TRANSVERSE MYELITIS
Dokter Pembimbing :
dr. Gama Sita, Sp.S
Disusun Oleh :
Marita Puspitasari
20100310030
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Menurut NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke)
tahun 2012, myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati)
yang disebabkan proses inflamasi. Menurut kamus kedokteran Dorland 2007,
myelitis adalah proses inflamasi pada medulla spinalis/ spinal cord. Beberapa
literatur sering menyebut beberapa inflamasi yang menyerang medulla spinalis
sebagai myelitis transverse atau myelitis transverse akut. Bahkan bentuk subakut
dari myelitis juga disebut sebagai myelitis transverse akut.
Makna transversa pada kasus myelitis menggambarkan secara klinis adanya
band like area horizontal perubahan sensasi di daerah leher atau toraks. Sejak saat
itu, sindrom paralisis progresif karena inflamasi di medulla spinalis dikenal
sebagai myelitis transversalis. Inflamasi berarti adanya pengaktifan sistem imun
yang ada pada daerah lesi dan potensial menimbulkan kerusakan. Jadi tidak ada
keterlibatan saraf tulang belakang baik dari segi patologi maupun pencitraan, tapi
hingga hari ini masih sering literatur yang menggunakannya.
2. Epidemiologi
Mielitis transversalis adalah suatu sindrom yang jarang dengan insiden antara
satu sampai delapan kasus baru setiap satu juta penduduk pertahun. Meskipun
gangguan ini dapat terjadi pada umur berapapun, kasus terbanyak terjadi pada
umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun. Insidensi meningkat sebanyak 24,6 juta kasus
per tahunnya jika penyebabnya merupakan proses demielinisasi yang didapat,
khususnya sklerosis multiple. Tidak ada pola yang khusus dari myelitis
transversalis berdasarkan seks, distribusi geografis, atau riwayat penyakit dalam
keluarga.
3. Etiologi
ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh virus, bakteri,
jamur, maupun parasit, human immunodeficiency virus (HIV), varicella zoster,
cytomegalovirus, dan TBC. Namun juga dapat disebabkan oleh proses non infeksi atau melalui jalur inflamasi. ATM sering terjadi setelah infeksi atau setelah
vaksinasi. ATM dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari syphilis, campak,
penyakit lyme, dan beberapa vaksinasi seperti chikenpox dan rabies.
Faktor etiologi lain yang dikaitkan dengan kejadian ATM adalah penyakit
autoimmune sistemik (SLE, multiple sklerosis, Sjogrens syndrome), sindrom
paraneoplastik, penyakit vaskuler, iskemik sumsum tulang belakang meskipun
tidak jarang tidak ditemukannya faktor penyebab ATM sehingga disebut sebagai
"idiopatik".
4. Patogenesis
Mielitis transversalis akut post-vaksinasi
Evaluasi otopsi dari medulla spinalis menunjukkan hilangnya akson yang
berat dengan demielinisasi ringan dan infiltrasi sel mononuclear, terutama limfosit
T pada nerve roots dan ganglion spinalis. Pada medulla spinalis terdapat infiltrasi
sel limfosit di perivaskular dan parenkim di grey matter terutama pada anterior
horns. Beberapa studi menyimpulkan vaksinasi dapat menginduksi proses
autoimun yang berkembang menjadi MT.
MTA Parainfeksi
Sebanyak 30-60% kasus idiopatik myelitis transversalis, terdapat adanya
keluhan respirasi, gastrointestinal, atau penyakit sistemik sebelumnya. Kata
parainfeksi telah digunakan untuk injuri neurologis yang diakibatkan oleh
infeksi mikroba langsung dan injuri yang diakibatkan oleh infeksi, infeksi
mikroba langsung dengan kerusakan yang dimediasi oleh imun, atau infeksi yang
asimptomatik dan diikuti respon sistemik yang menginduksi kerusakan saraf.
Beberapa virus herpes telah dikaitkan dengan myelitis, dan mungkin menjadi
penyebab infeksi langsung terhadap sel saraf di medulla spinalis. Agen lainnya,
seperti Listeria monocytogenes dibawa ke dalam akson ke saraf di medulla
spinalis. Dengan menggunakan beberapa cara, suatu agen dapat mencapai akses
ke lokasi yang kaya system imun, menghindari system imun yang berada pada
5. Klasifikasi
Menurut Onset :
Akut
Gejala berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam waktu
beberapa hari saja.
Sub Akut
Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu 2 minggu.
Kronik
Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu lebih dari 2 minggu.
Menurut NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) tahun
2012 :
Myelitis yang disebabkan oleh virus.
5
Gejala sensorik :
1) Nyeri adalah gejala utama pada kira- kira 1/3 hingga 1/2 dari semua
penderita ATM. Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang
menetap seperti tertusuk atau tertembak yang menyebar ke kaki,
lengan atau badan .
2) Gejala lainnya berupa parastesia yang mendadak (perasaan yang
abnormal seperti terbakar, gatal, tertusuk, atau perasaan geli) di kaki,
hilangnya sensorik. Penderita juga mengalami gangguan sensorik
seperti kebas, perasaan geli, kedinginan atau perasaan terbakar.
Hampir 80 % penderita ATM mengalami kepekaan yang tinggi
terhadap sentuhan misalnya pada saat perpakaian atau sentuhan ringan
dengan jari menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri (disebut
allodinia). Beberapa penderita juga mengalami pekaan yang tinggi
terhadap perubahan temperatur atau suhu panas atau dingin.
Gejala motorik :
Beberapa penderita mengalami tingkatan kelemahan yang bervariasi
pada kaki dan lengan. Pada awalnya penderita terlihat terasa berat atau
menyerat salah satu kakinya atau lengan mereka karena terasa lebih
berat dari normal. Kekuatan otot dapat mengalami penurunan.
Beberapa minggu penyakit tersebut secara progresif berkembang
menjadi kelemahan kaki secara menyeluruh, akhirnya menuntut
penderita untuk menggunakan suatu kursi roda. Terjadi paraparesis
(kelemahan pada sebagian kaki). Paraparesis sering menjadi
paraplegia (kelemahan pada kedua kaki dan pungung bagian bawah)
Gejala otonom :
Berupa gangguan fungsi kandung kemih seperti retensi urin dan buang
air besar hingga gangguan pasase usus dan disfungsi seksual sering
terjadi. Tergantung pada segmen medulla spinalis yang terlibat,
beberapa penderita mengalami masalah dengan sistem respiratori.
7. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk Mielitis Transversalis Akut Idiopatik dapat dilihat
pada tabel 1. Diagnosis MTA harus memenuhi semua kriteria inklusi dan tidak ada
satupun kriteria eksklusi yang terpenuhi. Diagnosis MTA yang berhubungan
dengan penyakit lain harus memenuhi semua kriteria inklusi dan pasien juga
memiliki manifestasi klinis dari penyakit yang dicantumkan di kriteria ekslusi.
Tabel 1. Kriteria Diagnostik Mielitis Transversalis
Inclusion criteria
1) Development of sensory, motor or autonomic dysfunction
attributable to the spinal cord
2) Bilateral signs or symptoms (although not necessarily symmetric)
3) Clearly-defined sensory level
4) Exclusion of extra-axial compressive etiology by neuroimaging
(MRI or myelography; CT of spine not adequate)
5) Inflammation within the spinal cord demonstrated by CSF
pleocytosis or elevated IgG index or gadolinium enhancement. If
none of the inflammatory kriteria is met at symptom onset, repeat
MRI and LP evaluation between 2 and 7 days after symptom onset
meets kriteria
6) Progression to nadir between 4 h and 21 days after the onset of
symptoms (if patient awakens with symptoms, symptoms must
become more pronounced from point of awakening)
Exclusion criteria
1) History of previous radiation to the spine within the past 10 years
2) Clear arterial distribution clinical deficit consistent with thrombosis
of the anterior spinal artery
3) Abnormal flow voids on the surface of the spinal cord consistent
with AVM
4) Serological or clinical evidence of connective tissue disease
(sarcoidosis, Behcet's disease, Sjogren's syndrome, SLE, mixed
connective tissue disorder, etc.)a
5) CNS manifestations of syphilis, Lyme disease, HIV, HTLV-1,
8.
Diagnosis Banding
Tabel 2. Diagnosis Banding dari Mielitis Transversalis
Inflamasi
Kompresi
Non-Inflamasi
Penyakit Demielinisasi
Osteofit
sklerosis multiple
Diskus
optik neuromyelitis
Metastasis
ensefalomyelitis diseminata
trauma
akut
Tumor
Infeksi
Sindrom Paraneolastik
Tuberculosis
Mikoplasma
Penyakit inflamasi
Lupus eritematosus
sistemik
Neurosarkoidosis
(Dikutip dari: Jacob A, Weinshenker BG. 2008. An Approach to the Diagnosis of Acute Transverse
Myelitis. Semin Liver Dis 2008; 1; 105-120.
9.
Pemeriksaan Penunjang
MRI
Evaluasi awal untuk pasien myelopati harus dapat menentukan apakah ada
penyebab structural (HNP, fraktur vertebra patologis, metastasis tumor, atau
spondilolistesis) atau tidak. Idealnya, MRI dengan kontras gadolinium harus
dilakukan dalam beberapa jam setelah presentasi.
CT-myelografi
Jika MRI tidak dapat dilakukan dalam waktu cepat untuk menilai kelainan
struktural, CT-myelografi dapat menjadi alternative selanjutnya, tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat menilai medulla spinalis.
Punksi Lumbal
Jika
tidak
terdapat
penyebab
structural,
punksi
lumbal
merupakan
10
ataupun non-inflamasi. Pemeriksaan rutin CSF (hitung sel, jenis, protein, dan
glukosa) dan sitologi CSF harus diperiksa.
Pemeriksaan Lainnya
Manifestasi klinis lainnya dapat mengarahkan diagnosis untuk penyakit
inflamasi sistemik seperti Sindrom Sjogren, sindrom antifosfolipid, LES,
sarkoidosis, atau penyakit jaringan ikat campuran. Pada kondisi seperti ini,
pemeriksaan yang harus dilakukan: ACE level, ANA, anti ds-DNA, SS-A
(Ro), SS-B (La), antibody antikardiolipin, lupus antikoagulan, 2-glikoprotein,
dan level komplemen.
Tabel 3. Test Diagnostik untuk Mielitis Transversalis
Kemungkinan Penyebab
Infeksi
Pemeriksaan Penunjang
Serologi darah; kultur, serologi,
dan PCR CSF; Foto Thorax dan
pemeriksaan
imaging
dengan indikasi
Autoimun Sistemik atau Penyakit Pemeriksaan Fisik;
Inflamasi
pemeriksaan
Paraneoplastik
lainnya
imaging
dengan indikasi
Foto Thorax, CT
antibody
lainnya
scan,
paraneoplastik
PET;
serum
dan CSF
11
Acquired
CNS
Demyelinating
MRI
otak
dengan
kontras
gadolinium;
CSF
rutin;
neuromyelitis)
pemeriksaan
visual
evoked
dan
12
10. Penatalaksanaan
13
Imunoterapi awal
Hasil terapi pemberian imunoterapi selama fase akut myelitis adalah
menghambat progresif dan permulaan resolusi lesi inflamasi sumsum tulang dan
mempercepat pemulihan klinis. Kortikosteroid merupakan pengobatan standard
lini pertama. Sekitar 50-70 % mengalami pemulihan sebagian atau lengkap.
-
Plasma exchange
Terapi plasma pengganti mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak
sumsum tulang belakang bagian atas dan batang otak stem, sehingga penilaian
ulang secara regular fungsi pernapasan dan oropharyngeal diperlukan selama
proses perubahan myelitis. Intubasi untuk ventilasi mekanik diperlukan untuk
beberapa pasien.
-
(selama syok spinal ), tapi ini biasanya diikuti oleh munculnya peningkatan
resistensi terhadap gerakan (tonik spastisitas), bersama dengan kejang otot tak
sadar (spastik phasic). Data dari percobaan terkontrol mendukung manfaat
14
Nyeri
Nyeri adalah umum selama dan setelah serangan myelitis dan dapat
karena retensi urin di kandung kemih. Setelah fase akut, otot detrusor vesica
urinara mengalami hyperreflexia yang biasanya berkembang dan ditandai oleh
frekuensi berkemih, urgensi, urge incontinence. Gejala ini biasanya berkurang
dengan pemberian agen antikolinergik (misalnya oxybutynin dan tolterodine).
NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) tahun
2012
Sementara tiap kasus berbeda pada semua pasien , berikut ini adalah kemungkinan
pengobatan pada pasien ATM .
-
Steroid intravena :
Pasien dengan ATM diberikan dosis tinggi metilprednisolon intravena
elama 3-5 hari. Keputusan untuk steroid lanjutan atau menambahkan pengobatan
baru sering didasarkan pada perjalanan klinis dan penampilan MRI pada hari ke 5
setelah pemberian steroid .
-
Plasma Exchange
Hal ini sering digunakan untuk pasien-pasien dengan ATM moderat dan
bentuk agresif yang tidak menunjukkan banyak perbaikan setelah dirawat dengan
steroid intravena dan oral
15
Dalam satu studi retrospektif pada pasien dewasa dengan ATM , pasien
dengan tingkat yang paling parah disertai kecacatan dan mereka yang
memiliki riwayat penyakit autoimun menunjukkan beberapa manfaat
penggunaan siklofosfamid IV setelah kortikosteroid .
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Frohman EM, Wingerchuk DM. 2010. Transverse Myelitis. The New England
Journal of Medicine 2010;363:564-72.
2. Harsono. 2003. Mielitis Transversa dalam Kapita Selekta Neurologi. Gajah
Mada University : Yogyakarta.
3. Jacob A, Weinshenker BG. 2008. An Approach to the Diagnosis of Acute
Transverse Myelitis. Semin Liver Dis 2008; 1; 105-120.
4. Transverse Myelitis Consortium Working Group. 2002. Proposed Diagnostik
Kriteria and Nosology of Acute Transverse Myelitis. Neurology 2002; 59;
499-505.
18