PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu.1,2
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (95%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.3,4
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.3,4,5
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.4,5
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada
reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease
Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika
Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun
1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan
kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan.4,5
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. J
Usia
: 36 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Alamat
: Minas
No MR
: 914694
2.2
Nama suami
: Tn.A
Usia
: 31 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Alamat
: Minas
ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 02 Februari
2016 pukul 19.45 WIB, rujukan dari Puskesmas Minas dengan hamil dan akut
abdomen dan konsul dari IGD umum dengan suspek KET.
a.
Keluhan utama
Nyeri perut
b.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien rujukan dari Puskesmas Minas dengan keluhan nyeri perut bagian
kanan bawah sejak 3 jam SMRS. Nyeri dirasakan tiba tiba dan perut terasa tegang.
Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak berkurang dengan istirahat. 4 jam SMRS
pasien mengeluh adanya flek-flek pada celana dalam. Flek berwarna coklat.
Pasien merasa dirinya hamil 3 bulan dengan HPHT 13 November 2015
sesuai dengan usia kehamilan 11-12 minggu. Pasien ANC di bidan sebanyak 4 kali
dan tidak pernah melakukan pemeriksaan USG. Pasien dinyatakan hamil setelah
melakukan tes kehamilan dengan menggunakan tes pack di bidan dan hasilnya
positif.
Pasien juga mengeluhkan adanya keputihan yang dirasakan sejak 3 bulan
SMRS, mukopurulen, tidak gatal, berbau, tetapi pasien tidak pernah berobat,
pasien juga mengeluhkan terkadang ada nyeri saat berhubungan. Riwayat
kehamilan diluar rahim (-), dan riwayat demam (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
c.
Riwayat menstruasi :
Pasien pertama kali datang haid saat pasien berusia 12 tahun, siklus haid
teratur yaitu 28 hari, lama haid setiap bulannya 5-6 hari, ganti pembalut 2-3 kali
setiap harinya dan ada keluhan nyeri pada saat haid.
Menstrual diary:
I
: 19 September - 24 September 2015
II
: 16 Oktober - 21 Oktober 2015
III
: 13 November 18 November 2015
f.
Riwayat perkawinan :
Menikah 2x :
1. Tahun 2008 saat usia 28 tahun cerai hidup
2. Tahun 2015 saat usia 35 tahun
g.
Riwayat persalinan :
G3P1A1H1
I `: 2009, laki-laki, normal, aterm, berat lahir 3000gr, dibantu bidan,
dengan panjang badan 50 cm
II` : 2010, abortus, kuret (+), tes kehamilan (+), USG (-)
III : hamil ini
h.
Riwayat KB
Riwayat penggunaan KB tidak ada
i.
wiraswasta.
2.3
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran
TB
BB
IMT
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: Komposmentis kooperatif.
: 155 cm
: 55 kg
: 22,89 (normoweight)
: 90/60 mmHg
: 130x/m
: 28x/m
: 36,40 C.
Primary Survey
Airway
: clear
Breathing
: RR 28x/m, terpasang NRM 10 L saturasi 99%
Circulation
: Nadi 130x/m, TD 90/60, pasien telah terpasang IV line 1
jalur, abbocath no.20 mikrodrip, infus macet dari Puskesmas
Minas, terpasang kateter urin
Sampai di RSUD AA di pasang Iv Line 2 jalur dengan
transfusi set dan makrodrip, guyur RL 3000cc, pastikan
Disability
Secondary Survey
Status generalis :
Kepala
: konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
Jantung
: jantung dbn, S1 dan S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Paru
: simetris, tidak ada bagian tertinggal, vesikuler normal,
ronkhi (-),wheezing(-)
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sulit dinilai
- Adneksa kiri dan kanan : massa adneksa kanan (+), massa adneksa di
sebelah kiri (-)
- Parametrium kiri atau kanan : tegang, tidak berbenjol dan tidak ada
nyeri tekan
- Kavum douglas menonjol dan nyeri
Rectal Toucher : tonus sfingter ani (+), mukosa licin, ampula recti tidak
kolaps, massa (-)
2.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Resume Pemeriksaan :
Ny.J usia 36 tahun datang ke RSUD AA dengan rujukan dari Puskesmas Minas
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 bulan SMRS yang memberat
sejak 6 jam SMRS. Pasien di diagnosis kehamilan di luar rahim dengan hasil
pemeriksaan fisik konjungtiva anemis, tanda akut abdomen (+) kuldosintesis (+).
Dari inspekulo ditemukan kuldosintesis positif. dari pemeriksaan dalam
didapatkan nyeri goyang (+), cavum douglass menonjol. Dari pemeriksaan
penunjang didapatkan plano test (+) Hb : 7,8 gr/dL, leukosit 40.400/ul, MCV 94,
MCH 33.2, MCHC 35.3.
2.5. HASIL PEMERIKSAAN USG ABDOMEN :
Uterus antefleksi terdorong ke caudal (75x37x30mm) d 15 mm, tampak
kompleks massa hiperekoik memenuhi cavum abdomen, kesan hematocole
dengan kompleks massa dominan di adneksa kanan, fetal echo (+)
Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
2.6.
DIAGNOSIS KERJA
Syok hipovolemik grade III ec Hemiperitoneum ec Suspek Kehamilan
Ektopik Terganggu pada G3P1A1H1 hamil 8-9 minggu dengan akut abdomen ec.
susp kehamilan ektopik terganggu + anemia ec. perdarahan.
2.7
PENATALAKSANAAN
Primary survey dan secondary survey telah dilakukan dengan keadaan pasien:
- Tampak sakit sedang, kesadaran composmentis
- TD : 100/60 mmHg, Nadi : 108 x/menit, Pernapasan : 22x/menit Suhu :
36,4 C
Atasi akut abdomen
Atasi anemia
Cegah infeksi
Atasi perdarahan
2.8
LAPORAN OPERASI
Laporan laparatomi eksplorasi dan salphingektomi sinistra pukul 22.10-
23.20 wib.
Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi umum
Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
Insisi mediana
hemostasis
Diyakini tidak ada perdarahan
Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9% sebanyak 2.000 cc.
Diyakini tidak ada perdarahan, dipasang drain, volume + 50 cc
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
Perdarahan selama operasi + 3.000 cc, urin jernih + 300 cc jernih.
Perjalanan Penyakit
S: Pasien merasa lemas
Terapi
Observasi KU, TTV,
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
14.00
Kateter urin
Kesadaran : Composmentis
gram IV
Asam
St. Generalis :
3x1 amp
Vit. K 3x1 amp
traneksamat
Ketorolac 1 amp +
RL 20 tpm
St. Ginekologis :
Abdomen
ampul
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
14.00
04
Kateter urin
gram IV
Asam
St. Generalis :
3x1 amp
Vit. K 3x1 amp
traneksamat
Ketorolac 1 amp +
RL 20 tpm
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Hb : 10.0 gr/dL
Ht : 28.5 %
Leukosit : 10.500 /ul
Trombosit : 129.000 /ul
MCV : 82.4
MCH : 29.1
MCHC : 35.2
A: P1A1H1 + post salpingektomi dextra a.i. Rawat Camar 3
05
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
Palpasi :
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
06
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
09
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
St. Ginekologis :
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
15
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
12
Abdomen
Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup
perban, perdarahan (-)
Terpasang drain dg volume +
100cc (24 jam)
Palpasi :
Februari
2016 jam
perdarahan, diuresis
07.00
13
S: Lemas (-)
Februari
2016
perdarahan, diuresis
07.00
jam
umum
Tampak
sakit
sedang
Kesadaran : Composmentis
Ketorolac 3x1
18
16
Februari
2016
perdarahan, diuresis
07.00
jam
umum
Tampak
sakit
sedang
Kesadaran : Composmentis
Ketorolac 3x1
17
Februari
2016
perdarahan, diuresis
07.00
jam
Clyndamicin 3x300
umum
Tampak
sakit
sedang
mg PO
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 82x/i S : 36,80C
Metronidazole 3x500
mg
P : 20x/i
St. Generalis :
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Vit. C 3x500 mg
Auskultasi : BU (+)
Perdarahan pervaginam (-)
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana tempat implantasi ovum
yang sudah dibuahi terjadi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada dinding tuba.3,6
3.2
Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu terjadi pada sebagian besar wanita berumur
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60 % terjadi pada
wanita dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi.3
Penelitian cunningham di amerika serikat melaporkan bahwa kehamilan
ektopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam daripada kulit
putih. Paritas 0-3 ditemukan peningkatan angka kejadian kehamilan ektopik
terganggu sedangkan paritas 3-6 terdapat penurunan kasus. Kehamilan ektopik
terganggu paling banyak terjadi di tuba (90-95%) khususnya di ampula tuba
(78%), isthmus (2%), fimbriae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%),
ovarium (1%) dan servikal (0,5%).3,7
3.3
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi nya kehamilan ektopik terdiri dari: 6
1. Tuba fallopi
a. Pars intersisial
b. Pars isthmus
c. Pars ampula
d. Pars fimbriae
21
2. Servikal
3. Ovarial
4. Abdominal
3.4
Etiologi
Terjadinya kehamilan ektopik adalah akibat terhambat atau terhalanginya
gerakan ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoon di ampula tuba untuk
bergerak menuju kavum uteri, sehingga menyebabkan implantasi terjadi pada
endosalping. Selain itu kelainan pada ovum yang dibuahi memberi predisposisi
untuk implantasi di luar kavum uteri, tetapi hal ini tidak banyak terjadi. Etiologi
kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan
penyebab kehamilan ektopik terganggu:8,9
1. Faktor Mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke
dalam kavum uteri, antara lain:
22
penyempitan lumen.
Kelainan pertumbuhan tuba, seperti divertikulum, hipoplasi dan ostium
asesorius.
Tumor yang menyebabkan tuba berubah bentuk seperti mioma uetri atau
abnormal
Refluks menstruasi
Motilitas tuba yang berubah karena adanya kadar hormon estrogen dan
23
3.6
24
3.7
Manifestasi Klinis
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
25
26
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya
infeksi. Karena itu panas merupkan gambaran yang penting untuk membedakan
antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana
pada keadaan ini suhu tubuh umunya diatas 380C.9
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastis.9,10
Trias klasik yang sering ditemukan pada pasien kehamilan ektopik
terganggu adalah adanya amenore pada wanita usia reproduksi dengan disertai
nyeri abdomen dan perdarahan vagina abnormal.9,10
3.8
Diagnosis
Gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka raham, sehingga pembuatan
merupakan
tes
laboratorium
terpenting
dalam
diagnosis.
kehamilan ektopik.
Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas, adanya darah yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, mebuktikan adanya darah di
kavum Douglasi.
Dilatasi dan kuretase
Kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama
27
Ultrasonografi
Keunggulan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dibandingkan
laparoskopi adalah tidak invasif, yaitu tidak perlu memasukkan alat ke
dalam rongga perut. Menggunakan USG dapat dinilai keadaan kavum
uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya masa di kanan kiri
3.9
kehamilan ektopik yang belum pecah bahkan sebelum gejala-gejala klinis muncul.
a. Pemberian metotreksat
Pada keadaan tertentu dianjurkan penanganan terapi medis dengan
metotreksat. Syarat pemberian metotreksat adalah : 2
1. Tidak ada kehamilan intrauterin
2. Belum terjadi ruptur
3. Ukuran masa adneksa 4 cm
4. Kadar hCG 10.000 mIU/ml
Metoreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan
selanjutnya akan menurunkan mi9 produksi progesteron oleh korpus
luteum. Efek amping yang dapat terjadi adalah distres abdomen, demam,
dizzines, imunosupresi, lekopeni, malaise, nausea, stomatitis ulseratif,
fotosensitif dan fatigue.
28
Tindak lanjut
Ukur hCG, hari ke 4 dan ke 7
mIU/ml
Jika perbedaan <15%, ulangi
dosis metoteksat dan mulai
dosis
metotreksat,
janin
menetap
2,4,6,8
hingga <5,0 mIU/mL
Angka keberhasilan dengan seleksi pasien yang benar adalah lebih dari
90%. Sebagian wanita memerlukan pemberian beberapa kali.
b. Pembedahan
Laparoskopi lebih dianjurkan daripada laparotomi kecuali jika pasien
tidak stabil. Laparoskopi lebih efektif biaya dan menghasilkan waktu
penyembuhan yang singkat.10 Pembedahan tuba untuk kehamilan ektopik
dianggap konservatif jika tuba diselamatkan. Contohnya adalah salpingostomi,
salpingotomi, dan ekspresi kehamilan ektopik melalui fimbria. Pembedahan
radikal dilakukan jika diperlukan salpingektomi.10
Kuretase pada pasien dianjurkan jika kadar progesteron serum kurang
dari 5 ng/mL atu hCG meningkat secara abnormal.
Salpingektomi dilakukan jika tuba mengalami kerusakan hebat atu
tuba kontralateral baik. Jika implantasi terjadi di pars interstisial, mungkin
dapat dilakukan reseksi kornu uterus. 10
Reseksi segmental dan anastomosis kadang-kadang dilakukan untuk
kehailan ismus yang belum ruptur. Dilakukan untuk menghinari pembentukan
jaringan parut dan penyempitan yang ditimbulkan oleh salpigostomi.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari uraian kasus diatas didapatkan permasalahan sebagai berikut
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
4.1 Apakah diagnosa pada pasien ini sudah tepat?
Diagnosis pasien ini belum tepat:
Diagnosa pada pasien ini Syok hipovolemik grade III ec Hemiperitoneum
ec Suspek Kehamilan Ektopik Terganggu pada G3P1A1H1 hamil 8-9 minggu
dengan akut abdomen ec. susp kehamilan ektopik terganggu + anemia ec.
perdarahan.
Diagnosa yang tepat adalah G3P1A1H1 gravid 8-9 minggu dengan akut
abdomen ec. susp KET + syok hipovolemik grade III ec. Hemiperitoneum +
anemia ec. perdarahan.
Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis pada KET,
ditemukan adanya gambaran klinis seperti nyeri akut abdomen, amenorea dan
perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut sangat penting dalam menegakkan
diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan pada trimester pertama.
31
Pada pasien ini dilakukan anamnesa dan ditemukan adanya tanda-tanda khas pada
KET yaitu : amenorea, nyeri akut abdomen, perdarahan berupa bercak darah tanpa
keluarnya jaringan dari jalan lahir. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya
badan terasa lemas dan kulit terlihat pucat, yang menandakan adanya tanda-tanda
kekurangan darah akibat perdarahan. Pada pasien ini juga didapatkan adanya
takikardi akibat dari syok hipovolemik akibat perdarahan.
Pada KET harus dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien dalam kondisi hamil.
Pasien ini mengatakan sudah terlambat haid sejak tiga bulan yang lalu. Kemudian
pasien berobat kebidan dan dilakukan pemeriksaan kehamilan. Didapatkan test
pack dengan hasil (+) yang menunjukkan bahwa pasien sedang hamil.
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda-tanda vital dan
pemeriksaan abdomen serta pelvik. Takikardi, hipotensi dan konjungtiva anemis
dapat timbul pada pasien yang menderita kehamilan ektopik terganggu karena
perdarahan yang banyak akibat terjadinya ruptur tuba. Dari pemeriksaan fisik
pasien ini didapatkan tanda-tanda syok hipovolemik tekanan darahnya 80/palpasi
mmHg, nadi 130 x/menit, napas 26 x/menit dan suhu 36,4 0 C. Dari pemeriksaan
generalis didapatkan mata konjungtiva anemis (+), abdomen : distensi, distensi
(+), nyeri tekan (+) , nyeri lepas (+), terdapat tanda defense muskular (+). Dan
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 7,8 gr/dl.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini yang bisa mengarah kepada KET yaitu
adanya tegang dan nyeri tekan (+) seluruh abdomen, portio lunak, nyeri goyang
portio (+), cavum douglass menonjol (+), nyeri (+),dilakukan pungsi kavum
douglas, darah (+), halo sign (+), dan terdapat massa adneksa kanan (+). Namun
untuk membantu menemukan diagnosis seharusnya dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan USG abdomen dan kadar HCG. Hormon HCG
diproduksi oleh plasenta. Dalam kehamilan normal terjadi peningkatan titer
sampai 2 kali lipat setiap 2 hari. Ketika kadar HCG dalam urin cukup tinggi maka
tes kehamilan menjadi positif. Peningkatan kadar HCG di atas 1500 mIU/ml tanpa
disertai adanya gambaran kehamilan dalam uterus, merupakan penanda kuat
bahwa kehamilan adalah kehamilan ektopik. Pada pasien ini telah dilakukan
pemeriksaan kadar HCG melalui uji test pack dan di dapatkan test pack (+).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
yang cukup baik, maka diagnosis awal yang ditegakkan benar karena pada pasien
ini telah dilakukan USG dan didapatkan adanya gambaran kehamilan ektopik
32
terganggu dan tampaknya cairan bebas kavum douglas. Hal ini mengingat bahwa
USG hanya bisa memastikan jika ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalamnya tampak denyut jantung janin, dan USG tidak mempunyai keakuratan
100%.
4.2 Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
Penilaian tanda-tanda vital awal pasien dengan KET dapat menentukan
penatalaksanaan untuk berikutnya. Penatalaksaan awal yang perlu dilakukan
adalah menilai primary survey. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan
jalan nafas, namun pada pernafasan ditemukan adanya peningkatan dari nilai
normal (16-24 x/i) yakni 26x/i, oleh karena itu diberikan terapi oksigen dengan
menggunakan NRM 10L/menit untuk berjaga-jaga karena ditakutkan adanya
penurunan saturasi oksigen <90%. Pada pasien ini diberikan resusitasi dengan
menggunakan cairan kristaloid sebanyak 3.000 cc dan koloid 1000 cc, serta
transfusi darah sebanyak 3 labu (target Hb > 10 gr/dL) karena pada pasien ini
telah terjadi syok hipovolemik derajat III, yang ditandai dengan takipnea,
takikardi, penurunan tekanan darah, akral dingin, CRT > 2 detik, dan penurunan
Hb (Hb pasien 7,8 g/dL).
Setelah itu laparotomi harus segera dilakukan untuk menghentikan
pendarahan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan dan perlu dipertimbangkan dilakukannya salpingektomi. Rencana
tindakan laparotomi sudah tepat, karena mencari sumber perdarahan dan
menghentikan sumber perdarahan. Pada pasien ini dilakukan operasi laparotomi
cito karena melihat dari keadaan pasien dengan tujuan menghentikan perdarahan.
Pada pasien ini dipasang drainase dengan tujuan untuk menyalurkan cairan
ataupun darah yang masih keluar atau tertinggal ialam rongga abdomen. Follow
up hari ke-1 pada pasien didapatkan Hb 9,9 gr/dL, Ht 27,7%, dari data tersebut
sudah mulai terjadi perbaikan sirkulasi meskipun masih ditemukan konjungtiva
anemis (+/+), akral dingin dan drainase dengan volume
follow up hari ke-1 ini leukosit juga menurun yang awalnya 40.400 /ul menjadi
10.300 u/l. Pada follow up hari ke-2 hari terakhir (hari ke-12) keadaan umum
dan sirkulasi pasien semakin membaik yang ditandai oleh Hb dan Ht yang terus
33
100cc
(24 jam), konstan, dari hari ke-2 hari terakhir (hari ke-12) post operasi, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh perdarahan yang tidak berhenti ataupun luka yang
tidak kunjung sembuh didalam rongga abdomen pasien (menyebabkan
peningkatan cairan sereous intraabdomen). Hal ini semakin diperkuat dengan
ditemukannya kadar glukosa yang cukup tinggi pada pasien yaitu 250 mg/dL preoperasi, sehingga dugaan luka intraabdomen yang tidak sembuh semakin kuat.
Yang ditakutkan dari permasalahan (drainase) tersebut adalah terjadinya
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Koreksi elektrolit pada pasien ini
semakin sulit untuk dinilai karena tidak adanya data akhir mengenai pemeriksaan
laboratorium elektrolitnya.
mulai dilepas dan pasien diperbolehkan untuk pulang. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi seperti infeksi diberikan ceftriaxon 1 gr/12 jam IV dan untuk
mencegah perdarahannya diberikan asam traneksamat 3x1 gr IV dan Vit. K 3x1
amp.
Setelah dilakukan operasi maka untuk mengatasi anemia direncanakan
tranfusi PRC 4 labu, target Hb > 10 gr/dL, Sulfas Ferrosus 1x1 tab, Vit. C 1x1 tab.
Untuk mengatasi nyeri diberikan Ketorolac 1 amp. Untuk mengatasi kembung
diberikan Inj Alinamin F 3x1 ampul dan pasien dirawat ICU untuk pengobatan
lebih lanjut.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002; 362-85
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam :
Obstetri William (Williams Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku
5.
6.
883-05.
Anwar M, Baziad A. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam :
Ilmu Kandungan edisi III. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
7.
8.
2011; 201-5
Sepilian Vicken P. Ectopic Pregnancy. Medscape. 2015
Tsikouras,P. 2011. Ectopic Pregnancy. Modern Diagnosis and management:
Dr. Michael Kamrava (Ed.) ISBN: 978-953-307-648-5, InTech, Available
from:
diagnosis
http://www.intechopen.com/books/ectopic-pregnancy-modernandmanagement/differential-diagnosis-of-ectopic-pregnancy-
morbidity-and-mortality.
36
9.
37