekresi HCl
membuat cairan lambung menjadi asam. pH yang asam ini membantu proteksi
terhadap organisme yang ikut tercerna. Faktor intrinsik mempromosikan absrobsi
cobalamin (vitamin B12) pada usus halus (Lewis et al., 2014).

5
Sekresi cairan lambung dibawah kontrol neural dan endokrin. Simulasi
parasimpatis nervus vagus meningkatkan aktivitas sekresi. Terdapat tiga fase aktivitas
sekresi, yaitu:

 Fase cephalic; terjadi sebelum makanan masuk ke lambung, dirangsang oleh rasa,
bau, dan pikiran menngenai makanan. Berasal dari korteks cerebral, pusat nafsu
makan di amygdala dan hipotalamus melalui nervus vagus ke gaster.
 Fase gaster; terjadi ketika makanan masuk ke gaster, sehingga menstimulasi
sekresi gastric yang selanjutnya akan menstimulasi kelenjar gastric memproduksi
lebih banyak cairan lambung. Histamin juga menstimulasi sekresi asam
hidrocloris.
 Fase intestinal; dimulai ketika makanan masuk ke duodenum yang akan
menghambat sekresi gastric dan melepaskan hormon seperti secretin,
kolesistokinin, dan gaastric inhibitory peptide.

(Ian Peate, 2014)

b) Usus Halus
Diameter usus halus sekitar 1 inch dan panjangnya 10 kaki. Terletak pada cavum
abdominal, gulungan usus halus melingkari colon. Usus halus memanjang dari gaster ke
caecum kolon. 10 inch pertama adalah duodenum dan terdiri dari ampulla
hepatopancreatic (ampula vater). Jejenum panjangnya sekitar 3 kaki dan ileum 6 kaki.
Pencernaan selesai di usus halus dan hasil akhir digesti akan di absorbsi ke dalam
darah dan limfe. Empedu dari hepar dan enzim dari pankreas berfungsi di usus halus ini,
yang terlihat pada tabel 3.1. Saat makanan masuk ke duodenum, mukosa intestinal
memproduksi enzim sukrase, maltase, dan laktase yang melengkapi proses pencernaan
mengubah disakarida menjadi monosakarida; peptidase yang mengubah protein menjadi
asam amino; nukleosidase dan phosphatase yang melengkapi digesti nucleotide. Absorbsi
nutrien membutuhkan area yang besar dan usus halus memiliki lipatan yang bisa
memenuhi tujuan ini. Lipatas sirkular (plika sirkkularis) merupakan lipatan makroskopik
mukosa dan submukosa. Villi merupakan lipatan mukosa, dan mikrovili adalah lipatan
mikroskopis membran sel pada lapisan permukaan sel epitel intestinal. Masing – masing
villus merupakan jaringan kapiler dan kapiler limfe yang disebut lacteal. Nutrien yang

6
larut dalam air (monosakarida, asam amino, mineral dan vitamin larut air) diabsorbsi
kedalam darah melalui kapiler ini. Vitamin yang larut lemak, asam lemak, dan gliserol di
absorbsi ke dalam limfe pada lacteals (WIlliams & Hopper, 2007).

Tabel 3.1
Sekresi Digestiv

c) Fisiologi pencernaan
Proses pencernaan dimulai di mulut, dimana makanan dikunyah terjadi
pemecahan secara mekanik dan dicampur dengan saliva. Saliva memfasilitasi penelanan
makanan ddengan cara melubrikasinya. Saliva terdiri dari amilase (ptyalin), yang
memeccah pati menjadi maltose, setelah menelan makanan melalui esofagus menuju
gaster. Pada gaster pencernaan protein dimulai dengan pelepasan pepsinogen dari chief
sel. Suasana asam pada gaster mengkonversi pepsinogen menjadi bentuk yang aktif yaitu
pepsin dan mlai memecah protein. Hanya sedikit pencernaan pati dan lemak disini.
Makanan dicampur dengan sekresi gaster dibawah kontrol neural dan hormon. Gaster
juga merupakan reservoir makanan yang akan memindahkan makanan ke usus halus
secara perlahan. Rata – rata makanan berada pada gaster selama 3 – 4 jam. Sampai di
usus halus, karbohidrat dipecah menjadi monosakarida, lemak menjadi glyserol dan asam
lemak, serta protein menjadi asam amino. Keberadaan chyme (makanan yang tercampur
dengan cairan gaster) menstimulasi motilitas dan sekresi. Sekresi yang terlibat pada
pencernaan termasuk enzim yang dikeluarkan oleh pankreas dan bilirubun dari hepar
serta enzim dari usus halus. Enzim pada brsuh border mikrovilli melengkapi proses
pencernaaan, enzim ini memecah disakarida menjadi monosakarida, dan peptide menjadi
asam amino untuk di absorbsi. Ketika makanan memasuki gaster, hromon dilepaskan ke
aliran darah, hormon ini memegang peranan penting dalam pengontrolan sekresi HCl,

7
produksi dan melepaskan enzim digestif, serta motilitas. Absorbsi merupakan proses
perpindahan hasil akhir pencernaan dari dinding usus halus ke sirkulasi. Pergerakan villi
memungkinkan hasi akhir pencernaan berkontak dengan membran absorbsi.
Monosakarida, asam amino, asam lelmak, air, elektrolit, vitamin dan mineral akan di
absorbsi.

4. Eliminasi
Fungsi penting dari usus besar adalah absorbsi air dan elektrolit, juga membentuk
fekal dan berperan sebagai reservoir massa fekal sampai defekasi terjadi. Faces terdiri
dari air (75%), bakteri, mineral dan makanan yang tidak terabsorbsi, pigmen empedu dan
sel epitelial. Usus besar mensekresi mukus yang berfungsi sebagai pelumas dan menjaga
mukosa. Mikroorganisme di kolon bertanggung jawab terhadap pemecahan protein yang
diccerna dan di aborbsi oleh usus halus, asam amino ini akan di deaminasi oleh bakteri,
menyisakan amonia yang dibawa ke hati dan dikonversikan menjadi urea kemudian di
eksresi oleh ginjal. Bakteria di kolon juga mensintesis vitamin K dan vitamin B , bakteria
juga memainkan peranan penting dalam produksi flatus.

Pergerakan usus besar biasanya lambat, bagaimanapun juga tetap terjaadi


propulsive peristaltik. Ketika makanan memasuki gaaster dan duodenum maka
gastrocolic dan duodenolic akan terstimulasi menghasilkan peristaltik pada kolon.
Refleks ini akan semakin aktif setelah makanan pertama dan menghasilkan evakuasi
bowel. Defekasi merupakan reflek yan melibatkan kontrol volunter dan involunter. Feces
pada rektum menstimulasi saraf sensoris yag menghasilkan keinginan defekasi. Pusat
reflek defikasi terletak pada sacral vertebrae (serat saraf parasimpatis). Serta ini
menghasilkan kontraksi rektum dan relaksasi sphincter anal interna. Defekasi merupakan
kontrol volunter relaksasi sphincter anal eksternal pada saat ada perasaan defekasi.
Defekasi bisa difasilitasi oleh valsava manuver. Manuver ini melibatkan kontraksi otot
dada pada penutupan glotis dan secara simultan dengan kontraksi otot abdomen yang
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Lewis et al., 2014).

8
5. Sistem hepatobiliary
a) Hepar
Hepar mengisi rongga abdomen atas kanan tepat dibawah diafragma, lobus lebih
besar dari lobus kiri. Suplai darah untuk hepar berbeda dari organ lain. Hepar
menerima darah yang teroksigenasi melalui arteri hepatic. Melalui vena porta, darah
dari organ digestiv abdominal dan limpa dibawa ke hepar sebalum kembali ke
jantung. Jalur spesial ini dinamakan sirkulasi portal heaptik, dan memungkinkan
hepar meregulasi kadar nutrisi darah atau membuang racun seperti alkohol dari darah
sebelum sampai ke sekuruh tubuh.

Fungsi digestiv dari hepar adalah memproduksi empedu oleh hepatosit. Empedu
mengalir melalui duktus biliaris dan meninggalkaan hepar melalui duktus hepatik.
Empedu terdiri dari air dan garam empedu, fungsi sekretorinya adalah membawa
bilirubin dan kelebihan kolesterol ke intestinal untuk dieliminasi pada faeces.
Funngsi digestif empedu adalah diselesaikan oleh garam empedu yang mengefulsi
lemak dalam usus halus. Emulsifikasi merupakan tipe penceraan mekanis dimana
globus besar lemak dipecah menjadi globulus kecil tapi tidak berubaah secara
kimiawi. Produksi empedu distimulasi oleh hormon sekretin yang diproduksi oleh
duodenum saat chyme yang asam memasuki usus halus.

b) Fungsi Hepar
Metabolisme Karbohidrat

Hepar meregulasi glukosa darah, dengan cara menyimpan kelebihan glukosa menjadi
glukogen, dan mengubahnya kembali menjadi glukosa saat keadaan hipoglikemia. Hepar
juga mengubah monosakarida lainnya seperti fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa
yang merupakan bentuk yang bisa ddigunakan untuk menghasilkan energi

Metabolisme Asam Amino

Hepar meregulasi asam amino berdasarkan kebutuhan jaringan terhadap sintesis protein.
Sebanyak 20 asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk protein tubuh, namun
hepar hanya bisa mensintesis 12 asam amino yang dikenal dengan asam amino non
esensial yang diproduksi melalui transaminasi. Kelebihan asam amino yang tidak

9
dibutuhkan tubuh dalam sistesis protein mengalami proses deaminasi di hepar. Gugus
amino dibuang dan gugus karbo dikonversi menjadi karbohidrat sederhana yang
digunakan untuk produksi energi atau dikonversi menjadi lemak sebgai penyimpanan
energi. Gugu amino dikonversi menjadi urea, dan dieksresikan melalui urine.

Metabolisme Lipid

Hepar membentuk lipoprotein sebagai transport lipid dalam darah menuju ke jaringan,
hepar juga sintesis kolesterol dan kelebihannya akan di eksresi ke dalam empedu untuk
dieliminasi melalui feses. Hepar merupakan tempat yang penting dalam proses beta
oksidasi dimana molekul asam lemak dipecah menjadi dua gugus karbon asetil, yang bisa
digunakan hepar untuk membentuk energi atau mungkin dikombinasikan untuk
membentuk keton untuk di transportasikan ke sel lain agar membentuk energi.

Sintesis Protein Plasma

Hepar mensintesis faktor pembekuan, globulin dan albumin. Albumin merupakan protein
plasma menjaga volume darah dengan cara menarik cairan ke dalam kapiler. Faktor
pembekuan yang diproduksi hepar termasuk protrombin dan fibrinogen, yang bersirkulasi
dalam darah untuk digunakan apabila diperlukan. globulin yang disintesis oleh hepar
menjadi bagian dari lipoprotein atau berperan sebagai pembawa molkeul lain dalam
darah.

Fagositosis oleh Sel Kupffler

Macrofag pada hepar disebut dengan sel Kupffler, yang mefagositosis darah yang pecah
dan patigen di sirkulasi hepar. Kebanyakan bakteri yang masuk kedalam hepar berasal
dari colon, setelah diabsorbsi bersama air. Sirkulasi portal membawa darah menuju hepar
sebelum memasuki sirkulasi tubuh.

Pembentukan Bilirubin

Macrofag hepar mefagositosis eritrosit yang telah pecah dan membentuk bilirubin dari
gugus hem pada hemoglobin. Hepar juga akan membuang bilirubin ini dari darah menuju
limpa dan sumsum tulang untuk kemudian dieksresikan melalui faeces.

10
Penyimpanan dan aktivasi vitamin D

Hepar menyimpan mineral besi dan tembaga; vitamin yang larut lemak seperti A, D, E,
K dan yang larut air seperti B12. Kulit, renal, dan hepar memiliki peranan masing –
masing dalam menyediakan vitamin d aktif untuk tubuh

c) Kantung Empedu
Merupakan kantung muskular dengan panjang 3 – 4 inch, dan berlokasi dibawah
permukaan lobus kiri hepar. Ketika makanan berlemak atau bagian protein yang dicerna
masuk ke duodenum, mukosa duodenal mesekresi hormon kolesistokinin, yang berfungsi
menstimulasi otot dinding kantung empedu untuk berkontraksi. Kontraksi ini memaksa
empedu masuk ke duktus sistik kemudian menuju duktus biliaris dan duodenum
(WIlliams & Hopper, 2007). Bilirubin, derivat pigmen dari pemecahan hemoglobin
diproduksi terus menerus. Karena tidak larut dalam air, maka ia berikatan dengan
albumin untuk di bawa ke dalam hepar dan disebut bilirubin tidak terkonyugasi. Dalam
hepar bilirubin dikonyugasi dengan glucorinic acid dan dieksresikan dengan empedu.
Empedu terdiri dari garam empedu, air, kolesterol, fosfolipid, dan elektrolit. Garam
empedu diperlukan untuk emulsifikasi dan digesti lemak (Lewis et al., 2014).

11
Gambar 3.3 Metabolisme Bilirubin

6. Pankreas
pankreas memiliki dua fungsi sebagai endokrin dan eksokrin. Sebagai fungsi
eksokrin pankreas memproduksi berbagai macam enzim pencernaan protein, lemak, dan
karbohidrat. Enzim pankreatik dilepaskan dalam bentuk inaktif, yang akan dibawa ke
duodenum dimana enzim tersebut akan aktif (Timby & SMith, 2010). Enzim pankreatik
amilase mencerna pati menjadi maltose. Lipase mengkonversi emulsifikasi lemak
menjaadi asam lemak dan monogliserida. Tripsinogen merupakan enzim inaktif yang
akan dibuah menjadi tripsin pada duodenum. Tripsin mendigesti polipeptida menjadi
rantai pendek asam amino. Cairan pankreas juga terdiri dari enzim proteolitik;
chymotripsin, carboxypeptidase dan elastase. Ribonuclease dan deoksiribonuklease untuk
mencerna RNA dan DNA juga diproduksi oleh pankreas.

12
Pankreas juga memproduksi cairan bikarbonat, yang bersifat alkaline karena
isinya yang tinggi natrium bikarbonat yang berfungsi untuk menetralkan HCl dalam
cairan lambung pada saat memasuki duodenum (WIlliams & Hopper, 2007).

B. Pengkajian Keperawatan pada Sistem Gastro-Hepato-Bilier


1. Data Subyektif
Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Dahulu

 Apakah sebelumnya klien pernah merasakan gejala yang sama dengan saat ini
 Apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat, bagaimana
reaksinya
 Apakah klien pernah merasakan gejala ganggguan sistem gastrointestinal seperti
nausea, vomiting, constipasi, diare, distensi abdomen, jaundice, dyspepsia,
hematemesis
 Tanyakan riwayat berat badan klien apakah ada penurunan atau kenaikan berat
badan yang tidak bisa dijelaskan dalam 6 – 12 bulan terakhir
 Catat riwayat obat – obatan klien, dosis dan sudah berapa lama mengkonsumsinya,
karena banyak obat – obatan yang hepatotoxic

(Lewis et al., 2014)

Riwayat Kesehatan Keluarga

 Tanyakan klien apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama; kanker
kolon biasanya herediter
 Catat apakah ada keluarga yang memiliki penyakit pembekuan darah

(WIlliams & Hopper, 2007)

Riwayat Kesehatan Sekarang

 Tanyakan keluhan klien saat ini seperti nausea, vomitus, konstipasi atau ada darah
di faeces
 Tanyakan pola defekasi klien seperti frekuensinya

13
Pola Nutrisi Metabolik

 Riwayat diet (apa yang dimakan dan jumlahnya)


 Catat adanya perubahan dalam nafsu makan, toleransi terhadap makanan, dan berat
badan. Anoreksia dan penurunan berat badan mengindikasikan kanker atau
inflamasi
 Catat intoleransi terhadap laktosa atau gluten

Pola Eliminasi

 Catat frekuensi defekasi sehari dan konsistensinya


 Dokumentasikan adanya penggunaan laksatif atau enema
 Catat perubahan dalam defekasi

Pola aktivitas istirahat

 Aktivitas dan istirahat mempengaruhi motilitas GI, imobilisasi akan meningkatkan


resiko konstipasi
 Kaji status ambulasi untuk meentuian kemampuan klien dalam mempersiapkan
makanan
 Catat keterbatasan klien dalam kemampuan untuk makan sendiri
 Kaji akses ke toilet
 Kaji apakah klien terdapat colostomy

Pola Istirahat Tidur

Keluhan gaastrointesinal bisa mempengaruhi pola tidur klien, tanyakan pada klien
apakah keluhan mengganggu pola tidur? Misalnya pada klien dengan GERD akan
terbangun akibat rasa terbakar atau nyeri epigastrik

Pola Kognitif

Perubahan perasa dan bau akan mempengaruhi nafsu makan klien. Perilaku yang
mempengaruhi kebiasaan makan antara lain menghindari beraktivitas, fatigue.

14
(Lewis et al., 2014)

2. Data Obyektif
a) Tampilan Umum
Kaji kondisi fisik klien secara keseluruhan, termasuk tinggi dan berat badan, vital sign.
Kaji kebersihan, energi, pola nafas, perilaku emosional, dan status mental yang akan
mempengaruhi tampilan umum klien (Timby & SMith, 2010).

b) Pemeriksaan Fisik
Mulut

Inspeksi:

 Inspeksi mulut terhadap kesimetrisan, warna dan ukuran


 Kaji abnormalitas seperti pucat, sianosis, adanya luka
 Kaji lidah, apakah ada lesi
 Inspeksi mukosa buccal; catat warna adanya area pigmentasi
 Inspeksi gig; caries, bentuk abnormal dan posisiny, catat adanya
pembengkakan ginggiva
 Kaji bau nafas
 Inspeksi pharinx; mukosa, uvula,

Palpasi

 Palpasi area yang tampak mencurigakan pada mulut


 Catat adanya ulcer, nodule dan catat kelembutannya
 Kaji kemampuan klien dalam menelan

Abdomen

Terdapat dua sistem dalam mengkaji abdomen, pertama abdomen dibagi menjadi 4
kuadran dan yang kedua abdomen dibagi menjadi 9 kuadran. Pasien harus berada pada

15
posisi supine dan dalam keadaan rileks, untuk membantu merilekskan otot abdomen,
minta klien fleksikan lutut dan tinggikan kepala.

Inspeksi:

 Kaji perubahan kulit abdomen (warna, tekstur, scars, striae, rash, lesi,
pelebaran vena)
 Kaji kesimetrisan dan kontur
 Observasi adanya massa dan pulsasi
 Peristaltik mungkin bisa terlihat pada orang yang kurus

Auskultasi:

 Gunakan diafragma stetoskop untuk mendenngarkan bising usus selama 2


menit, bunyi bising usus seperti gurgle panjang mengindikasikan
hiperperistaltik
 Dengarkan bunyi vaskular, normalnya tidak ada bunyi bruit aorta, apabila
terdengar bunyi bruit mengindikasikan turbulen aliran darah. Bunyi vaskuler
sebaiknya didengarkan menggunakan bell stetoskop

16
Perkusi:

 Tujuannya adalah untuk memperkirakan ukuran hepar, dan menentukan adanya


cairan, distensi dan massa
 Udara menghasilkan udara yang tinggi, organ berongga menghasilkan suara
yang disebut timpani. Bunyi cairan atau massa dullness
 Bunnyi timpani merupakan bunyi yang dominan saat perkusi abdomen
 Untuk perkusi hepar dimulai dari bawah umbilikal di kanan garis midklavikula,
dan perkusi ke atas sampai terdengar bunyi dullness, kemudian mulai dari garis
nipple midklavikula kanan dan perkusi kebawah diantara costae sampai ke area
dullness yang mengindikasikan batas atas hepar.

Palpasi:

 Palpasi ringan untuk mendekteksi hipersensitif kutaneus, resistensi muskular,


massa dan pembengkakan
 Gunakan gerakan mulus dan palpasi semua kuadran
 Palpasi dalam untuk menggambarkan organ abdomen dan massa. Gunakan
bagian palmar jari untuk menekan lebih dalam, dan palpasi keempat kuadran
lagi. Catat ukuran dan lokasi massa. Selama manuver ini observasi ekspresi
klien
 Metode lain dengan menggunakan dua tangan, letakkan satu tangan di atas
tangan lainnya kemudian tekan dan rasakan organ serta massa.
 Untuk palpasi hepar, letakkan tangan kiri dibelakang pasien untuk menyangga
cotae XI dan XII kanan. Tekan tangan kanan ke atas, dan tangan kanan pada

17
lateral abdomen kanan, secara lembut tekan keatas dan ke bawah. Ujung jari
berada di bawah batas bunyi dullness dan menekan ke atas. Coba rasakan tepi
hepar. Pada saat inspirasi, tepi hepar akan terasa tajam dan lembut. Gambarkan
kontur dan kelembutan
 Untuk palpasi limpa, pindah ke bagian kiri klien, letakkan tanngan kanan
dibawah klien dan tangan kiri dibawah margin costae. Minta klien bernafas
dalam, apabila terjadi pembesaran limpa maka akan teraba tepi limpa, apabila
teraba jangan lanjutnkan karena akan menyebabkan ruptur.

Rektum dan Anus


Inspeksi area perianal dan anal warna, tekstur, massa, rash, scars, eritema, fissura, dan
hemoroid eksterna. Palpasi massa dengan menggunnakan handscoen lubrikassi jari
telunjuk dan masukkan ke anus saat klien mengedan. Masukkan jari ke rektum sejauh
mungkin, palpasi semua permukaan, kaji adanya nodule.

c) Pemeriksaan Diagnostik
Radiologi

18
Digunakan untuk melihat striktur esofagus, polip, tumor, hernia hiatial, dan ulkus peptik
untuk saluran digestiv atas. X-Ray pada salluran digestiv bawah digunakan untuk
identifikasi polip, tumor ataupun lesi pada kolon.

Tes Fungsi Hepar

19
20
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian dalam keperawatan merupakan tahapan utama yang dilakukan perawat
untuk menegakkan diagnosa yang dimulai dari anamnesa riwayat kesehatan klien,
melakukan pemeriksaan fisik, dan menilai pemeriksaan penunjang. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif agar tidak ada data pasien yang akan hilang dan
menghambat perawat dalam menegakkan diagnosa serta menentukan intervensi yang
akan dilakukan. Selain pemeriksaan fisik, pengkajian pada hasil laboratorium ataupun
pemeriksaan diagnostik lainnya seperti usg, CT-Scan akan sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa keperawatan demi memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada pasien. Makalah mengenai pengkajian sistem digestiv ini sebagai pedoman dalam
melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus gangguan sistem digestiv.

21
DAFTAR PUSTAKA
Ian Peate. (2014). Nursing Practice Knowledge and Care. (I. Peate, K. Wild, & M. Nair, Eds.).
Chichester, West Sussex: Wiley Blackwell.

Lewis, S. L., Dirkensen, S. R., Heitkemper, M. M., Li, & Bucher, N. (2014). Medical - Surgical
Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (9th ed.). Canada: Mosby
Elseivier.

Timby, B. K., & SMith, N. E. (2010). Introductory Medical - Surgical Nursing (10th ed.). China:
Lippincot Williams and WIlkins.

WIlliams, L. S., & Hopper, P. D. (2007). Medical Surgical. (J. Joyce, Ed.) (Third). Philadelphia:
FA Davis.

ii

Anda mungkin juga menyukai