Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Aterosklerosis merupakan kelainan degeneratif pada pembuluh darah yang
sering bersifat asimptomatis, sehingga sulit untuk mengetahui prevalensinya. 1
Salah satu pembuluh darah besar yang sering terkena aterosklerosis adalah aorta.
Pada aorta, plak aterosklerosis dapat bersifat destruktif dengan merusak tunika
media didekatnya dan memperlemah dinding pembuluh. Jika proses tersebut terus
terjadi, maka plak ateroma dapat ruptur dan menjadi embolus ke sirkulasi distal
sehingga akan terjadi gangguan aliran darah.2
Pada manusia, plak aterosklerosis lebih banyak ditemukan pada aorta
abdominalis dibandingkan aorta torasika.2 Oleh karena itu, penelitian tentang
aterosklerosis pada aorta torasika lebih sedikit dan sulit untuk ditemukan. Padahal
pada penelitian yang dilakukan di University Hospital of Heraklion, dengan
menggunakan Transesophageal Echocardiography (TEE) ditemukan adanya lesi
aterosklerosis pada aorta torasika pada 30 dari 36 pasien Coronary Artery Disease
(CAD).3
Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah yang menyebabkan datangnya
makrofag yang akan menjadi sel busa, serta terdapatnya akumulasi lipid ekstra
dan intra sel otot polos yang dapat menyempitkan lumen pembuluh darah
merupakan manifestasi dari beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah kadar
kolesterol serum yang tinggi.4 Hal ini dapat terjadi jika mengkonsumsi diet
kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi yang dapat diperoleh dari makanan, seperti
kuning telur, mentega, lemak hewani, dan makanan lainnya.2

Selain makanan tersebut, asam kolat juga ikut berperan dalam terjadinya
proses aterosklerosis dengan menurunkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL).5

Penelitian

sebelumnya

yang

dilakukan

oleh

Sirvasta

et

al.

mengungkapkan bahwa untuk memicu aterosklerosis mencit dibutuhkan


penambahan asam kolat.5 Sejalan dengan penelitian tersebut, Muwarni et al.
mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol darah dan
pembentukan sel busa yang bermakna pada pemberian pakan aterogenik dengan
penambahan asam kolat pada minggu ke-8.1
Pada penelitian ini, selain pemberian diet aterogenik dan asam kolat, juga
akan ditambahkan pencekokan vitamin D3 karena vitamin D3 dapat
meningkatkan kalsifikasi pada pembuluh darah.6 Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa terjadi pembentukan fatty streak dan reaksi inflamasi pada
pemberian diet tinggi kolesterol dengan vitamin D3 tanpa asam kolat selama 6
minggu.7 Karena pada penelitian ini akan diberikan diet aterogenik yang juga
mengandung asam kolat dan dilakukan pencekokan vitamin D3 sebelumnya,
diperkirakan proses terjadinya aterosklerosis akan terjadi lebih cepat, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti pada minggu ke-5 pemberian diet.
Pemberian diet aterogenik yang bertujuan untuk melihat proses aterosklerosis
dapat dilakukan dengan menggunakan model hewan coba. Beberapa hewan coba
yang dapat digunakan adalah mencit, tikus, dan hamster.8 Meskipun tikus resisten
terhadap aterosklerosis dan mempunyai kadar HDL yang tinggi, banyak penelitian
yang menggunakan tikus sebagai model hewan coba karena lebih mudah
didapatkan dan mudah dipelihara.9 Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al.
dengan menggunakan hewan coba menunjukkan bahwa proses aterosklerosis juga
terjadi pada aorta torasika tikus putih yang diberikan diet aterosklerosis selama 60

hari. Proses yang berlangsung ini berupa pembentukan sel busa di dinding
pembuluh darah tikus.10
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat histopatologi aorta
torasika Rattus Novergicus strain Wistar setelah pemberian diet aterogenik yang
mengandung kuning telur, lemak kambing, asam kolat dan pencekokan vitamin
D3 selama 5 minggu.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimanakah perbedaan

skor

aterosklerosis

berdasarkan

gambaran

histopatologi aorta torasika Rattus Novergicus strain Wistar antara kelompok yang
diberikan diet standar dan kelompok yang diberikan diet aterogenik?
1.3 Hipotesis penelitian
Terdapat perbedaan skor aterosklerosis berdasarkan gambaran histopatologi
aorta torasika Rattus Novergicus strain Wistar antara kelompok yang diberikan
diet standar dan kelompok yang diberikan diet aterogenik.

1.4 Tujuan penelitian


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan skor aterosklerosis berdasarkan gambaran
histopatologi aorta torasika Rattus Novergicus strain Wistar antara kelompok
yang diberikan diet standar dan kelompok yang diberikan diet aterogenik
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran histopatologi aorta torasika Rattus novergicus strain Wistar
setelah pemberian pakan aterogenik selama 5 minggu.
2. Mengetahui gambaran histopatologi aorta torasika Rattus Novergicus strain
Wistar setelah pemberian pakan standar selama 5 minggu.
3. Mengetahui perbedaan skor aterosklerosis berdasarkan gambaran histopatologi
aorta torasika Rattus Novergicus strain Wistar antara kelompok yang
diberikan diet standar dan kelompok yang diberikan diet aterogenik.
1.5 Manfaat penelitian
1. Untuk melihat proses terjadinya aterosklerosis pada tikus yang diberikan diet
aterogenik
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang aterosklerosis
dengan menggunakan tikus sebagai hewan coba
3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang terapi
yang dapat digunakan untuk aterosklerosis

Anda mungkin juga menyukai