Anda di halaman 1dari 154

Cetakan 1

Cetakan 1
Pemahaman Tentang Peserta Didik dan
Pembelajaran
Mata Kuliah Inti

Pendidikan Profesi Guru


Prajabatan Tahun 2022
Cetakan 1

Kurator/Penulis :
Penny Handayani, M.Psi, Psikolog

Penelaah:
Caesilia Ika W, M.Psi. Psi
Lestia Primayanti, S.Psi.
Maryam Mursadi, S.Sos., M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD). mengamatkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya dalam Pasal 8
UUGD menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Sesuai dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan
persyaratan keahlian khusus.

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan merupakan program pendidikan yang


menyiapkan guru sebagai sumber daya manusia berkualitas untuk memenuhi
kondisi ideal guru di Indonesia yang meliputi aspek kuantitas, distribusi, kualifikasi,
dan kompetensi. PPG Prajabatan bertujuan menghasilkan guru profesional
pemula yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong, dan
mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang inovatif dan
kreatif. Selain itu, PPG Prajabatan menekankan pada konsep Merdeka Belajar,
yang berpusat kepada peserta didik dan pembelajarannya, berkomitmen menjadi
teladan dan pembelajar sepanjang hayat serta memiliki dasar-dasar
kepemimpinan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PPG Prajabatan mengedepankan penguatan


kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional melalui clinical practice atau program praktik lapangan
yang diintegrasikan dalam perkuliahan. Sebagai calon guru pemula, mahasiswa
PPG Prajabatan perlu dibekali pengalaman pembelajaran yang bermakna yang
nantinya akan bermanfaat ketika mereka mengajar di kelas. Hal ini dilaksanakan
dengan perkuliahan berbasis kegiatan dan refleksi yang dikombinasikan dengan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | i


praktik lapangan, termasuk di sekolah tempat guru pemula akan ditugaskan.
Pelaksanaan PPG Prajabatan melibatkan pengajar dari unsur akademisi, praktisi
pendidikan, dan Guru Penggerak. Keterlibatan pengajar dari berbagai unsur ini
bertujuan untuk menjembatani teori dan praktik di lapangan.

Paket-paket modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua


semester melalui tiga kelompok mata kuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah
Pilihan Selektif, dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan
mencakup komponen Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen,
perangkat pembelajaran, dan isi modul. Asesmen ketercapaian CPMK
dilaksanakan di antaranya melalui projek, studi kasus, portofolio, dan tes.
Perangkat pembelajaran meliputi Lembar Kerja (LK), media, dan sumber belajar
yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya sebagai pengayaan.

Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M),
Eksplorasi konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D),
Elaborasi pemahaman (E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul
dengan alur MERDEKA diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan
diri dalam mencapai tuntutan profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mampu mencetak generasi yang membawa perubahan ke hal yang
lebih baik.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG
Prajabatan. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang
kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, September 2022


Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, Ph.D

ii | PPG Pra Jabatan 2022


Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengambil


kebijakan untuk secara bertahap mengganti guru-guru yang memasuki masa
pensiun/purna tugas melalui pengangkatan guru baru yang telah lulus Pendidikan
Profesi Guru Prajabatan (PPG Prajabatan).

Kebijakan tersebut menuntut kesiapan Lembaga Pendidikan Tenaga


Kependidikan (LPTK) menyelenggarakan PPG Prajabatan dengan jumlah peserta
PPG Prajabatan sesuai dengan kebutuhan dan kualitas lulusan untuk menjawab
tantangan kebutuhan pendidikan di sekolah.

Menanggapi tuntutan tersebut, Direktorat Pendidikan Profesi Guru (Direktorat


PPG) mengkoordinasikan proses peningkatan kapasitas LPTK dalam
menyelenggarakan PPG Prajabatan dalam hal jumlah dan mutu pendidikan. Untuk
menanggapi tuntutan kualitas penyelenggaraan PPG Prajabatan, salah satu
aktivitas yang telah dilakukan oleh Direktorat PPG, di bawah arahan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, telah mengembangkan Modul PPG
Prajabatan. Hasil pengembangan tersebut dimuat di dalam dokumen ini.

Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa
PPG Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini
penyelenggaraan PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara
terstandar agar dihasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai
kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.

Kami berterimakasih kepada LPTK penyelenggara PPG Prajabatan atas


dukungan dan kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta, September 2022


Plt. Direktur Pendidikan
Profesi Guru,

Temu Ismail, S.Pd., M.Si.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | iii


Kata Pengantar Penyusun Modul

Salam iman, imun dan aman…

Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru


adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Mengingat pentingnya seorang guru dapat memahami
muridnya, maka mata kuliah ini akan membahas lebih lanjut dinamika peserta didik
dan pembelajarannya.

Mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya ini memiliki bobot 3
SKS, dengan 6 topik utama pada kegiatan perkuliahannya. Mata kuliah
Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya juga akan terhubung dengan
mata Kuliah Praktek Pengalaman Lapangan (atau yang lebih dikenal sebagai
PPL), khususnya PPL I.

Pada mata kuliah ini mahasiswa akan memperdalam penguasaan kerangka


berpikir dalam pemahaman cara peserta didik belajar dengan pengintegrasian
teori perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional dan latar belakang
budaya. Keterhubungan dengan mata kuliah PPL di sekolah membuat mahasiswa
dapat belajar lebih dalam dari sekedar konsep teoritis.

Mahasiswa dapat memperkuat keterampilan penggunaan strategi pembelajaran,


seperti pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran yang responsif
kultur, dan pengajaran sesuai level untuk membedah profil dan cara belajar
peserta didik. Dengan demikian mahasiswa dapat membuat keputusan terkait
pengajaran yang inklusif serta menciptakan lingkungan belajar yang aman,
nyaman dan berpihak pada anak.

Paska mengambil mata kuliah MK. Pemahaman Peserta Didik dan


Pembelajarannya, maka diharapkan mahasiswa dapat :

iv | PPG Pra Jabatan 2022


1. Menguasai pemahaman konseptual tentang cara belajar peserta didik.
2. Mampu mengintegrasikan teori-teori perkembangan kognitif, sosial emosional,
dan konteks budaya dalam pembelajaran
3. Memahami prinsip dan melakukan pengukuran (assessment) dalam
pembelajaran
4. Memiliki dasar keterampilan penggunaan strategi-strategi pendekatan
pembelajaran (sesuai tahap perkembangan, pembelajaran yang responsif
terhadap kultur dan pengajaran sesuai level kemampuan peserta didik)
5. Mampu membuat profil tingkat penguasaan dan cara belajar peserta didik
6. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam pembelajaran, merencanakan,
mengimplementasi dan merefleksikan (didasarkan pada hasil pengalaman)
7. Menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan lingkungan
belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan
strategi pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa

Guna mencapai tujuan di atas, maka modul mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya ini akan menggunakan pendekatan alur MERDEKA
yang didasarkan dari teori pembelajaran orang dewasa oleh Bransford dan rekan
(2000). Alur MERDEKA yang digunakan akan dilakukan pada seluruh rangkaian
perkuliahan dengan :

1. Mulai dari Diri Sendiri


2. Eksplorasi Konsep
3. Ruang Kolaborasi
4. Demonstrasi Pemahaman
5. Elaborasi Pemahaman
6. Koneksi Antar Materi
7. Aksi Nyata

Materi kuliah yang akan dibahas adalah :

1. Materi-materi Teori Belajar dan Motivasi Belajar Anak


2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial, Emosional, Sosial-Konteks)
3. Profiling Siswa Didik

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | v


4. Kerangka Strategi:
a. Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice)
b. Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy)
c. Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)

5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta Didik (Assessment)


6. Lesson Planning (RPP) - Penyusunan, Evaluasi, Refleksi

Kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah ini terdiri dari : tatap muka, tugas
terstruktur dan tugas mandiri. Mahasiswa dapat menggunakan beragam metode
seperti: observasi di sekolah, analisis kasus, baik dilakukan secara individual
maupun kelompok, serta praktik pembelajaran dan asesmen yang efektif.
Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan dengan presentasi kasus, partisipasi dan
keterlibatan, jurnal refleksi dan project pameran perayaan akhir perkuliahan.

Semoga dengan materi yang diberikan pada mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya ini, akan semakin membuat mahasiswa kita menjadi
guru yang dapat lebih memahami siswa didik, sehingga dapat lebih memfasilitasi
kebutuhannya guna KBM yang lebih optimal dan efektif.

Salam iman, imun dan aman.

vi | PPG Pra Jabatan 2022


Daftar Isi

Hlm.

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan ....... Error!
Bookmark not defined.

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru ............ Error! Bookmark not
defined.

Kata Pengantar Penyusun Modul .................................................................... iv

Daftar Isi ........................................................................................................... vii

Daftar Gambar ................................................................................................... xi

CPMK dan Assessment ................................................................................... xii

Assessment .................................................................................................... xiii

Ringkasan Alur MERDEKA ............................................................................ xiv

Topik 1. Materi Teori Belajar ............................................................................. 1

A. Mulai dari Diri ......................................................................................... 1

B. Eksplorasi Konsep ................................................................................. 4

1. Belajar ................................................................................................ 4

2. Teori-teori belajar ............................................................................... 5

3. Motivasi belajar................................................................................. 25

4. Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth


mindset) ........................................................................................... 26

C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 28

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 28

E. Elaborasi Pemahaman ......................................................................... 29

F. Koneksi Antar Materi ........................................................................... 30

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 30

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | vii


Topik 2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial, Emosional, Sosial-
Konteks) ........................................................................................................... 31

A. Mulai dari Diri........................................................................................ 31

B. Eksplorasi Konsep ............................................................................... 32

1. Perkembangan Fisik ......................................................................... 34

2. Perkembangan Kognitif .................................................................... 35

3. Perkembangan Sosio-emosional ...................................................... 38

4. Sosial-Konteks Perkembangan ......................................................... 42

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................. 47

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 47

E. Elaborasi Pemahaman ......................................................................... 48

F. Koneksi Antar Materi............................................................................ 48

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 48

Topik 3. Profiling Siswa Didik ......................................................................... 49

A. Mulai dari Diri........................................................................................ 49

B. Eksplorasi Konsep ............................................................................... 49

1. Etnik ................................................................................................. 50

2. Kultural ............................................................................................. 51

3. Status sosial ..................................................................................... 51

4. Minat ................................................................................................ 51

5. Perkembangan kognitif ..................................................................... 52

6. Kemampuan awal ............................................................................. 52

7. Gaya belajar ..................................................................................... 53

8. Motivasi ............................................................................................ 53

9. Perkembangan emosi ....................................................................... 53

10. Perkembangan sosial ....................................................................... 54

11. Perkembangan moral ....................................................................... 54

viii | PPG Pra Jabatan 2022


12. Perkembangan motorik..................................................................... 54

C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 55

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 55

E. Elaborasi Pemahaman ......................................................................... 56

F. Koneksi Antar Materi ........................................................................... 56

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 56

Topik 4. Kerangka Strategi .............................................................................. 57

A. Mulai dari diri ........................................................................................ 57

B. Eksplorasi Konsep ............................................................................... 59

1. Developmentally Appropriate Practice (DAP) ................................... 59

2. Pengajaran dan Pembelajaran Secara Kebudayaan-Responsif


(Culturally Responsive Pedagogy) .................................................... 70

3. Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL)) ........ 76

C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 80

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 81

E. Elaborasi Pemahaman ......................................................................... 81

F. Koneksi Antar Materi ........................................................................... 81

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 81

Topik 5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta Didik (Assesment)........ 83

A. Mulai dari Diri ....................................................................................... 83

B. Eksplorasi Konsep ............................................................................... 85

1. Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh ................. 85

C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 90

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 91

E. Elaborasi Pemahaman ......................................................................... 91

F. Koneksi Antar Materi ........................................................................... 91

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 92

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | ix


Topik 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Penyusunan, Evaluasi
Dan Refleksi ..................................................................................................... 93

A. Mulai dari Diri........................................................................................ 93

B. Eksplorasi Konsep ............................................................................... 94

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Lesson Plan ( RPP ) .............. 94

2. Mengapa Perlu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)?


96

3. Unsur-unsur Utama dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /


Lesson Plan ...................................................................................... 97

C. Ruang Kolaborasi ............................................................................... 101

D. Demonstrasi Kontekstual .................................................................. 101

E. Elaborasi Pemahaman ....................................................................... 101

F. Koneksi Antar Materi.......................................................................... 102

G. Aksi Nyata ........................................................................................... 102

H. DAFTAR BACAAN ATAU SUMBER BELAJAR LAIN ........................ 103

LAMPIRAN ...................................................................................................... 105

A. Lampiran 1 .......................................................................................... 105

B. Lampiran 2 .......................................................................................... 110

C. Lampiran 3 .......................................................................................... 114

D. Lampiran 4 .......................................................................................... 116

Penutup .......................................................................................................... 125

Profil Pengembang Modul ............................................................................. 126

x | PPG Pra Jabatan 2022


Daftar Gambar

Hlm.

Gambar 1. 1 Eksperimen Pavlov ......................................................................... 6

Gambar 1. 2 Eksperimen Thorndike .................................................................... 9

Gambar 1. 3 Eksperimen Skinner ...................................................................... 12

Gambar 1. 4 Teori Kognitif Sosial Bandura (Reciprocal Determination Model) .. 16

Gambar 1. 5 Hierarki Kebutuhan Maslow .......................................................... 25

Gambar 1. 6 Growth vs Fixed Mindset ............................................................... 27

Gambar 2. 1 teori ekologi Bronfenbrenner ......................................................... 39

Gambar 4. 1 Culturally Responsive Pedagogy ................................................... 70

Gambar 6. 1 Alur RPP ...................................................................................... 95

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xi


CPMK dan Assessment

1. Menguasai pemahaman konseptual tentang cara belajar peserta didik.


(P1, P2)

2. Mampu mengintegrasikan teori-teori perkembangan kognitif, sosial


emosional, dan konteks budaya dalam pembelajaran (P2, P3)

3. Memahami prinsip dan melakukan pengukuran (assessment) dalam


pembelajaran (P1, P4)

4. Memiliki dasar keterampilan penggunaan strategi-strategi pendekatan


pembelajaran (sesuai tahap perkembangan, pembelajaran yang
responsif terhadap kultur dan pengajaran sesuai level kemampuan
peserta didik) (P3)

5. Mampu membuat profil tingkat penguasaan dan cara belajar peserta


didik (P2)

6. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam pembelajaran,


merencanakan, mengimplementasi dan merefleksikan (didasarkan pada
hasil pengalaman) (KU1)

Menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan lingkungan


belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan
strategi pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa (P1, P2, P3, P4)

xii | PPG Pra Jabatan 2022


Assessment

No Jenis Tugas Bobot (%) CPMK Catatan*

Daily
1 Jurnal Refleksi 10 % 1,2,3,4
individual

UTS :
Panduan Observasi dan Daily
2 30 % 1,2,3, 5
Pengambilan Data individual
Observasi

UAS :
Pameran Perayaan Akhir
Perkuliahan (Hasil PPL 1)
a. 30 % : Presentasi Final
3 50 % 1,2,3,4,5,6,7
program pembelajaran assessment
b. 10 % : Desain pameran
c. 10 % : Pelaksanaan
pameran

Individual
Partisipasi dan Assessed
4 10 % 1,2,3,4,5,6,7
Keterlibatan throughout
the semester

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xiii


Ringkasan Alur MERDEKA

Nama MK : Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya


Jumlah Topik : 6

Jumlah Pertemuan Alur


Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk mengungkapkan pengalaman / apa yang


ia ketahui tentang belajar dan teori-teori belajar (behaviorism,
social-cognitivism, constructivism), motivasi belajar (berdasarkan Pengalaman
M
kebutuhan, tujuan, emotional-interest, keterampilan regulasi diri), pribadi mahasiswa
Materi-materi serta paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed
Teori Belajar & mindset)
Motivasi Belajar 2 1&2
Siswa Mahasiswa diminta untuk menjelaskan kembali tentang konsep
belajar dan teori belajar
Mahasiswa diberikan kasus yang berkaitan dengan motivasi belajar Modul dan ppt
E
kemudian mengaitkannya kepada pengalaman sehari-hari pembelajaran
Mahasiswa diminta untuk bisa menunjukkan kesiapan belajar
dengan pola pikir yang bertumbuh (growth-mindset)

xiv | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan


dan membuat makalah mengenai teori belajar RTM, soal studi
R
Mahasiswa diminta untuk menyelesaikan kasus yang berkaitan kasus
dengan teori belajar.

Mahasiswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok


D Rubrik penilaian
Materi-materi di dalam kelas

Teori Belajar &


Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai Modul
Motivasi Belajar 2 1&2 E
materi teori belajar pembelajaran
Siswa

Mahasiswa diminta untuk membuat infografis/peta konsep/video Modul


K
pembelajaran yang mencakup teori belajar pembelajaran

Mahasiswa diminta untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari di


pertemuan ke 1 & 2
A Lembar tugas
Mahasiswa membuat panduan observasi perkembangan peserta
didik

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xv


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk mengungkapkan pengalaman / apa yang


ia ketahui tentang konsep perkembangan (tahap perkembangan Pengalaman
M
dan indikator di setiap tahap perkembangan dan kaitannya dengan pribadi mahasiswa
konteks sosial budaya peserta didik)

Mahasiswa diminta untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan


Modul dan ppt
E dan indikator di setiap tahap perkembangan berkaitan dengan
Teori pembelajaran
belajar dan kaitannya dengan konteks sosial budaya peserta didik.
Perkembangan
(Kognitif,
1 3 Mahasiswa mampu menunjukkan partisipasi aktif dalam
Psikososial,
mendiskusikan teori-teori perkembangan peserta didik.
Emosional, RTM, soal studi
R Mahasiswa diminta untuk membuat panduan observasi mengenai
Sosial-Konteks) kasus
tahapan perkembangan peserta didik dan motivasi belajar peserta
didik di kelas. .

Mahasiswa melakukan observasi perkembangan peserta didik di


sekolah
D Rubrik penilaian
Mahasiswa mempresentasikan hasil observasi perkembangan
peserta didik di depan kelas

xvi | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai


Teori E Modul pembelajaran
materi teori perkembangan kognitif
Perkembangan
(Kognitif, Mahasiswa diminta untuk membuat laporan mengenai gambaran
1 3 K Modul pembelajaran
Psikososial, peserta didik di dalam kelas
Emosional, Sosial-
Mahasiswa diminta untuk membuat rancangan rencana tindak lanjut
Konteks A Lembar tugas
untuk melengkapi kekurangan data yang diperoleh di pertemuan 3

Mahasiswa bercerita tentang gambaran umum kondisi peserta didik di Catatan hasil observasi di
M
sekolah / yang diajar.. lapangan

Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi data-data yang perlu Modul dan ppt
E
dilengkapi dari kegiatan observasi di pekan sebelumnya. pembelajaran
Profiling Siswa
2 4&5
Didik Mahasiswa diminta untuk melakukan observasi lanjutan untuk
R RTM, soal studi kasus
melengkapi kebutuhan data yang masih belum lengkap

Mahasiswa membuat profiling demografi dan tingkat penguasaan


D peserta didik berdasarkan hasil observasi secara ringkas dan Rubrik penilaian
informatif.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xvii


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa


E Laporan hasil observasi
mengenai hasil observasi mahasiswa

Profiling Siswa Mahasiswa diminta untuk membuat laporan hasil profiling


2 4&5 K Lembar Tugas
Didik demografi dan tingkat penguasaan peserta didik

Mahasiswa membuat rencana aksi nyata mengenai strategi


A Lembar Tugas
pembelajaran berdasarkan profiling peserta didik yang dimiliki.

Mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman dalam


Kerangka
menyusun strategi pembelajaran saat mengajar di sekolah.
Strategi: (1) M
Mahasiswa merefleksi diri terkait pengalaman menyusun
Pembelajaran
strategi pembelajaran sebagai pembelajaran diri.
Berdiferensiasi
5 6 - 10
(developmentally
Mahasiswa mampu mengaitkan proses belajar peserta didik
appropriate
dengan konteks sosial budaya peserta didik. Modul dan ppt
practice), (2) E
Mahasiswa diminta untuk menjelaskan kerangka strategi pembelajaran
Pengajaran yang
pembelajaran pada peserta didik.

xviii | PPG Pra Jabatan 2022


Responsif Kultur RTM, daftar nama
(culturally R Menunjukkan sikap terbuka untuk mau belajar hal yang baru kelompok, soal studi
responsive kasus
pedagogy), dan
Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk dapat
(3) Pengajaran
menentukan strategi pembelajarans sesuai dengan hasil
Sesuai Level
D profiling demografi dan tingkat penguasaan peserta didik. Rubrik penilaian
(teaching at the
Menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan dan kondisi
right level)
peserta didik berdasarkan hasil observasi

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa


E
mengenai strategi pembelajaran yang dibuat mahasiswa

Mahasiswa diminta untuk menyusun strategi pembelajaran


K berdasarkan hasil profiling demografi dan tingkat penguasaan
peserta didik.

Mahasiswa membuat rencana aksi nyata berupa rencana


A
asesmen hasil belajar peserta didik yang dimiliki

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xix


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman dalam proses


pengukuran pemahaman belajar peserta didik.
M
Mahasiswa merefleksi diri terkait pengalaman menyusun instrumen
pengukuran pemahaman belajar peserta didik

Mahasiswa mampu memahami asesmen sebagai pengukuran


bukan penilaian Modul dan ppt
E
Pengukuran Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam asesmen yang pembelajaran
Pemahaman dapat dilakukan dan tujuannya.
Belajar Peserta 1 11
RTM, daftar nama
Didik Mahasiswa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi proses asesmen
R kelompok, soal
(Assessment) pada peserta didik di sekolah.
studi kasus

Mahasiswa melakukan proses evaluasi diri, dan refleksi sebagai


D salah satu alat pengukuran. Rubrik penilaian
Mahasiswa menunjukkan keterampilan observasi dan pedagogik.

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai


E
proses pengukuran yang dilakukan mahasiswa

xx | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Pengukuran Mahasiswa mampu membuat rencana pengukuran yang dilakukan selama


K
Pemahaman pembelajaran di sekolah.
Belajar Peserta 1 11
Didik (Assess- Mahasiswa membuat rencana aksi nyata berupa RPP yang akan diberikan
A
ment) kepada peserta didik.

Mahasiswa diminta untuk merefleksikan diri (mengenal kelebihan dan


M kekurangan diri) dalam rangka mempersiapkan diri sebelum turun ke
lapangan.

Mahasiswa mereview kembali materi-materi sebelumnya untuk dapat Modul dan ppt
E
dimasukkan ke dalam RPP, evaluasi dan refleksi. pembelajaran
Lesson Planning
(RPP) - Mahasiswa mempraktekkan kemampuan pedagogik dalam proses
4 12 - 15
Penyusunan, pembelajaran
Evaluasi, Refleksi Mahasiswa diminta untuk menerapkan kemampuan dalam penggunaan
RTM, daftar nama
strategi pendekatan pembelajaran yang sesuai
R kelompok, soal studi
Mahasiswa diminta untuk menerapkan strategi pendekatan pembelajaran
kasus
yang kontekstual (sesuai kebutuhan peserta didik, sesuai tahap
perkembangan, sesuai kultur budaya, dan kemampuan belajar peserta
didik)

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | xxi


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa mampu menyajikan program pembelajaran yang telah


D Rubrik penilaian
dilakukan, dievaluasi dan direfleksikan

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai


E
proses pengajaran yang dilakukan mahasiswa
Lesson Planning
(RPP) -
Mahasiswa melakukan evaluasi proses pembelajaran dan
Penyusunan, 4 12 - 15
merefleksikannya untuk mengoptimalkan proses belajar di pekan
Evaluasi,
K berikutnya.
Refleksi
Mahasiswa membuat laporan mengenai pelaksanaan praktik
pembelajaran di sekolah

Mahasiswa membuat rencana tindak lanjut untuk mahasiswa


A
berikutnya.

xxii | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 1. Materi Teori Belajar

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu menunjukkan pemahaman tentang belajar dan teori-teori belajar


2. Mampu menjelaskan dengan bahasa sendiri dan pemahaman mengenai motivasi
belajar
3. Menunjukkan kesiapan belajar dengan pola pikir yang bertumbuh (growth-mindset)

A. Mulai dari Diri

Belajar mengajar merupakan proses yang penting dalam pendidikan. Bahkan,


tidak jarang hasil dari pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses belajar
mengajar ini. Memastikan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya
menjadi tanggung jawab utama seorang guru saat pembelajaran di kelas. Untuk
mendukung proses tersebut, pendidik harus mempelajari teori-teori tentang
belajar. Dengan mempelajari teori belajar, pendidik akan dapat lebih mudah dalam
memahami hakikat belajar dan membuat kerangka dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Sebelum masuk ke materi yang lebih mendalam, jawablah
pertanyaan di bawah ini:

1. Mengapa proses belajar menjadi penting dalam kegiatan pendidikan?

2. Setiap individu tentu saja pernah mengenyam pendidikan formal. Ceritakan


pengalaman menarik Anda, ketika Anda menjadi seorang peserta didik yang
berusaha memahami penjelasan dari guru Anda. (Cerita diharapkan memuat
gambaran kondisi pada saat itu, upaya apa yang Anda lakukan untuk dapat

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


memahami penjelasan guru, dan apa saja yang dilakukan oleh guru Anda pada
saat itu untuk membantu Anda memahami pelajaran tersebut).

3. Saat pembelajaran berlangsung, seorang guru menyadari bahwa siswa di


dalam kelas terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Saat itu,
guru berinisiatif untuk memberikan hadiah kepada siswa yang bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Setelah satu bulan, guru itu tidak
lagi memberikan hadiah kepada siswa ketika berhasil menjawab pertanyaan
guru. Akan tetapi, siswa tetap bersemangat menjawab setiap pertanyaan,
karena berharap akan mendapatkan hadiah dari guru ketika berhasil
menjawab dengan benar. Setelah menyadari tidak ada hadiah lagi yang
diberikan guru, para siswa kembali lagi kurang bersemangat saat belajar.

Menurut Anda, apa yang menyebabkan para siswa tersebut menampilkan


perilaku seperti di awal pembelajaran (kurang bersemangat saat belajar)? Jika
Anda menjadi guru, apa yang akan Anda lakukan agar semangat belajar siswa
dapat bertahan walaupun tidak mendapatkan hadiah?

4. Dalam kegiatan pertemuan tatap muka terbatas, pihak sekolah menempelkan


poster perilaku hidup bersih dan sehat di setiap sudut sekolah, untuk membuat
siswa menyadari pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat ketika berada
di sekolah. Selain itu, guru juga secara berkala mengingatkan dan memberikan
contoh bagaimana menerapkan perilaku hidup bersih kepada muridnya.
Karena terbiasa melihat poster dan perilaku guru di sekolah, para siswa selalu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat saat berada di sekolah.

2 | PPG Pra Jabatan 2022


Menurut Anda, apa yang menyebabkan para siswa tersebut mampu
menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat tanpa perlu diingatkan?

5. Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini,
anda hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni
mencari nilai rata-rata (mean). Untuk memudahkan siswa dalam memahami
pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah
yang perlu diikuti oleh siswa agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah
soal. Anda meminta kepada siswa untuk mengerjakan soal yang Anda berikan.
Hasilnya, siswa mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada
siswa untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal,
dan siswa mampu mengerjakannya dengan benar.

Menurut Anda, apa yang membuat siswa mampu mengerjakan soal dengan
baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode
di atas dapat diterapkan?

6. Coba ingat-ingat pengalaman Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), guru apa


saja yang dapat membuat Anda tertarik mengikuti pembelajaran dan
sebaliknya? Ceritakan sebuah pengalaman menarik Anda berkaitan dengan
cara Anda membangkitkan motivasi pada diri Anda ketika menjadi seorang
pelajar!

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


7. Pernahkah anda mendengar istilah mindset atau pola pikir? Menurut Anda,
apakah mindset itu? Apakah peran mindset dalam proses pembelajaran para
peserta didik? Bagaimana cara Anda mengembangkan mindset yang Anda
miliki saat ini?

B. Eksplorasi Konsep

1. Belajar

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya
memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar
adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.

Pritchard (2008) belajar (to learn) memiliki arti “to gain knowledge of, or skill in,
something through study, teaching, instruction or experience”. Menurut definisi
tersebut, belajar dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan,
melalui studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman.

Sedangkan menurut Schunk (2012) belajar memiliki arti “learning is an enduring


change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results

4 | PPG Pra Jabatan 2022


from practice or other forms from experience”. Menurut definisi tersebut, belajar
memiliki pengertian perubahan perilaku yang bertahan lama, atau dalam kapasitas
untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari latihan atau bentuk
lain dari pengalaman.

Berdasarkan definisi di atas, belajar merupakan upaya manusia untuk


mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, sehingga mencapai kapasitas
untuk berperilaku dengan cara tertentu, melalui studi, pengajaran, instruksi, latihan
atau bentuk pengalaman lainnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ciri


dalam belajar, yakni:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).


Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku,
yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau dari
tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil
belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.
b. Perubahan tingkah laku tidak harus segera diamati pada proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
c. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
d. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.

2. Teori-teori belajar

Agar dapat lebih memahami konsep belajar lebih dalam lagi, kita perlu memahami
konsep belajar dari beberapa sudut pandang teori. Dalam proses pembelajaran,
belajar dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);
2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme).
Mari kita pahami satu persatu ketiga sudut pandang tersebut.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


a. Behaviorism (Behaviorisme)

1) Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang behavioristik yang terkenal dengan


teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Classical conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dengan melibatkan
perangsang asli dan netral yang dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ivan Pavlov melakukan eksperimen yang disebut classical conditioning
seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. 1 Eksperimen Pavlov

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

a) Gambar pertama. Bila Anjing diberikan sebuah makanan (UCS) maka


secara otomatis anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

b) Gambar kedua. Jika anjing hanya dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


c) Gambar ketiga. Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu,
sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian
makanan.

d) Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-


ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan
makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa
keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Pada eksperimen ini menjelaskan bagaimana cara untuk membentuk


perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan
mengeluarkan air liur walaupun tanpa diberikan makanan. Karena pada
awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi
bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menampilkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.

Apabila dikaitkan dalam proses pembelajaran, penerapan teori Pavlov


dapat diilustrasikan sebagai berikut: Saat pembelajaran matematika
berlangsung, ketika guru memberikan hadiah kepada siswa
(unconditioning stimulus), siswa secara otomatis akan
senang/bersemangat (unconditioning response). Ketika guru memberikan
tugas matematika kepada siswa, sebagian besar siswa kurang
bersemangat. Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan memberi hadiah
(Unconditioning Stimulus) kepada siswa yang berhasil mengerjakan
matematika dengan baik (Conditioning Stimulus), sehingga siswa
bersemangat mengerjakan tugas tersebut (Unconditioning Response).
Setelah lama mengajar, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada
siswa yang berhasil mengerjakan matematika dengan baik, akan tetapi,
siswa tetap bersemangat (Conditioning response) mengerjakan dengan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


harapan akan mendapat hadiah. Jika guru tidak lagi memberi hadiah, lama-
kelamaan siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan matematika.

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing


menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

a) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang


dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.

b) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang


dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun

Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar
haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam
belajar menurut teori classical conditioning adalah adanya latihan-latihan
yang terus-menerus, agar menghasilkan perilaku yang terjadi secara
otomatis.

2) Teori belajar Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (S)


dan respon (R). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan oleh individu ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dalam teori S-R dikatakan bahwa proses
belajar, kali pertama organisme (hewan, orang) belajar melalui proses trial
and error. Apabila suatu organisme berada dalam suatu situasi yang
mengandung masalah, organisme itu akan mengeluarkan tingkah laku
yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk

8 | PPG Pra Jabatan 2022


memecahkan masalah itu. Untuk menjelaskan teori belajar trial and error,
Thorndike melakukan eksperimen dengan seekor kucing seperti gambar
berikut ini:

Gambar 1. 2 Eksperimen Thorndike

Pada gambar di atas, diperlihatkan bahwa kucing yang lapar dimasukkan


ke dalam kotak kerangkeng (puzzle box) yang dilengkapi alat pembuka bila
disentuh. Sementara, di luar kotak ditaruh ikan, kucing dalam kotak
kerangkeng bergerak kesana kemari untuk mencari jalan untuk keluar,
tetapi gagal. Kucing terus melakukan usaha dan gagal, keadaan ini
berlangsung terus. Pada suatu ketika, kucing tanpa sengaja berhasil
menarik seutas tali untuk pembuka pintu sehingga tanpa disengaja pintu
kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat memakan ikan di depannya.

Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang, dan pola gerakan kucing


sama saja namun semakin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan
usahanya semakin sedikit dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada
kemajuan-kemajuan tingkah lakunya. Sehingga pada akhirnya kucing

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


dimasukkan dalam box terus dapat menarik seutas tali (sekali usaha sekali
terbuka) hingga pintu terbuka.

Berdasarkan eksperimen Thorndike terhadap seekor kucing menghasilkan


hukum-hukum pokok belajar, diantaranya:

a) Law of Readiness yakni hukum yang menyatakan bahwa dalam belajar


organisme atau individu harus dalam keadaan siap, baik secara fisik
maupun mental untuk menerima atau mempelajari pengetahuan dan
perilaku baru agar mencapai keberhasilan. Thorndike menjelaskan bahwa
terdapat tiga keadaan berkaitan dengan kesiapan belajar individu, antara
lain:

 Kesiapan untuk belajar atau merespons stimulus dapat


menimbulkan kecenderungan untuk bertindak

 Organisme atau individu yang sudah siap untuk bertindak, apabila


tidak bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan, dan akan
menimbulkan respon-respon yang lain untuk mengurangi atau
meniadakan ketidakpuasan itu.

 Apabila organisme atau individu yang tidak siap untuk bertindak


dipaksa akan menimbulkan ketidakpuasan dan berakibat
dilakukannya tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau
meniadakan ketidakpuasan itu.

b) Law of Exercise yakni hukum yang menyatakan bahwa untuk


menghasilkan tindakan yang sesuai dan memuaskan untuk merespons
suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan
latihan yang berulang-ulang. Thorndike membagi hukum ini menjadi
dua hukum, yakni law of use dan law of disuse.

c) Law of Effect, yakni hukum yang menyatakan bahwa setiap organisme


memiliki respon sendiri-sendiri dalam menghadapi stimulus dan situasi
yang baru, jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang
memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu akan diulang
kembali akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.

10 | PPG Pra Jabatan 2022


Selain ketiga hukum di atas, masih ada beberapa hukum lainnya dari hasil
eksperimen Thorndike. Hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut:

a) Law of Multiple Response menyatakan bahwa ketika suatu respon


tidak menghasilkan kepuasan, maka individu akan cenderung
berinisiatif untuk melakukan respons baru yang lain.

b) Law of Attitude (Law of Set, Law of Disposition) menyatakan bahwa


respon yang dilakukan oleh individu itu ditentukan oleh cara
penyelesaian individu yang khas dalam menghadapi lingkungan
kebudayaan tertentu. Sikap tidak hanya menentukan yang dikerjakan
oleh seseorang, tetapi juga apakah respon-respon tersebut
memuaskan atau tidak memuaskan baginya.

c) Law of Partial Activity (Law of Prepotency Element) menyatakan


bahwa individu atau organisme dapat bereaksi secara selektif terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

d) Law of Response by Analogy (Law of Assimilation) menyatakan


bahwa setiap individu bereaksi terhadap situasi baru yang
sebagaimana dia bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan itu
sebelumnya, atau ia akan bereaksi terhadap hal atau unsur tertentu
dalam situasi yang telah berulang kali dihadapinya.

e) Law of Associative Shifting menyatakan bila suatu respon dapat


dipertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan-perubahan pada
situasi yang merangsang, maka respon itu akhirnya dapat diberikan
kepada situasi yang baru.

3) Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner

Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa


prinsip-prinsip classical conditioning hanya sebagian kecil dari perilaku
yang bisa dipelajari. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan belajar
sebagai proses perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar
melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, proses ini biasa
disebut dengan operant conditioning.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 11


Pada operant conditioning, Skinner menjelaskan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh dua hal, yakni anteseden (peristiwa yang mendahului
perilaku) dan konsekuen (peristiwa yang mengikuti perilaku). Hubungan ini
dapat ditunjukkan secara sederhana sebagai rangkaian antecedents-
behavior-consequences atau A-B-C.

Tidak seperti dalam teori belajar sebelumnya, respon dalam operant


conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer sendiri pada dasarnya adalah
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti
dalam classical conditioning. Untuk menjelaskan teori belajar operant
conditioning, Skinner melakukan eksperimen dengan seekor tikus seperti
gambar berikut ini:

Gambar 1. 3 Eksperimen Skinner

Pada eksperimen skinner, mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar


dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di
sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus ini
disebut dengan emitted behavior (tingkah laku yang terpancar dari
organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Kemudian salah satu
tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki atau sentuhan moncong) dapat
menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya
butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul
merupakan reinforcer bagi tikus yang telah menekan pengungkit.

12 | PPG Pra Jabatan 2022


Penekanan pengungkit inilah yang disebut dengan tingkah laku operant
yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan
berupa butiran makanan ke dalam wadah makanan.

Berdasarkan eksperimen Skinner terhadap seekor tikus menghasilkan


hukum-hukum pokok belajar, diantaranya:

a) Law Operant Conditioning menyatakan apabila suatu tingkah laku


diiringi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku akan
meningkat

b) Law of Extinction menyatakan apabila suatu tingkah laku yang


diperkuat dengan stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan
menurun atau bahkan musnah.

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Skinner, terdapat


beberapa prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku, antara
lain:

a) Reinforcement, merupakan sebuah konsekuensi yang menguatkan


tingkah laku. Secara umum, reinforcement dapat dibedakan menjadi
tiga, berdasarkan hal di bawah ini:

 Berdasarkan jenisnya

Reinforcement Primer Reinforcement Sekunder

Reinforcement yang diasosiasikan


Berupa kebutuhan dasar manusia
dengan reinforcement primer

 Berdasarkan bentuknya

Reinforcement positive Reinforcement negative

Berupa konsekuensi yang Merupakan aktivitas menarik diri dari


diberikan untuk menguatkan situasi yang tidak menyenangkan untuk
atau meningkatkan perilaku. menguatkan tingkah laku.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 13


Contoh: hadiah, pujian, dsb Contoh: seorang guru membebaskan
muridnya dari tugas membersihkan kamar
mandi apabila muridnya dapat
menyelesaikan PR nya.

 Berdasarkan waktu pemberiannya

Ratio Interval

Fixed Reinforcer diberikan setelah sejumlah Reinforcer diberikan


tingkah laku. ketika seseorang
menunjukkan perilaku
Contoh: guru mengatakan “jika kamu
yang diinginkan pada
dapat menyelesaikan 10 soal
waktu tertentu.
matematika dengan cepat dan benar,
maka kalian boleh pulang lebih dulu” Contoh: setiap 30 menit
sekali

Variable Sejumlah perilaku yang dibutuhkan Reinforcement diberikan


untuk berbagai macam reinforcement tergantung pada waktu
dari reinforcement satu ke dan sebuah respon,
reinforcement yang lain. tetapi antara waktu dan
reinforcement
Contoh: guru tidak hanya melihat
bermacam-macam.
apakah tugas dapat diselesaikan,
tetapi juga melihat kemajuan yang
diperoleh pada tahap-tahap
menyelesaikan tugas tersebut.

b) Punishment, merupakan upaya menghadirkan situasi yang tidak


menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan
tingkah laku. Punishment terdiri atas dua bentuk, yakni:

14 | PPG Pra Jabatan 2022


Time Out Response Cost

Bentuk hukuman yang diberikan Bentuk hukuman yang diberikan


kepada seseorang dengan cara kepada seseorang dengan cara
menghilangkan sesuatu yang menghilangkan reinforcement
disukai atau disenangi sampai positif jika melakukan perilaku
pada waktu tertentu. yang tidak diinginkan.

c) Shaping, merupakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan


feedback untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Misalnya: mengajarkan anak kecil menata sepatunya dengan rapi
dengan menunjukkan cara menata yang benar terlebih dahulu dan
kemudian membiarkan anak melakukan pekerjaan tersebut sampai
selesai, baru diberikan reinforcement.

d) Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan


menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi.

Penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran di sekolah:

Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang


sudah dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang
sehingga terjadi pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya
menjadi sebuah perangkat keras agar proses dan hasil belajar bisa
dikembangkan sedemikian rupa namun tetap berada dalam konteks tujuan
pembelajaran.
Berikut ini merupakan contoh penerapan teori belajar behavioristik dalam
proses pembelajaran di kelas antara lain:

1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai
dari materi sederhana sampai kompleks.

2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama


mengajar.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 15


3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa
maka guru akan segera diperbaiki.

4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku


atau pembiasaan seperti yang diinginkan.

5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.

6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan


(reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.

4) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif)

Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert Bandura lahir berdasarkan


kritik atas teori yang dikembangkan oleh ahli behavioristik. Menurut Albert
Bandura, walaupun prinsip belajar cukup menjelaskan dan meramalkan
perilaku, namun prinsip tersebut harus memperhatikan suatu fenomena
yang diabaikan oleh paradigma behaviorisme, yaitu manusia mempunyai
kemampuan berpikir dan mengatur tingkah laku nya sendiri. Bandura
merumuskan Teori Belajar Sosial dengan mengakomodasi kemampuan
kognitif manusia dalam berpikir dan belajar melalui pengamatan sosial.
Agar lebih mudah dalam memahami teori sosial kognitif dari bandura,
silahkan amati gambar berikut ini:

Gambar 1. 4 Teori Kognitif Sosial Bandura (Reciprocal Determination Model)

Gambar di atas menjelaskan bahwa perilaku, kognitif dan lingkungan saling


berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, faktor kognitif mempengaruhi

16 | PPG Pra Jabatan 2022


perilaku dan sebaliknya, serta faktor lingkungan mempengaruhi kognitif
dan sebaliknya.

Bandura menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui proses


peniruan. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model dan akibat yang ditimbulkannya. Proses belajar
semacam ini disebut observational learning atau pembelajaran melalui
pengamatan. Selama berjalannya observational learning, seseorang
mencoba melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan melakukan
reinforcement/punishment yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi
seseorang mengenai tingkah laku mereka. Teori belajar sosial ini
menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui
proses pengamatan.Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah
modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau
mengulangi perilaku model tetapi juga melibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai
pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif.

Bandura mengemukakan empat komponen dalam pembelajaran


observasional, yaitu:

a) Atensi. Sebelum melakukan peniruan, orang terlebih dahulu menaruh


perhatian terhadap model yang akan ditiru.

b) Retensi. Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka


pada saat lain anak akan memperhatikan tingkah laku yang sama
dengan model tersebut.

c) Produksi. Agar bisa memproduksi tingkah laku, seseorang harus bisa


memperlihatkan kemampuan motoriknya.

d) Motivasi. Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu


model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil
pengamatan tersebut bergantung pada kemauan/motivasi yang ada.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 17


Penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran:

Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada
proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan
fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti
memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan,
serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami
proses mental. Di bawah ini terdapat beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilakukan seorang guru dalam pembelajaran kognitif, antara lain:

a) Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui


pembuatan jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang
mereka lakukan.

b) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta


siswa untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak
siswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan.

c) Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk


mengembangkan cara berpikir kritis.

d) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat


yang mereka miliki.

e) Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana


ide-ide bisa terhubung.

f) Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan


visualisasi dan permainan dalam menyampaikan materi.

b. Constructivism (Konstruktivisme)

1) Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Pada pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang


melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat

18 | PPG Pra Jabatan 2022


apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut
Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kotak-kotak yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-
beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda.
Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua
proses dalam dirinya, yaitu:

a) Proses organisasi informasi, yaitu proses ketika manusia


menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur
pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam
otak. Melalui proses ini, manusia dapat memahami sebuah informasi
baru yang didapat, sehingga manusia dapat mengasimilasi atau
mengakomodasi informasi atau pengetahuan.

b) Proses adaptasi, yaitu proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,


menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima
oleh manusia, atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah
struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan
baru, sehingga terjadi keseimbangan.

2) Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah


adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky,
belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting.
Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar.
Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan
esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku
seseorang adalah karena keterlibatan dua hal tersebut. Pada saat
seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan, ia akan menggunakan
fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus,
kemudian menggunakan saraf otak untuk mengolah informasi yang sudah
diterima. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 19


dalam mengelola informasi merupakan proses secara fisik-psikologis
sebagai elemen dasar dalam belajar.

Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini
akan lebih berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan
sosial budaya mereka. Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Pemikiran
Vygotsky yang sangat berarti dalam konsep pendidikan salah satunya
adalah Zone of Proximal Development (ZPD) atau zona perkembangan
proksimal. ZPD merupakan suatu tingkat yang dapat dicapai oleh seorang
anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone atau Zona yang dimaksud
disini diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa. ZPD
dipercaya sebagai salah satu langkah untuk membangun suasana belajar
yang efektif.

Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding
adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang
sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan setelah anak mampu untuk memecahkan masalah
dari tugas yang dihadapinya.

Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran:

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan


menghargai gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan
identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-
pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti
telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan


beberapa waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif
memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-
gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan

20 | PPG Pra Jabatan 2022


pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan
mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan
penyelidikan atas informasi yang diterimanya.

3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru


yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang
para siswa untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik
respons faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis,
prediksi, justifikasi dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam
kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu
mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki
kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman
sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk mengemukakan gagasan-
gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di
dalam kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong


terjadinya diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai
macam prediksi, sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang
informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis
mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-


materi interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan
menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian
membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 21


c. Humanistik

Terdapat dua prinsip yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah.


Pertama, memfokuskan pada peran pendidikan dalam meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan siswa. Gerakan yang berdasarkan prinsip ini
disebut dengan pengajaran langsung (direct instruction). Kedua, lebih
memfokuskan pada hasil afektif, belajar bagaimana belajar serta
meningkatkan kreativitas dan potensi manusia. Inilah yang disebut dengan
gerakan pendidikan humanistik.

Teori humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik
adalah satu dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru
maupun tenaga pengajar lainnya. Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk
menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi
diri dan membuat individu mampu mengenali dirinya sendiri.

Salah satu ide yang penting dalam pendidikan berbasis humanistik adalah
siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya
dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai
tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Inti dari
pendekatan ini adalah bagaimana siswa belajar mengarahkan diri sendiri,
sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi
penerima pasif dalam proses belajar.

Pada teori humanistik dijelaskan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan


kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri
individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-
domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan
kata lain, pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan
pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang terbuka antara siswa
dengan guru maupun sebaliknya, serta nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap
siswa. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya
dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana siswa menjadi individu yang
bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, mempunyai
kedewasaan emosi dan spiritual. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut
dalam diri siswa, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang dapat

22 | PPG Pra Jabatan 2022


mengasah nilai-nilai kemanusiaan tersebut, seperti penekanan nilai-nilai kerja
sama, saling membantu dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

Teori belajar humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebuah


filosofi belajar yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan setiap siswa.
Filosofi ini meyakini bahwa setiap siswa mempunyai cara sendiri dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Filosofi humanistik
dalam proses pembelajaran telah melahirkan beberapa konsep yang berkaitan
dengan pengembangan model pembelajaran yang memberikan bagi siswa
sendiri dan menekankan pada kemampuan siswa dalam domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. Salah satu model belajar yang dimaksud adalah
experiential learning (buka tautan ini untuk lebih memudahkan mahasiswa
dalam memahami konsep experiential learning:

https://www.youtube.com/watch?v=rvqoFhk6N2A
https://www.youtube.com/watch?v=aF63HHVbpQ8

Proses belajar experiential learning merupakan kegiatan merumuskan sebuah


tindakan, mengujinya, menilai hasil dan memperoleh umpan balik,
merefleksikan, mengubah dan mendefinisikan kembali sebuah tindakan
berdasarkan prinsip yang harus dipahami dan diikuti. Kurt Lewin menjelaskan
prinsip penerapan experiential learning mencakup:

1) Experiential learning yang efektif akan mempengaruhi cara berpikir siswa,


sikap dan nilai-nilai, persepsi dan perilaku siswa. Misalnya, belajar tentang
berbuat baik pada orang tua. Seorang pelajar harus mengembengkan
sebuah konsep tentang apakah berbuat baik kepada orang tua, bagaimana
sikap yang baik pada orang tua, dan bagaimana mewujudkan sikap baik
kepada orang tua dalam bentuk perilaku.

2) Siswa lebih mempercayai pengetahuan yang mereka temukan sendiri,


daripada pengetahuan yang diberikan oleh orang lain. Menurut Lewin,
pendekatan yang didasarkan pada pencarian (inquiry) dan penemuan
(discovery) dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 23


komitmen mereka untuk mengimplementasikan penemuan tersebut pada
masa yang akan datang.

3) Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif. Pada
saat siswa mempelajari sebuah teori, konsep atau mempraktikkan dan
mencobanya, maka siswa akan lebih memahami lebih sempurna, dan
mengintegrasikannya dengan apa yang ia pelajari sebelumnya serta dapat
mengingatnya lebih lama.

4) Perubahan hendaknya tidak terpisah-pisah antara kognitif, afektif dan


perilaku, tetapi secara holistik. Ketiga elemen ini merupakan sebuah sistem
dalam proses belajar yang saling berkaitan satu sama lain, teratur, dan
sederhana. Mengubah salah satu dari ketiga elemen tersebut
menyebabkan hasil belajar tidak efektif.

5) Experiential learning merupakan proses belajar yang menumbuhkan minat


belajar pada siswa terutama untuk melakukan perubahan yang diinginkan.

6) Pengubahan persepsi tentang diri sendiri dan lingkungan sangat


diperlukan sebelum melakukan pengubahan pada kognitif, afektif dan
perilaku. Tingkah laku, sikap dan cara berpikir seseorang ditentukan oleh
persepsi mereka. Persepsi seorang siswa tentang dirinya dan lingkungan
di sekitarnya akan mempengaruhinya dalam berperilaku, berpikiran dan
merasakan.

7) Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif dan perilaku
itu sendiri tidak beruba. Keterampilan-keterampilan baru mungkin dapat
dikuasai atau dipraktikkan, tetapi tanpa melakukan perubahan atau belajar
terus menerus, maka keterampilan-keterampilan tersebut akan menjadi
luntur atau hilang.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan pengalaman (experiential


learning) pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang mencakup
pembelajaran lainnya seperti active learning.

24 | PPG Pra Jabatan 2022


3. Motivasi belajar

Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda.


Mari kita sama-sama mengeksplorasi keempat perspektif ini.

a. Perspektif perilaku

Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan


hukuman eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa. Misal: pemberian
nilai angka dan huruf, memberikan pengakuan kepada siswa, memberikan
“hak istimewa”, dan sebagainya.

b. Perspektif humanistik

Pada perspektif humanistik, motivasi lebih ditekankan kepada kemampuan


pertumbuhan pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif.
Perspektif ini sangat erat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa terdapat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
dapat dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud dapat diperhatikan
pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. 5 Hierarki Kebutuhan Maslow

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 25


c. Perspektif kognitif

Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap
individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal,
maka dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu
ditonjolkan. Menurut perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih
banyak kesempatan, tanggung jawab, serta mengendalikan hasil prestasi
sendiri.

d. Perspektif sosial

Pada perspektif sosial, motivasi sering dikaitkan dengan kemampuan


seseorang dalam membangun, memelihara, dan memulihkan hubungan
pribadi yang dekat dan hangat pada orang lain.

Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang
bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik
berkaitan dengan motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.

4. Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth


mindset)

a. Pola Pikir (Mindset)

Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran
dan keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran
atau kebiasaan seseorang akan mempengaruhi cara individu berpikir, apa
yang individu rasakan, dan apa yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini
yang nantinya akan mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan
memahami diri sendiri.

26 | PPG Pra Jabatan 2022


b. Jenis-jenis Mindset

Dweck menggunakan istilah fixed mindset dan growth mindset, untuk


membantu seorang individu percaya atas kemampuan, potensi, kapasitas
perilaku yang dimiliki, sehingga dapat memprediksi keberhasilan di masa
mendatang.

Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat


mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka
juga percaya bahwa bakat saja yang mengarah pada kesuksesan dan tidak
diperlukan usaha untuk mencapai sebuah keberhasilan. Di sekolah, seorang
siswa yang memiliki fixed mindset tetap takut untuk mencoba sekalipun
diberikan kesempatan oleh gurunya. Para siswa tidak berusaha mencari
bantuan karena mereka percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan
bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir seperti ini yang akan
menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.

Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang


mendasar bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring
waktu, upaya dan pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa
menjadi lebih pintar, mereka menyadari bahwa jika mereka melakukan upaya
itu akan berdampak pada keberhasilan, sehingga mereka bersedia untuk
meluangkan waktu lebih agar mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth
mindset didasarkan pada keyakinan bahwa prestasi akademik yang baik
berasal dari upaya yang gigih dalam belajar.

Gambar 1. 6 Growth vs Fixed Mindset

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 27


Guna memahami konsep ini lebih lanjut, silakan klik tautan ini

https://www.youtube.com/watch?v=KUWn_TJTrnU
https://www.youtube.com/watch?v=75GFzikmRY0

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep belajar dan teori belajar, silakan bekerja dalam
kelompok (3 - 4 orang) untuk menjawab pertanyaan berikut (waktu 45 menit).

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial


kognitif, dan teori konstruktivisme di dalam kelas!

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk


berdasarkan prinsip konstruktivisme!

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi


para siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:

a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang


rendah untuk sukses.

b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya


pada tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat

c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan


mereka.

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat


ini tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat
menghubungi orangtuanya)

D. Demonstrasi Kontekstual

1. Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan diminta
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda. Adapun tata cara yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:

28 | PPG Pra Jabatan 2022


2. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual (durasi
maksimal 15 menit).
3. Masing-masing ketua kelompok mengunggah link teks dan link video hasil
kerja kelompok ke dalam forum diskusi online.
4. Masing-masing kelompok wajib memberikan satu pertanyaan / pernyataan /
saran / kritik / sanggahan / lainnya, kepada kelompok lain melalui forum
diskusi.
5. Ketua kelompok membagi tugas kepada seluruh anggota kelompok (termasuk
dirinya sendiri) secara merata, untuk memberikan tanggapan di forum diskusi.
6. Seluruh mahasiswa menyimak tanggapan kelompok dan mengkomunikasikan
kembali secara kontinyu terhadap pernyataan, saran, kritik, pertanyaan,
sanggahan, dll kelompok lainnya.
7. Masing-masing kelompok mengunggah teks naskah dan video penjelasan ke
dalam penyimpanan digital atau media sosial, dan mempublikasikan link ke
dalam forum diskusi sebagai hasil final kelompok.

Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada
pada lampiran 3.

E. Elaborasi Pemahaman

Setelah memahami tentang pengertian belajar, teori belajar, motivasi serta pola
pikir, sebagai calon guru tentunya masih harus mengkaji secara lebih mendalam
bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Pemahaman
seorang guru mengenai konsep dasar belajar, akan berdampak pada efektivitas
pembelajaran itu sendiri nantinya.

Untuk itu, silahkan Anda coba jelaskan bagaimana masing-masing teori belajar
yang telah Anda pelajari dapat diimplementasikan pada kurikulum pembelajaran
saat ini?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 29


F. Koneksi Antar Materi

Buatlah ringkasan/rangkuman materi mengenai:

1. Apa itu belajar?


2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar
(behaviorism, social-cognitivism, constructivism)
3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest,
keterampilan regulasi diri)
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang belajar dan teori belajar, bacalah ringkasan
yang telah Anda buat. Setelah itu tuliskan rancangan / rencana aksi nyata
bagaimana Anda mengaplikasikan topik belajar dan teori pembelajaran dalam
proses pembelajaran di kelas!

30 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks)

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu menunjukkan partisipasi aktif dalam mendiskusikan teori-teori


perkembangan peserta didik
2. Menunjukkan pemahaman mengenai konsep perkembangan
3. Mampu menunjukkan pemahaman mengenai tahap-tahap perkembangan dan
indikator di setiap tahap perkembangan berkaitan dengan belajar dan kaitannya
dengan konteks sosial budaya peserta didik.

A. Mulai dari Diri

Pengajaran yang sesuai perkembangan terjadi pada tingkat yang tidak sulit
sehingga membuat peserta didik merasa stres, atau terlalu mudah sehingga
membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan. Salah satu tantangan dari
pengajaran yang sesuai perkembangan adalah bahwa Anda akan menghadapi
peserta didik dengan rentang usia tertentu dan Anda harus menyesuaikan
kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tingkat kelas yang akan Anda
ajarkan. Guru yang kompeten akan menyadari bahwa terdapat perbedaan
perkembangan pada setiap peserta didiknya. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan yang lebih jauh, mari kita bersama-sama berdiskusi di kelas dengan
menjawab pertanyaan di bawah ini.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 31


Pertanyaan pemantik:

Menurut Anda, apa saja yang perlu diperhatikan oleh seorang guru agar proses
pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan?

Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih


memahami teori perkembangan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.

B. Eksplorasi Konsep

Pada dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi fokus perhatian adalah
peserta didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola pendidikan, Anda perlu
mempelajari dan memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan
perkembangan setiap peserta didik. Anda bertanggung jawab atas banyaknya
ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin Anda belajar dan memahami tentang
perkembangan peserta didik, semakin Anda dapat paham di tingkat mana Anda
harus mengajar mereka. Semakin Anda memahami tingkat perkembangan peserta
didik, semakin efektif proses pembelajaran yang Anda berikan.

Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu


waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan secara keseluruhan mengikuti periodisasi yang teratur, dimulai
dari masa pra-natal, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa
dewasa yang diikuti tahun perkembangan kemampuan fungsi fisik sebagai akibat
dari proses kematangan. Kematangan sendiri mengacu pada runtutan
pertumbuhan secara alamiah atau pertubuhan jasmani yang relatif terbebas dari
faktor lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan
antara lain adalah faktor biologis yang berkaitan dengan kematangan fisik atau
keturunan, dan faktor sosial kultural yang berkaitan dengan situasi lingkungan
sosial, nilai-nilai serta norma.

32 | PPG Pra Jabatan 2022


Isu perkembangan yang paling penting untuk dipelajari dalam perkembangan anak
meliputi nature-nurture, continuity and discontinuity, serta early and later
experience.

1. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada
pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak
bisa menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang
individu, misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat
masih kecil pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan
dorongan dari lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf
berdasarkan dari kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam
membentuk intelegensi anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan
banyak lagi.

2. Isu continuity and discontinuity, isu perkembangan ini berfokus pada


kemampuan anak yang berkembang secara berangsur-angsur atau justru
bertahap. Beberapa psikolog perkembangan yang lebih menekankan pada
faktor nurture biasanya mendeskripsikan perkembangan itu berangsur-angsur
seperti halnya biji yang perlahan tumbuh menjadi pohon, sedangkan psikolog
perkembangan yang lebih menekankan faktor nature percaya bahwa
perkembangan anak itu adalah rangkaian dari tahap seperti halnya ulat yang
menjadi kupu-kupu. Contohnya, kata pertama yang diucapkan anak terasa
seperti hal yang tiba-tiba (discontinuity), padahal hal tersebut juga merupakan
hasil dari pertumbuhan dan praktik selama berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan.

3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi
mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau
apakah pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah
pengalaman masa bayi?

Agar dapat memahami tahap perkembangan peserta didik, mari kita bahas satu
per satu dalam pembahasan berikut.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 33


1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan


perkembangan individu yang sangat kompleks, karena pada masa ini adalah awal
terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf manusia.
Pertumbuhan fisik individu berlangsung sampai masa dewasa yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku individu.
Perkembangan fisik individu mencakup beberapa aspek, diantaranya: 1) sistem
saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, 2) otot-
otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, dan
3) kelenjar endokrin yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.

a. Perkembangan Fisik Masa Bayi

Kematangan fisik pada masa bayi terlebih dahulu pada bagian kepala dan
berlanjut pada bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir sudah mampu
menggerakkan bibir, mata, kemudian mampu menggerakkan tangan dan kaki,
serta mampu menggerakkan anggota tubuhnya ke kanan dan kiri. Masa bayi
mempunyai gerakan spontan atau refleks yang mendominasi gerakan yang
terus menerus berkembang. Gerakan ini bersifat otomatis dan tidak
terkoordinir sebagai reaksi atas stimulus dari lingkungan.

b. Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak

Perkembangan fisik masa kanak-kanak merupakan kelanjutan dari


perkembangan awal anak-anak. Perkembangan ini berlangsung dari usia 6
tahun saat individu mulai masuk ke sekolah dasar. Individu mulai menunjukkan
perubahan terhadap pola kehidupannya dalam sikap, nilai dan perilaku. Pada
masa ini, pertumbuhan dan perkembangannya lambat dan relatif sama sampai
menjelang masa pubertas. Pada masa ini, individu sudah mulai tertarik dengan
lingkungan sekolah; mereka dapat memperhatikan gerakan-gerakan secara
cermat, rumit dan kompleks; sehingga individu juga dapat melibatkan diri
dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat universal, serta dapat
mengembangkan pola permainan dan mentaati peraturan-peraturan yang ada.

34 | PPG Pra Jabatan 2022


c. Perkembangan Fisik Masa Remaja

Pada tahap ini, perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Hal ini
terjadi karena perubahan fisik merupakan gejala primer yang membuat
organisme secara matang mampu bereproduksi. Gejala primer ditandai oleh
perubahan postur tubuh, serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang
diiringi dengan berat badan. Selain itu, terjadi kematangan seksual yang
ditandai oleh perubahan seks primer, yaitu dimulainya perubahan pada organ
reproduksi pada laki-laki yang ditandai oleh mimpi basah yang terjadi pada laki-
laki serta menstruasi pada anak perempuan. Perubahan seks sekunder
ditandai oleh perubahan suara, munculnya bulu-bulu halus pada area
kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada yang semakin bidang
pada laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul dan bahu pada
perempuan.

d. Perkembangan Fisik Masa Dewasa

Penampilan fisik pada masa dewasa sudah semakin matang, sehingga siap
untuk melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,
menikah dan memiliki anak.

2. Perkembangan Kognitif

Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan


kognitif: sensori motorik, pra operasional, operasional konkret, dan formal
operasional.

a. Tahap Sensori Motorik (lahir - 2 tahun)

Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan


mengkoordinasikan pengalaman sensorik mereka (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan motorik mereka (mencapai dan menyentuh).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 35


b. Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun)

Tahap pra operasional merupakan tahapan yang lebih simbolis daripada


pemikiran sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Akan
tetapi, tahap ini lebih egosentris dan intuitif daripada logis. Tahap Pra
operasional memiliki 2 sub tahap, yaitu fungsi simbolik dan tahap intuitif.

1) Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara 2 dan 4 tahun. Pada sub
tahap ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk merepresentasikan
secara mental suatu objek yang tidak ada.

2) Subtahap pemikiran intuitif adalah sub tahap kedua dari pemikiran


praoperasional, dimulai pada usia sekitar 4 tahun dan berlangsung hingga
sekitar usia 7 tahun. Pada sub tahap ini, anak mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban dari segala macam
pertanyaan.

c. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 tahun)

Tahapan ini menggantikan penalaran intuitif pada individu, namun hal ini hanya
terjadi dalam situasi konkret. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk
melakukan klasifikasi terhadap benda-benda konkret. Operasi konkret adalah
tindakan mental yang dapat dibalik yang berkaitan dengan objek nyata dan
konkret. Operasi konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan
beberapa karakteristik daripada fokus pada satu properti objek. Pada tingkat
operasional konkret, anak-anak dapat melakukan secara mental apa yang
sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membalikkan operasi konkret.

d. Tahap Operasional Formal (11 -15 tahun)

Pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang


pengalaman konkret dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan
logis.

36 | PPG Pra Jabatan 2022


Selain perkembangan kognitif yang telah dijelaskan oleh Piaget, fungsi kognitif
manusia juga dapat dilihat dari bagaimana perkembangan bahasa pada individu
tersebut. Bahasa dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu
membutuhkan bahasa untuk dapat berbicara dengan orang lain, mendengarkan
orang lain, membaca dan menulis.

Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tertulis atau yang ditandai oleh
sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh kelompok
tertentu (kosa kata) dan aturan untuk menggabungkan kosa kata dengan kosa
kata lain sehingga memiliki makna (tata bahasa dan sintaksis). Bahasa melibatkan
lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

a. Fonologi

Setiap bahasa terdiri atas suara dasar. Fonologi merupakan sistem suara dari
bahasa, termasuk suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat
dikombinasikan. Fonem adalah unit dasar suara dalam bahasa, hal tersebut
adalah unit terkecil dari suara yang mempengaruhi makna. Untuk membantu
kita lebih memahami bunyi huruf silahkan simak video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=TVENnp-Q5U0

b. Morfologi

Morfologi bahasa mengacu pada unit makna yang terlibat dalam pembentukan
kata. Morfem adalah satuan minimal makna, hal tersebut adalah kata atau
bagian kata yang tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang
bermakna.

c. Sintaks

Sintaks merupakan cara penggabungan kata-kata untuk membentuk frasa dan


kalimat yang dapat diterima. Misalnya: ada seseorang yang mengatakan
kepada Anda “ada kucing di atas kursi” atau “ada kursi di atas kucing”. Tentu
saja kedua kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda dan belum tentu
dapat diterima (ambigu).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 37


d. Semantik

Istilah semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki
seperangkat fitur semantik, atau atribut yang diperlukan terkait dengan makna.
Gadis dan wanita misalnya, secara makna sama, namun jika dilihat lebih
mendalam kedua kata tersebut berbeda secara semantik dalam hal usia.

e. Pragmatik

Pragmatik merupakan penggunaan yang tepat dari bahasa dalam konteks


yang berbeda.

3. Perkembangan Sosio-emosional

Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori
utama: teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik
Erikson.

a. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada


konteks sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut
mempengaruhi perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan
bahwa individu akan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari
interaksi interpersonal terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima
sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem,
dan kronosistem. Agar lebih mudah dalam memahami teori ekologi
Bronfenbrenner silahkan perhatikan gambar berikut:

38 | PPG Pra Jabatan 2022


Gambar 2. 1 teori ekologi Bronfenbrenner

1) Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
antara individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya,
sekolah, dan lingkungan.

2) Mesosistem melibatkan hubungan antara mikrosistem. Contohnya adalah


hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah dan
antara keluarga dan rekan sebaya.

3) Eksosistem bekerja ketika terjadi pengalaman dalam sistem pengaturan


lain (peserta didik tidak memiliki peran aktif) mempengaruhi apa yang
peserta didik dan guru dalam konteks langsung.

4) Makrosistem melibatkan budaya yang lebih lua. Budaya adalah istilah yang
sangat luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak.

5) Kronosistem meliputi kondisi sosio historis perkembangan siswa.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 39


b. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Teori Erik Erikson menyajikan pandangan perkembangan kehidupan


masyarakat secara bertahap (rentang hidup). Terdapat delapan tahap
perkembangan yang terungkap ketika manusia melalui rentang kehidupannya.
Berikut ini penjelasan mengenai teori rentang hidup Erikson:

1) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan) adalah tahap


psikososial pertama Erikson. Tahap ini terjadi pada tahun pertama
kehidupan manusia. Perkembangan kepercayaan membutuhkan
pemeliharaan yang penuh kehangatan. Hasil positif keberhasilan dalam
tahapan perkembangan ini adalah perasaan nyaman dan minim rasa takut.
Ketidakpercayaan terjadi ketika bayi diperlakukan terlalu negatif atau
diabaikan.

2) Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap
psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita.
Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka
menyatakan kebebasan mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika
bayi terlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu keras, mereka
mengembangkan rasa malu dan ragu.

3) Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah) adalah tahap psikososial ketiga


Erikson. Hal ini terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun. Di usia ini anak-anak
harus terlibat secara aktif, perilaku yang memiliki tujuan yang melibatkan
inisiatif. Anak-anak mengembangkan perasaan bersalah tidak nyaman jika
mereka melihat diri mereka sebagai individu yang tidak bertanggung jawab
atau dibuat merasa cemas yang berlebihan.

4) Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) adalah tahap psikososial


Erikson keempat. Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas atau
remaja awal. Di tahap ini, anak mengarahkan energi mereka terhadap
pengetahuan dan menguasai keterampilan intelektual. Bahaya di tahun-
tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, tidak
produktif, dan ketidakmampuan.

40 | PPG Pra Jabatan 2022


5) Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas) adalah
tahap psikososial Erikson kelima. Tahap ini terjadi pada usia remaja. Di
tahap ini, individu mulai mencari tahu siapa mereka, mengenai apa yang
mereka mau, dan dimana mereka hidup nantinya. Di tahap ini, para remaja
dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa. Remaja perlu
diizinkan untuk mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai
identitas yang sehat. Jika mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang
berbeda dan gagal untuk mengukir jalan yang positif di masa depan,
mereka akan tetap bingung mengenai identitas mereka.

6) Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) adalah tahap psikososial Erikson


keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (20 - 30 tahunan).
Tugas perkembangan adalah membentuk hubungan positif yang erat
dengan orang lain. Bahaya dari tahap ini adalah bahwa seseorang akan
gagal untuk membentuk hubungan intim dengan pasangan romantis atau
teman dan menjadi terisolasi secara sosial.

7) Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi) adalah tahap


psikososial Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa
pertengahan (40 - 50 tahunan). Pembangkitan berarti mentransmisi
sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat melibatkan
peran seperti pengasuhan dan pengajaran di saat orang dewasa
membantu generasi berikutnya dalam mengembangkan hidup yang
bermanfaat. Sementara, stagnasi diartikan sebagai perasaan telah tidak
melakukan apa-apa lagi untuk membantu generasi berikutnya.

8) Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa) adalah tahap psikososial


Erikson kedelapan. Tahap ini terjadi pada masa dewasa akhir (60 tahun -
meninggal). Orang dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan mereka,
mencerminkan pada apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi
retrospektif positif, mereka mengembangkan rasa integritas. Artinya,
mereka melihat hidup mereka sebagai hidup yang terintegrasi secara
positif dan layak. Sebaliknya, orang dewasa menjadi putus asa jika melirik
ke belakang mereka, terutama mengenai hal negatif.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 41


4. Sosial-Konteks Perkembangan

Pada teori Bronfenbrenner, konteks sosial merupakan pengaruh penting pada


kehidupan dan perkembangan anak-anak. Pada pembahasan ini kita akan
mengeksplorasi tiga konteks anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka:
keluarga, teman sebaya, dan sekolah.

a. Keluarga

Walaupun anak-anak tumbuh dalam keluarga yang beragam, orangtua


memiliki peran penting dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik
anak-anak dan sikapnya terhadap sekolah. Pengaruh orangtua terhadap
kegiatan sekolah dan prestasi anak berfokus pada gaya pengasuhan,
pengasuhan bersama, perubahan keluarga dalam masyarakat yang berubah,
dan hubungan sekolah-keluarga.

Gaya Pengasuhan

Baumrind mengatakan bahwa gaya pengasuhan datang dalam empat bentuk


utama:

1) Pengasuhan otoriter (authoritative)

Pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menghukum. Orang tua yang


otoriter mendesak anak-anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan
menghormati mereka. Mereka menempatkan batasan tegas dan kontrol
terhadap anak-anak mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal.
Anak-anak dari orang tua yang otoriter, sering berperilaku dengan cara
yang secara sosial tidak kompeten. Mereka cenderung merasa cemas
mengenai perbandingan sosial, gagal untuk memulai aktivitas, dan
memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.

2) Pengasuhan otoritatif (authoritarian)

Pengasuhan otoritatif mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri namun


masih menempatkan batas kontrol pada tindakan mereka. anak-anak yang

42 | PPG Pra Jabatan 2022


orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial
kompeten. Mereka cenderung Mandiri, menunda kepuasan, bergaul
dengan rekan sebaya mereka, dan menunjukkan harga diri yang tinggi.

3) Pengasuhan pengabaian (neglectful)

Pengasuhan pengabaian adalah gaya pengasuhan ketika orang tua tidak


terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. anak-anak dari orang tua
yang lalai mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan
orang tua mereka lebih penting daripada mereka. Mereka cenderung untuk
berperilaku dengan cara sosial Kompetensi sebagai akibat dari kurangnya
kontrol diri dan kesulitan dalam menangani kebebasan. anak-anak seperti
ini biasanya tidak termotivasi untuk berprestasi.

4) Pengasuhan memanjakan (permissive)

Pengasuhan memanjakan adalah gaya pengasuhan ketika orang tua


sangat terlibat dengan anak-anak mereka, tetapi menempatkan beberapa
batasan atau pembatasan pada perilaku mereka. pada pengasuhan ini
orang tua sering membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang
mereka inginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka
percaya bahwa kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya
pembatasan akan menghasilkan anak kreatif dan percaya diri. Hasilnya
adalah bahwa anak-anak biasanya tidak belajar untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri.

5) Pengasuhan Bersama

Pada pengasuhan bersama, orang tua mendukung satu sama lain untuk
bersama-sama membesarkan anak. Kurangnya pengasuhan bersama
yang efektif karena koordinasi yang buruk antara orang tua, merendahkan
salah satu orang tuanya, kurangnya kerjasama dan kehangatan, dan
pemutusan oleh salah satu orang tua adalah kondisi yang menempatkan
anak-anak pada risiko masalah.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 43


Keluarga yang berubah dalam masyarakat yang berubah

Jumlah anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bercerai, keluarga


orang tua tiri, dan keluarga yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah
semakin meningkat. Pada orangtua yang bekerja akan menghasilkan efek
pengasuhan, baik positif maupun negatif. Orang tua yang memiliki kondisi
pekerjaan yang buruk, seperti jam kerja yang panjang, kerja lembur, stres
karena bekerja, dan kurangnya otonomi di tempat kerja, cenderung lebih
mudah marah di rumah dan terlibat dalam pengasuhan yang kurang efektif
daripada orangtua yang memiliki kondisi kerja yang lebih baik.

Sementara anak-anak dari keluarga yang bercerai menunjukkan penyesuaian


yang lebih buruk dibandingkan rekan-rekan mereka dari keluarga yang tidak
bercerai. ketika anak-anak dari rumah yang bercerai menunjukkan masalah,
masalah timbul bukan hanya karena perceraian, namun juga karena konflik
perkawinan yang mengarah ke arah perceraian. efek perceraian pada anak
sangatlah kompleks, tergantung kepada faktor-faktor seperti usia anak,
kekuatan dan kelemahan anak pada saat perceraian, jenis ketahanan, status
sosial ekonomi, dan fungsi keluarga setelah perceraian.

b. Teman Sebaya

Selain keluarga dan guru, rekan sebaya juga memainkan peran yang kuat
dalam perkembangan anak-anak dan pendidikan. Dalam pertemanan rekan
sebaya Terdapat lima jenis status rekan sebaya, yaitu:

1) Anak populer. Anak populer sering dinominasikan sebagai sahabat dan


jarang tidak disukai oleh rekan sebaya mereka. anak populer memberikan
bantuan, mendengarkan dengan cermat, menjaga jalur komunikasi yang
terbuka dengan rekan sebaya, merasa bahagia, bertindak seperti diri
mereka sendiri, menunjukkan antusiasme dan kepedulian terhadap orang
lain, serta percaya diri tanpa terlihat sombong.

2) Anak rata-rata. Anak rata-rata menerima jumlah rata-rata dari kedua


nominasi positif dan negatif dari rekan-rekan mereka.

44 | PPG Pra Jabatan 2022


3) Anak terlantar. Anak terabaikan atau terlantar yang jarang dinominasikan
sebagai sahabat, namun bukan berarti tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.

4) Anak ditolak. Anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat


seseorang dan sering secara aktif tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.

5) Anak kontroversial. Anak kontroversial sering dinominasikan baik sebagai


sahabat seseorang dan sebagai orang yang tidak disukai.

Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah tentang aturan dan konvensi berinteraksi antara


orang-orang. aturan aturan ini dapat dipelajari dalam tiga domain: kognitif,
perilaku, dan emosional. masalah utama dalam domain kognitif adalah bagaimana
siswa berpikir mengenai alasan atau aturan untuk perilaku etis. Dalam domain
perilaku fokusnya adalah pada cara siswa benar-benar berperilaku, bukan pada
moralitas pemikiran mereka. Sementara itu, dalam domain emosional
penekanannya adalah pada cara siswa merasa secara moral. misalnya, Apakah
mereka mengasosiasikan perasaan bersalah yang cukup kuat dengan tindakan
tidak bermoral untuk menolak melakukan tindakan tersebut? Apakah mereka
menunjukkan empati terhadap orang lain?

Lawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral merupakan


penalaran moral yang terjadi secara bertahap. Kohlberg membagi perkembangan
moral menjadi tiga level yang tersusun atas enam tahap:

a. Level 1 Kohlberg: Penalaran Pra-Konvensional.

Level ini merupakan level terendah dari penalaran dalam teori Kohlberg. Level
ini terdiri atas dua tahap yaitu hukuman dan orientasi kepatuhan (tahap 1) dan
individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (tahap 2).

1) Tahap 1. Hukuman dan orientasi kepatuhan, adalah tahap pertama pada


perkembangan moral Kohlberg pada tahap ini pemikiran moral sering
dikaitkan dengan hukuman. Misalnya anak-anak dan remaja mematuhi
orang dewasa karena orang dewasa memberitahu mereka untuk taat.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 45


2) Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap
kedua dari teori ini. Pada tahap ini individu mengejar kepentingan mereka
sendiri tetapi juga membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Jadi,
apa yang benar adalah melibatkan pertukaran yang sama seseorang baik
kepada orang lain sehingga orang lain akan baik kepada mereka kembali.

b. Level 2 Kohlberg : Penalaran konvensional.

Individu pada level ini mematuhi standar tertentu (internal), seperti orang tua
atau hukum masyarakat. penalaran konvensional terdiri atas dua tahap:
harapan interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal
(tahap 3), dan sistem moralitas sosial (tahap 4) .

3) Tahap 3. Harapan interpersonal bersama, hubungan, dan ke sesuai


interpersonal adalah perkembangan Kohlberg. pada tahap ini, seseorang
menghargai nilai, kepedulian, dan kepada orang lain sebagai dasar penilaian
moral. anak-anak dan remaja sering mengadopsi standar moral orang tua
mereka pada tahap ini, berusaha untuk dianggap oleh orang tua mereka
sebagai “anak perempuan yang baik” atau “ anak laki-laki yang baik”.

4) Tahap 4. Moralitas sistem sosial merupakan tahap keempat dari teori


perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini, penilaian moral didasarkan
pada pemahaman tatanan sosial, hukum, keadilan, dan tugas. sebagai
contoh remaja mungkin mengatakan bahwa agar masyarakat bekerja
secara efektif, perlu dilindungi hukum yang dianut oleh anggotanya.

c. Level 3 Kohlberg: Penalaran Pasca-konvensional.

Pada tingkat ini moralitas lebih internal. Tingkat Pasca konvensional moralitas
terdiri atas dua tahap: hak kontrak atau utilitas individu dan sosial (tahap 5) dan
prinsip-prinsip etis yang universal (tahap 6).

1) Tahap 5. Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu adalah tahap
kelima Kohlberg. pada tahap ini individu beralasan bahwa nilai-nilai hak
dan prinsip mendasari atau melampaui hukum. Seseorang
mengevaluasi keabsahan hukum aktual dan mengkaji sistem sosial

46 | PPG Pra Jabatan 2022


dalam hal sejauh mana mereka melestarikan dan melindungi nilai-nilai
dan hak asasi manusia.

2) Tahap 6. prinsip etika universal adalah tahap ke-6 dan tertinggi dalam teori
ini pada tahap ini, orang telah mengembangkan standar moral berdasarkan
hak asasi manusia secara universal. ketika dihadapkan dengan konflik
antara hukum dan hati nurani, orang tersebut akan mengikuti hati nurani,
meski keputusan tersebut mungkin melibatkan resiko pribadi.

C. Ruang Kolaborasi

Sekarang Anda memiliki pemahaman yang baik tentang topik ini. Selesaikan
latihan ini untuk memperkuat pemikiran Anda.

1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.

2. Buatlah daftar karakteristik anak tersebut menurut teori:

a. Perkembangan kognitif Piaget,


b. teori perkembangan sosial-emosional Bronfenbrenner dan
c. Teori perkembangan sosial-emosional Erikson.

3. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil


Anda sendiri.

4. Jika sudah, bandingkanlah kedua daftar yang telah anda buat.

a. Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya


serta sosio-emosionalnya?
b. Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa
berinteraksi secara efektif bersama Anda?

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah Anda membuat esai secara singkat, saat ini Anda semakin memahami bahwa
setiap peserta didik perlu melewati tahapan perkembangannya dengan baik. Buatlah
infografis sederhana mengenai tahapan perkembangan peserta didik yang perlu Anda
perhatikan pada peserta didik sebelum Anda memulai mengajar di kelas.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 47


E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang tahap perkembangan peserta


didik, buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih Anda belum
pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur
tamu di dalam kelas.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah panduan observasi yang akan membantu Anda agar lebih memahami
peserta didik Anda di dalam kelas pada saat PPL nantinya dengan memperhatikan
isu-isu perkembangan pada peserta didik, antara lain:

1. Perkembangan fisiologis peserta didik


2. Perkembangan psikologis: kognitif, emosi, psikososial, moral
3. Motivasi belajar

Anda telah memahami tahapan peserta didik dengan baik. Anda juga telah
membuat panduan observasi mengenai tahapan perkembangan peserta didik.
Sekarang, lakukan pengamatan kepada peserta didik yang ada di sekolah dengan
menggunakanpanduan yang sudah Anda buat. Buatlah laporan singkat mengenai
hasil observasi

G. Aksi Nyata

Anda di lapangan. Kemudian, silahkan Anda renungkan bagaimana hubungan


antara tahapan perkembangan dan proses pembelajaran di kelas?

48 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 3. Profiling Siswa Didik

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Menunjukkan kemampuan mengobservasi peserta didik di kelas


2. Menunjukkan kemampuan pemahaman karakteristik peserta didik dengan profil
yang ringkas dan informatif

A. Mulai dari Diri

Pada proses pembelajaran di kelas, seorang guru akan menemukan ragam


karakteristik siswa di kelasnya. Untuk membantu Anda memahami materi
pembelajaran ini, mari kita sama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini.

Ibu Rita adalah seorang guru yang rajin membuat program literasi dan numerasi.
Program literasi ini sudah dirancang dalam rencana program pembelajaran yang
ia buat setiap semesternya. Namun, ia merasa sedih, karena semakin ia rajin
membuat program pembelajaran, semakin ia merasa bahwa program tersebut
tidak berguna. Ia kerap mengubah rencana di tengah proses belajar, dengan
alasan tidak sesuai dengan kemampuan siswa, siswa tidak tertarik untuk belajar,
hingga ia merasa pembelajaran ini tidak berdampak pada siswa. Mari bantu Ibu
Rita merefleksi agar masalah ini tidak terulang lagi. Menurut Anda, apa yang
menyebabkan bu Rita mengalami masalah ini? Coba ingat-ingat pengalaman
Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), apa yang dilakukan oleh guru Anda sebelum
memberikan materi pelajaran kepada Anda?

B. Eksplorasi Konsep

Agar pembelajaran menjadi efektif, maka penting bagi pendidik untuk mengetahui
dengan jelas bagaimana gambaran peserta didik yang ada di dalam kelas.
Pendidik sangat dianjurkan untuk dapat membuat profil dari peserta didiknya
sesuai dengan tujuan pembelajaran di kelas. Seberapa jauh Anda mengenal

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 49


mereka? Apakah ada perbedaan pada setiap peserta didik? Dimanakah
perbedaannya?. Hal ini akan membantu Anda sebagai pendidik untuk dapat
mengelola kelas serta memberikan pengajaran dengan lebih baik apabila Anda
berhasil memetakan kondisi para peserta didik di kelas yang Anda ampu. Oleh
karena itu, sebagai pendidik kita perlu memahami karakteristik dari peserta didik
yang ada di kelas.

Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang
dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat
diartikan sebagai keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki
peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga mana cita-
cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik peserta didik, sangat diperlukan
untuk kepentingan dalam perancangan pembelajaran.

Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik
peserta didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil
belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat bagi
peserta didik. Atas dasar ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi menjadi
perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran.
Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan
kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan moral, serta perkembangan motorik. Untuk
memahami dengan lebih jelas, mari kita ikuti paparan berikut ini:

1. Etnik

Pada sekolah dan kelas yang Anda ampu, mungkin saja terdapat peserta didik
dengan multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari
peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya.
Implikasi dari etnik ini, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu
memperhatikan jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya. Data tentang
keberagaman etnis di kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga bagi
pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Seorang pendidik yang

50 | PPG Pra Jabatan 2022


menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit yang
multi etnik.

2. Kultural

Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan
sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di
masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma,
kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari
berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga
kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam
proses pembelajaran ini pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural.
Sehingga, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu
menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya. (Materi ini
akan dibahas lebih dalam pada topik 4).

3. Status sosial

Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rezeki seperti berupa pekerjaan,


kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda- beda. Kondisi
seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau
sekolah kita. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya
menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran.
Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses
pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial
ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok.
Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk
mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif.

4. Minat

Minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang
sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan
minat yang dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa
minat belajar peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 51


belajarnya tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah. Untuk mengetahui
apakah peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi atau tidak sebenarnya
dapat dilihat dari indikator minat itu sendiri. Indikator minat meliputi: perasaan
senang, ketertarikan peserta didik, perhatian dalam belajar, keterlibatan siswa
dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan fungsi mata pelajaran.

5. Perkembangan kognitif

Seperti yang telah kita bahas di topik sebelumnya, bahwa setiap tahapan
perkembangan memiliki pendekatan yang berbeda dengan tahapan usia yang lain.
Tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi
guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media,
dan jenis evaluasi. Taman Kanak-kanak yang peserta didiknya sekitar berumur 5-
6 tahun, sudah tentu berbeda pendekatan, metode, dan media yang digunakan
ketika menghadapi peserta didik. Sekolah Dasar yang peserta didiknya berusia 7-
11 tahun, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama yang usianya berkisar
12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun, karena dilihat dari
perkembangan intelektualnya jelas berbeda.

6. Kemampuan awal

Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya


adalah pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan
dipelajari. Cara untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan
melalui teknik tes yaitu pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara.
Melalui wawancara dan tes awal maka kemampuan awal peserta didik dapat
diketahui. Kemampuan menjawab tes awal dapat dijadikan dasar untuk
menetapkan materi pembelajaran. Di samping hal tersebut di atas untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui analisis
instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus
menentukan hirarki kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih
rendah itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior).

52 | PPG Pra Jabatan 2022


7. Gaya belajar

Gaya belajar peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam
melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu visual, auditif,
kinestetik, serta reading & writing. Untuk memudahkan Anda dalam memahami
penjelasan, silahkan buka tautan berikut ini :

https://www.youtube.com/watch?v=qcCtPgzlGTs

8. Motivasi

Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik dan
kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi
ekstrinsik). Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang tinggi,
sedang, atau bahkan rendah. Motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik akan
tampak dari ketekunannya dalam belajar yang tidak mudah patah untuk mencapai
keberhasilan meskipun banyak rintangan yang dihadapinya. Motivasi yang tinggi
dari peserta didik dapat menggiatkan aktivitas belajarnya.

9. Perkembangan emosi

Emosi sangat berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat


proses pembelajaran. Emosi juga berperan dalam membantu proses
pembelajaran tersebut menyenangkan atau bermakna. Suasana emosi yang
positif atau menyenangkan atau tidak menyenangkan membawa pengaruh pada
cara kerja struktur otak manusia dan akan berpengaruh pula pada proses dan hasil
belajar. Atas dasar hal ini pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu
membawa suasana emosi yang senang/gembira dan tidak memberi rasa takut
pada peserta didik. Untuk itu bisa dilakukan dengan model pembelajaran yang
menyenangkan (enjoy learning), belajar melalui permainan (misalnya belajar
melalui bermain monopoli pembelajaran, ular tangga pembelajaran, kartu kwartet
pembelajaran) dan media sejenisnya.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 53


10. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan


kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di
lingkungannya.

11. Perkembangan moral

Dalam kehidupan bermasyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekolah


pasti mengenal moralitas, bahkan moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk
menilai suatu tindakan atau perilaku karena moralitas memiliki kriteria nilai (value)
yang berimplikasi pada takaran kualitatif, seperti: baik-buruk, benar-salah, pantas
tidak pantas, wajar-tidak wajar, layak-tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam
diri peserta didik dapat tingkat yang paling rendah menuju ke tingkatan yang lebih
tinggi seiring dengan kedewasaannya.

12. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya


usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat
dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah
penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik.
Perkembangan motorik menurut Santrock (2011) dikelompokan menjadi motorik
kasar dan motorik halus :

a. Motorik kasar: gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau


sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.

b. Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota
tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Kedua jenis keterampilan motorik sebagaimana dijelaskan di atas, penting untuk


dikenali dan dipahami guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat
mengembangkan potensi dan memaksimalkan hasil peserta didiknya. Disamping
itu dengan dikenali dan dipahaminya perkembangan motorik anak, pendidik dan

54 | PPG Pra Jabatan 2022


sekolah dapat menggunakan strategi pembelajaran, metode yang tepat, dan dapat
menyediakan, memanfaatkan alat, media, dan sumber belajar yang memadai.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari ragam karakteristik peserta didik pada topik ini.


Lihatlah kembali panduan observasi yang telah Anda buat pada pekan lalu
(cek tugas koneksi antar materi pada topik 2). Lengkapi panduan observasi
Anda sesuai dengan yang telah Anda pelajari pada topik ini.

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas, saat ini Anda akan diminta untuk


mempresentasikan hasil kerja Anda di depan kelas. Adapun tata cara yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual
(maksimal 10 menit).

2. Masing-masing mahasiswa mengunggah link teks dan link video hasil kerja ke
dalam forum diskusi online.

3. Masing-masing mahasiswa wajib memberikan satu saran maupun kritik


kepada mahasiswa yang presentasi

4. Mahasiswa mempelajari hasil masukan rekan lain.

5. Mahasiswa memperbaiki panduan observasi berdasarkan saran dan kritik


rekan mahasiswa lain di kelas.

6. Mahasiswa mengunggah panduan observasi final ke dalam penyimpanan


digital atau media sosial, dan mempublikasikan link ke dalam forum diskusi
sebagai hasil final kelompok.

Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada
pada lampiran 3.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 55


E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang tahap perkembangan peserta


didik, buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih Anda belum
pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur
tamu di dalam kelas.

F. Koneksi Antar Materi

Sekarang Anda telah memiliki panduan observasi yang lebih komprehensif dari
yang sebelumnya. Gunakan panduan tersebut untuk Anda lakukan pengamatan
lebih lanjut kepada peserta didik yang telah Anda amati pekan lalu. Kemudian,
buatlah profiling demografi peserta didik yang informatif sesuai dengan apa yang
telah Anda pelajari pada topik ini.

G. Aksi Nyata

Saat ini Anda telah memiliki profil peserta didik Anda. Sekarang, buatlah rencana
aksi nyata mengenai strategi pembelajaran di kelas (mata pelajaran:
matematika/Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris) berdasarkan profiling yang telah
Anda buat.

56 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 4. Kerangka Strategi

(1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)


Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)

Durasi 4 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Menunjukkan pemahaman strategi pendekatan dalam pembelajaran


2. Menunjukkan sikap terbuka untuk mau belajar hal yang baru
3. Menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan dan kondisi peserta didik

A. Mulai dari diri

Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, sebagai seorang pendidik, kita
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas masing-masing peserta didik.
Oleh karenanya diperlukan strategi-strategi yang tepat guna untuk dapat
mendorong para peserta didik mencapai kualitas yang terbaik. Sebelum masuk ke
materi yang lebih mendalam jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan
pengalaman pribadi Anda di jenjang SD dulu:

1. Berkaitan dengan strategi guru di kelas, pengalaman pembelajaran di kelas


seperti apa yang berkesan buat Anda? Mengapa hal tersebut menjadi
berkesan?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 57


2. Selama bersekolah di SD, hal apa saja yang dapat menganggu proses belajar
anda di kelas?

3. Jika anda menjadi guru di kelas, hal apa yang mungkin akan anda lakukan?

4. Menurutmu, seberapa penting bagi guru untuk memahami kebutuhan masing-


masing siswa di kelasnya? Mengapa anda berpendapat demikian?

Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih


memahami prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive
pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level).

58 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep

Sekarang setelah kita mempelajari konsep (1) Materi-materi Teori Belajar &
Motivasi Belajar Siswa, (2) Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks) dan (3) Profiling Siswa, maka dengan semua
konsep dasar tersebut, kita akan dapat membantu kita dalam menyusun
strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa, yang
memiliki prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally
responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level).

1. Developmentally Appropriate Practice (DAP)

a. Pengertian dan Ciri-Ciri Pendekatan Developmentally


Appropriate Practice (DAP)

Developmentally Appropriate Practice (DAP) merujuk pada aplikasi


pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini dalam program
pengembangan anak usia dini. Segala teori dan riset tentang bagaimana anak
berkembang dan belajar sesuai tahap perkembangan digunakan dalam
merekayasa lingkungan yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan
anak. Artinya DAP berdasarkan pengetahuan dan pengertian tentang anak,
bukan berdasarkan harapan atau keinginan orang tua belaka. Developmentally
Appropriate Practice (DAP) bukan merupakan kurikulum atau seperangkat
standar kaku, melainkan seperangkat kerangka kerja, filosofi atau pendekatan
dalam pengembangan anak. Developmentally Appropriate Practice (DAP)
adalah proses pembelajaran yang asik dan menyenangkan.

Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP) Haspari,ariati dan


widiasari (2015) memposisikan anak sebagai pemegang peranan utama dalam
proses pembelajaran, dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan
mewadahi gagasan anak, memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif
bergerak dan bertanya, menjelajah serta mencoba. Media pembelajaran

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 59


disesuaikan dengan karakter perkembangan anak usia pra sekolah yang
masih berada pada tahap Pra-Operational, dimana anak membutuhkan benda
konkrit dan lingkungan.

Bredekamp (Ilfiandra, 2011), menyatakan yang akan melibatkan ke semua


indera yang dimiliki anak secara aktif perkembangan anak merupakan suatu
proses yang kompleks, bahkan terkadang melahirkan berbagai teka-teki
bahkan spekulasi. Oleh karena itu, dapat dimaklumi terdapat berbagai sudut
pandang dalam menjelaskan dinamika perkembangan dan belajar anak.
Dengan merujuk pada pendapat beberapa ahli psikologi perkembangan,
(Ilfiandra, 2011) menjelaskan bagaimana anak berkembang dan belajar
sebagai berikut.

1) Perkembangan berlangsung sebagai suatu keseluruhan ranah fisik, sosial,


emosional, dan kognitif yang saling terjalin, Menjelaskan bahwa
perkembangan itu terjadi secara menyeluruh dalam seluruh aspek
perkembangan dan sekaligus ada keterjalinan erat antara satu ranah
dengan ranah lainnya.

2) Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif dapat diprediksi; abilitas,


keterampilan dan pengetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa
yang sudah diperoleh terdahulu. Perkembangan berlangsung dalam
rentang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari
masing-masing fungsi.

3) Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap


perkembangan anak. Pengalaman awal bersifat kumulatif dalam arti jika
suatu pengalaman jarang terjadi, maka pengalaman tersebut dapat
memiliki pengaruh sedikit. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut sering
terjadi, maka pengaruhnya dapat kuat, kekal dan bahkan bertambah.

4) Perkembangan berlangsung dalam arah yang dapat diprediksi ke arah


kompleksitas, kekhususan, organisasi, dan internalisasi yang lebih
meningkat. Belajar pada anak berlangsung dari pengetahuan behavioral
yang sederhana ke pengetahuan simbolik atau representasional yang lebih
kompleks.

60 | PPG Pra Jabatan 2022


5) Anak adalah pembelajar aktif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta
juga pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk mengkonstruk
pemahamannya tentang lingkungan sekitar.

6) Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan


biologis dan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik dan sosial tempat
anak tinggal. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi
perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak, dan juga
merefleksikan perkembangan anak.

7) Perkembangan dapat mengalami percepatan bila anak memiliki


kesempatan untuk mempraktekan keterampilan-keterampilan yang baru
diperoleh dan juga ketika mereka mengalami tantang di atas tingkat
penguasaannya.

8) Anak mendemonstrasikan dan anak memahami lingkungan dengan


banyak cara dan ia cenderung memiliki cara belajar yang lebih disukai atau
lebih kuat. Modalitas ini mengimplikasikan bahwa guru perlu menyediakan
kesempatan bagi anak tidak hanya untuk menggunakan cara-cara belajar
yang disukainya.

9) Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang
menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan aman baik
secara fisik maupun psikologis.

b. Miskonsepsi (kesalahpahaman mengenai suatu pengertian


atau pandangan) Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Berbagai penolakan terhadap Developmentally Appropriate Practice (DAP)


disebabkan oleh kekeliruan mengartikan Developmentally Appropriate
Practice (DAP). Beberapa kesalahpahaman bersumber dari kedangkalan
pengetahuan mengenai perkembangan anak dan kecenderungan
menyederhanakan perilaku anak yang kompleks. Menurut Gestwicki (Ilfiandra,
2011) terdapat beberapa mengenai Developmentally Appropriate Practice
(DAP).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 61


1) Hanya ada satu cara dalam mengimplementasikan Developmentally
Appropriate Practice (DAP). Miskonsepsi ini terjadi sekitar 1987 karena
beberapa kalangan mengkontradiksikan antara praktik yang tepat
(appropriate) dan praktik yang tidak tepat (inappropriate). Ada pandangan
yang menolak pengalaman belajar yang terstruktur dengan alasan terlalu
kaku dan berpusat pada guru.

2) Guru yang menerapkan Developmentally Appropriate Practice (DAP)


melakukan pengajaran secara minimal, bahkan tidak ada sama sekali.
Sekali lagi kekeliruan ini disebabkan oleh keterbatasan sudut pandang
orang yang mengemukakan bahwa guru cukup melakukan pengarahan
dan pengendalian.

3) Pembelajaran yang berorientasi Developmentally Appropriate Practice


(DAP) tidak memasukan aspek akademik. Interpretasi keliru ini berasal dari
ketakutan orang terhadap pandangan bahwa jika anak terlalu dini
memperoleh stimulasi akademik, maka mereka akan mengalami kesulitan
pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

4) Praktik pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice


(DAP) dapat dicapai melalui boneka dan materi tertentu.Miskonsepsi ini
merupakan bentuk omong kosong (nonsense) karena merupakan
pandangan yang terlalu menyederhanakan persoalan.

5) Pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)


tidak memiliki tujuan yang jelas Bredekamp and Rosegrant,(
Ilfiandra,2011:5).Miskonsepsi ini berasal dari kekeliruan mengartikan istilah
tujuan pembelajaran meliputi semua dimensi perkembangan, berdasarkan
pemahaman terhadap tingkat perkembangan, dan kebutuhan dan
perkembangan individual anak.

6) Kurikulum dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP)


adalah perkembangan anak. Misinterpretasi ini disebabkan oleh
pengabaian terhadap fakta bahwa disiplin ilmu lain dalam pembelajaran
mesti bersinergi dengan ilmu perkembangan anak untuk memastikan anak
dapat mewujudkan potensinya.

62 | PPG Pra Jabatan 2022


7) Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan salah satu
kecenderungan (trend) pendidikan. Developmentally Appropriate Practice
(DAP), guru tidak diminta untuk mengubah segala sesuatu yang
dilakukannya, melainkan menyelaraskan tindakan pendidikan mereka
dengan pengetahuan mengenai perkembangan anak.

c. Ciri-ciri proses pembelajaran Developmentally Appropriate


Practice (DAP)

Program pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice


(DAP) menggunakan perspektif perkembangan anak,pengetahuan mengenai
perkembangan anak. Bredekamp dan Rosegrant (Ilfiandra, 2011)
mengemukakan bahwa Developmentally Appropriate Practice (DAP)
dijelaskan sebagai berikut.

1) Developmentally Appropriate Practice (DAP) Kegiatan mengarahkan,


memberi tahu dan menginstruksikan merupakan fokus dalam
Developmentally Appropriate Practice (DAP). Jadi,dalam Developmentally
Appropriate Practice (DAP) disesuaikan dengan perkembangan anak
dengan fokus agar anak mampu melakukan konstruksi pengetahuan
secara mandiri.

2) Developmentally Appropriate Practice (DAP), belajar dipandang sebagai


proses yang berkelanjutan sehingga pengukuran dan kuantifikasi tidak
banyak digunakan dan rencana belajar yang disusun guru lebih bertujuan
untuk memberikan kesempatan kepada anak mengalami belajar.

3) Developmentally Appropriate Practice (DAP), ranah belajar terkait antar


semua dimensi perkembangan, dan aktivitas belajar dapat berlangsung
melalui proyek, pusat belajar, dan bermain yang mencerminkan minat
anak.

4) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), materi belajar bersifat


konkrit dan dipilih yang betul-betul relevan dengan pengalaman keseharian
anak.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 63


5) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), rencana
pembelajaran berdasarkan hasil observasi dan pengukuran secara reguler
mengenai aktivitas anak, minat, kebutuhan, dan tingkat keterlibatan.

6) Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru lebih berfokus pada


memberikan dorongan kepada anak untuk mencari tantangan baru dalam
rangka mengembangkan perasaan mampu dan kendali diri.

7) Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menyadari bahwa


setiap pengalaman merupakan peluang belajar bagi anak dalam rangka
menumbuhkan perasaan mampu dan bertanggung jawab pada anak.

8) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menfasilitasi


pengembangan kendali diri dan komunikasi sosial anak yang disesuaikan
dengan kemampuan bahasa dan tingkat kognisi anak.

9) Guru berbicara satu persatu dengan anak, menfasilitasi interaksi verbal


dan menyajikan pengalaman belajar bahasa secara terstruktur merupakan
ciri dari praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).

10) Sedangkan dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), aktivitas


dalam dan di luar ruangan digunakan secara bervariasi dengan intensitas
keterlibatan guru secara penuh.

11) Informasi dan gagasan orang membantu guru untuk mengerti lebih baik
mengenai anak dan anak sendiri juga merasa betah untuk bolak-balik
antara rumah dan sekolah karena adanya komunikasi reguler guru-orang
merupakan ciri dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).

12) Penggunaan tes dan asesmen untuk mengetahui kelayakan anak


mengikuti program yang lebih tinggi merupakan cara yang dipakai.

13) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), karena guru


menyadari variasi perkembangan anak maka program belajar disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak dan tidak
memaksakan sistem yang dikembangkan oleh guru.

64 | PPG Pra Jabatan 2022


Praktik dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru dan staf yang
terlibat dalam program pengembangan anak dibekali dengan pengetahuan
dan pelatihan yang memadai tentang tumbuh kembang anak.

d. Dampak Implementasi Bersifat Positif dan Negatif


Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Pada perspektif developmental, pertumbuhan dan kematangan individu


berlangsung secara evolusioner setiap saat. Proses perkembangan individu
dapat diprediksi sesuai dengan kematangan kapasitas inheren dan stimulus
eksternal yang diperoleh. Praktik pembelajaran.

Bersifat positif

1) Developmentally Appropriate Practice (DAP) akan memberi arah dan


warna tersendiri terhadap perkembangan anak. Secara sederhana,
implementasi praktik yang berorientasi Developmentally Appropriate
Practice (DAP) akan mempengaruhi harga diri, kendali diri, tingkat stres
dan pola kemampuan akademik.

2) Dimensi harga diri (self-esteem), menurut Greenberg (Ilfiandra, 2011)


aspek harga diri anak berkembang melalui pemerolehan pengalaman
belajar bermakna. Anak akan menghargai dirinya ketika mampu
melakukan sesuatu yang penting bagi dirinya.

3) Dimensi kendali diri (self-control), seiring dengan perkembangan kognitif


anak maka kemampuan mengelola perilakunya juga meningkat. Ketika
orang dewasa menggunakan “power-driven techniques” dalam
mengembangkan disiplin, maka anak memiliki sedikit peluang untuk belajar
dan menginternalisasi informasi sebagai bentuk dari kendali diri.
Sebaliknya, dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP) guru
memahami bahwa anak perlu disiplin sebagai pengendali perilaku dan
keinginan mereka. Melalui alternatif positif, guru berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing sehingga anak menyadari keinginan anak yang
lain dan mendorong anak belajar bekerja sama. Kendali diri tidak akan
berkembangan ketika anak tidak dibantu memahami dan mengalami

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 65


berperilaku yang selayaknya yang dapat diterima oleh anak-anak lain.
Belajar mengambil keputusan merupakan komponen penting disipilin diri.
Keberadaan lingkungan dan interkasi yang mendukung kemampuan
memilih merupakan hal yang krusial bagi kendali diri yang sehat pada anak.

4) Pola kemampuan akademik, pengalaman akademik yang terlalu prematur


bagi anak menjadi kontraproduktif bagi kesiapan anak untuk belajar pada
level yang lebih tinggi. Pengalaman belajar yang tidak relevan dengan usia
anak akan menyebabkan perasa tidak berdaya (helplessness) dan terlalu
bergantung pada orang dewasa dan pada saat bersamaan mengurangi
inisiatif, rasa ingin tahu dan kemampuan memecahkan masalah. Terpaaan
pengalaman belajar akademik yang terlalu dini melahirkan semacam
“jeopardized” terhadap kesuksesan anak di masa yang akan datang.

Bersifat Negatif

1) Ketika orang dewasa berharap anak mampu melakukan aktivitas diluar


jangkauan tingkat perkembangannya akan melahirkan perasaan gagal.
Penolakan yang berulang-ulang terhadap ketidakmampuan anak akan
melukai harga diri anak.

2) Begitu juga ketika anak tidak memperoleh ruang yang memadai untuk memilih
pengalaman yang dianggap penting bagi dirinya juga akan mencederai harga
diri anak.

3) Dimensi stres, ada pandangan bahwa anak sekarang lebih rentan diterpa
stres. Resiko stres terjadi ketika anak dihadapkan pada permintaan yang
eksesif, misalnya anak diminta belajar dengan metode yang berbeda
dengan gaya belajarnya maka anak secara alami berada dalam situasi
konflik karena dipaksa untuk menekan dan mengendalikan perilakunya.

Praktik pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan menurut


Gestwicki (Zein, 2015) mempertimbangkan beberapa hal berikut.

1) Memandang anak secara utuh.


2) Program belajar secara individual dan keterlibatan anak untuk
bereksplorasi.

66 | PPG Pra Jabatan 2022


3) Aktivitas belajar menciptakan anak yang aktif dan kreatif.
4) Kegiatan bermain merupakan sarana belajar.
5) Fleksibel.
6) kurikulum terpadu.
7) Berorientasi pada minat, bakat dan kemampuan anak.
8) Melakukan penilaian.
9) Kerjasama antara sekolah dengan orang tua.

Putra, Sudiana dan Martha (2015) ada beberapa langkah pembelajaran yang
efektif. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.

1) Guru melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan belajar siswa (absensi,


fisik dan mental siswa, memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan
suasana belajar yang nyaman.

2) Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa


tentang membaca ekstensif.

3) Guru menyampaikan materi membaca ekstensif dan menjelaskan strategi


pembelajaran yang ditetapkan, yaitu strategi pembelajaran
Developmentally Appropriate Practice (DAP).

4) Guru menjelaskan dan melatih siswa menentukan unsur-unsur intrinsik


pada cerpen, menemukan tema, menunjukkan latar (tempat),
mengidentifikasi alur, menyebutkan tokoh, dan menemukan amanat pada
cerpen, menerapkan strategi pembelajaran Developmentally Appropriate
Practice (DAP) sesuai dengan langkah-langkah pembelajarannya.

5) Guru menjelaskan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi


yang diajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.

6) Guru membagikan cerpen kepada masing-masing siswa dan menugasi


untuk membaca dengan seksama.

7) Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati dengan pembatasan


waktu.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 67


8) Siswa mencatat unsur-unsur intrinsik dalam cerpen sebagai bahan diskusi
berdasarkan hasil memahami terhadap isi cerpen yang dibaca.

9) Guru mengomentari hasil pekerjaan siswa dan memberikan penekanan


jika ada hal yang masih dirasa perlu diluruskan.

10) Guru memberikan tindak lanjut terhadap pembelajaran berupa evaluasi.

11) Guru bersama siswa mengadakan refleksi .

Putra, Sudiana dan Martha (2015) Kegiatan pembelajaran Developmentally


Appropriate Practice (DAP) dilakukan sesuai langkah-langkah pembelajaran
berdasarkan strategi pembelajaran Developmentally Appropriate Practice
(DAP) sebagai berikut:

1) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asik dalam


pengalaman belajar yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak.

2) Menciptakan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap


makna atau dari apa yang dipelajarinya.

3) Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi


tetap menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak.

4) Menciptakan pengalaman kongkrit, terutama dalam pemecahan masalah,


karena proses belajar paling efektif bukan dengan ceramah, tetapi dengan
memberikan pengalaman nyata.

e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran


Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan Pembelajaran Developmentally


Appropriate Practice adalah sebagai berikut.

68 | PPG Pra Jabatan 2022


Kelebihan

1) Pendekatan Developmental Appropriate Practice (DAP) memposisikan


anak sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran,
dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan
anak.

2) Memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya,


menjelajah serta mencoba.

3) Media pembelajaran disesuaikan dengan karakter perkembangan anak


usia pra sekolah yang masih berada pada tahap Pra-Operational, dimana
anak membutuhkan benda konkrit dan lingkungan nyata yang akan
melibatkan kesemua indera yang dimiliki anak secara aktif.

4) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan degan


pendekatan cara belajar bermain dalam lingkungan.

5) pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan


diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu
membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi,
eksperimen dan dalam pengalaman nyata.

Kelemahan

1) Proses pembelajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan anak.


2) Harus sesuai denga kemampuan kognitif siswa.
3) Tidak semua materi pembelajaran cocok diterapkan.

Menurut Aunurrahman (2012), dalam pelaksanan tugas pembelajaran, guru


tidak hanya berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi
pekerjaan siswa, akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pelaksanan
bimbingan belajar”Kualitas dan hasil pembelajaran yang baik dan bermutu
merupakan suatu akibat dari sistem pembelajaran dengan pengelolaan
metode ataupun strategi pembelajaran yang menarik sehingga tercipta lah
proses pembelajaran yang asik dan menarik dan menciptakan suasana proses

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 69


pembelajaran yang kondusif dengan menerapkan proses pembelajaran
dengan pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP).

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran Developmentally


Appropriate Practice (DAP) maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Developmentally Appropriate Practice (DAP) sangatlah penting dalam proses
pembelajaran, karena guru hanya sebagai fasilitator dan tidak lagi sebagai
tokoh paling utama dalam pembelajaran dalam kelas dan siswa tidak hanya
sebagai penerima yang tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi para siswa
bertanggung jawab untuk atas pembelajaran mereka sendiri.

Dalam kelompok kecil setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk


keberhasilan pembelajarannya dan anggota kelompoknya, ketika
pembelajaran pembelajaran membutuhkan identifikasi suatu masalah, tiap-tiap
anggota akan berbagi tugas dan masing-masing akan menjadi sumber dari
tugas tersebut dan bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru.

2. Pengajaran dan Pembelajaran Secara Kebudayaan-Responsif


(Culturally Responsive Pedagogy)

Gambar 4. 1 Culturally Responsive Pedagogy

70 | PPG Pra Jabatan 2022


a. Pengertian Pendidikan Tanggap Budaya

Sebagai makhluk budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks sosio-
kultural yang melingkupinya. Meskipun selama beberapa dekade, pandangan
positivistik berupaya mereduksi pilihan-pilihan manusia pada pertimbangan
logis an-sich, namun realitas menunjukkan kebalikannya. Pilihan-pilihan yang
dilakukan manusia pada substansinya merupakan aktualisasi dari pengaruh
lingkungan dan perspektif yang melingkupinya. Keputusan mengenai
kebermaknaan tindakan misalnya, merupakan hasil simbiosis antara dimensi
personal dengan nilai nilai sosial yang berlaku. Salah satu gagasan inovatif
dalam upaya menjembatani pendidikan dan konteks sosial budayanya
tertuang dalam gagasan pendidikan tanggap budaya (culturally
responsive/relevant pedagogy).

Culturally Responsive Pedagogy (selanjutnya dipakai singkatan CRP) berpijak


pada premise bahwa landasan budaya memainkan peran dalam membentuk
gaya belajar dan pada gilirannya menuntut adanya pengajaran yang sejalan
dengan lensa budaya tersebut (Villegas, 1991; Provenzo, Ed., 2009).
Pendidikan atau lebih khusus lagi institusi pendidikan pada hakikatnya
merupakan bagian pranata budaya. Lembaga pendidikan, sebagaimana diulas
dalam Encyclopedia of the Social and Cultural Foundations of Education
(Provenzo, Ed., 2009), merupakan pengejawantahan dari upaya sadar
manusia dalam transmisi dan transformasi budaya. Sejalan dengan hal
tersebut, konsep pendidikan tanggap budaya berupaya merevitalisasi berbagai
artikulasi budaya, termasuk berbagai aspek kearifan lokal yang berkembang
pada setiap komunitas, untuk mendukung terselenggaranya pendidikan yang
lebih bermakna.

Elbaz (1993) memaknai istilah responsive sebagai , “… the sense of a large


web of interconnections not only among individuals, but among cultures,
among natural phenomena, among bio-regions; and between individuals and
cultures, between technologies and the life forms they make possible; between
language and culture, between culture and schooling.” Sementara itu, Irvine
(2003) menyatakan, “Responsive simply means reacting appropriately in the
instructional context. Responsive teachers ... modify their knowledge and

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 71


training by devoting attention to classroom contexts and individual student
needs and experiences.” Dari kedua pandangan tersebut, istilah responsif
menekankan pada interkoneksi atau keterpaduan langkah guru dalam
melaksanakan tugasnya dengan konteks sosial-budaya yang melingkupinya.
Eksistensi perbedaan latar belakang keluarga, ekonomi, suku, agama dan
kemampuan serta kecenderungan peserta didik tidak dinafikan
keberadaannya, sebaliknya guru mendayagunakan perbedaan-perbedaan
tersebut sebagai modal untuk mewujudkan harmoni dalam interaksi belajar
layaknya seorang konduktor dalam memimpin orkestra musik klasik.

Berikut dikemukakan pandangan penggagas konsep culturally responsive/


relevant pedagogy. Gay (2000) dalam buku Culturally Responsive Teaching:
Theory, Research and Practi ce, mengungkapkan prinsip dasar pendidikan
yang responsif adalah terwujudnya kemitraan antara pendidik dan peserta
didik, sebagaimana diungkapkannya “we are partners in the quest for learning’
and the better we can combine our resources, the better all of us will be. I will
teach better and you will learn better.” Dalam aktivitas ini, pendidik
menempatkan pengalaman, nilai dan persepsi yang berkembang di tengah
komunitas sebagai sarana memperkaya praksis pendidikan, “using the cultural
characteristics, experiences, and perspectives of ethnically diverse students as
conduits for teaching them more effectively” (Gay, 2002; Irvine, 2003).

Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa
menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing
(1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:

1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis

2) Peserta didik mampu mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya


(cultural competence)

3) Peserta didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness)


sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial
yang tidak adil

72 | PPG Pra Jabatan 2022


Ginsberg dan Wlodkowski (2009) dalam Diversity and Motivation: Culturally
Responsive Teaching in College menyatakan “Culturally responsive teaching
occurs when there is respect for the backgrounds and circumstances of
students regardless of individual status and power, and when there is a design
for learning that embraces the range of needs, interests, and orientations in a
classroom. In other words, an educational system that espouses cultural
pluralism also seeks to create learning experiences that protect the knowledge,
skill, and experience that learners possess and supports academic attainment
and mobility by finding ways for students to develop their strengths”.
Berdasarkan paparan tersebut, culturally responsive pedagogy adalah praksis
(teori dan aplikasi) pendidikan yang menekankan pada keterkaitan antara
pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Penekanan pada budaya peserta
didik dan komunitas tidak semata dijadikan sebagai upaya mendekatkan
peserta didik dengan konteksnya, tetapi lebih dari itu diharapkan dapat
menjembatani munculnya kesadaran peserta didik terhadap identitas
budayanya. Perbedaan budaya yang sebelumnya dipandang sebagai
penghalang prestasi dan interaksi diganti dengan persepsi harmoni yang
menempatkan diversitas budaya sebagai kekuatan untuk merangkum
perbedaan gaya belajar. Melalui praksis pendidikan tanggap budaya, guru
dituntut melakukan elaborasi terhadap berbagai dimensi budaya yang dimiliki
peserta didik dan menjadikannya sebagai pijakan dalam memperkaya interaksi
pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip Pendidikan Tanggap Budaya

Sejak diperkenalkan pada tahun 70-an, berbagai upaya untuk memetakan


karakteristik dan prinsip prinsip umum pendidikan tanggap budaya telah
dilakukan sejumlah pakar. Meskipun terdapat konsensus mengenai
interdependensi antara budaya dan pendidikan sebagai fondasi konsep
pendidikan ini, tetapi dalam artikulasi dan tahapan dan implementasi konsep
ini muncul perbedaan. Dalam pandangan Gay (2002) terdapat lima elemen
esensial dalam pendidikan tanggap budaya, yakni: “developing a knowledge
base about cultural diversity, including ethnic and cultural diversity content in
the curriculum, demonstrating caring and building learning communities,

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 73


communicating with ethnically diverse students, and responding to ethnic
diversity in the delivery of instruction.”

Setidaknya terdapat lima panduan atau prinsip aplikasi pendidikan tanggap


budaya, yaitu; (1) pentingnya budaya, (2) pengetahuan terbentuk sebagai
bagian dari konstruksi sosial, (3) inklusivitas budaya, (4) prestasi akademis
tidak terbatas pada dimensi intelektual an-sich, dan (5) keseimbangan dan
keterpaduan antara kesatuan dan keragaman (Greer, et.al., 2009).

Villegas dan Lucas (2002) ketika membahas mengenai karakteristik guru


tanggap budaya mengungkap enam karakteristiknya, yakni: (1) mempunyai
kesadaran sosio-kultural; (2) mempunyai afirmasi terhadap keragaman latar
belakang peserta didik; (3) mempunyai kepercayaan diri dalam mengemban
tugas; (4) memahami bagaimana peserta didik mengkonstruksi pengetahuan
dan mendorong peserta didik mengembangkan konstruksi pengetahuannya
sendiri; (5) mengetahui pola hidup peserta didik, dan (6) mampu menggunakan
informasi mengenai pola hidup peserta didik untuk mendesain pembelajaran
yang bermakna (Villegas dan Lucas, 2002).

Dengan demikian, pendidikan guru tanggap budaya tidak hanya bertujuan


membekali guru untuk menyadari, menghormati dan mengakui kenyataan
bahwa terdapat keragaman budaya atau nilai yang berbeda yang terdapat
pada peserta didik yang berasal dari latar belakang suku, agama, bahasa dan
etnis yang berbeda, tetapi lebih dari itu mempunyai pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai sisi-sisi khusus atau keunikan dari budaya peserta didik
dan menggunakannya sebagai titik berangkat dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran (Gay, 2002).

c. Urgensi Rekonseptualisasi Pendidikan Guru Tanggap Budaya

Dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru
sebagai agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang
budaya pada sisi lainnya, pendidikan guru dituntut melakukan pembenahan
yang berkelanjutan. Tekanan berlebihan pada satu sisi an-sich, akan
menimbulkan ketimpangan ketimpangan dalam mempersiapkan guru yang

74 | PPG Pra Jabatan 2022


dapat menjalankan tugas profesinya. Sehubungan dengan itu, Gopinathan
(2006) dalam “Challenging the Paradigm: Notes on Developing an Indigenized
Teacher Education Curriculum” mengajukan pertanyaan yang cukup
menggelitik, apakah pendidikan guru yang selama ini diterapkan di berbagai
negara di Asia sudah cukup responsif terhadap tantangan-tantangan baru dan
relevan dengan konteks sosio-kultural yang melingkupinya? Diperlukan
adanya para pemikir yang kritis terhadap praksis pendidikan guru yang selama
ini begitu dominan mengadopsi teori-teori pendidikan guru yang diimpor dari
negara maju, sehingga kurikulum pendidikan guru lebih akomodatif dan
responsif dalam mengintegrasikan nilai-nilai kultural dalam pendidikan. Tidak
dapat dipungkiri pandangan mainstream masih memberi ruang sangat terbatas
bagi tumbuh kembangnya nilai pendidikan yang lebih variatif dan akomodatif
terhadap keragaman budaya lokal (Semali dan Kinchelo, 2002; Nakaya, 2004;
Trunbull dan Pacheco, 2005).

Sebagai upaya mempersempit jarak antara praksis pendidikan dengan kondisi


aktual di masyarakat, pemerintah sejak tahun 1980-an menggulirkan kebijakan
mengenai kurikulum muatan lokal. Melalui muatan lokal, sekolah dan guru
diharapkan mampu menjembatani pengalaman aktual peserta didik dengan
kondisi riil kehidupannya. Tetapi kenyataannya, muatan lokal cenderung
dijalankan tanpa kesadaran mengenai landasan historis serta tuntutan sosial
(Drost, 2007; Tilaar, 2007). Kondisi ini terjadi karena ketidakmampuan guru
dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal pada level interaksi
pembelajaran (Bjork, 2004). Nilai-nilai atau tradisi seringkali dipahami sebagai
produk yang sudah jadi (Mutakin, 2008). Sehingga, dinamika yang terjadi
dalam kebudayaan kurang diperhatikan. Padahal, sebagaimana dikemukakan
para ahli, budaya tidaklah statis (Sztompka, 2008; Koentjaraningrat, 2005;
Marzali, 2005).

Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam


pendidikan guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan
dan kompetensi budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu,
pemahaman guru yang benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat membantu guru untuk
mengapresiasi keragaman perspektif tersebut, bukan menjadikannya sebagai

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 75


stereotip yang menyudutkan peserta didiknya. Semali dan Kinchelo (1998)
menyatakan, “By encouraging teachers to become familiar with indigenous
knowledges, especially knowledges that manifest themselves in local history,
traditional stories, and folklore, they will be able to recognize and reward the
students who bring this form of indigenous literacy to the classroom rather than
punishing them.”

d. Sebagai bacaan lanjut:

Guido, Marcus. "15 Strategi Pengajaran Kebudayaan-Responsif | Prodigy. "


Prodigy Blog , 13 Sept. 2017, www.prodigygame.com/blog/culturally-
responsive-teaching/.

"3 Tips Membuat Pelajaran Sebarang Lebih Responsif Secara Kultur ." Kultur
Pedagogi , 10 Sept. 2017, www.cultofpedagogy.com/culturally-
responsive-teaching-strategies/.

"Pengajaran Responsif Kultur Bermula Dengan Pelajar." TeachThought , 8 Nov


2015, www.teachthought.com/pedagogy/culturally-responsive-teaching-
starts-with-students/.

Getting Started With Culturally Responsive Teaching.


https://www.edutopia.org/article/getting-started-culturally-responsive-
teaching.

3. Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL))

a. Pendekatan TaRL

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia dikelompokkan berdasarkan usia


peserta didik. Padahal, jika kita ketahui lebih lagi pertambahan usia tak sejajar
dengan perkembangan belajar. Setiap perkembangan peserta didik memiliki
pendekatan yang berbeda. Teaching at the right level adalah proses intervensi
yang harus dilakukan guru dengan memberikan masukan pembelajaran yang
relevan dan spesifik untuk menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta
didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan

76 | PPG Pra Jabatan 2022


kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut
mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran
peserta didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut,
namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya

Teaching at the Right Level (TaRL) yang memungkinkan anak-anak


memperoleh keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan
cepat. Tanpa memandang usia atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat
anak. Inilah yang dimaksud dengan "Mengajar pada Tingkat yang Benar".
Fokusnya adalah membantu anak-anak dengan dasar membaca, memahami,
mengekspresikan diri, serta keterampilan berhitung sesuai dengan tingkat
kemampuannya.

Guna menerapkan pendekatan ini, tentunya seorang pendidik harus


melakukan beberapa tahapan, sbb:.

1) Pahami Peserta Didik

Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai, tipe gaya belajar
apa yang membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap
peserta didik. Dan selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan
memiliki kemampuannya masing- masing.

2) Rancang Perencanaan Pembelajaran

Rancang perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil


identifikasi peserta didik serta pengelompokkan peserta didik dalam tingkat
yang sama.

3) Mengikuti Ragam Pelatihan

Sebagai seorang pendidik, pentingnya untuk mengikuti berbagai ragam


pelatihan guna memahami konsep pendekatan serta teknik yang sesuai
agar TaRL dapat diimplementasikan dengan baik.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 77


Cara menggunakan Capaian Pembelajaran dengan prinsip pembelajaran yang
disesuaikan tingkat pencapaian siswa (kebutuhan, kecepatan, dan gaya
belajar sesuai dengan fase perkembangan anak) :

1) Ciptakan lingkungan yang penuh perhatian, saling peduli, terbuka, dan


nyaman untuk belajar.

2) Tumbuhkan hubungan yang positif dan konsisten dengan anak-anak lain


dan orang dewasa (dalam jumlah yang terbatas).

3) Ciptakan kebiasaan saling menghargai dalam ruang kelas sehingga anak


juga belajar untuk menghormati dan memahami perbedaan-perbedaan
yang ada dan mampu menghargai kelebihan-kelebihan tiap orang.

4) Berikan anak-anak kesempatan untuk bermain bersama, mengerjakan


tugas dalam kelompok kecil, berbicara dengan teman-temannya atau
orang dewasa. Melalui hal-hal tersebut anak belajar bahwa kelebihan dan
minatnya berpengaruh terhadap kelompoknya.

5) Lingkungan belajar harus mempunyai tempat untuk dapat bergerak dan


beraktivitas dengan leluasa namun juga menyediakan tempat dimana
mereka dapat beristirahat.

6) Berikan anak keleluasan untuk belajar dengan berbagai cara tetapi


sediakan juga kegiatan yang terjadawal dan rutin.

7) Gunakan metode mengajar yang tepat.

8) Ciptakan lingkungan yang tanggap akan kebutuhan anak dan merangsang


kecerdasan.

9) Gabungkan bermacam-macam pengalaman, material dan strategi


mengajar dalam menyusun kurikulum dan sesuaikan dengan pengalaman-
pengalaman yang dipunyai anak sebelumnya, tingkat kematangan, gaya
belajar, kebutuhan, dan minatnya.

78 | PPG Pra Jabatan 2022


10) Gabungkan bahasa dan budaya dari rumah anak dengan sekolah sehingga
setiap anak dapat menyumbangkan keunikannya dan belajar untuk
menghargai perbedaan yang ada.

11) Berikan kesempatan anak untuk memilih dan membuat rencana untuk
aktivitas belajar agar mereka belajar berinisiatif dan ajukan pertanyaan dan
komentar yang merangsang anak berpikir.

12) Berikan perhatian dan dukungan dalam berbagai bentuk seperti pujian dan
kedekatan fisik (misal: membelai kepala anak, memeluk, dll).

13) Sesuaikan derajat kesulitan dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan


anak agar anak menjadi percaya diri bila berhasil mengejakan tugas-
tugasnya.

14) Kembangkan kemampuan anak untuk bertanggung jawab dan mengatur


diri.

15) Susunlah kurikulum yang tepat dan buatlah evaluasi atas proses dan hasil
belajar anak.

b. TaRL Dalam Kurikulum Merdeka

Di dalam kelas tentu saja mungkin kerap kali menemui berbagai karakteristik
siswa, tidak terkecuali karakteristik perkembangan akademiknya. Ada peserta
didik yang cepat belajar dan ada juga yang sedikit lambat dalam menerima
pelajaran yang disampaikan guru. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena
level siswa tersebut belum tepat dengan level atau capaian belajar yang
ditetapkan.

Teaching at the Right Level merupakan pen-de-kat-an pedagogis yang


memperhatikan per-samaan level kemampuan ber-da-sar--kan evaluasi.
Siswa dikelom-pok-kan berdasarkan tingkat pem-belajaran dari usia dan kelas.

Selanjutnya guru harus secara kon-sisten mengukur kemam-puan mem-baca,


menulis dan memahami. Jika dalam prosesnya siswa tidak menca-pai hasil

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 79


yang diharapkan, maka guru ha-rus menyiapkan program remedial.
Pen-dekatan TaRL terbukti dapat me-ningkatkan hasil belajar siswa.

Teaching at the right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang tidak
mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan
siswa. Inilah yang menjadikan TaRL berbeda dari pendekatan biasanya. TaRL
dapat menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama
ini terjadi dalam kelas.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru dalam mengajar di


sesuaikan dengan kemampuan peserta didiknya. Fakta ini, tentu saja
menjadikan konsep pendekatan TaRL sebagai hal yang perlu di bahas lebih
mendalam lagi.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally


appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive
pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), silakan
bekerja dalam kelompok (3-4 orang) dengan waktu bekerja 1 SKS, untuk
menyelesaikan tugas berikut.

Intruksi : Lakukan analisis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa yg dimaksud dengan teaching at the right level?


2. Mengapa capaian pembelajaran dirumuskan per fase?
3. Apa yang anda pahami capaian pembelajaran?
4. Mengapa perlu capaian pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud menyesuaikan pembelajaran dengan situasi dan
lingkungan belajar yang ada?
6. Apa itu capaian pembelajaran setiap fase?
7. Bagaimana cara membuat capaian pembelajaran?
8. Bagaimana cara menggunakan capaian pembelajaran dengan prinsip
pembelajaran?

80 | PPG Pra Jabatan 2022


D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan


mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi
secara lisan atau gallery walk/pameran hasil kerja, dll)

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang prinsip : (1) Pembelajaran


Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang
Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai
Level (teaching at the right level), buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan
rekan, dosen atau instruktur tamu.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at
the right level) dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah
lain atau dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan.

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at
the right level). Berikutnya, refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 81


2. Bagian manakah dari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching
at the right level) yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), yaitu kegiatan yang bisa
Anda lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at
the right level) secara efektif di kelas Anda.

82 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta
Didik (Assesment)

Durasi 1 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu membuat rencana pengukuran yang dilakukan selama pembelajaran di


sekolah
2. Mampu melakukan proses evaluasi diri dan refleksi sebagai salah satu alat
pengukuran
3. Mampu menunjukkan keterampilan observasi dan pedagogik

A. Mulai dari Diri

Sebelum memulai pembelajaran di awal semester, sebagai seorang guru Anda


juga perlu mendesign sebuah cara untuk melakukan pemetaan terhadap
pemahaman siswa yang telah anda ajar. Namun sebelum kita maju lebih lanjut,
mari kita ingat pengalaman dulu anda sebagai siswa. Silahkan duduk berdua
dengan pasangan dan ceritakan hal sebagai berikut:

Stress Ujian Siap Ujian

Pernahkah anda stres di


sekolah karena menghadapi Pernahkah anda merasa siap sekali

ujian? menghadapi ujian di sekolah?

Hal apa yang membuat anda Hal apa yang membuat anda merasa
Pengalaman sangat siap ketika menghadapi
stres ketika menghadapi ujian?
ujian?
Jenis atau bentuk ujian seperti
apa yang membuat anda Jenis atau bentuk ujian seperti apa

stress? yang membuat anda siap ujian?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 83


Stress Ujian Siap Ujian

Jika anda sebagai siswa diberikan Jika anda sebagai siswa diberikan
kesempatan untuk memilih ujian utk kesempatan untuk memilih ujian utk
menilai pemahaman diri atas materi menilai pemahaman diri atas materi
yang sudah dirikan guru, maka: yang sudah dirikan guru, maka:
Harapan
Bentuk ujian spt apa yang tidak Bentuk ujian spt apa yang tidak
membuat anda stres? membuat anda siap?

Kapan sebaiknya soal ujian tersebut Kapan sebaiknya soal ujian tersebut
diberikan kepada anda? diberikan kepada anda?

Silahkan rangkum hasil sharing dan diskusi anda bersama pasangan kedalam
secarik kertas, lalu kumpulkan ke dosen anda. Terimakasih, atas sharing anda.
Wah ternyata mendesign sebuah “ujian” atau asesmen bagi pemahaman siswa,
banyak hal yg harus dipertimbangkan yah.

Nah mari kita lanjutkan. Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki
ekspektasi tertentu, setelah mempelajari topik in. Tuliskan ekspektasi Anda pada
secarik kertas, dan berikan ke dosen anda.

Setelah Anda mempelajari topik ini saya ingin:

1….

2….

3. dst

Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih


memahami konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh.

84 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep

1. Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh

Pada bagian akan ini dijelaskan pengertian dan tujuan dari asesmen, penilaian,
dan evaluasi dalam konteks pembelajaran, beserta ilustrasinya.

a. Pengertian Assessment Menurut Para Ahli

Sebelum kita bahas lebih dalam, berikut adalah penjelasan dari pendapat para
ahli dibawah ini.

1) Menurut Richard I. Arends (2008), assessment adalah suatu proses


pengumpulan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud
pengambilan keputusan instruksional.

2) Menurut Terry Overtun (2008), “Assessment is a process of gathering


information to monitor progress and make educational decisions if
necessary. As noted in my definition of test, an assessment may include by
a test, but also include methods such as observations, interview, behavior
monitoring, etc.” Assessment adalah suatu proses pengumpulan suatu
informasi untuk memonitor kemajuan dan bila disebutkan dalam definisi
saya tentang tes, suatu penilaian ini bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga
terdiri dari berbagai metode seperti obsevasi, wawancara, monitoring
tingkah laku, dan sebagainya.

3) Menurut Bob Kizlik (2009), “Assessment is a process by which information


is obtained relative to some know objective or goal. Tests are assessment
made under contrived circumstances especially so that they are may be
administered. In other words, all tests are assessments, but not all of
assessments are tests.” Assessment adalah suatu proses dimana suatu
informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Penilaian ini
adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah suatu
bentuk khusus dari penilaian. Tes juga adalah salah satu bentuk penilaian.
Dengan kata lain, semua tes ini merupakan penilaian, namun tidak semua
penilaian berupa tes.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 85


4) Assessment adalah suatu kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. (Eko Putro Widoyoko,
2012).

b. Kesimpulan Pengertian Assessment :

Assessment atau yang disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan
atau penggunaan dalam berbagai cara dan alat guna mendapatkan
serangkaian informasi mengenai hasil dari pembelajaran serta pencapaian
kompetensi dari peserta didik.

Pada dasarnya, assessment merupakan suatu istilah lain dalam penilaian.


Istilah Assessment sangat berkaitan erat dengan istilah evaluasi yang
merupakan metode dalam mendapatkan hasil belajar dari siswa. Sehingga
proses assessment ini dilaksanakan denga tujuan agar dapat mengetahui
sejauh mana presatasi belajar dari para peserta didik.

Tak hanya itu definisi lain dari assesment merupakan suatu proses dalam
memperoleh data atau informasi dari proses pembelajaran serta memberikan
umpan baik terhadap guru maupun kepada peserta didik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa pengertian sebagai berikut :

1) Asesmen (assessment) adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi


dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik
kinerja mahasiswa, kelas/mata kuliah, atau program studi dibandingkan
terhadap tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu. Setelah diperoleh
hasil asesmen maka dilakukan proses penilaian.

2) Penilaian (grading) adalah proses penyematan atribut atau dimensi atau


kuantitas (berupa angka/huruf) terhadap hasil asesmen dengan cara
membandingkannya terhadap suatu instrumen standar tertentu. Hasil dari
penilaian berupa atribut/dimensi/kuantitas tersebut digunakan sebagai
bahan evaluasi.

3) Evaluasi (evaluation) adalah proses pemberian status atau keputusan


atau klasifikasi terhadap suatu hasil assesmen dan penilaian.

86 | PPG Pra Jabatan 2022


Sebagai ilustrasi berikut adalah contoh rangkaian proses asesmen, penilaian,
dan evaluasi pembelajaran untuk pemenuhan CPMK mahasiswa pada suatu
mata kuliah tertentu. Asesmen dapat dilakukan dengan berbagai teknik
asesmen antara lain ujian atau penugasan. Berikutnya dilakukan penilaian
dengan bantuan instrumen penilaian tertentu, dapat berupa kunci jawaban,
daftar periksa (check list), pedoman penilaian, atau rubrik.

c. Fungsi Assessment

Assessment atau penilaian mempunyai peranan yang penting dalam proses


kegiatan belajar dan mengajar terhdap peserta didik. Sebab assessment
mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif, berikut
penjelasannya.

1) Fungsi Formatif

Fungsi formatif merupakan assessment yang digunakan dalam


memberikan umpan balik atau feedback terhadap para guru untuk
dijadikan dasar pada saat memperbaiki serta membenarkan proses
pembelajaran dan juga mengadakan remedial bagi para peserta didik.

2) Fungsi Sumatif

Fungsi Sumatif merupakan fungsi yang berguna dalam penentuan nilai


belajar siswa dalam satu mata pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya
dapat dijadikan bahan memberikan laporan, untuk menentukan kenaikan
kelas serta menentukan lulus atau tidaknya peserta didik.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 87


d. Tujuan Assessment

Menurut pendapat dari Chittenden (1994) ia menyatakan bahwa tujuan dari


penilaian “assessment purpose” merupakan “keeping track”, checking up,
finding out and summing up. Berikut adalah penjelasannya :

1) Keeping Track

Keeping track yaitu berguna dalam menelusuri dan melacak proses belajar
dari peserta didik yang mana sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah diterapkan. Maka dalam hal ini guru wajib
mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu dari
berbagai jenis dan teknik penilaian agar mendapatkan gambaran suatu
pencapaian dan kemajuan belajar dari peserta didik.

2) Checking Up

Checking Up yaitu berguna dalam mengecek suatu pencapaian dan


kemampuan dari peserta didik dalam proses belajar dan kekurangan-
kekurangan dari peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran.
Dengan kata lain, dalam hal ini guru sangat penting dalam melaksanakan
penilaian sehingga mengetahui bagian mana dari materi yang telah
dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang belum dikuasai.

3) Finding Out

Finding Out merupakan suatu proses mencari, menemukan dan


mendeteksi kekurangan kesalahan atau kelemahan dari peserta didik
dalam proses belajar, sehingga guru dapat dengan tanggap dalam mencari
alternatif untuk penyelesaiannya.

4) Summing Up

Summing Up merupakan suatu cara dalam menyimpulkan tingkat


penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil dari

88 | PPG Pra Jabatan 2022


penyimpulan ini yang mana dapat digunakan oleh guru dalam menyusun
laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling membutuhkan.

e. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan


dilakukannya asesmen, penilaian, dan evaluasi pembelajaran
adalah:

1) Memantau perkembangan proses pembelajaran siswa.

2) Mengecek pemenuhan terhadap capaian pembelajaran dan memberikan


nilai atas proses dan hasil pembelajaran siswa

3) Memperoleh umpan balik sebagai bagian dari siklus perbaikan


berkelanjutan (continuous improvement) bagi :

a) Siswa dalam rangka perbaikan pembelajaran


b) Guru dalam rangka perbaikan dan pengembangan mata kuliah
c) Program studi dalam rangka pengembangan kurikulum
d) Sekolah dalam rangka pengembangan institusi

4) Wahana kontrol kualitas lulusan, dalam artian bahwa melalui asesmen


capaian pembelajaran dapat dipastikan seluruh lulusan suatu program
studi telah memenuhi standar minimal yang telah ditentukan.

5) Penunjang akuntabilitas institusi, yaitu sumber informasi terkait proses dan


hasil pembelajaran kepada pemangku kepentingan terkait.

f. Jenis-Jenis Assessment

Ada juga jenis-jenis dari assessment yang sering digunakan, antara lain tes
tertulis yang disajikan terhadap siswa untuk menjawabnya yaitu:

1) Performance Assessment

Performance assessment marupakan salah satu jenis assessment yang


menyuruh para peserta didik agar dapat melakukan demonstasi

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 89


bersamaan mengaplikasikan pengetahuan diberbagai situasi yang
dikehendaki.

2) Penilaian Portofolio dan Penilaian Proyek

Penilaian proyek ini merupakan suatu tugas dalam bentuk investigasi yang
diawali dengan pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi
hingga dengan penyajian data.

3) Product Assessment dan Self Assessment

Product Assessment merupakan suatu proses penilaian keterampilan


dengan cara membuat suatu produk tertentu. Self Assessment
dilaksanakan sendiri oleh peserta didik maupun guru yang bersangkutan
dalam kepentingan pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar di tingkat
kelas, terakhir, jenis assessment juga bisa dalam bentuk penilaian sikap
dan penilaian dengan basis kelas.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,


Contoh, silakan bekerja dalam kelompok (3-4 orang) dengan waktu bekerja 1 sks,
untuk menyelesaikan analisis studi kasus berikut:

Saat ini adalah permulaan tahun ajaran baru. Anda adalah seorang wali kelas 4
SD yang memiliki anak didik usia 10 tahun bernama Diana. Wali kelas 3-nya
mengeluhkan dinamika bersekolah Diana kepada anda. Guru wali kelas tersebut
mengatakan nilainya jauh tertinggal dari teman-teman lainnya di kelas. Diana juga
kurang baik dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya selama masa PJJ kemarin..
Bahkan pihak wali kelas mengatakan bahwa ia khawatir dengan tuntutan yang
semakin tinggi di kelas 4 di pelajaran IPA, Bahasa dan IPS yang membutuhkan
banyak bacaaan. Diana seringkali tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
dan ulangannya menunjukan nilai buruk. Namun demikian, ketika materi tugas dan
ulangan tersebut diulangi secara lisan dan individual, Diana dapat menjawabnya.

90 | PPG Pra Jabatan 2022


Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ada:

1. Kira-kira bagaimanakah cara melakukan asessmen terhadap keadaan Diana?


2. Jenis asesmen apakah yang akan anda berikan kepada siswa anda tersebut?
Jelaskan pertimbangan anda.
3. Kesimpulan apa yang anda dapat tarik dari asessment yang anda design dan
lakukan tersebut?

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan


mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi
secara lisan atau gallery walk/pameran hasil kerja, dll)

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang konsep Assessment : Pengertian,


Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh, , buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep
yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan,
dosen atau instruktur tamu.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan,


Jenis, Contoh, dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah
lain atau dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan. Anda dapat menonton
video “Asesmen Nasional, Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan Nasional”
sebagai pemicu aplikasi asesmen pada pendidikan selama masa pandemi.

(https://www.youtube.com/watch?v=vcg4TEexJuQ)

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 91


G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan,


Jenis, Contoh, refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep


Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?

2. Bagian manakah dari konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,


Contoh, yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan ketika anda
bekerja menjadi seorang guru (terutama pada masa PJJ)?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait konsep
Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh, yaitu kegiatan yang bisa
Anda lakukan ketika mengajarkan secara efektif di kelas Anda.

92 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)
Penyusunan, Evaluasi Dan Refleksi

Durasi 4 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam proses pembelajaran


2. Menunjukkan kemampuan observasi
3. Menerapkan kemampuan dalam penggunaan strategi pendekatan yang sesuai
4. Menunjukkan kemampuan dalam mengevaluasi proses pembelajaran dan berpikir
reflektif
5. Mampu menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang kontekstual (sesuai
kebutuhan peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai kultur budaya, dan
kemampuan belajar peserta didik)
6. Mampu menyajikan program pembelajaran yang telah dilakukan, dievaluasi dan
direfleksikan.

A. Mulai dari Diri

Agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan terarah,


seorang guru perlu melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapan yang
biasa dilakukan adalah merancang dan menyusun lesson plan atau RPP. RPP
yang disusun tersebut dapat digambarkan sebagai penunjuk arah yang membuat
pembelajaran dapat terjadi secara optimal, dengan langkah-langkah yang jelas
dan merupakan satu bagian dari kesatuan cakupan materi pembelajaran yang
sudah ditentukan untuk satu periode waktu tertentu. Cakupan ini biasanya sudah
tercantum dalam silabus pelajaran yang dirancang untuk 1 semester, 1 tahuan
pelajaran, atau atau bahkan lengkap selama 3 tahun periode pembelajaran di
suatu satuan pembelajaran.

Sebelum membahas materi lebih lanjut, mari kita tonton video berikut “Konsep
Dasar RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”, oleh Bapak Haris Budi S

(https://www.youtube.com/watch?v=pswgJTaHL7s).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 93


Setelah mengamati video “Konsep Dasar RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)”, tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah RPP itu?


2. Apakah lesson plan dan RPP itu sama?
3. Kenapa harus membuat lesson plan?
4. Apa perbedaan antara desain dan perencanaan pembelajaran?

Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki ekspektasi tertentu. Tuliskan


ekspektasi Anda setelah mempelajari topik ini.

Setelah Anda mempelajari topik ini saya ingin:

1….

2….

3. dst

B. Eksplorasi Konsep

Sekarang kita akan mempelajari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


/Lesson Planning (RPP), khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Lesson Plan ( RPP )

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.

94 | PPG Pra Jabatan 2022


Secara umum RPP dapat didefinisikan sebagai seperangkat rencana
pembelajaran yang memberi arahan bagi guru materi apa saja yang akan
diajarkan dan bagaimana mengajarkannya (Spratt, et al., 2005). Definisi di atas
menunjukkan bahwa unsur yang harus ada dalam suatu lesson plan adalah materi
pelajaran yang harus dikuasai dan bagaimana pembelajaran untuk mencapai
materi tersebut akan dirancang, dikelola, dan dievaluasi keberhasilannya.

Gambar 6. 1 Alur RPP

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Rancangan pembelajaran
yang baik menyiratkan dimilikinya dua properties utama (Harmer, 2001), yaitu
coherence dan variety.

a. Coherence

Coherence berarti RPP memiliki pola yang logis dan ada keterkaitan
antarbagian atau antarunsur yang membentuk satu kesatuan. Apabila di
dalamnya ada, misalnya, tiga aktivitas yang berbeda-beda, harus ada
keterkaitan antara ketiga jenis aktivitas itu. Setidaknya, masing-masing
aktivitas tersebut harus mencapai satu tujuan yang sama. Apabila tiap aktivitas
saling tidak berkaitan, bisa dikatakan bahwa RPP tersebut tidak koheren.

b. Variety

Variety berarti penggunaan jenis-jenis aktivitas yang berbeda. Suatu drill yang
dilakukan secara monoton dalam keseluruhan cakupan waktu untuk satu

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 95


pertemuan sudah pasti akan membuat pelajaran menjadi sangat menjemukan.
Untuk mencapai suatu kompetensi tertentu seringkali diperlukan beberapa
aktivitas berkesinambungan yang nantinya secara bersama-sama akan dapat
membantu siswa memiliki kemampuan yang diinginkan tersebut.

Kedua properties di atas nampak seperti dua hal yang saling bertentangan. Dalam
kondisi ekstrim, RPP yang sangat koheren dapat tidak memenuhi syarat
keberagaman, dan sebaliknya sebuah RPP yang memuat aktivitas yang sangat
beragam dapat menjadi kurang koheren. Harmer (2001) menyarankan untuk
dilakukannya suatu kompromi: ‘Plan a lesson that has an internal coherence but
which allows students to do different things’. Kita harus mampu merancang RPP
yang memiliki koherensi internal tanpa menghalangi siswa untuk melakukan
berbagai jenis aktivitas yang bervariasi namun tetap relevan.

2. Mengapa Perlu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson


Plan)?

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson planning merupakan salah satu


keterampilan dasar yang diperlukan oleh seorang guru. Arti pentingnya lesson
planning dalam kegiatan pembelajaran dapat digambarkan sebagai seseorang
yang sedang melakukan sebuah perjalanan. Orang yang melakukan perjalanan itu
perlu tahu berbagai hal menyangkut perjalannya itu: ke mana tujuan perjalannya,
berapa lama waktu yang dibutuhkannya, apa saja yang akan diperlukannya
selama perjalanan berlangsung. Secara umum, lesson plan berfungsi untuk
(Graves, 2000) :

a. To give the lesson a framework, an overall shape


b. To remind teachers what they intended to do, especially if they get distracted
or momentarily forget what they had intended.

96 | PPG Pra Jabatan 2022


3. Unsur-unsur Utama dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /
Lesson Plan

Unsur yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / lesson plan dapat
bervariasi, berbeda-beda antarguru, masing-masing menyesuaikan dengan
kebutuhannya. Namun, menurut Harmer (2001), pada dasarnya sebuah RPP perlu
mencantumkan beberapa aspek berikut ini.

a. Who are the students for this activity?


Yaitu deskripsi atau karakteristik kelas dan kelompok belajar yang akan belajar
menggunakan lesson plan tersebut

b. What will it achieve?


Berupa deskripsi tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c. How long will it take?


Berupa pernyataan tentang batasan waktu yang dialokasikan untuk melakukan
proses pembelajaran

d. What might go wrong?


Problem yang mungkin muncul dan antisipasinya

e. What will be needed?


Media yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran

f. How does it work?


Rangkaian kegiatan (procedure) yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007


Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah,
komponen RPP adalah:

a. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,


program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 97


b. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik


yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu
mata pelajaran.

c. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta


didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.

d. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi


untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

e. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang


diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional,
rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.

98 | PPG Pra Jabatan 2022


f. Materi ajar

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan


pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada
materi pokok yang ada dalam silabus.

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.

g. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan


beban belajar.

h. Metode pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula


diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar


dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.

i. Kegiatan pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah


kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah- langkah kegiatan
memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai
dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 99


dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan


pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.

2) b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.


Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpul-an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

j. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen


yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat ituangkan
dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan
teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek
harus disertai rubrik penilaian.

100 | PPG Pra Jabatan 2022


k. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan


kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup
sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber
belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam
silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku
teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson


Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi, silakan bekerja
dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas berikut:

Sebagai tugas UAS, buatlah pameran yang mempresentasikan sebuah program


pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dievaluasi dan direfleksikan pada saat
anda melakukan PPL 1 di sekolah

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan


mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda dalam bentuk pameran hasil kerja.
Pameran ini akan dinilai sebagai nilai UAS anda pada mata kuliah ini.

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang Lesson Planning (RPP),


Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi, buatlah pertanyaan-pertanyaan
mengenai konsep yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan
didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 101


F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /


Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi dengan
topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau dengan
kegiatan PPL yang berkaitan.

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /


Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi,
refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya
Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi?

2. Bagian manakah dari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson


Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi yang paling
menantang untuk dilakukan saat PPL 1 di sekolah?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya
Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait materi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya
Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi selama anda melakukan kegiatan PPL di
sekolah. Hal yang harus dilakukan yaitu : menghasilkan program pembelajaran
yang inklusif serta menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan
berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan strategi pendekatan
pembelajaran berdasarkan profil siswa, dengan :

1. Menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang kontekstual (sesuai


kebutuhan peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai kultur budaya,
dan kemampuan belajar peserta didik)

102 | PPG Pra Jabatan 2022


2. Menyajikan program pembelajaran yang telah dilakukan, dievaluasi dan
direfleksikan.

H. DAFTAR BACAAN ATAU SUMBER BELAJAR LAIN

https://cft.vanderbilt.edu/guides-sub-pages/grading-student-work/#criteria

Aronson (ed). (2002). Academic achievement: Impacts of psychological


factors on education. New York: Academic Press

Dweck, Carol. (2006). Mindset: The New Psychology of Success, How we


can learn to fulfill our potential. USA : Ballantine Books.

Gilbert, Ian. (2011). Why do I need a teacher when I’ve got google? The
essential guide to the big issues for every twenty-first century teacher.
New York: Routledge

Ireson, Judith. (2008). Learners, learning and educational activity. New


York: Routledge

Harmer, Jeremy. (2001). The Practice of English Language Teaching. Third


edition. Longman Pearson Education Limited.

Hammond, Zaretta. (2015). Culturally responsive teaching and the brain:


Promoting authentic engagement and rigor among culturally and
linguistically diverse students. California: Corwin, Sage Company

Kearns, T & Lee, D. (2015). General Psychology: an Introduction. Georgia:


NOBA Press.

Ormrod, J. E. (2014). Educational Psychology. 7th ed. Boston: Pearson


Education, Inc.

Papalia, D.E., & Martorell, G. (2014). Experience human development (13th


edition). New York: McGraw-Hill

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 103


Paris, Scott G & Ayres, Linda R. (1994). Becoming reflective students and
teachers: With portfolios and authentic assessment. Washington DC:
American Psychological Association

Plotnik, R. (2005). Introduction to Psychology (7th ed). Belmont, CA:


Wadsworth Thomson Learning.

Siegel, D. J. & Bryson, T.P. (2011). The Whole-Brain Child. NY: Bantam

Santrock, J.W. (2011). Educational Psychology. 5th Ed. NY: McGraw-Hill

Santrock, J.W. (2018). Life-Span Development. 17th Ed. NY: McGraw-Hill.

Triling, Bernie & Fadel, Charles. (2009). 21st Century skills: Learning for life
in our times. San Francisco: Jossey-Bass

Ilfiandra. (2011). Program Pengembangan Anak Usia Dini Dalam Perspektif


Developmentally Appropriate Practice. Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah. UPI Bandung.
https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/view/1067

Zein, Riwayati. (2015). Implementasi Developmentally Approproate


Practice Pada Kegiatan Bercerita Dalam Pembelajaran Anak TK TK
STKIP Adzkia. Jurnal Pelangi. Padang.
http://dx.doi.org/10.22202/jp.2015.v7i2.197.

104 | PPG Pra Jabatan 2022


LAMPIRAN

A. Lampiran 1

Tugas Jurnal Refleksi :

Instruksi

Tujuan tugas : Memahami pentingnya melakukan refleksi diri sebagai sarana


mengetahui pemahaman diri sendiri

Uraian tugas :

1. Objek garapan : Refleksi diri

2. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Menuliskan sebuah tulisan


reflektif mengenai pengalaman pribadi selama kegiatan perkuliahan
berlangsung. Untuk dapat mengerjakan tugas ini, mahasiswa akan
mendapatkan pertanyaan reflektif dari dosenterkait aktivitas yang diikuti serta
insight yang diperoleh.

3. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan :

a. Tugas dikerjakan secara individu


b. Hasil refleksi dituliskan di dalam jurnal yang sudah disiapkan
c. Setiap pertanyaan harus dijawab dengan jelas sesuai pertanyaan panduan

4. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan / dikerjakan : Tugas ditulis di dalam


Jurnal dan dikumpulkan kepada dosen sesuai jadual yang telah disepakati

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 105


Rubrik Penilaian

Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Penjelasan konsep
yang diberikan
Dapat menjelaskan konsep atau Dapat menjelaskan konsep Menjelaskan dengan
Dapat menjelaskan konsep sepenuhnya
memberi contoh dengan cara yang dipilih dengan pilihan kata-kata kunci yang
yang dipilih dengan pilihan berbeda dengan
yang memberikan pemahaman kata dan susunan kalimat sama atau hampir sama
kata dan susunan kalimat materi yang dibahas
baru terhadap materi dan/atau yang berbeda dengan (sinonim) dari penjelasan
yang berbeda dengan
memberikan literatur tambahan sumber yang digunakan di di sumber yang atau
sumber yang digunakan di
Pemahaman contoh aplikasi materi dalam kelas, secara umum tidak digunakan di kelas
kelas, tidak menyimpang Menggunakan
materi konteks yang baru (dalam arti di menyimpang dari materi dan/atau susunan kalimat
dari materi yang dibahas konsep yang tidak
luar pembahasan di kelas; yang dibahas (ada sedikit yang hampir sama
dan memberikan contoh termasuk materi
termasuk menggunakan literatur pergeseran makna tetapi dengan penjelasan di
baru yang belum pernah yang dibahas/tidak
termutakhir dan relevan di luar tidak merusak pemahaman sumber yang digunakan
diberikan relevan dengan
buku pegangan wajib) inti materi) di kelas
perspektif materi
yang dibahas

106 | PPG Pra Jabatan 2022


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Sama dengan Dapat memberikan


Dapat menunjukkan
kategori baik, tetapi penjelasan yang logis Sama sekali tidak
hubungan yang logis Berusaha
penjelasan yang mengenai hubungan dapat
Kualitas antara pengalaman menunjukkan
diberikan antara pengalaman menunjukkan
penjelasan pribadi dengan inti hubungan antara
memberikan pribadi dengan hubungan antara
hubungan dari materi yang pengalaman pribadi
pemahaman baru, keseluruhan dari materi pengalaman
antara konsep dibahas. Masih dengan materi yang
belum pernah yang dibahas, tidak ada pribadi dengan
dengan dimungkinkan ada dibahas, tetapi
dibahas aspek atau elemen keseluruhan
pengalaman/diri aspek atau elemen kurang sesuai
sebelumnya, atau yang terlewat dan materi yang
sendiri tertentu dari konsep dengan inti dari
lebih dalam salah. Penjelasan dibahas.
yang kurang tepat konsep tersebut
mengenai materi didukung dengan
atau tidak digunakan
yang dibahas contoh yang tepat pula

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 107


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Sama dengan kategori baik,


tetapi penjelasan yang Dapat menunjukkan

diberikan memberikan bagaimana

pemahaman baru, belum pemahaman (atau Berusaha


Kejelasan Dapat menyebutkan
pernah dibahas sebelumnya, proses kognitif- menunjukkan proses
menjelaskan adanya pemahaman
atau lebih dalam mengenai afektif lainnya) belajar atau
adanya (atau proses kognitif-
materi yang dibahas lama berubah pemahaman baru
pemahaman afektif) lama yang
menjadi yang baru. tetapi hanya Sama sekali tidak
baru terhadap digantikan atau
Dan/atau Penjelasan yang menyebutkan hal-hal dapat menunjukkan
pengalaman ditambah dengan yang
diberikan yang dipelajari dari proses belajar atau
hidup/diri sendiri Penjelasan menunjukkan baru. Hanya
membantu sumber yang pemahaman baru
setelah pemahaman mengenai menyebutkan saja,
pembaca digunakan di kelas;
mempelajari berbagai pemikiran tentang dahulu berpikir A,
memahami kalaupun ada sumber
materi yang manusia, menunjukkan kontras sekarang ada cara
pengalaman yang baru, sifatnya tidak
dibahas antara perdebatan yang ada berpikir B
dibahas dari dua kredibel
(misal: mind vs. body) atau
sudut pandang
bagaimana pandangan yang
berbeda
bertentangan tersebut
direkonsiliasikan

108 | PPG Pra Jabatan 2022


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Alur disampaikan dengan Alur sulit dipahami karena

cara yang membantu Pembahasan masih pembahasan tidak konsisten


Susunan ide dalam alur
pembaca untuk kurang konsisten pada suatu ide: terjadi
jelas dari awal hingga Inkonsistensi dalam alur
memahami isi tulisan tetapi garis besar alur perpindahan ide sebelum
akhir. Jika ada minimal, alur tulisan
dengan nyaman, mudah, tulisan masih bisa selesai dibahas sehingga satu
perpindahan ide yang tiba- dapat dipahami dengan
dan menghasilkan dipahami dengan paragraf mengandung banyak
tiba dapat dijustifikasi sekali membaca
pemahaman yang baik pembacaan berulang ide atau banyak paragraf tidak
dengan isi yang ingin
akan ide-ide dan selesai.
Kesalahan tata bahasa,
disampaikan dan tidak Masih terdapat
Alur dan argumen-argumen yang diksi, pengetikan
mengganggu pemahaman kesalahan tata Penulisan sulit dipahami karena
penulisan disampaikan minimal, dan format
pambaca bahasa, diksi, kalimat tidak disusun mengikuti
secara umum rapi
Tata bahasa, diksi, pengetikan, dan tata bahasa yang benar; pilihan
Tata bahasa, diksi, dengan sedikit
pengetikan, dan format format yang tidak rapi kata tidak tepat atau tidak
pengetikan, dan format inkonsistensi. Isi tulisan
mempermudah pembaca tetapi garis besar isi sesuai konteks; banyak
dibuat dengan rapi dan dapat dipahami dengan
memahami isi tulisan dan tulisan masih bisa kesalahan pengetikan; banyak
tidak mengganggu sekali membaca
membuat pembaca dipahami dengan kesalahan tanda baca; format
pemahaman pembaca
merasa nyaman dengan pembacaan berulang tulisan tidak konsisten dan

tulisan yang dibuat mempersulit pemahaman isi


tulisan

Catatan : nilai akhir: rata-rata nilai dari setiap aspek penilaian (bobot setiap aspek penilaian sama).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 109


B. Lampiran 2

UTS Tugas Panduan Observasi dan Melakukan Pengambilan Data Observasi :

Instruksi

Tujuan: Memahami prosedur observasi sesuai dengan teori perkembangan


sebagai sarana mengetahui kondisi peserta didik di lapangan.

Uraian tugas :

1. Obyek garapan : Membuat panduan observasi dan melakukan observasi

2. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Membuat panduan dan


melakukan observasi kepada peserta didik. Untuk dapat mengerjakan tugas
ini, mahasiswa diminta untuk membuat panduan dengan teori perkembangan
kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan moral.

3. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan :

a. Tugas dikerjakan secara individu


b. Hasil observasi dituliskan dalam laporan hasil observasi
c. Melampirkan hasil observasi dalam laporan hasil observasi

4. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan / dikerjakan : Tugas ditulis di dalam


Laporan dan dikumpulkan kepada dosen sesuai jadual yang telah disepakati

5. Format laporan:

a. Cover
b. Daftar isi
c. BAB 1. Pendahuluan : Identitas Peserta Didik, Perencanaan Observasi
(Panduan Observasi)
d. BAB 2. Hasil Analisa Data : uraian mengenai hasil observasi
e. BAB 3. Penutup : Kesimpulan
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran

110 | PPG Pra Jabatan 2022


Rubrik Penilaian:

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Etika observasi kurang


Etika observasi Etika observasi tidak
diperhatikan, informed consent
dipraktekkan dengan Etika observasi dipraktekkan Etika observasi dipraktekkan diperhatikan sama
hanya berisi pernyataan
sungguh-sungguh, semua dengan sungguh-sungguh, namun tidak semua unsur sekali informed consent
A.Etika kesediaan partisipan dan
unsur yang ada di semua unsur yang ada di yang ada di informed consent hanya berisi pernyataan
Observasi (5%) tujuan kegiatan observasi
informed consent informed consent terpenuhi terpenuhi, dilaporkan secara kesediaan partisipan,
tanpa ada unsur lain terkait
terpenuhi dan dilaporkan dilaporkan secara umum umum dilaporkan secara
dengan hak-hak partisipan,
dengan detail umum saja
dilaporkan secara umum

Rancangan observasi Rancangan observasi Tujuan observasi tidak


Rancangan observasi
memuat tujuan observasi memuat tujuan observasi Tujuan observasi kurang konkrit, definisi
memuat tujuan observasi
yang konkrit, definisi yang konkrit, definisi konkrit, definisi operasional, operasional, indikator
yang konkrit, definisi
operasional, indikator operasional, indikator indikator perilaku tidak perilaku tidak mengacu
B. Rancangan & operasional, indikator perilaku
perilaku mengacu pada perilaku mengacu pada teori mengacu teori psikologi yang teori psikologi yang
Panduan tidak mengacu teori psikologi
teori psikologi yang psikologi yang kredibel, kredibel, panduan observasi kredibel, panduan
Observasi (20%) yang kredibel, panduan
kredibel, panduan panduan observasi memenuhi sebagian kecil observasi tidak
observasi memenuhi
observasi memenuhi memenuhi sebagian besar unsur yang ada dalam format memenuhi unsur yang
beberapa unsur yang ada
semua unsur yang ada unsur yang ada dalam tugas ada dalam format tugas
dalam format tugas
dalam format tugas format tugas secara lengkap

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 111


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Pencatatan observasi
Metode pencatatan Metode pencatatan
tidak sesuai dengan
observasi cocok observasi cocok dengan Metode pencatatan Pencatatan observasi tidak
tujuan observasi,
dengan tujuan tujuan observasi, observasi cocok dengan sesuai dengan tujuan
prosedur
observasi, prosedur prosedur pelaksanaan tujuan observasi, prosedur observasi, prosedur
C.Skill pelaksanaan
pelaksanaan observasi observasi lengkap namun pelaksanaan observasi pelaksanaan observasi
Pengambilan observasi kurang
ditulis dengan detail kurang dijelaskan dengan kurang detail dan kurang kurang detail dan kurang
Data (20%) detail dan kurang
dan lengkap, setting detail, setting waktu dan lengkap, setting waktu dan lengkap, setting waktu dan
lengkap, setting
waktu dan tempat tempat observasi tempat observasi tempat observasi
waktu dan tempat
observasi digambarkan digambarkan dengan digambarkan dengan jelas digambarkan dengan jelas
observasi tidak
dengan jelas jelas
dijelaskan.

Deskripsi data
Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi
observasi lengkap dan Deskripsi data
lengkap dan detail, lengkap dan detail, lengkap namun kurang
detail, mencantumkan observasi sangat
D. Analisis mencantumkan data yang mencantumkan data yang detail, mencantumkan data
baik data mentah minim, kurang
dan sudah dianalisis namun sudah dianalisis namun yang sudah dianalisis
maupun data yang lengkap, tidak detail.
Kesimpulan data mentah tidak data mentah tidak namun data mentah tidak
sudah dianalisis. Kesimpulan
(20%) disertakan. Kesimpulan disertakan. Kesimpulan disertakan. Kesimpulan
Kesimpulan berisi misleading terhadap
berisi jawaban atas belum menjawab jawaban misleading dengan tujuan
jawaban atas tujuan tujuan observasi
tujuan observasi atas tujuan observasi observasi
observasi

112 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Validitas sesuai dengan Validitas tidak sesuai


Validitas sesuai dengan Validitas sesuai dengan Validitas tidak sesuai dengan
tujuan observasi, dengan tujuan
tujuan observasi, tujuan observasi, penjelasan tujuan observasi, penjelasan
penjelasan diuraikan observasi, tidak ada
penjelasan logis namun kurang logis dan kurang kurang logis dan kurang
E.Reliabilitas dengan logis dan penjelasan yang
kurang lengkap lengkap. lengkap
dan Validitas memadai sama sekali
Observasi
(20%) Rumus dan cara Rumus benar namun cara Tidak mengacu rumus
Rumus, cara dan Rumus tidak tepat, cara
perhitungan reliabilitas dan hasil perhitungan salah dan cara perhitungan
perhitungan reliabilitas perhitungan dan hasil
benar, namun hasil reliabilitas sesaui teori
benar dan tepat perhitungan salah
perhitungan salah Atau sebaliknya yang dipelajari.

Semua unsur laporan Hanya beberapa unsur


Semua unsur laporan Sebagian besar unsur
tertulis ada, semua Sebagian besar unsur laporan laporan yang ditulisan,
tertulis ada, semua bagian laporan tertulis ada, semua
bagian dijelaskan tertulis ada, beberapa bagian dengan uraian yang
diuraikan dengan jelas dan bagian diuraikan dengan
F. Kelengkapan dengan jelas dan tidak diuraikan dengan jelas tidak lengkap dan
lengkap, namun prinsip jelas dan lengkap, namun
laporan (5%) lengkap, prinsip dan lengkap, prinsip kurang jelas, kaidah
penulisan Bahasa prinsip penulisan Bahasa
penulisan Bahasa penulisan Bahasa Indonesia penulisan Bahasa
Indonesia yang baik Indonesia yang baik kurang
Indonesia yang baik yang baik kurang terpenuhi Indonesia tidak
kurang terpenuhi terpenuhi
terpenuhi terpenuhi.

Nilai akhir

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 113


C. Lampiran 3

Partisipasi dan Keterlibatan:

1. Instruksi : Cek masing-masing topik (demonstrasi kontekstual)


2. Rubrik Penilaian :

Tugas Refleksi

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Sebagian anggota Sebagian anggota


Semua anggota kelompok membuat kelompok membuat Anggota kelompok
Semua anggota
membuat refleksi diri refleksi diri baik refleksi diri namun hanya menuliskan
membuat refleksi diri
baik tentang teknis tentang teknis hanya sekilas bagian ini sebagai
baik tentang teknis
Refleksi Diri pelaksanaan tugas pelaksanaan tugas membahas teknis formalitas tanpa ada
pelaksanaan tugas
(10%) namun tidak namun tidak pelaksanaan tugas dan refleksi sama sekali
maupun tentang insight
mencantumkan insight mencantumkan insight tidak mencantumkan tentang teknis
pribadi dari pengalaman
pribadi dari pengalaman pribadi dari insight pribadi dari pelaksanaan maupun
mengerjakan tugas.
mengerjakan tugas. pengalaman pengalaman insight pribadi.
mengerjakan tugas. mengerjakan tugas.

114 | PPG Pra Jabatan 2022


Tugas Presentasi

Skor
No Komponen
1 2 3 4

1 A. Konten

2 Penguasaan materi

3 Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan konteks

Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi)


4
mendukung presentasi

5 Kemampuan mempertahankan argumen

6 Presentasi

7 Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)

Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif,


8
ketenangan)

9 Berpakaian sopan dan rapi

10 Penggunaan bahasa yang benar

11 Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Sumber : Adaptasi dari performance asessment, Glencoe McGraw-Hill

Rubrik: Skor 4 bila dilakukan dengan sangat baik, Skor 3 jika dilakukan dengan
baik, Skor 2 jika dilakukan dengan cukup, Skor 1 jika tidak dilakukan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 115


D. Lampiran 4

UAS : Pameran Perayaan Akhir Perkuliahan:


Instruksi :

Umum :

a. Mahasiswa diminta untuk membuat suatu pameran perayaan akhir perkuliahan


secara berkelompok.
b. Tugas dikumpulkan sesuai kesepakatan dengan dosen pengampu

Khusus :

a. Saat UAS mahasiswa diminta menyusun sebuah laporan akhir dari kegiatan
PPL 1 yang telah dibuat secara berkelompok (3-4 orang)

b. Mahasiswa diminta untuk refleksikan pengalamannya selama melakukan PPL


1, dengan merangkum pengalamannya dalam bentuk pameran perayaan
perkuliahan. Mahasiswa kemudian diminta menganalisisnya berdasarkan
pada teori yang sudah dipelajari.

c. Hal yang ditampilkan saat pameran :

1) Design hasil asesment yang didesign


2) Hasil asesment profil siswa yang ditangani
3) RPP yang dibuat guna memfasilitasi pembelajaran dengan dikaitkan
karakteristik khas siswa
4) Output yang terjadi di lapangan
5) Hal yang dipelajari dari rangkaian proses ini
6) Tips yang dapat diberikan kepada masyarakat luas jika berhadapan
dengan siswa yang memiliki karakteristik tersebut.

d. Mahasiswa selanjutnya diminta untuk membuat suatu produk kreatif yang


dapat dikonsumsi masyarakat luas secara online yang isinya memberikan
masukan/best practice/tips tentang bagaimana menghadapi situasi tersebut
(video, konten IG, prenzy, dsb). Masukan diharapkan pula dapat dikaitkan
kembali dengan teori yang digunakan. Untuk produk kreatif yang berbentuk
video durasi maksimal video adalah lima menit.

116 | PPG Pra Jabatan 2022


e. Nilai yang diberikan akan semakin baik apabila kelompok mampu menjelaskan
permasalahan secara mendalam, mampu secara baik mengaitkan
permasalahan dengan konsep teoritik, dan mampu memberikan solusi yang
setepat mungkin untuk dapat menjawab permasalahan.

f. Laporan akhir Pameran Akhir Perkuliahan ini terdiri dari jumlah halaman
maksimal 10 lembar, TNR 12, spasi 1,5 (tidak termasuk cover, daftar isi dan
daftar pustaka). Bagian-bagian dari laporan akhir meliputi:

1) Bab I : Latar belakang permasalahan/fenomena yang diamati


2) Bab II : Analisis permasalahan berdasarkan kajian teori
3) Bab III : Output produk yang telah dibuat
4) Bab IV: Kesimpulan dan Saran
5) Daftar Pustaka

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 117


Rubrik Penilaian Uas Hasil Praktek Lapangan

Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Latar belakang yang


Latar belakang yang Latar belakang yang
disampaikan mampu Latar belakang
disampaikan mampu disampaikan cukup
membuat pembaca yang disampaikan kurang
membuat pembaca dapat membuat
memahami dapat Baik latar belakang
memahami pembaca memahami
Latar permasalahan yang membuat pembaca yang diangkat
permasalahan yang permasalahan yang
belakang terjadi secara memahami permasalahan ataupun bukti-bukti
terjadi terjadi Hanya
perma- komprehensif yang terjadi yang disajikan tidak
Sebagian besar sebagian detail yang 35%
salahan/- Seluruh detail yang Sebagian besar jelas mengarahkan
detail yang disajikan disajikan dapat
fenomena disajikan dapat bukti yang disajikan kurang pembaca pada
dapat memperkuat/- memperkuat/-
yang diamati memperkuat/- dapat memperkuat/- fenomena yang ingin
mendukung mendukung
mendukung mendukung argumentasi disasar
argumentasi argumentasi
argumentasi mengapa fenomena ini
mengapa fenomena mengapa fenomena
mengapa fenomena ingin diangkatmati
ini ingin diangkat ini ingin diangkat
ini ingin diangkat

118 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Sebagian besar Teori yang dipergunakan Analisis yang


Seluruh
Seluruh permasalahan yang kurang relevan untuk diberikan sepenuhnya
permasalahan
Analisis permasalahan dibahas dapat dianalisis membahas permasalahan berbeda dengan teori
yang dibahas
perma- yang dibahas dengan baik menggunakan yang disebutkan. yang dibahas dan
dapat
salahan dapat dianalisis 1 teori. Bolah ada sedikit Cukup banyak kesalahan tidak relevan 30%
dianalisis
berdasar- dengan baik kesalahan yang tidak analisis yang bersifat dipergunakan/sekedar
dengan baik
kan teori menggunakan mendasar selama tidak mendasar terkait dengan bersifat
menggunakan
minimal 2 teori mengganggu pemahaman pemahaman teori commonsense
1 teori
analisis secara keseluruhan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 119


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Memiliki ide/konsep
Memiliki ide/konsep Memiliki ide/konsep Ide/konsep mengenai
yang cukup dapat
yang jelas mengenai yang jelas mengenai rancangan produk yang
dimengerti mengenai
apa yang ingin apa yang ingin ingin dihasilkan kurang Baik ide/konsep
apa yang ingin
dihasilkan baik dihasilkan baik dapat dimengerti, baik yang disampaikan
dihasilkan, baik
mengacu kepada mengacu kepada mengacu kepada ataupun konten
mengacu kepada
fenomena yang fenomena yang fenomena yang yang akan
fenomena yang
dijumpai ataupun dijumpai ataupun dijumpai ataupun hasil dimasukkan ke
dijumpai ataupun
Rancangan hasil analisis yang hasil analisis yang analisis yang telah dalam rancangan
hasil analisis yang 30%
produk telah dilakukan telah dilakukan dilakukan produk tidak jelas
telah dilakukan
Penjabaran mengenai Sebagian besar Hanya sebagian kecil kontribusinya untuk
Hanya sebagian
hal apa saja/konten penjabaran mengenai penjabaran mengenai menyasar
penjabaran mengenai
yang akan hal/konten yang akan hal/konten yang akan fenomena yang
hal/konten yang akan
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam dijumpai
dimasukkan ke dalam
produk tersebut juga produk tersebut produk tersebut
produk tersebut
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
dilakukan secara
terperinci terperinci terperinci
terperinci

120 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Alur disampaikan Susunan ide dalam


Alur sulit dipahami karena
dengan cara yang alur jelas dari awal Inkonsistensi Pembahasan masih
pembahasan yang tidak
membantu pembaca hingga akhir. Jika dalam alur kurang konsisten
konsisten pada suatu ide.
untuk memahami isi ada perpindahan ide minimal, alur tetapi garis besar
Perpindahan ide sering terjadi
tulisan dengan nyaman, yang terjadi secara tulisan dapat alur tulisan masih
sebelum selesai dibahas
mudah, dan tiba-tiba, dapat dipahami dengan bisa dipahami
sehinggga dalam satu paragraf
menghasilkan dijustifikasi dengan sekali membaca dengan pembacaan
mengandung banyak ide atau
pemahaman yang baik isi yang ingin Kesalahan tata berulang
banyak paragraf tidak selesai.
akan ide-ide dan disampaikan dan bahasa, diksi, Masih terdapat
Alur dan Penulisan sulit dipahami karena
argumen-argumen yang tidak mengganggu pengetikan kesalahan tata 5%
penulisan kalimat tidak disusun mengikuti
disampaikan pemahaman minimal. Format bahasa, diksi,
tata bahasa yang benar. Pilihan
Tata bahasa, diksi, pembaca secara umum rapi pengetikan, dan
kata tidak tepat atau tidak
pengetikan, dan format Tata bahasa, diksi, walau masih format yang tidak
sesuai konteks, terdapat
mempermudah pengetikan, dan terdapat sedikit rapi. Meskipun
banyak kesalahan
pembaca memahami isi format dibuat dengan inkonsistensi. Isi demikian garis besar
pengetikan/tanda baca/format,
tulisan dan membuat rapi dan tidak tulisan dapat isi tulisan masih bisa
sehingga mempersulit
pembaca merasa mengganggu dipahami dengan dipahami dengan
pemahaman pembaca terhadap
nyaman dengan tulisan pemahaman sekali membaca pembacaan berulang
isi tulisan
yang dibuat pembaca

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 121


RUBRIK PENILAIAN UAS : PAMERAN

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Tema pada produk yang Tema pada produk Tema pada produk Tema pada produk
Baik tema yang diangkat
diangkat sangat mudah yang dibuat mudah yang dibuat cukup yang dibuat kurang
maupun penjabaran tidak
dipahami. dipahami. mudah dipahami. dapat dipahami.
jelas mengarahkan
Kejelasan pembaca pada apa yang
Seluruh penjabaran Sebagian besar Hanya sebagaian Sebagian besar
tema yang penjabaran dapat penjabaran dapat penjabaran kurang ingin disasar.
dapat memperjelas
disasar memperjelas memperjelas memperjelas seberapa
seberapa penting dan
mendesaknya hal ini seberapa penting dan seberapa penting dan penting dan

untuk dibahas. mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini
untuk dibahas. untuk dibahas. untuk dibahas.

Sebagian besar Hanya sebagian Hanya sebagian kecil


Literatur/teori yang
Ketepatan literatur/teori yang literatur/teori yang literatur/teori yang Literatur sama sekali tidak
dipergunakan relevan
teori yang dipergunakan relevan dipergunakan relevan dipergunakan relevan relevan dalam penyusunan
dalam penyusunan
dipergunakan dalam penyusunan dalam penyusunan dalam penyusunan konten
konten
konten konten konten

122 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan


sejalan dengan tema yang sejalan dengan tema yang Produk yang dihasilkan
cukup sejalan dengan
diangkat. diangkat. kurang sejalan dengan tema
tema yang diangkat.
yang diangkat.
Penjabaran dalam konten Produk yang dihasilkan tidak
Ketepatan isi Penjabaran dalam konten Hanya sebagian
produk dibuat akurat dan sejalan/relevan dengantema
konten yang produk dibuat akurat dan penjabaran dalam konten Sebagian besar penjabaran
mendetail sehingga yang diangkat.
dibuat mendetail meskipun produk yang dibuat secara dalam konten produk kurang
membuat kelompok sasaran akurat dan kurang
akurat dan mendetail.
mampu memahami gagasan terdapat beberapa
mendetail.
yang ingin disampaikan kekurangan minor (yang

secara komprehensif masih dapat ditoleransi)

Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan


Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan
cukup atraktif. tampak plain. Tidak ada
atraktif dan menunjukkan atraktif. Sebagian besar kurang atraktif.
Hanya sebagian elemen elemen (seperti teks, gambar,
orisinalitas. Seluruh elemen elemen (seperti teks, Sebagian besar elemen
Kreativitas (seperti teks, gambar, audio, visual, dsb) yang
(seperti teks, gambar, audio, gambar, audio, visual, (seperti teks, gambar, audio,
produk yang audio, visual, dsb) digunakan untuk mendukung
visual, dsb) digunakan dsb) digunakan secara visual, dsb) digunakan
dikembangkan digunakan secara efektif penyampaian pesan atau
secara efektif untuk efektif untuk mendukung secara kurang efektif untuk
untuk mendu-kung penggunaan elemen (seperti
mendukung penyampaian penyampaian pesan yang mendukung penyampaian
penyampaian pesan yang teks, gambar, audio, visual,
pesan yang dilakukan. dilakukan. pesan yang dilakukan.
dilakukan. dsb) tidak tepat.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 123


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Media yang
dipergunakan
Media yang dipilih Media yang
Media yang dipilih kurang sesuai
sesuai untuk dipergunakan tidak
Media yang dipilih sesuai cukup sesuai untuk untuk
menyampaikan sesuai untuk
untuk menyampaikan menyampaikan menyampaikan
pesan. menyampaikan
Kesesuaian pesan. pesan. pesan.
Mayoritas kelompok pesan.
media yang Hanya sebagian
Efektivitas media sasaran dapat Sebagian kelompok
digunakan kecil kelompok Efektivitasnya
menjangkau kelompok terjangkau dengan sasaran dapat
sasaran dapat dalam menjangkau
sasaran tidak diragukan. media tersebut. terjangkau dengan
terjangkau kelompok sasaran
media tersebut.
dengan sangat diragukan.

penggunaan
media tersebut.

124 | PPG Pra Jabatan 2022


Penutup

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 125


Profil Pengembang Modul

Penny Handayani lahir di Jakarta, 26 Desember 1981. Sebagai anak pertama dari
dua bersaudara, dunia pendidikan sudah menjadi nafas dari keluarga besarnya.
Dorongan untuk dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan
mendorongnya mendalami pendidikan lanjutan pada jurusan Psikologi Pendidikan
Universitas Indonesia (2001 - 2005) dan Magister Profesi Psikologi Universitas
Indonesia (2006 - 2008). Hal inilah yang membuatnya akhirnya mendapatkan
gelar sebagai Psikolog Pendidikan.

Mengisi waktu luang di antara masa studi S1 dan S2, ybs sempat bekerja menjadi
asisten dosen pada mata kuliah Mata Kuliah Pengembangan Karakter Teringrasi
di Universitas Indonesia. Pada tahun 2009, ia mulai bekerja sebagai dosen tetap
pada bagian Psikologi Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Jakarta. Pada tahun 2011 - 2013, beliau menjabat sebagai Kepala Bagian
Psikologi Pendidikan, dan tahun 2013 - saat ini, menjabat sebagai Kepala Program
Kekhususan Profesi Psikologi Pendidikan di Magister Profesi Psikologi Program
Paskasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Mata kuliah yang
diampunya adalah Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Anak Spesisal,
Pendidikan Berbasis Komunitas, Metode Observasi-Wawancara, Metode
Penelitian Kualitatif, Psikologi Umum, Psikologi Aktualisasi Diri, Psikologi Inklusi,
Monitoring-Evaluasi Program, rancangan Penelitian dan Psikodiagnostik
Pendidikan. Pada saat ini, ia juga aktif sebagai dosen pembimbing pada unit
kegiatan mahasiswa WELCOME (we love counseling and mental health) Fakultas
Psikologi UNIKA Atma Jaya yang banyak melakukan program preventif dan kurasi
pada area kesehatan mental. Pada area penelitian dan publikasi, ybs banyak
melakukan kegiatan pada area kesehatan mental, inklusi, disabilitas, makna hidup,
pendidikan karier, bullying dan ketangguhan keluarga.

Sebagai pengembangan diri, ybs memiiki sertifikasi BNSP sebagai pendamping


kewirausahaan. Ia juga terlibat dalam beberapa kegiatan seperti business mentor
dari Kemenkraf, konselor karier dari Kemenaker, reviewer buku dari Puskurbuk,
modul kurator dari Prakerja, monev evaluator program dari Save the Children,
trainer module dari Tanoto Foundation dll. Selain bekerja sebagai dosen, Penny

126 | PPG Pra Jabatan 2022


juga memiliki sebuah biro pengembangan SDM (Luminosity Training and
Consulting), dengan core bisnis pada area pelatihan, asesmen psikologis,
coaching dan counseling. Sebagai tim product development, ia banyak
menghasilkan artikel popular, webinar, modul pelatihan mengenai pengembangan
diri dan kesehatan mental.

Anissa Rizky Andriany lahir di Jakarta, 9 Agustus 1990. Merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Nissa sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu
psikologi khususnya psikologi pendidikan dan anak berkebutuhan khusus sejak
menempuh jenjang S1 di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Setelah menyelesaikan sekolahnya, Nissa sempat bekerja sebagai Guru pada
salah satu sekolah khusus di Jakarta kemudian melanjutkan pendidikannya pada
program Magister Profesi Psikologi Pendidikan Anak dan Remaja di UNIKA
Atmajaya.

Saat ini ia aktif bekerja sebagai seorang psikolog pendidikan pada beberapa biro
psikologi di JABODETABEK. Sebelumnya ia bekerja di Homeschooling Kak Seto,
sebagai Koordinator Psikolog. Ketertarikannya pada bidang pendidikan, anak
berkebutuhan khusus dan anak-anak mendorongnya untuk membuat lembaga
psikologi. Melalui lembaga yang dibuatnya, Nissa aktif memberikan edukasi
kepada masyarakat melalui kegiatan parenting, seminar/webinar, maupun
workshop agar lebih peka terkait proses tumbuh kembang dan juga pembelajaran
pada setiap anak.

Selain sebagai psikolog pendidikan, ia juga aktif bekerja sebagai dosen tetap di
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) sejak tahun 2020. Ia
mengampu beberapa matakuliah psikologi dasar seperti: psikologi umum,
psikologi pendidikan, psikodiagnostik, serta matakuliah psikologi pilihan yakni
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Meskipun padat aktivitas kesehariannya,
baginya, setiap apa yang ia lakukan merupakan proses pembelajaran yang baik
untuknya maupun sekitarnya.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 127


Back Cover

128 | PPG Pra Jabatan 2022

Anda mungkin juga menyukai