Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan
pendahuluan ini dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan
yang saya hadapi dalam penyusunan laporan pendahuluan ini. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman sehingga saya bisa menyelesaikan
laporan pendahuluan ini.
Tidak lupa pula saya mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki
laporan pendahuluan ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan
laporan pendahuluan ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
A. Definisi ........................................................................................................1
B. Etiologi .......................................................................................................1
C. Manifestasi klinis.........................................................................................2
D. Penatalaksanaan medis................................................................................2
E. Prognosis ....................................................................................................3
F. Pathway.......................................................................................................3
G. Konsep dasar asuhan keperawatan..............................................................4
H. Diagnosa keperawatan................................................................................6
I. Intervensi keperawatan...............................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................8
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim
paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi
dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam,
2015).
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan dan jaringan intersittel. Pneumonia merupakan
penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian utama
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneuomonia
antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
resiko untuk terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek
anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, dan aspirasi (Daud
Dasril, 2013).
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya
terjadi apada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa
kanak-kanak dan secara klinis penumonia dapat terjadi sebagai penyakit
primer atau komplikasi dari penyakit lain (Hockenberry dan Wilson, 2009
dalam Seyawati Ari, 2018).
B. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan
oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan, jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu :
1
1. Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
2. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species,
candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler (Nursalam, 2015)
C. Manifestasi Klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifetstasi klinis
pneumonia. Neonatus dapat menunjukan gejala demam tanpa
ditemukannya gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas. Demam,
menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat pleuritis, retraksi
dan iritabilitas akibat sesak respiratory sering terjadi pada bayi yang
lebih tua dan anak.
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi,
atau stridor dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding
pneumonia bakterial. Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi
dengan demam tinggi, menggigil, batuk, dispneu dan pada auskultasi
ditemukan adanya tanda konsolidasi paru.
Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala khas
seperti takipneu, batuk, ronki kering(crackles) pada pemeriksaan
auskultasi dan sering ditemukan bersamaan dengan adanya
konjungtivitis chlamydial.
Gejala klinis lainnya dapat ditemukan distress pernapasan
termasuk cuping hidung, retraksi intercosta dan subkosta dan merintih
(grunting) (Karen et al, 2010 dalam Setyawati Ari, 2018).
D. Penatalaksanaan Medis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit
2
jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaanya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang diberikan antara
lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogatrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier.
(Nursalam, 2015)
3
E. Prognosis
Secara umum prognosisnya adalah baik. Gangguan jangka panjang
pada fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang
telah terkomplikasi dengan emplema dan abses paru. Sekuele yang
signifikan muncul pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis
obliterans. Kematian dapat muncul pada anak dengan kondisi yang
mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi pematur, penyakit
jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai
kurang dari 1%.
F. Pathway
Virus Bakteri Micoplasma Jamur
infeksi
peradangan / inflamasi
kelelahan
dipsnea
4
G. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
b) Riwayat penyakit sekarang
2. Keluhan yang dirasakan klien
3. Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
a) Riwayat penyakit dahulu
4. Pernah menderita ISPA
5. Riwayat terjadi aspirasi
6. Sistem imun anak yang mengalami penurunan
a) Riwayat penyakit keluarga
7. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
8. Ada anggota keluarga yang sakit Pneumonia
9. Pemeriksaan fisik keperawatan
g. Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri dan kanan,
ada penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
- Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
- Auskultasi : bisa terdengar ronki
5
i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.
1) Diagnostik test
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan predominan
PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis
buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis
2) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
3) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
4) Gambaran bronkopneumonia difus infiltrat intertisialis pada
pneumonia stafilokok.
6
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
napas tidak tindakan keperawatan Observasi :
efektif diharapkan bersihan 1.identifikasi
jalan napas tidak efektif kemampuan batuk.
meningkat Terapeutik :
dengan Kriteria 1. atur posisi semi fowler
hasil: atau fowler
1. Frekuensi napas 2.pasang perlak dan
membaik bengkok di pangkuan
2. Pola napas pasien
membaik 3. buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi :
1. jelaskan prosedur dan
tujuan batuk efektif
2.anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan 2
detik kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
selama 8 detik.
3.anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
3 kali.
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
7
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas:
Literature Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.