Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Asma Bronchial Asma bronchial adaalah penyempitan bronchus yang bersifat reversibel yang terjadi karena bronchus yang heperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen

2. ETIOLOGI ASMA BRONCHIALE


Sebagai mana dinyatakan diatas maka asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversible. Sebagai faktor pencetusnya adalah : Alergi Infeksi dan Iritasi Ketidakseimbangan saraf otonom Perubahan lingkungan dan Suhu

Reaksi alergi yang terjadi pada asma bronchiale disebut pula dengan reaksi atopic atau ekstrinsik oleh karena terdapat zat- zat antigen. Oleh karena asma dianggap sebagai suatu reaksi atopic, maka timbulnya asma dapat merupakan immediate asmatic reaction allergi dimana IgE memegang peran penting.

Pada reakssi atopic maka yang memegang peran penting adalah IgE, sel mast yang terdapat di mukosa dan submukosa, dan basofil yang terdapat dalam darah. Pada reaksi anafilaksis maka yang memegang penting adalah IgG, disamping IgE. Reaksi ini termassuk dalam reaksi tipe 1 (Voorhort 1969).

3. PATOGENESIS
Yang sering terserang adalah bronkus, akan tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada bagian jalan pernapasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan terrjadinya gangguan pada fungsional paru. Gangguan itu disebabkan oleh karena : Peningkatan resistensi udara respirasi dimana akan mengganggu rasioventilasi perfusi. Terdapatnya air tappering( perangkap udara ) menyebabkan seolah-olah volume inspirasi lebih besar dari ekspirasi. Selain bronkospasme dapat pula terjadi edema pada saluran pernapasan yang mana dapat mengganggu pertukaran gas di dalam sistem pernapasan.

Pada setiap serangan yang pertama produksi mokus selalu bertambaah. Infeksi yang menghasilkan eknidat dapat mengganggu bagian jalan pernapasan maupun fungsional dari jaringan. Pada tingkat permulaan dari suatu asma yang berat Pa CO2 dan pH darah selalu konstan.

Tingkat kegawatan pada ventilasa perfusi tidak selamanya sebanding dengan tingkat abstruksi, kadang-kadang pemberian bronkodilator menyebabkan terjadinya penurunan Pa O2 secara tiba-tiba.hal ini disebabkan oleh karena terjadinya defek ventilasi perfusi. Penurunan Pa O2 selain disebabkan karena gangguan ventilasi perfusi dapat juga disebabkan karena kontraksi dari obat-0bat pernapasan. Pada tingkat permulaan jumlah CO2 yang dihasilkan dari aktivitas otot- otot pernapasan ini selalu dapat dikompensasi oleh paru- paru. Pada, intensitas serangan yang tinggi dapat terjadi peninggian Pa CO2 dan penurunan pH darah.

4. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pada asma meliputi : 1. Factor pejamu Predisposisi genetic Atopi Hiperesponsif jalan nafas Jenis kelamin Ras/etnik

2. Factor lingkungan Mempengaruhi berkembang nya asma pada individu dengan predisposisi asma. a. Alergen didalam ruangan - Mite domestic - Alergen binatang - Alergen kecoa - Jamur (fungi,molds,yeasts) b. Alergen diluar ruangan - Tepung sari bunga - Jamur (fungi,molds,yeasts) c. Bahan dilingkungan kerja

d. e. f. g. h. i.

Asap rokok - Perokok aktif - Perokok pasif Polusi udara - Polusi udara diluar ruangan - Polusi udara didalam ruangan Infeksi pernapasan - Hipotesis hygiene Infeksi parasit Status sosioekonomi Besar keluarga Diet dan obat Obesity

3. Faktor lingkungan Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala- gejala asma meneetap. Alergen didalam dan diluar ruangan Polusi udara didalam dan diluar ruangan Infeksi pernapasan Exercise dan hiperventilasi Perubahan cuaca Sulfur dioksida Makanan, aditif (pengawet,penyedap,pewarna makanan), obat- obatan Ekspresi emosi yang berlebihan Asap rokok Iritan (parfum,bau- bauan merangsang,house hold spray)

5. JENIS DAN GEJALA ASMA BRONCHIALE

Adanya tanda dan gejala dibawah ini dapat memperkuat dugaan seseorang menderita asma : a.Wheezing / mengi b. Adanya riwayat : Batuk, terutama malam hari

Mengi berulang Sesak napas berulang Dada terasa berat yang berulang

c. Gejala timbul atau terjadi perburukan pada malam hari, sering pasien terbangun d. Gejala dan perburukan yang timbul mempunyai pola musiman e. Pasien bisa menderita eczema, hay fever atau adanya riwayat keluarga asma atau penyakit atopic. Gejala atau perburukan timbul jika ada : Bulu binatang Bahan kimia aerosol Perubahan temperatur Domestic dust mite (debu tungau rumah) Obat obatan (aspirin, beta bloker) Exercise (Olah raga) Pollen (tepung sari) Infeksi Paru (Virus) Asap rokok Emosi yang berlebihan

g. Gejala hilang atau berkurang bila mendapat terapi asma Pemeriksaan Jasmani : Dijumpai mengi pada auskultasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.

Derajat Asma

Gejala

Gejala Malam

Faal Paru

I. Intermiten

Bulanan

APE 80%

* Gejala < 1x/minggu * Tanpa gejala di luar serangan * Serangan singkat

* 2 kali sebulan

* VEP1 80% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik

* Variabiliti APE < 20%

II. Persisten Ringan

Mingguan

APE 80%

* Gejala > 1x/minggu, tetapi < 1x/ hari * Serangan dapat mengganggu aktiviti dan tidur

* > 2 kali sebulan

* VEP1 80% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik * Variabiliti APE 20-30%

Derajat Asma

Gejala

Gejala Malam

Faal Paru

III. Persisten Sedang

Harian

APE 60 80%

* Gejala setiap hari * Serangan mengganggu aktiviti dan tidur *Membutuhkan bronkodilator setiap hari IV. Persisten Berat Kontinyu

* > 1x / seminggu

* VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik * Variabiliti APE > 30%

APE 60%

* Gejala terus menerus * Sering kambuh * Aktiviti fisik terbatas

Sering

* VEP1 60% nilai prediksi APE 60% nilai terbaik * Variabiliti APE > 30%

6. DD ASMA BRONCHIALE
Gagal nafas Asma kardiale Bronchitis Bronkietasis Bronchitis akut Penyakit paru obstruktif menahun (COPD) Disfunggsi laring

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik a. Laboratorium Pemeriksaan sputum Pada pemeriksaan sputum ditemukan Kristal- Kristal (harcot leydem yang meruppakan degranulasi dari Kristal eosinofil. Terdapatnya spiral curschmann, yakni spiral yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang- cabang bronkus. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah rutin diharapkan terjadi peningkatan eosinofil, sedangkan leukosit dapat meningkat atau normal, walaupun terdapat komplikasi.

Analisis gas darah pada umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis Kadang- kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH Hiponatremia, dan kdar leukosit kadang- kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi Terjadi peningkatan IgE pada waktu serangan dan menurun pada waktu pasien bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru- paru, yakni radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut : Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak- bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi pneumonia,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru- paru.

3. Pemeriksaan Faal Paru

Bila FEV lebih kecil dari 40%, maka 2/3 dari pasien akan menunjukkan penurunan tekanan sistolik dan bila lebih rendah dari 50%, maka seluruh pasien akan menunjukkan penurunan tekanan sistolik. Setiap pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernapasan dan penurunan expiratory flow rate (kecepatan aliran ekspirasi). FEV1 menurun dan penurunannya sejajar dengan penurunan FVC. Peningkatan dari volume paru (RV) hampir terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat. Perubahan VD/VT disebabkan oleh karena perubahan pada ventilasi perfusi. FRC < 1 liter Peningkatan fluktuasi dari tekanan intra pleura.

Penilaian faal paru yang telah diterima secara luas ( standar ) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi ( APE ). Spirometri

Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama ( VEP1 ) dan kapasiti vital paksa ( KVP ) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung pada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75 % atau VEP1 < 80 % nilai prediksi. Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma : Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75 % atau VEP1 < 80 % nilai prediksi. Reversibiliti yaitu perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan atau setelah inhalasi bronkodilator oral (uji bronkodilator) atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi / oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma. Menilai derajat berat asma. Arus Puncak Ekspirasi (APE) Manfaat APE dalam diagnosis asma : Reversibiliti, yaitu perrbaikan nilai APE > 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator) atau bronkodilator oral 10-14 hari,atau respons terapi kortikosteroid (inhalasi/oral selama 2 minggu). Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit. Pengukuran nilai APE sebaiknya dibandingkan dengan nilai terbaik pengukuran sebelumnya, bukan dengan nilai prediksi normal ; kecuali tidak diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan. Cara pemeriksaan variabiliti APE harian : Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari untuk mendapatkan nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2 cara : o Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/perbedaan nilai APE pagi hari sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya sesudah bronkodilator menunjukkan persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20% dipertimbangkan asma. APE malam APE pagi Variabiliti harian =---------------------------------------------------- X 100% (APE malam + APE pagi)

o Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai terbaik (nilai tertinggi APE malam hari). Contoh : Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam, misalnya didapatkan APE pagi terendah 300 dan APE malam tertinggi 400 ; maka persentase dari nilai terbaik (% of the recent best) adalah 300/400 = 75%. Metode tersebut paling mudah dan mungkin dilakukan untuk menilai variabiliti.

8.MENGETAHUI PENYAKIT- PENYAKIT KETURUNAN ALERGI


. a. Penatalaksanaan asma bronchial ( Menurut GINA dan GOAL ) Tujuan penatalaksanaan asma adalah untuk: - Mencapai dan mempertahankan kontrol gejala-gejala asma. - Mempertahankan aktivitas yang normal termasuk olahraga. - Menjaga fungsi paru senormal mungkin. - Mencegah eksaserbasi asma. - Menghindari reaksi adversi obat asma. - Mencegah kematian karena asma. Untuk mencapai tujuan GINA merekomendasikan 5 komponen yang saling terkait dalam penatalaksanaan asma: 1. Bina hubungan yang baik antara pasien dengan dokter 2. Identifikasi dan kurangi pemaparan faktor resiko 3. Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan kontrol asma 4. Atasi serangan asma 5. Penatalaksanaan keadaan khusus 1. Bina hubungan yang baik antara pasien dengan dokter Kerja sama yang baik antara dokter-pasien, akan mempercepat tujuan penatalaksanaan asma. Dengan bimbingan dokter, pasien didukung untuk mampu mengontrol asmanya. Pasien

akan mampu mengenal kapan asmanya memburuk, mengetahui tindakan sementara sebelum menghubungi dokter, kapan harus menghubungi dokternya, kapan harus segera mengunjungi instalasi gawat darurat dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan diri dan ketaatan berobat. 2. Identifikasi dan kurangi pemaparan faktor risiko untuk mencapai kontrol asma diperlukan identifikasi mengenai faktor-faktor yang dapat memperburuk gejala asma atau lebih dikenal sebagai faktor pencetus. Menghindari faktor pencetus diharapkan dapat mengurangi gejala dan serangan asma. Berbagai alergen, baik yang didalam rumah seperti tungau debu, bulu binatang, kecoa, atau diluar rungan serta polusi udara, lingkungan kerja, pengawet makanan, obat-obatan, virus influenza, ketegangan jiwa, rinosinusitis, refluks gastroesofagal, dan lain sebagainya,patut diidentifikasi dan selanjutnya dihindari. 3. Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan kontrol asma Dulu GINA menyandarkan pengobatan pada klasifikasi derajat berat asma, yang terdiri dari asma intemiten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat. Derajat berat asma juga dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu atau pengaruh pengobatan. GINA membagi tingkat kontrol asma menjadi tiga tingkatan yaitu terkontrol sempurna, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol. 4. Merencanakan pengobatan asma akut (serangan asma) Serangan asma ditandai dengan gejala sesak napas, batuk, mengi, atau kombinasi dari gejalagejala tersebut. Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringan sampai berat yang dapat mengacam jiwa. Serangan bisa mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangka waktu berhari-hari. Tujuan pengobatan serangan asma yaitu: a. Menghilangkan obstruksi saluran napas dengan segera b. Mengatasi hipoksemia c. Mengembalikan fungsi paru ke arah normal secepat mungkin d. Mencegah terjadinya serangan berikutnya e. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya mengenai cara-cara mengatasi dan mencegah serangan asma b. 1. Dyspnea (Sesak Nafas) akut Sesak Nafas akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke

ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada. 2. Dyspnea (Sesak Nafas) kronis Sesak Nafas kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.

9. MENGETAHUI PENYAKIT KETURUNAN ALERGI (ATOPI)


1. Dermatitis Atopik (DA) Dermatitis atopic (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak- anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal,yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di kipatan (fleksural). Kulit penderita DA umumnya kering,pucat/ redup,kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningat. Jari tangan teraba dingin. Penderita DA cenderung tipe astenik, dengan inteligensia diatas rata- rata,sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan. Gejala utama DA ialah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacammacam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, akskoriasi, eksudasi dan krusta. 2. Asma Bronchiale Asma bronchiale adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen. Tampaknya terdapaat hubungan antara asma dengan alergi. Pada sebagian penderita asma ditemukan riwayat alergi, jika ditelusuri ternyata sering terdapat riwayat asma atau alergi pada keluarganya. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa terdapat factor genetic yang menyebabkan seseoraang menderita asma. Fektor genetic yang diturunkan adalah kecenderungan memproduksi antibody jenis IgE yang berlebihan disebut memounyai sifat atopic, sedangkan keadaannya disebut atopi. Namun, ada penderita asma yang tidak atopic dan juga serangan asma tidak dipicu pemajanan terhadap alergen. 3. Rhinitis Alergi

Merupakan manifestasi alerggi pada hidung yang paling sering terjadi dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi hidug sebagai penyaring partikel dan alergen hirup untuk melindungi saluran nafas bagian bawah. Histamine merupakan mediator penting gejala alergi pada hidung,hal ini berbeda dengan saluran nafas bagian bawah. Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine seluler dan secara tidak langsung melalui reflex yyang berperan pada bersin dan sekresi. Melalui sistem saraf otonom histamine menimbulkan gejala bersin dan gatal, terjadi fasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala hidung beringus encer (watery rhinorshoea). Gejala rhinitis alergi tipe lambat seperti hidung tersumbat, berkurangnya pembauan, dan hiperreaktifitas dipperankan oleh eosinofil.

10. MEMBEDAKAN PENYAKIT ASMA DAN PPOK


1. - Asma : Obstruksi saluran nafas reversible - PPOK : obstruksi saluran nafas yang permanen 2. - PPOK : Penyakit peru yang kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang progesif,nonreversible / reversible parsial. - Asma : Obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible 3. - PPOK : Terdiri dari bronchitis dan emfisema - Asma: Inflamasi kronik hipersensitif jalan nafas 4. Etiologi : - Asma : alergi, non alergi - PPOK : asap rokok

11. Parameter beratnya penyakit asma menurut patologi dan klinis dan penggunaan faal paru untuk menentukan klasifikasi asma.
Menurut patologi dan klinis Pada asma yang berat, ditemukan distensi paru yang berlebihan ( overdistention ) dan penutupan jalan napas karena lendir yang tebal dan liat yang menyumbat jalan napas. Faal paru Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai : Obstruksi jalan napas Reversibiliti kelainan paru

Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas

Pemeriksaan faal paru : Bila FEV lebih kecil dari 40%, maka 2/3 dari pasien akan menunjukkan penurunan tekanan sistolik dan bila lebih rendah dari 50%, maka seluruh pasien akan menunjukkan penurunan tekanan sistolik. Setiap pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernapasan dan penurunan expiratory flow rate (kecepatan aliran ekspirasi). FEV1 menurun dan penurunannya sejajar dengan penurunan FVC. Peningkatan dari volume paru (RV) hampir terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat. Perubahan VD/VT disebabkan oleh karena perubahan pada ventilasi perfusi. FRC < 1 liter Peningkatan fluktuasi dari tekanan intra pleura.

Penilaian faal paru yang telah diterima secara luas ( standar ) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi ( APE ). Spirometri Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama ( VEP1 ) dan kapasiti vital paksa ( KVP ) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung pada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75 % atau VEP1 < 80 % nilai prediksi. Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma : Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75 % atau VEP1 < 80 % nilai prediksi. Reversibiliti yaitu perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan atau setelah inhalasi bronkodilator oral (uji bronkodilator) atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi / oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma. Menilai derajat berat asma. Arus Puncak Ekspirasi (APE) Manfaat APE dalam diagnosis asma :

Reversibiliti, yaitu perrbaikan nilai APE > 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator) atau bronkodilator oral 10-14 hari,atau respons terapi kortikosteroid (inhalasi/oral selama 2 minggu). Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit. Pengukuran nilai APE sebaiknya dibandingkan dengan nilai terbaik pengukuran sebelumnya, bukan dengan nilai prediksi normal ; kecuali tidak diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan. Cara pemeriksaan variabiliti APE harian : Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari untuk mendapatkan nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2 cara : o Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/perbedaan nilai APE pagi hari sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya sesudah bronkodilator menunjukkan persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20% dipertimbangkan asma. APE malam APE pagi Variabiliti harian =---------------------------------------------------- X 100% (APE malam + APE pagi) o Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai terbaik (nilai tertinggi APE malam hari). Contoh : Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam, misalnya didapatkan APE pagi terendah 300 dan APE malam tertinggi 400 ; maka persentase dari nilai terbaik (% of the recent best) adalah 300/400 = 75%. Metode tersebut paling mudah dan mungkin dilakukan untuk menilai variabiliti.

Anda mungkin juga menyukai