Disusun Oleh :
Pembimbing Klinik :
Elizabeth E. Wattimena, SKp
Ns. Sara Hutagalung, S.Kep
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena at as
tuntunan dan bimbingan-Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh
tersusun dan boleh terlaksana.
Adapun judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya
Catatan Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruangan
G. Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian tugas atau
laporan pertanggung jawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di
Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat, khususnya untuk Mata Kuliah
Manajemen Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Ruangan G. Di samping itu
kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen
keperawatan khususnya tentang Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di
ruangan G. Sehingga bisa menjadi acuan ataupun bahan ajaran pada instansi-
instansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan
lainnya yang berkecimpung di bidang manajemen keperawatan, terlebih khusus
bagi perawat pelaksana yang ada di Ruangan G RS PGI Cikini.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah
membantu terlaksananya praktikum profesi ners dan tersusunnya laporan ini,
diantaranya:
1. Direktur Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat.
2. Rektor Universitas Katolik De la Salle Manado.
3. PPSDM Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat.
4. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
5. Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
De La Salle Manado.
6. Pembimbing akademik Profesi Ners.
7. CI/Pembimbing Klinik Profesi Ners di Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta
Pusat.
8. Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap ruangan G Rumah Sakit PGI Cikini –
Jakarta Pusat.
Tim penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan........................................................................................5
E. Identifikasi Masalah.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan..............................................7
B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).....................................10
C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP......................................................25
D. Perencanaan................................................................................................29
BAB III ANALISA SITUASI
A. Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine)............................33
B. Analisa SWOT...........................................................................................52
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah.........................................................58
D. POA (Planning Of Action).........................................................................60
E. Penyelesaian Masalah................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Pre Implementasi ...................................................................................
B. Implementasi ..................................................................................................
C. Evaluasi ..........................................................................................................
D. Hambatan .......................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO PROFESI NERS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan
dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan
teknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat
humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu
pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan
sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis (Nursalam, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi
keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak
tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (S1 Keperawatan dan Ners), serta
sejak berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Namun
pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun
masalah yang dapat dirumuskan yaitu belum optimalnya catatan perencanaan
harian perawat pelaksana di Ruang G RS PGI Cikini.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah
untuk meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat
penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Institusi Pendidikan
Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan
dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan
rencana kerja harian perawat pelaksana.
c. Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan
data sampai mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang
ditemui di ruangan.
d. Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan
keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait
dengan manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat
pelaksana.
e. Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien
dapat terpenuhi.
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan
pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit
Dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana
kerja harian perawat pelaksana.
3. Mahasiswa
Dapat menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan
data sampai
mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di
ruangan.
4. Perawat
Dapat memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan
keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan
manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
5. Pasien
Dapat membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat
terpenuhi.
E. Identifikasi Masalah
1. Tinjauan Teoritis
a. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan
b. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
c. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP
d. Perencanaan
2. Analisa Situasi
1. Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine)
2. Analisa SWOT
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
4. Planning of Action (POA)
5. Penyelesaian Masalah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PA
PAGI PA PA
PA PA PA
PA
PA PA
SORE
PA
PA PA PA
MALAM
PA
PA PA PA
LIBUR/
CUTI PA PA
PA
9-10 pasien
9-10 pasien 9-10 pasien
3) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan
sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang
manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston,
1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menciptakan budaya motivasi
2) Manajemen waktu: Rencana Harian
3) Komunikasi efektif melalui kegiatan:
4) Operan antar shift
5) Pre conference tim
6) Post conference tim
7) Manajemen konflik
8) Pendelegasian dan supervisi
4) Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai
”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan
(pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen
keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk
rencana yang akan datang.
b. Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)
Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus
pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian
kinerja dan pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan
menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM
keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Metode dalam penyusunan tenaga keperawatan harus
teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan
jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan pelayanan yang sesuai kepada pasien.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan
manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya
manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan
adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif
sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling
banyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien yang dirawat
di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan
agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
yang diharapkan.
c. Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan hubungan
profesional secara eksternal. Sedangkan hubungan professional
secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara perawat
dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan
perawat dengan dokter.
d. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan
keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic
dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.
4. Komponen-Komponen dalam MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan
professional, yaitu : ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan
keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
a. Ketenagaan Keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan
berdasarkan derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode
Douglas. Penetapan derajat ketergantungan dilakukan berdasarkan
petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien.
Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat
Jumlah Klasifikasi pasien
pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
(Metode Douglas) adalah sebagai berikut:
1) Perawatan Minimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
- Makan dan minum dilakukan sendiri.
- Ambulasi dengan pengawasan.
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
2) Perawatan Parsial
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
- Dipasang voley kateter, intake output dicatat.
- Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan Total
- Semua kebutuhan pasien diabantu.
- Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
- Makan melalui atau NGT, intravena terapi.
- Pemakaian suction.
- Gelisah/disorientasi.
b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan
keperawatan berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan
profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat
dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011).
Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)
dikutip oleh Nursalam (2011), jenis metode pemberian asuhan
keperawatan telah dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1
Jenis Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)
c. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan
yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara
bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral
dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis
dalam pengambilan keputusan adalah :
1) Identifikasi masalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-
langkah proses keperawatan yaitu :
1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih
holistic.
2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalah keperawatan.
3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
4) Implementasi rencana, dan
5) Evaluasi hasil tindakan.
d. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam
sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian
yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien
dapat diketahui secara berkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan,
sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data
untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian,
rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan
perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai
rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP
tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan
inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
D. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah
pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu
rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana
indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa yang harus
dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat
pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn
(Swansburg, 1993).
1. Pengertian Perencaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang
apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan
di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah
sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).
2. Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah
membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “Perencanaan
operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam
sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis
& Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering
disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan tiga samapai dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk
jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat
diterapkan di ruang di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana
bulanan dan rencana tahunan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini
dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat
pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua
tim/perawat primer.
c. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian
dari perawat pelaksana ini harus terorganisir, terarah, benar-benar
dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat pelaksana
langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre
conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian
rencana harian perawat berguna untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen
dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.
Adapun contoh rencana harian perawat pelaksana sebagai berikut :
Rencana Harian Perawat Pelaksana
A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan G Rumah Sakit
PGI Cikini – Jakarta Pusat. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19
– 23 April 2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
angket. Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man,
Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan G tersebut. Selain itu,
yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien.
1. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
a. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap G RS PGI Cikini dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dibantu oleh CCM (Clinical Care Manager), 2 Ketua
Tim, 19 Perawat Pelaksana, Pegawai Administrasi bersama
Pembantu Perawat (POS) 3 orang, serta Cleaning Service 3 orang.
Adapun Struktur Organisasi Ruang G adalah sebagai berikut.
Kepala Ruang
CCM
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
12
10
2
PK 0 PK 1 PK 2 PK 3
0
PK 0PK 1PK 2PK 3
c. Pasien
Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Maret 2016)
berdasarkan data di ruangan adalah sebagai berikut:
Rata-rata pasien
Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pasien
per hari
Perawatan Minimal (Self Care) 1 0,03
Perawatan Parsial (Intermediate
578 18,67
Care)
Perawatan Total (Total Care) 111 3,58
JUMLAH 690 22.28
d. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien
dan tingkat ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga
yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut metode
Douglas. Berdasarkan rumus tersebut maka didapatlah jumlah
kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-masing shift
berdasarkan data pada bulan Maret 2016, hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Jumlah
Rata-
kebutuhan perawat
rata
BOR Tingkat tenaga yang
pasien Jumlah
(%) Ketergantungan perawat tersedia
1 bulan
rata-rata rata-rata
terakhir
per hari per hari
Minimal Care 0.03
95,8 Parsial Care 18,67 23 13 14
Total Care 3,58
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YaTidak
3. Metode (M3-Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan
yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah
modifikasi Metode Tim Primer. Sebanyak 13 dari 15 perawat yang
dibagikan angket (87 %) menyatakan mengerti/memahami model yang
digunakan dan 67 % menyatakan cocok dengan model yang ada.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan,
didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 %
perawat menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut
menjadikan lama rawat inap bagi pasien semakin pendek dan 47 %
menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak manjamin
lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model asuhan
keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien
terhadap ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit
pekerjaan yang ada. Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa
model asuhan keperawatan tersebut tidak memberatkan dalam
pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak banyak mendapat
kritikan dari pasien.
Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode modifikasi
tim primer telah mendukung terlaksananya komunikasi adekuat antar
perawat dan tim kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwa
kontinuitas rencana keperawatan terlaksana dengan baik. 53 % perawat
mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika
ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian asuhan
keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di
ruang G, didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan
kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan
mengetahui kondisi pasien.
b. Overan
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan
tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari
pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan observasi overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit
dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat
overan berlangsung, ada perawat yang langsung memberikan tanggapan
tentang masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan menjadi
semakin panjang. Sebaiknya kesempatan untuk memberikan
tanggapan/masukan nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat
menghemat waktu overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung
lama yaitu adanya visite dokter bertepatan dengan waktu overan,
sehingga kegiatan overan sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebelum
operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama
rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien.
Seluruh perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus
disampaikan saat pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan,
baik sebelum maupun sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku
laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan.
Setelah melakukan overan di Kantor Perawat, masing-masing tim
langsung menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi
dengan pasien (visite keperawatan). Adapun interaksi yang dilakukan di
depan pasien yaitu perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan
memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau
tidak. 80 % perawat di ruang G sudah mengetahui teknik pelaporan
overan saat di depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget
mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. 53
% perawat menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien kurang
dari 5 menit. Seluruh perawat biasanya mendapat evaluasi langsung dari
kepala ruangan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut
Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi
tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana
tidak memiliki rencana harian dan laporan kegiatan harian, maka akan
berdampak pada kelengkapan informasi yang dibutuhkan saat Overan.
Sementara itu dalam buku Panduan Akreditasi RS PGI Cikini, disebutkan
bahwa demi terwujudnya komunikasi yang efektif dalam pelayanan harus
menggunakan metode SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan
overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR
(Situation, Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal
tersebut, maka rencana kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah
penting dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan. Berikut
adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana.
1) Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 19 – 23 April
2016, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim 1 dan Tim 2
terdapat 2 – 3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik
di overan pagi maupun overan sore (50-60 %) tidak menyimak/tidak
memperhatikan dengan baik hal-hal penting yang disampaikan saat
overan berlangsung dan sering berdiskusi serta kurang menghargai
orang yang menyampaikan overan. Berdasarkan observasi, perawat
pelaksana tidak memiliki keseragaman format catatan rencana harian
untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-
masing.
2) Hasil Wawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 03 Mei 2015
adalah sebagai berikut:
a) Kepala ruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu
rencana kerja, jumplah pasien, ketenagaan cukup atau tidak,
kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu
diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien
yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang
digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan metode
S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat
pelaksana memang telah memiliki buku catatan masing-masing.
Tetapi untuk format rencana harian belum digunakan.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat
pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan
keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan
biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam
pelaksanaannya di ruang G belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan
selaku ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah
sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan
saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu
diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing-
masing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke
malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus
menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%
dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana
sekitar 70-80%.
d) Perawat Pelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya
sendiri dalam melakukan persiapan sebelum overan
berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa,
persiapan diri baik fisik maupun mental, peralatan tulis-menulis
termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien,
buku laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa
program-program/tindakan sudah terlaksana, kita harus
membaca kembali status pasien membuka kembali status
keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan,
mengecek obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat
tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan
seperti instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di
samping itu diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik
dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat
overan berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang
terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu
disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab,
tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan
yang belum dilaksanakan, dan program atau tindakan
selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus
dengan komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode
SBAR (Situation, Background, Accessment, Recomendation),
namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa
belum maksimal pelaksanaannya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala
Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing.
Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara
satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak
memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya.
Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan
yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik,
kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui
apa saja kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan
dengan adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat
dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien, serta akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat
pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka
kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana
harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut
dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian
Perawat Pelaksana.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh
Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana,
serta melibatkan seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang
disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa ruangan mendukung
kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan bahwa telah
mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat
menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum
optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum
mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan
telah tersedia, namun belum melaksanakan ronde secara optimal.
Pelaksanaan Ronde Keperawatan
80%
60%
40%
20%
0%
Ronde Keperawatan
Sudah OptimalBelum Optimal
d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam,2002). Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa
sudah mengetahui tentang sentralisasi obat. 80 % perawat menyatakan
bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat.
100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar pengadaan
tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan
obat gawat darurat.
Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga
pasien, 73 % perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan
format tersebut. Selama ini juga proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di ruangan telah
tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat-
obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan
dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed pasien yang bersangkutan.
Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan pemberian obat, obat-obatan
tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui
cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP
Rumah Sakit.
Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan
bahwa harus selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang
telah digunakan. Selain itu, setiap jenis obat yang diberikan pada pasien
mempunyai format masing-masing. Setelah memberikan obat kepada
pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form terapi
pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien.
e. Supervisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar,
adil serta bijaksana. Berdasarkan pengumpulan data, 100 % perawat
mengatakan bahwa sudah mengerti tentang supervisi dan sudah
dilaksanakan/dilakukan di ruangan. 60 % perawat mengatakan bahwa
setiap bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut wawancara dengan
Kepala Ruangan, disampaikan bahwa biasanya Kepala Ruangan
langsung mengadakan supervisi setiap minggu.
Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh perawat
mempunyai format baku untuk supervisi, seperti SOP (Standar
Operasional Prosedur). 80 % perawat menyatakan bahwa alat (instrument
untuk supervisi tersedia secara lengkap. Adapun hasil dari supervisi
disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat mengetahui apa
yang masih perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit. Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari supervisor
untuk setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut sebagian besar
perawat merasa puas dengan hasil yang ada. Sebesar 87 % perawat
mengatakan bahwa setiap hasil supervisi, ada tindak lanjutnya. Setelah
diklarifikasi hasil supervisi yang didapat, 93 % perawat mengatakan
bahwa mereka menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar
sesuai dengan hasil supervisi. Sementara itu, 60 % perawat menyatakan
bahwa sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi.
f. Perencanaa Pulang (Discharge Planning)
Seluruh perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang
perencanaan pulang. Setiap kali pasien pulang, sebelum itu perawat wajib
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang pasien alami
dan mengenai perawatan di rumah. 93 % perawat di ruang G menyatakan
bahwa mereka bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien
masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 73 % perawat
menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang perencanaan
pulang.
Berdasarkan pengumpulan data, telah tersedia brosur/leaflet yang
bisa digunakan perawat untuk perencanaan pulang pasien. Di samping
itu, juga sudah ada teknik yang bisa digunakan saat pemberian
perencanaan pulang pada pasien. Sebagian besar perawat mengatakan
bahwa pasien sudah mengerti dan memahami bahasa yang dipakai
perawat saat memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum
dimengerti, pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya. Setiap
kali selesai memberikan perencanaan pulang, setiap perawat wajib
melakukan pendokumentasian pada buku laporan atau list pasien.
g. Dokumentasi
Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk
membantu dan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada
pasien. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu. Sebagian perawat mengatakan
bahwa model dokumentasi yang digunakan ini tidak menambah beban
kerja perawat. Dengan adanya model dokumentasi yang digunakan saat
ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan
September – Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan
memiliki nilai rata-rata 93,7 % dengan perincian: Pengkajian 99 %,
Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi 91 %, dan Evaluasi 97,5
%.
Hasil Audit Keperawatan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (September - Desem
100%
98%
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%
Pendokumentasian Askep
PengkajianDiagnosaIntervensiImplementasiEvaluasi
4. Pembiayaan (M4-Money)
tidak dikaji
5. Mutu (M5-Machine)
Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan
keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun
sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh
bahwa 78 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada
pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah.
Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan dan tata
tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan tempat-tempat
mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan seperti kamar mandi,
ruang perawat, administrasi.
Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan
pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan
yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib
memberikan informasi kepada pasien tentang perawat yang bertanggung
jawab terhadap pasien.
91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien
dan selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping
itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh
pasien.
Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa
perawat selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan
diberikan. Selanjutnya perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga
sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum
tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau bahaya
dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu menurut pernyataan pasien
melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan lengkap dan jelas.
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara
rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien
dalam angket, selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal
kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa
perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri,
serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan
keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien, misalnya perasaan
pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan
perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan, perawat wajib
mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau
list pasien.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO PROFESI NERS
B. Analisa SWOT
No. Pengumpulan Data Strengths Weaknesses Opportunities Threats
(Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
1. M1- Man 1. Sudah 1. 80 % perawat tidak 1. Adanya kemauan 1. Masih ada
(Sumber Daya menggunakan puas dengan pemberian dari perawat perawat yang
Manusia) Struktur Organisasi beasiswa atau pelatihan untuk belum memiliki
dengan MPKP pendidikan meningkatkan STR/dalam
modifikasi Tim keperawatan. kemampuan kerja kepengurusan
Primer. 2. Kurangnya melalui 2. Adanya tuntutan
2. Jenis Ketenagaan : kesejahteraan perawat pelatihan/pendidik akreditasi Rumah
S1-Ners 5 orang seperti tidak sesuainya an tambahan. Sakit dengan UU
D3 Keperawatan 18 jumlah pendapatan 2. Adanya program Akreditasi
orang dengan latar belakang akreditasi RS Rumah Sakit No
POS 3 orang nama. dimana MPKP 12 tahun 2012
PAD 1 orang 3. 52,17 % perawat masih adalah salah satu bahwa akreditasi
Cleaning Service 3 PK 1/ pengalaman penilaian. bertujuan
orang masih minim. meningkatkan
3. PK0 sebanyak 3 4. 60 % Perawat tidak keselamatan
orang (13,04 %), merasa puas dengan pasien Rumah
PK1 sebanyak 12 jumlah jam kerja. Sakit dan
orang (52,17 %), 5. Kesempatan untuk meningkatkan
PK2 sebanyak 2 mengambil cuti dalam perlindungan
orang (8,69 %), waktu 1 minggu masih bagi pasien,
dan PK3 sebanyak belum merata. masyarakat,
6 orang (26,08 %) 6. 53 % perawat sumber daya
4. BOR 89,35 % mengatakan bahwa manusia Rumah
5. Tenaga pembagian tugas di sakit dan rumah
keperawatan ruangan belum jelas sakit sebagai
Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian
perawat.
Indikator Alat dan
Tujuan Uraian kegiatan Waktu Prosedur/ Strategi PIC Sasaran
keberhasilan Metode
Meningkatkan 1. Perawat 1. Pembuatan desain 29 April – 1. Mendesain format rencana Cyntia Perawat
efektifitas dan mengetahui rencana kerja harian 01 Mei kegiatan harian agar bisa Lumintang yang
efisiensi rencana kerja 2016 lebih mudah dan efisien bertugas
pelayanan yang akan dalam pengisiannya. di
sebagai dilakukannya ruangan
perawat setiap hari 2. Sosialisasi tentang 10 Mei 2. Melakukan presentasi awal Fidy Sada G Format
pelaksana 2. Perawat format rencana kerja 2016 di ruangan untuk rencana kerja
dengan menggunaka harian sesuai shift menjelaskan tentang harian
menggunakan n format format pembuatan rencana
lembar rencana rencana kerja kerja harian perawat.
kerja harian harian setiap
perawat hari sesuai 3. Implementasi 10 – 11 3. Bersama dengan perawat Christien Format
shift tentang penggunaan Mei 2016 pelaksana melakukan Bopeng rencana kerja
format rencana kerja implementasi tentang dan harian
harian penggunaan format rencana Sustianti
kerja harian sesuai shift. Tamara
E. Penyelesaian Masalah
Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1
(Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5
(mutu); dan mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan
manajemen keperawatan yang dilaksanakan di ruang G. Untuk lebih
memfokuskan masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok menemukan
beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah
tersebut kelompok menyusun prioritas masalah terkait manajemen
keperawatan. Prioritas masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan
dengan kepala ruangan untuk menentukan masalah mana yang
implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan
kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok
yaitu: Belum optimalnya Catatan Perencanan harian perawat pelaksana
berhubunganan dengan tidak ada keseragaman catatan harian perawat
pelaksana sehingga pencatatannya belum teratur yang mempengaruhi
efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan membuat format rencana kerja harian
perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat membantu perawat dalam
mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien serta
menunjang dalam serah terima dengan ketua tim.
Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan
mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan
meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan keperluan
perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan format
rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk
penggunaan format tersebut pada perawat dinas pagi, sore dan malam.
Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.
53% 47%
Baik
Kurang Baik
B. Implementasi
Implementasi dimulai pada tanggal 10 Mei 2016 dengan sosialisasi,
penjelasan penggunaan format rencana kerja harian dan berdiskusi dengan
perawat pelaksana, ketua tim, CCM dan kepala ruang tentang format tersebut
yang telah direncanakan dan didesain terlebih dahulu.
Dari diskusi tersebut, kelompok mendapatkan masukan, kelompok
merevisi format rencana kerja harian tersebut agar sesuai dengan keperluan
perawat pelaksana diruangan G.
Implementasi selanjutnya pada tanggal 11 Mei 2016 – 12 Mei 2016
dengan membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan
memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas sore,
malam dan pagi.
C. Evaluasi
Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan catatan
perencanaan harian pada saat implementasi.
Perawat pelaksana
Shift
Menggunakan Presentase Tidak Presentase
Sore 5 100% 0 0%
Malam 2 100% 0 0%
Pagi 4 100% 0 0%
Jumlah 11 100% 0 0%
Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 11 Mei 2016
(shift sore dan shift malam) sampai 12 Mei 2016 (shift pagi). Dari
keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, 11 diantaranya
dinas saat kelompok melakukan implementasi. 11 orang perawat pelaksana
tesebut telah menggunakan catatan perencanaan harian yang dibuat dan
dibagikan oleh kelompok dengan presentasi 100%.
Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Tersedianya catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang
seragam.
Setelah dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan
perencanaan harian perawat pelaksana dan telah digunakan oleh perawat
pelaksana yang dinas pada saat dilakukan implementasi maka kelompok
menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman dalam penulisan catatan
perencanaan harian perawat pelaksana yang ada di ruang G.
2. Serah terima
Setelah adanya keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian
perawat pelaksana di ruang G, serah terima yang dilaksanakan berjalan
lancar dan selesai tepat pada waktunya.
3. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
4. Membantu kepala ruang untuk mengevalusai kinerja staf dalam rangka
penilaian kinerja.
5. Pendapat perawat pelaksana dengan diadakannya keseragaman catatan
harian perawat pelaksana melalui wawancara yang dilakukan oleh
kelompok adalah seluruh perawat yang telah menggunakan format
catatan harian perawat pelaksana menerima dengan baik dan merasa
dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi
keperawatan.
Dari hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan catatan perencanaan harian perawat pelaksana, dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan di bangsal G.
D. Hambatan
Format yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang
diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana
dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi
setiap hari dari ketua tim dan kepala ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien
dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang
sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012)
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur
dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang
rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
3. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruangan G, prioritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan
perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas
dan efisiensi kerja harian perawat
5. Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut
meliputi: serah terima, pre conference dan post conference,
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan.
6. Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian perawat
pelaksana maka semua catatan harian perawat pelaksana akan ada
keseragaman, dapat menjadi referensi saat serah terima, membantu
Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam mengevaluasi kinerja perawat
pelaksana,
serta perawat pelaksana sendiri merasa dipermudah dalam melakukan
pencatatan rencana dan implementasi keperawatan.
7. Format catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang diisi belum
lengkap, hal ini disebabkan karena format yang diberikan masih baru
sehingga masih perlu penyesuaian dari perawat pelaksana dalam
penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap
hari dari Ketua Tim dan Kepala Ruangan.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam
penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang
berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle
Manado.
2. Rumah Sakit
Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian perawat
pelaksanaan, dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
3. Perawat
Diharapkan dengan adanya format catatan perencanaan harian perawat
pelaksana, perawat tidak lagi menggunakan buku catatan pribadi tetapi
dapat menggunakan format yang telah tersedia untuk keseragaman dan
kemudahan dalam pencatatan rencana harian.
4. Mahasiswa
Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode
5 M (Man, Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu
menerapkan proses manajemen keperawatan (Planning, Organizing,
Actuating, dan Controling). Serta menjadi change agent dalam penerapan
format catatan perencanaan harian perawat pelaksana
DAFTAR PUSTAKA