TRAUMA TAJAM
Disusun Oleh :
WILLY SITORUS
(212210152)
Pembimbing :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Ilmu Forensik yang berjudul
Trauma Tajam. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepanitaraan
Klinik Senior di Bagian Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Methodist Indonesia yang dilaksanakan di RSUD dr Djasamen
Saragih Pematang Siantar.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dokter pembimbing
dr. Reinhard J.D. Hutahaean, SH, Sp.F yang telah banyak membantu memberikan
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
Willy Sitorus
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah
dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang
terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka
merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa
terjadi pada korban hidup maupun korban mati.
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue)
seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan
saraf dan tulang.
Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka akibat tembakan senjata api.
Pada kematian yang disebabkan oleh senjata tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu
peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Aspek medikolegal didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan :
1. Jenis luka yang terjadi
2. Jenis kekerasan/senjata apa yang menyebabkan luka
3. Kualifikasi luka, pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian
ilmu kedokteran forensik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
2
Luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda tajam dapat dibagi
dalam tiga golongan, yaitu: luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.
1. Luka iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan karena alat untuk memotong
dengan mata tajam dengan cara menekan atau menggeser pada permukaan kulit.
Tenaga menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan.
Contoh benda tajam: pisau, silet, pecahan kaca dan taji.
Ciri luka iris:
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku.
c. Ujung luka runcing.
d. Rambut ikut teriris.
e. Tidak ada jembatan jaringan.
Luka iris tidak begitu berbahaya, kecuali luka iris mengenai pembuluh
darah yang dekat kepermukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan dan lipat paha. Dari bentuk luka iris tidak dapat diambil kesimpulan
apapun mengenai jenis senjata yang menyebabkannya. Luka iris dapat
menyebabkan emboli udara.
Luka iris pada bunuh diri:
a. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut dan
lekuk lutut. Irisan di leher biasanya tidak sampai ke ruas tulang leher.
b. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal, dinamakan irisan
percobaan, kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam.
c. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan.
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara rapi, tidak porak-poranda.
3
Gambar: luka iris
2. Luka tusuk
Luka tusuk adalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung
yang runcing dengan mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung yang
runcing dengan penampang bulat, segitiga dengan menusukkan, sehingga masuk
kedalanjaringan tubuh.
Contohnya: pisau, keris, sangkur, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat,
segitiga, lembing, gancu, obeng. Ciri luka tusuk tergantung dari penampang dan
mata.
Benda berujung runcing dan bermata tajam satu menyebabkan:
1. Tepi luka tajam.
2. Satu ujung luka runcing, sedangkan ujung yang lain kurang. Bila arah mata
pisau waktu ditusukkan berlainan arah dengan waktu pisau ditarik keluar,
maka didapatkan luka dengan ujung lebih dari dua.
3. Pada sisi mata yang tajam rambut ikut terpotong.
4. Dalamnya luka lebih besar daripada panjangnya luka.
5. Bila luka tegak lurus dengan serat otot, maka luka akan menganga lebar. Bila
luka sejajar dengan serat otot menganga berkurang.
4
2. Dalam luka adalah ukuran minimal panjang senjata dan ini tergantung dari
lokalisasi, misalnya dinding perut dapat mengempis, sehingga pisau yang
pendek dapat mencapai ruas tulang punggung.
5
Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda.
Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak
terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan subkutan. Pada autopsy,
menjelaskan seperti pada luka tusuk didada, kadang saat di autopsy luka
terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa
mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa .
Informasi ini menjadi petunjuk luka, mengambarkan jejak luka.
3. Luka bacok
Luka bacok disebabkan karena persentuhan dengan senjata yang berat
yang diayunkan dengan mata tajam atau tumpul. Contohnya: pedang, arit,
kapak, golok, baling-baling kipas angin, baling kapal laut dan kapal udara.
Biasanya korban dengan luka bacok disebabkan karena pembunuhan dan
hampir selalu ditemukan kerusakan pada tulang. Luka terlihat terbuka lebar
atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan. Arit
(celurit, sabit) merupakan senjata yang dapat menimbulkan luka iris, luka
tusuk, dan luka bacok.(2,3)
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah
perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat.
Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat
kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang
dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen
dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan
hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut.
6
C. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul
Tabel 1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul: 5
Benda tumpul Benda tajam
Bentuk garis batas luka tidak teratur Garis batas luka tegas
dan tepi luka tidak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat Bila ditautkan membentuk garis
(karena sebagian jaringan hancur) lurus
Tebing luka tidak rata dan terdapat Tebing luka rata, tidak ada
jembatan jaringan jembatan jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan Biasa tidak ditemukan memar
memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada Bentuk luka bergantung dari cara
daerah yang dekat tulang (misalnya benda tajam tersebut mengenai
daerah kepala, muka dan ekstremitras) sasaran
dan bentuk luka tidak
menggambarkan bentuk dari benda
penyebabnya.
Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang
terbanyak dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban
menggunakan tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan
dimulai dari bawah telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan,
dengan demikian luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan.
Bila korban menggunakan tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan
yang sebaliknya.6
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih
luka yang lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut
adalah luka percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan
pada bagian lain dari tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki,
lipat siku atau pada daerah perut. Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh
tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umunya korban
menyingkap pakaian terlebih dahulu.6
7
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini
sesuai dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-
lokasi tersebut merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh
diri; di dalam kasus-kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka
tusuk. Luka-luka percobaan tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang
menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan pada kasus bunuh diri dengan sendirinya
tidak akan didapatkan.
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat
baik pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan;
pada tangan korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat
kuatnya, ini disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan
korban yang menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah
cadaveric spasm, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan
intravitalitas. Dengan demikian adanya senjata yang tergenggam erat tersebut pada
korban, hampir dapat ditentukan dengan pasti bahwa korban telah melakukan bunuh
diri; dan mengingat bahwa faktor stres emosional atau ketegangan jiwa merupakan
faktor yang memungkinkan terjadinya cadaveric spasm.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau
lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-
benda tajam lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng.
Dengan demikian kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.
Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu
tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau
bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.
Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu,
seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan,
luka-luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan
pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada
telapak tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun
menangkis serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut
dimana terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus
8
pembunuhan dimana korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat
perbedaan-perbedaan pokok, diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak
adanya luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang
bentuknya runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan
benda atau senjata yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara
menghantam benda atau senjata tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan
masuk kedalam otak. Sehingga akan didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus
diatas tadi, hanya ukurannya kecil dan berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan
luar dari korban haruslah dilakukan dengan seteliti dan secermat mungkin.
Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/Banyak
Pakaian Terkena Tidak Terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak Ada Tidak Ada
Luka percobaan Tidak Ada Ada Tidak Ada
Cedera sekunder Mungkin Ada Tidak Ada Mungkin Ada
9
3. Luka Berat
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna
b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut
c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencahariannya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera
e. Cacat besar atau kudung
f. Mengakibatkan kelumpuhan
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau lebih
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan
F. Aspek Medikolegal
Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
10
pekerjaan, jabatan, atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang
yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan pekerjaan
pencaharian
3. Kehilangan salah satu panca indera
4. Mendapat cacat berat (vermin king)
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu
7. Gugurya atau matinya kandungan seorang perempuan.
8. Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu.
dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang,
maka di dalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh
mencantumkan istilah penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau
tidak itu merupakan urusan hakim. Demikian pula dengan menimbulkan
perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara obyektif, maka
kewajiban dokter di dalam membuat Visum et Repertum hanyalah
menentukan secara obyektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus
menentukan derajatnya.
11
BAB III
KESIMPULAN
Penulisan makalah ini menjawab tujuan yang diinginkan dalam penulisan ini.
Makalah ini dapat memberikan informasi yang baik tentang trauma benda tajam yang
dinilai dari segi forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa trauma benda
tajam merupakan suatu kekerasan berupa luka atau cedera yang disebabkan oleh trauma
mekanik benda tajam.
Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti,
karena dari pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang digunakan,
jenis dan sifat luka, motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu kejadiannya. Hal
tersebut dapat digunakan baik untuk penilaian medik, juga untuk penilaian dan
kepentingan peradilan.
Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk
mengetahui dasar-dasar traumatologi yang baik, serta mampu mengaplikasikannya
dalam praktik sehari-hari dengan tetap berpegang pada hukum dan undang-undang yang
berlaku di Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Idris Abdul Munin. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Penerbit
Binarupa Aksara, 1997. Hal 99-108.
2. Amir Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Penerbit Percetakan
Ramadhan, 2006. Hal 79-81.
3. Hamdani Njowito. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi kedua. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hal 109-111.
4. https://www.scribd.com/doc/146895545/rangkuman-forensik
5. Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.Cetakan Kedua.2012.
6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997.
13