Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH P2K2

DK 2

Disusun oleh:
HANNA

WIATULILMI (111410400000011)
IIN SILAWATI (11141040000012)
NIDAAN KHOFIYAH (11141040000013)
SRI UTAMI

(11141040000014)

SHOVA MAUDINA (11141040000015)


ZAHIDAH AMATILLAH
MAYA FITRIANI

(11141040000016)

(11141040000017)

FATRICHIA NUR RAHMA (11141040000018)


SULISTYAWATI

(11141040000019)

NAZILATUL HABIBAH

(11141040000020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MARET/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai BHD tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
dan Kegawatdaruratan (P2K2), selain itu untuk mengetahui dan memahami mengenai pertolongan
pertama pada korban kecelakaan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jakarta, 16 maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

..................................................................

Daftar Isi

..................................................................

ii

Bab I Pendahuluan

..................................................................

Bab II Isi

..................................................................

Luka

..................................................................

Perdarahan

..................................................................

Fraktur

..................................................................

Amputasi

..................................................................

14

Syok

..................................................................

15

Evakuasi

..................................................................

21

Bab III Penutup

..................................................................

24

Kesimpulan

..................................................................

24

Saran

..................................................................

24

..................................................................

Daftar Pustaka

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidup ini pastinya ada hal baik dan ada hal buruk yang terjadi pada
kita, dan kita tentu tidak pernah tahu kapan kedua hal itu akan terjadi. Begitu juga
dengan kecelakaan. Kita tidak pernah tahu jika akan ada kecelakaan yang akan
menimpa kita atau orang disekitar kita. Untuk itu penting bagi kita untuk dibekali
dengan ilmu penanganan terhadap korban kecelakaan. Apa lagi kita sebagai
mahasiswa keperawatan dituntut untuk selalu siap terhadap kondisi apa pun.
Dalam modul P2K2 ini kita akan mempelajari mengenai penanganan pada
korban kecelakaan dan evakuasi korban kecelakaaan. Hal-hal ini adalah hal yang
sangat penting saat kita terlibat dengan kejadian yang tak terduga.
Pemicu Kasus 1 dimana tulang ku
Seorang wanita menjadi korban kecelakaan sepeda motor, ditemukan tergeletak di
tengah jalan dan dikerumuni banyak orang. Korban kesakitan dan didapatkan
beberapa luka sebagai berikut : luka pada lengan bawah kiri dengan rembesan
darah; satu ruas jari tengah kanan amputasi dan ditemukan patahan ruas jarinya
dibawah sepeda motor; luka pada kaki iri dengan perdarahan hebat dan tampak
memancar disertai patah tulang terbuka. Sensasi ujung jari negative tidak bisa
digerakkan. Lengan bawah kiri yang terluka ditutup dengan kain dan tidak terlihat
rembesan darah lagi dan luka pada kaki bawah kiri dibalut dengan kain, namun
masih terlihat darah mengalir. Korban segera dibawa ke rumah sakit namun saat
korban diangkat dari TKP ke taksi korban menjerit kesakitan selama perjalanan
korban semakin pucat, keringat dingin, dan tampak mengantuk.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana penanganan luka?
2. Mengetahui bagaimana penangan perdarahan?
3. Mengetahui bagaimana penanganan fraktur?
4. Mengetahui bagaimana penanganan korban amputasi ?
5. Mengetahui bagaimana penanganan pada korban syok?
6. Mengetahui bagaimana evakuasi yang tepat pada korban kecelakaan?
C. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan mengenai penanganan pada luka
2. Menjelaskan mengenai penanganan pada perdarahan
3. Menjelaskan mengenai penanganan pada fraktur
4. Menjelaskan mengenai penanganan pada korban amputasi
5. Menjelaskan mengenai penanganan pada korban yang syok
1

6. Menjelaskan mengenai cara evakuasi yang tepat pada korban


kecelakaan
D. MANFAAT
Agar kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai penanganan pada luka,
perdarahan, fraktur, amputasi, syok dan evakuasi yang tepat pada korban
kecelakaan.

Bab 11
ISI
A. LUKA
Pengertian Luka

Luka atau cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan

suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Sedangakn

menurut Taylor, luka adalah suatu gangguan dari normal pada kulit. Menururt
Kozier, luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh lain.
Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan cara fisik
dan mekanik. Setiap jenis luka menimbulkan peradangan, yang merupakan reaksi
tubuh terhadap cedera. Ada penyakit yang mengganggu proses penyembuhan atau
menurunkan daya tahan terhadap infeksi. Contohnya alterosklerosis, diabetes
mellitus, gagal ginajl, dan lainnya.
Jenis-Jenis Luka
Mekanik

Insisi: Disebabkan oleh alat pemotong, tepian luka raat dan rapat.
Kontusi : Disebabkan oleh benda tumpul, umumnya merusak permukaan
kulit atau organ, menimbulkan perdarahan atau ekimosis pada jaringan

yang terkena.
Abrasi : Disebabkan oleh gesekan atau kerokan pada lapis-lapis

epidermis kulit atau membran mukosa.


Laserasi : Disebabkan oleh robekan pada jaringan akibat benda tumpul,

robekan jaringan tidak teratur.


Pungsi: Disebabkan oleh tertusuknya jaringan atau organ oleh benda
runcing, seperti paku atau jarum.

Fisik

Agens Mikroba: Organisme hidup dapat memengaruhi kulit, membran


mukosa, organ dan aliran darah, menghasilkan eksotoksin, atau
melepaskan endotoksin, atau memengaruhi sel sel lain.

Aagens Kimia

: Organisme yang toksik untuk sel-sel tertentu,

termasuk agens farmasi, agens yang dibebaskan nekrosis sel, asam ,

alkohol, logam, dan lainnya.


Agens Termal : Suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka, ini pada

gilirannya berakibat nekrosis sel.


Radiasi: Sinar ultraviolet atau sinar-X mempengaruhi epitel dan atau
membran mukosa, dosis yang tinggi dapat menimbulkan perubahan pada
sistem saraf pusat, sistem hemopoietik, dan sistem gastrointestinal.

Kita dapat membagi luka dalam berbagai cara. Dalam hal ini kita dapat melihat
dari berbagai sisi berikut:
1.

Rusak tidaknya jaringan yang ada pada permukaan


Sebab terjadinya luka
Luas permukaan luka
Ada atau tidaknya mikroorganisme
Luka Tertutup
Luka tertutup adalah luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak

rusak, seperti keseleo, terkilir, patah tulang, dan sebagainya.


2. Luka Terbuka
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak.
Kerusakan ini dapat terjadi karena suatu kesengajaan seperti pada tindakan
operasi. Disini orang ingin membuat suatu luka yang sedemikian rupa agar
luka ini dengan secepatnya dapat sembuh. Luka terbuka yang tidak dibuat
dengan sengaja, merupakan sebab dari kecelakaan, kita sebut sebagai
luka traumatis. Bentuk luka yang paling sering muncul adalah luka
laserasi yang terjadi pada permukaan kulit. Suatu luka terpotong adalah
luka yang lebih dalam dari luka laserasi atau lecet dan mempunyai
dinding-dinding luka yang licin, ini mempunyai efek positif terhadap
penyembuhannya.
Luka robek juga dapat dalam akan tetapi mempunyai dinding-dinding
luka

yang

tidak

penyembuhannya.

rata.
Luka

Ini

mempunyai

tusuk

biasanya

efek

negatif

sangat

terhadap

dalam

yang

mengakibatkan banyak jaringan-jaringan yang ada di dalamnya rusak.


Mempunyai sinding luka yang rata (licin). Luka penetrasi terjadi jika
suatu benda (misalnya peluru) yang masuk jauh ke dalam tubuh. Disini

jaringan-jaringan yang ada di dalam rusak, dan dinding luka biasanya


tidak rata.
Pada suatu luka bakar terdapat keadaan yang sama halnya seperti pada
luka amputasi dan dekubitis. Pada suatu amputasi, sering mengenai
bidang luas yang menyebabkan penyembuhannya tidak begitu cepat.
Luka bakar dapat di timbulkan oleh panas (api, air panas, matahari, atau
arus listrik) atau zat kimia. Setiap luka yang luas dapat diikuti oleh syok,
karena cairan tubuh sebagian besar dikirim ke daerah yang terbakar,
sehingga volume darah yang mengalir ke otak dan jantung berkurang.
a. Luka bakar yang kurang dari 20% (tanpa luka terbuka)
Penanganannya : rendamlah bagian yang terbakar ke air dingin
(dikompres dengan handuk) dan dilakukan sampai sakit tidak
terasa (sekitar berlangsung 30 menit 5 jam) dan jangan
mengelupas bagian yang melepuh.
b. Luka bakar yang luas
Penanganannya :tutup bagian yang terbakar dengan softratull atau
kain bersih (agar tidak terkena udara) kemudian baringkan dengan
posisi kepala lebih rendah dan kirim ke rumah sakit, jika sadar
berilah ia minum sebanyak mungkin.
c. Luka bakar akibat bahan kimia
Penanganannya : luka bakar akibat basa keras lebih merusak
daripada akibat asam keras. Luka bakar akibat asam keras di guyur
dengan air mengalir atau dengan larutan soda kue (5%). Luka
bakar akibat basa keras, selain diguyur air diberi larutan cuka
dapur untuk penetralan. Jika akibat fosfor harus direndam dengan
air.
Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka, yakni:
1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Dimulai saat terjadi luka.
Terjadi proes hemostasis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan
mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan
migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
2. Tahap destruktif. Terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.

3. Tahap poliferatif. Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan
menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Terjadi repitelisasi, konstraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat.
B. Perdarahan
Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan, kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
Klasifikasi Perdarahan
Klasifikasi perdarahan berdasarkan letaknya darah yang keluar:
1. Perdarahan luar
Adanya kerusakan dinding pembuluh darah disertai kerusakan
kulit, darah keluar dari tubuh terlihat jelas keluar.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan perdarahan luar
ini dibagi menjadi tiga bagian:
- Perdarahan nadi (arteri): darahnya keluar menyembur sesuai dengan
denyut nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen,
perdarahan ini sulit dihentikan, sehingga harus terus menerus
dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh
-

bantuan medis.
Perdarahan balik (vena): darah yang keluar berwarna merah gelap,
walaupun telihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena
ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya

jika terjadi perdarahan pada vena yang besar.


Perdarahan kapiler: darah yang keluar merembes perlahan, ini karena
pembuluh kapiler adalah pembuluh darah yang terkecil dan hampir
tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan

biasanya berhenti

sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti


darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.
2. Perdarahan dalam
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan
tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakan
kendaraan bermotor, ledakan , dan lain sebagainya. Luka tusuk

juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk


bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat
nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban
karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul
di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan
dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat
menyebabkan kematian adalah karena:
1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang
bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu
singkat.
2. Cedera pada alat gerak contohnya pada tulang paha dapat
merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang
keluar dapat menimbulkan syok.
3. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga
penderita meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengalami perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat
(tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian
dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan
analisa

mekanisme

kejadiannya.

Lebih

baik

kita

menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada


tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan
memperburuk

keadaan

korban

yang

ternyata

tidak

mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
1. Memar disertai nyeri tubuh
2. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
3. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan
petunjuk bagian dalam yang mengalami cedera
4. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding
perut membesar
6. Muntah darah

7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam
seperti kopi
8. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
9. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
10. Batuk darah
11. Buang air kecil bercampur darah
12. Gejala dan tanda syok
Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan
fisik, lakukan teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan segera
pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan
perdarahan dalam.
Fatofisiologi Perdarahan
Patofisiologi ini bergantung pada luas dan kecepatan keluarnya darah. Dan
keadaan fisik pasien menentukan tingkat perdarahan pasien. Bila 10-15% darah
dikeluarkan dengan cepat dalam waktu 30 menit, maka pembuluh darah besar
akan berkontraksi dan gejala ringan, dan jika volume yang dikeuarkan adalah 30%
dari volume darah tubuh, maka akan mengalami tanda dan gejala syok, seperti
gelisah, sesak, hipotensi, kulit dingin dan pengurangan jumlah urin, dan curah
jantung berkurang. Pada saat curah jantung berkurang, tubuh akan mengatur ulang
aliran darah dan akan melakukan vasokontriksi ke jantung dan otak dengan
mengorbankan organ-organ lain.
Ketika aliran oksigen ke perifer terganggu, maka akan terjadi asidosis metabolik.
Dan jika aliran oksigen tak kunjung membaik, maka organ-organ tubuh tidak akan
berfungsi secara menetap jika tekanan darah menurun di bawah titik kritis. Dan
arteri koronaria pun akan kurang diperfusi, sehingga jantung memburuk dan akan
menyebabkan kematian.Pasien penyakit arteri koronaria tidak dapat mentoleransi
hilangnya banyak darah karena tidak cukup bervasodiltasi menaikkan aliran
darah. Faktor-fakor yang mengatur aliran oksigen ke jaringan, yaitu mekanisme
penggantian gas-gas paru, hematokit, curah jantung, dan afinitas oksigen pada
hemoglobin.
C. FRAKTUR

Fraktur adalah tulang yang patah. Fraktur bisa bersifat patahan sebagian atau
patahan utuh pada tulang yang disebabkan oleh pukulan langsung atau pelintiran.
Fraktur bisa mengkhawatirkan jika terjadi kerusakan pada lempeng pertumbuhan,
yaitu area tulang tempat pertumbuhan terjadi karena kerusakan pada area ini bisa
menyebabkan pertumbuhan yang tidak teratur atau pemendekan dari tulang.
Fraktur juga bisa melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah
disekitarnya.
Tanda dan gejala fraktur antara lain :
a. rasa sakit / nyeri pada tempat fraktur
b. bengkak
c. deformitas : pemendekan, angulasi ( membentuk sudut), rotasi
( terpelintir)
d. gangguan fungsi ( gerakan menambah rasa sakit)
e. krepitasi : suara yang timbul akibat gesekan antara kedua ujung tulang
yang patah
Patahan tulang tidak selalu bisa di kenali dari luar. Inilah sebabnya dilakukan
pemotretan dengan sinar X untuk memastikan adanya patah tulang dan pandangan
yang lebih rinci dari tulang. Berikut akan dijelaskan mengenai jenis patah tulang
atau fraktur.

jenis fraktur berdasarkan tempat, yakni :


- fraktur humerus
- fraktur tibia
- fraktur clavicula

jenis fraktur berdasarkan komplit atau tidaknya :


- fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang melalui
-

kedua korteks tulang


fraktur tidak komplit : bila garis patah tidak melalui garis penampang
tulang

jenis fraktur berdasarkan mekanisme terjadinya


- fraktur akibat peristiwa trauma : sebagian besar fraktur disebabkan
oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Bila terkena

kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena,


jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang atau kerusakan pada kulit di
atasnya, penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
-

kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas


fraktur kelelahan atau tekanan : retak dapat terjadi pada tulang, seperti
halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan yang berulangulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula dan
metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan

berbaris dalam jarak jauh.


Fraktur patologik : fraktur dapat terjadi pada tekanan normal apabila
tulang itu lemah atau tulang tersebut sangat rapuh. Misalnya pada
penyakit paget

jenis fraktur berdasarkan sifat


- fraktur terbuka :bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka lebih
serius daripada fraktur tertutup, karena kemungkinan perdarahan dan
infeksinya lebih besar. Klasifikasi fraktur terbuka yakni
a. tipe luka I : luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada
tempat tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada
jaringan lunak
b. tipe luka II : luka lebih dari 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit.
Tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak
c. tipe luka III : terdapat kerusakan luas pada kulit, jaringan lunak dan
struktur neurovaskular disertai banyak komtaminasi luka
Cara penanganan :
1. Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang
tidak perlu.
2. Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan
menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih
3. Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya
tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai,
tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat

10

diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau


-

balutan di bagian yang patah atau terluka.


Fraktur tertutup : bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.

Kemungkinan patah tulang atau fraktur harus selalu dipikirkan setiap


terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan terhadap ada
atau tidaknya fraktur, berikut penanganan pada beberapa fraktur
a. Fraktur pada tengkorak
fraktur tertutup susah dikenali, jika diraba biasanya terasa ada
cekungan ke dalam bagian yang patah. Selain itu dapat juga dijumpai
adanya pendarahan lewat hidung & telinga.
Tindakan pertolongan :
1. bersihkan mulut, hidung dari darah, lendir atau muntahan
2. baringkan dalam posisi miring untuk memudahkan aliran
muntah
3. jika tidak ada tanda patah tulang belakang, baringkan dengan
letak kepala lebih rendah dari tubuhnya
4. untuk fraktur terbuka, jangan sekali kali dibersihkan / dicuci
dengan cairan apapun
5. tutup luka dengan kasa steril dan balut dengan balutan yang
tidak menekan
6. segera bawa ke rumah sakit
b. fraktur rahang
tulang rahang yang patah biasanya mudah di ketahui yaitu
bentuknya tidak lagi lurus dan penderita akan kesakitan kalau
berusaha

menggerakkan.

Selanjutnya

akan

pembengkakan. Tindakan penolongnya yakni :

11

diikuti

dengan

untuk mengurangi rasa sakit dan menghambat pembengkakan,

kompres rahang dengan es


balut rahang dengan pembalut segitiga yang dilipat serta digunting

sudutnya, atau dengan pembalut biasa


untuk mengurangi rasa sakit dapat digunakan obat pelawan rasa sakit

seperti antalgin maupun aspirin


kirimlah penderita ke rumah sakit
sementara itu, ia tidak boleh menggerakkan atau membuka rahangnya
kecuali untuk minum dengan sedotan

c. patah tulang leher


dicurigai adanya fraktur leher bila leher tertengadah secara berlebihan,
tangan & lengan tidak bereaksi bila ditusuk / mati rasa, jika korban
yang sadar tidak sanggup menggerakkan tangannya.
Tindakan pertolongan :
4. hentikan pendarahan dengan menekan pangkal pembuluh nadi
leher
5. jIka ada pendarahan pada tenggorokan segera dibersihkan
6. jika perlu, berikan nafas buatan tanpa mengubah posisi korban
7. leher diberi balutan untuk membatasi gerakannya segera bawa
ke rumah sakit
d. patah tulang lengan bawah
lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi yang
searah dengan ibu jari dan sebatang lainnya disisi yang searah dengan
kelingking. Apabila ada salah satu yang patah yang lain akan
bertindak sebagai bidai sehingga tulang yang patah itu tidak beranjak
dari tempatnya.
Tindakan pertolongan :
1. pasangkan sebagai bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini
dapat dibuat dari kedua bilah papan, atau dapat pula dengan
setumpuk koran. Apabla mempergunakan papan,maka sebilah
pasang di sisi luar , sebilah lagi di sisi dalamnya

12

2. ikat bidai tersebut dengan pembalut, lalu gantungkan lengan yang


patah tersebut ke leher

e. patah tulang tibia


seperti juga lengan bawah, betis memiliki 2 buah tulang.
Yaitu tulang tibia dan tulang fibula. Karena letaknya yang tidak
begitu terlindung, tulang kering lebih mudah patah. Apabila hanya
satu yang patah, yang lain dapat bertindak sebagai bidai sementara.
Oleh karena itu meskipun sepintas tampak utuh, apabila ada
kecelakaan di daerah ini , kemungkinan patah tulang harus
dipikirkan.
Tanda-tandanya, nyeri tekan di tempat yang patah, nyeri sumbu
dan sakit apabila kaki di gerakkan. Nyeri tekan disini dapat pula
diperiksa dengan menekan betis dari arah depan dan belakang
sekaligus
D. Amputasi
Amputasi adalah terlepasnya bagian tubuh karena kekuatan yang cukup besar.
Perawatannya sama seperti luka, dan biasanya menggunakan turniket.
Jenis amputasi berdasarkan pelaksanaannya :

Amputasi selektif/ terencana


dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapatkan penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan

sebagai tindakan alternatif terakhir.


Amputasi akibat trauma
Terjadi akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan

adalah memperbaiki kondisi umum klien.


Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan sangat darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja cepat seperti pada trauma dan
patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

13

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:


Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin di perbaiki
Gangguan vaskuler/ sirkulasi pada ekstremitas atas yang berat
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
Infeksi yang berat/berisiko tinggi menyebabkan kerusakan anggota tubuh
yang lain
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin terapi secara konservatif
Deformitas organ
Re- implantasi jari ( penanaman kembali )
Dengan syarat :
- Jari terpotong
- Level potongan pada pertengahan / pangkal jari
- Potongan jari dirawat dengan prosedur pertolongan pertama yang benar
Tindakan yang harus dilakukan pada trauma amputasi :
1. Atasi perdarahan dengan balut tekan, tidak di hentikan dengan jepitan/ikatan
karena akan merusak pembuluh darah.
2. Potongan yang terputus di cuci dengan air kran (air biasa) dan di masukan ke
dalam kantong plastik dan di ikat, kemudian kantong tersebut di masukan ke
dalam kantong plastik yang berisi es. Bila masih lama sampai di rumah sakit,
bisa dimsukan ke dalam kulkas (bukan freezer).
3. Pasien bersama dengan amputate di rujuk ke RS segera mungkin. Semakin
lama waktu yang di perlukan akan semakin tinggi angka kegagalan.
4. Apabila prosedure diatas di atas di lakukan, maka kegagalan operasi dapat di
tekankan 35%.
E. SYOK
Syok adalah suatu keadaan klinis akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Ada beberapa jenis utama syok yaitu :
1. Syok Hipovolemik
Syok yang disebabkan oleh kehilangan darah, plasma, atau cairan tubuh.
2. Syok Kardiogenik
Syok yang disebabkan oleh gagalnya fungsi jantung sebagai pompa.
3. Syok Septik
Syok yang disebabkan oleh vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas
kapiler, depresi miokardium yang berhubungan dengan infeksi sistemik
atau endotoksomia.

14

4. Syok Anafilatik
Syok yang berhub8ungan dengan vasodilatasi dan kebocoran kapiler yang
disebabkan oleh pelepasan zat-zat vasoaktif akibat reaksi imunologis.
5. Syok Spinal
Syok yang berhubungan dengan vasodilatasi sekunder akibat penghentian
mendadak dari kontrol saraf
6. Syok Obstruktif
Syok akibat mekanis dari aliran balik vena ke jantung seperti pada
tamponade jantung dan tension pneumotoraks. Aliran darah dari jantung
dapat tersumbat akibat dari aneurisma aorta.
Gejala klinis pada syok:
Jenis
Hipovolemik

kardiogenik

Kulit

Dada

Dingin,

Vena- Vena TandaLeher


ada Tidak teraba

Tidak

Septik

Haus

lembab, pucat, kelainan

takipnea,

berbintik-bintik
Dingin,

Tidak

hipotensi
Hipotensi,

Gallop:

lembab,

kelainan

didapatkan

takipnea,

gesekan,

berkeringat

maupun juga bendungan

takikardi,

bising

banyak

ada

atau

dapat didengar

ada Mungkin

tanda

gagal jantung
Anafilatik

Tanda Vital
Takikardi,

Lainnya

kongestif.
Bercak bercak, Didapatkan

atau
jantung

brakikardi
Tidak teraba

Takikardi,

Infeksi

urtikaria,

bising,

takipnea,

konjungtiva,

makulopapular

mengi, batuk,

hipotensi

mual,

atau

sianosis

angioedema
Hangat hangat, Tidak

muntah,

nyeri abdomen,
Takikardi,

diare
Tanda

kemerahan atau kelainan,

takipnea,

fokal

pucat,

hipotensi

koagulasi

ada Tidak teraba

dingin, kecuali

atau sianosis

pneumonia

infeksi

intravascular
diseminata

Spinal

Hangat
kemerahan

dan Tidak
kelainan
15

ada Tidak teraba

atau

Brakikardi,

(DIC)
Deficit

hipotensi

neurologis,

retensio
Obstruksi

urin,

Takikardi,

priapismus
Meningkatnya

lembab, pucat, jantung

takipnea,

pulsus

sianotik

hipotensi

paradoksus

Dingin,

Bunyi

terbendung

terdengar
jauh,
hilangnya
bunyi napas
unilateral dan
pergeseran
trakea

dan

mediastinum
Patofisiologi Syok
Keseimbangan TubuhCO = HR x SV dan BP = CO x SVR
Fungsi sirkulasi yang normal tergantung dari tiga komponen : (1)
fungsi cardio yang adekuat (the pump); denyut vascular yang tepat (the
container); dan (3) volume darah yang adekuat (the fluid). Jika salah
satu komponen tersebut bermasalah, terjadilah syok. Tekanan darah atau
blood pressure (BP) adalah produk dari curah jantung atau cardiac
output (CO) dan resistensi vascular sistemik atau systemic vascular
resisteance (SVR). SVR juga disebut overload. Cardiac output adalah
produk dari kecepatan jantung atau heart rate (HR) dan stroke volume
ventrikel kiri. Sroke volume (SV) atau isi sekuncup adalah banyaknya
darah yang dipompa tiap kontraksi ventrikel kiri. Kuantitas dari stroke
volume adalah fungsi dari volume intravascular (preload), tahanan
vascular sistemik (afterload), dan kontraktilitas miokardium.
Cardiac output dan denyut vascular (dua dari tiga faktor pokok fungsi
sirkulasi dan aliran darah ke jaringan) dipengaruhi terutama oleh gabungan
efek sistem saraf simpatik dan parasimpatik dan sistem endokrin. Denyut
vascular menunjukkan tingkat terkait mana yang ukuran sistem

16

vascularnya tepat untuk mempertahankan tekanan darah sampai ke batas


normal. Jika denyut vascularnya berlebihan, maka sistem vaskular dilatasi
berlebihan dan bisa terjadi hipotensi.
Keseimbangan Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik
Sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu aktif dan saling
menyeimbangi satu sama lain. Pada kasus syok sistem saraf simpatik
membuat kerja kebalikan pada sistem saraf parasimpatik sebagai
kompensasi dari sirkulasi yang terganggu. Pada kasus tersebut, sistem
saraf simpatik meningkatkan kecepatan jantung dan kontraktilitasnya dan
menyebabkan arteri vasokonstriksi sebagai usaha untuk mempertahankan
aliran darah ke organ vital.
Hilangnya Keseimbangan Tubuh
Pada tingkatan tubuh keseluruhan, shok berimbas pada respon fisiologi
untuk mengompensasi aliran darah ke jaringan yang tidak adekuat. Respon
tersebut bertujuan untuk mengarahkan atau menormalkan aliran darah ke
organ penting untuk memaksimalkan penggunakan oksigen dan glukosa.
Respon Awal Sistem Saraf
Complex neural (sistem saraf tengah) dan respon hormonal terhadap
syok disebabkan oleh menurunnya tegangan dinding arteri (karena
menurunnya aliran darah melalui arteri). Akibat stimulasi sensor ini
disebut baroreseptor, yang mengaktifkan sistem saraf simpatik oleh
stimulasi dari hypothalamic-pituitary-adrenomedullary (HPA) axis.
Pengaktifan sistem saraf simpatic berakibat pada meningkatnya kecepatan
jantung, kontraktilitas kardio, dan kontraksi arteriol perifer, dan akibatnya
resistensi vascular sistemik meningkat.
mengakibatkan

pelepasan

katekolamin

Pengaktivan axis HPA


(dopamine,

epineprin,

dan

norepineprin) dari medulla adrenal, pelepasan kortikosteroid (aldosterone


dan kortisol) dari korteks adrenal, pelepasan renin dari ginjal, dan
pelepasan glukagon dari pankreas. Katekolamin mengikat ke reseptor
adregenik dan dan meningkatkan cardiac output dengan meningkatkan
17

kecepatan jantung dan kontraktilitas kardio (efek ) dan tekanan darah


dengan meningkatkan kontraktilitas otot polos vaskular (efek ). Semua
hormone tersebut berusaha untuk mengompensasi terhadap alran darah
tidak adekuat yang meluas dengan meningkatkan cardiac output, resistensi
vaskular, penyimpanan air, dan metabolism glukosa.
Respon Sistem Respirasi
Sistem
pernapasan.

saraf
Pada

simpatik

juga

kebanyakan

memacu
keadaan,

peningkatan
hal

ini

kecepatan

mengakibatkan

menurunnya volume tidal dan meningkatkan ruang rugi dan ventilasi per
menitnya. Tidal volume adalah jumlah udara yang diambil paru-paru tiap
sekali napas. Ruang rugi adalah jumlah udara yang ada di paru-paru
namun belum mencapai alveolus yang merupakan tempat pertukaran gas.
Ventilasi per menitnya didapat dari perkalian tidal volum dengan
kecepatan respirasi. Hubungan hipoksia dan takipnea menghasilkan
alkalosis respiratori.
Respon Sistem Urin
Fungsi utama aldesteron adalah pada level renal tubulus di ginjal dan
meningkatkan absorbsi sodium dan ekskresi potassium. Reabsorbsi ini
memicu absorbsi osmotik air yang setara, yang berakibat pada
meningkatnya volume intravaskular. Kortisol, hormon lain yang juga
dikeluarkan oleh korteks adrenal, dihasilkan terutama oleh hipotalamus
dan kelenjar pituitari. Kortisol mempengaruhi metabolism karbohidrat,
protein, dan lemak dengan tujuan memperbaiki penyimpanan nutrien dan
suplai ke jaringan.
Renin dilepaskan dari ginjal dan berfungsi sebagai enzim yang
merubah angiotensinogen (sirkulasi protein di dalam darah) menjadi
angiotensin I. Kemudian angiotensin I diubah oleh enzim lain, angiotensin
converting enzyme (ACE) yang terletak pada dinding pembuluh darah,
menjadi angiotensin II. Sistem renin-angiotensin-aldosterone ini
berperan penting dalam menjaga volume darah, tekanan darah, fungsi

18

kardio dan vaskular yang adekuat. Angiotensin II mempunyai beberapa


fisiologi penting yaitu: (1) mengatur vaso-konstriksi pembuluh darah; (2)
menghasilkan aldosterone dari korteks adrenal, yang berperan di ginjal
untuk meningkatkan sodium dan daya tampung air; (3) menghasilkan
vasopressin (dikenal juga sebagai antidiuret hormone atau ADH) dari
kelenjar pituitary yang bekerja di dalam ginjal untuk meningkatkan daya
tampung air.
Respon Sistem Endokrin
Glukagon dihasilkan dari pankreas dan berfungsi untuk meningkatkan
konsentrasi gula darah (kebalikan efek dari pada insulin). Persediaan ini
menambang sokongan nutrisi ke jaringan. Hal ini sangat penting untuk
otak dan jantung. Organ-organ tersebut membutuhkan energi yang besar,
sedangkan cadangan energi di organ tersebut sangat rendah. organ-organ
tersebut sangat bergantung oleh kontuinuitas oksigen dan nutrient seperti
glukosa. Tidak ada organ yang dapat mentoleransi ischemia dengan baik.
Saat tekanan darah turun di atas 60 mmHg, aliran darah ke organ-organ
tersebut menurun sehingga fungsinya cepat memburuk.
Resistensi Tiap Organ
- Otak, jantung, dan paru-paru akan bertahan dari kerusakan selama 4
-

sampai 6 menit.
Ginjal dan liver akan bertahan dari kerusakan selama 45 sampai 90

menit.
Kulit dan otot akan bertahan dari kerusakan selama 4 sampai 6 jam.

F. Evakuasi
Syarat korban di evakuasi yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Penilaian awal sudah dilakukan lengkap.


Denyut nadi dan napas korban stabil.
Perdarahan yang ada sudah diatasi.
Patah tulang yang ada sudah diatasi.
Mutlak tidak ada cedera spinal.

19

6. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong


maupun korban.
Cara Mengusung Korban
1. Satu orang pengusung
a. Mengusung untuk jarak dekat
Cara ini hanya dilakukan apabila sudah pasti tidak ada tanda-tanda
patah tulang leher, tulang belakang, tulang tengkorak dan gegar otak.
b. Tongkat manusia
- Penolong berdiri disamping korban pada sisi yang cedera atau
lemah. Lengannya dilingkarkan dibahu penolong dan peganglah
-

tangan atau pergelangan tangannya.


Lengan penolong yang satu lagi melingkar dipinggang korban, dan

pegang baju atau pinggangnya.


Langkahkan kaki yang sebelah dalam dan berjalan disesuaikan
dengan kecepatan korban. Tongkat atau dahan kayu dapat menjadi

penopang tambahan. Korban harus ditenangkan.


c. Mengusung korban yang sadar tetapi tidak dapat berjalan sendiri
- Korban hanya mampu menggantungkan tangannya secara pasif ke
leher penolong.
d. Cara menggendong
- Penolong jongkok disamping korban, selipkan lengan disekitar
-

tubuhnya, diatas pergelangan tangan.


Selipkan lengan yang satunya dibawah paha korban. Badannya

dipeluk ke arah penolong dan angkat.


e. Cara ditarik
- Letakkan tangan korban menyilang pada dadanya. Penolong
-

jongkok dibelakang korban, pegang melalui ketiak dan angkat.


Jika korban bisa duduk, silangkan lengannya pada dada. Pegang

pergelangan tangan melalui ketiak dan angkat.


Jika korban memakai jaket, lepaskan kancingnya dan tarik jaket ke

bawah kepalanya. Pegang jaket melalui bahunya dan angkat.


f. Mengusung melalui lorong sempit
- Tangan korban diikatkan dan digantungkan pada leher penolong.
g. Mengangkat penderita yang tidak sadar dengan cara katak
- Korban ditidurkan di atas punggung penolong, kemudian penolong
berjalan merangkak.
h. Mengusung dengan selimut pada korban pingsan
2. Dua orang penolong
20

a. Mengusung korban dengan menggunakan tangan sebagai tandu,


dikerjakan oleh dua orang.
b. Kursi dua tangan
- Jongkokkan kedua sisi korban, silangkan lengan di punggung
-

korban dan pegang ikat pinggangnya.


Kedua lengan yang lain diselipkan di bawah lutut korban, dan
penolong saling memegang pergelangan tangan. Lengan yang

saling memegang dibawa ke pertengahan paha korban.


Bergeraklah mendekati korban, punggung tetap lurus, bangkit

pelan-pelan dan jalan bersama-sama.


c. Mengangkat depan belakang
- Korban didudukkan dan tangannya disilangkan pada dada.
- Jongkok dibelakang korban, selipkan lengan melalui ketiak korban
-

dan pegang pergelangan tangannya kuat-kuat.


Penolong jongkok di samping korban dan lengannya diselipkan di

bawah paha korban.


Bekerja secara serentak, bangkit pelan-pelan dan berjalan.

Catatan : jangan melakukan cara ini pada cedera lengan atau bahu.
d. Kursi pengangkut
- Mengusung korban dengan menggunakan kursi sebagai tandu.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai manusia yang memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam
kecelakaan, kita hendaknya dibekali dengan ilmu yang sesuai. Penanganan yang
tepat dapat membantu meringankan penderitaan korban.
B. Saran
Dari makalah yang telah disebutkan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa
penanganan awal pada korban gawatdarurat sangatlah penting. Penanganan yang
tepat sangatlah diperlukan. Oleh karena itu kami menyarankan pembelajaran
mengenai penanganan kegawatdaruratan ini dapat diajarkan sejak dini, karena
penanganan kegawatdaruratan ini tidak hanya diaplikasikan pada korban
kecelakaan lalu lintas, namun dapat juga diaplikasikan pada korban kecelakaan
lainnya.

22

DAFTAR PUSTAKA
Aehlert, Barbara. 2009. Emergency Medical Tehnician : EMT in Action. New
York : Mc Graw Hill
Appley & solmon. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Jakarta : Widya Medika
Aziz, A. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan-edisi 2.

Jakarta: Selemba Medika


Baughmen C Diane. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Capleau et al. 2009. The Paramedic. New York : Mc Graw Hill
Eiastman Michael dkk. 1998 . Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta : EGC
Hidayat, A Aziz, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta :

Selemba Medika
Kartono muhammad. 2007. Pertolongan Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Latif SA. 2007. Petunjuk Praktis Anastesiologi. Edisi kedua. Jakarta :
Penerbit FKUI
Stevens, P.J.M.-. Ilmu Keperawatan Jilid 11. Jakarta: EGC
Sudoyo, aru. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.Ed 4. Jakarta :
FKUI
Tambayong, Jan.-. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
www.akademi.edu diakses pada tanggal 13 maret 2015 pada jam 20.34
http://respiratory.usu.ac.id diakses pada tanggal 13 maret 2015 pada jam
21.22

23

24

Anda mungkin juga menyukai