Anda di halaman 1dari 14

ADAPTASI SISTEM PENCERNAAN (DIGESTI) PADA

KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

Disusun Oleh:

EKA NUR AFNI ISMAIL


2110101273
KELAS : LJ2 / B4

Dosen Pengampu:
Luluk Khusnul Dwihestie, S.ST., M.Kes.

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM


SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah seminar 6 Fisiologi ini dengan baik dan tepat waktu yang berjudul
“Adaptasi Sistem Digesti Pada Kehamilan, Persalinan, dan Nifas”. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas seminar 6 mata kuliah Fisiologi yang diampu oleh ibu Luluk Khusnul
Dwihestie, S.ST.,M.Kes. Penulis mengucapkan terima kasih semoga dengan
penyusuan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Adaptasi Sistem Digesti Pada Kehamian, Persalinan,
dan Nifas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, para
pembaca, dan perkembangan dunia pendidikan.

Waasalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Definisi Sistem Digesti.................................................................................5
1. Pengertian Sistem Digesti (Sistem Pencernaan).......................................5
2. Fungsi Sistem Pencernaan.........................................................................5
3. Susunan Saluran Pencernaan.....................................................................5
4. Mekanisme Proses Sistem Pencernaan......................................................6
B. Adaptasi Sistem Digesti Pada Kehamilan.....................................................9
C. Adaptasi Sistem Digesti Pada Persalinan...................................................10
D. Adaptasi Sistem Digesti Pada Masa Nifas..................................................11
1. Nafsu Makan...........................................................................................11
2. Motilitas...................................................................................................12
3. Pengosongan Usus...................................................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem digesti disebut juga dengan sistem pencernaan. Sistem


pencernaan (Sistem Digesti) adalah suatu sistem menerima makanan,
mencernanya untuk dijadikan energi dan nutrien. Secara umum, sistem
pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang memanjang dan
berkelok-kelok, dimana makanan dimasukkan melalui mulut serta
mengeluarkan sisa zat yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui feses.
Sistem pencernaan (Sistem Digesti) pada manusia merupakan salah satu
organ vital bagi tubuh, sehingga kesehatan sistem pencernaan sangatlah
penting untuk dijaga. Mengingat fungsi dari sistem pencernaan sebagai
tempat atau alat untuk mencerna setiap makanan dan minuman yang
masuk ke dalam tubuh manusia. Dengan adanya sistem pencernaan ini,
manusia mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan serta digunakan dalam
melakukan segala aktivitas yang berlangsung selama manusia hidup,
sehingga sistem pencernaan manusia ini sangat penting bagi kelangsungan
hidup setiap individu.
Sistem pencernaan (digesti) merupakan salah satu perubahan
fisiologi yang terjadi pada kehamilan, persalinan, dan nifas. Perubahan
fisiologi pada sistem digesti yang terjadi merupakan respon tubuh yang
normal dan wajar terjadi kemudian akan kembali seperti semula setelah
beberapa minggu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sistem pencernaan (sistem digesti)?
2. Bagaimana adaptasi sistem digesti pada kehamilan?
3. Bagaimana adaptasi sistem digesti pada persalinan?
4. Bagaimana adaptasi sistem digesti pada masa nifas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi sistem pencernaan (sistem digesti) pada


manusia.
2. Untuk mengetahui adaptasi sistem digesti pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui adaptasi sistem digesti pada persalinan.
4. Untuk mengetahui adaptasi sistem digesti pada masa nifas.
BAB II

PEMBAHASA

A. Definisi Sistem Digesti

1. Pengertian Sistem Digesti (Sistem Pencernaan)


Sistem pencernaan adalah suatu sistem menerima makanan,
mencernanya untuk dijadikan energi dan nutrien. Secara umum,
sistem pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang
memanjang dan berkelok-kelok, dimana makanan dimasukkan melalui
mulut serta mengeluarkan sisa zat yang tidak diperlukan oleh tubuh
melalui feses (Saefudin & Rosi T. R., 2015).
Sistem pencernaan pada manusia merupakan salah satu organ
vital bagi tubuh, sehingga kesehatan sistem pencernaan sangatlah
penting untuk dijaga. Mengingat fungsi dari sistem pencernaan
sebagai tempat atau alat untuk mencerna setiap makanan dan
minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia (Istiqomah & Abdul,
2013).

2. Fungsi Sistem Pencernaan


Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai
terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga
siap diabsorbsi. Selama dalam proses pencernaan, makanan
dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan
digunakanoleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan
terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam barbagai
cairan pencerna. Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus
menyaring dan bekerja atau satu jenis makanan dan tidak mempunyai
pengaruh terhadap jenis lainnya (Setiadi, 2007).

3. Susunan Saluran Pencernaan


Susunan saluran pencernaan adalah sebagai berikut:
a. Mulut (Oris) : mengunyah makanan menjadi lebih halus agar
mudah dicerna.
b. Faring : organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus).
c. Kerongkongan (esofagus) : saluran yang menghubungkan tekak
dengan lambung.
d. Lambung : penampung makanan, menghancurkan dan
menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah
lambung.
e. Usus halus : menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk
diserap melalui kapiler- kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
f. Usus Besar : menyerap cairan dan vitamin, memproduksi antibodi
dan mencegah infeksi, serta memberntuk tinja.
g. Anus : jalan pembuangan sisa makanan yang tidak terpakai oleh
tubuh.

4. Mekanisme Proses Sistem Pencernaan


Mulut adalah Organ pertama yang berperan dalam proses
pencernaan makanan. Dalam mulut terjadi proses pencernaan secara
mekanik dan kimiawi. Pencernaan secara mekanik dilakukan oleh
gigi. Dalam rongga mulut terdapat beberapa macam gigi yaitu gigi
seri (berfungsi untuk memotong-motong makanan), gigi taring
(berfungsi untuk mencabik-cabik makanan) dan gigi geraham (yang
berfungsi untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil), proses pencernaan makanan semacam
ini disebut pencernaan mekanik. Sedangkan pencernaan secara
kimiawi dilakukan dengan oleh enzim ptialin atau amilase yang
dihasilkan dari kelenjar ludah. Enzim ini berfungsi untuk mengubah
amilum menjadi maltosa. Selain itu kelenjar ludah juga berfungsi
untuk melicinkan agar mudah menelan makanan. Pelumasan terutama
disediakan oleh lendir, dimana penyusun utamanya adalah
mukopolisakarida yang disebut musin. Ludah sering mengandung
bahan-bahan tambahan antara lain seperti enzim-enzim pencerna dan
toksin.
Bolus-bolus yang diproses dalam mulut, selanjutnya lidah
mendorong bolus ke bagian belakang dari rongga mulut ( faring)
kemudian bolus akan masuk ke dalam kerongkongan (esofagus).
Didalam saluran ini, terjadi gerak peristaltik yang disebabkan oleh
kontraksi otot-otot lurik dan otot polos yang ada di sepanjang
kerongkongan sehingga makanan dapat bergerak menuju lambung.
Diantara faring dan kerongkongan terdapat sebuah katub yang disebut
epiglotis. Epiglotis berfungsi mencegah makanan memasuki trakea
dengan menutupi glotis, pita-pita suara dan bukaan di antara pita-pita
tersebut. Dengan dipandu oleh pergerakan laring, bagian atas saluran
pernapasan, mekanisme penelanan ini mengarahkan setiap bolus ke
dalam lubang masuk esofagus. Jika refleks menelan gagal, makanan
atau cairan dapat mencapai tenggorokan dan menyebabkan tersedak,
yaitu penyumbatan trakea.
Setelah dari kerongkongan, makanan yang berupa bolus tadi
akan memasuki lambung dikit demi sedikit yang disebabkan adanya
sfinkter esofagus, sfinkter esofagus ini berfungsi mencegah agar
makanan tidak kembali lagi ke kerongkongan. Lambung terdiri dari 3
bagian yaitu kardia, fundus dan pilorus. Didalam lambung dihasilkan
getah lambung yang mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl
membuat suasana didalam lambung menjadi asam. HCl ini berfungsi
untuk membunuh kuman-kuman yang masuk bersama bolus dan
berfungsi untuk mengaktifkan hormon pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi peptone.
Sedangkan renin berfungsi untuk menggumpalkan kasein yang
terdapat pada susu, enzim renin ini diproduksi banyak pada saat kita
masih bayi sedangkan saat kita mulai dewasa maka produksi enzim ini
sangat sedikit. Enzim lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam
lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut khim atau
kimus (bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam
usus halus. Khim atau kimus dari lambung kemudian disalurkan ke
dalam usus halus melalui sfingter pilorik. Katup ini akan membuka
bila ada gerak peristaltik lambung yang telah memuntahkan kimus
yang bersifat asam ke dalam segmen permulaan usus halus. Usus
halus meneruskan pencernaan yang umumnya dalam lingkungan
bersifat basa.Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari
(duodenum), usus tengah ( jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Suatu lubang pada dinding duodenum menghubungkan duodenum
dengan saluran getah pancreas dan saluran empedu. Pankreas
menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan
menuju duodenum. Tripsin berfungsi merombak pepton menjadi asam
amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase
mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Getah empedu
dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung empedu. Getah
empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk
menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Didalam usus
halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan yaitu: Enterokinase, mengaktifkan enzim
tripsinogen pancreas menjadi tripsin yang kemudian mengurai protein
dan peptida yang lebih kecil. Aminopeptidase, tetrapeptidase, dan
dipeptidase yang mengurai peptida menjadi asam amino bebas.
Amilase usus yang menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida
(maltosa, sukrosa dan laktosa). Maltase isomaltase, lactase dan
sukrose yang memecah disakarida maltosa, laktosa dan sukrosa
menjadi monosakarida. Lipase usus, yang memecah monogliseral
menjadi asam lemak dan gliserol. Erepsin, menyempurnakan
pencernaan protein menjadi asam amino. Laktase, mengubah laktosa
menjadi monosakarida. Maltose, mengubah maltosa menjadi
monosakarida. Sukrose, mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
Kemudian pencernaan makanan dilanjutkan pada jejunum.
Pada bagian ini terjadi pencernaan terakhir yaitu proses absorbsi zat-
zat makanan. Proses absorbsi didalam usus halus melalui dua saluran
yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran pembuluh limfe di villi usus
halus, dan oleh vena porta dibawa kehati untuk mengalami beberapa
perubahan. Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya
berlangsung diusus halus melalui 2 (dua) saluran yaitu pembuluh
kapiler darah dan saluran pembuluh limfe yang berada disebelah
dalam permukaan villi usus. Jalur dalam absorbsi, diusus halus
melalui jalur absorbtif, yaitu produk-produk seperti monosakarida,
asam amino, asam lemak dan gliserol, juga air, elektrolit, vitamin dan
cairan pencernaan diabsorbsi menembus membran sel epitel
duodenum dan yeyenum. Hanya sedikit yang berlangsung diileum
kecuali garam-garam empedu an vitamin B12.
Sisa-sisa makanan yang sudah diabsornsi diusus halus akan
masuk kedalam usus besar . Usus besar terdiri atas usus buntu
(appendiks), bagian yang menaik (ascending colon), bagian yang
mendatar (transverse colon), bagian yang menurun (descending
colon), rektum dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang sampai
pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut
terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat
dicerna oleh tubuh, misalnya selulosa. Usus besar berfungsi mengatur
kadar air pada sisa makanan. Bila kadar air pada sisa makanan terlalu
banyak, maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air
tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding
usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan.
Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang
membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan
yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut
tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.
B. Adaptasi Sistem Digesti Pada Kehamilan

Pada masa kehamilan yang berlangsung, salah satu organ yang


mengalami banyak perubahan adalah pada organ pencernaan. Hal ini
dipicu adanya perubahan pada uterus yang semakin membesar saat
bertambahnya usia kehamilan, sehingga dengan hal ini dapat
menyebabkan lambung dan usus akan semakin tergeser. Terjadinya
penurunan tingkat motilitas otot polos pada bagian traktus digestivus. Pada
ibu hamil akan sering muncul masalah mual akibat dari penurunanan asam
hidrokloroid dan penurunan motilitas serta dapat memicu konstipasi.
Pada sistem organ pencernaan, yang mengalami perubahan pada
bagian gusi. Gusi akan menjadi lebih hyperemesis dan menjadi lebih lunak
yang akan menyebabkan sering muncul perdarahan pada ibu hamil
tersebut. Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat
konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena
pembesaran uterus.
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut
Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan
gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan patologik tertentu
dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari
(hiperemesis gravidarum).Aliran darah ke panggul dan tekanan vena yang
meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon
estrogen juga dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan cenderung mudah
berdarah. Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun banyak ibu
hamil mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini
kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar jarang
menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva menjadi
banyak. Ibu hamil trimester pertama sering mengalami nafsu makan
menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering
terjadi pada kehamilan muda. Pada trimester kedua mual muntah mulai
berkurang sehingga nafsu makan semakin meningkat (Tyastuti, 2016)
Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan
mineral meningkat dan nafsu makan ibu meningkat sehingga intake
makanan juga meningkat.Tetapi beberapa wanita hamil mengalami
penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala tersebut
berhubungan dengan peningkatan hormon Human Chorionic
Gonadotrophin (HCG). Berikut ini adalah adaptasi sistem digesti yang
terjadi pada setiap trimester:
1. Trimester I
Pada bulan-bulan awal kehamilan 1/3 dari wanita hamil mengalami
mual dam muntah. Sebagaimana kehamilan berlanjut penurunan asam
lambung melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan
kembung. Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual
tetapi juga konstipasi karena lebih banyak feses terdapat dalam usus.
Lebih banyak air diserap dan semakin keras jadinya. Konstipasi juga
disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal masa
kehamilan dan kembali pada masa kehamilan.
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam.
Selama kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk
mencegah karies gigi. Pada bulan-bulan terakhir nyeri ulu hati dan
regurgitasi (pencernaan asam) merupakan ketidaknyamanan yang
disebabkan tekanan keatas dari perbesaran uterus. Pelebaran pembuluh
darah rectum (hemoroid) dapat terjadi pada persalinan. Rektum dan otot-
otot yang memberikan sokongan yang sangat tegang.

2. Trimester II
Mulut dan gusi terus hiperemia,sensitif terhadap zat iritan.
Esofagus dan lambung hormon progesteron meningkat merelaksasi otot
intestine dan menurunnya motilitas. Pengosongan lambung menurun.
Regulasi esofagus. Liver peningkatan hormon estrogen dan progesteron
mengakibatkan gejala gatal-gatal (pruritus gravidum).

3. Trimester III
Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan
uterus. Penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal
menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
Penyerapan makanan meningkat. Terjadi konstipasi yang dapat
meningkatkan terjadinya haemoroid. Adanya refluks sekret-sekret asam ke
esofagus menyebabkan terjadinya pirosis (nyeri ulu hati). Gusi menjadi
melunak dan mudah berdarah (hiperemi) kalau terkena cedera ringan saja,
misalnya oleh sikat gigi.

C. Adaptasi Sistem Digesti Pada Persalinan

Gerakan lambung dan penyerapan makanan padat secara subtansial


berkurang drastis selama persalinan. Selain itu pengeluaran asam lambung
berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban.
Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan lambung dalam
tempo yang biasa. Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai
berakhirnya kala I persalinan (Lailiyana, dkk, 2011).
Pada kala IV Sistem gastrointestinal akan merasakan rasa mual dan
muntah selama masa persalinan akan menghilang. Pertama ibu akan
merasa haus dan lapar, hal ini disebabkan karena proses persalinan yang
mengeluarkan atau memerlukan banyak energi(Marmi, 2012).

D. Adaptasi Sistem Digesti Pada Masa Nifas

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain

1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan
diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.

3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.


2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
BAB III

PENUTUP

Sistem pencernaan pada manusia merupakan salah satu organ vital bagi
tubuh, sehingga kesehatan sistem pencernaan sangatlah penting untuk dijaga.
Mengingat fungsi dari sistem pencernaan sebagai tempat atau alat untuk mencerna
setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia (Istiqomah &
Abdul, 2013).

Sistem pencernaan (digesti) merupakan salah satu perubahan fisiologi yang terjadi
pada kehamilan, , Pada masa kehamilan yang berlangsung, salah satu organ yang
mengalami banyak perubahan adalah pada organ pencernaan, adanya perubahan
pada uterus, perubahan pada gusi,gusi akan menjadi lebih hyperemesis dan
menjadi lebih lunak yang akan menyebabkan sering muncul perdarahan,
Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi dan
peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.
Adaptasi sistem digesti pada persalinan, gerakan lambung dan penyerapan
makanan padat secara subtansial berkurang drastis selama persalinan. Selain itu
pengeluaran asam lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir
berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban.
Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan lambung dalam tempo yang
biasa. Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan
(Lailiyana, dkk, 2011). Pada kala IV Sistem gastrointestinal akan merasakan rasa
mual dan muntah selama masa persalinan akan menghilang. Pertama ibu akan
merasa haus dan lapar, hal ini disebabkan karena proses persalinan yang
mengeluarkan atau memerlukan banyak energi(Marmi, 2012).
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Perubahan fisiologi
pada sistem digesti yang terjadi merupakan respon tubuh yang normal dan wajar
terjadi kemudian akan kembali seperti semula setelah beberapa minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm:


80) Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
Akademi Kebidanan Mamba‟ul „Ulum Surakarta.
Sulistiawaty, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta:
Andi.
Fitrian, Inna Sholicha. 2019. Refocusing Problem Ibu Hamil. Unmuh Ponorogo
Press.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8162
Istiqomah, Yasidah N. & Abdul Fadlil. 2013. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Penyakit Saluran Pencernaan Menggunakan Metode DEMPSTER
SHAFER. Jurnal Sarjana Teknik Informatika Vol, 1 (1). Yogyakarta.
Mandang, Jenni, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor : IN MEDIA
Saefudin & Rosi T.R. 2015. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan
Pencernaan Pada Anak Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Sistem
Informasi Vol, 2. Universitas Serang Raya.
Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Candi Gebang Permai
Blok R/6.
Tyastuti, Siti dan Wahyuningsih, Heni Puji. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai