Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)


RESUME JURNAL

Mata Kuliah : Fisiologi


Materi : Fisiologi Sistem Tubuh
Nama / NIM : Eka Nur Afni Ismail / 2110101273
Kelas / Kelompok : B / B4

NO. KOMPONEN PEMBAHASAN

Senam Ergonomik Menurunkan Keluhan


Muskuloskeletal dan Tekanan Darah pada Lansia
1. Judul Jurnal :
Penderita Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Jara
Marapati Buleleng
Judul Jurnal : Senam Ergonomik Menurunkan Keluhan
Muskuloskeletal dan Tekanan Darah
pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Jara Marapati
Buleleng
2. Identitas Jurnal : Penulis : Ni Luh Putu Julia Purnama Dewi; I Made
Sutajaya; Ni Putu Sri Ratna Dewi
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 9 Halaman (103-111)
Diterbitkan oleh : Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha
(https://ejournal.undiksha.ac.id)
(Pada bagian abstrak jurnal ini, penulis menjelaskan manfaat
senam ergonomik bagi lansia penderita hipertensi, dimana
senam ergonomik ini yang menjadi perlakuan, pada asbtrak
ini juga penulis mencantumkan jenis penelitiannya, teknik
3. Abstrak :
pengambilan sampel, populasi serta jumlah sampel. Dan
pada abstrak juga penulis menjelaskan jenis penelitian
menggunakan uji deskriptif, uji normalitas dan uji hipotesis
menggunakan t paired test serta menuliskan hasil dari
penelitiannya.

Abstrak Jurnal (Indonesia)


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa senam
ergonomik dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pada
lansia penderita hipertensi dan menurunkan tekanan darah
sistolik pada lansia penderita hipertensi. Jenis penelitian ini
adalah quasi eksperimental dengan rancangan randomized
pre and post test control group design (treatment by
subject). Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini berupa
senam ergonomik. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling acak bertingkat atau multistage random sampling.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lansia
penderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Jara
Marapati Buleleng, populasi terjangkau sebesar 36 orang
yang memenuhi kriteria sampel. uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji deskriptif, uji normalitas dan uji
hipotesis menggunakan t paired test, dengan taraf signifikansi
5% (α = 0,05). Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner Nordic Body Map, Tensimeter,
dan Environment meter. Berdasarkan hasil uji hipotesis
didapatkan nilai p= 0,0001 (p< 0,05). Itu berarti bahwa
terdapat penurunan yang signifikan pada keluhan
muskuloskletal sebesar 84,29% dan tekanan darah sistolik
sebesar 85,14%. Berdasarkan analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa senam ergonomik dapat menurunkan
keluhan muskuloskeletal dan tekanan darah sistolik.
Jurnal ini dilatarbelakangi oleh proses menua dimana fungsi
fisiologi tubuh menurun akibat dari beberapa faktor,
dibagian ini juga dijelaskan pada proses menua banyak
4. Latar Belakang : permasalahan dalam tubuh yang ditimbulkan seiring
bertambahnya usia yaitu salah satunya nyeri pada otot yang
dikenal dengan istilah keluhan musculoskeletal. Selain itu
dibagian pendahuluan ini dijelaskan terapi non farmakologi
dan cara penanganan untuk mengatasi hipertensi dan
keluhan muskuloskeletal adalah olahraga dengan cara senam
ergonomik.

Bagian dari pendahuluan :


Proses menua adalah suatu proses dimana kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
fungsi fisiologis tubuh mulai menurun. Proses menua ini
berjalan seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya usia seseorang.
Proses penuaan tidak hanya dapat menyebabkan
menurunnya elastisitas pembuluh darah, namun juga dapat
menyebabkan menurunnya massa otot yang menyebabkan
terjadinya nyeri pada otot yang dikenal dengan istilah
keluhan muskuloskeletal. Nyeri tersebut berasal dari sistem
muskuloskeletal, yang terdiri atas jaringan lunak pendukung
yaitu otot, ligamen, tendon dan bursa
Terapi non farmakologis hal yang penting untuk
membantu mengatasi rasa sakit yang lebih baik dengan
perbaikan fungsi sehari-hari yang termasuk terapi fisik.
Penanganan nonfarmakologi untuk mengatasi hipertensi
dan keluhan muskuloskeletal adalah olahraga dengan cara
senam ergonomik.
1. Hasil Analisis Deskriptif Data Karakteristik
Lansia (n=24)
Berdasarkan hasil analisa data dapat diinterpretasikan
bahwa rerata umur lansia penderita hipertensi adalah 72,25
tahun dengan simpang baku sebesar 8,15 tahun. Rerata
Hasil dan
5. : berat badan lansia penderita hipertensi adalah 66,54 kg
Pembahasan
dengan simpang baku sebesar 8,67 kg. Rerata tinggi badan
lansia penderita hipertensi adalah 156,04 cm dengansimpang
baku sebesar 8,67 kg. Itu berarti bahwa umur lansia sudah
lebih dari 72 tahun yang merupakan harapan hidup orang
Indonesia dan berat badan dibandingkan dengan tinggi
badan dalamkategori ideal sampai dengan normal.
Hal serupa juga dilaporkan oleh Ramandhani (2003),
bahwa pertambahan umur pada masing-masing orang
menyebabkan adanya penurunan kemampuan kerja pada
jaringan tubuh (otot, tendon, sendi dan ligament). Penurunan
elastisitas tendon dan otot meningkatkan sel mati sehingga
terjadi adanya penurunan fungsi sehingga tubuh rentan
terhadapkeluhan muskuloskeletal.
2. Hasil Analisis Deskriptif Data Kondisi
Lingkungan Wisma Lansia (n=24)
Berdasarkan hasil dapat diinterpretasikan bahwa rerata
suhu kering 32,15 oC dengan simpang baku sebesar 1,24 oC.
Rerata suhu basah 31,11 oC dengan simpang baku 1,17 oC.
Rerata kelembaban relatif 66,24% dengan simpang baku
3,73%. Rerata intensitas cahaya 340,53 lux dengan simpang
baku 27,22 lux. Rerata kebisingan 55,62 dB(A) dengan
simpang baku 35,75 dB(A). Itu berarti bahwa kondisi
lingkungan di wisma lansia dalam kategori nyaman
Kondisi lingkungan yang ditemukan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa rerata suhu kering di lingkungan
PSTW Jara Marapati Buleleng adalah 32,15 ℃, suhu
basah 31,11 ℃, kelembaban relatif 66,24%, intensitas
pencahayaan 340,53 lux, dan kebisingan 55,62 dB (A).
Dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan pada lingkungan
tempat tinggal lansia dikatakan dalam kondisi nyaman,
disertai dengan intensitas penerangan dalam kategori cukup
memadai. Dilihat dari tingka t kebisingan dilingkungan
PSTW Jara Marapati Buleleng juga masih dalam batas yang
dapat ditoleransi oleh tubuh manusia.
Sukmadewi(2008) melaporkan bahwa perbaikan konsdisi
kerja, pemberian teh manis dan istirahat pendek pada
perajin destar di Desa Gerih dengan intensitas cahaya
455,75 s.d. 507,6 Lux dengan rerata 480,6 Lux. Hasil uji t
paired pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai p =
0,0001 artinya adaperbedaan bermakna keluhan
muskuloskeletal antara Periode I dengan Periode II. Rerata
keluhan muskuloskeletal lansia penderita hipertensi
sebelum diberi perlakuan pada Periode I adalah 62,14
termasuk kategori sakit sedangkan pada periode II adalah
36,13 termasuk kategori agak sakit. Rerata keluhan
muskuloskeletal lansia penderita hipertensi setelah diberi
perlakuan pada Periode I adalah 67,7 termasuk kategori
sakit sedangkan pada periode II adalah 37,01 termasuk
kategori agak sakit. Keluhan muskuloskeletal lansia
menurun sebesar 84,29% antara Periode I dengan Periode II
ini menunjukkan bahwa senam ergonomik dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal pada lansia penderita
hipertensi. Penurunan keluhan muskuloskeletal tersebut
disebabkan oleh berkontraksinya otot tubuh akibat adanya
pergerakan berupa senam ergonomik yang memungkinkan
untuk membuka jalan nafas seluas-luasnya sehingga oksigen
masuk secara optimal ke dalam tubuh.
3. Hasil Analisis Deskriptif Keluhan Muskuloskeletal dan
Tekanan Darah Sistolik(n=24)
Berdasarkan hasil analisis dapat diinterpretasikan bahwa
rerata keluhan muskuloskeletal sebelum diberi perlakuan
berupa senam ergonomik (Periode I) sebesar 62,14 termasuk
dalam kategori sakit dibandingkan dengan sebelum
diberikan perlakuan (Periode II) 36,13 termasuk dalam
kategori agak sakit, sehingga keluhan menurun sebesar
47,50% antara Periode I dengan Periode II. Rerata keluhan
muskuloskeletal sesudah diberi perlakuan berupa senam
ergonomik (Periode I) sebesar 67,75 termasuk dalam
kategori sakit dibandingkan dengan sesudah diberikan
perlakuan (Periode II) 37,01 termasuk dalam kategori agak
sakit, sehingga keluhan menurun sebesar 45,37% antara
Periode I dengan Periode II. Selisih keluhan
muskuloskeletal pada Periode I sebesar 11,21 dibandingkan
dengan selisih keluhan muskuloskeletal pada Periode II
sebesar 0,78, sehingga keluhan menurun sebesar 84,29%.
Hal serupa juga dilaporkan oleh Maryam (2008)
bahwa penurunan tekanan darah terjadi karena pada saat
melakukan senam ada latihan pernapasan. Pernapasan
lambat memungkinkan tubuh untuk rileks dan melebarkan
kapiler, sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Ini terjadi
karena mengambil napas dalam- dalam dan
menghembuskan napas sepenuhnya akan meningkatkan
sirkulasi O2 dan CO2.
Jian (2011, hal 197) melaporkan bahwa senam
ergonomik juga dapat menurunkan ketegangan otot saat
setelah senam secara relaksasi sehingga berdampak
meningkatnya sistem saraf parasimpatis memproduksi
hormone erdhorphin, sehingga dapat menurunkan tekanan
darah dan memberikan perasaan rileks/nyaman dalam hal
ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang
merasakan badannya menjadi lebih bugar dan tidak terasa
kaku setelah diberikan senam dengan relaksasi.
Berdasarkan hasil analisis dapat diinterpretasikan bahwa
rerata tekanan darah sistolik sebelum diberi perlakuan
berupa senam ergonomik (Periode I) sebesar 147,73
termasuk dalam kategori hipertensi stage 1 dibandingkan
dengan sebelum diberikan perlakuan (Periode II) 143,38
juga termasuk dalam kategori hipertensi stage 1, sehingga
keluhan menurun sebesar 2,94% antara Periode I dengan
Periode II. Rerata tekanan darah sistolik sesudah diberi
perlakuan berupa senam ergonomik (Periode I) sebesar
157,18 termasuk dalam kategori hipertensi stage 1
dibandingkan dengan sesudah diberikan perlakuan (Periode
II) 145,35 juga termasuk dalam kategori hipertensi stage 1,
sehingga keluhan menurun sebesar 5,38% antara Periode I
dengan Periode II. Selisih tekanan darah sistolik pada
Periode I sebesar 9,83 dibandingkan dengan selisih keluhan
muskuloskeletal pada Periode II sebesar 1,46, sehingga
keluhan menurun sebesar 85,14%.
Senam ergonomik akan menyebabkan tubuh seseorang
mengeluarkan hormon endorpin yang menyebabkan tubuh
menjadi lebih tenang dan mengurangi perasaan stress
dimana penurunan tersebut akan menstimulasi kerja saraf
perifer terutama saraf parasimpatis yang menyebabkan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga tekanan
darah sistolik turun dan lebih terkendali. Ini menunjukkan
bahwa senam ergonomik dapat menurunkan tekanan darah
sistolik pada lansia penderita hipertensi karena senam
ergonomik dapat melebarkan pembuluh darah sehingga
sirkulasi darah menjadi lancar.
Kesimpulan dan saran dari jurnal ini senam ergonomik ada
hubungan dengan system muskuloskeletal lanisa dimana
setelah melakukan penelitian senam ergonomik ini dapat
menurunkan keluhan musculoskeletal lansia dan dapat
menurunkan tekanan darah sistolik lansia. Dan saran yang
dibuat penulis yaitu kepada tempat penelitian yaitu PSTW
jara Marapati Bulelang diharapkan untuk petugas lebih
memperhatikan kesehatan lansia dengan membuat kegiatan-
kegiatan baru agar lansia bisa bergerak aktif, dan diharapkan
senam ergonomik ini bisa diterapkan ditempat tersebut untuk
Kesimpulan dan
6. : meningkatkan kualitas kesehatan lansia. Peneliti juga
Saran
mempunyai saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih
sungguh-sungguh dalam melakukan penelitian agar dapat
membantu lansia didalam meningkatkan kualitas
kesehatannya.

Simpulan :
Bertolak dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikaji berdasarkan penelitian yang relevan dapa
disimpulkan, Senam ergonomik dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal lansia sebesar 47,50% dan senam ergonomik
dapat menurunkan tekanan darah sistolik lansia sebesar
2,65%.
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat
disampaikan kepada pihak pengelola PSTW Jara Marapati
Buleleng untuk memerhatikan kesehatan lansia melalui
kegiatan-kegiatan baru yang dapat membuat lansia bergerak
aktif, kepada lansia diharapkan untuk melakukan senam
ergonomik setiap hari sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas kesehatannya. dan kepada peneliti lain disarankan
melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh didalam
melakukan penelitian agar dapat membantu lansia didalam
meningkatkan kualitas kesehatannya.

Lampiran

LINK JURNAL REFERENSI


https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/article/view/21936/13562
Vol.6 No.3

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha


p-ISSN : 2599-1450
e-ISSN : 2599-1485
Volume 6 Nomor 3 Tahun 2019
Open Acces : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/index

SENAM ERGONOMIK MENURUNKAN KELUHAN


MUSKULOSKELETAL DAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA
MARAPATI BULELENG

Ni Luh Putu Julia Purnama Dewi; I Made Sutajaya; Ni Putu Sri Ratna Dewi

Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {julia.purnama.dewi,made.sutajaya,ratna.dewi}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa senam ergonomik dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal pada lansia penderita hipertensi dan menurunkan tekanan darah sistolik pada lansia
penderita hipertensi. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan randomized pre
and post test control group design (treatment by subject). Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini
berupa senam ergonomik. Penelitian ini menggunakan teknik sampling acak bertingkat atau multistage
random sampling. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Jara Marapati Buleleng, populasi terjangkau sebesar 36 orang yang memenuhi
kriteria sampel. uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji deskriptif, uji normalitas dan uji hipotesis
menggunakan t paired test, dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner Nordic Body Map, Tensimeter, dan Environment meter. Berdasarkan
hasil uji hipotesis didapatkan nilai p= 0,0001 (p< 0,05). Itu berarti bahwa terdapat penurunan yang
signifikan pada keluhan muskuloskletal sebesar 84,29% dan tekanan darah sistolik sebesar 85,14%.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa senam ergonomik dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal dan tekanan darah sistolik..

Kata kunci: Hipertensi, Keluhan muskuloskeletal, Tekanan darah sistolik

Abstract
The study aims to determine that the ergonomic gymnastics can lower musculoskeletal complaints and
lower systolic blood pressure in elderly hypertensive sufferers. This kind of research is a quasi
experimental with the randomized pre and post control group design (treatment by subject). The treatment
in this research is consisted of ergonomic gymnastics. This study is using random multistage sampling
techniques. The target population in this study is all the elderly hypertensive sufferers of the social
institution of Tresna Werdha Jara Marapati Buleleng, aN accessible population are 36 people who meet
the sample criteria. The test used in this study was a descriptive test, a normality and a hypothetical test
using t paired test, with a significant level of 5% (α = 0.05). The study instrument used in this study is a
Nordic Body Map questionnaire, Tensimeter, and Environment meter. Based on the results of the
hypothesis test the value of p = 0,0001 (p <0,05) is obtained. That means a significant reduction in

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 103


Vol.6 No.3

musculoskletal complaints was 84.29% and systolic blood pressure was 85.14%. Based on this analysis
it can be concluded that ergonomicgymnastics can reduce musculoskeletal complaints and systolic blood
pressure.
Keywords : Hypertention, Musculoskeletal complaints, Systolic blood pressure.

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 104


Vol.6 No.3

PENDAHULUAN mengatasi hipertensi dan keluhan


Proses menua adalah suatu proses muskuloskeletal adalah olahraga dengan
dimana kemampuan jaringan untuk cara senam ergonomik. Olahraga bagi
memperbaiki diri dan mempertahankan lansia bila dilakukan dengan teratur akan
fungsi fisiologis tubuh mulai menurun. mempunyai beberapa manfaat,
Proses menua ini berjalan seiring dengan diantaranya adalah untuk
berjalannya waktu dan bertambahnya usia mempertahankan kesehatan, memelihara
seseorang. Di usia senja pada umumnya dan meningkatkan kemandirian serta
aktivitas dengan beban yang berat mobilitas bio-psiko-sosio dalam kehidupan
berangsur-angsur menurun sehingga fungsi dalam sehari-hari, dimana senam
organ-organ tubuh mulai menurun akibat ergonomik adalah senam yang dapat
dari proses penuaan. Hal ini mengakibatkan lansung membuka, membersihkan, dan
lansia lebih mudah terserang penyakit mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh
bahkan berujung penurunan kondisi seperti sistem kardiovaskuler, kemih, dan
anatomis sehingga mengakibatkan reproduksi.
kematian. Penyakit yang biasanya diderita Menurut Wratsongko (2006), senam
oleh lansia pun beragam diantaranya adalah ergonomik adalah gerakan optimalisai
hipertensi dan keluhan muskuloskeletal posisi tubuh sewaktu diberikan perlakuan,
dibandingkan dengan remaja maupun orang dengan tujuan meniadakan atau
dewasa. minimalisasi kelelahan. Senam ergonomik
Proses penuaan tidak hanya dapat merupakan suatu teknik gerakan untuk
menyebabkan menurunnya elastisitas mengembalikan atau membetuk posisi
pembuluh darah, namun juga dapat tulang belakang dan kelenturan otot serta
menyebabkan menurunnya massa otot persendian dan dapat mempengaruhi
yang menyebabkan terjadinya nyeri pada sistem sirkulasi dan peredaran darah. Jika
otot yang dikenal dengan istilah keluhan posisi sudah betul, akan terjadi
muskuloskeletal. Nyeri tersebut berasal optimalisasi suplai darah ke otak, sehingga
dari sistem muskuloskeletal, yang terdiri akan membuka sistem kecerdasan, sistem
atas jaringan lunak pendukung yaitu otot, keringat, sistem pemanas tubuh, sistem
ligamen, tendon dan bursa. Keluhan yang pembakaran asam urat, kolesterol, dan
berasal dari jaringan lunak khususnya otot gula darah, sistem konversi karbohidrat,
paling sering terjadi dibandingkan dengan pembuatan elektrolit atau ozon dalam
tulang dan sendi. Menua tidak lepas dari darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem
menurunnya fungsi organ secara signifikan pembuangan energi negatif dari dalam
sehingga perlu adanya pengobatan tubuh.
alternatif untuk dapat mengurangi keluhan Senam ergonomik merupakan
tersebut tanpa menimbulkan efek kombinasi dari gerakan otot dan pernafasan.
samping. Pada saat gerakan berdiri sempurna seluruh
Terapi non farmakologi sangat saraf menjadi satu titik pada
penting dalam mengatasi nyeri, termasuk pengendaliannya di otak, saat itu pikiran
terapi aktivitas fisik senam ergonomik. dikendalikan oleh kesadaran akal untuk
Terapi non farmakologis hal yang penting sehat dan bugar, dan pada saat badan
untuk membantu mengatasi rasa sakit membungkuk dalam gerakan tunduk syukur
yang lebih baik dengan perbaikan fungsi dapat memasok oksigen ke kepala dan
sehari-hari yang termasuk terapi fisik. menambah aliran darah ke bagian atas
Terapi fisik dapat mengurangi intensitas tubuh terutama kepala yang dapat
nyeri pada lansia, namun terapi menstimulasi respon relaksasi tubuh dari
farmakologis juga dapat berdampak buruk seluruh ketegangan fisik dan mental.
bagi organ-organ tubuh yang lain seperti Keluhan muskuloskeletal merupakan
hati dan ginjal. Oleh karena itu suatu keluhan yang terjadi pada otot
diperlukannya adanya alternatif berupa rangka (skeletal) yang dirasakan oleh
terapi nonfarmakologi. seseorang dimana keluhan ini dapat
Penanganan nonfarmakologi untuk membatasi ruang gerak penderitanya
mulai dari keluhan yang sangat ringan

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 105


Vol.6 No.3

hingga sangat sakit yang menyebabkan mencakup umur, berat badan, dan tinggi
penderita keluhan ini menjadi kurang badan serta kondisi lingkungan seperti suhu,
produktif. Menurut Ulfah (2014) keluhan kelembaban, kebisingan, intensitas cahaya
muskuloskeletal merupakan gangguan dan sirkulasi udara di tempat lansia
fungsi normal otot, tendon, saraf, beraktivitas. Faktor-faktor lain yang
pembuluh darah, tulang dan ligamen, berpengaruh terhadap penelitian ini tidak
akibat perubahan struktur atau sistem diteliti.
muskuloskeletal di dalam waktu pendek
ataupun lama. Sutajaya (2014) METODE
menyatakan bahwa keluhan Adapun tempat penelitian dilakukan di
muskuloskeletal terjadi pada sistem Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jara
muskuloskeletal yang meliputi jaringan Marapati yang terletak di jalan Arjuna, Desa
sebagai berikut. Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kabupaten
Hipertensi adalah kondisi dimana Buleleng, Provinsi Bali. Waktu penelitian
tekanan darah lebih tinggi dari nada 140/90 yaitu bulan Desember 2018 sampai dengan
milimeter merkuri (mmHg) di dalam arteri. Juli 2019. Jenis penelitian ini adalah quasi
Diperkirakan sekitar 30% orang berusia 50 eksperimental dengan rancangan
tahun atau lebih menderita hipertensi randomized pre dan post test group design
(Balaban, dkk. 2017). Angka 140 mmHg (treatment by subjects). Berikut merupakan
merujuk pada bacaan sistolik, ketika rancangan penelitian.
jantung memompa darah ke seluruh tubuh Populasi target pada penelitian ini
dengan tekanan maksimal karena jantung adalah semua lansia yang ada di Panti
berkontraksi. Sementara itu, angka 90 Sosial Tresna Werdha Jara Marapati
mmHg mengacu pada bacaan diastolik, Buleleng berjumlah 66 orang. Populasi
ketika jantung dalam keadaan rileks terjangkau adalah semua lansia yang
sembari mengisi ulang bilik-biliknya memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 36
dengan darah dengan tekanan terendah di orang lansia kemudian diundi secara acak
antara kontraksi jantung (jantung dan didapat 24 orang lansia. Sampel pada
beristirahat). Hipertensi merupakan penelitian ini adalah lansia yang terpilih
penyakit tak menginfeksi tertinggi di dalam penentuan jumlah sampel dan
Indonesia (Sirait, dkk. 2018). dilibatkan secara penuh pada penelitian ini.
Menurut Hadayani (2014) arteri yang Untuk menghindari adanya bias yang
meregang secara terus menerus dapat disebabkan oleh karakteristik subjek dibuat
mengakibatkan pembuluh darah pecah kriteria untuk membatasi jumlah subjek
yang menyebabkan terjadinya stroke. yang bisa dilibatkan dalam penelitian ini.
Misalnya sebuah arteri otak dapat pecah Kriteria sampel yang digunakan yaitu
sehingga menimbulkan stroke atau inklusi, eksklusi, dan drop out.
pendarahan di retina dapat terjadi, atau Instrumen yang digunakan dalam
perubahan yang timbul dalam ginjal dapat penelitian ini adalah sebagai berikut (1)
mengganggu fungsi ginjal itu sendiri Kuesioner Nordic Body Map untuk mendata
(Pearce, 2017). keluhan muskuloskeletal lansia,
Tujuan yang ingin dicapai dari (2)Tensimeter untuk mendata tekanan
penelitian ini adalah untuk mengetahui darah sistolik lansia, dan (3) Environment
senam ergonomik dapat menurunkan meter untuk mendata kondisi lingkungan
keluhan muskuloskeletal pada lansia tempat tinggal lansia.
penderita hipertensi dan mengetahui senam Adapun langkah-langkah yang
ergonomik dapat menurunkan tekanan dilakukan pada tahap pelaksanaan
darah sistolik pada lansia penderita penelitian adalah sebagai berikut.
hipertensi. Penelitian ini hanya mengungkap Melakukan pendataan keluhan
penurunan keluhan muskuloskeletal dan muskuloskeletal dengan kuesioner Nordic
tekanan darah pada lansia yang menderita Body Map, dilakukan sebelum dan sesudah
hipertensi akibat dari kegiatan senam kerja dengan cara memberi tanda silang (X)
ergonomik, atau hanya dikontrol dan pada jawaban yang tersedia, sesuai dengan
dikendalikan seperti : kondisi subjek yang

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 106


Vol.6 No.3

rasa sakit atau kaku pada otot skeletal yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dirasakan. (a) Memberikan tenggang waktu Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data
satu hari antara Periode I dan II untuk Karakteristik Lansia (n=24)
proses adaptasi. (b) Pendataan dilakukan Variabel Rerata SB
3x dalam 1 minggu selama 2 minggu Umur (th) 72,25 8,15
sehingga didapatkan 6x pendataan. (c) Berat Badan 66,54 8,67
Pengukuran dilakukan di pagi hari pukul (kg)
07.00 WITA dimana sinar matahari tidak Tinggi Badan 156,04 8,44
terik sehingga dapat menghindari adanya (cm)
bias di dalam penelitian akibat dari Berdasarkan hasil analisis data pada
perubahan metabolisme lansia. Perlakuan Tabel 4.1, dapat diinterpretasikan bahwa
diberikan selama 30 menit untuk rerata umur lansia penderita hipertensi
menghindari kelelahan yang akan didapat adalah 72,25 tahun dengan simpang baku
oleh lansia apabila melakukan gerakan sebesar 8,15 tahun. Rerata berat badan
senam dengan waktu yang lama. lansia penderita hipertensi adalah 66,54 kg
Melakukan pengumpulan data dengan simpang baku sebesar 8,67 kg.
tekanan darah (diukur menggunakan Rerata tinggi badan lansia penderita
Tensimeter) dengan ketentuan sebagai hipertensi adalah 156,04 cm dengan
berikut. (a) Memasang manset pada lengan simpang baku sebesar 8,67 kg. Itu berarti
atas dengan jarak 2-3 cm dari lipatan siku bahwa umur lansia sudah lebih dari 72
dan perhatikan posisi manset menekan tahun yang merupakan harapan hidup
tepat diatas denyutan arteri brakialis. (b) orang Indonesia dan berat badan
Menekan tombol start (c) Melepas manset. dibandingkan dengan tinggi badan dalam
Jumlah sampel yang dilibatkan dalam kategori ideal sampai dengan normal.
penelitian ini adalah sebanyak 24 orang. Semakin tua umur seseorang, kemampuan
Sampel dipilih menggunakan teknik regenerasi sel semakin berkurang seiring
sampling acak bertingkat (multistage berjalannya waktu. Hal serupa juga
random sampling). Teknik penentuan besar dilaporkan oleh Ramandhani (2003), bahwa
sampel adalah sebagai berikut. (1) pertambahan umur pada masing-masing
Mengacu kepada jumlah populasi target orang menyebabkan adanya penurunan
sebanyak 66 lansia yang ada di Panti Sosial kemampuan kerja pada jaringan tubuh (otot,
Tresna Werdha Jara Marapati Buleleng, tendon, sendi dan ligament). Penurunan
ditetapkan dengan kriteria inklusi yang telah elastisitas tendon dan otot meningkatkan sel
ditentukan diperoleh populasi terjangkau mati sehingga terjadi adanya penurunan
sebanyak 36 orang. (2) Dari populasi fungsi sehingga tubuh rentan terhadap
terjangkau tersebut dipilih secara acak keluhan muskuloskeletal.
dengan cara undian sebanyak 24 orang
sampel dari 36 orang pada populasi Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Data
terjangkau. Kondisi Lingkungan Wisma Lansia (n=24)
Analisis data menggunakan SPSS Variabel Rerata SB
16 for windows dimana menggunakan 3 Suhu Kering 32,15 1,24
buah uji yaitu uji deskriptif, uji asumsi yaitu (oC)
uji normalitas dengan uji Kolmogorov- Suhu Basah 31,11 1,17
Smirnov dengan taraf signifikansi 5% (α = (oC)
0,05), pada penelitian ini diketahui data Kelembaban 66,24 3,73
berdistribusi normal. dan uji hipotesis Relatif (%)
menggunakan t – paired test dan didapat
Intensitas 340,53 27,22
hasil berupa nilai p =0,0001 yang artinya
Cahaya (Lux)
terdapat perbedaan yang bermakna antara
Kebisingan 55,62 5,75
Periode I dengan Periode II.
(dB(A))

Berdasarkan hasil analisis data pada


Tabel 4.2, dapat diinterpretasikan bahwa

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 107


Vol.6 No.3

rerata suhu kering 32,15 oC dengan Ini menunjukkan bahwa senam ergonomik
simpang baku sebesar 1,24 oC. Rerata dapat menurunkan keluhan
suhu basah 31,11 oC dengan simpang muskuloskeletal pada lansia penderita
baku 1,17 oC. Rerata kelembaban relatif hipertensi. Penurunan keluhan
66,24% dengan simpang baku 3,73%. muskuloskeletal tersebut disebabkan oleh
Rerata intensitas cahaya 340,53 lux berkontraksinya otot tubuh akibat adanya
dengan simpang baku 27,22 lux. Rerata pergerakan berupa senam ergonomik yang
kebisingan 55,62 dB(A) dengan simpang memungkinkan untuk membuka jalan
baku 35,75 dB(A). Itu berarti bahwa kondisi nafas seluas-luasnya sehingga oksigen
lingkungan di wisma lansia dalam kategori masuk secara optimal ke dalam tubuh.
nyaman. Meningkatnya usia seseorang diikuti
Kondisi lingkungan yang ditemukan dengan adanya perubahan-perubahan
pada penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk tubuh yang mengarah pada
rerata suhu kering di lingkungan PSTW kemundura fisik maupun mental. Beberapa
Jara Marapati Buleleng adalah 32,15 ℃, penyait yang biasa diderita lansia adalah
suhu basah 31,11 ℃, kelembaban relatif osteoartritis, penyakit kardiovaskuler,
66,24%, intensitas pencahayaan 340,53 obesitas, diabetes maupun hipertensi.
lux, dan kebisingan 55,62 dB (A). Dapat Kurangnya olahraga meningkatkan
dikatakan bahwa kondisi lingkungan pada kemungkinan timbulnya obesitas dan
lingkungan tempat tinggal lansia dikatakan meningkatkan risiko seseorang menderita
dalam kondisi nyaman, disertai dengan hipertensi serta menyebabkan seseorang
intensitas penerangan dalam kategori mempunyai frekuensi denyut jantung yang
cukup memadai. Dilihat dari tingkat lebih tinggi sehingga jantung harus lebih
kebisingan di lingkungan PSTW Jara bekerja keras setiap berkontraksi. Semakin
Marapati Buleleng juga masih dalam batas keras dan semakin sering otot jantung
yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia. memompa maka semakin besar tekanan
Kenyamanan termal atau fisik yang dibebankan pada arteri. Salah satu
lingkungan di tempat beraktivitas aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia
dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban adalah senam lansia. Senam lansia
relatif, kecepatan angin, pencahaan dan merupakan aktivitas fisik yang perlu
kebisingan. Sukmadewi (2008) dilakukan secara rutin. Pada dasarnya
melaporkan bahwa perbaikan konsdisi olahraga seperti senam ergonomik dapat
kerja, pemberian teh manis dan istirahat meningkatkan kecepatan detak jantung,
pendek pada perajin destar di Desa Gerih pernafasan, pemompaan darah, dan
dengan intensitas cahaya 455,75 s.d. metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
507,6 Lux dengan rerata 480,6 Lux. Hasil akan terpenuhi karna jantung meningkatkan
uji t paired pada Tabel 4.5 menunjukkan aliran darah.
bahwa nilai p = 0,0001 artinya ada
perbedaan bermakna keluhan Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Keluhan
muskuloskeletal antara Periode I dengan Muskuloskeletal dan Tekanan Darah Sistolik
Periode II. Rerata keluhan muskuloskeletal (n=24)
lansia penderita hipertensi sebelum diberi Variab Periode I Periode II Ket
perlakuan pada Periode I adalah 62,14 el era
termasuk kategori sakit sedangkan pada nga
periode II adalah 36,13 termasuk kategori n
agak sakit. Rerata keluhan Rerat SB Rerat SB
muskuloskeletal lansia penderita hipertensi a a
setelah diberi perlakuan pada Periode I Keluh 62,14 3,08 36,13 4,20 Me
adalah 67,75 termasuk kategori sakit an nur
sedangkan pada periode II adalah 37,01 musku un
termasuk kategori agak sakit. Keluhan loskel 41,
muskuloskeletal lansia menurun sebesar etal 85
84,29% antara Periode I dengan Periode II. sebelu %

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 108


Vol.6 No.3

m (Periode I) sebesar 67,75 termasuk dalam


perlak kategori sakit dibandingkan dengan
uan sesudah diberikan perlakuan (Periode II)
Keluh 67,75 3,48 37,01 4,22 Me 37,01 termasuk dalam kategori agak sakit,
an nur sehingga keluhan menurun sebesar 45,37%
musku un antara Periode I dengan Periode II. Selisih
loskel 45, keluhan muskuloskeletal pada Periode I
etal 37 sebesar 11,21 dibandingkan dengan selisih
setela % keluhan muskuloskeletal pada Periode II
h sebesar 0,78, sehingga keluhan menurun
perlak sebesar 84,29%.
uan Senam ergonomik akan
Selisih 11,21 2,08 1,76 0,78 Me menyebabkan tubuh seseorang
keluha nur mengeluarkan hormon endorpin yang
n un menyebabkan tubuh menjadi lebih tenang
musku 84, dan mengurangi perasaan stress dimana
loskel 29 penurunan tersebut akan menstimulasi
etal % kerja saraf perifer terutama saraf
Tekan 147,7 4,12 143,3 5,44 Me parasimpatis yang menyebabkan terjadinya
an 3 8 nur vasodilatasi pembuluh darah sehingga
darah un tekanan darah sistolik turun dan lebih
sistolik 2,9 terkendali. Ini menunjukkan bahwa senam
pada 4% ergonomik dapat menurunkan tekanan
sebelu darah sistolik pada lansia penderita
m hipertensi karena senam ergonomik dapat
perlak melebarkan pembuluh darah sehingga
uan sirkulasi darah menjadi lancar.
Tekan 157,1 4,46 145,3 5,38 Me Hal serupa juga dilaporkan oleh
an 8 5 nur Maryam (2008) bahwa penurunan tekanan
darah un darah terjadi karena pada saat melakukan
sistolik 7,5 senam ada latihan pernapasan.
setela 2% Pernapasan lambat memungkinkan tubuh
h untuk rileks dan melebarkan kapiler,
perlak sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Ini
uan terjadi karena mengambil napas dalam-
Selisih 9,83 1,94 1,46 0,94 Me dalam dan menghembuskan napas
tekana nur sepenuhnya akan meningkatkan sirkulasi
n un O2 dan CO2. Selain itu, inhalasi dan
darah 85, pernafasan secara teratur juga dapat
sistolik 14 meningkatkan efisiensi kerja jantung.
% Melakukan gerakan tera dengan benar akan
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.3 membuat tubuh merasa rileks dan puncak
dapat diinterpretasikan bahwa rerata relaksasi tubuh dapat dicapai, sehingga
keluhan muskuloskeletal sebelum diberi dapat mengurangi ketegangan fisik dan
perlakuan berupa senam ergonomik mental.
(Periode I) sebesar 62,14 termasuk dalam Jian (2011, hal 197) melaporkan
kategori sakit dibandingkan dengan bahwa senam ergonomik juga dapat
sebelum diberikan perlakuan (Periode II) menurunkan ketegangan otot saat setelah
36,13 termasuk dalam kategori agak sakit, senam secara relaksasi sehingga
sehingga keluhan menurun sebesar 47,50% berdampak meningkatnya sistem saraf
antara Periode I dengan Periode II. Rerata parasimpatis memproduksi hormone
keluhan muskuloskeletal sesudah diberi erdhorphin, sehingga dapat menurunkan
perlakuan berupa senam ergonomik tekanan darah dan memberikan perasaan
rileks/nyaman dalam hal ini dibuktikan

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 109


Vol.6 No.3

dengan banyaknya responden yang sirkulasi darah menjadi lancar.


merasakan badannya menjadi lebih bugar
dan tidak terasa kaku setelah diberikan SIMPULAN DAN SARAN
senam dengan relaksasi. Bertolak dari hasil penelitian dan
Hasil penelitian ini bersinergi dengan pembahasan yang telah dikaji berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan penelitian yang relevan dapat disimpulkan,
oleh Setianingsih (2012), didapatkan hasil senam ergonomik dapat menurunkan
bahwa menunjukkan ada pengaruh yang keluhan muskuloskeletal lansia sebesar
signifikan senam ergonomis terhadap 47,50% dan senam ergonomik dapat
perubahan tekanan darah pada klien menurunkan tekanan darah sistolik lansia
hipertensi di Kelurahan Bendan Kota sebesar 2,65%.
Pekalongan berdasarkan uji statistik dengan Berdasarkan simpulan di atas, saran
p value tekanan darah sistolik yaitu 0,002 yang dapat disampaikan kepada pihak
dan p value tekanan darah diastolik 0,009. pengelola PSTW Jara Marapati Buleleng
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.3 untuk memerhatikan kesehatan lansia
dapat diinterpretasikan bahwa rerata melalui kegiatan-kegiatan baru yang dapat
tekanan darah sistolik sebelum diberi membuat lansia bergerak aktif, kepada
perlakuan berupa senam ergonomik lansia diharapkan untuk melakukan senam
(Periode I) sebesar 147,73 termasuk dalam ergonomik setiap hari sebagai upaya untuk
kategori hipertensi stage 1 dibandingkan meningkatkan kualitas kesehatannya. dan
dengan sebelum diberikan perlakuan kepada peneliti lain disarankan melakukan
(Periode II) 143,38 juga termasuk dalam penelitian dengan sungguh-sungguh
kategori hipertensi stage 1, sehingga didalam melakukan penelitian agar dapat
keluhan menurun sebesar 2,94% antara membantu lansia didalam meningkatkan
Periode I dengan Periode II. Rerata tekanan kualitas kesehatannya.
darah sistolik sesudah diberi perlakuan .
berupa senam ergonomik (Periode I) UCAPAN TERIMAKASIH
sebesar 157,18 termasuk dalam kategori Terimakasih yang sebesar-besarnya
hipertensi stage 1 dibandingkan dengan penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
sesudah diberikan perlakuan (Periode II) Maha Esa atas kesehatan dan konsentrasi
145,35 juga termasuk dalam kategori yang telah dianugrahkan-Nya kepada
hipertensi stage 1, sehingga keluhan penulis. Terimakasih kepada Ketua
menurun sebesar 5,38% antara Periode I Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan
dengan Periode II. Selisih tekanan darah atas kesediaannya mengajar penulis
sistolik pada Periode I sebesar 9,83 selama studi di Universitas Pendidikan
dibandingkan dengan selisih keluhan Ganesha. Terimakasih kepada Dosen
muskuloskeletal pada Periode II sebesar Pembimbing I, Prof. Dr. I Made Sutajaya,
1,46, sehingga keluhan menurun sebesar M.Kes. atas bimbingan dan semangat
85,14%. yang diberikan kepada penulis.
Senam ergonomik akan Pembimbing II, Ni Putu Sri Ratna Dewi,
menyebabkan tubuh seseorang S.Pd., M.Pd. yang selalu memotivasi serta
mengeluarkan hormon endorpin yang membimbing penulis hingga ke tahap ini.
menyebabkan tubuh menjadi lebih tenang Dan tidak lupa kepada orang tua terutama
dan mengurangi perasaan stress dimana Ibu Ni Nengah Sunarti yang tak henti-
penurunan tersebut akan menstimulasi hentinya memanjatkan doa dan
kerja saraf perifer terutama saraf memotivasi penulis hingga tahap ini.
parasimpatis yang menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah sehingga
tekanan darah sistolik turun dan lebih DAFTAR PUSTAKA
terkendali. Ini menunjukkan bahwa senam
ergonomik dapat menurunkan tekanan Beswick et al., (2008). Complex
darah sistolik pada lansia penderita Interventions To Improve Physical
hipertensi karena senam ergonomik dapat Function And Maintain Independent
melebarkan pembuluh darah sehingga Living In Elderly People: A

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 110


Vol.6 No.3

Systematic Review And Meta- Journal of Nursing and Midwifery


Analysis. The Lancet, 371: 725-735. Science, 1(1). Hal 1 s.d 2
Dalam
Ramadhani, Srie. 2003. Ergonomi dalam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi
cles/PMC2262920/ diakses 18 Juni
Kedua(Revisi), Budiono, A.M.
2019
Sugeng, Jusuf, R.M.S. & Pusparini,
Hadiyani, W., Nia R.R. 2018. The
Adriana. Semarang. : Universitas
Effectiveness of Balance Excerciseon
Diponegoro
Reducing Risk of Fall in Older People.
So’emah, E.Nur., Agus H., Amar A. 2017.
Konverensi Internasional tentang
Effect of Ergonomik Gymnastic To
Perawatan dan Manajemen
Lipid Profile And Blood Pressure In
Kesehatan. Available from
Patients With Hypertension At Sumber
(http://ichm2018.stikep-
Agung Village Jatirejo District
ppnijabar.ac.id/index.php/ichm2018/ar
Mojokerto Regency. International
ticle/view/33/33, diakses 20 November
Journal Of Nursing and Midwifery.
2018).
Volume 1, Issue 1, May - August 2017
Jian, R. (2011). Pengobatan alternatif untuk
e-ISSN : 2597-9345 p-ISSN : 2597-
mengatasi tekanan darah. Jakarta :
761X. Halaman 14
Gramedia Pustaka Utama
Kemenkes RI. 2003. On The Prevention, Sukmadewi, I. A. 2008. Perbaikan kursi
Detection, Evaluation And Treatment kerja, pemberian the manis, dan
Of High Blood Pressure. Jointt National istirahat pendek menurunkan
Committee : Amerika keluhan muskuloskeletal dan
Marlita, L., Roni. S., Moh. Y. 2018. Faktor- meningkatkan produktivitas perajin
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat destar di Desa Gerih. Dalam
Kemandirian Lansia Dalam Melakukan http:/files.dcp2.org/pdf/DCP/DCP51.
Activity Daily Living (Adl) Di Upt Pstw pdf. diakses tanggal 19 Juni 2019
Khusnul Khotimah. Jurnal Wulandari, H. T. 2016. Pengaruh Senam
Keperawatan Abdurrab. [S.l.], v. 1, n. Ergonomik terhadap Keluhan Nyeri
2, p. 64-68, jan. 2018. ISSN 2579- Sendi Pada Lansia Yang Mengalami
8723. Available from Rematik di Wilayah Kerja Puskesmas
<http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/k Banguntapan II Bantul. Skripsi
eperawatan/article/view/378>. Diakses diterbitkan Yogyakarta : Program Studi
16 Desember 2018. Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Maryam, Siti., Mia F. Ekasari., Rosidawati., Kesehatan.Jenderal Achmad Yani.
Ahmad Jubaedi, I. B. 2008. Mengenal WHO. 2018. Aging and Life Course. (Online)
Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: (www.who.int/aging/data-research/en/,
Salemba Medika. diakses 1 Desember 2018).
Pearce, E.C. 2017. Anatomi dan Fisiologi Wratsongko, M. 2006. Pedoman Sehat
untuk Paramedis. Terjemahan oleh Sri Tanpa Obat, Senam Ergonomi dan
Yuliani Handoyo. Jakarta : CV Prima Pijat Getar Saraf. Jakarta : PT Elex
Gravika Media Komputindo
Priyanti, K., Asti. N., Achmad. S. 2018
Pengaruh Senam Ergonomik Secara Wratsongko, M. 2008. Sholat jadi obat.
Kelompok dan Individu Terhadap Jakarta: Elex Media Komputindo.
Penurunan Tekanan Darah pada Dalam Syahfitri, Mayani., Safri.,
Lansia dengan Hipertensi di Kelurahan Jumaini. 2015. Vol. 2 No. 2.
Gisikdrono Semarang. International

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 111

Anda mungkin juga menyukai