Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun tujuan penulis makalah
forensik yang berjudul Trauma Tumpul Pada Kepala ini adalah untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK.
UMI RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas
dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan alat atau benda yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba
terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan cedera.
Aplikasi dari Kedokteran Forensik adalah untuk membuat terang suatu tindakan kekerasan
yang terjadi pada seseorang. Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan
luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan
tumpul seperti batu, bola, martil, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya. Trauma tumpul pada kepala adalah kekerasan tumpul pada kepala yang dapat
menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak, dan
jaringan otak itu sendiri. Menurut Brain Injury Assosiation of America trauma kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan
benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain
adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain sebagainya. Adapun definisi benda
tumpul itu sendiri adalah: tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, permukaan
halus atau kasar.
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai
atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak kearah objek atau
alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan
walaupun terkadang sulit dipastikan.Luka karena kekerasan tumpul dapat berbentuk salah satu
atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai
beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut
menimbulkan berbagai tipe luka yakni abrasi, laserasi, kontusi/ ruptur, fraktur, kompresi,dan
pendarahan.
2
Luka superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis.Jika
abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena
sehingga terjadi perdarahan.
Tabel 1.Perbedaan Luka Lecet Ante Mortem dan Post Mortem
b. Luka Memar
Luka yang terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan
perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.
Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
c. Luka Robek
Disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga
merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
dan bawah kulit.
2. Tengkorak dapat terjadi :
a. Fraktur Basic Cranii
b. Fraktur calvaria
3
3. Otak
a. Contusio Cerebri
b. Laceratio cerebri
c. Oedem cerebri
d. Commotio cerebri
4. Selaput Otak
a. Epidural hematom
b. Sub dural haemorrhage
c. Sub arachnoid haemorrhage
D. Trauma serebrum
Cedera otak dapat dibedahkan atas kerusakan primer dan sekunder:
1. Kerusakan Primer
Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu terjadi
segera saat benturan terjadi akibat dari kekuatan mekanik yang menyebabkan deformasi
jaringan.Kerusakan ini dapat bersifat fokal ataupun difus.
4
Kerusakal fokal merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dari
otak, tergantung pada mekanisme cedera yang terjadi . Kerusakan fokal yang timbul dapat
berupa:
a. Kontusio serebri : kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater.
b. Laserasi serebri : kontusio serebral yang berat, dimana mengakibatkan gangguan
kontinuitas jaringan otak yang kasat mata, dan dalam hal ini terdapat kerusakan atau
robeknya piamater.
c. Pendarahan intrakranial
Pendarahan intrakranial dibagi :
1) Hematoma Epidural : keadaan dimana terjadi penumpukan darah diantara
duramater dan tabula interna tulang tengkorak.
2) Hematoma Subdural : perdarahan yang terjadi diantara lapisan duramater dan
arachnoidea.
3) Hematoma Sub Arachnoid : terjadi akibat rupturnya pembuluh darah yang ada
pada jaringan otak. Robekan pembuluh darah terjadi akibat gerakan dindingnya
yang timbul kala otak bergerak atau menggeser.
4) Hematoma Intraserebri : perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim otak).
Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang
menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
5) Hematoma Intraventrikel : adanya darah dalam sistem ventrikel, dalam hal ini
akibat trauma. Sumber perdarahan tidak selalu mudah diketahui, bahkan biasanya
sulit ditemukan.
5
2. Kerusakan Sekunder
Kerusakan sekunder adalah kerusakan otak yang timbul sebagai komplikasi dari
kerusakan primer termasuk kerusakan oleh hipoksia, iskemia, oedem otak,TIK (Tekanan
Tinggi Intrakranial), hidrosefalus dan infeksi. Berdasarkan mekanismenya kerusakan ini dapat
dikelompokkan atas dua yaitu:
1) Kerusakan Hipoksik-Iskemik Menyeluruh (Diffuse hypoxic-ischemic damage)
Kerusakan ini sudah berlangsung pada saat antara terjadinya trauma dan awal
pengobatan. Kerusakan ini timbul karena:
a. Hipoksia: penurunan jumlah O2 dalam alveoli.
b. Iskemia: berhentinya aliran darah.
2) Edema Otak Menyeluruh(Diffuse brain swelling)
Keadaan ini terjadi akibat peningkatan kandungan air dalam jaringan otak atau
peningkatan volume darah (intravaskular), atas kombinasi keduanya. Pada diffuse
brain swelling sebelumnya belum jelas patogenesisnya, diperkirakan sebagai jenis
kongestif karena kehilangan tonus vasomotor.
6
Ayat 3 : Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama Sembilan tahun.
4. Pasal 354 KUHP
Ayat 1 : Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidan penjara paling lama delapan tahun.
Ayat 2 : Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
5. Pasal 355 KUHP
Ayat 1 : Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Ayat 2 : Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
7
darah.Hematom ditutup oleh lapisan tipis membran dalam dan lapisan tebal membran
luar.Penampilannya bermacam macam terbentuk dari pendarahan baru, pendarahan
lama yang kelabu, hemosidering kuning dan kolagen pucat serta jaringan fibrrotic
lainnya. Jika hematom merupakan penyebab kematian, efek dari space occupancy
akan terlihat pada herniasi subfalcine,uncal dan tosillar.
4. Pendarahan subarachnoid.
Pendarahan pada ruang subarachnoid yang diakibatkan oleh trauma kranioserebral sering
ekstensif karena cairan serebrospinal dan darah sub arachnoid yang tidak membeku dan
mengalir bebas pada ruangan subarachnoid. Jumlah pendarahan subarachnoid
proporsional terhadap interval antara waktu trauma dan kematian (dapat minimal apabila
kematian terjadi segera setelah trauma) dan ukuran dari sumber pendarahan.
5. Pendarahan intraserebral
Pendarahan intraserebral dapat terjadi dalam bentuk kontusio hematom, pendarahan
batang otak yang menyebabkan herniasi transtentorial.hematom serebral yang terisolasi
dan tipe yang jarang dimana terjadi robekan antara korpuskalosum dorsolateral dan girus
cingulated menyebabkan pendarahan kedalam ventrikel dan hematom yang membelah
white matter anatara dasar lateral korpus kalosum dan gyrus cingulated.
6. Pendarahan intraventrikular
Keberadaab darah yang berlebihan pada ventrikel keeempat, terlihat melalui foramen
luschka dan megendie sebelum pengirisan otak, dapat diambil pada autopsi sebagai bukti
tidak langsung dari pendarahan intraventrikular.
7. Kontusio
a. Kontusio akut:penampakan umum dari kontusio akut pada permukaan otak bervariasi
dari permukaan otak yang pucat kerusakan disertai perdarahan dan nekrosis pada area
yang luas. Perubahan tersebut dapat terletak pada gray matter atau meluas dengan
derajat dan karakteristik yang bervariasi ke white matter di dekatnya.Pada irisan otak
kontusio yang kecil atau kontusio dengan interval antara trauma dan kematian yang
dekat tampak sebagai perdarahan linier yang sejajar dengan permukaan pial,
mencerminkan jalur pembuluh darah kortikal dan menggambarkan robekan pembuluh
darah tersebut mempengaruhi kontusio. Kontusio laserasi yang besar tampak sebagai
area pendarahan yang terpisahpisah dengan bentuk iregular.
b. Kontusio lama: resorpsi darah dan jaringan nekrotik dari kontusio meninggalkan
kavitas dan kistik yang jelas.
8. Diffuse Axonal Injury
Cedera kontak pada kulit kepala dan tulang jarang ditemukan, tetapi bila ada dapat
dihubungkan antara cedera aksonal dan kontak pada kepala.Temuan pada permukaan otak
juga jarang. Irisan otak sulit dinilai melalui mata telanjang atau mengandung robekan
8
perdarahan dengan dimensi yang bervariasi pada korpus kalosum., pada sudut dorsal
hemisfer serebral, dan pada kuadran dorso lateral dari batang otak pada sekitar pedunkel
serebellar superior dan tengah. Pendarahan pada talamus dan ganglia basalis sering terjadi.
9. Diffuse Vaskular Injury
Diffuse Vaskular Injury biasanya fatal, korban dapat meninggal pada tempat kejadian atau
bertahan pada tempat kejadian atau berhan hidup hanya beberapa jam. Cedera kontak pada
kepala tidak tampak jelas.Pemeriksaan pada otak menunjukan pendarahan subarachnoid
yang jarang dan pendarahan petechi yang tersebar luas.Hal yang terakhir dapat terlihat
dibawah mikroskop. Pendarahan tampak nyata pada banyak daerah subepidermal, pons
lateral dan otakl tengah, dan garis tengah hipotalamus dan batak otak rostral.
10. Brain Swelling.
Gambaran patologis awal dari udem otak adalah pendataran dari permukaan girus dan
penyempitan sulcus.Efek keseluruhan dari udem otak adalah gambaran umum otak yang
mulus. Gambaran otak dari dewasa muda normalnya tampak full sehingga kadang-kadang
sulit untuk membedakan apakah terjadi udem otak atau tidak.
9
DAFTAR PUSTAKA
3. Amir Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan :
Percetakan Ramadhan. Hal 72-90
10