Cetakan 1
Pemahaman Tentang Peserta Didik dan
Pembelajaran
Mata Kuliah Inti
Kurator/Penulis :
Penny Handayani, M.Psi, Psikolog
Penelaah:
Caesilia Ika W, M.Psi. Psi
Lestia Primayanti, S.Psi.
Maryam Mursadi, S.Sos., M.Pd.
Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(UUGD). mengamatkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Selanjutnya dalam Pasal 8 UUGD menyatakan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sesuai dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan
persyaratan keahlian khusus.
Paket-paket modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua semester
melalui tiga kelompok mata kuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah Pilihan Selektif,
dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan mencakup komponen Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen, perangkat pembelajaran, dan isi
modul. Asesmen ketercapaian CPMK dilaksanakan di antaranya melalui projek, studi
kasus, portofolio, dan tes. Perangkat pembelajaran meliputi Lembar Kerja (LK), media,
dan sumber belajar yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya sebagai
pengayaan.
Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M), Eksplorasi
konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D), Elaborasi pemahaman
(E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul dengan alur MERDEKA
diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam mencapai tuntutan
profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan mampu mencetak
generasi yang membawa perubahan ke hal yang lebih baik.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG Prajabatan.
Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi
pendidikan Indonesia. Amin.
Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa PPG
Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini penyelenggaraan
PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara terstandar agar dihasilkan
guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai kebutuhan perkembangan dunia
pendidikan secara global.
Kami berterimakasih kepada LPTK penyelenggara PPG Prajabatan atas dukungan dan
kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mengingat pentingnya seorang guru dapat memahami muridnya, maka mata kuliah ini
akan membahas lebih lanjut dinamika peserta didik dan pembelajarannya.
Mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya ini memiliki bobot 3 SKS,
dengan 6 topik utama pada kegiatan perkuliahannya. Mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya juga akan terhubung dengan mata Kuliah Praktek
Pengalaman Lapangan (atau yang lebih dikenal sebagai PPL), khususnya PPL I.
Pada mata kuliah ini mahasiswa akan memperdalam penguasaan kerangka berpikir dalam
pemahaman cara peserta didik belajar dengan pengintegrasian teori perkembangan
kognitif, perkembangan sosial emosional dan latar belakang budaya. Keterhubungan
dengan mata kuliah PPL di sekolah membuat mahasiswa dapat belajar lebih dalam dari
sekedar konsep teoritis.
Paska mengambil mata kuliah MK. Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya,
maka diharapkan mahasiswa dapat :
Guna mencapai tujuan di atas, maka modul mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya ini akan menggunakan pendekatan alur MERDEKA yang didasarkan
dari teori pembelajaran orang dewasa oleh Bransford dan rekan (2000). Alur MERDEKA
yang digunakan akan dilakukan pada seluruh rangkaian perkuliahan dengan :
Kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah ini terdiri dari : tatap muka, tugas terstruktur
dan tugas mandiri. Mahasiswa dapat menggunakan beragam metode seperti: observasi di
sekolah, analisis kasus, baik dilakukan secara individual maupun kelompok, serta praktik
pembelajaran dan asesmen yang efektif. Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan dengan
presentasi kasus, partisipasi dan keterlibatan, jurnal refleksi dan project pameran
perayaan akhir perkuliahan.
Semoga dengan materi yang diberikan pada mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya ini, akan semakin membuat mahasiswa kita menjadi guru yang dapat
lebih memahami siswa didik, sehingga dapat lebih memfasilitasi kebutuhannya guna
KBM yang lebih optimal dan efektif.
Hlm.
Daftar Gambar....................................................................................................xi
Assessment......................................................................................................xiii
B. Eksplorasi Konsep..................................................................................4
1. Belajar............................................................................................................4
2. Teori-teori belajar...........................................................................................5
3. Motivasi belajar............................................................................................25
C. Ruang Kolaborasi..................................................................................28
D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................28
E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................29
G. Aksi Nyata..............................................................................................30
B. Eksplorasi Konsep................................................................................32
Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | vii
1. Perkembangan Fisik.....................................................................................34
2. Perkembangan Kognitif................................................................................35
3. Perkembangan Sosio-emosional...................................................................38
4. Sosial-Konteks Perkembangan.....................................................................42
C. Ruang Kolaborasi..................................................................................47
D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................47
E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................48
G. Aksi Nyata..............................................................................................48
B. Eksplorasi Konsep................................................................................49
1. Etnik.............................................................................................................50
2. Kultural.........................................................................................................51
3. Status sosial..................................................................................................51
4. Minat............................................................................................................51
5. Perkembangan kognitif.................................................................................52
6. Kemampuan awal.........................................................................................52
7. Gaya belajar..................................................................................................53
8. Motivasi........................................................................................................53
9. Perkembangan emosi....................................................................................53
C. Ruang Kolaborasi..................................................................................55
D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................55
E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................56
G. Aksi Nyata..............................................................................................56
v | PPG Pra Jabatan 2022
Topik 4. Kerangka Strategi...............................................................................57
B. Eksplorasi Konsep................................................................................59
C. Ruang Kolaborasi..................................................................................80
D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................81
E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................81
G. Aksi Nyata..............................................................................................81
B. Eksplorasi Konsep................................................................................85
C. Ruang Kolaborasi..................................................................................90
D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................91
E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................91
G. Aksi Nyata..............................................................................................92
B. Eksplorasi Konsep................................................................................94
D. Demonstrasi Kontekstual...................................................................101
E. Elaborasi Pemahaman........................................................................101
G. Aksi Nyata............................................................................................102
LAMPIRAN.......................................................................................................105
A. Lampiran 1...........................................................................................105
B. Lampiran 2...........................................................................................110
C. Lampiran 3...........................................................................................114
D. Lampiran 4...........................................................................................116
Penutup........................................................................................................... 125
Hlm.
1. Menguasai pemahaman konseptual tentang cara belajar peserta didik. (P1, P2)
5. Mampu membuat profil tingkat penguasaan dan cara belajar peserta didik (P2)
Daily
1 Jurnal Refleksi 10 % 1,2,3,4
individual
UTS :
Panduan Observasi dan Daily
2 30 % 1,2,3, 5
Pengambilan Data individual
Observasi
UAS :
Pameran Perayaan Akhir
Perkuliahan (Hasil PPL 1)
a. 30 % : Presentasi Final
3 50 % 1,2,3,4,5,6,7
program pembelajaran assessment
b. 10 % : Desain pameran
c. 10 % : Pelaksanaan
pameran
Individual
Partisipasi dan Assessed
4 10 % 1,2,3,4,5,6,7
Keterlibatan throughout
the semester
Mahasiswa bercerita tentang gambaran umum kondisi peserta didik di Catatan hasil observasi di
M
sekolah / yang diajar.. lapangan
Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi data-data yang perlu Modul dan ppt
E
dilengkapi dari kegiatan observasi di pekan sebelumnya. pembelajaran
Profiling Siswa
2 4&5 Mahasiswa diminta untuk melakukan observasi lanjutan untuk melengkapi
Didik R RTM, soal studi kasus
kebutuhan data yang masih belum lengkap
Belajar Peserta 1 11
RTM, daftar nama
Didik Mahasiswa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi proses asesmen pada
R kelompok, soal studi
(Assessment) peserta didik di sekolah.
kasus
Mahasiswa mereview kembali materi-materi sebelumnya untuk dapat Modul dan ppt
E
dimasukkan ke dalam RPP, evaluasi dan refleksi. pembelajaran
Lesson Planning
(RPP) - Mahasiswa mempraktekkan kemampuan pedagogik dalam proses pembelajaran
4 12 - 15
Penyusunan, Mahasiswa diminta untuk menerapkan kemampuan dalam penggunaan strategi
Evaluasi, Refleksi pendekatan pembelajaran yang sesuai
RTM, daftar nama
Mahasiswa diminta untuk menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang
R kelompok, soal studi
kontekstual (sesuai kebutuhan peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai
kasus
kultur budaya, dan kemampuan belajar peserta didik)
Durasi 2 Petemuan
Belajar mengajar merupakan proses yang penting dalam pendidikan. Bahkan, tidak jarang
hasil dari pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar ini.
Memastikan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya menjadi tanggung jawab
utama seorang guru saat pembelajaran di kelas. Untuk mendukung proses tersebut,
pendidik harus mempelajari teori-teori tentang belajar. Dengan mempelajari teori belajar,
pendidik akan dapat lebih mudah dalam memahami hakikat belajar dan membuat
kerangka dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sebelum masuk ke materi yang
lebih mendalam, jawablah pertanyaan di bawah ini:
3. Saat pembelajaran berlangsung, seorang guru menyadari bahwa siswa di dalam kelas
terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Saat itu, guru berinisiatif untuk
memberikan hadiah kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru. Setelah satu bulan, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada
siswa ketika berhasil menjawab pertanyaan guru. Akan tetapi, siswa tetap
bersemangat menjawab setiap pertanyaan, karena berharap akan mendapatkan hadiah
dari guru ketika berhasil menjawab dengan benar. Setelah menyadari tidak ada
hadiah lagi yang diberikan guru, para siswa kembali lagi kurang bersemangat saat
belajar.
Menurut Anda, apa yang menyebabkan para siswa tersebut menampilkan perilaku
seperti di awal pembelajaran (kurang bersemangat saat belajar)? Jika Anda menjadi
guru, apa yang akan Anda lakukan agar semangat belajar siswa dapat bertahan
walaupun tidak mendapatkan hadiah?
4. Dalam kegiatan pertemuan tatap muka terbatas, pihak sekolah menempelkan poster
perilaku hidup bersih dan sehat di setiap sudut sekolah, untuk membuat siswa
menyadari pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat ketika berada di sekolah.
Selain itu, guru juga secara berkala mengingatkan dan memberikan contoh bagaimana
menerapkan perilaku hidup bersih kepada muridnya. Karena terbiasa melihat poster
dan perilaku guru di sekolah, para siswa selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat saat berada di sekolah.
5. Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini, anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-
rata (mean). Untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran, Anda
mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh siswa
agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada siswa
untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, siswa mampu mengerjakan
dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat
kemudian, Anda meminta kepada siswa untuk mengulangi soal yang sama tanpa
melihat urutan pengerjaan soal, dan siswa mampu mengerjakannya dengan benar.
Menurut Anda, apa yang membuat siswa mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)? Sebagai seorang
calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat diterapkan?
6. Coba ingat-ingat pengalaman Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), guru apa saja
yang dapat membuat Anda tertarik mengikuti pembelajaran dan sebaliknya?
Ceritakan sebuah pengalaman menarik Anda berkaitan dengan cara Anda
membangkitkan motivasi pada diri Anda ketika menjadi seorang pelajar!
B. Eksplorasi Konsep
1. Belajar
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya memperoleh
kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang
belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Pritchard (2008) belajar (to learn) memiliki arti “to gain knowledge of, or skill in,
something through study, teaching, instruction or experience”. Menurut definisi
tersebut, belajar dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, melalui
studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ciri dalam
belajar, yakni:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak
terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak
akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.
b. Perubahan tingkah laku tidak harus segera diamati pada proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
c. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
d. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat
itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
2. Teori-teori belajar
Agar dapat lebih memahami konsep belajar lebih dalam lagi, kita perlu memahami
konsep belajar dari beberapa sudut pandang teori. Dalam proses pembelajaran, belajar
dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);
2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme).
Mari kita pahami satu persatu ketiga sudut pandang tersebut.
Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang behavioristik yang terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Classical conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dengan melibatkan perangsang asli dan
netral yang dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Ivan Pavlov melakukan
eksperimen yang disebut classical conditioning seperti yang dijelaskan dalam
gambar berikut ini:
b) Gambar kedua. Jika anjing hanya dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menampilkan respons
(air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan
syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam belajar menurut teori classical
conditioning adalah adanya latihan-latihan yang terus-menerus, agar
menghasilkan perilaku yang terjadi secara otomatis.
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (S) dan
respon (R). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan oleh
individu ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dalam teori S-R dikatakan bahwa proses belajar, kali pertama
organisme (hewan, orang) belajar melalui proses trial and error. Apabila suatu
organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, organisme itu
akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang
ada padanya untuk
Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang, dan pola gerakan kucing sama saja
namun semakin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan usahanya
semakin sedikit dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan
tingkah lakunya. Sehingga pada akhirnya kucing
Organisme atau individu yang sudah siap untuk bertindak, apabila tidak
bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan, dan akan menimbulkan
respon-respon yang lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasan itu.
Apabila organisme atau individu yang tidak siap untuk bertindak dipaksa
akan menimbulkan ketidakpuasan dan berakibat dilakukannya tindakan-
tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
Berdasarkan jenisnya
Berdasarkan bentuknya
Ratio Interval
Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah
dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai dengan
yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi
pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras
agar proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap
berada dalam konteks tujuan pembelajaran.
Berikut ini merupakan contoh penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran di kelas antara lain:
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert Bandura lahir berdasarkan kritik
atas teori yang dikembangkan oleh ahli behavioristik. Menurut Albert Bandura,
walaupun prinsip belajar cukup menjelaskan dan meramalkan perilaku, namun
prinsip tersebut harus memperhatikan suatu fenomena yang diabaikan oleh
paradigma behaviorisme, yaitu manusia mempunyai kemampuan berpikir dan
mengatur tingkah laku nya sendiri. Bandura merumuskan Teori Belajar Sosial
dengan mengakomodasi kemampuan kognitif manusia dalam berpikir dan belajar
melalui pengamatan sosial. Agar lebih mudah dalam memahami teori sosial
kognitif dari bandura, silahkan amati gambar berikut ini:
Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada proses
berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif
mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi
mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan
memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar
dapat membantu mereka dalam memahami proses mental. Di bawah ini terdapat
beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang guru dalam pembelajaran
kognitif, antara lain:
d) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang
mereka miliki.
b. Constructivism (Konstruktivisme)
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya
interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky, belajar
adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar
merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara
psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku seseorang adalah karena
keterlibatan dua hal tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungan, ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indera untuk menangkap
atau menyerap stimulus, kemudian menggunakan saraf otak untuk mengolah
informasi yang sudah diterima. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus
dan saraf otak
Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini akan lebih
berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya mereka.
Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi
perkembangan belajar seseorang. Pemikiran Vygotsky yang sangat berarti dalam
konsep pendidikan salah satunya adalah Zone of Proximal Development (ZPD)
atau zona perkembangan proksimal. ZPD merupakan suatu tingkat yang dapat
dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone atau Zona
yang dimaksud disini diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan
sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa. ZPD
dipercaya sebagai salah satu langkah untuk membangun suasana belajar yang
efektif.
Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah
memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal
belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah
anak mampu untuk memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan- gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di dalam kelas.
Terdapat dua prinsip yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pertama,
memfokuskan pada peran pendidikan dalam meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan siswa. Gerakan yang berdasarkan prinsip ini disebut dengan pengajaran
langsung (direct instruction). Kedua, lebih memfokuskan pada hasil afektif, belajar
bagaimana belajar serta meningkatkan kreativitas dan potensi manusia. Inilah yang
disebut dengan gerakan pendidikan humanistik.
Teori humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik adalah satu
dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar
lainnya. Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk menghasilkan hal baik bagi
kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat individu mampu
mengenali dirinya sendiri.
Salah satu ide yang penting dalam pendidikan berbasis humanistik adalah siswa harus
mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self
regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan
bagaimana mereka akan belajar. Inti dari pendekatan ini adalah bagaimana siswa
belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar
daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar.
Pada teori humanistik dijelaskan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang
melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain- domain tersebut meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik
dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang
terbuka antara siswa dengan guru maupun sebaliknya, serta nilai-nilai yang dimiliki
oleh setiap siswa. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak
hanya dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana siswa menjadi individu
yang bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, mempunyai
kedewasaan emosi dan spiritual. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam
diri siswa, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang dapat
Teori belajar humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebuah filosofi
belajar yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan setiap siswa. Filosofi ini
meyakini bahwa setiap siswa mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Filosofi humanistik dalam proses
pembelajaran telah melahirkan beberapa konsep yang berkaitan dengan
pengembangan model pembelajaran yang memberikan bagi siswa sendiri dan
menekankan pada kemampuan siswa dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik. Salah satu model belajar yang dimaksud adalah experiential learning
(buka tautan ini untuk lebih memudahkan mahasiswa dalam memahami
konsep experiential learning:
https://www.youtube.com/watch?v=rvqoFhk6N2A
https://www.youtube.com/watch?v=aF63HHVbpQ8
1) Experiential learning yang efektif akan mempengaruhi cara berpikir siswa, sikap
dan nilai-nilai, persepsi dan perilaku siswa. Misalnya, belajar tentang berbuat
baik pada orang tua. Seorang pelajar harus mengembengkan sebuah konsep
tentang apakah berbuat baik kepada orang tua, bagaimana sikap yang baik pada
orang tua, dan bagaimana mewujudkan sikap baik kepada orang tua dalam bentuk
perilaku.
3) Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif. Pada saat
siswa mempelajari sebuah teori, konsep atau mempraktikkan dan mencobanya,
maka siswa akan lebih memahami lebih sempurna, dan mengintegrasikannya
dengan apa yang ia pelajari sebelumnya serta dapat mengingatnya lebih lama.
7) Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif dan perilaku itu
sendiri tidak beruba. Keterampilan-keterampilan baru mungkin dapat dikuasai
atau dipraktikkan, tetapi tanpa melakukan perubahan atau belajar terus menerus,
maka keterampilan-keterampilan tersebut akan menjadi luntur atau hilang.
Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda. Mari kita
sama-sama mengeksplorasi keempat perspektif ini.
a. Perspektif perilaku
Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan hukuman
eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa. Misal: pemberian nilai angka dan
huruf, memberikan pengakuan kepada siswa, memberikan “hak istimewa”, dan
sebagainya.
b. Perspektif humanistik
Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap
individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal, maka
dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu ditonjolkan.
Menurut perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih banyak kesempatan,
tanggung jawab, serta mengendalikan hasil prestasi sendiri.
d. Perspektif sosial
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan untuk
mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan
motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.
Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan
keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran atau
kebiasaan seseorang akan mempengaruhi cara individu berpikir, apa yang individu
rasakan, dan apa yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini yang nantinya akan
mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri.
Dweck menggunakan istilah fixed mindset dan growth mindset, untuk membantu
seorang individu percaya atas kemampuan, potensi, kapasitas perilaku yang dimiliki,
sehingga dapat memprediksi keberhasilan di masa mendatang.
Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat
saja yang mengarah pada kesuksesan dan tidak diperlukan usaha untuk mencapai
sebuah keberhasilan. Di sekolah, seorang siswa yang memiliki fixed mindset tetap
takut untuk mencoba sekalipun diberikan kesempatan oleh gurunya. Para siswa tidak
berusaha mencari bantuan karena mereka percaya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir seperti ini yang
akan menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.
Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar
bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan
pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar,
mereka menyadari bahwa jika mereka melakukan upaya itu akan berdampak pada
keberhasilan, sehingga mereka bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar
mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth mindset didasarkan pada
keyakinan bahwa prestasi akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih dalam
belajar.
https://www.youtube.com/watch?v=KUWn_TJTrnU
https://www.youtube.com/watch?v=75GFzikmRY0
C. Ruang Kolaborasi
Setelah mempelajari konsep belajar dan teori belajar, silakan bekerja dalam kelompok (3 -
4 orang) untuk menjawab pertanyaan berikut (waktu 45 menit).
1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konstruktivisme di dalam kelas!
b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada
tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini
tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi
orangtuanya)
D. Demonstrasi Kontekstual
1. Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda. Adapun tata cara yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada pada
lampiran 3.
E. Elaborasi Pemahaman
Setelah memahami tentang pengertian belajar, teori belajar, motivasi serta pola pikir,
sebagai calon guru tentunya masih harus mengkaji secara lebih mendalam bagaimana
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Pemahaman seorang guru
mengenai konsep dasar belajar, akan berdampak pada efektivitas pembelajaran itu sendiri
nantinya.
Untuk itu, silahkan Anda coba jelaskan bagaimana masing-masing teori belajar yang
telah Anda pelajari dapat diimplementasikan pada kurikulum pembelajaran saat ini?
G. Aksi Nyata
Pada akhir pembelajaran topik tentang belajar dan teori belajar, bacalah ringkasan yang
telah Anda buat. Setelah itu tuliskan rancangan / rencana aksi nyata bagaimana Anda
mengaplikasikan topik belajar dan teori pembelajaran dalam proses pembelajaran di
kelas!
Durasi 2 Petemuan
Pengajaran yang sesuai perkembangan terjadi pada tingkat yang tidak sulit sehingga
membuat peserta didik merasa stres, atau terlalu mudah sehingga membuat peserta didik
menjadi lebih mudah bosan. Salah satu tantangan dari pengajaran yang sesuai
perkembangan adalah bahwa Anda akan menghadapi peserta didik dengan rentang usia
tertentu dan Anda harus menyesuaikan kemampuan dan keterampilan sesuai dengan
tingkat kelas yang akan Anda ajarkan. Guru yang kompeten akan menyadari bahwa
terdapat perbedaan perkembangan pada setiap peserta didiknya. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan yang lebih jauh, mari kita bersama-sama berdiskusi di kelas dengan
menjawab pertanyaan di bawah ini.
Menurut Anda, apa saja yang perlu diperhatikan oleh seorang guru agar proses pembelajaran di
kelas menjadi menyenangkan?
B. Eksplorasi Konsep
Pada dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola pendidikan, Anda perlu mempelajari dan
memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan perkembangan setiap peserta didik.
Anda bertanggung jawab atas banyaknya ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin
Anda belajar dan memahami tentang perkembangan peserta didik, semakin Anda dapat
paham di tingkat mana Anda harus mengajar mereka. Semakin Anda memahami tingkat
perkembangan peserta didik, semakin efektif proses pembelajaran yang Anda berikan.
1. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada
pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak bisa
menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang individu,
misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat masih kecil
pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan dorongan dari
lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf berdasarkan dari
kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam membentuk intelegensi
anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan banyak lagi.
2. Isu continuity and discontinuity, isu perkembangan ini berfokus pada kemampuan
anak yang berkembang secara berangsur-angsur atau justru bertahap. Beberapa
psikolog perkembangan yang lebih menekankan pada faktor nurture biasanya
mendeskripsikan perkembangan itu berangsur-angsur seperti halnya biji yang
perlahan tumbuh menjadi pohon, sedangkan psikolog perkembangan yang lebih
menekankan faktor nature percaya bahwa perkembangan anak itu adalah rangkaian
dari tahap seperti halnya ulat yang menjadi kupu-kupu. Contohnya, kata pertama
yang diucapkan anak terasa seperti hal yang tiba-tiba (discontinuity), padahal hal
tersebut juga merupakan hasil dari pertumbuhan dan praktik selama berminggu-
minggu bahkan berbulan-bulan.
3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi
mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau apakah
pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah pengalaman masa bayi?
Agar dapat memahami tahap perkembangan peserta didik, mari kita bahas satu per satu
dalam pembahasan berikut.
Kematangan fisik pada masa bayi terlebih dahulu pada bagian kepala dan berlanjut
pada bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir sudah mampu menggerakkan bibir, mata,
kemudian mampu menggerakkan tangan dan kaki, serta mampu menggerakkan
anggota tubuhnya ke kanan dan kiri. Masa bayi mempunyai gerakan spontan atau
refleks yang mendominasi gerakan yang terus menerus berkembang. Gerakan ini
bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi atas stimulus dari lingkungan.
Pada tahap ini, perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Hal ini terjadi
karena perubahan fisik merupakan gejala primer yang membuat organisme secara
matang mampu bereproduksi. Gejala primer ditandai oleh perubahan postur tubuh,
serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang diiringi dengan berat badan. Selain
itu, terjadi kematangan seksual yang ditandai oleh perubahan seks primer, yaitu
dimulainya perubahan pada organ reproduksi pada laki-laki yang ditandai oleh mimpi
basah yang terjadi pada laki- laki serta menstruasi pada anak perempuan. Perubahan
seks sekunder ditandai oleh perubahan suara, munculnya bulu-bulu halus pada area
kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada yang semakin bidang pada
laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul dan bahu pada perempuan.
Penampilan fisik pada masa dewasa sudah semakin matang, sehingga siap untuk
melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah dan
memiliki anak.
2. Perkembangan Kognitif
Tahap pra operasional merupakan tahapan yang lebih simbolis daripada pemikiran
sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Akan tetapi, tahap ini
lebih egosentris dan intuitif daripada logis. Tahap Pra operasional memiliki 2 sub
tahap, yaitu fungsi simbolik dan tahap intuitif.
1) Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara 2 dan 4 tahun. Pada sub tahap
ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk merepresentasikan secara mental
suatu objek yang tidak ada.
Tahapan ini menggantikan penalaran intuitif pada individu, namun hal ini hanya
terjadi dalam situasi konkret. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk melakukan
klasifikasi terhadap benda-benda konkret. Operasi konkret adalah tindakan mental
yang dapat dibalik yang berkaitan dengan objek nyata dan konkret. Operasi konkret
memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada fokus
pada satu properti objek. Pada tingkat operasional konkret, anak-anak dapat
melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara
fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret.
Pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman
konkret dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.
Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tertulis atau yang ditandai oleh sistem
simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh kelompok tertentu (kosa kata)
dan aturan untuk menggabungkan kosa kata dengan kosa kata lain sehingga memiliki
makna (tata bahasa dan sintaksis). Bahasa melibatkan lima sistem aturan: fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
a. Fonologi
Setiap bahasa terdiri atas suara dasar. Fonologi merupakan sistem suara dari bahasa,
termasuk suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat dikombinasikan.
Fonem adalah unit dasar suara dalam bahasa, hal tersebut adalah unit terkecil dari
suara yang mempengaruhi makna. Untuk membantu kita lebih memahami bunyi
huruf silahkan simak video berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=TVENnp-Q5U0
b. Morfologi
Morfologi bahasa mengacu pada unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata.
Morfem adalah satuan minimal makna, hal tersebut adalah kata atau bagian kata yang
tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang bermakna.
c. Sintaks
Sintaks merupakan cara penggabungan kata-kata untuk membentuk frasa dan kalimat
yang dapat diterima. Misalnya: ada seseorang yang mengatakan kepada Anda “ada
kucing di atas kursi” atau “ada kursi di atas kucing”. Tentu saja kedua kalimat
tersebut memiliki makna yang berbeda dan belum tentu dapat diterima (ambigu).
Istilah semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki
seperangkat fitur semantik, atau atribut yang diperlukan terkait dengan makna. Gadis
dan wanita misalnya, secara makna sama, namun jika dilihat lebih mendalam kedua
kata tersebut berbeda secara semantik dalam hal usia.
e. Pragmatik
Pragmatik merupakan penggunaan yang tepat dari bahasa dalam konteks yang
berbeda.
3. Perkembangan Sosio-emosional
Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori utama:
teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik Erikson.
Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada konteks
sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut mempengaruhi
perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa individu akan
dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari interaksi interpersonal
terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem tersebut adalah
mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Agar lebih
mudah dalam memahami teori ekologi Bronfenbrenner silahkan perhatikan gambar
berikut:
1) Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama antara
individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah, dan
lingkungan.
4) Makrosistem melibatkan budaya yang lebih lua. Budaya adalah istilah yang
sangat luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak.
2) Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap
psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita.
Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai menemukan
bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka menyatakan kebebasan
mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika bayi terlalu banyak dibatasi atau
dihukum terlalu keras, mereka mengembangkan rasa malu dan ragu.
Pada teori Bronfenbrenner, konteks sosial merupakan pengaruh penting pada kehidupan
dan perkembangan anak-anak. Pada pembahasan ini kita akan mengeksplorasi tiga
konteks anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka: keluarga, teman sebaya, dan
sekolah.
a. Keluarga
Walaupun anak-anak tumbuh dalam keluarga yang beragam, orangtua memiliki peran
penting dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik anak-anak dan
sikapnya terhadap sekolah. Pengaruh orangtua terhadap kegiatan sekolah dan prestasi
anak berfokus pada gaya pengasuhan, pengasuhan bersama, perubahan keluarga
dalam masyarakat yang berubah, dan hubungan sekolah-keluarga.
Gaya Pengasuhan
Baumrind mengatakan bahwa gaya pengasuhan datang dalam empat bentuk utama:
Pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menghukum. Orang tua yang otoriter
mendesak anak-anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati
mereka. Mereka menempatkan batasan tegas dan kontrol terhadap anak-anak
mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. Anak-anak dari orang tua
yang otoriter, sering berperilaku dengan cara yang secara sosial tidak kompeten.
Mereka cenderung merasa cemas mengenai perbandingan sosial, gagal untuk
memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.
Pengasuhan pengabaian adalah gaya pengasuhan ketika orang tua tidak terlibat
dalam kehidupan anak-anak mereka. anak-anak dari orang tua yang lalai
mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka
lebih penting daripada mereka. Mereka cenderung untuk berperilaku dengan cara
sosial Kompetensi sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam
menangani kebebasan. anak-anak seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk
berprestasi.
Pengasuhan memanjakan adalah gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat
dengan anak-anak mereka, tetapi menempatkan beberapa batasan atau
pembatasan pada perilaku mereka. pada pengasuhan ini orang tua sering
membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan
melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari
dukungan pengasuhan dan kurangnya pembatasan akan menghasilkan anak
kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah bahwa anak-anak biasanya tidak belajar
untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.
5) Pengasuhan Bersama
Pada pengasuhan bersama, orang tua mendukung satu sama lain untuk bersama-
sama membesarkan anak. Kurangnya pengasuhan bersama yang efektif karena
koordinasi yang buruk antara orang tua, merendahkan salah satu orang tuanya,
kurangnya kerjasama dan kehangatan, dan pemutusan oleh salah satu orang tua
adalah kondisi yang menempatkan anak-anak pada risiko masalah.
Jumlah anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bercerai, keluarga orang tua
tiri, dan keluarga yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah semakin meningkat.
Pada orangtua yang bekerja akan menghasilkan efek pengasuhan, baik positif
maupun negatif. Orang tua yang memiliki kondisi pekerjaan yang buruk, seperti jam
kerja yang panjang, kerja lembur, stres karena bekerja, dan kurangnya otonomi di
tempat kerja, cenderung lebih mudah marah di rumah dan terlibat dalam pengasuhan
yang kurang efektif daripada orangtua yang memiliki kondisi kerja yang lebih baik.
b. Teman Sebaya
Selain keluarga dan guru, rekan sebaya juga memainkan peran yang kuat dalam
perkembangan anak-anak dan pendidikan. Dalam pertemanan rekan sebaya Terdapat
lima jenis status rekan sebaya, yaitu:
1) Anak populer. Anak populer sering dinominasikan sebagai sahabat dan jarang
tidak disukai oleh rekan sebaya mereka. anak populer memberikan bantuan,
mendengarkan dengan cermat, menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan
rekan sebaya, merasa bahagia, bertindak seperti diri mereka sendiri,
menunjukkan antusiasme dan kepedulian terhadap orang lain, serta percaya diri
tanpa terlihat sombong.
2) Anak rata-rata. Anak rata-rata menerima jumlah rata-rata dari kedua nominasi
positif dan negatif dari rekan-rekan mereka.
4) Anak ditolak. Anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat seseorang
dan sering secara aktif tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah tentang aturan dan konvensi berinteraksi antara orang-orang.
aturan aturan ini dapat dipelajari dalam tiga domain: kognitif, perilaku, dan emosional.
masalah utama dalam domain kognitif adalah bagaimana siswa berpikir mengenai alasan
atau aturan untuk perilaku etis. Dalam domain perilaku fokusnya adalah pada cara siswa
benar-benar berperilaku, bukan pada moralitas pemikiran mereka. Sementara itu, dalam
domain emosional penekanannya adalah pada cara siswa merasa secara moral. misalnya,
Apakah mereka mengasosiasikan perasaan bersalah yang cukup kuat dengan tindakan
tidak bermoral untuk menolak melakukan tindakan tersebut? Apakah mereka
menunjukkan empati terhadap orang lain?
Level ini merupakan level terendah dari penalaran dalam teori Kohlberg. Level ini
terdiri atas dua tahap yaitu hukuman dan orientasi kepatuhan (tahap 1) dan
individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (tahap 2).
Individu pada level ini mematuhi standar tertentu (internal), seperti orang tua atau
hukum masyarakat. penalaran konvensional terdiri atas dua tahap: harapan
interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal (tahap 3), dan sistem
moralitas sosial (tahap 4) .
Pada tingkat ini moralitas lebih internal. Tingkat Pasca konvensional moralitas terdiri
atas dua tahap: hak kontrak atau utilitas individu dan sosial (tahap 5) dan prinsip-
prinsip etis yang universal (tahap 6).
1) Tahap 5. Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu adalah tahap kelima
Kohlberg. pada tahap ini individu beralasan bahwa nilai-nilai hak dan prinsip
mendasari atau melampaui hukum. Seseorang mengevaluasi keabsahan hukum
aktual dan mengkaji sistem sosial
2) Tahap 6. prinsip etika universal adalah tahap ke-6 dan tertinggi dalam teori ini
pada tahap ini, orang telah mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi
manusia secara universal. ketika dihadapkan dengan konflik antara hukum dan
hati nurani, orang tersebut akan mengikuti hati nurani, meski keputusan tersebut
mungkin melibatkan resiko pribadi.
C. Ruang Kolaborasi
Sekarang Anda memiliki pemahaman yang baik tentang topik ini. Selesaikan latihan ini
untuk memperkuat pemikiran Anda.
1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.
3. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil Anda
sendiri.
a. Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya serta
sosio-emosionalnya?
b. Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa berinteraksi
secara efektif bersama Anda?
D. Demonstrasi Kontekstual
Setelah Anda membuat esai secara singkat, saat ini Anda semakin memahami bahwa setiap
peserta didik perlu melewati tahapan perkembangannya dengan baik. Buatlah infografis
sederhana mengenai tahapan perkembangan peserta didik yang perlu Anda perhatikan pada
peserta didik sebelum Anda memulai mengajar di kelas.
Buatlah panduan observasi yang akan membantu Anda agar lebih memahami peserta
didik Anda di dalam kelas pada saat PPL nantinya dengan memperhatikan isu-isu
perkembangan pada peserta didik, antara lain:
Anda telah memahami tahapan peserta didik dengan baik. Anda juga telah membuat
panduan observasi mengenai tahapan perkembangan peserta didik. Sekarang, lakukan
pengamatan kepada peserta didik yang ada di sekolah dengan menggunakanpanduan yang
sudah Anda buat. Buatlah laporan singkat mengenai hasil observasi
G. Aksi Nyata
Durasi 2 Petemuan
Pada proses pembelajaran di kelas, seorang guru akan menemukan ragam karakteristik
siswa di kelasnya. Untuk membantu Anda memahami materi pembelajaran ini, mari kita
sama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini.
Ibu Rita adalah seorang guru yang rajin membuat program literasi dan numerasi. Program
literasi ini sudah dirancang dalam rencana program pembelajaran yang ia buat setiap
semesternya. Namun, ia merasa sedih, karena semakin ia rajin membuat program
pembelajaran, semakin ia merasa bahwa program tersebut tidak berguna. Ia kerap
mengubah rencana di tengah proses belajar, dengan alasan tidak sesuai dengan
kemampuan siswa, siswa tidak tertarik untuk belajar, hingga ia merasa pembelajaran ini
tidak berdampak pada siswa. Mari bantu Ibu Rita merefleksi agar masalah ini tidak
terulang lagi. Menurut Anda, apa yang menyebabkan bu Rita mengalami masalah ini?
Coba ingat-ingat pengalaman Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), apa yang dilakukan
oleh guru Anda sebelum memberikan materi pelajaran kepada Anda?
B. Eksplorasi Konsep
Agar pembelajaran menjadi efektif, maka penting bagi pendidik untuk mengetahui
dengan jelas bagaimana gambaran peserta didik yang ada di dalam kelas. Pendidik sangat
dianjurkan untuk dapat membuat profil dari peserta didiknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran di kelas. Seberapa jauh Anda mengenal
Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki
oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat diartikan sebagai
keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan, sehingga mana cita- cita atau tujuannya. Informasi terkait
karakteristik peserta didik, sangat diperlukan untuk kepentingan dalam perancangan
pembelajaran.
Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta
didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar
ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi menjadi perhatian dan pijakan pendidik
dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi:
etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar,
motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, serta
perkembangan motorik. Untuk memahami dengan lebih jelas, mari kita ikuti paparan berikut
ini:
1. Etnik
Pada sekolah dan kelas yang Anda ampu, mungkin saja terdapat peserta didik dengan
multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik
Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya. Implikasi dari etnik ini,
pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan jenis etnik apa saja
yang terdapat dalam kelasnya. Data tentang keberagaman etnis di kelasnya menjadi
informasi yang sangat berharga bagi pendidik dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran. Seorang pendidik yang
2. Kultural
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah
barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita
sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat.
Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya
memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang
multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini pendidik dapat
menerapkan pendidikan multikultural. Sehingga, pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran harus mampu menyikapi keberagaman budaya yang ada di
sekolahnya/kelasnya. (Materi ini akan dibahas lebih dalam pada topik 4).
3. Status sosial
Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rezeki seperti berupa pekerjaan, kesehatan,
kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda- beda. Kondisi seperti ini juga
melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik
dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan
saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi
penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri
kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam
belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini
pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif.
4. Minat
Minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang sangat
penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan minat yang
dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa minat belajar
peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat
5. Perkembangan kognitif
Seperti yang telah kita bahas di topik sebelumnya, bahwa setiap tahapan perkembangan
memiliki pendekatan yang berbeda dengan tahapan usia yang lain. Tingkat perkembangan
kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi guru dalam memilih dan
menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi. Taman
Kanak-kanak yang peserta didiknya sekitar berumur 5- 6 tahun, sudah tentu berbeda
pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik.
Sekolah Dasar yang peserta didiknya berusia 7- 11 tahun, dan peserta didik Sekolah
Menengah Pertama yang usianya berkisar 12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah
Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun,
karena dilihat dari perkembangan intelektualnya jelas berbeda.
6. Kemampuan awal
Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah
pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Cara
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik tes yaitu
pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara. Melalui wawancara dan tes
awal maka kemampuan awal peserta didik dapat diketahui. Kemampuan menjawab tes
awal dapat dijadikan dasar untuk menetapkan materi pembelajaran. Di samping hal
tersebut di atas untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui
analisis instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus
menentukan hirarki kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih rendah
itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior).
Gaya belajar peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam
melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya.
Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu visual, auditif, kinestetik, serta
reading & writing. Untuk memudahkan Anda dalam memahami penjelasan, silahkan
buka tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=qcCtPgzlGTs
8. Motivasi
Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik dan kadang
motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik).
Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang tinggi, sedang, atau bahkan
rendah. Motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik akan tampak dari ketekunannya
dalam belajar yang tidak mudah patah untuk mencapai keberhasilan meskipun banyak
rintangan yang dihadapinya. Motivasi yang tinggi dari peserta didik dapat menggiatkan
aktivitas belajarnya.
9. Perkembangan emosi
Emosi sangat berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses
pembelajaran. Emosi juga berperan dalam membantu proses pembelajaran tersebut
menyenangkan atau bermakna. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan atau tidak
menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan akan
berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar. Atas dasar hal ini pendidik dalam
melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana emosi yang senang/gembira dan
tidak memberi rasa takut pada peserta didik. Untuk itu bisa dilakukan dengan model
pembelajaran yang menyenangkan (enjoy learning), belajar melalui permainan
(misalnya belajar melalui bermain monopoli pembelajaran, ular tangga pembelajaran,
kartu kwartet pembelajaran) dan media sejenisnya.
Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara
bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan
sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan
motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Perkembangan motorik menurut
Santrock (2011) dikelompokan menjadi motorik kasar dan motorik halus :
a. Motorik kasar: gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
b. Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota tubuh
tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Kedua jenis keterampilan motorik sebagaimana dijelaskan di atas, penting untuk dikenali
dan dipahami guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan
potensi dan memaksimalkan hasil peserta didiknya. Disamping itu dengan dikenali dan
dipahaminya perkembangan motorik anak, pendidik dan
C. Ruang Kolaborasi
Setelah mempelajari ragam karakteristik peserta didik pada topik ini. Lihatlah
kembali panduan observasi yang telah Anda buat pada pekan lalu (cek tugas
koneksi antar materi pada topik 2). Lengkapi panduan observasi Anda sesuai
dengan yang telah Anda pelajari pada topik ini.
D. Demonstrasi Kontekstual
Setelah menyelesaikan tugas, saat ini Anda akan diminta untuk mempresentasikan hasil
kerja Anda di depan kelas. Adapun tata cara yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual (maksimal 10
menit).
2. Masing-masing mahasiswa mengunggah link teks dan link video hasil kerja ke dalam
forum diskusi online.
Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada pada
lampiran 3.
Sekarang Anda telah memiliki panduan observasi yang lebih komprehensif dari yang
sebelumnya. Gunakan panduan tersebut untuk Anda lakukan pengamatan lebih lanjut
kepada peserta didik yang telah Anda amati pekan lalu. Kemudian, buatlah profiling
demografi peserta didik yang informatif sesuai dengan apa yang telah Anda pelajari pada
topik ini.
G. Aksi Nyata
Saat ini Anda telah memiliki profil peserta didik Anda. Sekarang, buatlah rencana aksi
nyata mengenai strategi pembelajaran di kelas (mata pelajaran: matematika/Bahasa
Indonesia/Bahasa Inggris) berdasarkan profiling yang telah Anda buat.
Durasi 4 Petemuan
Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, sebagai seorang pendidik, kita
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas masing-masing peserta didik. Oleh
karenanya diperlukan strategi-strategi yang tepat guna untuk dapat mendorong para
peserta didik mencapai kualitas yang terbaik. Sebelum masuk ke materi yang lebih
mendalam jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengalaman pribadi Anda di
jenjang SD dulu:
3. Jika anda menjadi guru di kelas, hal apa yang mungkin akan anda lakukan?
4. Menurutmu, seberapa penting bagi guru untuk memahami kebutuhan masing- masing
siswa di kelasnya? Mengapa anda berpendapat demikian?
Sekarang setelah kita mempelajari konsep (1) Materi-materi Teori Belajar &
Motivasi Belajar Siswa, (2) Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks) dan (3) Profiling Siswa, maka dengan semua konsep
dasar tersebut, kita akan dapat membantu kita dalam menyusun strategi
pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa, yang memiliki prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level).
10) Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang
menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan aman baik secara
fisik maupun psikologis.
9) Guru berbicara satu persatu dengan anak, menfasilitasi interaksi verbal dan
menyajikan pengalaman belajar bahasa secara terstruktur merupakan ciri dari
praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).
11) Informasi dan gagasan orang membantu guru untuk mengerti lebih baik
mengenai anak dan anak sendiri juga merasa betah untuk bolak-balik antara
rumah dan sekolah karena adanya komunikasi reguler guru-orang merupakan ciri
dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).
12) Penggunaan tes dan asesmen untuk mengetahui kelayakan anak mengikuti
program yang lebih tinggi merupakan cara yang dipakai.
Bersifat positif
Bersifat Negatif
1) Ketika orang dewasa berharap anak mampu melakukan aktivitas diluar jangkauan
tingkat perkembangannya akan melahirkan perasaan gagal. Penolakan yang
berulang-ulang terhadap ketidakmampuan anak akan melukai harga diri anak.
2) Begitu juga ketika anak tidak memperoleh ruang yang memadai untuk memilih
pengalaman yang dianggap penting bagi dirinya juga akan mencederai harga diri
anak.
3) Dimensi stres, ada pandangan bahwa anak sekarang lebih rentan diterpa stres.
Resiko stres terjadi ketika anak dihadapkan pada permintaan yang eksesif,
misalnya anak diminta belajar dengan metode yang berbeda dengan gaya
belajarnya maka anak secara alami berada dalam situasi konflik karena dipaksa
untuk menekan dan mengendalikan perilakunya.
Putra, Sudiana dan Martha (2015) ada beberapa langkah pembelajaran yang efektif.
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
1) Guru melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan belajar siswa (absensi, fisik dan
mental siswa, memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan suasana belajar
yang nyaman.
9) Guru mengomentari hasil pekerjaan siswa dan memberikan penekanan jika ada
hal yang masih dirasa perlu diluruskan.
2) Menciptakan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap makna atau
dari apa yang dipelajarinya.
3) Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap
menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak.
5) pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri
secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan
keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam
pengalaman nyata.
Kelemahan
Sebagai makhluk budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks sosio- kultural
yang melingkupinya. Meskipun selama beberapa dekade, pandangan positivistik
berupaya mereduksi pilihan-pilihan manusia pada pertimbangan logis an-sich, namun
realitas menunjukkan kebalikannya. Pilihan-pilihan yang dilakukan manusia pada
substansinya merupakan aktualisasi dari pengaruh lingkungan dan perspektif yang
melingkupinya. Keputusan mengenai kebermaknaan tindakan misalnya, merupakan
hasil simbiosis antara dimensi personal dengan nilai nilai sosial yang berlaku. Salah
satu gagasan inovatif dalam upaya menjembatani pendidikan dan konteks sosial
budayanya tertuang dalam gagasan pendidikan tanggap budaya (culturally
responsive/relevant pedagogy).
Elbaz (1993) memaknai istilah responsive sebagai , “… the sense of a large web of
interconnections not only among individuals, but among cultures, among natural
phenomena, among bio-regions; and between individuals and cultures, between
technologies and the life forms they make possible; between language and culture,
between culture and schooling.” Sementara itu, Irvine (2003) menyatakan,
“Responsive simply means reacting appropriately in the instructional context.
Responsive teachers ... modify their knowledge and
Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa menerima
dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga
proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:
Setidaknya terdapat lima panduan atau prinsip aplikasi pendidikan tanggap budaya,
yaitu; (1) pentingnya budaya, (2) pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari
konstruksi sosial, (3) inklusivitas budaya, (4) prestasi akademis tidak terbatas pada
dimensi intelektual an-sich, dan (5) keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan
dan keragaman (Greer, et.al., 2009).
Villegas dan Lucas (2002) ketika membahas mengenai karakteristik guru tanggap
budaya mengungkap enam karakteristiknya, yakni: (1) mempunyai kesadaran sosio-
kultural; (2) mempunyai afirmasi terhadap keragaman latar belakang peserta didik;
(3) mempunyai kepercayaan diri dalam mengemban tugas; (4) memahami bagaimana
peserta didik mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong peserta didik
mengembangkan konstruksi pengetahuannya sendiri; (5) mengetahui pola hidup
peserta didik, dan (6) mampu menggunakan informasi mengenai pola hidup peserta
didik untuk mendesain pembelajaran yang bermakna (Villegas dan Lucas, 2002).
Dengan demikian, pendidikan guru tanggap budaya tidak hanya bertujuan membekali
guru untuk menyadari, menghormati dan mengakui kenyataan bahwa terdapat
keragaman budaya atau nilai yang berbeda yang terdapat pada peserta didik yang
berasal dari latar belakang suku, agama, bahasa dan etnis yang berbeda, tetapi lebih
dari itu mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam mengenai sisi-sisi khusus atau
keunikan dari budaya peserta didik dan menggunakannya sebagai titik berangkat
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Gay, 2002).
Dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru sebagai
agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang budaya pada sisi
lainnya, pendidikan guru dituntut melakukan pembenahan yang berkelanjutan.
Tekanan berlebihan pada satu sisi an-sich, akan menimbulkan ketimpangan
ketimpangan dalam mempersiapkan guru yang
Sebagai upaya mempersempit jarak antara praksis pendidikan dengan kondisi aktual
di masyarakat, pemerintah sejak tahun 1980-an menggulirkan kebijakan mengenai
kurikulum muatan lokal. Melalui muatan lokal, sekolah dan guru diharapkan mampu
menjembatani pengalaman aktual peserta didik dengan kondisi riil kehidupannya.
Tetapi kenyataannya, muatan lokal cenderung dijalankan tanpa kesadaran mengenai
landasan historis serta tuntutan sosial (Drost, 2007; Tilaar, 2007). Kondisi ini terjadi
karena ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal pada
level interaksi pembelajaran (Bjork, 2004). Nilai-nilai atau tradisi seringkali dipahami
sebagai produk yang sudah jadi (Mutakin, 2008). Sehingga, dinamika yang terjadi
dalam kebudayaan kurang diperhatikan. Padahal, sebagaimana dikemukakan para
ahli, budaya tidaklah statis (Sztompka, 2008; Koentjaraningrat, 2005; Marzali, 2005).
Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam pendidikan
guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan dan kompetensi
budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pemahaman guru yang
benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat membantu guru untuk mengapresiasi keragaman perspektif tersebut,
bukan menjadikannya sebagai
"3 Tips Membuat Pelajaran Sebarang Lebih Responsif Secara Kultur ." Kultur
Pedagogi , 10 Sept. 2017, www.cultofpedagogy.com/culturally- responsive-
teaching-strategies/.
1) Pendekatan TaRL
Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai, tipe gaya belajar apa yang
membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap peserta didik. Dan
selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan memiliki kemampuannya
masing- masing.
1) Ciptakan lingkungan yang penuh perhatian, saling peduli, terbuka, dan nyaman
untuk belajar.
2) Tumbuhkan hubungan yang positif dan konsisten dengan anak-anak lain dan
orang dewasa (dalam jumlah yang terbatas).
3) Ciptakan kebiasaan saling menghargai dalam ruang kelas sehingga anak juga
belajar untuk menghormati dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada dan
mampu menghargai kelebihan-kelebihan tiap orang.
6) Berikan anak keleluasan untuk belajar dengan berbagai cara tetapi sediakan juga
kegiatan yang terjadawal dan rutin.
11) Berikan kesempatan anak untuk memilih dan membuat rencana untuk aktivitas
belajar agar mereka belajar berinisiatif dan ajukan pertanyaan dan komentar yang
merangsang anak berpikir.
12) Berikan perhatian dan dukungan dalam berbagai bentuk seperti pujian dan
kedekatan fisik (misal: membelai kepala anak, memeluk, dll).
13) Sesuaikan derajat kesulitan dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan anak
agar anak menjadi percaya diri bila berhasil mengejakan tugas- tugasnya.
14) Kembangkan kemampuan anak untuk bertanggung jawab dan mengatur diri.
15) Susunlah kurikulum yang tepat dan buatlah evaluasi atas proses dan hasil belajar
anak.
Di dalam kelas tentu saja mungkin kerap kali menemui berbagai karakteristik siswa,
tidak terkecuali karakteristik perkembangan akademiknya. Ada peserta didik yang
cepat belajar dan ada juga yang sedikit lambat dalam menerima pelajaran yang
disampaikan guru. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena level siswa tersebut
belum tepat dengan level atau capaian belajar yang ditetapkan.
Teaching at the right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang tidak
mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan siswa.
Inilah yang menjadikan TaRL berbeda dari pendekatan biasanya. TaRL dapat
menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama ini terjadi
dalam kelas.
C. Ruang Kolaborasi
Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi secara lisan atau gallery
walk/pameran hasil kerja, dll)
E. Elaborasi Pemahaman
G. Aksi Nyata
1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), yaitu kegiatan yang bisa Anda
lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level) secara efektif di kelas Anda.
Durasi 1 Petemuan
Sebelum memulai pembelajaran di awal semester, sebagai seorang guru Anda juga perlu
mendesign sebuah cara untuk melakukan pemetaan terhadap pemahaman siswa yang
telah anda ajar. Namun sebelum kita maju lebih lanjut, mari kita ingat pengalaman dulu
anda sebagai siswa. Silahkan duduk berdua dengan pasangan dan ceritakan hal sebagai
berikut:
Jika anda sebagai siswa diberikan Jika anda sebagai siswa diberikan
kesempatan untuk memilih ujian utk kesempatan untuk memilih ujian utk
menilai pemahaman diri atas materi menilai pemahaman diri atas materi
yang sudah dirikan guru, maka: yang sudah dirikan guru, maka:
Harapan
Bentuk ujian spt apa yang tidak Bentuk ujian spt apa yang tidak
membuat anda stres? membuat anda siap?
Kapan sebaiknya soal ujian tersebut Kapan sebaiknya soal ujian tersebut
diberikan kepada anda? diberikan kepada anda?
Silahkan rangkum hasil sharing dan diskusi anda bersama pasangan kedalam secarik
kertas, lalu kumpulkan ke dosen anda. Terimakasih, atas sharing anda. Wah ternyata
mendesign sebuah “ujian” atau asesmen bagi pemahaman siswa, banyak hal yg harus
dipertimbangkan yah.
Nah mari kita lanjutkan. Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki ekspektasi
tertentu, setelah mempelajari topik in. Tuliskan ekspektasi Anda pada secarik kertas, dan
berikan ke dosen anda.
2….
3. dst
Pada bagian akan ini dijelaskan pengertian dan tujuan dari asesmen, penilaian, dan
evaluasi dalam konteks pembelajaran, beserta ilustrasinya.
Sebelum kita bahas lebih dalam, berikut adalah penjelasan dari pendapat para ahli
dibawah ini.
Assessment atau yang disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan atau
penggunaan dalam berbagai cara dan alat guna mendapatkan serangkaian informasi
mengenai hasil dari pembelajaran serta pencapaian kompetensi dari peserta didik.
Pada dasarnya, assessment merupakan suatu istilah lain dalam penilaian. Istilah
Assessment sangat berkaitan erat dengan istilah evaluasi yang merupakan metode
dalam mendapatkan hasil belajar dari siswa. Sehingga proses assessment ini
dilaksanakan denga tujuan agar dapat mengetahui sejauh mana presatasi belajar dari
para peserta didik.
Tak hanya itu definisi lain dari assesment merupakan suatu proses dalam memperoleh
data atau informasi dari proses pembelajaran serta memberikan umpan baik terhadap
guru maupun kepada peserta didik.
c. Fungsi Assessment
Assessment atau penilaian mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan
belajar dan mengajar terhdap peserta didik. Sebab assessment mempunyai dua fungsi
yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif, berikut penjelasannya.
1) Fungsi Formatif
2) Fungsi Sumatif
Fungsi Sumatif merupakan fungsi yang berguna dalam penentuan nilai belajar
siswa dalam satu mata pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya dapat dijadikan
bahan memberikan laporan, untuk menentukan kenaikan kelas serta menentukan
lulus atau tidaknya peserta didik.
Menurut pendapat dari Chittenden (1994) ia menyatakan bahwa tujuan dari penilaian
“assessment purpose” merupakan “keeping track”, checking up, finding out and
summing up. Berikut adalah penjelasannya :
1) Keeping Track
Keeping track yaitu berguna dalam menelusuri dan melacak proses belajar dari
peserta didik yang mana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah diterapkan. Maka dalam hal ini guru wajib mengumpulkan data dan
informasi dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian
agar mendapatkan gambaran suatu pencapaian dan kemajuan belajar dari peserta
didik.
2) Checking Up
3) Finding Out
4) Summing Up
4) Wahana kontrol kualitas lulusan, dalam artian bahwa melalui asesmen capaian
pembelajaran dapat dipastikan seluruh lulusan suatu program studi telah
memenuhi standar minimal yang telah ditentukan.
5) Penunjang akuntabilitas institusi, yaitu sumber informasi terkait proses dan hasil
pembelajaran kepada pemangku kepentingan terkait.
f. Jenis-Jenis Assessment
Ada juga jenis-jenis dari assessment yang sering digunakan, antara lain tes tertulis
yang disajikan terhadap siswa untuk menjawabnya yaitu:
1) Performance Assessment
Penilaian proyek ini merupakan suatu tugas dalam bentuk investigasi yang
diawali dengan pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi hingga
dengan penyajian data.
C. Ruang Kolaborasi
Saat ini adalah permulaan tahun ajaran baru. Anda adalah seorang wali kelas 4 SD yang
memiliki anak didik usia 10 tahun bernama Diana. Wali kelas 3-nya mengeluhkan
dinamika bersekolah Diana kepada anda. Guru wali kelas tersebut mengatakan nilainya
jauh tertinggal dari teman-teman lainnya di kelas. Diana juga kurang baik dalam
mengerjakan pekerjaan rumahnya selama masa PJJ kemarin.. Bahkan pihak wali kelas
mengatakan bahwa ia khawatir dengan tuntutan yang semakin tinggi di kelas 4 di
pelajaran IPA, Bahasa dan IPS yang membutuhkan banyak bacaaan. Diana seringkali
tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan ulangannya menunjukan nilai buruk.
Namun demikian, ketika materi tugas dan ulangan tersebut diulangi secara lisan dan
individual, Diana dapat menjawabnya.
D. Demonstrasi Kontekstual
Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi secara lisan atau gallery
walk/pameran hasil kerja, dll)
E. Elaborasi Pemahaman
Buatlah koneksi antar materi tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,
Contoh, dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau
dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan. Anda dapat menonton video “Asesmen
Nasional, Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan Nasional” sebagai pemicu aplikasi
asesmen pada pendidikan selama masa pandemi.
(https://www.youtube.com/watch?v=vcg4TEexJuQ)
Pada akhir pembelajaran topik tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,
Contoh, refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut
ini:
1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?
2. Bagian manakah dari konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh,
yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan ketika anda bekerja menjadi
seorang guru (terutama pada masa PJJ)?
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait konsep
Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh, yaitu kegiatan yang bisa Anda
lakukan ketika mengajarkan secara efektif di kelas Anda.
Durasi 4 Petemuan
Agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan terarah, seorang guru
perlu melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapan yang biasa dilakukan adalah
merancang dan menyusun lesson plan atau RPP. RPP yang disusun tersebut dapat
digambarkan sebagai penunjuk arah yang membuat pembelajaran dapat terjadi secara
optimal, dengan langkah-langkah yang jelas dan merupakan satu bagian dari kesatuan
cakupan materi pembelajaran yang sudah ditentukan untuk satu periode waktu tertentu.
Cakupan ini biasanya sudah tercantum dalam silabus pelajaran yang dirancang untuk 1
semester, 1 tahuan pelajaran, atau atau bahkan lengkap selama 3 tahun periode
pembelajaran di suatu satuan pembelajaran.
Sebelum membahas materi lebih lanjut, mari kita tonton video berikut “Konsep Dasar
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”, oleh Bapak Haris Budi S
(https://www.youtube.com/watch?v=pswgJTaHL7s).
Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki ekspektasi tertentu. Tuliskan ekspektasi
Anda setelah mempelajari topik ini.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan. Rancangan pembelajaran yang baik menyiratkan
dimilikinya dua properties utama (Harmer, 2001), yaitu coherence dan variety.
a. Coherence
Coherence berarti RPP memiliki pola yang logis dan ada keterkaitan antarbagian atau
antarunsur yang membentuk satu kesatuan. Apabila di dalamnya ada, misalnya, tiga
aktivitas yang berbeda-beda, harus ada keterkaitan antara ketiga jenis aktivitas itu.
Setidaknya, masing-masing aktivitas tersebut harus mencapai satu tujuan yang sama.
Apabila tiap aktivitas saling tidak berkaitan, bisa dikatakan bahwa RPP tersebut tidak
koheren.
b. Variety
Variety berarti penggunaan jenis-jenis aktivitas yang berbeda. Suatu drill yang
dilakukan secara monoton dalam keseluruhan cakupan waktu untuk satu
Kedua properties di atas nampak seperti dua hal yang saling bertentangan. Dalam kondisi
ekstrim, RPP yang sangat koheren dapat tidak memenuhi syarat keberagaman, dan
sebaliknya sebuah RPP yang memuat aktivitas yang sangat beragam dapat menjadi
kurang koheren. Harmer (2001) menyarankan untuk dilakukannya suatu kompromi:
‘Plan a lesson that has an internal coherence but which allows students to do
different things’. Kita harus mampu merancang RPP yang memiliki koherensi internal
tanpa menghalangi siswa untuk melakukan berbagai jenis aktivitas yang bervariasi namun
tetap relevan.
Unsur yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / lesson plan dapat bervariasi,
berbeda-beda antarguru, masing-masing menyesuaikan dengan kebutuhannya. Namun,
menurut Harmer (2001), pada dasarnya sebuah RPP perlu mencantumkan beberapa aspek
berikut ini.
c. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
e. Tujuan pembelajaran
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
h. Metode pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan
sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i. Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
2) b. Inti
3) Penutup
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk
matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara
lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens,
dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman
yang diacu.
C. Ruang Kolaborasi
D. Demonstrasi Kontekstual
Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda dalam bentuk pameran hasil kerja. Pameran ini akan dinilai
sebagai nilai UAS anda pada mata kuliah ini.
E. Elaborasi Pemahaman
G. Aksi Nyata
1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi?
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi?
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait materi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi selama anda melakukan kegiatan PPL di sekolah. Hal yang harus
dilakukan yaitu : menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan
lingkungan belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan
menerapkan strategi pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa, dengan :
https://cft.vanderbilt.edu/guides-sub-pages/grading-student-work/#criteria Aronson
Gilbert, Ian. (2011). Why do I need a teacher when I’ve got google? The
essential guide to the big issues for every twenty-first century teacher.
New York: Routledge
Ireson, Judith. (2008). Learners, learning and educational activity. New York:
Routledge
Siegel, D. J. & Bryson, T.P. (2011). The Whole-Brain Child. NY: Bantam Santrock,
J.W. (2011). Educational Psychology. 5th Ed. NY: McGraw-Hill Santrock, J.W.
Triling, Bernie & Fadel, Charles. (2009). 21st Century skills: Learning for life
in our times. San Francisco: Jossey-Bass
A. Lampiran 1
Instruksi
Uraian tugas :
4. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan / dikerjakan : Tugas ditulis di dalam Jurnal
dan dikumpulkan kepada dosen sesuai jadual yang telah disepakati
Skala
Penjelasan konsep
yang diberikan
Dapat menjelaskan konsep atau Dapat menjelaskan konsep Menjelaskan dengan kata-
Dapat menjelaskan konsep sepenuhnya berbeda
memberi contoh dengan cara yang yang dipilih dengan pilihan kata kunci yang sama atau
yang dipilih dengan pilihan dengan materi yang
memberikan pemahaman baru kata dan susunan kalimat hampir sama (sinonim) dari
kata dan susunan kalimat dibahas
terhadap materi dan/atau yang berbeda dengan sumber penjelasan di sumber yang
yang berbeda dengan sumber
memberikan literatur tambahan yang digunakan di kelas, digunakan di kelas dan/atau atau
yang digunakan di kelas,
Pemahaman contoh aplikasi materi dalam secara umum tidak susunan kalimat yang
tidak menyimpang dari materi Menggunakan
materi konteks yang baru (dalam arti di menyimpang dari materi yang hampir sama dengan
yang dibahas dan konsep yang tidak
luar pembahasan di kelas; termasuk dibahas (ada sedikit penjelasan di sumber yang
memberikan contoh baru termasuk materi
menggunakan literatur termutakhir pergeseran makna tetapi tidak digunakan di kelas
yang belum pernah diberikan yang dibahas/tidak
dan relevan di luar buku pegangan merusak pemahaman inti
relevan dengan
wajib) materi)
perspektif materi
yang dibahas
Catatan : nilai akhir: rata-rata nilai dari setiap aspek penilaian (bobot setiap aspek penilaian sama).
Instruksi
Tujuan: Memahami prosedur observasi sesuai dengan teori perkembangan sebagai sarana
mengetahui kondisi peserta didik di lapangan.
Uraian tugas :
5. Format laporan:
a. Cover
b. Daftar isi
c. BAB 1. Pendahuluan : Identitas Peserta Didik, Perencanaan Observasi
(Panduan Observasi)
d. BAB 2. Hasil Analisa Data : uraian mengenai hasil observasi
e. BAB 3. Penutup : Kesimpulan
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran
Pencatatan observasi
Metode pencatatan Metode pencatatan
tidak sesuai dengan
observasi cocok dengan observasi cocok dengan Metode pencatatan observasi Pencatatan observasi tidak
tujuan observasi,
tujuan observasi, tujuan observasi, prosedur cocok dengan tujuan sesuai dengan tujuan
prosedur pelaksanaan
prosedur pelaksanaan pelaksanaan observasi observasi, prosedur observasi, prosedur
C.Skill observasi kurang detail
observasi ditulis dengan lengkap namun kurang pelaksanaan observasi pelaksanaan observasi kurang
Pengambilan dan kurang lengkap,
detail dan lengkap, dijelaskan dengan detail, kurang detail dan kurang detail dan kurang lengkap,
Data (20%) setting waktu dan
setting waktu dan tempat setting waktu dan tempat lengkap, setting waktu dan setting waktu dan tempat
tempat observasi tidak
observasi digambarkan observasi digambarkan tempat observasi observasi digambarkan
dijelaskan.
dengan jelas dengan jelas digambarkan dengan jelas dengan jelas
Nilai akhir
Tugas Refleksi
Skor
No Komponen
1 2 3 4
1 A. Konten
2 Penguasaan materi
6 Presentasi
Rubrik: Skor 4 bila dilakukan dengan sangat baik, Skor 3 jika dilakukan dengan baik,
Skor 2 jika dilakukan dengan cukup, Skor 1 jika tidak dilakukan
D. Lampiran 4
Umum :
a. Mahasiswa diminta untuk membuat suatu pameran perayaan akhir perkuliahan secara
berkelompok.
b. Tugas dikumpulkan sesuai kesepakatan dengan dosen pengampu
Khusus :
a. Saat UAS mahasiswa diminta menyusun sebuah laporan akhir dari kegiatan PPL 1
yang telah dibuat secara berkelompok (3-4 orang)
d. Mahasiswa selanjutnya diminta untuk membuat suatu produk kreatif yang dapat
dikonsumsi masyarakat luas secara online yang isinya memberikan masukan/best
practice/tips tentang bagaimana menghadapi situasi tersebut (video, konten IG,
prenzy, dsb). Masukan diharapkan pula dapat dikaitkan kembali dengan teori yang
digunakan. Untuk produk kreatif yang berbentuk video durasi maksimal video adalah
lima menit.
f. Laporan akhir Pameran Akhir Perkuliahan ini terdiri dari jumlah halaman maksimal
10 lembar, TNR 12, spasi 1,5 (tidak termasuk cover, daftar isi dan daftar pustaka).
Bagian-bagian dari laporan akhir meliputi:
Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian
Memiliki ide/konsep
Memiliki ide/konsep Memiliki ide/konsep Ide/konsep mengenai
yang cukup dapat
yang jelas mengenai yang jelas mengenai rancangan produk yang
dimengerti mengenai
apa yang ingin apa yang ingin ingin dihasilkan kurang Baik ide/konsep
apa yang ingin
dihasilkan baik dihasilkan baik dapat dimengerti, baik yang disampaikan
mengacu kepada mengacu kepada dihasilkan, baik mengacu kepada ataupun konten
fenomena yang fenomena yang mengacu kepada fenomena yang yang akan
dijumpai ataupun dijumpai ataupun fenomena yang dijumpai ataupun hasil dimasukkan ke
Rancangan hasil analisis yang hasil analisis yang dijumpai ataupun hasil analisis yang telah dalam rancangan
produk telah dilakukan telah dilakukan analisis yang telah dilakukan produk tidak jelas
Penjabaran mengenai Sebagian besar dilakukan Hanya Hanya sebagian kecil kontribusinya untuk
hal apa saja/konten penjabaran mengenai sebagian penjabaran penjabaran mengenai menyasar
yang akan hal/konten yang akan mengenai hal/konten hal/konten yang akan fenomena yang
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam yang akan dimasukkan dimasukkan ke dalam dijumpai
produk tersebut juga produk tersebut produk tersebut
ke dalam produk
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
tersebut dilakukan
terperinci terperinci terperinci
secara terperinci
Tema pada produk yang Tema pada produk Tema pada produk Tema pada produk
Baik tema yang diangkat
diangkat sangat mudah yang dibuat mudah yang dibuat cukup yang dibuat kurang
maupun penjabaran tidak
dipahami. dipahami. mudah dipahami. dapat dipahami.
jelas mengarahkan pembaca
Kejelasan pada apa yang ingin
Seluruh penjabaran Sebagian besar Hanya sebagaian Sebagian besar
tema yang disasar.
dapat memperjelas penjabaran dapat penjabaran dapat penjabaran kurang
disasar
seberapa penting dan memperjelas seberapa memperjelas seberapa memperjelas seberapa
untuk dibahas. mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini
untuk dibahas. untuk dibahas. untuk dibahas.
Media yang
dipergunakan
Media yang dipilih Media yang
Media yang dipilih kurang sesuai
sesuai untuk dipergunakan tidak
Media yang dipilih sesuai cukup sesuai untuk untuk
menyampaikan sesuai untuk
untuk menyampaikan menyampaikan menyampaikan
pesan. menyampaikan
Kesesuaian pesan. pesan. pesan.
Mayoritas kelompok pesan.
media yang Hanya sebagian
Efektivitas media sasaran dapat Sebagian kelompok
digunakan kecil kelompok Efektivitasnya dalam
menjangkau kelompok terjangkau dengan sasaran dapat
sasaran dapat menjangkau
sasaran tidak diragukan. media tersebut. terjangkau dengan
terjangkau kelompok sasaran
media tersebut.
dengan sangat diragukan.
penggunaan
media tersebut.
Penny Handayani lahir di Jakarta, 26 Desember 1981. Sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, dunia pendidikan sudah menjadi nafas dari keluarga besarnya. Dorongan
untuk dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan mendorongnya mendalami
pendidikan lanjutan pada jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia (2001 -
2005) dan Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia (2006 - 2008). Hal inilah
yang membuatnya akhirnya mendapatkan gelar sebagai Psikolog Pendidikan.
Mengisi waktu luang di antara masa studi S1 dan S2, ybs sempat bekerja menjadi asisten
dosen pada mata kuliah Mata Kuliah Pengembangan Karakter Teringrasi di Universitas
Indonesia. Pada tahun 2009, ia mulai bekerja sebagai dosen tetap pada bagian Psikologi
Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Pada tahun 2011 - 2013,
beliau menjabat sebagai Kepala Bagian Psikologi Pendidikan, dan tahun 2013 - saat ini,
menjabat sebagai Kepala Program Kekhususan Profesi Psikologi Pendidikan di Magister
Profesi Psikologi Program Paskasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Jakarta. Mata kuliah yang diampunya adalah Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan
Anak Spesisal, Pendidikan Berbasis Komunitas, Metode Observasi-Wawancara, Metode
Penelitian Kualitatif, Psikologi Umum, Psikologi Aktualisasi Diri, Psikologi Inklusi,
Monitoring-Evaluasi Program, rancangan Penelitian dan Psikodiagnostik Pendidikan.
Pada saat ini, ia juga aktif sebagai dosen pembimbing pada unit kegiatan mahasiswa
WELCOME (we love counseling and mental health) Fakultas Psikologi UNIKA Atma
Jaya yang banyak melakukan program preventif dan kurasi pada area kesehatan mental.
Pada area penelitian dan publikasi, ybs banyak melakukan kegiatan pada area kesehatan
mental, inklusi, disabilitas, makna hidup, pendidikan karier, bullying dan ketangguhan
keluarga.
Anissa Rizky Andriany lahir di Jakarta, 9 Agustus 1990. Merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Nissa sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu psikologi
khususnya psikologi pendidikan dan anak berkebutuhan khusus sejak menempuh jenjang
S1 di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Setelah menyelesaikan
sekolahnya, Nissa sempat bekerja sebagai Guru pada salah satu sekolah khusus di Jakarta
kemudian melanjutkan pendidikannya pada program Magister Profesi Psikologi
Pendidikan Anak dan Remaja di UNIKA Atmajaya.
Saat ini ia aktif bekerja sebagai seorang psikolog pendidikan pada beberapa biro
psikologi di JABODETABEK. Sebelumnya ia bekerja di Homeschooling Kak Seto,
sebagai Koordinator Psikolog. Ketertarikannya pada bidang pendidikan, anak
berkebutuhan khusus dan anak-anak mendorongnya untuk membuat lembaga psikologi.
Melalui lembaga yang dibuatnya, Nissa aktif memberikan edukasi kepada masyarakat
melalui kegiatan parenting, seminar/webinar, maupun workshop agar lebih peka terkait
proses tumbuh kembang dan juga pembelajaran pada setiap anak.
Selain sebagai psikolog pendidikan, ia juga aktif bekerja sebagai dosen tetap di
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) sejak tahun 2020. Ia
mengampu beberapa matakuliah psikologi dasar seperti: psikologi umum, psikologi
pendidikan, psikodiagnostik, serta matakuliah psikologi pilihan yakni pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Meskipun padat aktivitas kesehariannya, baginya, setiap apa yang
ia lakukan merupakan proses pembelajaran yang baik untuknya maupun sekitarnya.