Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu.1,2
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (95%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.3,4
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.3,4,5
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.4,5
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada
reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease
Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika
Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun
1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan
kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan.4,5

BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1

IDENTITAS PENDERITA

Nama

: Ny. J

Usia

: 36 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Suku

: Melayu

Alamat

: Minas

No MR

: 914694

2.2

Nama suami

: Tn.A

Usia

: 31 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Suku

: Melayu

Alamat

: Minas

ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 02 Februari

2016 pukul 19.45 WIB, rujukan dari Puskesmas Minas dengan hamil dan akut
abdomen dan konsul dari IGD umum dengan suspek KET.
a.
Keluhan utama
Nyeri perut
b.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien rujukan dari Puskesmas Minas dengan keluhan nyeri perut bagian
kanan bawah sejak 3 jam SMRS. Nyeri dirasakan tiba tiba dan perut terasa tegang.
Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak berkurang dengan istirahat. 4 jam SMRS
pasien mengeluh adanya flek-flek pada celana dalam. Flek berwarna coklat.
Pasien merasa dirinya hamil 3 bulan dengan HPHT 13 November 2015
sesuai dengan usia kehamilan 11-12 minggu. Pasien ANC di bidan sebanyak 4 kali
dan tidak pernah melakukan pemeriksaan USG. Pasien dinyatakan hamil setelah
melakukan tes kehamilan dengan menggunakan tes pack di bidan dan hasilnya
positif.
Pasien juga mengeluhkan adanya keputihan yang dirasakan sejak 3 bulan
SMRS, mukopurulen, tidak gatal, berbau, tetapi pasien tidak pernah berobat,
pasien juga mengeluhkan terkadang ada nyeri saat berhubungan. Riwayat

kehamilan diluar rahim (-), dan riwayat demam (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
c.

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat hipertensi, asma, diabetes melitus, penyakit jantung, kelainan

penyakit darah dan alergi disangkal pasien.


d.

Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat hipertensi, asma, diabetes melitus, penyakit jantung, kelainan

penyakit darah dan alergi dalam keluarga disangkal.


e.

Riwayat menstruasi :
Pasien pertama kali datang haid saat pasien berusia 12 tahun, siklus haid

teratur yaitu 28 hari, lama haid setiap bulannya 5-6 hari, ganti pembalut 2-3 kali
setiap harinya dan ada keluhan nyeri pada saat haid.
Menstrual diary:
I
: 19 September - 24 September 2015
II
: 16 Oktober - 21 Oktober 2015
III
: 13 November 18 November 2015
f.

Riwayat perkawinan :
Menikah 2x :
1. Tahun 2008 saat usia 28 tahun cerai hidup
2. Tahun 2015 saat usia 35 tahun

g.

Riwayat persalinan :
G3P1A1H1
I `: 2009, laki-laki, normal, aterm, berat lahir 3000gr, dibantu bidan,
dengan panjang badan 50 cm
II` : 2010, abortus, kuret (+), tes kehamilan (+), USG (-)
III : hamil ini

h.

Riwayat KB
Riwayat penggunaan KB tidak ada

i.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan suami pasien bekerja sebagai

wiraswasta.
2.3

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit berat

Kesadaran
TB
BB
IMT
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Komposmentis kooperatif.
: 155 cm
: 55 kg
: 22,89 (normoweight)
: 90/60 mmHg
: 130x/m
: 28x/m
: 36,40 C.

Primary Survey
Airway
: clear
Breathing
: RR 28x/m, terpasang NRM 10 L saturasi 99%
Circulation
: Nadi 130x/m, TD 90/60, pasien telah terpasang IV line 1
jalur, abbocath no.20 mikrodrip, infus macet dari Puskesmas
Minas, terpasang kateter urin
Sampai di RSUD AA di pasang Iv Line 2 jalur dengan
transfusi set dan makrodrip, guyur RL 3000cc, pastikan
Disability

infuse berjalan lancar


: kesadaran komposmentis GCS 15

Secondary Survey
Status generalis :
Kepala
: konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
Jantung
: jantung dbn, S1 dan S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Paru
: simetris, tidak ada bagian tertinggal, vesikuler normal,
ronkhi (-),wheezing(-)
Abdomen :
Inspeksi

: perut datar, distensi(-)

Palpasi

: tegang, nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), defans muscular(+)

Perkusi

: sulit dinilai

Auskultasi : bising usus (+) normal


Ekstremitas : akral dingin, basah, pucat, CRT >2dtk, udem (-)
Status ginekologis :
Inspeksi
: vulva uretra tenang, tampak flek di pembalut
Inspekulo
:portio lunak, licin,OUE tertutup. Fluksus darah (-),fluor(-),
cavum douglas menonjol (+), nyeri (+), dilakukan
kuldosintesis

(+), didapatkan darah merah kehitaman,

hallo sign (+)


VT bimanual :
- Uterus antefleksi, lunak, nyeri goyang portio (+), portio licin, OUE
tertutup

- Adneksa kiri dan kanan : massa adneksa kanan (+), massa adneksa di
sebelah kiri (-)
- Parametrium kiri atau kanan : tegang, tidak berbenjol dan tidak ada
nyeri tekan
- Kavum douglas menonjol dan nyeri
Rectal Toucher : tonus sfingter ani (+), mukosa licin, ampula recti tidak
kolaps, massa (-)
2.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DPL 1 Jam 20.04 (02/02/2016)


Hb
: 7,8 g/dl
Ht
: 21,9 %
Leukosit
: 40.400 /ul
Trombosit
: 319.000 /ul
MCV
: 94
MCH
: 33,2
MCHC
: 35.3
Kimia Darah (02/02/2016)
Glukosa : 250 mg/dL
Ureum : 28,8 mg/dL
Creatinine : 1,30 mg/dL
AST : 20,5 U/L
ALT : 20 U/L
ALB : 2.5 mg/dL
Tes pack (+)
Plano test (+)

Resume Pemeriksaan :
Ny.J usia 36 tahun datang ke RSUD AA dengan rujukan dari Puskesmas Minas
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 bulan SMRS yang memberat
sejak 6 jam SMRS. Pasien di diagnosis kehamilan di luar rahim dengan hasil
pemeriksaan fisik konjungtiva anemis, tanda akut abdomen (+) kuldosintesis (+).
Dari inspekulo ditemukan kuldosintesis positif. dari pemeriksaan dalam
didapatkan nyeri goyang (+), cavum douglass menonjol. Dari pemeriksaan
penunjang didapatkan plano test (+) Hb : 7,8 gr/dL, leukosit 40.400/ul, MCV 94,
MCH 33.2, MCHC 35.3.
2.5. HASIL PEMERIKSAAN USG ABDOMEN :
Uterus antefleksi terdorong ke caudal (75x37x30mm) d 15 mm, tampak
kompleks massa hiperekoik memenuhi cavum abdomen, kesan hematocole
dengan kompleks massa dominan di adneksa kanan, fetal echo (+)
Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
2.6.

DIAGNOSIS KERJA
Syok hipovolemik grade III ec Hemiperitoneum ec Suspek Kehamilan

Ektopik Terganggu pada G3P1A1H1 hamil 8-9 minggu dengan akut abdomen ec.
susp kehamilan ektopik terganggu + anemia ec. perdarahan.
2.7
PENATALAKSANAAN
Primary survey dan secondary survey telah dilakukan dengan keadaan pasien:
- Tampak sakit sedang, kesadaran composmentis
- TD : 100/60 mmHg, Nadi : 108 x/menit, Pernapasan : 22x/menit Suhu :
36,4 C
Atasi akut abdomen
Atasi anemia
Cegah infeksi
Atasi perdarahan
2.8

: Laparatomi eksplorasi cito.


: transfusi PRC 4 labu sampai target Hb > 10 gr/dL
: ceftriaxone 2x1gr IV
: Asam traneksamat 3x1 gr IV

LAPORAN OPERASI
Laporan laparatomi eksplorasi dan salphingektomi sinistra pukul 22.10-

23.20 wib.
Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi umum
Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
Insisi mediana

Dinding abdomen dibuka lapis demi lapis, peritoneum dibuka tampak


bekuan darah berwarna kehitaman lebih kurang 3000cc, dievakuasi
Dilakukan eksplorasi tampak ruptur pada pars ampularis tuba dextra,
tampak hasil konsepsi, ovarium kanan dalam batas normal.
Pada tuba dan ovarium kontralateral, tuba kiri dalam batas normal dan
ovarium kiri dalam batas normal
Dilakukan salpingektomi dextra dengan menjepit, memotong dan

hemostasis
Diyakini tidak ada perdarahan
Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9% sebanyak 2.000 cc.
Diyakini tidak ada perdarahan, dipasang drain, volume + 50 cc
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
Perdarahan selama operasi + 3.000 cc, urin jernih + 300 cc jernih.

Instruksi pasca operasi


Observasi KU, TTV, tanda akut abdomen, perdarahan, diuresis
Cegah infeksi : Inj. Ceftriaxone 2x1 gram IV
Atasi perdarahan : Asam traneksamat 3x1 amp
Vit. K 3x1 amp
Atasi anemia : rencana tranfusi PRC 4 labu, target Hb > 10 gr/dL
Sulfas Ferrosus 1x1 tab
Vit. C 1x1 tab
Atasi nyeri : Ketorolac 1 amp + RL 20 tpm
Atasi kembung : Inj Alinamin F 3x1 ampul
Rawat ICU
2.9. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam.
2.10 FOLLOW UP
Tgl/Jam
03

Perjalanan Penyakit
S: Pasien merasa lemas

Terapi
Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

14.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Kateter urin

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Inj. Ceftriaxone 2x1
7

Kesadaran : Composmentis

gram IV

TD : 100/70 mmHg N : 87x/I S : 36,30C


P : 22x/i

Asam

St. Generalis :

3x1 amp
Vit. K 3x1 amp

Mata : CA (+/+) SI (-/-)


Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)

traneksamat

Tranfusi PRC 4 labu


Sulfas Ferrosus 1x1
tab
Vit. C 1x1 tab

Abdomen : Status Ginekologis


Ekstremitas : Akral dingin, pucat, CRT <2
detik

Ketorolac 1 amp +
RL 20 tpm

St. Ginekologis :
Abdomen

Inj Alinamin F 3x1

Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup

ampul

perban, perdarahan (-)


Terpasang drain dg volume +
100cc (12 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
Darah rutin (03/02/2016)
Hb : 9.9 gr/dL
Ht : 27.7 %
Leukosit : 10.300 /ul
Trombosit : 130.000 /ul
MCV : 81.5
MCH : 29.0
MCHC : 35.5

A: P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.


ruptur tuba ampulla dextra hari I
S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

14.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)

04

Nyeri pada luka bekas operasi (+)

Kateter urin

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Inj. Ceftriaxone 2x1
Kesadaran : Composmentis

gram IV

TD : 110/70 mmHg N : 83x/I S : 36,30C


P : 20x/i

Asam

St. Generalis :

3x1 amp
Vit. K 3x1 amp

Mata : CA (-/-) SI (-/-)


Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)

traneksamat

Sulfas Ferrosus 1x1

Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-) tab


Vit. C 1x1 tab
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :

Ketorolac 1 amp +
RL 20 tpm

Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)

Inj Alinamin F 3x1


ampul

Terpasang drain dg volume +


100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
Darah rutin (04/02/2016)
9

Hb : 10.0 gr/dL
Ht : 28.5 %
Leukosit : 10.500 /ul
Trombosit : 129.000 /ul
MCV : 82.4
MCH : 29.1
MCHC : 35.2
A: P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i. Rawat Camar 3
05

ruptur tuba ampulla dextra hari II


S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg N : 80x/i S : 36,30C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (17 jam)
10

Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
ruptur tuba ampulla dextra hari III
S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)

06

Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,30C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


11

nyeri lepas (-)


Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
ruptur tuba ampulla dextra hari IV
S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)

09

Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)
12

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
Darah rutin (09/02/2016 pkl. 06.00 WIB)
Hb : 10.2 gr/dL
Ht : 29.3 %
Leukosit : 6.100 /ul
Trombosit : 287.000 /ul
MCV : 83.6
MCH : 29.1
MCHC : 34.9
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
10

ruptur tuba ampulla dextra hari VII


S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
13

St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
Darah rutin (09/02/2016 pkl. 16.41 WIB)
Hb : 10.5 gr/dL
Ht : 29.8 %
Leukosit : 6.000 /ul
Trombosit : 297.000 /ul
MCV : 82.9
MCH : 29.2
MCHC : 35.2
USG Transvaginal

Kesan : massa intrapelvic (+)


14

A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.


11

ruptur tuba ampulla dextra hari VIII


S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)

15

Darah rutin (10/02/2016 pkl. 17.20 WIB)


Hb : 10.5 gr/dL
Ht : 30.1 %
Leukosit : 7.100 /ul
Trombosit : 323.000 /ul
MCV : 83.5
MCH : 29.1
MCHC : 34.9
CT : 330
BT : 130
LED : 30/jam
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
ruptur tuba ampulla dextra hari IX
S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)

12

Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
16

Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
ruptur tuba ampulla dextra hari X
S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016 jam

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

Demam (-) mual (-) muntah (-)

13

Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan umum : Tampak sakit sedang , Ketorolac 3x1
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
17

Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup


perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+)


nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i.
ruptur tuba ampulla dextra hari XI
15

S: Lemas (-)

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

jam

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan

umum

Tampak

sakit

sedang

Kesadaran : Composmentis

Ketorolac 3x1

TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C


P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup perban,
perdarahan (-)

18

Terpasang drain dg volume + 100cc


(24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+) nyeri


lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i. ruptur
tuba ampulla dextra hari XIII
S: Lemas (-)

16

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

jam

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Cefadroxil 2x1 tab

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan

umum

Tampak

sakit

sedang

Kesadaran : Composmentis

Ketorolac 3x1

TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C


P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)
Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup perban,
perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume + 100cc
(24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+) nyeri


lepas (-)
19

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i. ruptur
tuba ampulla dextra hari XIV
S: Lemas (-)

17

Observasi KU, TTV,

Februari

Nyeri perut bawah (+) minimal

tanda akut abdomen,

2016

Perdarahan dari kemaluan (-)

perdarahan, diuresis

07.00

jam

Demam (-) mual (-) muntah (-)


Nyeri pada luka bekas operasi

Clyndamicin 3x300

Nyeri pada tempat pemasangan drain


O:Keadaan

umum

Tampak

sakit

sedang

mg PO

Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C

Metronidazole 3x500
mg

P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)

Vit. C 3x500 mg

Toraks : Paru : Vesikuler (+/+) rh (-/-) wh (-/-)


Jantung : S1 & S2 reguler, gallop (-)
murmur (-)
Abdomen : Status Ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup perban,
perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume + 100cc
(24 jam)
Palpasi :

Supel, massa (-) nyeri tekan (+) nyeri


lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Pasien boleh pulang

Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
20

A:P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i. ruptur


tuba ampulla dextra hari XV

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana tempat implantasi ovum

yang sudah dibuahi terjadi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada dinding tuba.3,6
3.2

Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu terjadi pada sebagian besar wanita berumur

antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60 % terjadi pada
wanita dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi.3
Penelitian cunningham di amerika serikat melaporkan bahwa kehamilan
ektopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam daripada kulit
putih. Paritas 0-3 ditemukan peningkatan angka kejadian kehamilan ektopik
terganggu sedangkan paritas 3-6 terdapat penurunan kasus. Kehamilan ektopik
terganggu paling banyak terjadi di tuba (90-95%) khususnya di ampula tuba
(78%), isthmus (2%), fimbriae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%),
ovarium (1%) dan servikal (0,5%).3,7
3.3

Klasifikasi
Berdasarkan lokasi nya kehamilan ektopik terdiri dari: 6
1. Tuba fallopi
a. Pars intersisial
b. Pars isthmus
c. Pars ampula
d. Pars fimbriae

21

2. Servikal
3. Ovarial
4. Abdominal

3.4

Etiologi
Terjadinya kehamilan ektopik adalah akibat terhambat atau terhalanginya

gerakan ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoon di ampula tuba untuk
bergerak menuju kavum uteri, sehingga menyebabkan implantasi terjadi pada
endosalping. Selain itu kelainan pada ovum yang dibuahi memberi predisposisi
untuk implantasi di luar kavum uteri, tetapi hal ini tidak banyak terjadi. Etiologi
kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan
penyebab kehamilan ektopik terganggu:8,9
1. Faktor Mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke
dalam kavum uteri, antara lain:

Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinisasi silia


lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan

22

kantong-kantong buntu. Silia mukosa yang berkurang merupakan akibat

dari infeksi yang menyebabkan implantasi zigot pada tuba falopi.


Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau

penyempitan lumen.
Kelainan pertumbuhan tuba, seperti divertikulum, hipoplasi dan ostium

asesorius.
Tumor yang menyebabkan tuba berubah bentuk seperti mioma uetri atau

adanya benjolan pada asneksia


Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau kadang gagal usaha

untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.


Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum pada kasus perkembangan duktus mulleri yang

abnormal
Refluks menstruasi
Motilitas tuba yang berubah karena adanya kadar hormon estrogen dan

progesteron yang berubah


3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti: riwayat KET dan abortus induksi sebelumnya
3.5

Faktor Resiko Kehamilan Ektopik


Berbagai faktor yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 dibawah ini ikut berperan

dalam terjadinya banyak kasus kehamilan ektopik.


Tabel 2.1 Faktor risiko kehamilan ektopik8
Risiko Tinggi (4-20%)
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Riwayat rekonstruksi tuba
Sterilisasi tuba
Paparan Dietilstilbestrol (DES) intrauterine
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Patologi tuba
Endometriosis
Risiko Sedang (2-4%)
Infertil
Riwayat infeksi genital
Sering berganti pasangan
Risiko Ringan (<2%)
Riwayat operasi pelvic atau abdominal sebelumnya
Merokok
Douching

23

Koitus sebelum 18 tahun

3.6

Patofisiologi Kehamilan Ektopik


Faktor-faktor risiko di atas memiliki peran-peran penting dalam terjadinya

kehamilan ektopik. Riwayat rekonstruksi dan sterilisasi tuba merupakan faktor


risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tuba dan disfungsi tuba serta
meningkatkan risiko terjadinya penyempitan lumen tuba. Pada pasien dengan
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya resiko untuk terjadinya kehamilan ektopik
berulang yaitu sebesar 7-15%.9
Riwayat salvingitis-radang panggul merupakan risiko yang umum
ditemukan. Selain itu juga bias terjadi kingking dan penyempitan lumen tuba
sehingga meningkatkan risiko kehamilan ektopik yang dapt disebabkan karena
perlekatan perituba sebagai akibat dari pasca abortus ataupun infeksi nifas,
appendicitis maupun endometriosis. Penggunaan kontrasepsi progestin oral,
estrogen dosis tinggi pasca ovulasi dan induksi ovulasi meningkatkan risiko untuk
mengalami kehamilan ektopik.9
a. Kehamilan tuba
Fertilisasi dapat terjadi di bagian mana saja di tuba fallopi, sekitar
55% terjadi di ampulla, 25% di ismus, dan 17% di fimbrae. Oleh karena
lapisan submukosa di tuba fallopi tipis, memungkinkan ovum yang telah
dibuahi dapat segera menembus sampai ke epitel, zigot akan segera
tertanam di lapisan muskuler. Trofoblas berproliferasi dengan cepat dan
menginvasi daerah sekitarnya.
Secara bersamaan, pembuluh darah ibu terbuka menyebabkan
terjadi perdarahan di ruang antara trofoblas, atau antara trofoblas dan
jaringan di bawahnya. Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi zigot
mempunyai ketahanan yang rendah terhadap invasi trofoblas. Embrio atau
janin pada kehamilan ektopik seringkali tidak ditemukan atau tidak
berkembang.9
b. Abortus tuba
Terjadinya abortus tuba bergantung pada lokasi implantasi di
ampulla, sebaliknya rupture tuba terutama bila implantasi terjadi di ismus,
adanya perdarahan menyebabkan plasenta dan membrane terlepas dari

24

dinding tuba. Jika plasenta terlepas seluruhnya, semua produk konsepsi


dapat keluar melalui fimbrae ke rongga abdomen.
Saat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala umunya menghilang.
Perdarahan tetap berlangsung selama hasil konsepsi tetap berada dalam
tuba. Darah akan menetes sedikit-sedikit melalui tuba dan berkumpul di
kavum Douglas. Jika fimbrae mengalami oklusi, darah akan terkumpul di
tuba dan menyebabkan hidrosalfing.9
c. Ruptur tuba
Invasinya hasil konsepsi pada beberapa tempat dapat menyebabkan
pecahnya tuba. Jika pecahnya tuba terjadi pada minggu-minggu pertama
kehamilan, biasanya implantasi terjadi di ismus, jika implantasi terjadi di
interstitial maka rupture terjadi agak lebih lambat. Ruptur tuba dapat
terjadi spontan atau karena trauma saat koitus.
Saat ruptur, semua hasil konsepsi bias keluar, atau jika robekan
kecil maka akan terjadi perdarahan dan hasil konsepsi tetap berada di
dalam tuba. Jika pada awal kehamilan hasil konsepsi keluar ke rongga
abdomen dan mendapat sirkulasi darah yang cukup maka hasil konsepsi
dapat bertahan dan berkembang, namun hal ini jarang terjadi.9

3.7

Manifestasi Klinis
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya

penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita


menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran
disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid.
Disamping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah
yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur.10
Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda,
dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.10

25

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri


dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,
atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut
yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh
darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat
nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada
perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul
nyeri.9
Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi. Amenorea atau
gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya
amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian
penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya.10
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda
yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian
janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua.9
Uterus pada kehamilan ektopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh
masa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum
terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran. Uterine cast akan dieskresikan
oleh sebagian kecil pasien. Ekskresi uterine cast ini dapat disertai gejala kram
yang serupa peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.9
Pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur maka perlu diperhatikan
tekanan darah dan denyut nadi. Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak
menunjukkan perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, kenaikan ringan
tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi. Penurunan
nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi merupakan tanda yang paling
sering menunjukkan adanya penurunan volume darah yang cukup banyak atau
terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius.9

26

Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya
infeksi. Karena itu panas merupkan gambaran yang penting untuk membedakan
antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana
pada keadaan ini suhu tubuh umunya diatas 380C.9
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastis.9,10
Trias klasik yang sering ditemukan pada pasien kehamilan ektopik
terganggu adalah adanya amenore pada wanita usia reproduksi dengan disertai
nyeri abdomen dan perdarahan vagina abnormal.9,10
3.8

Diagnosis
Gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka raham, sehingga pembuatan

diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus


kehamilan ektopik yang belum mengalami ruptur pada dinding tuba sulit untuk
dibuat diagnosis. 9,10
Berikut pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik: 10
Beta-HCG
Pengukuran sub unit beta dan HCG- (Human Chorionic GonadotropinBeta)

merupakan

tes

laboratorium

terpenting

dalam

diagnosis.

Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan

kehamilan ektopik.
Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas, adanya darah yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, mebuktikan adanya darah di

kavum Douglasi.
Dilatasi dan kuretase
Kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama

tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.


Laparoskopi
Laparoskopi digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasilhasil penilaian prosedur diagnosis lain untuk kehamilan ektopik terganggu
meragukan. Namun beberapa dekade terakhir ala ini juga dipakai untuk
terapi

27

Ultrasonografi
Keunggulan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dibandingkan
laparoskopi adalah tidak invasif, yaitu tidak perlu memasukkan alat ke
dalam rongga perut. Menggunakan USG dapat dinilai keadaan kavum
uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya masa di kanan kiri

uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.


Tes oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan
adanya kehamilan ektopik lanjut. Diluar dari kantong janin dapat diraba

suatu tumor dengan pemeriksaan bimanual.


Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak

paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian menutupi vertebra ibu


Histerosalpingografi
Pemeriksaan ini memeperlihatkan gambaran kavum uteri kosong dan lebih
besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pmeriksaan ini dilakukan jika
diagnosis kehamilan ektopik terganggu dipastikan dengan USG.

3.9

Tatalaksana Kehamilan ektopik terganggu


Diagnosis dan terapi yang lebih dini memungkinkan kita menangani

kehamilan ektopik yang belum pecah bahkan sebelum gejala-gejala klinis muncul.
a. Pemberian metotreksat
Pada keadaan tertentu dianjurkan penanganan terapi medis dengan
metotreksat. Syarat pemberian metotreksat adalah : 2
1. Tidak ada kehamilan intrauterin
2. Belum terjadi ruptur
3. Ukuran masa adneksa 4 cm
4. Kadar hCG 10.000 mIU/ml
Metoreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan
selanjutnya akan menurunkan mi9 produksi progesteron oleh korpus
luteum. Efek amping yang dapat terjadi adalah distres abdomen, demam,
dizzines, imunosupresi, lekopeni, malaise, nausea, stomatitis ulseratif,
fotosensitif dan fatigue.

28

Keberhasilan paling besar terjadi jika gestasi berusia kurang dari 6


minggu, massa bergaris tengah tidak lebih dari 3,5 cm, janin telah
meninggal, dan kadar hCG kurang dari 15.00 mIU/mL. Menurut
American College of Obstretrician and Gynecologist ( 1998 ),
kontraindikasi lain meliputi menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme,
penyakit hati dan ginjal, diskrasia darah, penyakit paru aktif dan tukak
peptik. 1
Setelah pemberian metotreksat, hCG biasanya menghilang dari
plasma dalam 14 hinga 21 hari. Terapi dosis tunggal harus dipantau
dengan menggunakan pemeriksaan berulang hCG serum pada interval 4
dan 7 hari. Dua skema umum yang digunakan dalam pemberian
metotreksat untuk kehamilan ektopik diperlihatkan di Tabel 5.2 1
Regimen
Dosis tunggal
Metotreksat, 50 mg/m2 IM

Tindak lanjut
Ukur hCG, hari ke 4 dan ke 7

Jika perbedaan 15%, ulangi


setiap minggu hinga < 15

mIU/ml
Jika perbedaan <15%, ulangi
dosis metoteksat dan mulai

hari ke-1 yan baru


Jika aktivitas jantung janin
terdeteksi pada hari ke-7,
ulangi

dosis

metotreksat,

mulai hari ke-1 yang baru


Terapi bedah jika kadar
hCG tidak menurun atau
aktivitas

janin

menetap

setelah tiga dosis metotreksat


Penyuntikan kontinu selang sehari
Dosis bervariasi
Metotreksat 1 mg/kg IM, hari
1,3,5,7

sampai hCG turun > 15% dalam 48


jam, atau empat dosis metotreksat
Kemudian, hCG setiap minggu

Leukovorin 0,1 mg/kg IM, hari


29

2,4,6,8
hingga <5,0 mIU/mL
Angka keberhasilan dengan seleksi pasien yang benar adalah lebih dari
90%. Sebagian wanita memerlukan pemberian beberapa kali.
b. Pembedahan
Laparoskopi lebih dianjurkan daripada laparotomi kecuali jika pasien
tidak stabil. Laparoskopi lebih efektif biaya dan menghasilkan waktu
penyembuhan yang singkat.10 Pembedahan tuba untuk kehamilan ektopik
dianggap konservatif jika tuba diselamatkan. Contohnya adalah salpingostomi,
salpingotomi, dan ekspresi kehamilan ektopik melalui fimbria. Pembedahan
radikal dilakukan jika diperlukan salpingektomi.10
Kuretase pada pasien dianjurkan jika kadar progesteron serum kurang
dari 5 ng/mL atu hCG meningkat secara abnormal.
Salpingektomi dilakukan jika tuba mengalami kerusakan hebat atu
tuba kontralateral baik. Jika implantasi terjadi di pars interstisial, mungkin
dapat dilakukan reseksi kornu uterus. 10
Reseksi segmental dan anastomosis kadang-kadang dilakukan untuk
kehailan ismus yang belum ruptur. Dilakukan untuk menghinari pembentukan
jaringan parut dan penyempitan yang ditimbulkan oleh salpigostomi.

30

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari uraian kasus diatas didapatkan permasalahan sebagai berikut
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
4.1 Apakah diagnosa pada pasien ini sudah tepat?
Diagnosis pasien ini belum tepat:
Diagnosa pada pasien ini Syok hipovolemik grade III ec Hemiperitoneum
ec Suspek Kehamilan Ektopik Terganggu pada G3P1A1H1 hamil 8-9 minggu
dengan akut abdomen ec. susp kehamilan ektopik terganggu + anemia ec.
perdarahan.
Diagnosa yang tepat adalah G3P1A1H1 gravid 8-9 minggu dengan akut
abdomen ec. susp KET + syok hipovolemik grade III ec. Hemiperitoneum +
anemia ec. perdarahan.
Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis pada KET,
ditemukan adanya gambaran klinis seperti nyeri akut abdomen, amenorea dan
perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut sangat penting dalam menegakkan
diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan pada trimester pertama.

31

Pada pasien ini dilakukan anamnesa dan ditemukan adanya tanda-tanda khas pada
KET yaitu : amenorea, nyeri akut abdomen, perdarahan berupa bercak darah tanpa
keluarnya jaringan dari jalan lahir. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya
badan terasa lemas dan kulit terlihat pucat, yang menandakan adanya tanda-tanda
kekurangan darah akibat perdarahan. Pada pasien ini juga didapatkan adanya
takikardi akibat dari syok hipovolemik akibat perdarahan.
Pada KET harus dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien dalam kondisi hamil.
Pasien ini mengatakan sudah terlambat haid sejak tiga bulan yang lalu. Kemudian
pasien berobat kebidan dan dilakukan pemeriksaan kehamilan. Didapatkan test
pack dengan hasil (+) yang menunjukkan bahwa pasien sedang hamil.
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda-tanda vital dan
pemeriksaan abdomen serta pelvik. Takikardi, hipotensi dan konjungtiva anemis
dapat timbul pada pasien yang menderita kehamilan ektopik terganggu karena
perdarahan yang banyak akibat terjadinya ruptur tuba. Dari pemeriksaan fisik
pasien ini didapatkan tanda-tanda syok hipovolemik tekanan darahnya 80/palpasi
mmHg, nadi 130 x/menit, napas 26 x/menit dan suhu 36,4 0 C. Dari pemeriksaan
generalis didapatkan mata konjungtiva anemis (+), abdomen : distensi, distensi
(+), nyeri tekan (+) , nyeri lepas (+), terdapat tanda defense muskular (+). Dan
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 7,8 gr/dl.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini yang bisa mengarah kepada KET yaitu
adanya tegang dan nyeri tekan (+) seluruh abdomen, portio lunak, nyeri goyang
portio (+), cavum douglass menonjol (+), nyeri (+),dilakukan pungsi kavum
douglas, darah (+), halo sign (+), dan terdapat massa adneksa kanan (+). Namun
untuk membantu menemukan diagnosis seharusnya dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan USG abdomen dan kadar HCG. Hormon HCG
diproduksi oleh plasenta. Dalam kehamilan normal terjadi peningkatan titer
sampai 2 kali lipat setiap 2 hari. Ketika kadar HCG dalam urin cukup tinggi maka
tes kehamilan menjadi positif. Peningkatan kadar HCG di atas 1500 mIU/ml tanpa
disertai adanya gambaran kehamilan dalam uterus, merupakan penanda kuat
bahwa kehamilan adalah kehamilan ektopik. Pada pasien ini telah dilakukan
pemeriksaan kadar HCG melalui uji test pack dan di dapatkan test pack (+).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
yang cukup baik, maka diagnosis awal yang ditegakkan benar karena pada pasien
ini telah dilakukan USG dan didapatkan adanya gambaran kehamilan ektopik
32

terganggu dan tampaknya cairan bebas kavum douglas. Hal ini mengingat bahwa
USG hanya bisa memastikan jika ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalamnya tampak denyut jantung janin, dan USG tidak mempunyai keakuratan
100%.
4.2 Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
Penilaian tanda-tanda vital awal pasien dengan KET dapat menentukan
penatalaksanaan untuk berikutnya. Penatalaksaan awal yang perlu dilakukan
adalah menilai primary survey. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan
jalan nafas, namun pada pernafasan ditemukan adanya peningkatan dari nilai
normal (16-24 x/i) yakni 26x/i, oleh karena itu diberikan terapi oksigen dengan
menggunakan NRM 10L/menit untuk berjaga-jaga karena ditakutkan adanya
penurunan saturasi oksigen <90%. Pada pasien ini diberikan resusitasi dengan
menggunakan cairan kristaloid sebanyak 3.000 cc dan koloid 1000 cc, serta
transfusi darah sebanyak 3 labu (target Hb > 10 gr/dL) karena pada pasien ini
telah terjadi syok hipovolemik derajat III, yang ditandai dengan takipnea,
takikardi, penurunan tekanan darah, akral dingin, CRT > 2 detik, dan penurunan
Hb (Hb pasien 7,8 g/dL).
Setelah itu laparotomi harus segera dilakukan untuk menghentikan
pendarahan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan dan perlu dipertimbangkan dilakukannya salpingektomi. Rencana
tindakan laparotomi sudah tepat, karena mencari sumber perdarahan dan
menghentikan sumber perdarahan. Pada pasien ini dilakukan operasi laparotomi
cito karena melihat dari keadaan pasien dengan tujuan menghentikan perdarahan.
Pada pasien ini dipasang drainase dengan tujuan untuk menyalurkan cairan
ataupun darah yang masih keluar atau tertinggal ialam rongga abdomen. Follow
up hari ke-1 pada pasien didapatkan Hb 9,9 gr/dL, Ht 27,7%, dari data tersebut
sudah mulai terjadi perbaikan sirkulasi meskipun masih ditemukan konjungtiva
anemis (+/+), akral dingin dan drainase dengan volume

100cc (24 jam). Pada

follow up hari ke-1 ini leukosit juga menurun yang awalnya 40.400 /ul menjadi
10.300 u/l. Pada follow up hari ke-2 hari terakhir (hari ke-12) keadaan umum
dan sirkulasi pasien semakin membaik yang ditandai oleh Hb dan Ht yang terus

33

meningkat, konjungtiva anemis (-/-), akral hangat, CRT<2 detik, tetapi


permasalahannya drainase dari abdomen pasien tidak kunjung berhenti ,

100cc

(24 jam), konstan, dari hari ke-2 hari terakhir (hari ke-12) post operasi, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh perdarahan yang tidak berhenti ataupun luka yang
tidak kunjung sembuh didalam rongga abdomen pasien (menyebabkan
peningkatan cairan sereous intraabdomen). Hal ini semakin diperkuat dengan
ditemukannya kadar glukosa yang cukup tinggi pada pasien yaitu 250 mg/dL preoperasi, sehingga dugaan luka intraabdomen yang tidak sembuh semakin kuat.
Yang ditakutkan dari permasalahan (drainase) tersebut adalah terjadinya
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Koreksi elektrolit pada pasien ini
semakin sulit untuk dinilai karena tidak adanya data akhir mengenai pemeriksaan
laboratorium elektrolitnya.

Pada follow up hari ke-12 drainase pasien sudah

mulai dilepas dan pasien diperbolehkan untuk pulang. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi seperti infeksi diberikan ceftriaxon 1 gr/12 jam IV dan untuk
mencegah perdarahannya diberikan asam traneksamat 3x1 gr IV dan Vit. K 3x1
amp.
Setelah dilakukan operasi maka untuk mengatasi anemia direncanakan
tranfusi PRC 4 labu, target Hb > 10 gr/dL, Sulfas Ferrosus 1x1 tab, Vit. C 1x1 tab.
Untuk mengatasi nyeri diberikan Ketorolac 1 amp. Untuk mengatasi kembung
diberikan Inj Alinamin F 3x1 ampul dan pasien dirawat ICU untuk pengobatan
lebih lanjut.

4.3 Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, karena pada pasien ini
sumber perdarahan sudah dihentikan dengan tindakan laparotomi dan post operasi
sudah di lakukan transfusi darah untuk perbaikan hemodinamik.
Sepertiga dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, untuk
selanjutnya dapat hamil lagi. Kehamilan ektopik bisa terjadi kembali pada
sepertiga wanita dan beberapa wanita tidak hamil lagi. Kemungkinan wanita dapat
berhasil hamil, tergantung dari: faktor usia, apakah sudah memiliki anak dan
mengapa kehamilan ektopik pertama terjadi.

34

Pada pasien ini kemungkinan penyebabnya adalah penyakit infeksi


panggul karena pasien memiliki riwayat abortus dan kemungkinan adalah abortus
provokatus. Kehamilan ektopik juga dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia,
yang biasanya didahului dengan penyakit radang panggul. Gejala tergantung dari
lokasi infeksinya. Infeksi dari uretra dan saluran genital bagian bawah dapat
menyebabkan disuria, duh vagina yang abnormal, atau perdarahan post koital. Ibu
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10%
untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari laporan kasus ini adalah:
1. Diagnosis pada pasien KET ini sudah tepat berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa plano test dan
pemeriksaan USG ,.
2. Penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah tepat, yaitu perbaikan keadaan
umum sebagai persiapan untuk dilakukan tindakan laparotomy untuk
mencari sumber perdarahan dan menghentikan sumber perdarahan, serta
evakuasi jaringan.
3. Tingkat kemampuan dokter umum dalam menangani kasus kehamilan
ektopik terganggu adalah tingkat kemampuan 2, yaitu mendiagnosis dan
merujuk.
5.2 Saran
Adapun saran pada laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Pentingnya peningkatan kompetensi/keterampilan dokter umum seperti
mengenal gejela klinis pada kehamilan ektopik terganggu melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sederhana berupa
pemeriksaan punksi kavum douglas serta pemeriksaan plano test

35

3. Pentingnya pemberian pengetahuan dan informasi mengenai insidensi


kehamilan ektopik yang banyak mengenai ibu dengan berbagai macam
faktor risiko.
3. Pentingnya pemberian pengetahuan dan informasi mengenai tingginya
risiko suatu kehamilan ektopik terganggu yang dapat menjadi suatu
kegawatan sehingga ibu yang mengalami nyeri perut hebat mengalami
keluhan yang mirip dengan gejala klinis kehamilan ektopik terganggu agar
dapat segera memeriksakan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.


Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

2.

Prawiroharjo, 2005; 250-8.


Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.

3.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2005; 198-10.


Wibowo B, Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan.

4.

Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002; 362-85
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam :
Obstetri William (Williams Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku

5.

Kedokteran EGC. 2005;599-26.


Jones HW. Ectopic Pregnancy. In: Novaks Text Book of Gynecology. 3rd
Edition. Balltimore, Hongkong, London, Sydney: William & Wilkins. 1997;

6.

883-05.
Anwar M, Baziad A. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam :
Ilmu Kandungan edisi III. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,

7.
8.

2011; 201-5
Sepilian Vicken P. Ectopic Pregnancy. Medscape. 2015
Tsikouras,P. 2011. Ectopic Pregnancy. Modern Diagnosis and management:
Dr. Michael Kamrava (Ed.) ISBN: 978-953-307-648-5, InTech, Available
from:
diagnosis

http://www.intechopen.com/books/ectopic-pregnancy-modernandmanagement/differential-diagnosis-of-ectopic-pregnancy-

morbidity-and-mortality.

36

9.

Mochtar R. kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik). Dalam: Sinopsis


Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 1999; 226-37


10. Rao,KA. Textbook of Gynaecology.First Ed. India:Elsevier; 2008.

37

Anda mungkin juga menyukai