Cetakan 1
Pemahaman Tentang Peserta Didik dan
Pembelajaran
Mata Kuliah Inti
Kurator/Penulis :
Penny Handayani, M.Psi, Psikolog
Penelaah:
Caesilia Ika W, M.Psi. Psi
Lestia Primayanti, S.Psi.
Maryam Mursadi, S.Sos., M.Pd.
Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD). mengamatkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya dalam Pasal 8
UUGD menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Sesuai dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan
persyaratan keahlian khusus.
Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M),
Eksplorasi konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D),
Elaborasi pemahaman (E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul
dengan alur MERDEKA diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan
diri dalam mencapai tuntutan profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mampu mencetak generasi yang membawa perubahan ke hal yang
lebih baik.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG
Prajabatan. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang
kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.
Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa
PPG Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini
penyelenggaraan PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara
terstandar agar dihasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai
kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.
Mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya ini memiliki bobot 3
SKS, dengan 6 topik utama pada kegiatan perkuliahannya. Mata kuliah
Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya juga akan terhubung dengan
mata Kuliah Praktek Pengalaman Lapangan (atau yang lebih dikenal sebagai
PPL), khususnya PPL I.
Guna mencapai tujuan di atas, maka modul mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya ini akan menggunakan pendekatan alur MERDEKA
yang didasarkan dari teori pembelajaran orang dewasa oleh Bransford dan rekan
(2000). Alur MERDEKA yang digunakan akan dilakukan pada seluruh rangkaian
perkuliahan dengan :
Kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah ini terdiri dari : tatap muka, tugas
terstruktur dan tugas mandiri. Mahasiswa dapat menggunakan beragam metode
seperti: observasi di sekolah, analisis kasus, baik dilakukan secara individual
maupun kelompok, serta praktik pembelajaran dan asesmen yang efektif.
Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan dengan presentasi kasus, partisipasi dan
keterlibatan, jurnal refleksi dan project pameran perayaan akhir perkuliahan.
Semoga dengan materi yang diberikan pada mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya ini, akan semakin membuat mahasiswa kita menjadi
guru yang dapat lebih memahami siswa didik, sehingga dapat lebih memfasilitasi
kebutuhannya guna KBM yang lebih optimal dan efektif.
Hlm.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan ....... Error!
Bookmark not defined.
Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru ............ Error! Bookmark not
defined.
1. Belajar ................................................................................................ 4
3. Motivasi belajar................................................................................. 25
C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 28
1. Etnik ................................................................................................. 50
2. Kultural ............................................................................................. 51
4. Minat ................................................................................................ 51
8. Motivasi ............................................................................................ 53
C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 55
C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 80
C. Ruang Kolaborasi................................................................................. 90
Hlm.
Daily
1 Jurnal Refleksi 10 % 1,2,3,4
individual
UTS :
Panduan Observasi dan Daily
2 30 % 1,2,3, 5
Pengambilan Data individual
Observasi
UAS :
Pameran Perayaan Akhir
Perkuliahan (Hasil PPL 1)
a. 30 % : Presentasi Final
3 50 % 1,2,3,4,5,6,7
program pembelajaran assessment
b. 10 % : Desain pameran
c. 10 % : Pelaksanaan
pameran
Individual
Partisipasi dan Assessed
4 10 % 1,2,3,4,5,6,7
Keterlibatan throughout
the semester
Mahasiswa bercerita tentang gambaran umum kondisi peserta didik di Catatan hasil observasi di
M
sekolah / yang diajar.. lapangan
Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi data-data yang perlu Modul dan ppt
E
dilengkapi dari kegiatan observasi di pekan sebelumnya. pembelajaran
Profiling Siswa
2 4&5
Didik Mahasiswa diminta untuk melakukan observasi lanjutan untuk
R RTM, soal studi kasus
melengkapi kebutuhan data yang masih belum lengkap
Mahasiswa mereview kembali materi-materi sebelumnya untuk dapat Modul dan ppt
E
dimasukkan ke dalam RPP, evaluasi dan refleksi. pembelajaran
Lesson Planning
(RPP) - Mahasiswa mempraktekkan kemampuan pedagogik dalam proses
4 12 - 15
Penyusunan, pembelajaran
Evaluasi, Refleksi Mahasiswa diminta untuk menerapkan kemampuan dalam penggunaan
RTM, daftar nama
strategi pendekatan pembelajaran yang sesuai
R kelompok, soal studi
Mahasiswa diminta untuk menerapkan strategi pendekatan pembelajaran
kasus
yang kontekstual (sesuai kebutuhan peserta didik, sesuai tahap
perkembangan, sesuai kultur budaya, dan kemampuan belajar peserta
didik)
Durasi 2 Petemuan
5. Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini,
anda hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni
mencari nilai rata-rata (mean). Untuk memudahkan siswa dalam memahami
pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah
yang perlu diikuti oleh siswa agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah
soal. Anda meminta kepada siswa untuk mengerjakan soal yang Anda berikan.
Hasilnya, siswa mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada
siswa untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal,
dan siswa mampu mengerjakannya dengan benar.
Menurut Anda, apa yang membuat siswa mampu mengerjakan soal dengan
baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode
di atas dapat diterapkan?
B. Eksplorasi Konsep
1. Belajar
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya
memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar
adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.
Pritchard (2008) belajar (to learn) memiliki arti “to gain knowledge of, or skill in,
something through study, teaching, instruction or experience”. Menurut definisi
tersebut, belajar dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan,
melalui studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman.
2. Teori-teori belajar
Agar dapat lebih memahami konsep belajar lebih dalam lagi, kita perlu memahami
konsep belajar dari beberapa sudut pandang teori. Dalam proses pembelajaran,
belajar dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);
2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme).
Mari kita pahami satu persatu ketiga sudut pandang tersebut.
b) Gambar kedua. Jika anjing hanya dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menampilkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.
Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar
haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam
belajar menurut teori classical conditioning adalah adanya latihan-latihan
yang terus-menerus, agar menghasilkan perilaku yang terjadi secara
otomatis.
Berdasarkan jenisnya
Berdasarkan bentuknya
Ratio Interval
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai
dari materi sederhana sampai kompleks.
Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada
proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan
fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti
memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan,
serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami
proses mental. Di bawah ini terdapat beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilakukan seorang guru dalam pembelajaran kognitif, antara lain:
b. Constructivism (Konstruktivisme)
Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini
akan lebih berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan
sosial budaya mereka. Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Pemikiran
Vygotsky yang sangat berarti dalam konsep pendidikan salah satunya
adalah Zone of Proximal Development (ZPD) atau zona perkembangan
proksimal. ZPD merupakan suatu tingkat yang dapat dicapai oleh seorang
anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone atau Zona yang dimaksud
disini diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa. ZPD
dipercaya sebagai salah satu langkah untuk membangun suasana belajar
yang efektif.
Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding
adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang
sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan setelah anak mampu untuk memecahkan masalah
dari tugas yang dihadapinya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam
kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu
mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki
kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman
sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk mengemukakan gagasan-
gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di
dalam kelas.
Teori humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik
adalah satu dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru
maupun tenaga pengajar lainnya. Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk
menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi
diri dan membuat individu mampu mengenali dirinya sendiri.
Salah satu ide yang penting dalam pendidikan berbasis humanistik adalah
siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya
dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai
tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Inti dari
pendekatan ini adalah bagaimana siswa belajar mengarahkan diri sendiri,
sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi
penerima pasif dalam proses belajar.
https://www.youtube.com/watch?v=rvqoFhk6N2A
https://www.youtube.com/watch?v=aF63HHVbpQ8
3) Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif. Pada
saat siswa mempelajari sebuah teori, konsep atau mempraktikkan dan
mencobanya, maka siswa akan lebih memahami lebih sempurna, dan
mengintegrasikannya dengan apa yang ia pelajari sebelumnya serta dapat
mengingatnya lebih lama.
7) Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif dan perilaku
itu sendiri tidak beruba. Keterampilan-keterampilan baru mungkin dapat
dikuasai atau dipraktikkan, tetapi tanpa melakukan perubahan atau belajar
terus menerus, maka keterampilan-keterampilan tersebut akan menjadi
luntur atau hilang.
a. Perspektif perilaku
b. Perspektif humanistik
Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap
individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal,
maka dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu
ditonjolkan. Menurut perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih
banyak kesempatan, tanggung jawab, serta mengendalikan hasil prestasi
sendiri.
d. Perspektif sosial
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang
bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik
berkaitan dengan motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.
Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran
dan keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran
atau kebiasaan seseorang akan mempengaruhi cara individu berpikir, apa
yang individu rasakan, dan apa yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini
yang nantinya akan mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan
memahami diri sendiri.
https://www.youtube.com/watch?v=KUWn_TJTrnU
https://www.youtube.com/watch?v=75GFzikmRY0
C. Ruang Kolaborasi
Setelah mempelajari konsep belajar dan teori belajar, silakan bekerja dalam
kelompok (3 - 4 orang) untuk menjawab pertanyaan berikut (waktu 45 menit).
D. Demonstrasi Kontekstual
1. Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan diminta
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda. Adapun tata cara yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada
pada lampiran 3.
E. Elaborasi Pemahaman
Setelah memahami tentang pengertian belajar, teori belajar, motivasi serta pola
pikir, sebagai calon guru tentunya masih harus mengkaji secara lebih mendalam
bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Pemahaman
seorang guru mengenai konsep dasar belajar, akan berdampak pada efektivitas
pembelajaran itu sendiri nantinya.
Untuk itu, silahkan Anda coba jelaskan bagaimana masing-masing teori belajar
yang telah Anda pelajari dapat diimplementasikan pada kurikulum pembelajaran
saat ini?
G. Aksi Nyata
Pada akhir pembelajaran topik tentang belajar dan teori belajar, bacalah ringkasan
yang telah Anda buat. Setelah itu tuliskan rancangan / rencana aksi nyata
bagaimana Anda mengaplikasikan topik belajar dan teori pembelajaran dalam
proses pembelajaran di kelas!
Durasi 2 Petemuan
Pengajaran yang sesuai perkembangan terjadi pada tingkat yang tidak sulit
sehingga membuat peserta didik merasa stres, atau terlalu mudah sehingga
membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan. Salah satu tantangan dari
pengajaran yang sesuai perkembangan adalah bahwa Anda akan menghadapi
peserta didik dengan rentang usia tertentu dan Anda harus menyesuaikan
kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tingkat kelas yang akan Anda
ajarkan. Guru yang kompeten akan menyadari bahwa terdapat perbedaan
perkembangan pada setiap peserta didiknya. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan yang lebih jauh, mari kita bersama-sama berdiskusi di kelas dengan
menjawab pertanyaan di bawah ini.
Menurut Anda, apa saja yang perlu diperhatikan oleh seorang guru agar proses
pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan?
B. Eksplorasi Konsep
Pada dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi fokus perhatian adalah
peserta didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola pendidikan, Anda perlu
mempelajari dan memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan
perkembangan setiap peserta didik. Anda bertanggung jawab atas banyaknya
ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin Anda belajar dan memahami tentang
perkembangan peserta didik, semakin Anda dapat paham di tingkat mana Anda
harus mengajar mereka. Semakin Anda memahami tingkat perkembangan peserta
didik, semakin efektif proses pembelajaran yang Anda berikan.
1. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada
pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak
bisa menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang
individu, misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat
masih kecil pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan
dorongan dari lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf
berdasarkan dari kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam
membentuk intelegensi anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan
banyak lagi.
3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi
mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau
apakah pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah
pengalaman masa bayi?
Agar dapat memahami tahap perkembangan peserta didik, mari kita bahas satu
per satu dalam pembahasan berikut.
Kematangan fisik pada masa bayi terlebih dahulu pada bagian kepala dan
berlanjut pada bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir sudah mampu
menggerakkan bibir, mata, kemudian mampu menggerakkan tangan dan kaki,
serta mampu menggerakkan anggota tubuhnya ke kanan dan kiri. Masa bayi
mempunyai gerakan spontan atau refleks yang mendominasi gerakan yang
terus menerus berkembang. Gerakan ini bersifat otomatis dan tidak
terkoordinir sebagai reaksi atas stimulus dari lingkungan.
Pada tahap ini, perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Hal ini
terjadi karena perubahan fisik merupakan gejala primer yang membuat
organisme secara matang mampu bereproduksi. Gejala primer ditandai oleh
perubahan postur tubuh, serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang
diiringi dengan berat badan. Selain itu, terjadi kematangan seksual yang
ditandai oleh perubahan seks primer, yaitu dimulainya perubahan pada organ
reproduksi pada laki-laki yang ditandai oleh mimpi basah yang terjadi pada laki-
laki serta menstruasi pada anak perempuan. Perubahan seks sekunder
ditandai oleh perubahan suara, munculnya bulu-bulu halus pada area
kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada yang semakin bidang
pada laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul dan bahu pada
perempuan.
Penampilan fisik pada masa dewasa sudah semakin matang, sehingga siap
untuk melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,
menikah dan memiliki anak.
2. Perkembangan Kognitif
1) Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara 2 dan 4 tahun. Pada sub
tahap ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk merepresentasikan
secara mental suatu objek yang tidak ada.
Tahapan ini menggantikan penalaran intuitif pada individu, namun hal ini hanya
terjadi dalam situasi konkret. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk
melakukan klasifikasi terhadap benda-benda konkret. Operasi konkret adalah
tindakan mental yang dapat dibalik yang berkaitan dengan objek nyata dan
konkret. Operasi konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan
beberapa karakteristik daripada fokus pada satu properti objek. Pada tingkat
operasional konkret, anak-anak dapat melakukan secara mental apa yang
sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membalikkan operasi konkret.
Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tertulis atau yang ditandai oleh
sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh kelompok
tertentu (kosa kata) dan aturan untuk menggabungkan kosa kata dengan kosa
kata lain sehingga memiliki makna (tata bahasa dan sintaksis). Bahasa melibatkan
lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
a. Fonologi
Setiap bahasa terdiri atas suara dasar. Fonologi merupakan sistem suara dari
bahasa, termasuk suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat
dikombinasikan. Fonem adalah unit dasar suara dalam bahasa, hal tersebut
adalah unit terkecil dari suara yang mempengaruhi makna. Untuk membantu
kita lebih memahami bunyi huruf silahkan simak video berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=TVENnp-Q5U0
b. Morfologi
Morfologi bahasa mengacu pada unit makna yang terlibat dalam pembentukan
kata. Morfem adalah satuan minimal makna, hal tersebut adalah kata atau
bagian kata yang tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang
bermakna.
c. Sintaks
Istilah semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki
seperangkat fitur semantik, atau atribut yang diperlukan terkait dengan makna.
Gadis dan wanita misalnya, secara makna sama, namun jika dilihat lebih
mendalam kedua kata tersebut berbeda secara semantik dalam hal usia.
e. Pragmatik
3. Perkembangan Sosio-emosional
Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori
utama: teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik
Erikson.
1) Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
antara individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya,
sekolah, dan lingkungan.
4) Makrosistem melibatkan budaya yang lebih lua. Budaya adalah istilah yang
sangat luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak.
2) Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap
psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita.
Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka
menyatakan kebebasan mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika
bayi terlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu keras, mereka
mengembangkan rasa malu dan ragu.
a. Keluarga
Gaya Pengasuhan
5) Pengasuhan Bersama
Pada pengasuhan bersama, orang tua mendukung satu sama lain untuk
bersama-sama membesarkan anak. Kurangnya pengasuhan bersama
yang efektif karena koordinasi yang buruk antara orang tua, merendahkan
salah satu orang tuanya, kurangnya kerjasama dan kehangatan, dan
pemutusan oleh salah satu orang tua adalah kondisi yang menempatkan
anak-anak pada risiko masalah.
b. Teman Sebaya
Selain keluarga dan guru, rekan sebaya juga memainkan peran yang kuat
dalam perkembangan anak-anak dan pendidikan. Dalam pertemanan rekan
sebaya Terdapat lima jenis status rekan sebaya, yaitu:
Perkembangan Moral
Level ini merupakan level terendah dari penalaran dalam teori Kohlberg. Level
ini terdiri atas dua tahap yaitu hukuman dan orientasi kepatuhan (tahap 1) dan
individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (tahap 2).
Individu pada level ini mematuhi standar tertentu (internal), seperti orang tua
atau hukum masyarakat. penalaran konvensional terdiri atas dua tahap:
harapan interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal
(tahap 3), dan sistem moralitas sosial (tahap 4) .
Pada tingkat ini moralitas lebih internal. Tingkat Pasca konvensional moralitas
terdiri atas dua tahap: hak kontrak atau utilitas individu dan sosial (tahap 5) dan
prinsip-prinsip etis yang universal (tahap 6).
1) Tahap 5. Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu adalah tahap
kelima Kohlberg. pada tahap ini individu beralasan bahwa nilai-nilai hak
dan prinsip mendasari atau melampaui hukum. Seseorang
mengevaluasi keabsahan hukum aktual dan mengkaji sistem sosial
2) Tahap 6. prinsip etika universal adalah tahap ke-6 dan tertinggi dalam teori
ini pada tahap ini, orang telah mengembangkan standar moral berdasarkan
hak asasi manusia secara universal. ketika dihadapkan dengan konflik
antara hukum dan hati nurani, orang tersebut akan mengikuti hati nurani,
meski keputusan tersebut mungkin melibatkan resiko pribadi.
C. Ruang Kolaborasi
Sekarang Anda memiliki pemahaman yang baik tentang topik ini. Selesaikan
latihan ini untuk memperkuat pemikiran Anda.
1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.
D. Demonstrasi Kontekstual
Setelah Anda membuat esai secara singkat, saat ini Anda semakin memahami bahwa
setiap peserta didik perlu melewati tahapan perkembangannya dengan baik. Buatlah
infografis sederhana mengenai tahapan perkembangan peserta didik yang perlu Anda
perhatikan pada peserta didik sebelum Anda memulai mengajar di kelas.
Buatlah panduan observasi yang akan membantu Anda agar lebih memahami
peserta didik Anda di dalam kelas pada saat PPL nantinya dengan memperhatikan
isu-isu perkembangan pada peserta didik, antara lain:
Anda telah memahami tahapan peserta didik dengan baik. Anda juga telah
membuat panduan observasi mengenai tahapan perkembangan peserta didik.
Sekarang, lakukan pengamatan kepada peserta didik yang ada di sekolah dengan
menggunakanpanduan yang sudah Anda buat. Buatlah laporan singkat mengenai
hasil observasi
G. Aksi Nyata
Durasi 2 Petemuan
Ibu Rita adalah seorang guru yang rajin membuat program literasi dan numerasi.
Program literasi ini sudah dirancang dalam rencana program pembelajaran yang
ia buat setiap semesternya. Namun, ia merasa sedih, karena semakin ia rajin
membuat program pembelajaran, semakin ia merasa bahwa program tersebut
tidak berguna. Ia kerap mengubah rencana di tengah proses belajar, dengan
alasan tidak sesuai dengan kemampuan siswa, siswa tidak tertarik untuk belajar,
hingga ia merasa pembelajaran ini tidak berdampak pada siswa. Mari bantu Ibu
Rita merefleksi agar masalah ini tidak terulang lagi. Menurut Anda, apa yang
menyebabkan bu Rita mengalami masalah ini? Coba ingat-ingat pengalaman
Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), apa yang dilakukan oleh guru Anda sebelum
memberikan materi pelajaran kepada Anda?
B. Eksplorasi Konsep
Agar pembelajaran menjadi efektif, maka penting bagi pendidik untuk mengetahui
dengan jelas bagaimana gambaran peserta didik yang ada di dalam kelas.
Pendidik sangat dianjurkan untuk dapat membuat profil dari peserta didiknya
sesuai dengan tujuan pembelajaran di kelas. Seberapa jauh Anda mengenal
Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang
dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat
diartikan sebagai keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki
peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga mana cita-
cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik peserta didik, sangat diperlukan
untuk kepentingan dalam perancangan pembelajaran.
Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik
peserta didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil
belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat bagi
peserta didik. Atas dasar ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi menjadi
perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran.
Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan
kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan moral, serta perkembangan motorik. Untuk
memahami dengan lebih jelas, mari kita ikuti paparan berikut ini:
1. Etnik
Pada sekolah dan kelas yang Anda ampu, mungkin saja terdapat peserta didik
dengan multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari
peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya.
Implikasi dari etnik ini, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu
memperhatikan jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya. Data tentang
keberagaman etnis di kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga bagi
pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Seorang pendidik yang
2. Kultural
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan
sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di
masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma,
kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari
berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga
kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam
proses pembelajaran ini pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural.
Sehingga, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu
menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya. (Materi ini
akan dibahas lebih dalam pada topik 4).
3. Status sosial
4. Minat
Minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang
sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan
minat yang dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa
minat belajar peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat
5. Perkembangan kognitif
Seperti yang telah kita bahas di topik sebelumnya, bahwa setiap tahapan
perkembangan memiliki pendekatan yang berbeda dengan tahapan usia yang lain.
Tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi
guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media,
dan jenis evaluasi. Taman Kanak-kanak yang peserta didiknya sekitar berumur 5-
6 tahun, sudah tentu berbeda pendekatan, metode, dan media yang digunakan
ketika menghadapi peserta didik. Sekolah Dasar yang peserta didiknya berusia 7-
11 tahun, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama yang usianya berkisar
12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun, karena dilihat dari
perkembangan intelektualnya jelas berbeda.
6. Kemampuan awal
Gaya belajar peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam
melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu visual, auditif,
kinestetik, serta reading & writing. Untuk memudahkan Anda dalam memahami
penjelasan, silahkan buka tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=qcCtPgzlGTs
8. Motivasi
Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik dan
kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi
ekstrinsik). Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang tinggi,
sedang, atau bahkan rendah. Motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik akan
tampak dari ketekunannya dalam belajar yang tidak mudah patah untuk mencapai
keberhasilan meskipun banyak rintangan yang dihadapinya. Motivasi yang tinggi
dari peserta didik dapat menggiatkan aktivitas belajarnya.
9. Perkembangan emosi
b. Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota
tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
C. Ruang Kolaborasi
D. Demonstrasi Kontekstual
1. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual
(maksimal 10 menit).
2. Masing-masing mahasiswa mengunggah link teks dan link video hasil kerja ke
dalam forum diskusi online.
Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada
pada lampiran 3.
Sekarang Anda telah memiliki panduan observasi yang lebih komprehensif dari
yang sebelumnya. Gunakan panduan tersebut untuk Anda lakukan pengamatan
lebih lanjut kepada peserta didik yang telah Anda amati pekan lalu. Kemudian,
buatlah profiling demografi peserta didik yang informatif sesuai dengan apa yang
telah Anda pelajari pada topik ini.
G. Aksi Nyata
Saat ini Anda telah memiliki profil peserta didik Anda. Sekarang, buatlah rencana
aksi nyata mengenai strategi pembelajaran di kelas (mata pelajaran:
matematika/Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris) berdasarkan profiling yang telah
Anda buat.
Durasi 4 Petemuan
Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, sebagai seorang pendidik, kita
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas masing-masing peserta didik.
Oleh karenanya diperlukan strategi-strategi yang tepat guna untuk dapat
mendorong para peserta didik mencapai kualitas yang terbaik. Sebelum masuk ke
materi yang lebih mendalam jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan
pengalaman pribadi Anda di jenjang SD dulu:
3. Jika anda menjadi guru di kelas, hal apa yang mungkin akan anda lakukan?
Sekarang setelah kita mempelajari konsep (1) Materi-materi Teori Belajar &
Motivasi Belajar Siswa, (2) Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks) dan (3) Profiling Siswa, maka dengan semua
konsep dasar tersebut, kita akan dapat membantu kita dalam menyusun
strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa, yang
memiliki prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally
responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level).
9) Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang
menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan aman baik
secara fisik maupun psikologis.
11) Informasi dan gagasan orang membantu guru untuk mengerti lebih baik
mengenai anak dan anak sendiri juga merasa betah untuk bolak-balik
antara rumah dan sekolah karena adanya komunikasi reguler guru-orang
merupakan ciri dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Bersifat positif
Bersifat Negatif
2) Begitu juga ketika anak tidak memperoleh ruang yang memadai untuk memilih
pengalaman yang dianggap penting bagi dirinya juga akan mencederai harga
diri anak.
3) Dimensi stres, ada pandangan bahwa anak sekarang lebih rentan diterpa
stres. Resiko stres terjadi ketika anak dihadapkan pada permintaan yang
eksesif, misalnya anak diminta belajar dengan metode yang berbeda
dengan gaya belajarnya maka anak secara alami berada dalam situasi
konflik karena dipaksa untuk menekan dan mengendalikan perilakunya.
Putra, Sudiana dan Martha (2015) ada beberapa langkah pembelajaran yang
efektif. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
Kelemahan
Sebagai makhluk budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks sosio-
kultural yang melingkupinya. Meskipun selama beberapa dekade, pandangan
positivistik berupaya mereduksi pilihan-pilihan manusia pada pertimbangan
logis an-sich, namun realitas menunjukkan kebalikannya. Pilihan-pilihan yang
dilakukan manusia pada substansinya merupakan aktualisasi dari pengaruh
lingkungan dan perspektif yang melingkupinya. Keputusan mengenai
kebermaknaan tindakan misalnya, merupakan hasil simbiosis antara dimensi
personal dengan nilai nilai sosial yang berlaku. Salah satu gagasan inovatif
dalam upaya menjembatani pendidikan dan konteks sosial budayanya
tertuang dalam gagasan pendidikan tanggap budaya (culturally
responsive/relevant pedagogy).
Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa
menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing
(1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:
Dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru
sebagai agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang
budaya pada sisi lainnya, pendidikan guru dituntut melakukan pembenahan
yang berkelanjutan. Tekanan berlebihan pada satu sisi an-sich, akan
menimbulkan ketimpangan ketimpangan dalam mempersiapkan guru yang
"3 Tips Membuat Pelajaran Sebarang Lebih Responsif Secara Kultur ." Kultur
Pedagogi , 10 Sept. 2017, www.cultofpedagogy.com/culturally-
responsive-teaching-strategies/.
a. Pendekatan TaRL
Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai, tipe gaya belajar
apa yang membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap
peserta didik. Dan selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan
memiliki kemampuannya masing- masing.
11) Berikan kesempatan anak untuk memilih dan membuat rencana untuk
aktivitas belajar agar mereka belajar berinisiatif dan ajukan pertanyaan dan
komentar yang merangsang anak berpikir.
12) Berikan perhatian dan dukungan dalam berbagai bentuk seperti pujian dan
kedekatan fisik (misal: membelai kepala anak, memeluk, dll).
15) Susunlah kurikulum yang tepat dan buatlah evaluasi atas proses dan hasil
belajar anak.
Di dalam kelas tentu saja mungkin kerap kali menemui berbagai karakteristik
siswa, tidak terkecuali karakteristik perkembangan akademiknya. Ada peserta
didik yang cepat belajar dan ada juga yang sedikit lambat dalam menerima
pelajaran yang disampaikan guru. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena
level siswa tersebut belum tepat dengan level atau capaian belajar yang
ditetapkan.
Teaching at the right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang tidak
mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan
siswa. Inilah yang menjadikan TaRL berbeda dari pendekatan biasanya. TaRL
dapat menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama
ini terjadi dalam kelas.
C. Ruang Kolaborasi
E. Elaborasi Pemahaman
G. Aksi Nyata
1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), yaitu kegiatan yang bisa
Anda lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at
the right level) secara efektif di kelas Anda.
Durasi 1 Petemuan
Hal apa yang membuat anda Hal apa yang membuat anda merasa
Pengalaman sangat siap ketika menghadapi
stres ketika menghadapi ujian?
ujian?
Jenis atau bentuk ujian seperti
apa yang membuat anda Jenis atau bentuk ujian seperti apa
Jika anda sebagai siswa diberikan Jika anda sebagai siswa diberikan
kesempatan untuk memilih ujian utk kesempatan untuk memilih ujian utk
menilai pemahaman diri atas materi menilai pemahaman diri atas materi
yang sudah dirikan guru, maka: yang sudah dirikan guru, maka:
Harapan
Bentuk ujian spt apa yang tidak Bentuk ujian spt apa yang tidak
membuat anda stres? membuat anda siap?
Kapan sebaiknya soal ujian tersebut Kapan sebaiknya soal ujian tersebut
diberikan kepada anda? diberikan kepada anda?
Silahkan rangkum hasil sharing dan diskusi anda bersama pasangan kedalam
secarik kertas, lalu kumpulkan ke dosen anda. Terimakasih, atas sharing anda.
Wah ternyata mendesign sebuah “ujian” atau asesmen bagi pemahaman siswa,
banyak hal yg harus dipertimbangkan yah.
Nah mari kita lanjutkan. Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki
ekspektasi tertentu, setelah mempelajari topik in. Tuliskan ekspektasi Anda pada
secarik kertas, dan berikan ke dosen anda.
1….
2….
3. dst
Pada bagian akan ini dijelaskan pengertian dan tujuan dari asesmen, penilaian,
dan evaluasi dalam konteks pembelajaran, beserta ilustrasinya.
Sebelum kita bahas lebih dalam, berikut adalah penjelasan dari pendapat para
ahli dibawah ini.
Assessment atau yang disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan
atau penggunaan dalam berbagai cara dan alat guna mendapatkan
serangkaian informasi mengenai hasil dari pembelajaran serta pencapaian
kompetensi dari peserta didik.
Tak hanya itu definisi lain dari assesment merupakan suatu proses dalam
memperoleh data atau informasi dari proses pembelajaran serta memberikan
umpan baik terhadap guru maupun kepada peserta didik.
c. Fungsi Assessment
1) Fungsi Formatif
2) Fungsi Sumatif
1) Keeping Track
Keeping track yaitu berguna dalam menelusuri dan melacak proses belajar
dari peserta didik yang mana sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah diterapkan. Maka dalam hal ini guru wajib
mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu dari
berbagai jenis dan teknik penilaian agar mendapatkan gambaran suatu
pencapaian dan kemajuan belajar dari peserta didik.
2) Checking Up
3) Finding Out
4) Summing Up
f. Jenis-Jenis Assessment
Ada juga jenis-jenis dari assessment yang sering digunakan, antara lain tes
tertulis yang disajikan terhadap siswa untuk menjawabnya yaitu:
1) Performance Assessment
Penilaian proyek ini merupakan suatu tugas dalam bentuk investigasi yang
diawali dengan pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi
hingga dengan penyajian data.
C. Ruang Kolaborasi
Saat ini adalah permulaan tahun ajaran baru. Anda adalah seorang wali kelas 4
SD yang memiliki anak didik usia 10 tahun bernama Diana. Wali kelas 3-nya
mengeluhkan dinamika bersekolah Diana kepada anda. Guru wali kelas tersebut
mengatakan nilainya jauh tertinggal dari teman-teman lainnya di kelas. Diana juga
kurang baik dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya selama masa PJJ kemarin..
Bahkan pihak wali kelas mengatakan bahwa ia khawatir dengan tuntutan yang
semakin tinggi di kelas 4 di pelajaran IPA, Bahasa dan IPS yang membutuhkan
banyak bacaaan. Diana seringkali tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
dan ulangannya menunjukan nilai buruk. Namun demikian, ketika materi tugas dan
ulangan tersebut diulangi secara lisan dan individual, Diana dapat menjawabnya.
D. Demonstrasi Kontekstual
E. Elaborasi Pemahaman
(https://www.youtube.com/watch?v=vcg4TEexJuQ)
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait konsep
Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh, yaitu kegiatan yang bisa
Anda lakukan ketika mengajarkan secara efektif di kelas Anda.
Durasi 4 Petemuan
Sebelum membahas materi lebih lanjut, mari kita tonton video berikut “Konsep
Dasar RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”, oleh Bapak Haris Budi S
(https://www.youtube.com/watch?v=pswgJTaHL7s).
1….
2….
3. dst
B. Eksplorasi Konsep
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Rancangan pembelajaran
yang baik menyiratkan dimilikinya dua properties utama (Harmer, 2001), yaitu
coherence dan variety.
a. Coherence
Coherence berarti RPP memiliki pola yang logis dan ada keterkaitan
antarbagian atau antarunsur yang membentuk satu kesatuan. Apabila di
dalamnya ada, misalnya, tiga aktivitas yang berbeda-beda, harus ada
keterkaitan antara ketiga jenis aktivitas itu. Setidaknya, masing-masing
aktivitas tersebut harus mencapai satu tujuan yang sama. Apabila tiap aktivitas
saling tidak berkaitan, bisa dikatakan bahwa RPP tersebut tidak koheren.
b. Variety
Variety berarti penggunaan jenis-jenis aktivitas yang berbeda. Suatu drill yang
dilakukan secara monoton dalam keseluruhan cakupan waktu untuk satu
Kedua properties di atas nampak seperti dua hal yang saling bertentangan. Dalam
kondisi ekstrim, RPP yang sangat koheren dapat tidak memenuhi syarat
keberagaman, dan sebaliknya sebuah RPP yang memuat aktivitas yang sangat
beragam dapat menjadi kurang koheren. Harmer (2001) menyarankan untuk
dilakukannya suatu kompromi: ‘Plan a lesson that has an internal coherence but
which allows students to do different things’. Kita harus mampu merancang RPP
yang memiliki koherensi internal tanpa menghalangi siswa untuk melakukan
berbagai jenis aktivitas yang bervariasi namun tetap relevan.
Unsur yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / lesson plan dapat
bervariasi, berbeda-beda antarguru, masing-masing menyesuaikan dengan
kebutuhannya. Namun, menurut Harmer (2001), pada dasarnya sebuah RPP perlu
mencantumkan beberapa aspek berikut ini.
c. Kompetensi dasar
e. Tujuan pembelajaran
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
g. Alokasi waktu
h. Metode pembelajaran
i. Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
2) b. Inti
3) Penutup
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup
sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber
belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam
silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku
teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
C. Ruang Kolaborasi
D. Demonstrasi Kontekstual
E. Elaborasi Pemahaman
G. Aksi Nyata
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya
Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait materi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya
Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi selama anda melakukan kegiatan PPL di
sekolah. Hal yang harus dilakukan yaitu : menghasilkan program pembelajaran
yang inklusif serta menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan
berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan strategi pendekatan
pembelajaran berdasarkan profil siswa, dengan :
https://cft.vanderbilt.edu/guides-sub-pages/grading-student-work/#criteria
Gilbert, Ian. (2011). Why do I need a teacher when I’ve got google? The
essential guide to the big issues for every twenty-first century teacher.
New York: Routledge
Siegel, D. J. & Bryson, T.P. (2011). The Whole-Brain Child. NY: Bantam
Triling, Bernie & Fadel, Charles. (2009). 21st Century skills: Learning for life
in our times. San Francisco: Jossey-Bass
A. Lampiran 1
Instruksi
Uraian tugas :
Skala
Penjelasan konsep
yang diberikan
Dapat menjelaskan konsep atau Dapat menjelaskan konsep Menjelaskan dengan
Dapat menjelaskan konsep sepenuhnya
memberi contoh dengan cara yang dipilih dengan pilihan kata-kata kunci yang
yang dipilih dengan pilihan berbeda dengan
yang memberikan pemahaman kata dan susunan kalimat sama atau hampir sama
kata dan susunan kalimat materi yang dibahas
baru terhadap materi dan/atau yang berbeda dengan (sinonim) dari penjelasan
yang berbeda dengan
memberikan literatur tambahan sumber yang digunakan di di sumber yang atau
sumber yang digunakan di
Pemahaman contoh aplikasi materi dalam kelas, secara umum tidak digunakan di kelas
kelas, tidak menyimpang Menggunakan
materi konteks yang baru (dalam arti di menyimpang dari materi dan/atau susunan kalimat
dari materi yang dibahas konsep yang tidak
luar pembahasan di kelas; yang dibahas (ada sedikit yang hampir sama
dan memberikan contoh termasuk materi
termasuk menggunakan literatur pergeseran makna tetapi dengan penjelasan di
baru yang belum pernah yang dibahas/tidak
termutakhir dan relevan di luar tidak merusak pemahaman sumber yang digunakan
diberikan relevan dengan
buku pegangan wajib) inti materi) di kelas
perspektif materi
yang dibahas
Catatan : nilai akhir: rata-rata nilai dari setiap aspek penilaian (bobot setiap aspek penilaian sama).
Instruksi
Uraian tugas :
5. Format laporan:
a. Cover
b. Daftar isi
c. BAB 1. Pendahuluan : Identitas Peserta Didik, Perencanaan Observasi
(Panduan Observasi)
d. BAB 2. Hasil Analisa Data : uraian mengenai hasil observasi
e. BAB 3. Penutup : Kesimpulan
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran
Pencatatan observasi
Metode pencatatan Metode pencatatan
tidak sesuai dengan
observasi cocok observasi cocok dengan Metode pencatatan Pencatatan observasi tidak
tujuan observasi,
dengan tujuan tujuan observasi, observasi cocok dengan sesuai dengan tujuan
prosedur
observasi, prosedur prosedur pelaksanaan tujuan observasi, prosedur observasi, prosedur
C.Skill pelaksanaan
pelaksanaan observasi observasi lengkap namun pelaksanaan observasi pelaksanaan observasi
Pengambilan observasi kurang
ditulis dengan detail kurang dijelaskan dengan kurang detail dan kurang kurang detail dan kurang
Data (20%) detail dan kurang
dan lengkap, setting detail, setting waktu dan lengkap, setting waktu dan lengkap, setting waktu dan
lengkap, setting
waktu dan tempat tempat observasi tempat observasi tempat observasi
waktu dan tempat
observasi digambarkan digambarkan dengan digambarkan dengan jelas digambarkan dengan jelas
observasi tidak
dengan jelas jelas
dijelaskan.
Deskripsi data
Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi
observasi lengkap dan Deskripsi data
lengkap dan detail, lengkap dan detail, lengkap namun kurang
detail, mencantumkan observasi sangat
D. Analisis mencantumkan data yang mencantumkan data yang detail, mencantumkan data
baik data mentah minim, kurang
dan sudah dianalisis namun sudah dianalisis namun yang sudah dianalisis
maupun data yang lengkap, tidak detail.
Kesimpulan data mentah tidak data mentah tidak namun data mentah tidak
sudah dianalisis. Kesimpulan
(20%) disertakan. Kesimpulan disertakan. Kesimpulan disertakan. Kesimpulan
Kesimpulan berisi misleading terhadap
berisi jawaban atas belum menjawab jawaban misleading dengan tujuan
jawaban atas tujuan tujuan observasi
tujuan observasi atas tujuan observasi observasi
observasi
Nilai akhir
Tugas Refleksi
Skor
No Komponen
1 2 3 4
1 A. Konten
2 Penguasaan materi
6 Presentasi
Rubrik: Skor 4 bila dilakukan dengan sangat baik, Skor 3 jika dilakukan dengan
baik, Skor 2 jika dilakukan dengan cukup, Skor 1 jika tidak dilakukan
Umum :
Khusus :
a. Saat UAS mahasiswa diminta menyusun sebuah laporan akhir dari kegiatan
PPL 1 yang telah dibuat secara berkelompok (3-4 orang)
f. Laporan akhir Pameran Akhir Perkuliahan ini terdiri dari jumlah halaman
maksimal 10 lembar, TNR 12, spasi 1,5 (tidak termasuk cover, daftar isi dan
daftar pustaka). Bagian-bagian dari laporan akhir meliputi:
Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian
Memiliki ide/konsep
Memiliki ide/konsep Memiliki ide/konsep Ide/konsep mengenai
yang cukup dapat
yang jelas mengenai yang jelas mengenai rancangan produk yang
dimengerti mengenai
apa yang ingin apa yang ingin ingin dihasilkan kurang Baik ide/konsep
apa yang ingin
dihasilkan baik dihasilkan baik dapat dimengerti, baik yang disampaikan
dihasilkan, baik
mengacu kepada mengacu kepada mengacu kepada ataupun konten
mengacu kepada
fenomena yang fenomena yang fenomena yang yang akan
fenomena yang
dijumpai ataupun dijumpai ataupun dijumpai ataupun hasil dimasukkan ke
dijumpai ataupun
Rancangan hasil analisis yang hasil analisis yang analisis yang telah dalam rancangan
hasil analisis yang 30%
produk telah dilakukan telah dilakukan dilakukan produk tidak jelas
telah dilakukan
Penjabaran mengenai Sebagian besar Hanya sebagian kecil kontribusinya untuk
Hanya sebagian
hal apa saja/konten penjabaran mengenai penjabaran mengenai menyasar
penjabaran mengenai
yang akan hal/konten yang akan hal/konten yang akan fenomena yang
hal/konten yang akan
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam dijumpai
dimasukkan ke dalam
produk tersebut juga produk tersebut produk tersebut
produk tersebut
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
dilakukan secara
terperinci terperinci terperinci
terperinci
Tema pada produk yang Tema pada produk Tema pada produk Tema pada produk
Baik tema yang diangkat
diangkat sangat mudah yang dibuat mudah yang dibuat cukup yang dibuat kurang
maupun penjabaran tidak
dipahami. dipahami. mudah dipahami. dapat dipahami.
jelas mengarahkan
Kejelasan pembaca pada apa yang
Seluruh penjabaran Sebagian besar Hanya sebagaian Sebagian besar
tema yang penjabaran dapat penjabaran dapat penjabaran kurang ingin disasar.
dapat memperjelas
disasar memperjelas memperjelas memperjelas seberapa
seberapa penting dan
mendesaknya hal ini seberapa penting dan seberapa penting dan penting dan
untuk dibahas. mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini
untuk dibahas. untuk dibahas. untuk dibahas.
Media yang
dipergunakan
Media yang dipilih Media yang
Media yang dipilih kurang sesuai
sesuai untuk dipergunakan tidak
Media yang dipilih sesuai cukup sesuai untuk untuk
menyampaikan sesuai untuk
untuk menyampaikan menyampaikan menyampaikan
pesan. menyampaikan
Kesesuaian pesan. pesan. pesan.
Mayoritas kelompok pesan.
media yang Hanya sebagian
Efektivitas media sasaran dapat Sebagian kelompok
digunakan kecil kelompok Efektivitasnya
menjangkau kelompok terjangkau dengan sasaran dapat
sasaran dapat dalam menjangkau
sasaran tidak diragukan. media tersebut. terjangkau dengan
terjangkau kelompok sasaran
media tersebut.
dengan sangat diragukan.
penggunaan
media tersebut.
Penny Handayani lahir di Jakarta, 26 Desember 1981. Sebagai anak pertama dari
dua bersaudara, dunia pendidikan sudah menjadi nafas dari keluarga besarnya.
Dorongan untuk dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan
mendorongnya mendalami pendidikan lanjutan pada jurusan Psikologi Pendidikan
Universitas Indonesia (2001 - 2005) dan Magister Profesi Psikologi Universitas
Indonesia (2006 - 2008). Hal inilah yang membuatnya akhirnya mendapatkan
gelar sebagai Psikolog Pendidikan.
Mengisi waktu luang di antara masa studi S1 dan S2, ybs sempat bekerja menjadi
asisten dosen pada mata kuliah Mata Kuliah Pengembangan Karakter Teringrasi
di Universitas Indonesia. Pada tahun 2009, ia mulai bekerja sebagai dosen tetap
pada bagian Psikologi Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Jakarta. Pada tahun 2011 - 2013, beliau menjabat sebagai Kepala Bagian
Psikologi Pendidikan, dan tahun 2013 - saat ini, menjabat sebagai Kepala Program
Kekhususan Profesi Psikologi Pendidikan di Magister Profesi Psikologi Program
Paskasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Mata kuliah yang
diampunya adalah Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Anak Spesisal,
Pendidikan Berbasis Komunitas, Metode Observasi-Wawancara, Metode
Penelitian Kualitatif, Psikologi Umum, Psikologi Aktualisasi Diri, Psikologi Inklusi,
Monitoring-Evaluasi Program, rancangan Penelitian dan Psikodiagnostik
Pendidikan. Pada saat ini, ia juga aktif sebagai dosen pembimbing pada unit
kegiatan mahasiswa WELCOME (we love counseling and mental health) Fakultas
Psikologi UNIKA Atma Jaya yang banyak melakukan program preventif dan kurasi
pada area kesehatan mental. Pada area penelitian dan publikasi, ybs banyak
melakukan kegiatan pada area kesehatan mental, inklusi, disabilitas, makna hidup,
pendidikan karier, bullying dan ketangguhan keluarga.
Anissa Rizky Andriany lahir di Jakarta, 9 Agustus 1990. Merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Nissa sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu
psikologi khususnya psikologi pendidikan dan anak berkebutuhan khusus sejak
menempuh jenjang S1 di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Setelah menyelesaikan sekolahnya, Nissa sempat bekerja sebagai Guru pada
salah satu sekolah khusus di Jakarta kemudian melanjutkan pendidikannya pada
program Magister Profesi Psikologi Pendidikan Anak dan Remaja di UNIKA
Atmajaya.
Saat ini ia aktif bekerja sebagai seorang psikolog pendidikan pada beberapa biro
psikologi di JABODETABEK. Sebelumnya ia bekerja di Homeschooling Kak Seto,
sebagai Koordinator Psikolog. Ketertarikannya pada bidang pendidikan, anak
berkebutuhan khusus dan anak-anak mendorongnya untuk membuat lembaga
psikologi. Melalui lembaga yang dibuatnya, Nissa aktif memberikan edukasi
kepada masyarakat melalui kegiatan parenting, seminar/webinar, maupun
workshop agar lebih peka terkait proses tumbuh kembang dan juga pembelajaran
pada setiap anak.
Selain sebagai psikolog pendidikan, ia juga aktif bekerja sebagai dosen tetap di
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) sejak tahun 2020. Ia
mengampu beberapa matakuliah psikologi dasar seperti: psikologi umum,
psikologi pendidikan, psikodiagnostik, serta matakuliah psikologi pilihan yakni
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Meskipun padat aktivitas kesehariannya,
baginya, setiap apa yang ia lakukan merupakan proses pembelajaran yang baik
untuknya maupun sekitarnya.