PENDAHULUAN
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, pengertian
yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan
dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup, juga mempelajari
tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang
dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga dalam kepentingan
forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam rangka membuat
terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma dalam
bidang forensik sudah dikenal sejak lama. Pada masa Persia kuno telah dikenal tingkat atau
kualifikasi luka dan pemeriksaan yang dilakukan pada orang-orang yang mengalami perlukaan.
Aquillia (572 SM) menulis tentang perlukaan yang dapat mematikan dan pendapat medis
dalam menaksir kegawatannya. Bohn (1970) adalah orang yang pertama kali membedakan luka
ante mortem dan post mortem.2
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang mendadak atau
tidak. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang teliti apakah perlukaan pada seseorang dapat
berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin penting untuk membantu proses peradilan.
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan kimia.1
Dalam sebuah penelitian, jumlah data secara keseluruhan yang berasal dan 33 provinsi
di Indonesia adalah 972.317 responden. Adapun untuk responden yang pernah mengalami
cedera selama kurun waktu 12 bulan terakhir sebanyak 77.248 orang. Responden bisa
mempunyai jawaban lebih dan satu penyebab cedera selama kurva waktu 12 bulan tersebut.
Dan jumlah tersebut tiga proporsi penyebab cedera terbesar yaitu jatuh sebanyak 45.987 orang
(59,6%), kecelakaan lalu lintas sekitar 20.829 orang (27%), dan terluka benda tajam/tumpul
Sebesar 144.127 orang (18,3 %).13
1
Dari 74 kasus yang masuk di Instalansi Forensik RS. Bhayangkara Semarang periode
ahun 1 Januari 2007 sampai 31 Agustus 2010 didapatkan kasus tersering adalah trauma benda
tumpul 40 kasus (54,05%) dan lokasi perdarahan kepala merupakan lokasi perdarahan yang
menyebabkan kematian tersering adalah 46 kasus (62,16%).
Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam, benda
tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak
zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan
senjata-senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada
tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka
antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,lantai, jalan dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami
atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil
dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha
manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti
senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari
penyebabnya.
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,
lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau
melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat
yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan.
Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi dari luka memar,
luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai
beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut
menimbulkan berbagai tipe luka yakni:
a. Abrasi
b. Laserasi
3
c. Kontusi/ruptur
d. Fraktur
e. Kompresi
f. Perdarahan
Adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan yang kasar sehingga
sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang..
Contohnya :
Adalah kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga
darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi bengkak, berwarna
merah kebiruan.
5
Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat
Luka Memar Lebam mayat
1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang terendah
6
benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik khususnya sewaktu
dilakukannya rekonstruksi, demikian pula sewaktu dokter dijadikan saksi di muka hakim.3
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan
luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan
jaringan di sekitar luka. Luka robek memiliki tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-
jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampaknya hancur
atau tercabut bila kekerasannyadi daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering
tampak adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan
rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus
bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul.3
D. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki
sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan
komplit atau terbuka.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor
seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi
trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa
menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami
osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan.
Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada
tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi,
foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.
7
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat
menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan.
Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur
biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang
makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian
telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan
akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah
penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi.
Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub
periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila
terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan
lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila
terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat
menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah
selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada
emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat
menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat
terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli
sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah
begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra
dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak
dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga
kematian.
E. Kompresi
8
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal
maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi
pertukaran udara.
F. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi.
Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan
volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan
volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian.
Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang
terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar
yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila
luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan
berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh
tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian
darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui,
yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal
dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi
perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan
perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan
gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu
alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga
cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan
oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau
kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.
9
Klasifikasi luka akibat benda tumpul meurut jaringan atau organ yang terkena adalah
sebagai berikut :
1. Kulit
1. Luka Lecet
2. Luka Memar
3. Luka Robek
2. Kepala
1. Tengkorak
2. Jaringan Otak
4. Dada
1. Tulang
2. Organ dalam dada
5. Perut
1. Organ Parenchym
2. Organ berongga
6. Anggota Gerak
1. Kulit
L. Lecet
L. Memar
L. Robek
2. Tengkorak
10
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Calvaria
3. Otak
Contusio Cerebri
Laceratio Cerebri
Oedema Cerebri
Commotio Cerebri
4. Selaput Otak
Epidural Haemorrhage
Sub dural Haemorrhage
Fraktur Calvaria
Bentuk Fraktur :
1. Fracture Linear
2. Fracture Compositum
4. Ring Fracture
Berlubang-lubang
Contusio Cerebri
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa
dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah
abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya
aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk
cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak,
koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan
kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya
fokus epilepsi.
Merupakan kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai robeknya
Arachnoid.
Ada 2 macam :
Bagian yang mengalami kekerasan langsung dengan benda tumpul adalah Coup sedangkan
yang berlawanan adalah Counter-Coup. Counter-Coup terjadi bila ada Oscilasi (getaran) otak
12
yang membentur duramater dan ini terjadi bila kepala dalam keadaan bergerak atau bebas
bergerak.
Pada waktu Acelerasi terjadi gerakan tengkorak ke arah impact dan gerakan otak
berlawanan dengan arah impact
Pada waktu Decelerasi kepala bergerak tiba-tiba membentur benda tumpul. sedang otak
bergerak ke arah berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan tadi, sehingga otak
membentur bagian berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan langsung.
Oedema Cerebri
Tanda-tandanya :
Ventrikel-ventrikel mengecil
Karena adanya kompresi maka terjadi bekas cetakan Foramen Magnum pada
Cerebellum bagian bawah
Mikroskopis terdapat timbunan cairan intra cellular, peri cellular, dan peri vascular
Merupakan gangguan fungsi otak akibat trauma kepala, tanpa dapat ditentukan kelainan
anatomisnya pada otak. Gegar otak merupakan pengertian klinis dengan gejala :
3. Amnesia
13
4. Pusing kepala
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater,
atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan
tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut
ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.
Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh,
melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu
penting dalam bidang forensik.
Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid.
Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural.
Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada
ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau
ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.
14
Darah merembes di antara tulang dan duramater dan membeku. Timbul gejala kompresi
otak. Jumlah yang mematikan kurang lebih 125 gram. Ada : PERIODE LATENT. Pada anak
anak-anak/bayi : jarang dapat terjadi Epidural Haemorrhage.
Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila
fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak,
umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan
yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan
ruang epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak
mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri
kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian
akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera
kepala sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai
lucid interval
Mekanisme terjadinya :
4. Fraktura daerah parietal dan temporal yang merobek duramater dan meningica media
Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah berkumpul di
ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di
bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka lucid interval juga
lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari.
Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan
perdarahan subdural yang fatal.
15
Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus,
perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak,
sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain,
memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak.
Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun dapat
tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orang-orang dengan
gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak
menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan subdural
akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang
normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan
darah, dapat bersifat fatal.
Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di tempat
lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi otak
melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai ruang
subdural.
Perdarahan Subarakhnoid
1. Trauma
2. Penyakit/spontan seperti pecahnya aneurysma circulus willisi
16
Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma. Penyebabnya
antara lain:
1. Nontraumatik:
1. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
2. Traumatik:
2. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang
menyebabkan robeknya arteri vertebralis
3. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan
gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.
Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh dindingnya
dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun dapat menyebabkan
ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan
akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian.
Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang menyebabkan
ruptur pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu
akibat mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah laku berupa perilaku
mudah berkelahi yang berujung pada trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh
dari ketinggian tertentu menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami
ruptur aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan akhirnya
kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai dengan
otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut.
17
lapisan subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak
ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk, perdarahan
ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala.
Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat mengakibatkan
fraktur pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis
melewati bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada daerah
tersebut dapat menyebabkan robeknya arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang
biasanya menembus sampai lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan
akhirnya terjadi penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas
meningkat dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer serebri. Pada
beberapa kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan nontraumatik yang mungkin
disebabkan oleh ruptur aneurisma.
Berakibat :
Kerusakan syaraf
Berakibat :
Berakibat :
18
5. Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra
Dapat berakibat :
Fraktura, dislokasi os vertebrae
Dapat karena :
1. Trauma langsung
2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan
Berakibat :
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah
kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :
1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi
kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen
kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk
segiempat atau sudut.
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang
panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai
luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa
korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui
tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika
mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem
pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada
dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya
pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
19
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan
tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun
menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum
pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat
pukulan pada kepala
Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal.
Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa
cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan
maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang
memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk
mengungkapkan pola trauma.
Kekerasan yang menyebabkan luka dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : luka karena
kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api), luka karena kekerasan fisik (luka
karena arus listrik, petir, suhu tinggi, dan suhu rendah), dan luka karena kekerasan kimiawi
(asam organik, asam anorganik, kaustik alkali, dan karen logam berat), kekerasan terhadap
rohani, yang lazimnya disebut trauma psikis, dimana untuk dapat melakukan penilaian perihal
luka ini diperlukan bantuan ilmu kedokteran jiwa.3
Derajat Luka
20
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencariaanya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa,
dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka berat. Contonya trauma
pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi
menjalankan pekerjaanya tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera.
i. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran
satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun
demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (1) di atas.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir
tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,
disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran ialah keluarnya
janin sebelum masa waktunya yaitu, tidak didahului oleh proses yang
sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang
kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukan
tanda tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut
ibunya..
TRAUMA TAJAM
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan , tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
21
A. JENIS LUKA AKIBAT SENJATA TAJAM
Luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda tajam dapat dibagi dalam tiga
golongan, yaitu: luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.
1. Luka iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan karena alat untuk memotong dengan
mata tajam dengan cara menekan atau menggeser pada permukaan kulit. Tenaga
menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan.
Contoh benda tajam: pisau, silet, pecahan kaca dan taji.
Ciri luka iris:
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku.
c. Ujung luka runcing.
d. Rambut ikut teriris.
e. Tidak ada jembatan jaringan.
Luka iris tidak begitu berbahaya, kecuali luka iris mengenai pembuluh darah
yang dekat kepermukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan
lipat paha. Dari bentuk luka iris tidak dapat diambil kesimpulan apapun mengenai jenis
senjata yang menyebabkannya. Luka iris dapat menyebabkan emboli udara.
Luka iris pada bunuh diri:
a. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut dan lekuk
lutut. Irisan di leher biasanya tidak sampai ke ruas tulang leher.
b. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal, dinamakan irisan percobaan,
kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam.
c. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan.
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara rapi, tidak porak-poranda.
22
Gambar: luka iris
2. Luka tusuk
Luka tusuk adalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung yang
runcing dengan mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung yang runcing dengan
penampang bulat, segitiga dengan menusukkan, sehingga masuk kedalanjaringan tubuh.
Contohnya: pisau, keris, sangkur, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat,
segitiga, lembing, gancu, obeng. Ciri luka tusuk tergantung dari penampang dan mata.
Benda berujung runcing dan bermata tajam satu menyebabkan:
1. Tepi luka tajam.
2. Satu ujung luka runcing, sedangkan ujung yang lain kurang. Bila arah mata pisau
waktu ditusukkan berlainan arah dengan waktu pisau ditarik keluar, maka
didapatkan luka dengan ujung lebih dari dua.
3. Pada sisi mata yang tajam rambut ikut terpotong.
4. Dalamnya luka lebih besar daripada panjangnya luka.
5. Bila luka tegak lurus dengan serat otot, maka luka akan menganga lebar. Bila luka
sejajar dengan serat otot menganga berkurang.
Mengukur panjang luka harus dikerjakan dengan lebih dahulu menautkan tepi
luka. Dari panjang dan dalamnya luka dapat diambil kesimpulan:
1. Panjang luka adalah ukuran maksimal lebar senjata.
2. Dalam luka adalah ukuran minimal panjang senjata dan ini tergantung dari
lokalisasi, misalnya dinding perut dapat mengempis, sehingga pisau yang pendek
dapat mencapai ruas tulang punggung.
23
Gambar: pengukuran luka tusuk.
Ujung senjata yang patah dan tertinggal dalam tubuh harus dikeluarkan
untuk kepentingan identifikasi senjata. Bentuk luka di atap tengkorak dapat
menolong pada identifikasi senjata, misalnya didapatkan luka segi tiga dengan
sendirinya penampang senjata yang dipakai harus berpenampang segi tiga. Bentuk
luka di kulit karena benda runcing dengan penampang bulat, misalnya gancu
merupakan celah dengan arah sesuai dengan arah jaringan elastik kulit. Di tempat
arah serat elastis menyatu luka menjadi bulat. Alat runcing dengan penampang segi
tiga atau empat meninggalkan luka berbentuk bintang.
3. Luka bacok
Luka bacok disebabkan karena persentuhan dengan senjata yang berat yang
diayunkan dengan mata tajam atau tumpul. Contohnya: pedang, arit, kapak, golok,
baling-baling kipas angin, baling kapal laut dan kapal udara.
Biasanya korban dengan luka bacok disebabkan karena pembunuhan dan
hampir selalu ditemukan kerusakan pada tulang. Luka terlihat terbuka lebar atau
ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan. Arit (celurit, sabit)
merupakan senjata yang dapat menimbulkan luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.
(2,3)
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan.
Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang
dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan
luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan
normal dapat kembali tertutup setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang
keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis
tersebut.
Tabel 1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul: 5
Benda tumpul Benda tajam
Bentuk garis batas luka tidak teratur Garis batas luka tegas
dan tepi luka tidak rata
25
Bila ditautkan tidak dapat rapat Bila ditautkan membentuk garis
(karena sebagian jaringan hancur) lurus
Tebing luka tidak rata dan terdapat Tebing luka rata, tidak ada
jembatan jaringan jembatan jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan Biasa tidak ditemukan memar
memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada Bentuk luka bergantung dari cara
daerah yang dekat tulang (misalnya benda tajam tersebut mengenai
daerah kepala, muka dan ekstremitras) sasaran
dan bentuk luka tidak
menggambarkan bentuk dari benda
penyebabnya.
Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang terbanyak
dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban menggunakan
tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari bawah
telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian luka
tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila korban menggunakan
tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan yang sebaliknya. 6
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih luka yang
lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka
percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada bagian lain dari
tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada daerah
perut. Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak
menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.6
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini sesuai
dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi tersebut
merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di dalam kasus-
kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-luka percobaan
tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan
pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.
26
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat baik
pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada tangan
korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya, ini
disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang
menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah cadaveric spasm,
yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan demikian adanya
senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat ditentukan dengan pasti
bahwa korban telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa faktor stres emosional atau
ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya cadaveric spasm.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau lembaga
permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-benda tajam
lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan demikian kelainan
yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.
Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu tusukan
saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau bila korban
diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital. Jumlah luka
umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan
luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-luka yang terakhir tadi
disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak tangan dimungkinkan bila korban
berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut dimana
terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus pembunuhan
dimana korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat perbedaan-perbedaan
pokok, diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya luka-luka percobaan dan
didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang bentuknya
runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata
yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata
tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga akan
didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil dan
berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan dengan
seteliti dan secermat mungkin.
Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan
27
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
28
Luka Dan Kekerasan
Aspek Medikolegal
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan, jabatan atau
pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringa, dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 90
Luka berat berarti :
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan harapan maut
29
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat (verminking)
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindakan pidana, yaitu :
1. Penganiayaan ringan
2. Penganiayaan
3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
4. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian; di dalam ilmu Kedokteran
Forensik pengertiannya menjadi; luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian. Luka ini dinamakan luka derajat
pertama. Bila sebagai akibat pengeniayaan seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan
penyakit atau halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, akan tetapi
hanya untuk sementas waktu saja, maka luka ini dinamakan luka derajat kedua. Apabila
penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud dalam pasal 90
KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat ketiga3
Suatu hal yang penting harus diingat didalam menentukan ada tidaknya luka akibat
kekerasan adalah adanya kenyataan bahwasannya tidak selamanya kekerasan itu akan
meninggalkan bekas/luka. Kenyataan tersebut antara lain disebabkan adanya faktor yang
menentukan terbentuknya luka akibat terbentuknya luka akibat kekerasan suatu benda, yaitu
luas permukaan benda yang bersentuhan dengan tubuh. Bila luas permukaan benda yang
bersentuhan dengan tubuh ini cukup besar, yang berarti kekuatan untuk dapat merusak
menimbulkan luka lebih kecil bila dibandingkan dengan benda yang mempunyai luas
permukaan yang mengenai tubuh lebih kecil. Dengan perkataan lain tidak selamanya
kekerasan itu akan menimbulkan kelainan/luka, sedangkan adanya luka berarti sudah dapat
dipastikan ada kekerasan.3
Faktor lain yang juga harus diingat adalah faktor waktu, oleh karena dengan
berjalannya waktu maka suatu luka dapat menyembuh dan tidak ditemukan pada saat
dilakukan pemeriksaan.3
30
DAFTAR PUSTAKA
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
32
NO. 22/VRJ/V/2011
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa
Tengah Resor Kota Besar Semarang melalui suratnya tanggal 5 Agustus 2011 No.
Pol. 67/VER/V/2011/RESKRIM yang ditandatangani oleh Bambang Sutomo, pangkat
AIPDA, NRP 71050772 dan diterima tanggal 5 Agustus 2011, pukul 21.00 WIB,
maka dengan ini saya dr. Retno Asti Hapsari sebagai dokter yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 5
Agustus 2011, pukul 21.30 di Instalasi Kedokteran Forensik dan Kamar Jenazah
Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, telah memeriksa jenazah, yang
berdasarkan surat permintaan tersebut di atas tidak dikenal, umur tiga puluh
tahun, jenis kelamin laki laki, pekerjaan sebelum meninggal dunia tidak diketahui,
alamat tidak diketahui. Jenazah tersebut ditemukan di Gudang PT Primasari Jalan
Bubakan No. 15 Semarang, hari Jumat tanggal 5 Agustus 2011 dan diduga
meninggal akibat ditusuk.
HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan
fakta-fakta sebagai
berikut:------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Identitas Umum
Jenazah :------------------------------------------------------------------------------
a. Tato : tidak
ada.---------------------------------------------------------------------------
b. Jaringan parut : ditemukan dua buah jaringan parut pada kedua
lengan.--------------------
Jaringan parut pertama terdapat pada lengan kanan atas bagian
dalam, ukuran panjang satu sentimeter dan lebar nol koma lima
sentimeter. Bentuk lonjong, tepi tidak teratur, perabaan lebih tinggi
dari kulit sekitar, warna hitam kecoklatan.----
Jaringan parut kedua terdapat pada lengan kiri bawah bagian dalam,
ukuran panjang dua sentimeter dan lebar satu sentimeter. Bentuk
oval, tepi tidak teratur, perabaan lebih tinggi dari kulit sekitar, warna
hitam kecoklatan.--------------------
c. Cacat fisik : tidak
ada.-------------------------------------------------------------------------------
d. Tanda lahir : terdapat satu buah tanda lahir di lengan bawah kanan, terletak
sembilan sentimeter dari pergelangan tangan kanan dengan garis tengah
nol koma tujuh sentimeter, berbentuk bulat dan berwarna
hitam.------------------------------------------------
e. Tahi lalat : terdapat satu buah tahi lalat di dada bagian kiri atas, terletak dua
belas sentimeter dari garis tengah tubuh dan tiga sentimeter di atas garis
yang melewati kedua puting susu, warna hitam, garis tengah nol koma lima
sentimeter.----------------------------
f. Pakaian :
----------------------------------------------------------------------------------------------
Kemeja lengan pendek, berkerah, warna biru, polos tak bermotif,
bahan katun, merk POLO dan ukuran L, terdapat sebuah kantong di
bagian dada sebelah kiri. Terdapat robekan bentuk bulat sejajar luka,
sekitar robekan terdapat noda berwarna merah berbau khas
darah.------------------------------------------------------
Celana panjang berbahan jeans, warna biru tua, merk CEKA, ukuran
tiga puluh dua. Terdapat empat buah kantong, dua kantong di bagian
depan dan dua kantong di bagian belakang. Pada pagar celana
terdapat ikat pinggang warna hitam berbahan kulit imitasi, merk
VERSACE---------------------------------------
Celana dalam berwarna coklat, tidak bermerk, tanpa
ukuran.------------------------
g. Perhiasan : benda bulat bentuk cincin dari bahan logam, berwarna kuning
keemasan, di jari manis tangan
kiri.--------------------------------------------------------------------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN :-------
34
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR :----------------------------------
1. Permukaan Kulit
Tubuh :-------------------------------------------------------------------------------
1. Kepala :------------------------------------------------------------------------------------------------
Daerah berambut : tidak ada
kelainan.----------------------------------------------------
Wajah : tampak sebuah luka memar di pipi kanan, ukuran panjang
empat sentimeter lebar tiga sentimeter, bentuk tidak teratur, warna
merah kebiruan.-----
2. Leher : tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------
3. Bahu : tidak ada
kelainan.---------------------------------------------------------------------------
4. Dada : tampak sebuah luka memar di dada sebelah kanan atas, terletak tiga
sentimeter dari garis tengah tubuh dan dua sentimeter di atas garis yang
melalui kedua puting susu, ukuran panjang lima sentimeter, lebar empat
sentimeter, bentuk tidak teratur, warna merah
kebiruan.---------------------------------------------------------------------------------------
5. Punggung : tidak ada
kelainan.---------------------------------------------------------------------
6. Pinggang : tidak ada
kelainan.----------------------------------------------------------------------
7. Perut : terdapat sebuah luka tusuk di perut bagian kanan atas, terletak
empat sentimeter dari garis tengah tubuh dan lima sentimeter di atas garis
yang melalui pusat. Ketika ditautkan rapat dan membentuk garis lurus yang
arahnya mendatar. Sebelum dirapatkan panjang dua koma lima sentimeter
lebar nol koma tujuh sentimeter dalam sebelas sentimeter. Ketika dirapatkan
panjang menjadi dua koma tujuh sentimeter. Garis batas luka teratur, tepi
rata, kedua sudut runcing. Tebing luka rata, terdiri atas kulit, jaringan ikat,
jaringan lemak, dan otot. Tidak terdapat jembatan jaringan. Dasar luka tidak
terlihat pada pemeriksaan luar. Daerah di sekitar garis batas luka tidak
didapati memar.-
8. Bokong : tidak ada
kelainan.------------------------------------------------------------------------
9. Dubur : tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------
10.Anggota
gerak :---------------------------------------------------------------------------------------
Anggota gerak atas : terdapat sebuah luka terbuka di lengan bawah
kanan bagian luar, terletak tiga belas sentimeter dari pergelangan
tangan kanan. Ukura panjang lima sentimeter, lebar tiga sentimeter,
dalam dua sentimeter. Garis batas luka teratur, tepi rata, kedua sudut
tumpul. Setelah ditautkan tidak rapat. Tebing luka tidak rata, terdiri
atas kulit, jaringan ikat dan otot. Terdapat jembatan jaringan. Dasar
luka terdiri atas otot. Daerah di sekitar garis batas luka tampak
memar dan berwarna
kebiruan.--------------------------------------------------------------------------
Anggota gerak bawah : tidak ada
kelainan.----------------------------------------------
2. Bagian Tubuh
35
Tertentu :--------------------------------------------------------------------------------
1. Mata :--------------------------------------------------------------------------------------------------
Alis mata : hitam, tebal---------------------------------------------------------------------
Bulu mata : hitam----------------------------------------------------------------------------
Kelopak mata : tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
Selaput kelopak mata : tampak pucat-----------------------------------------------------
Selaput biji mata : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------
Selaput bening mata : Jernih---------------------------------------------------------------
Pupil Mata : bentuk bulat, ukuran garis tengah nol koma enam sentimeter, kanan
sama dengan kiri-----------------------------------------------------------------------------
Pelangi Mata : hitam------------------------------------------------------------------------
2. Hidung : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Bentuk hidung : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
Permukaan kulit hidung : tidak ada kelainan--------------------------------------------
Lubang hidung :tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
3. Telinga : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Bentuk telinga : tidak ada
kelainan-------------------------------------------------------
Permukan daun telinga : tidak ada
kelainan---------------------------------------------
Lubang telinga : tidak ada
kelainan------------------------------------------------------
4. Mulut : -------------------------------------------------------------------------------------------------
Bibir atas : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
Bibir bawah : tidak ada kelainan----------------------------------------------------------
Selaput lendir mulut : tidak ada
kelainan------------------------------------------------
Lidah : tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------------
Gigi geligi : tidak
lengkap------------------------------------------------------------------
- Rahang atas : gigi lengkap, geraham belakang kanan dan kiri sudah
tumbuh-----
KESIMPULAN :---------------------------------------------------------------------------------------------
PENUTUP:----------------------------------------------------------------------------------------------------
39
NIP:
22010110200129
40