Oleh:
Annisa Ramlis
1108111871
Pembimbing:
dr.Kurniaji,Sp.An
STATUS PASIEN
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
Identitas Pasien
Nama pasien
: An.F
Usia
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Alamat
Nomor RM
: 907494
Tanggal Masuk RS
: 17 November 2015
Tanggal Operasi
: 26 November 2015
Pembiayaan
: BPJS
Riwayat operasi
Pasien telah pernah di operasi pada hari pertama masuk RS yaitu operasi
debridement
AMPLE
A
: riwayat DM (-), HT (-), asma (-), penyakit jantung (-), batuk lama (-)
: nyeri pada ujung jari telunjuk tangan kanan dan lengan kiri.
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALISATA
Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis
Vital sign
: Nadi
Suhu
: 125 x/menit
: 36,5C
Pernafasan : 22x/menit
Berat badan
: 27 kg
Tinggi badan
: 130 cm
A. Airway
Clear, pasien dapat berbicara dengan lancer, tidak ada suara nafas
ada
E (Evaluation)
M (Mallampati score)
O (Obstruction)
N (Neck mobility)
leher
B. Breathing
Frekuensi nafas 22x/menit, gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
tidak ada retraksi iga dan penggunaan otot bantu pernafasan, suara nafas
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
C. Circulation
Akral hangat, tidak pucat, kering, frekuensi nadi 110x/menit, tegangan dan
pengisian penuh, CRT <2s, iv line belum terpasang.
D. Disability
Kesadaran komposmentis, GCS 15 (E4V5M6)
Pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
E. Exposure
Eksplorasi pakaian pasien
Luka bakar (+) pada jari telunjuk tangan kanan dan lengan bawah tangan
kiri
Pemeriksaan kepala
Mata
: konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, refleks cahaya
Mulut
Leher
(+/+)
: sianosis (-), mukosa kering (-), bibir pucat (-)
: tidak tampak kelainan pada leher, gerakan leher tidak terbatas
Inspeksi
: bentuk dan gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
debridemant
Ekstremitas bawah
Akral hangat, udem (-), CRT <2s
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin:
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Elektrolit:
Natrium
Kalium
Klorida
: 14,3 g/dL
: 40,8%
: 12.400/uL
: 396.00/uL
: 137,1 mmol/L
: 3,89 mmol/L
: 110,1 mmol/L
Koagulasi:
FIB
PT
APTT
: 3.136 g/L
:15,5 s
: 29,2 s
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
Rencana Anestesi
Status ASA
ASA II
Persiapan Pasien
tertidur)
Pasien telah puasa 5 jam sebelum operasi
Pasien dipastikan telah melepaskan perhiasan, besi dan aksesoris lain yang
melekat di tubuh
Akses intravena satu jalur loading cairan kristaloid ( Ringer Laktat) dipasang
Persiapan Alat
Mempersiapkan mesin anestesi, monitor dan selang penghubung (connector),
face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang O2 dan N2O terhubung
Persiapan obat
Fentanyl :
o dosis intraopertif analgesic: 2ug/kg
o 2 ug X 27kg = 54ug 1ampul
Propofol :
o Dosis untuk induksi: 2-3mg/kg
o 2-3mg X 27kg = 54-81mg 1ampul
Atracurium:
o Dosis : 0,5mg/kgBB
o 0,5mg X 27 kg = 13,5mg 1 ampul
Ketorolac:
o Dosis: 0,3-0,6mg/kg
o 0,3-0,6mg X 27kg =8,1-16,2 mg 1 ampul
Tahapan anestesi
1. Induksi
Bolus fentanyl 50mg
Bolus propofol 80mg selanjutnya cek respon refleks bulu mata pasien
hingga didapatkan hasil respon (-)
Bolus notrixum 10mg
2. Oksigenisasi
Alirkan oksigen 5L/menit melalui face mask, dan alirkan kearah depan
wajah pasien
3. Ventilasi
Kuasai patensi jalan nafas dengan memposisikan kepala ekstensi, gunakan
oropharyngeal tube untuk mencegah sumbatan lidah pada jalan nafas
pasien
Pasang face mask dan berikan O2 2L/menit ditambah dengan N2O
2L/menit, dan sevoflurance 1,5 vol %. Pasien diberikan ventilasi bantuan
plica vocalis
Masukkan ETT no.6 dengan tangan kanan dan tanpa menyentuh gigi dan
Maintenance
Inhalasi O2 2L/menit, N2O 2L/menit, dan sevoflurance 1,5 vol%
Bolus fentanyl 50mcg
Bolus novalgin 800mg
Cairan RL 1000Ml
Terapi cairan
PEMBAHASAN
1. Pre-operasi
Perencanaan pre-operasi yang tidak adekuat dan kesalahan dalam persiapan
pasien merupakan penyebab komplikasi anestesi yang paling banyak ditemukan,
oleh karena itu persiapan pre-operasi sangat penting dilakukan. Evaluasi preoperasi meliputi history, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang relevan,
dan klasifikasi ASA pada pasien. Dari anamnesis tidak ditemukan adanya riwayat
alergi makanan maupun obat-obatan. Pasien menyangkal adanya konsumsi obatobatan rutin, dan sudah pernah dioperasi satu kali saat pertama kali masuk RS
yaitu operasi debridement dengan anestesi umum. Riwayat asma, penyakit
jantung, batuk lama disangkal. Status ASA pasien ini adalah ASA I dengan luka
bakar grade III 1% et causa listrik.
Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa tidak ada masalah pada masalah
kardiopulmonal pasien, selain itu pasien tidak sedang mengalami demam. Hasil
pemeriksaan penunjang menunjukkan nilai normal. Dapat diambil kesimpulan
pasien dapat dilakukan operasi. Pada pasien ini akan dilakukan operasi Split
Thickness Skin Graft, dan dipersiapkan untuk puasa 6 jam. Hal ini dikarenakan
refleks laring menurun selama anestesi sehingga regurgitasi isi lambung dan
kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama pada pasien
yang menjalani anestesi. Persiapan pasien, alat, dan obat juga telah dilakukan, dan
yang paling penting adalah perhitungan cairan selama operasi yang tergantung
pada kebutuhan cairan basal (maintenance), kebutuhan cairan pengganti puasa
pre-operasi, derajat operasi, derajat perdarahan selama operasi, dan urine output.
2. Durante operasi
Pada kasus ini dilakukan induksi dengan pemberian fentanyl (50ug). Fentanyl
merupakan obat golongan opioid yang memiliki efek muscle rigidity. Fentanyl
merupakan golongan opioid dengan onset yang cepat dan durasi singkat. Propofol
diberikan intravena (80mg). mekanisme induksi anestesi umum dengan propofol
melibatkan fasilitas dari inhibisi neurotransmitter yang dimediasi oleh GABA.
Propofol juga bisa mempotensiasi non depolarizing neuromuscular blocking
agent (NMBA) yang juga digunakan pada kasus ini (Atracurium 10mg).
Pada anestesi ini maintenance diberikan sevoflurance, N2O dan O2 secara
bersamaan. Monitoring juga dilakukan pada pasien ini berupa saturasi oksigen
dan frekuensi nadi pasien. Pada kasus ini saturasi oksigen pasien dapat dikontrol
dengan baik yaitu >97%, heart rate juga dapat dikontrol dengan baik. Bolus
fentanyl 50ug diberikan dalam kasus ini untuk mengurangi nyeri saat operasi yang
dapat dipantau dengan melihat nadi yang meningkat secara tiba-tiba saat operasi
sedang berjalan.
3. Post operasi
Setelah operasi diberikan analgetik yaitu ketorolac 30mg dalam larutan
asering 500mL. Selain itu pantau juga post-operative nausea and vomiting
(PONV) yang terjadi pada 20-30% pasien. PONV dapat dikontrol dengan
pemberian anti emetic, yaitu ondansetron atau metoclopramide.
4. Anestesi pada STSG