Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina. Yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar. Limfa yang terdapat didalam rongga
mulut yaitu;tonsil faringeal, (adenoid) , tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil
pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil) .Penyebaran
infeksi melalui udara (air borne droplets) tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur,
terutama pada anak. 1

Tonsilitis atau infeksi tenggorokan adalah salah satu masalah kesehatan yang paling
sering terjadi di seluruh dunia.2 Berdasarkan survei epidemiologi penyakit telinga, hidung, dan
tenggorokan (THT) di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis
sebesar 3,8%, tertinggi kedua setelah nasofaring akut (4,6%).6 Kejadian tonsilitis kronis di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang dilaporkan oleh Aritomoyo pada tahun
1978 sebanyak 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun.3

Manajemen keseluruhan dari tonsilitis merupakan gabungan dari penyesuaian etiologi,


diagnosis yang spesifik dan mengikuti tindakan yang sesuai.Selain bakteri sebagai penyebab
utama tonsilitis, beberapa virus, dan mononukleosis infeksiosa, dapat menjadi penyebab yang
mungkin, diagnosis tonsilitis berdasarkan klinis atau laboratorium, walaupun terkadang sulit
untuk membedakan virus dari infeksi bakteri.2
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL

3.1 Anatomi tonsil

Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faring al (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang
ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. 1

3.1.1 Tonsil Palatina

Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak didalam fosa tonsil dan terdiri
dari 2 buah tonsil kanan dan kiri. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil
yang merupakan sisa kantong faring kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar
lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut
kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Didalam
kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul
ini tidak melekat erat pada otot faring. Sehingga mudah di seksi pada tonsilektomi.1

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

a. Lateral : M.Konstriktor faring superior


b. Anterior : M. Palatoglosus
c. Posterior : M. palatofaringeus
d. Superior : Palatum mole
e. Inferior : Tonsil lingual
Gambar 1. Anatomi tonsil
Secara mikroskopik tonsil terdiri dari 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativum
(merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid) 4
a) Fossa tonsil
Fossa tonsil atau sinus dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot kinstriktor faring superior.
Pilar anterior mempunyai bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari palatum
mole dan berakhir disisi lateral lidah. Pilar posterior adalah otot vertikal yang keatas
mencapai palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak dan ke arah bawah meluas
hingga dinding lateral esofagus, sehingga pada tonsilektomi harus hati0hati agar pilar
posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian atas pada
palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan
dinding lateral faring. 4
b) Kapsul tonsil
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat, yang disebut
kapsul. Walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para klinisi
menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.
c) Plika triangularis
Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika trinagularis
yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio. Serabut ini
dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat komplikasi
yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal lidah.
d) Vaskularisasi
Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang A. karotis eksterna, yaitu a. maksilaris
eksterna (a. fasialis) denan cabangnya A. tonsilaris dan A. palatina asenden; 2) A.
maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden; 3) A. lingualis dengan
cabangnya A. lingualis dorsal; 4) A. faringeal aseden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A. palatina asenden,
diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A. tonsilaris. Kutub atas tonsil
diperdarahi oleh A. faringeal asenden dan A. palatina desenden. Vena-vena dari tonsil
membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui
pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan plelksus faringeal.

e) Aliran getah bening


Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh
getah bening aferen tidak ada.
f) Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
g) Imunologi TonsilTonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.
Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T
pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005).
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD),
komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar
Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada
folikel limfoid Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi
utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai
organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
3.1.2 Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur
seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong
diantaranya.Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah,
dikenal sebagai bursa faringeus.Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di
dinding belakang nasofaring.Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada
dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium
tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya
adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan
mengalami regresi
3.1.3 Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1-T4


 T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
 T2: batas melalui tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula
 T3: batas medial tonsil melewati ½ pilar anterior- uvula sampai ¾ jarak pilar
anterior- uvula
 T4: batas medial tonsil melewati ¾ pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.

3.2 fisiologi tonsil


Tonsila palatina merupakan jaringan limfoepitel yang berperan dalam mekanisme
pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh dapat bersifat spesifik dan non spesifik.
Bila bakteri patogen masuk menembus lapisan epitel tonsil maka sel-sel fagositik
mononuklear akan mengenal dan mengeliminasi antigen. Tonsil memiliki dua fungsi utama
yaitu menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif dan tempat produksi
antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yang berasal dari diferensiasi limfosit B. Limfosit
yang paling banyak ditemukan pada tonsil adalah limfosit B. Tonsil berfungsi mematangkan
sel limfosit B dan kemudian menyebarkannya ke sel limfosit terstimulus menuju mukosa
dan kelanjar sekretori di seluruh tubuh. Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang
terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (Antigen presenting cells
) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi
sintesisimmunoglobulin spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG. Aktivitas tonsil paling maksimal antara umur -10 tahun. Tonsil mulai
mengalami involusi pada saat pubertas, sehingga produksi sel B menurun. Pada tonsilitis
berulang terjadi perubahan epitel squamous stratified yang menyebabkan rusaknya afinitas
sel imun dan menurunkan fungsi transport antigen yang pada akhirnya dapat menurunkan
aktifitas lokal sistem sel B, serta menurunkan produksi antibodi.
BAB III

TONSILITIS STREPTOKOKUS AKUT

3.1 Definisi
Tonsilitis akut merupakan proses inflamasi jaringan tonsil dan umumnya menular. Ini
adalah bagian dari spektrum faringitis, yang bervariasi dari infeksi tonsil lokal hingga infeksi
4
faring yang meluas dan biasanya menyerang orang dewasa muda yang sehat. tonsilitis
Streptococcus adalah tonsilitis yang disebabkan Streptococcus pyogenes (juga dikenal
sebagai Lancefield field A β-hemolytic streptococci) adalah satu-satunya agen yang
memerlukan diagnosis etiologi dan perawatan spesifik. pyogenes sangat penting secara
klinis karena dapat memicu komplikasi sistemik pasca infeksi, demam rematik akut, dan
glomerulonefritis pasca streptokokus, yang terjadi 1-3 minggu setelah infeksi faring.5
Berdasarkan waktu berlangsung (lamanya) penyakit, tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni
tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis
jika inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung lebih dari 3 bulan atau
menetap. Infeksi terjadi terus menerus karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian
antibiotic.6

3.2 Epidemiologi
streptococcus pyogenes (grup A Streptococcus) adalah spesifik patogen manusia yang
bertanggung jawab atas infeksi yang sangat umumsebagai faringotonsilitis akut, yang sering
terjadi pada anak-anak. Gerbong faring dari S. pyogenes pada orang dewasa populasi
biasanya diperkirakan di bawah 5 hingga 10% pada tahun negara-negara industri . Infeksi ini
dapat disebabkan oleh gejala sisa non-suppuratif yang parah, termasuk rematik akut
demam rematic dan glomerulonefritis. Insidenkomplikasi ini telah menurun dengan cepat
selamac ades di negara-negara industri, karena peningkatan kualitas hidup dengan kondisi
dan terapi antibiotik sistematis dengan penisilin,keduanya membatasi penyebaran strain
bakteri di populasi ulation . Namun, tingkat kekambuhan streptococ-kal faringitis setelah
terapi penisilin dapat mencapai 20 hingga 25% pada anak-anak, terutama di komunitas semi-
tertutup . Wabah demam rematik yang tak terduga karen. Munculnya klon M ganas tertentu
baru-baru ini.Dijelaskan di negara-negara industri di mana terapi penisilin banyak digunakan
Ini dan tingginya insiden gejala sisa nonsuppuratif poststreptococcal dalam
pengembangannegara menggambarkan bagaimana infeksi streptokokus tetap menjadi
masalah kesehatan masyarakat.7
3.3 Etiologi
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A streptokokus βhemolitikus yang
dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan dan streptokokus piogenes.1
Selain streptokokus grup A, beberapa strain bakteri dapat menyebabkan faringitis akut
seperti streptokokus grup C dan streptokokus grup G, Fusobacterium necrophorum,
Arcanobacterium haemolyticum, Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Francispallantumanteriapheraaterteria ,termutramersia pneumoniae, Chlamydophila psittaci,
dan anaerob campuran.5

3.4 Patofisiologi
Bakteri Tonsilitis dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak tangan, menghirup
udara setelah seseorang dengan tonsilitis bersin atau berbagi peralatan seperti sikat gigi dari
orang yang terinfeksi. Anak-anak dan remaja usia sekolah adalah yang paling mungkin untuk
menderita tonsilitis, tetapi dapat menyerang siapa saja.6
infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini
mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Bentuk tonsilitis akut dengan
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,
membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat
melebar sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembrane) yang menutupi
tonsil. Masa inkubasi 2-4 hari. 1

3.5 Gejala dan tanda


Manifestasi umum faringitis akut adalah demam dan sakit tenggorokan dengan atau tanpa
eritema tonsil, pembengkakan, eksudat, atau ulserasi. Pada infeksi streptokokus, onset gejala
biasanya tiba-tiba dan termasuk sakit tenggorokan yang hebat, demam, menggigil, malaise,
sakit kepala, nyeri tekan dan pembesaran kelenjar getah bening serviks anterior, dan eksudat
faring atau tonsil. dan ruam palatal scarlatiniformis sangat spesifik, tetapi jarang ada. Batuk,
coryza, konjungtivitis, dan diare jarang terjadi pada infeksi streptokokus, dan kehadiran
mereka menunjukkan etiologi virus.5

Skor Centor yang dimodifikasi untuk digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan
sakit tenggorokan untuk memperkirakan kemungkinan infeksi Streptococcus pyogenes *.

Kriteria Poin
Demam (temperatur >38°C +1
Tidak ada batuk +1
Pembesaran nodus limfa cervikal +1
Tonsil membengkak /eksudat +1

Umur (tahun)
3-14 +1
15-44 0
≥45 -1

Anda mungkin juga menyukai