Anda di halaman 1dari 17

REFLEKSI KASUS MEI 2018

“KANDIDIASIS ORAL”

Disusun Oleh:
Musyarafa
N 111 17 058

PEMBIMBING KLINIK
dr. SENIWATY ISMAIL, Sp. KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU

PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. NW
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Otista
Agama : Hindu
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal pemeriksaan : 09 Mei 2018
Ruangan : Bangsal Kemuning RSUD Undata Palu

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Mulut terasa perih dan terdapat bercak putih pada lidah
Riwayat penyakit sekarang :
• Pasien konsul dari penyakit dalam dengan keluhan bagian didalam mulut
terasa perih, dan sulit untuk menelan. Keluhan dirasakan sejak 4 bulan
yang lalu, perih dirasakan hingga sekarang. Keluhan tersebut dirasakan
semakin lama semakin memberat. Awalmulanya perih dirasakan di bagian
pipi kanannya, kemudian menjalar ke pipi kirinya, kebagian bibir, langit-
langit, dan di bagian tenggorokannya. Perih yang dirasakan terasa
menusuk dan panas, perih dirasakan bertambah ketika makan ataupun
minum. Pasien mengatakan belum pernah melakukan pengobatan. Adapun
keluhan lain dari pasien, pasien mengatakan kelaminnya juga sedikit perih.
Pasine juga saat ini menderita penyakit penurunan sistem imun
HIV/AIDS

1
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi (-)
DM (-)
Riwayat alergi makanan (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat keluarga :(-)
Pasien menderita penyakit penurunan sistem imun / B20.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Status gizi : Gizi baik

b. Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C

Ujud Kelainan Kulit : Bercak berwarna putih (pseudomembran) tebal,


berkonfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum.
Lokalisasi :
1. Kepala / Rongga Mulut : Bercak berwarna putih (pseudomembran)
tebal, berkonfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum.
2. Leher / tenggorokan : Terdapat lesi berbentuk plak putih
(Pseudomembran) beberapa yang tersebar secara diskret dan beberapa
tersebar secara konfluen utamanya pada bagian dorsum lidah, dengan
papilla lidah yang menipis
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)

2
6. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Selangkangan : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
10. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
11. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)

IV. GAMBAR

Gambar 1 Tampak plak putih (Pseudomembran) yang tebal, beberapa yang


tersebar secara diskret dan beberapa tersebar secara konfluen utamanya pada
bagian dorsum lidah, dengan papilla lidah yang menipis.

3
Gambar 2 Tampak plak putih (Pseudomembran) yang tebal, beberapa yang
tersebar secara diskret pada bagian palatum dorsum.

V. RESUME
Pasien konsul dari penyakit dalam dengan keluhan bagian didalam mulut
terasa perih, dan sulit untuk menelan. Keluhan dirasakan sejak 4 bulan
yang lalu, perih dirasakan hingga sekarang. Keluhan tersebut dirasakan
semakin lama semakin memberat. Awal mulanya perih dirasakan di bagian
pipi kanannya, kemudian menjalar ke pipi kirinya, kebagian bibir, langit-
langit, dan di bagian tenggorokannya. Perih yang dirasakan terasa
menusuk dan panas, perih dirasakan bertambah ketika makan ataupun
minum. Pasien mengatakan belum pernah melakukan pengobatan. Adapun
keluhan lain dari pasien, pasien mengatakan kelaminnya juga sedikit perih.
Pasine juga saat ini menderita penyakit penurunan sistem imun
HIV/AIDS.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Bercak berwarna putih
(pseudomembran) tebal, berkonfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum.

4
VI. DIAGNOSIS KERJA
Kandidiasis Oral

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. oral hairy leukoplakia,
2. liken planus
3. infeksi herpes oral
4. stomatitis aftosa

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan KOH
2. Kultur dengan agar saboraud

IX. PENATALAKSANAAN
Suspensi nistatin 400.000-600.000 U 4 kali sehari

X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : dubia ad bonam
c. Qua ad sanationam : dubia ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : dubia ad bonam

5
PEMBAHASAN

Pasien konsul dari penyakit dalam dengan keluhan bagian didalam mulut
terasa perih, dan sulit untuk menelan. Keluhan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu,
perih dirasakan hingga sekarang. Keluhan tersebut dirasakan semakin lama
semakin memberat. Awal mulanya perih dirasakan di bagian pipi kanannya,
kemudian menjalar ke pipi kirinya, kebagian bibir, langit-langit, dan di bagian
tenggorokannya. Perih yang dirasakan terasa menusuk dan panas, perih dirasakan
bertambah ketika makan ataupun minum. Pasien mengatakan belum pernah
melakukan pengobatan. Adapun keluhan lain dari pasien, pasien mengatakan
kelaminnya juga sedikit perih.

Pada pemeriksaan fisik berupa keadaan status generalis yang terdiri dari
kondisi umum pasien baik, status gizi baik, kesadaran compos mentis. dilakukan
vital sign yakni Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20
x/menit, suhu 36,5 0C. Pada pemeriksaan status dermatologi ditemukan ujud
kelainan kulit Pada pemeriksaan fisik ditemukan Bercak berwarna putih
(pseudomembran) tebal, berkonfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum. Pada
pemeriksaan penunjang dianjurkan pemeriksaan KOH yang sampelnya diambil di
bagian lesi.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang


.pasien didiagnosis menderita kandidiasis oral dengan Alasan mendiagnosis
ditemukan keluhan bercak putih yang yang perih pada bagian rongga mulut, pada
pemeriksaan fisik ditemukan ujud kelainan kulit berupa lesi berbentuk plak
berwarna putih (pseudomembran) yang berukuran lentikular yang tersebar secara
konfluens.
Diagnosis banding yang diangkat yakni untuk kandidiasis oral adalah oral
hairy leukoplakia, liken planus, infeksi herpes, stomatitis aftosa.
Kandidiasis oral merupakan salah satu manifestasi dari penyakit mulut
berupa infeksi oportunistik pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur candida albicans.1

6
Candida albicans ini sebenarnya merupakan flora normal rongga mulut.
Namun berbagai faktor penyakit ini sangat sering ditemukan pada orang yang
memiliki imunitas yang rendah atau terjadi penurunan kekebalan tubuh seperti
orang yang terkena HIV dan orang yang menjalani pengobatan kanker dengan
kemoterapi. Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah apabila kesehatan mulut kita
dijaga dengan baik dan mengonsumsi makanan yang baik. Selain itu, apabila
kandidiasis oral tidak cepat dilakukan perawatan akan berbahaya dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada mulut.3
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Kejadiannya juga dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan pengobatan
antirertoviral. Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2001 frekuensi kandidiasis oral antara 5,8% sampai 98,3%.
Terdapat sekitar 30-40% Candida albicans pada rongga mulut orang dewasa sehat,
45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang
memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obatobatan
jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan
95% pada pasien HIV/AIDS.2
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti
Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida
pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen.4
Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan
membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan
medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih kekuning-kuningan, dan
berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai
parasit atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan, alat pernapasan, vagina orang
sehat.4
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya candida pada seseorang
digolongkan dalam dua kelompok:7

7
1. Faktor endogen
a. Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :
 Kehamilan, terjadi perubahan di dalam vagina.
 Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena
status imunologinya.
b. Perubahan non fisiologik :
 Trauma, terjadinya kerusakan kulit karena pekerjaan,
misalnya maserasi kulit pada tukang cuci, kerusakan
mukosa mulut (karena tekanan gigi palsu)
 Malnutrisi (defisiensi riboflavin).
 Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat,
mudah terjadi maserasi kulit, memudahkan infestasi
candida.
 Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah,
yang pada kulitakan menyuburkan pertumbuhan candida.
 Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus,
karsinoma dan leukemia.
 Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotic,
kortikosteroid, dan sitostatik.
 Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus
dan kateter.
 Gangguan imunologis, keadaan umum yang kurang baik,
penyakit infeksi lain atau penyakit menahun dan defisiensi
imun (AIDS).
2. Faktor eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat
terutama pada lipatan kulit, menyebabkan kulit maserasi, dan ini
mempermudah invasi candida.
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air
mempermudah invasi candida.

8
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita. Kedua faktor eksogen
dan endogen ini dapat berperan menyuburkan pertumbuhan
candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke
dalam jaringan tubuh.
Kandidiasis oral sering disebabkan oleh candida albicans. Umumnya
memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi
perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal
dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga
mulut yang paling sering ditemukan.5
Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena faktor-faktor
predisposisi yang telah disebutkan, di antaranya, penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun
serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency
Sindrome (AIDS). Bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme
dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang
tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan
lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan
reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem
imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral
atau moniliasis.5
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi
yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan host. Faktor
penentu patogenitas kandida adalah:8
1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies
dilaporkan dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C.
albicans adalah kandida yang paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian
terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau
mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

9
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu
tumbuh dalam` kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa.
Dimorfisme terlibat dalam patogenitas kandida.Bentuk blastospora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi
lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen
toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai
adhesion dalam kolonisasi jamur. Adhesion merupakan proses
melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Kanditoksin sebagai
protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang
dihasilkan oleh C.albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan Host:8


1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi
kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan
faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan
cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non
spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau
memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang
siapdifagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya,
susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium
kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui
pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam
pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya

10
defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan
kronik,pengobatan imunosupresif, dan penderita dengan infeksi HIV.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel host diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesindan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candidaalbicans juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam
tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh host.
Oral Kandidiasis dikelompokkan menjadi 3 yaitu:8
1. Oral kandidiasis akut
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut (thrush), tampak sebagai
plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri
dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus
meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai
pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini
dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Sering terjadi pada
pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa
dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau
pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

11
b. Kandidiasis Atropik Akut
Kandidiasis jenis ini biasa disebut sebagai antibiotik sore tongue
atau kandidiasis eritematus biasa dijumpai pada mukosa bukal, palatum,
dan bagian dorsal lidah dengan daerah permukaan mukosa oral
mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata.
Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas, terutama
Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan.
Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti
terbakar.

12
Diagnosis Banding
1. oral hairy leukoplakia
Oral hairy leukoplakia adalah infeksi yang muncul dalam mulut
dalam bentuk lesi berwarna putih di bagian bawah atau sisi lidah. Oral
hairy leukoplakia bisa menjadi salah satu tanda-tanda pertama dari
HIV/AIDS. Infeksi ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Lesi
leukoplakia ini mungkin datar dan halus atau timbul dan berbulu. Lesi
tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, sehingga mereka
biasanya tidak diobati karena penderitanya tidak merasakan adanya
keluhan.

2. liken planus
Liken planus adalah ruam kulit yang gatal dan bisa menyebar ke
seluruh bagian tubuh penderita. Seseorang tidak bisa menularkan, tertular,
atau menurunkan penyakit ini. Bagian tubuh yang bisa terserang lichen
planus adalah mulut. Satu dari dua kasus lichen planus terjadi pada bagian
mulut dan kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita. Selain mulut,
lichen planus juga terjadi pada kulit tubuh termasuk kulit area penis,
vulva, vagina, kuku, dan kulit kepala. Muncul area putih pada lidah dan
pipi bagian dalam mulut, sehingga tampak bercak-bercak putih dan merah

13
meliputi seluruh rongga mulut. Rasa perih dan tidak nyaman pada rongga
mulut ketika makan atau minum.Gusi kemerahan dan terasa nyeri.

3. infeksi herpes oral


Herpes di bibir dan mulut atau herpes oral disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe 1. Gejala herpes tersebut antara lain luka yang terasa sakit
pada kedua bagian bibir dan juga bisa terasa hingga ke gusi, lidah, langit-
langit mulut, serta bagian dalam pipi.

14
4. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa
tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa
mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan
berbicara. Penyakit ini relative ringan karena tidak bersifat membahayakan
jiwa dan tidak menular. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak
berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar
mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.1

15
REFERENSI

1. Budimulja, U. Mikosis. Dalam: Djuana, A., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2016. Hal: 90-7
2. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates. 2000
Hal: 77-8
3. Goldsmith et all. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume
One. United States. McGraw Hill. 2013. pp: 2288-90
4. Burn&Brown. Lecture Notes Dermatologi.Edisi 8. Jakarta : Erlangga.
2002. Hal:33-4
5. Weinstain & Berman. Topical Treatment of Common Superficial Tinea
Infection : American Family Physician. 2002 ; 6 (10) : 8
6. Kasim F..ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 48. Jakarta :
PT ISFI. 2013. Hal : 71
7. Perdoski. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
di Indonesia. Jakarta: Perdoski. 2017
8. Adiguna, MS. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia.
Dalam:Budimulja U, Kuswadji, Bramono,K; Menaldi,SL; Dwihastuti,P;
Widaty,S. Dermatomikosis superfisialis : pedoman untuk dokter dan
mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit FK UI. 2004

16

Anda mungkin juga menyukai