Anda di halaman 1dari 154

Cetakan 1

Cetakan 1
Pemahaman Tentang Peserta Didik dan
Pembelajaran
Mata Kuliah Inti

Pendidikan Profesi Guru


Prajabatan Tahun 2022
Cetakan 1

Kurator/Penulis :
Penny Handayani, M.Psi, Psikolog

Penelaah:
Caesilia Ika W, M.Psi. Psi
Lestia Primayanti, S.Psi.
Maryam Mursadi, S.Sos., M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(UUGD). mengamatkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Selanjutnya dalam Pasal 8 UUGD menyatakan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sesuai dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan
persyaratan keahlian khusus.

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan merupakan program pendidikan yang


menyiapkan guru sebagai sumber daya manusia berkualitas untuk memenuhi kondisi
ideal guru di Indonesia yang meliputi aspek kuantitas, distribusi, kualifikasi, dan
kompetensi. PPG Prajabatan bertujuan menghasilkan guru profesional pemula yang
mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong, dan mampu menggunakan
teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG
Prajabatan menekankan pada konsep Merdeka Belajar, yang berpusat kepada peserta
didik dan pembelajarannya, berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang
hayat serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PPG Prajabatan mengedepankan penguatan kompetensi


pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
melalui clinical practice atau program praktik lapangan yang diintegrasikan dalam
perkuliahan. Sebagai calon guru pemula, mahasiswa PPG Prajabatan perlu dibekali
pengalaman pembelajaran yang bermakna yang nantinya akan bermanfaat ketika
mereka mengajar di kelas. Hal ini dilaksanakan dengan perkuliahan berbasis kegiatan
dan refleksi yang dikombinasikan dengan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | i


praktik lapangan, termasuk di sekolah tempat guru pemula akan ditugaskan. Pelaksanaan
PPG Prajabatan melibatkan pengajar dari unsur akademisi, praktisi pendidikan, dan Guru
Penggerak. Keterlibatan pengajar dari berbagai unsur ini bertujuan untuk menjembatani
teori dan praktik di lapangan.

Paket-paket modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua semester
melalui tiga kelompok mata kuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah Pilihan Selektif,
dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan mencakup komponen Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen, perangkat pembelajaran, dan isi
modul. Asesmen ketercapaian CPMK dilaksanakan di antaranya melalui projek, studi
kasus, portofolio, dan tes. Perangkat pembelajaran meliputi Lembar Kerja (LK), media,
dan sumber belajar yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya sebagai
pengayaan.

Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M), Eksplorasi
konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D), Elaborasi pemahaman
(E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul dengan alur MERDEKA
diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam mencapai tuntutan
profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan mampu mencetak
generasi yang membawa perubahan ke hal yang lebih baik.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG Prajabatan.
Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi
pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, September 2022 Direktur


Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, Ph.D

i | PPG Pra Jabatan 2022


Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengambil kebijakan


untuk secara bertahap mengganti guru-guru yang memasuki masa pensiun/purna tugas
melalui pengangkatan guru baru yang telah lulus Pendidikan Profesi Guru Prajabatan
(PPG Prajabatan).

Kebijakan tersebut menuntut kesiapan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan


(LPTK) menyelenggarakan PPG Prajabatan dengan jumlah peserta PPG Prajabatan sesuai
dengan kebutuhan dan kualitas lulusan untuk menjawab tantangan kebutuhan pendidikan
di sekolah.

Menanggapi tuntutan tersebut, Direktorat Pendidikan Profesi Guru (Direktorat PPG)


mengkoordinasikan proses peningkatan kapasitas LPTK dalam menyelenggarakan PPG
Prajabatan dalam hal jumlah dan mutu pendidikan. Untuk menanggapi tuntutan kualitas
penyelenggaraan PPG Prajabatan, salah satu aktivitas yang telah dilakukan oleh
Direktorat PPG, di bawah arahan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
telah mengembangkan Modul PPG Prajabatan. Hasil pengembangan tersebut dimuat di
dalam dokumen ini.

Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa PPG
Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini penyelenggaraan
PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara terstandar agar dihasilkan
guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai kebutuhan perkembangan dunia
pendidikan secara global.

Kami berterimakasih kepada LPTK penyelenggara PPG Prajabatan atas dukungan dan
kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.

Jakarta, September 2022


Plt. Direktur Pendidikan
Profesi Guru,

Temu Ismail, S.Pd., M.Si.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | iii


Kata Pengantar Penyusun Modul

Salam iman, imun dan aman…

Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mengingat pentingnya seorang guru dapat memahami muridnya, maka mata kuliah ini
akan membahas lebih lanjut dinamika peserta didik dan pembelajarannya.

Mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya ini memiliki bobot 3 SKS,
dengan 6 topik utama pada kegiatan perkuliahannya. Mata kuliah Pemahaman Peserta
Didik dan Pembelajarannya juga akan terhubung dengan mata Kuliah Praktek
Pengalaman Lapangan (atau yang lebih dikenal sebagai PPL), khususnya PPL I.

Pada mata kuliah ini mahasiswa akan memperdalam penguasaan kerangka berpikir dalam
pemahaman cara peserta didik belajar dengan pengintegrasian teori perkembangan
kognitif, perkembangan sosial emosional dan latar belakang budaya. Keterhubungan
dengan mata kuliah PPL di sekolah membuat mahasiswa dapat belajar lebih dalam dari
sekedar konsep teoritis.

Mahasiswa dapat memperkuat keterampilan penggunaan strategi pembelajaran, seperti


pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran yang responsif kultur, dan
pengajaran sesuai level untuk membedah profil dan cara belajar peserta didik. Dengan
demikian mahasiswa dapat membuat keputusan terkait pengajaran yang inklusif serta
menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada anak.

Paska mengambil mata kuliah MK. Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya,
maka diharapkan mahasiswa dapat :

i | PPG Pra Jabatan 2022


1. Menguasai pemahaman konseptual tentang cara belajar peserta didik.
2. Mampu mengintegrasikan teori-teori perkembangan kognitif, sosial emosional, dan
konteks budaya dalam pembelajaran
3. Memahami prinsip dan melakukan pengukuran (assessment) dalam pembelajaran
4. Memiliki dasar keterampilan penggunaan strategi-strategi pendekatan pembelajaran
(sesuai tahap perkembangan, pembelajaran yang responsif terhadap kultur dan
pengajaran sesuai level kemampuan peserta didik)
5. Mampu membuat profil tingkat penguasaan dan cara belajar peserta didik
6. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam pembelajaran, merencanakan,
mengimplementasi dan merefleksikan (didasarkan pada hasil pengalaman)
7. Menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan lingkungan belajar
yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan strategi
pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa

Guna mencapai tujuan di atas, maka modul mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya ini akan menggunakan pendekatan alur MERDEKA yang didasarkan
dari teori pembelajaran orang dewasa oleh Bransford dan rekan (2000). Alur MERDEKA
yang digunakan akan dilakukan pada seluruh rangkaian perkuliahan dengan :

1. Mulai dari Diri Sendiri


2. Eksplorasi Konsep
3. Ruang Kolaborasi
4. Demonstrasi Pemahaman
5. Elaborasi Pemahaman
6. Koneksi Antar Materi
7. Aksi Nyata

Materi kuliah yang akan dibahas adalah :

1. Materi-materi Teori Belajar dan Motivasi Belajar Anak


2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial, Emosional, Sosial-Konteks)
3. Profiling Siswa Didik

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | v


4. Kerangka Strategi:
a. Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice)
b. Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy)
c. Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)

5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta Didik (Assessment)


6. Lesson Planning (RPP) - Penyusunan, Evaluasi, Refleksi

Kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah ini terdiri dari : tatap muka, tugas terstruktur
dan tugas mandiri. Mahasiswa dapat menggunakan beragam metode seperti: observasi di
sekolah, analisis kasus, baik dilakukan secara individual maupun kelompok, serta praktik
pembelajaran dan asesmen yang efektif. Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan dengan
presentasi kasus, partisipasi dan keterlibatan, jurnal refleksi dan project pameran
perayaan akhir perkuliahan.

Semoga dengan materi yang diberikan pada mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya ini, akan semakin membuat mahasiswa kita menjadi guru yang dapat
lebih memahami siswa didik, sehingga dapat lebih memfasilitasi kebutuhannya guna
KBM yang lebih optimal dan efektif.

Salam iman, imun dan aman.

v | PPG Pra Jabatan 2022


Daftar Isi

Hlm.

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan.......Error!


Bookmark not defined.

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru.............Error! Bookmark not


defined.

Kata Pengantar Penyusun Modul.....................................................................iv

Daftar Isi............................................................................................................ vii

Daftar Gambar....................................................................................................xi

CPMK dan Assessment....................................................................................xii

Assessment......................................................................................................xiii

Ringkasan Alur MERDEKA..............................................................................xiv

Topik 1. Materi Teori Belajar..............................................................................1

A. Mulai dari Diri..........................................................................................1

B. Eksplorasi Konsep..................................................................................4

1. Belajar............................................................................................................4

2. Teori-teori belajar...........................................................................................5

3. Motivasi belajar............................................................................................25

4. Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth mindset)..26

C. Ruang Kolaborasi..................................................................................28

D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................28

E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................29

F. Koneksi Antar Materi............................................................................30

G. Aksi Nyata..............................................................................................30

Topik 2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial, Emosional, Sosial-


Konteks)............................................................................................................ 31

A. Mulai dari Diri........................................................................................31

B. Eksplorasi Konsep................................................................................32
Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | vii
1. Perkembangan Fisik.....................................................................................34

2. Perkembangan Kognitif................................................................................35

3. Perkembangan Sosio-emosional...................................................................38

4. Sosial-Konteks Perkembangan.....................................................................42

C. Ruang Kolaborasi..................................................................................47

D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................47

E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................48

F. Koneksi Antar Materi............................................................................48

G. Aksi Nyata..............................................................................................48

Topik 3. Profiling Siswa Didik..........................................................................49

A. Mulai dari Diri........................................................................................49

B. Eksplorasi Konsep................................................................................49

1. Etnik.............................................................................................................50

2. Kultural.........................................................................................................51

3. Status sosial..................................................................................................51

4. Minat............................................................................................................51

5. Perkembangan kognitif.................................................................................52

6. Kemampuan awal.........................................................................................52

7. Gaya belajar..................................................................................................53

8. Motivasi........................................................................................................53

9. Perkembangan emosi....................................................................................53

10. Perkembangan sosial....................................................................................54

11. Perkembangan moral....................................................................................54

12. Perkembangan motorik.................................................................................54

C. Ruang Kolaborasi..................................................................................55

D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................55

E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................56

F. Koneksi Antar Materi............................................................................56

G. Aksi Nyata..............................................................................................56
v | PPG Pra Jabatan 2022
Topik 4. Kerangka Strategi...............................................................................57

A. Mulai dari diri.........................................................................................57

B. Eksplorasi Konsep................................................................................59

1. Developmentally Appropriate Practice (DAP).............................................59

2. Pengajaran dan Pembelajaran Secara Kebudayaan-Responsif (Culturally


Responsive Pedagogy)..................................................................................70

3. Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL))...................76

C. Ruang Kolaborasi..................................................................................80

D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................81

E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................81

F. Koneksi Antar Materi............................................................................81

G. Aksi Nyata..............................................................................................81

Topik 5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta Didik (Assesment)........83

A. Mulai dari Diri........................................................................................83

B. Eksplorasi Konsep................................................................................85

1. Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh..............................85

C. Ruang Kolaborasi..................................................................................90

D. Demonstrasi Kontekstual.....................................................................91

E. Elaborasi Pemahaman..........................................................................91

F. Koneksi Antar Materi............................................................................91

G. Aksi Nyata..............................................................................................92

Topik 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Penyusunan, Evaluasi


Dan Refleksi......................................................................................................93

A. Mulai dari Diri........................................................................................93

B. Eksplorasi Konsep................................................................................94

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Lesson Plan ( RPP ).............................94

2. Mengapa Perlu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)? 96

3. Unsur-unsur Utama dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Plan


97

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | ix


C. Ruang Kolaborasi................................................................................101

D. Demonstrasi Kontekstual...................................................................101

E. Elaborasi Pemahaman........................................................................101

F. Koneksi Antar Materi..........................................................................102

G. Aksi Nyata............................................................................................102

H. DAFTAR BACAAN ATAU SUMBER BELAJAR LAIN.........................103

LAMPIRAN.......................................................................................................105

A. Lampiran 1...........................................................................................105

B. Lampiran 2...........................................................................................110

C. Lampiran 3...........................................................................................114

D. Lampiran 4...........................................................................................116

Penutup........................................................................................................... 125

Profil Pengembang Modul..............................................................................126

x | PPG Pra Jabatan 2022


Daftar Gambar

Hlm.

Gambar 1. 1 Eksperimen Pavlov........................................................................................6

Gambar 1. 2 Eksperimen Thorndike..................................................................................9

Gambar 1. 3 Eksperimen Skinner....................................................................................12

Gambar 1. 4 Teori Kognitif Sosial Bandura (Reciprocal Determination Model).........16

Gambar 1. 5 Hierarki Kebutuhan Maslow.......................................................................25

Gambar 1. 6 Growth vs Fixed Mindset............................................................................27

Gambar 2. 1 teori ekologi Bronfenbrenner......................................................................39

Gambar 4. 1 Culturally Responsive Pedagogy.................................................................70

Gambar 6. 1 Alur RPP....................................................................................................95

x | PPG Pra Jabatan 2022


CPMK dan Assessment

1. Menguasai pemahaman konseptual tentang cara belajar peserta didik. (P1, P2)

2. Mampu mengintegrasikan teori-teori perkembangan kognitif, sosial emosional, dan


konteks budaya dalam pembelajaran (P2, P3)

3. Memahami prinsip dan melakukan pengukuran (assessment) dalam pembelajaran


(P1, P4)

4. Memiliki dasar keterampilan penggunaan strategi-strategi pendekatan pembelajaran


(sesuai tahap perkembangan, pembelajaran yang responsif terhadap kultur dan
pengajaran sesuai level kemampuan peserta didik) (P3)

5. Mampu membuat profil tingkat penguasaan dan cara belajar peserta didik (P2)

6. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam pembelajaran, merencanakan,


mengimplementasi dan merefleksikan (didasarkan pada hasil pengalaman) (KU1)

Menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan lingkungan belajar


yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan menerapkan strategi
pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa (P1, P2, P3, P4)

x | PPG Pra Jabatan 2022


Assessment

No Jenis Tugas Bobot (%) CPMK Catatan*

Daily
1 Jurnal Refleksi 10 % 1,2,3,4
individual

UTS :
Panduan Observasi dan Daily
2 30 % 1,2,3, 5
Pengambilan Data individual
Observasi

UAS :
Pameran Perayaan Akhir
Perkuliahan (Hasil PPL 1)
a. 30 % : Presentasi Final
3 50 % 1,2,3,4,5,6,7
program pembelajaran assessment
b. 10 % : Desain pameran
c. 10 % : Pelaksanaan
pameran

Individual
Partisipasi dan Assessed
4 10 % 1,2,3,4,5,6,7
Keterlibatan throughout
the semester

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | x


Ringkasan Alur MERDEKA

Nama MK : Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya


Jumlah Topik : 6

Jumlah Pertemuan Alur


Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk mengungkapkan pengalaman / apa yang


ia ketahui tentang belajar dan teori-teori belajar (behaviorism,
social-cognitivism, constructivism), motivasi belajar (berdasarkan Pengalaman
M
kebutuhan, tujuan, emotional-interest, keterampilan regulasi diri), pribadi mahasiswa
Materi-materi serta paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed
Teori Belajar & mindset)
Motivasi Belajar 2 1&2
Siswa Mahasiswa diminta untuk menjelaskan kembali tentang konsep
belajar dan teori belajar
Mahasiswa diberikan kasus yang berkaitan dengan motivasi belajar Modul dan ppt
E
kemudian mengaitkannya kepada pengalaman sehari-hari pembelajaran
Mahasiswa diminta untuk bisa menunjukkan kesiapan belajar
dengan pola pikir yang bertumbuh (growth-mindset)

x | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan dan


membuat makalah mengenai teori belajar RTM, soal studi
R
Mahasiswa diminta untuk menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kasus
teori belajar.

Mahasiswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di


D Rubrik penilaian
Materi-materi dalam kelas

Teori Belajar &


Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai materi Modul
Motivasi Belajar 2 1&2 E
teori belajar pembelajaran
Siswa
Mahasiswa diminta untuk membuat infografis/peta konsep/video Modul
K
pembelajaran yang mencakup teori belajar pembelajaran

Mahasiswa diminta untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari di


pertemuan ke 1 & 2
A Lembar tugas
Mahasiswa membuat panduan observasi perkembangan peserta didik

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | x


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk mengungkapkan pengalaman / apa yang ia


ketahui tentang konsep perkembangan (tahap perkembangan dan Pengalaman
M
indikator di setiap tahap perkembangan dan kaitannya dengan konteks pribadi mahasiswa
sosial budaya peserta didik)

Mahasiswa diminta untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan dan


Modul dan ppt
E indikator di setiap tahap perkembangan berkaitan dengan belajar dan
Teori pembelajaran
kaitannya dengan konteks sosial budaya peserta didik.
Perkembangan
(Kognitif, Mahasiswa mampu menunjukkan partisipasi aktif dalam mendiskusikan
1 3
Psikososial, teori-teori perkembangan peserta didik. Mahasiswa diminta untuk
RTM, soal studi
Emosional, R membuat panduan observasi mengenai tahapan perkembangan peserta
kasus
Sosial-Konteks) didik dan motivasi belajar peserta didik di kelas. .

Mahasiswa melakukan observasi perkembangan peserta didik di


sekolah
D Rubrik penilaian
Mahasiswa mempresentasikan hasil observasi perkembangan
peserta didik di depan kelas

x | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai materi teori


Teori Perkembangan E Modul pembelajaran
perkembangan kognitif
(Kognitif,
Psikososial, Mahasiswa diminta untuk membuat laporan mengenai gambaran peserta
1 3 K Modul pembelajaran
Emosional, Sosial- didik di dalam kelas
Konteks
Mahasiswa diminta untuk membuat rancangan rencana tindak lanjut untuk
A Lembar tugas
melengkapi kekurangan data yang diperoleh di pertemuan 3

Mahasiswa bercerita tentang gambaran umum kondisi peserta didik di Catatan hasil observasi di
M
sekolah / yang diajar.. lapangan

Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi data-data yang perlu Modul dan ppt
E
dilengkapi dari kegiatan observasi di pekan sebelumnya. pembelajaran
Profiling Siswa
2 4&5 Mahasiswa diminta untuk melakukan observasi lanjutan untuk melengkapi
Didik R RTM, soal studi kasus
kebutuhan data yang masih belum lengkap

Mahasiswa membuat profiling demografi dan tingkat penguasaan peserta


D didik berdasarkan hasil observasi secara ringkas dan informatif. Rubrik penilaian

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | x


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai


E Laporan hasil observasi
hasil observasi mahasiswa

Profiling Siswa Mahasiswa diminta untuk membuat laporan hasil profiling


2 4&5 K Lembar Tugas
Didik demografi dan tingkat penguasaan peserta didik

Mahasiswa membuat rencana aksi nyata mengenai strategi


A Lembar Tugas
pembelajaran berdasarkan profiling peserta didik yang dimiliki.

Mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman dalam


Kerangka Strategi:
menyusun strategi pembelajaran saat mengajar di sekolah.
(1) M
Mahasiswa merefleksi diri terkait pengalaman menyusun strategi
Pembelajaran
pembelajaran sebagai pembelajaran diri.
Berdiferensiasi
5 6 - 10
(developmentally Mahasiswa mampu mengaitkan proses belajar peserta didik
appropriate dengan konteks sosial budaya peserta didik. Modul dan ppt
practice), (2) E
Mahasiswa diminta untuk menjelaskan kerangka strategi pembelajaran
Pengajaran yang pembelajaran pada peserta didik.

x | PPG Pra Jabatan 2022


Responsif Kultur RTM, daftar nama
(culturally R Menunjukkan sikap terbuka untuk mau belajar hal yang baru kelompok, soal studi
responsive kasus
pedagogy), dan
Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk dapat
(3) Pengajaran
menentukan strategi pembelajarans sesuai dengan hasil profiling
Sesuai Level
D demografi dan tingkat penguasaan peserta didik. Rubrik penilaian
(teaching at the
Menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan dan kondisi peserta
right level)
didik berdasarkan hasil observasi

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai


E
strategi pembelajaran yang dibuat mahasiswa

Mahasiswa diminta untuk menyusun strategi pembelajaran


K berdasarkan hasil profiling demografi dan tingkat penguasaan peserta
didik.

Mahasiswa membuat rencana aksi nyata berupa rencana asesmen


A
hasil belajar peserta didik yang dimiliki

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | x


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman dalam proses


pengukuran pemahaman belajar peserta didik.
M
Mahasiswa merefleksi diri terkait pengalaman menyusun instrumen
pengukuran pemahaman belajar peserta didik

Mahasiswa mampu memahami asesmen sebagai pengukuran bukan


penilaian Modul dan ppt
E
Pengukuran Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam asesmen yang dapat pembelajaran

Pemahaman dilakukan dan tujuannya.

Belajar Peserta 1 11
RTM, daftar nama
Didik Mahasiswa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi proses asesmen pada
R kelompok, soal studi
(Assessment) peserta didik di sekolah.
kasus

Mahasiswa melakukan proses evaluasi diri, dan refleksi sebagai salah


D satu alat pengukuran. Rubrik penilaian
Mahasiswa menunjukkan keterampilan observasi dan pedagogik.

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai proses


E
pengukuran yang dilakukan mahasiswa

x | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Pengukuran Mahasiswa mampu membuat rencana pengukuran yang dilakukan selama


K
Pemahaman pembelajaran di sekolah.
Belajar Peserta 1 11
Didik (Assess- Mahasiswa membuat rencana aksi nyata berupa RPP yang akan diberikan kepada
A
ment) peserta didik.

Mahasiswa diminta untuk merefleksikan diri (mengenal kelebihan dan kekurangan


M diri) dalam rangka mempersiapkan diri sebelum turun ke lapangan.

Mahasiswa mereview kembali materi-materi sebelumnya untuk dapat Modul dan ppt
E
dimasukkan ke dalam RPP, evaluasi dan refleksi. pembelajaran
Lesson Planning
(RPP) - Mahasiswa mempraktekkan kemampuan pedagogik dalam proses pembelajaran
4 12 - 15
Penyusunan, Mahasiswa diminta untuk menerapkan kemampuan dalam penggunaan strategi
Evaluasi, Refleksi pendekatan pembelajaran yang sesuai
RTM, daftar nama
Mahasiswa diminta untuk menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang
R kelompok, soal studi
kontekstual (sesuai kebutuhan peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai
kasus
kultur budaya, dan kemampuan belajar peserta didik)

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | x


Jumlah Pertemuan Alur
Judul Topik Rincian Kegiatan Kebutuhan
Pertemuan Ke- Merdeka

Mahasiswa mampu menyajikan program pembelajaran yang telah


D Rubrik penilaian
dilakukan, dievaluasi dan direfleksikan

Diseminasi pengetahuan antara dosen dan mahasiswa mengenai proses


E
pengajaran yang dilakukan mahasiswa
Lesson Planning
(RPP) - Mahasiswa melakukan evaluasi proses pembelajaran dan
Penyusunan, 4 12 - 15 merefleksikannya untuk mengoptimalkan proses belajar di pekan
Evaluasi, Refleksi K berikutnya.
Mahasiswa membuat laporan mengenai pelaksanaan praktik pembelajaran
di sekolah

Mahasiswa membuat rencana tindak lanjut untuk mahasiswa berikutnya.


A

x | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 1. Materi Teori Belajar

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu menunjukkan pemahaman tentang belajar dan teori-teori belajar


2. Mampu menjelaskan dengan bahasa sendiri dan pemahaman mengenai motivasi belajar
3. Menunjukkan kesiapan belajar dengan pola pikir yang bertumbuh (growth-mindset)

A. Mulai dari Diri

Belajar mengajar merupakan proses yang penting dalam pendidikan. Bahkan, tidak jarang
hasil dari pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar ini.
Memastikan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya menjadi tanggung jawab
utama seorang guru saat pembelajaran di kelas. Untuk mendukung proses tersebut,
pendidik harus mempelajari teori-teori tentang belajar. Dengan mempelajari teori belajar,
pendidik akan dapat lebih mudah dalam memahami hakikat belajar dan membuat
kerangka dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sebelum masuk ke materi yang
lebih mendalam, jawablah pertanyaan di bawah ini:

1. Mengapa proses belajar menjadi penting dalam kegiatan pendidikan?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 10

2. Setiap individu tentu saja pernah mengenyam pendidikan formal. Ceritakan


pengalaman menarik Anda, ketika Anda menjadi seorang peserta didik yang berusaha
memahami penjelasan dari guru Anda. (Cerita diharapkan memuat gambaran kondisi
pada saat itu, upaya apa yang Anda lakukan untuk dapat
memahami penjelasan guru, dan apa saja yang dilakukan oleh guru Anda pada saat itu
untuk membantu Anda memahami pelajaran tersebut).

3. Saat pembelajaran berlangsung, seorang guru menyadari bahwa siswa di dalam kelas
terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Saat itu, guru berinisiatif untuk
memberikan hadiah kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru. Setelah satu bulan, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada
siswa ketika berhasil menjawab pertanyaan guru. Akan tetapi, siswa tetap
bersemangat menjawab setiap pertanyaan, karena berharap akan mendapatkan hadiah
dari guru ketika berhasil menjawab dengan benar. Setelah menyadari tidak ada
hadiah lagi yang diberikan guru, para siswa kembali lagi kurang bersemangat saat
belajar.

Menurut Anda, apa yang menyebabkan para siswa tersebut menampilkan perilaku
seperti di awal pembelajaran (kurang bersemangat saat belajar)? Jika Anda menjadi
guru, apa yang akan Anda lakukan agar semangat belajar siswa dapat bertahan
walaupun tidak mendapatkan hadiah?

4. Dalam kegiatan pertemuan tatap muka terbatas, pihak sekolah menempelkan poster
perilaku hidup bersih dan sehat di setiap sudut sekolah, untuk membuat siswa
menyadari pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat ketika berada di sekolah.
Selain itu, guru juga secara berkala mengingatkan dan memberikan contoh bagaimana
menerapkan perilaku hidup bersih kepada muridnya. Karena terbiasa melihat poster
dan perilaku guru di sekolah, para siswa selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat saat berada di sekolah.

2 | PPG Pra Jabatan 2022


Menurut Anda, apa yang menyebabkan para siswa tersebut mampu menerapkan
pola perilaku hidup bersih dan sehat tanpa perlu diingatkan?

5. Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini, anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-
rata (mean). Untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran, Anda
mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh siswa
agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada siswa
untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, siswa mampu mengerjakan
dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat
kemudian, Anda meminta kepada siswa untuk mengulangi soal yang sama tanpa
melihat urutan pengerjaan soal, dan siswa mampu mengerjakannya dengan benar.

Menurut Anda, apa yang membuat siswa mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)? Sebagai seorang
calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat diterapkan?

6. Coba ingat-ingat pengalaman Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), guru apa saja
yang dapat membuat Anda tertarik mengikuti pembelajaran dan sebaliknya?
Ceritakan sebuah pengalaman menarik Anda berkaitan dengan cara Anda
membangkitkan motivasi pada diri Anda ketika menjadi seorang pelajar!

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


7. Pernahkah anda mendengar istilah mindset atau pola pikir? Menurut Anda, apakah
mindset itu? Apakah peran mindset dalam proses pembelajaran para peserta didik?
Bagaimana cara Anda mengembangkan mindset yang Anda miliki saat ini?

B. Eksplorasi Konsep

1. Belajar

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya memperoleh
kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang
belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Pritchard (2008) belajar (to learn) memiliki arti “to gain knowledge of, or skill in,
something through study, teaching, instruction or experience”. Menurut definisi
tersebut, belajar dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, melalui
studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman.

Sedangkan menurut Schunk (2012) belajar memiliki arti “learning is an enduring


change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results

4 | PPG Pra Jabatan 2022


from practice or other forms from experience”. Menurut definisi tersebut, belajar
memiliki pengertian perubahan perilaku yang bertahan lama, atau dalam kapasitas untuk
berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari latihan atau bentuk lain dari
pengalaman.

Berdasarkan definisi di atas, belajar merupakan upaya manusia untuk mendapatkan


pengetahuan atau keterampilan, sehingga mencapai kapasitas untuk berperilaku dengan
cara tertentu, melalui studi, pengajaran, instruksi, latihan atau bentuk pengalaman lainnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ciri dalam
belajar, yakni:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak
terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak
akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.
b. Perubahan tingkah laku tidak harus segera diamati pada proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
c. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
d. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat
itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

2. Teori-teori belajar

Agar dapat lebih memahami konsep belajar lebih dalam lagi, kita perlu memahami
konsep belajar dari beberapa sudut pandang teori. Dalam proses pembelajaran, belajar
dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);
2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme).
Mari kita pahami satu persatu ketiga sudut pandang tersebut.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


a. Behaviorism (Behaviorisme)

1) Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang behavioristik yang terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Classical conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dengan melibatkan perangsang asli dan
netral yang dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Ivan Pavlov melakukan
eksperimen yang disebut classical conditioning seperti yang dijelaskan dalam
gambar berikut ini:

Gambar 1. 1 Eksperimen Pavlov

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

a) Gambar pertama. Bila Anjing diberikan sebuah makanan (UCS) maka


secara otomatis anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

b) Gambar kedua. Jika anjing hanya dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


c) Gambar ketiga. Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
(UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

d) Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-


ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan
makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya
air liur dari mulutnya (CR).

Pada eksperimen ini menjelaskan bagaimana cara untuk membentuk perilaku


anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan
air liur walaupun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2)
anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menampilkan respons
(air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.

Apabila dikaitkan dalam proses pembelajaran, penerapan teori Pavlov dapat


diilustrasikan sebagai berikut: Saat pembelajaran matematika berlangsung, ketika
guru memberikan hadiah kepada siswa (unconditioning stimulus), siswa secara
otomatis akan senang/bersemangat (unconditioning response). Ketika guru
memberikan tugas matematika kepada siswa, sebagian besar siswa kurang
bersemangat. Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan memberi hadiah
(Unconditioning Stimulus) kepada siswa yang berhasil mengerjakan
matematika dengan baik (Conditioning Stimulus), sehingga siswa bersemangat
mengerjakan tugas tersebut (Unconditioning Response). Setelah lama
mengajar, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil
mengerjakan matematika dengan baik, akan tetapi, siswa tetap bersemangat
(Conditioning response) mengerjakan dengan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


harapan akan mendapat hadiah. Jika guru tidak lagi memberi hadiah, lama-
kelamaan siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan matematika.

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing


menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

a) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang


dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat.

b) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.


Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun

Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan
syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam belajar menurut teori classical
conditioning adalah adanya latihan-latihan yang terus-menerus, agar
menghasilkan perilaku yang terjadi secara otomatis.

2) Teori belajar Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (S) dan
respon (R). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan oleh
individu ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dalam teori S-R dikatakan bahwa proses belajar, kali pertama
organisme (hewan, orang) belajar melalui proses trial and error. Apabila suatu
organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, organisme itu
akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang
ada padanya untuk

8 | PPG Pra Jabatan 2022


memecahkan masalah itu. Untuk menjelaskan teori belajar trial and error,
Thorndike melakukan eksperimen dengan seekor kucing seperti gambar berikut
ini:

Gambar 1. 2 Eksperimen Thorndike

Pada gambar di atas, diperlihatkan bahwa kucing yang lapar dimasukkan ke


dalam kotak kerangkeng (puzzle box) yang dilengkapi alat pembuka bila
disentuh. Sementara, di luar kotak ditaruh ikan, kucing dalam kotak kerangkeng
bergerak kesana kemari untuk mencari jalan untuk keluar, tetapi gagal. Kucing
terus melakukan usaha dan gagal, keadaan ini berlangsung terus. Pada suatu
ketika, kucing tanpa sengaja berhasil menarik seutas tali untuk pembuka pintu
sehingga tanpa disengaja pintu kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat
memakan ikan di depannya.

Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang, dan pola gerakan kucing sama saja
namun semakin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan usahanya
semakin sedikit dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan
tingkah lakunya. Sehingga pada akhirnya kucing

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


dimasukkan dalam box terus dapat menarik seutas tali (sekali usaha sekali terbuka)
hingga pintu terbuka.

Berdasarkan eksperimen Thorndike terhadap seekor kucing menghasilkan


hukum-hukum pokok belajar, diantaranya:

a) Law of Readiness yakni hukum yang menyatakan bahwa dalam belajar


organisme atau individu harus dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun
mental untuk menerima atau mempelajari pengetahuan dan perilaku baru agar
mencapai keberhasilan. Thorndike menjelaskan bahwa terdapat tiga keadaan
berkaitan dengan kesiapan belajar individu, antara lain:

 Kesiapan untuk belajar atau merespons stimulus dapat menimbulkan


kecenderungan untuk bertindak

 Organisme atau individu yang sudah siap untuk bertindak, apabila tidak
bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan, dan akan menimbulkan
respon-respon yang lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasan itu.

 Apabila organisme atau individu yang tidak siap untuk bertindak dipaksa
akan menimbulkan ketidakpuasan dan berakibat dilakukannya tindakan-
tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.

b) Law of Exercise yakni hukum yang menyatakan bahwa untuk


menghasilkan tindakan yang sesuai dan memuaskan untuk merespons suatu
stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang
berulang-ulang. Thorndike membagi hukum ini menjadi dua hukum, yakni
law of use dan law of disuse.

c) Law of Effect, yakni hukum yang menyatakan bahwa setiap organisme


memiliki respon sendiri-sendiri dalam menghadapi stimulus dan situasi yang
baru, jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin
meningkat, begitu juga sebaliknya.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Selain ketiga hukum di atas, masih ada beberapa hukum lainnya dari hasil
eksperimen Thorndike. Hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut:

a) Law of Multiple Response menyatakan bahwa ketika suatu respon tidak


menghasilkan kepuasan, maka individu akan cenderung berinisiatif untuk
melakukan respons baru yang lain.

b) Law of Attitude (Law of Set, Law of Disposition) menyatakan bahwa


respon yang dilakukan oleh individu itu ditentukan oleh cara penyelesaian
individu yang khas dalam menghadapi lingkungan kebudayaan tertentu.
Sikap tidak hanya menentukan yang dikerjakan oleh seseorang, tetapi juga
apakah respon-respon tersebut memuaskan atau tidak memuaskan baginya.

c) Law of Partial Activity (Law of Prepotency Element) menyatakan


bahwa individu atau organisme dapat bereaksi secara selektif terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

d) Law of Response by Analogy (Law of Assimilation) menyatakan


bahwa setiap individu bereaksi terhadap situasi baru yang sebagaimana dia
bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan itu sebelumnya, atau ia akan
bereaksi terhadap hal atau unsur tertentu dalam situasi yang telah berulang
kali dihadapinya.

e) Law of Associative Shifting menyatakan bila suatu respon dapat


dipertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan-perubahan pada situasi
yang merangsang, maka respon itu akhirnya dapat diberikan kepada situasi
yang baru.

3) Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner

Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip-


prinsip classical conditioning hanya sebagian kecil dari perilaku yang bisa
dipelajari. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses
perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar melalui proses penguatan
perilaku baru yang muncul, proses ini biasa disebut dengan operant
conditioning.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Pada operant conditioning, Skinner menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi
oleh dua hal, yakni anteseden (peristiwa yang mendahului perilaku) dan
konsekuen (peristiwa yang mengikuti perilaku). Hubungan ini dapat ditunjukkan
secara sederhana sebagai rangkaian antecedents- behavior-consequences
atau A-B-C.

Tidak seperti dalam teori belajar sebelumnya, respon dalam operant


conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer sendiri pada dasarnya adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya respons tertentu, namun tidak
sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning. Untuk menjelaskan teori belajar operant conditioning, Skinner
melakukan eksperimen dengan seekor tikus seperti gambar berikut ini:

Gambar 1. 3 Eksperimen Skinner

Pada eksperimen skinner, mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan


cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar
dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus ini disebut dengan emitted
behavior (tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan
stimulus tertentu). Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki
atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini
mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir
makanan yang muncul merupakan reinforcer bagi tikus yang telah menekan
pengungkit.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Penekanan pengungkit inilah yang disebut dengan tingkah laku operant yang
akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa
butiran makanan ke dalam wadah makanan.

Berdasarkan eksperimen Skinner terhadap seekor tikus menghasilkan hukum-


hukum pokok belajar, diantaranya:

a) Law Operant Conditioning menyatakan apabila suatu tingkah laku


diiringi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku akan
meningkat

b) Law of Extinction menyatakan apabila suatu tingkah laku yang diperkuat


dengan stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau
bahkan musnah.

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Skinner, terdapat beberapa


prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku, antara lain:

a) Reinforcement, merupakan sebuah konsekuensi yang menguatkan tingkah


laku. Secara umum, reinforcement dapat dibedakan menjadi tiga, berdasarkan
hal di bawah ini:

 Berdasarkan jenisnya

Reinforcement Primer Reinforcement Sekunder

Reinforcement yang diasosiasikan


Berupa kebutuhan dasar manusia
dengan reinforcement primer

 Berdasarkan bentuknya

Reinforcement positive Reinforcement negative

Berupa konsekuensi yang Merupakan aktivitas menarik diri dari situasi


diberikan untuk menguatkan atau yang tidak menyenangkan untuk menguatkan
meningkatkan perilaku. tingkah laku.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Contoh: hadiah, pujian, dsb Contoh: seorang guru membebaskan
muridnya dari tugas membersihkan kamar
mandi apabila muridnya dapat menyelesaikan
PR nya.

 Berdasarkan waktu pemberiannya

Ratio Interval

Fixed Reinforcer diberikan setelah sejumlah Reinforcer diberikan


tingkah laku. ketika seseorang
menunjukkan perilaku
Contoh: guru mengatakan “jika kamu
yang diinginkan pada
dapat menyelesaikan 10 soal matematika
waktu tertentu.
dengan cepat dan benar, maka kalian
boleh pulang lebih dulu” Contoh: setiap 30 menit
sekali

Variable Sejumlah perilaku yang dibutuhkan Reinforcement diberikan


untuk berbagai macam reinforcement tergantung pada waktu
dari reinforcement satu ke reinforcement dan sebuah respon, tetapi
yang lain. antara waktu dan
reinforcement
Contoh: guru tidak hanya melihat
bermacam-macam.
apakah tugas dapat diselesaikan,
tetapi juga melihat kemajuan yang
diperoleh pada tahap-tahap
menyelesaikan tugas tersebut.

b) Punishment, merupakan upaya menghadirkan situasi yang tidak


menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah
laku. Punishment terdiri atas dua bentuk, yakni:

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Time Out Response Cost

Bentuk hukuman yang diberikan Bentuk hukuman yang diberikan


kepada seseorang dengan cara kepada seseorang dengan cara
menghilangkan sesuatu yang menghilangkan reinforcement
disukai atau disenangi sampai pada positif jika melakukan perilaku
waktu tertentu. yang tidak diinginkan.

c) Shaping, merupakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback


untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai. Misalnya:
mengajarkan anak kecil menata sepatunya dengan rapi dengan menunjukkan
cara menata yang benar terlebih dahulu dan kemudian membiarkan anak
melakukan pekerjaan tersebut sampai selesai, baru diberikan reinforcement.

d) Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan


menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi.

Penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran di sekolah:

Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah
dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai dengan
yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi
pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras
agar proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap
berada dalam konteks tujuan pembelajaran.
Berikut ini merupakan contoh penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran di kelas antara lain:

1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks.

2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka
guru akan segera diperbaiki.

4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.

5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.

6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan


(reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.

4) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif)

Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert Bandura lahir berdasarkan kritik
atas teori yang dikembangkan oleh ahli behavioristik. Menurut Albert Bandura,
walaupun prinsip belajar cukup menjelaskan dan meramalkan perilaku, namun
prinsip tersebut harus memperhatikan suatu fenomena yang diabaikan oleh
paradigma behaviorisme, yaitu manusia mempunyai kemampuan berpikir dan
mengatur tingkah laku nya sendiri. Bandura merumuskan Teori Belajar Sosial
dengan mengakomodasi kemampuan kognitif manusia dalam berpikir dan belajar
melalui pengamatan sosial. Agar lebih mudah dalam memahami teori sosial
kognitif dari bandura, silahkan amati gambar berikut ini:

Gambar 1. 4 Teori Kognitif Sosial Bandura (Reciprocal Determination Model)

Gambar di atas menjelaskan bahwa perilaku, kognitif dan lingkungan saling


berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, faktor kognitif mempengaruhi

1 | PPG Pra Jabatan 2022


perilaku dan sebaliknya, serta faktor lingkungan mempengaruhi kognitif dan
sebaliknya.

Bandura menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui proses


peniruan. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model dan akibat yang ditimbulkannya. Proses belajar semacam ini
disebut observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan. Selama
berjalannya observational learning, seseorang mencoba melakukan tingkah
laku yang dilihatnya dan melakukan reinforcement/punishment yang berfungsi
sebagai sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka. Teori
belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang
melalui proses pengamatan.Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah
modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi
perilaku model tetapi juga melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah
laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan
proses kognitif.

Bandura mengemukakan empat komponen dalam pembelajaran observasional,


yaitu:

a) Atensi. Sebelum melakukan peniruan, orang terlebih dahulu menaruh


perhatian terhadap model yang akan ditiru.

b) Retensi. Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada


saat lain anak akan memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model
tersebut.

c) Produksi. Agar bisa memproduksi tingkah laku, seseorang harus bisa


memperlihatkan kemampuan motoriknya.

d) Motivasi. Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model,


ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan tersebut
bergantung pada kemauan/motivasi yang ada.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran:

Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada proses
berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif
mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi
mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan
memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar
dapat membantu mereka dalam memahami proses mental. Di bawah ini terdapat
beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang guru dalam pembelajaran
kognitif, antara lain:

a) Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan


jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.

b) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa


untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa
lainnya untuk mengajukan pertanyaan.

c) Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk


mengembangkan cara berpikir kritis.

d) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang
mereka miliki.

e) Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide


bisa terhubung.

f) Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi


dan permainan dalam menyampaikan materi.

b. Constructivism (Konstruktivisme)

1) Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Pada pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui


pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat

1 | PPG Pra Jabatan 2022


apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut Piaget,
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-
kotak yang masing-masing memiliki makna yang berbeda- beda. Pengalaman
yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu
dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Oleh karena itu, pada saat manusia
belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu:

a) Proses organisasi informasi, yaitu proses ketika manusia menghubungkan


informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah
disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Melalui proses ini, manusia
dapat memahami sebuah informasi baru yang didapat, sehingga manusia
dapat mengasimilasi atau mengakomodasi informasi atau pengetahuan.

b) Proses adaptasi, yaitu proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,


menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh
manusia, atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga
terjadi keseimbangan.

2) Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya
interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky, belajar
adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar
merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara
psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku seseorang adalah karena
keterlibatan dua hal tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungan, ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indera untuk menangkap
atau menyerap stimulus, kemudian menggunakan saraf otak untuk mengolah
informasi yang sudah diterima. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus
dan saraf otak

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


dalam mengelola informasi merupakan proses secara fisik-psikologis sebagai
elemen dasar dalam belajar.

Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini akan lebih
berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya mereka.
Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi
perkembangan belajar seseorang. Pemikiran Vygotsky yang sangat berarti dalam
konsep pendidikan salah satunya adalah Zone of Proximal Development (ZPD)
atau zona perkembangan proksimal. ZPD merupakan suatu tingkat yang dapat
dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone atau Zona
yang dimaksud disini diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan
sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa. ZPD
dipercaya sebagai salah satu langkah untuk membangun suasana belajar yang
efektif.

Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah
memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal
belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah
anak mampu untuk memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya.

Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran:

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan


menghargai gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual
mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan- pertanyaan dan kemudian
menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung
jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah
(problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa


waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu
yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan- gagasan dan komentar orang
lain. Cara-cara guru mengajukan

2 | PPG Pra Jabatan 2022


pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas
informasi yang diterimanya.

3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru


yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para
siswa untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual
yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan
merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi dan
mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan- gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di dalam kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya


diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,
sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian
yang sedang dialaminya. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam
pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman
nyata.

6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi- materi


interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 2


c. Humanistik

Terdapat dua prinsip yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pertama,
memfokuskan pada peran pendidikan dalam meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan siswa. Gerakan yang berdasarkan prinsip ini disebut dengan pengajaran
langsung (direct instruction). Kedua, lebih memfokuskan pada hasil afektif, belajar
bagaimana belajar serta meningkatkan kreativitas dan potensi manusia. Inilah yang
disebut dengan gerakan pendidikan humanistik.

Teori humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik adalah satu
dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar
lainnya. Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk menghasilkan hal baik bagi
kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat individu mampu
mengenali dirinya sendiri.

Salah satu ide yang penting dalam pendidikan berbasis humanistik adalah siswa harus
mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self
regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan
bagaimana mereka akan belajar. Inti dari pendekatan ini adalah bagaimana siswa
belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar
daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar.

Pada teori humanistik dijelaskan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang
melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain- domain tersebut meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik
dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang
terbuka antara siswa dengan guru maupun sebaliknya, serta nilai-nilai yang dimiliki
oleh setiap siswa. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak
hanya dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana siswa menjadi individu
yang bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, mempunyai
kedewasaan emosi dan spiritual. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam
diri siswa, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang dapat

2 | PPG Pra Jabatan 2022


mengasah nilai-nilai kemanusiaan tersebut, seperti penekanan nilai-nilai kerja sama,
saling membantu dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan
dalam proses pembelajaran.

Teori belajar humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebuah filosofi
belajar yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan setiap siswa. Filosofi ini
meyakini bahwa setiap siswa mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Filosofi humanistik dalam proses
pembelajaran telah melahirkan beberapa konsep yang berkaitan dengan
pengembangan model pembelajaran yang memberikan bagi siswa sendiri dan
menekankan pada kemampuan siswa dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik. Salah satu model belajar yang dimaksud adalah experiential learning
(buka tautan ini untuk lebih memudahkan mahasiswa dalam memahami
konsep experiential learning:

https://www.youtube.com/watch?v=rvqoFhk6N2A
https://www.youtube.com/watch?v=aF63HHVbpQ8

Proses belajar experiential learning merupakan kegiatan merumuskan sebuah


tindakan, mengujinya, menilai hasil dan memperoleh umpan balik, merefleksikan,
mengubah dan mendefinisikan kembali sebuah tindakan berdasarkan prinsip yang
harus dipahami dan diikuti. Kurt Lewin menjelaskan prinsip penerapan experiential
learning mencakup:

1) Experiential learning yang efektif akan mempengaruhi cara berpikir siswa, sikap
dan nilai-nilai, persepsi dan perilaku siswa. Misalnya, belajar tentang berbuat
baik pada orang tua. Seorang pelajar harus mengembengkan sebuah konsep
tentang apakah berbuat baik kepada orang tua, bagaimana sikap yang baik pada
orang tua, dan bagaimana mewujudkan sikap baik kepada orang tua dalam bentuk
perilaku.

2) Siswa lebih mempercayai pengetahuan yang mereka temukan sendiri, daripada


pengetahuan yang diberikan oleh orang lain. Menurut Lewin, pendekatan yang
didasarkan pada pencarian (inquiry) dan penemuan (discovery) dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 2


komitmen mereka untuk mengimplementasikan penemuan tersebut pada masa
yang akan datang.

3) Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif. Pada saat
siswa mempelajari sebuah teori, konsep atau mempraktikkan dan mencobanya,
maka siswa akan lebih memahami lebih sempurna, dan mengintegrasikannya
dengan apa yang ia pelajari sebelumnya serta dapat mengingatnya lebih lama.

4) Perubahan hendaknya tidak terpisah-pisah antara kognitif, afektif dan perilaku,


tetapi secara holistik. Ketiga elemen ini merupakan sebuah sistem dalam proses
belajar yang saling berkaitan satu sama lain, teratur, dan sederhana. Mengubah
salah satu dari ketiga elemen tersebut menyebabkan hasil belajar tidak efektif.

5) Experiential learning merupakan proses belajar yang menumbuhkan minat belajar


pada siswa terutama untuk melakukan perubahan yang diinginkan.

6) Pengubahan persepsi tentang diri sendiri dan lingkungan sangat diperlukan


sebelum melakukan pengubahan pada kognitif, afektif dan perilaku. Tingkah
laku, sikap dan cara berpikir seseorang ditentukan oleh persepsi mereka. Persepsi
seorang siswa tentang dirinya dan lingkungan di sekitarnya akan
mempengaruhinya dalam berperilaku, berpikiran dan merasakan.

7) Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif dan perilaku itu
sendiri tidak beruba. Keterampilan-keterampilan baru mungkin dapat dikuasai
atau dipraktikkan, tetapi tanpa melakukan perubahan atau belajar terus menerus,
maka keterampilan-keterampilan tersebut akan menjadi luntur atau hilang.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning)


pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang mencakup pembelajaran lainnya
seperti active learning.

2 | PPG Pra Jabatan 2022


3. Motivasi belajar

Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda. Mari kita
sama-sama mengeksplorasi keempat perspektif ini.

a. Perspektif perilaku

Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan hukuman
eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa. Misal: pemberian nilai angka dan
huruf, memberikan pengakuan kepada siswa, memberikan “hak istimewa”, dan
sebagainya.

b. Perspektif humanistik

Pada perspektif humanistik, motivasi lebih ditekankan kepada kemampuan


pertumbuhan pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif.
Perspektif ini sangat erat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa terdapat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat
dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud dapat diperhatikan pada gambar di
bawah ini:

Gambar 1. 5 Hierarki Kebutuhan Maslow

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 2


c. Perspektif kognitif

Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap
individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal, maka
dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu ditonjolkan.
Menurut perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih banyak kesempatan,
tanggung jawab, serta mengendalikan hasil prestasi sendiri.

d. Perspektif sosial

Pada perspektif sosial, motivasi sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang


dalam membangun, memelihara, dan memulihkan hubungan pribadi yang dekat dan
hangat pada orang lain.

Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan untuk
mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan
motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.

4. Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth


mindset)

a. Pola Pikir (Mindset)

Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan
keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran atau
kebiasaan seseorang akan mempengaruhi cara individu berpikir, apa yang individu
rasakan, dan apa yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini yang nantinya akan
mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri.

2 | PPG Pra Jabatan 2022


b. Jenis-jenis Mindset

Dweck menggunakan istilah fixed mindset dan growth mindset, untuk membantu
seorang individu percaya atas kemampuan, potensi, kapasitas perilaku yang dimiliki,
sehingga dapat memprediksi keberhasilan di masa mendatang.

Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat
saja yang mengarah pada kesuksesan dan tidak diperlukan usaha untuk mencapai
sebuah keberhasilan. Di sekolah, seorang siswa yang memiliki fixed mindset tetap
takut untuk mencoba sekalipun diberikan kesempatan oleh gurunya. Para siswa tidak
berusaha mencari bantuan karena mereka percaya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir seperti ini yang
akan menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.

Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar
bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan
pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar,
mereka menyadari bahwa jika mereka melakukan upaya itu akan berdampak pada
keberhasilan, sehingga mereka bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar
mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth mindset didasarkan pada
keyakinan bahwa prestasi akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih dalam
belajar.

Gambar 1. 6 Growth vs Fixed Mindset

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 2


Guna memahami konsep ini lebih lanjut, silakan klik tautan ini

https://www.youtube.com/watch?v=KUWn_TJTrnU
https://www.youtube.com/watch?v=75GFzikmRY0

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep belajar dan teori belajar, silakan bekerja dalam kelompok (3 -
4 orang) untuk menjawab pertanyaan berikut (waktu 45 menit).

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konstruktivisme di dalam kelas!

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan


prinsip konstruktivisme!

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para


siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:

a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah


untuk sukses.

b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada
tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat

c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini
tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi
orangtuanya)

D. Demonstrasi Kontekstual

1. Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok Anda. Adapun tata cara yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:

2 | PPG Pra Jabatan 2022


2. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual (durasi
maksimal 15 menit).
3. Masing-masing ketua kelompok mengunggah link teks dan link video hasil kerja
kelompok ke dalam forum diskusi online.
4. Masing-masing kelompok wajib memberikan satu pertanyaan / pernyataan / saran /
kritik / sanggahan / lainnya, kepada kelompok lain melalui forum diskusi.
5. Ketua kelompok membagi tugas kepada seluruh anggota kelompok (termasuk dirinya
sendiri) secara merata, untuk memberikan tanggapan di forum diskusi.
6. Seluruh mahasiswa menyimak tanggapan kelompok dan mengkomunikasikan
kembali secara kontinyu terhadap pernyataan, saran, kritik, pertanyaan, sanggahan,
dll kelompok lainnya.
7. Masing-masing kelompok mengunggah teks naskah dan video penjelasan ke dalam
penyimpanan digital atau media sosial, dan mempublikasikan link ke dalam forum
diskusi sebagai hasil final kelompok.

Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada pada
lampiran 3.

E. Elaborasi Pemahaman

Setelah memahami tentang pengertian belajar, teori belajar, motivasi serta pola pikir,
sebagai calon guru tentunya masih harus mengkaji secara lebih mendalam bagaimana
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Pemahaman seorang guru
mengenai konsep dasar belajar, akan berdampak pada efektivitas pembelajaran itu sendiri
nantinya.

Untuk itu, silahkan Anda coba jelaskan bagaimana masing-masing teori belajar yang
telah Anda pelajari dapat diimplementasikan pada kurikulum pembelajaran saat ini?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 2


F. Koneksi Antar Materi

Buatlah ringkasan/rangkuman materi mengenai:

1. Apa itu belajar?


2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar
(behaviorism, social-cognitivism, constructivism)
3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest,
keterampilan regulasi diri)
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang belajar dan teori belajar, bacalah ringkasan yang
telah Anda buat. Setelah itu tuliskan rancangan / rencana aksi nyata bagaimana Anda
mengaplikasikan topik belajar dan teori pembelajaran dalam proses pembelajaran di
kelas!

3 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 2. Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks)

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu menunjukkan partisipasi aktif dalam mendiskusikan teori-teori perkembangan


peserta didik
2. Menunjukkan pemahaman mengenai konsep perkembangan
3. Mampu menunjukkan pemahaman mengenai tahap-tahap perkembangan dan indikator di
setiap tahap perkembangan berkaitan dengan belajar dan kaitannya dengan konteks sosial
budaya peserta didik.

A. Mulai dari Diri

Pengajaran yang sesuai perkembangan terjadi pada tingkat yang tidak sulit sehingga
membuat peserta didik merasa stres, atau terlalu mudah sehingga membuat peserta didik
menjadi lebih mudah bosan. Salah satu tantangan dari pengajaran yang sesuai
perkembangan adalah bahwa Anda akan menghadapi peserta didik dengan rentang usia
tertentu dan Anda harus menyesuaikan kemampuan dan keterampilan sesuai dengan
tingkat kelas yang akan Anda ajarkan. Guru yang kompeten akan menyadari bahwa
terdapat perbedaan perkembangan pada setiap peserta didiknya. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan yang lebih jauh, mari kita bersama-sama berdiskusi di kelas dengan
menjawab pertanyaan di bawah ini.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


Pertanyaan pemantik:

Menurut Anda, apa saja yang perlu diperhatikan oleh seorang guru agar proses pembelajaran di
kelas menjadi menyenangkan?

Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih memahami


teori perkembangan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.

B. Eksplorasi Konsep

Pada dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola pendidikan, Anda perlu mempelajari dan
memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan perkembangan setiap peserta didik.
Anda bertanggung jawab atas banyaknya ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin
Anda belajar dan memahami tentang perkembangan peserta didik, semakin Anda dapat
paham di tingkat mana Anda harus mengajar mereka. Semakin Anda memahami tingkat
perkembangan peserta didik, semakin efektif proses pembelajaran yang Anda berikan.

Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu


sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan secara
keseluruhan mengikuti periodisasi yang teratur, dimulai dari masa pra-natal, masa bayi,
masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa yang diikuti tahun perkembangan
kemampuan fungsi fisik sebagai akibat dari proses kematangan. Kematangan sendiri
mengacu pada runtutan pertumbuhan secara alamiah atau pertubuhan jasmani yang relatif
terbebas dari faktor lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kematangan antara lain adalah faktor biologis yang berkaitan dengan kematangan fisik
atau keturunan, dan faktor sosial kultural yang berkaitan dengan situasi lingkungan sosial,
nilai-nilai serta norma.

3 | PPG Pra Jabatan 2022


Isu perkembangan yang paling penting untuk dipelajari dalam perkembangan anak
meliputi nature-nurture, continuity and discontinuity, serta early and later
experience.

1. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada
pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak bisa
menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang individu,
misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat masih kecil
pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan dorongan dari
lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf berdasarkan dari
kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam membentuk intelegensi
anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan banyak lagi.

2. Isu continuity and discontinuity, isu perkembangan ini berfokus pada kemampuan
anak yang berkembang secara berangsur-angsur atau justru bertahap. Beberapa
psikolog perkembangan yang lebih menekankan pada faktor nurture biasanya
mendeskripsikan perkembangan itu berangsur-angsur seperti halnya biji yang
perlahan tumbuh menjadi pohon, sedangkan psikolog perkembangan yang lebih
menekankan faktor nature percaya bahwa perkembangan anak itu adalah rangkaian
dari tahap seperti halnya ulat yang menjadi kupu-kupu. Contohnya, kata pertama
yang diucapkan anak terasa seperti hal yang tiba-tiba (discontinuity), padahal hal
tersebut juga merupakan hasil dari pertumbuhan dan praktik selama berminggu-
minggu bahkan berbulan-bulan.

3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi
mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau apakah
pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah pengalaman masa bayi?

Agar dapat memahami tahap perkembangan peserta didik, mari kita bahas satu per satu
dalam pembahasan berikut.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan


individu yang sangat kompleks, karena pada masa ini adalah awal terbentuknya organ-
organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf manusia. Pertumbuhan fisik individu
berlangsung sampai masa dewasa yang secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku individu. Perkembangan fisik individu mencakup beberapa
aspek, diantaranya: 1) sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan
dan emosi, 2) otot- otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik, dan
3) kelenjar endokrin yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.

a. Perkembangan Fisik Masa Bayi

Kematangan fisik pada masa bayi terlebih dahulu pada bagian kepala dan berlanjut
pada bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir sudah mampu menggerakkan bibir, mata,
kemudian mampu menggerakkan tangan dan kaki, serta mampu menggerakkan
anggota tubuhnya ke kanan dan kiri. Masa bayi mempunyai gerakan spontan atau
refleks yang mendominasi gerakan yang terus menerus berkembang. Gerakan ini
bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi atas stimulus dari lingkungan.

b. Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak

Perkembangan fisik masa kanak-kanak merupakan kelanjutan dari perkembangan


awal anak-anak. Perkembangan ini berlangsung dari usia 6 tahun saat individu mulai
masuk ke sekolah dasar. Individu mulai menunjukkan perubahan terhadap pola
kehidupannya dalam sikap, nilai dan perilaku. Pada masa ini, pertumbuhan dan
perkembangannya lambat dan relatif sama sampai menjelang masa pubertas. Pada
masa ini, individu sudah mulai tertarik dengan lingkungan sekolah; mereka dapat
memperhatikan gerakan-gerakan secara cermat, rumit dan kompleks; sehingga
individu juga dapat melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat
universal, serta dapat mengembangkan pola permainan dan mentaati peraturan-
peraturan yang ada.

3 | PPG Pra Jabatan 2022


c. Perkembangan Fisik Masa Remaja

Pada tahap ini, perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Hal ini terjadi
karena perubahan fisik merupakan gejala primer yang membuat organisme secara
matang mampu bereproduksi. Gejala primer ditandai oleh perubahan postur tubuh,
serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang diiringi dengan berat badan. Selain
itu, terjadi kematangan seksual yang ditandai oleh perubahan seks primer, yaitu
dimulainya perubahan pada organ reproduksi pada laki-laki yang ditandai oleh mimpi
basah yang terjadi pada laki- laki serta menstruasi pada anak perempuan. Perubahan
seks sekunder ditandai oleh perubahan suara, munculnya bulu-bulu halus pada area
kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada yang semakin bidang pada
laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul dan bahu pada perempuan.

d. Perkembangan Fisik Masa Dewasa

Penampilan fisik pada masa dewasa sudah semakin matang, sehingga siap untuk
melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah dan
memiliki anak.

2. Perkembangan Kognitif

Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif:


sensori motorik, pra operasional, operasional konkret, dan formal operasional.

a. Tahap Sensori Motorik (lahir - 2 tahun)

Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan


mengkoordinasikan pengalaman sensorik mereka (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan motorik mereka (mencapai dan menyentuh).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


b. Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun)

Tahap pra operasional merupakan tahapan yang lebih simbolis daripada pemikiran
sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Akan tetapi, tahap ini
lebih egosentris dan intuitif daripada logis. Tahap Pra operasional memiliki 2 sub
tahap, yaitu fungsi simbolik dan tahap intuitif.

1) Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara 2 dan 4 tahun. Pada sub tahap
ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk merepresentasikan secara mental
suatu objek yang tidak ada.

2) Subtahap pemikiran intuitif adalah sub tahap kedua dari pemikiran


praoperasional, dimulai pada usia sekitar 4 tahun dan berlangsung hingga sekitar
usia 7 tahun. Pada sub tahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin mengetahui jawaban dari segala macam pertanyaan.

c. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 tahun)

Tahapan ini menggantikan penalaran intuitif pada individu, namun hal ini hanya
terjadi dalam situasi konkret. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk melakukan
klasifikasi terhadap benda-benda konkret. Operasi konkret adalah tindakan mental
yang dapat dibalik yang berkaitan dengan objek nyata dan konkret. Operasi konkret
memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada fokus
pada satu properti objek. Pada tingkat operasional konkret, anak-anak dapat
melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara
fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret.

d. Tahap Operasional Formal (11 -15 tahun)

Pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman
konkret dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.

3 | PPG Pra Jabatan 2022


Selain perkembangan kognitif yang telah dijelaskan oleh Piaget, fungsi kognitif manusia
juga dapat dilihat dari bagaimana perkembangan bahasa pada individu tersebut. Bahasa
dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu membutuhkan bahasa
untuk dapat berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan
menulis.

Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tertulis atau yang ditandai oleh sistem
simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh kelompok tertentu (kosa kata)
dan aturan untuk menggabungkan kosa kata dengan kosa kata lain sehingga memiliki
makna (tata bahasa dan sintaksis). Bahasa melibatkan lima sistem aturan: fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

a. Fonologi

Setiap bahasa terdiri atas suara dasar. Fonologi merupakan sistem suara dari bahasa,
termasuk suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat dikombinasikan.
Fonem adalah unit dasar suara dalam bahasa, hal tersebut adalah unit terkecil dari
suara yang mempengaruhi makna. Untuk membantu kita lebih memahami bunyi
huruf silahkan simak video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=TVENnp-Q5U0

b. Morfologi

Morfologi bahasa mengacu pada unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata.
Morfem adalah satuan minimal makna, hal tersebut adalah kata atau bagian kata yang
tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang bermakna.

c. Sintaks

Sintaks merupakan cara penggabungan kata-kata untuk membentuk frasa dan kalimat
yang dapat diterima. Misalnya: ada seseorang yang mengatakan kepada Anda “ada
kucing di atas kursi” atau “ada kursi di atas kucing”. Tentu saja kedua kalimat
tersebut memiliki makna yang berbeda dan belum tentu dapat diterima (ambigu).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


d. Semantik

Istilah semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki
seperangkat fitur semantik, atau atribut yang diperlukan terkait dengan makna. Gadis
dan wanita misalnya, secara makna sama, namun jika dilihat lebih mendalam kedua
kata tersebut berbeda secara semantik dalam hal usia.

e. Pragmatik

Pragmatik merupakan penggunaan yang tepat dari bahasa dalam konteks yang
berbeda.

3. Perkembangan Sosio-emosional

Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori utama:
teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik Erikson.

a. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada konteks
sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut mempengaruhi
perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa individu akan
dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari interaksi interpersonal
terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem tersebut adalah
mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Agar lebih
mudah dalam memahami teori ekologi Bronfenbrenner silahkan perhatikan gambar
berikut:

3 | PPG Pra Jabatan 2022


Gambar 2. 1 teori ekologi Bronfenbrenner

1) Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama antara
individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah, dan
lingkungan.

2) Mesosistem melibatkan hubungan antara mikrosistem. Contohnya adalah


hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah dan antara
keluarga dan rekan sebaya.

3) Eksosistem bekerja ketika terjadi pengalaman dalam sistem pengaturan lain


(peserta didik tidak memiliki peran aktif) mempengaruhi apa yang peserta didik
dan guru dalam konteks langsung.

4) Makrosistem melibatkan budaya yang lebih lua. Budaya adalah istilah yang
sangat luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak.

5) Kronosistem meliputi kondisi sosio historis perkembangan siswa.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 3


b. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Teori Erik Erikson menyajikan pandangan perkembangan kehidupan masyarakat


secara bertahap (rentang hidup). Terdapat delapan tahap perkembangan yang
terungkap ketika manusia melalui rentang kehidupannya. Berikut ini penjelasan
mengenai teori rentang hidup Erikson:

1) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan) adalah tahap psikososial


pertama Erikson. Tahap ini terjadi pada tahun pertama kehidupan manusia.
Perkembangan kepercayaan membutuhkan pemeliharaan yang penuh kehangatan.
Hasil positif keberhasilan dalam tahapan perkembangan ini adalah perasaan
nyaman dan minim rasa takut. Ketidakpercayaan terjadi ketika bayi diperlakukan
terlalu negatif atau diabaikan.

2) Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap
psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita.
Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai menemukan
bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka menyatakan kebebasan
mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika bayi terlalu banyak dibatasi atau
dihukum terlalu keras, mereka mengembangkan rasa malu dan ragu.

3) Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah) adalah tahap psikososial ketiga


Erikson. Hal ini terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun. Di usia ini anak-anak harus
terlibat secara aktif, perilaku yang memiliki tujuan yang melibatkan inisiatif.
Anak-anak mengembangkan perasaan bersalah tidak nyaman jika mereka melihat
diri mereka sebagai individu yang tidak bertanggung jawab atau dibuat merasa
cemas yang berlebihan.

4) Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) adalah tahap psikososial Erikson


keempat. Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas atau remaja awal.
Di tahap ini, anak mengarahkan energi mereka terhadap pengetahuan dan
menguasai keterampilan intelektual. Bahaya di tahun- tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan ketidakmampuan.

4 | PPG Pra Jabatan 2022


5) Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas) adalah tahap
psikososial Erikson kelima. Tahap ini terjadi pada usia remaja. Di tahap ini,
individu mulai mencari tahu siapa mereka, mengenai apa yang mereka mau, dan
dimana mereka hidup nantinya. Di tahap ini, para remaja dihadapkan dengan
banyak peran baru dan status dewasa. Remaja perlu diizinkan untuk
mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas yang sehat. Jika
mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan gagal untuk
mengukir jalan yang positif di masa depan, mereka akan tetap bingung mengenai
identitas mereka.

6) Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) adalah tahap psikososial Erikson


keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (20 - 30 tahunan). Tugas
perkembangan adalah membentuk hubungan positif yang erat dengan orang lain.
Bahaya dari tahap ini adalah bahwa seseorang akan gagal untuk membentuk
hubungan intim dengan pasangan romantis atau teman dan menjadi terisolasi
secara sosial.

7) Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi) adalah tahap


psikososial Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan (40
- 50 tahunan). Pembangkitan berarti mentransmisi sesuatu yang positif kepada
generasi berikutnya. Hal ini dapat melibatkan peran seperti pengasuhan dan
pengajaran di saat orang dewasa membantu generasi berikutnya dalam
mengembangkan hidup yang bermanfaat. Sementara, stagnasi diartikan sebagai
perasaan telah tidak melakukan apa-apa lagi untuk membantu generasi
berikutnya.

8) Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa) adalah tahap psikososial


Erikson kedelapan. Tahap ini terjadi pada masa dewasa akhir (60 tahun -
meninggal). Orang dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan mereka,
mencerminkan pada apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif
positif, mereka mengembangkan rasa integritas. Artinya, mereka melihat hidup
mereka sebagai hidup yang terintegrasi secara positif dan layak. Sebaliknya,
orang dewasa menjadi putus asa jika melirik ke belakang mereka, terutama
mengenai hal negatif.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 4


4. Sosial-Konteks Perkembangan

Pada teori Bronfenbrenner, konteks sosial merupakan pengaruh penting pada kehidupan
dan perkembangan anak-anak. Pada pembahasan ini kita akan mengeksplorasi tiga
konteks anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka: keluarga, teman sebaya, dan
sekolah.

a. Keluarga

Walaupun anak-anak tumbuh dalam keluarga yang beragam, orangtua memiliki peran
penting dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik anak-anak dan
sikapnya terhadap sekolah. Pengaruh orangtua terhadap kegiatan sekolah dan prestasi
anak berfokus pada gaya pengasuhan, pengasuhan bersama, perubahan keluarga
dalam masyarakat yang berubah, dan hubungan sekolah-keluarga.

Gaya Pengasuhan

Baumrind mengatakan bahwa gaya pengasuhan datang dalam empat bentuk utama:

1) Pengasuhan otoriter (authoritative)

Pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menghukum. Orang tua yang otoriter
mendesak anak-anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati
mereka. Mereka menempatkan batasan tegas dan kontrol terhadap anak-anak
mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. Anak-anak dari orang tua
yang otoriter, sering berperilaku dengan cara yang secara sosial tidak kompeten.
Mereka cenderung merasa cemas mengenai perbandingan sosial, gagal untuk
memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.

2) Pengasuhan otoritatif (authoritarian)

Pengasuhan otoritatif mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri namun masih


menempatkan batas kontrol pada tindakan mereka. anak-anak yang

4 | PPG Pra Jabatan 2022


orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial
kompeten. Mereka cenderung Mandiri, menunda kepuasan, bergaul dengan rekan
sebaya mereka, dan menunjukkan harga diri yang tinggi.

3) Pengasuhan pengabaian (neglectful)

Pengasuhan pengabaian adalah gaya pengasuhan ketika orang tua tidak terlibat
dalam kehidupan anak-anak mereka. anak-anak dari orang tua yang lalai
mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka
lebih penting daripada mereka. Mereka cenderung untuk berperilaku dengan cara
sosial Kompetensi sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam
menangani kebebasan. anak-anak seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk
berprestasi.

4) Pengasuhan memanjakan (permissive)

Pengasuhan memanjakan adalah gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat
dengan anak-anak mereka, tetapi menempatkan beberapa batasan atau
pembatasan pada perilaku mereka. pada pengasuhan ini orang tua sering
membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan
melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari
dukungan pengasuhan dan kurangnya pembatasan akan menghasilkan anak
kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah bahwa anak-anak biasanya tidak belajar
untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.

5) Pengasuhan Bersama

Pada pengasuhan bersama, orang tua mendukung satu sama lain untuk bersama-
sama membesarkan anak. Kurangnya pengasuhan bersama yang efektif karena
koordinasi yang buruk antara orang tua, merendahkan salah satu orang tuanya,
kurangnya kerjasama dan kehangatan, dan pemutusan oleh salah satu orang tua
adalah kondisi yang menempatkan anak-anak pada risiko masalah.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 4


Keluarga yang berubah dalam masyarakat yang berubah

Jumlah anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bercerai, keluarga orang tua
tiri, dan keluarga yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah semakin meningkat.
Pada orangtua yang bekerja akan menghasilkan efek pengasuhan, baik positif
maupun negatif. Orang tua yang memiliki kondisi pekerjaan yang buruk, seperti jam
kerja yang panjang, kerja lembur, stres karena bekerja, dan kurangnya otonomi di
tempat kerja, cenderung lebih mudah marah di rumah dan terlibat dalam pengasuhan
yang kurang efektif daripada orangtua yang memiliki kondisi kerja yang lebih baik.

Sementara anak-anak dari keluarga yang bercerai menunjukkan penyesuaian yang


lebih buruk dibandingkan rekan-rekan mereka dari keluarga yang tidak bercerai.
ketika anak-anak dari rumah yang bercerai menunjukkan masalah, masalah timbul
bukan hanya karena perceraian, namun juga karena konflik perkawinan yang
mengarah ke arah perceraian. efek perceraian pada anak sangatlah kompleks,
tergantung kepada faktor-faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anak pada
saat perceraian, jenis ketahanan, status sosial ekonomi, dan fungsi keluarga setelah
perceraian.

b. Teman Sebaya

Selain keluarga dan guru, rekan sebaya juga memainkan peran yang kuat dalam
perkembangan anak-anak dan pendidikan. Dalam pertemanan rekan sebaya Terdapat
lima jenis status rekan sebaya, yaitu:

1) Anak populer. Anak populer sering dinominasikan sebagai sahabat dan jarang
tidak disukai oleh rekan sebaya mereka. anak populer memberikan bantuan,
mendengarkan dengan cermat, menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan
rekan sebaya, merasa bahagia, bertindak seperti diri mereka sendiri,
menunjukkan antusiasme dan kepedulian terhadap orang lain, serta percaya diri
tanpa terlihat sombong.

2) Anak rata-rata. Anak rata-rata menerima jumlah rata-rata dari kedua nominasi
positif dan negatif dari rekan-rekan mereka.

4 | PPG Pra Jabatan 2022


3) Anak terlantar. Anak terabaikan atau terlantar yang jarang dinominasikan sebagai
sahabat, namun bukan berarti tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.

4) Anak ditolak. Anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat seseorang
dan sering secara aktif tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.

5) Anak kontroversial. Anak kontroversial sering dinominasikan baik sebagai


sahabat seseorang dan sebagai orang yang tidak disukai.

Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah tentang aturan dan konvensi berinteraksi antara orang-orang.
aturan aturan ini dapat dipelajari dalam tiga domain: kognitif, perilaku, dan emosional.
masalah utama dalam domain kognitif adalah bagaimana siswa berpikir mengenai alasan
atau aturan untuk perilaku etis. Dalam domain perilaku fokusnya adalah pada cara siswa
benar-benar berperilaku, bukan pada moralitas pemikiran mereka. Sementara itu, dalam
domain emosional penekanannya adalah pada cara siswa merasa secara moral. misalnya,
Apakah mereka mengasosiasikan perasaan bersalah yang cukup kuat dengan tindakan
tidak bermoral untuk menolak melakukan tindakan tersebut? Apakah mereka
menunjukkan empati terhadap orang lain?

Lawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral merupakan penalaran


moral yang terjadi secara bertahap. Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga
level yang tersusun atas enam tahap:

a. Level 1 Kohlberg: Penalaran Pra-Konvensional.

Level ini merupakan level terendah dari penalaran dalam teori Kohlberg. Level ini
terdiri atas dua tahap yaitu hukuman dan orientasi kepatuhan (tahap 1) dan
individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (tahap 2).

1) Tahap 1. Hukuman dan orientasi kepatuhan, adalah tahap pertama pada


perkembangan moral Kohlberg pada tahap ini pemikiran moral sering dikaitkan
dengan hukuman. Misalnya anak-anak dan remaja mematuhi orang dewasa
karena orang dewasa memberitahu mereka untuk taat.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 4


2) Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap kedua
dari teori ini. Pada tahap ini individu mengejar kepentingan mereka sendiri tetapi
juga membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Jadi, apa yang benar
adalah melibatkan pertukaran yang sama seseorang baik kepada orang lain
sehingga orang lain akan baik kepada mereka kembali.

b. Level 2 Kohlberg : Penalaran konvensional.

Individu pada level ini mematuhi standar tertentu (internal), seperti orang tua atau
hukum masyarakat. penalaran konvensional terdiri atas dua tahap: harapan
interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal (tahap 3), dan sistem
moralitas sosial (tahap 4) .

3) Tahap 3. Harapan interpersonal bersama, hubungan, dan ke sesuai interpersonal


adalah perkembangan Kohlberg. pada tahap ini, seseorang menghargai nilai,
kepedulian, dan kepada orang lain sebagai dasar penilaian moral. anak-anak dan
remaja sering mengadopsi standar moral orang tua mereka pada tahap ini,
berusaha untuk dianggap oleh orang tua mereka sebagai “anak perempuan yang
baik” atau “ anak laki-laki yang baik”.

4) Tahap 4. Moralitas sistem sosial merupakan tahap keempat dari teori


perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini, penilaian moral didasarkan pada
pemahaman tatanan sosial, hukum, keadilan, dan tugas. sebagai contoh remaja
mungkin mengatakan bahwa agar masyarakat bekerja secara efektif, perlu
dilindungi hukum yang dianut oleh anggotanya.

c. Level 3 Kohlberg: Penalaran Pasca-konvensional.

Pada tingkat ini moralitas lebih internal. Tingkat Pasca konvensional moralitas terdiri
atas dua tahap: hak kontrak atau utilitas individu dan sosial (tahap 5) dan prinsip-
prinsip etis yang universal (tahap 6).

1) Tahap 5. Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu adalah tahap kelima
Kohlberg. pada tahap ini individu beralasan bahwa nilai-nilai hak dan prinsip
mendasari atau melampaui hukum. Seseorang mengevaluasi keabsahan hukum
aktual dan mengkaji sistem sosial

4 | PPG Pra Jabatan 2022


dalam hal sejauh mana mereka melestarikan dan melindungi nilai-nilai dan hak
asasi manusia.

2) Tahap 6. prinsip etika universal adalah tahap ke-6 dan tertinggi dalam teori ini
pada tahap ini, orang telah mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi
manusia secara universal. ketika dihadapkan dengan konflik antara hukum dan
hati nurani, orang tersebut akan mengikuti hati nurani, meski keputusan tersebut
mungkin melibatkan resiko pribadi.

C. Ruang Kolaborasi

Sekarang Anda memiliki pemahaman yang baik tentang topik ini. Selesaikan latihan ini
untuk memperkuat pemikiran Anda.

1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.

2. Buatlah daftar karakteristik anak tersebut menurut teori:

a. Perkembangan kognitif Piaget,


b. teori perkembangan sosial-emosional Bronfenbrenner dan
c. Teori perkembangan sosial-emosional Erikson.

3. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil Anda
sendiri.

4. Jika sudah, bandingkanlah kedua daftar yang telah anda buat.

a. Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya serta
sosio-emosionalnya?
b. Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa berinteraksi
secara efektif bersama Anda?

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah Anda membuat esai secara singkat, saat ini Anda semakin memahami bahwa setiap
peserta didik perlu melewati tahapan perkembangannya dengan baik. Buatlah infografis
sederhana mengenai tahapan perkembangan peserta didik yang perlu Anda perhatikan pada
peserta didik sebelum Anda memulai mengajar di kelas.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 4


E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang tahap perkembangan peserta didik,


buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih Anda belum pahami.
Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu di dalam
kelas.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah panduan observasi yang akan membantu Anda agar lebih memahami peserta
didik Anda di dalam kelas pada saat PPL nantinya dengan memperhatikan isu-isu
perkembangan pada peserta didik, antara lain:

1. Perkembangan fisiologis peserta didik


2. Perkembangan psikologis: kognitif, emosi, psikososial, moral
3. Motivasi belajar

Anda telah memahami tahapan peserta didik dengan baik. Anda juga telah membuat
panduan observasi mengenai tahapan perkembangan peserta didik. Sekarang, lakukan
pengamatan kepada peserta didik yang ada di sekolah dengan menggunakanpanduan yang
sudah Anda buat. Buatlah laporan singkat mengenai hasil observasi

G. Aksi Nyata

Anda di lapangan. Kemudian, silahkan Anda renungkan bagaimana hubungan antara


tahapan perkembangan dan proses pembelajaran di kelas?

4 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 3. Profiling Siswa Didik

Durasi 2 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Menunjukkan kemampuan mengobservasi peserta didik di kelas


2. Menunjukkan kemampuan pemahaman karakteristik peserta didik dengan profil yang
ringkas dan informatif

A. Mulai dari Diri

Pada proses pembelajaran di kelas, seorang guru akan menemukan ragam karakteristik
siswa di kelasnya. Untuk membantu Anda memahami materi pembelajaran ini, mari kita
sama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini.

Ibu Rita adalah seorang guru yang rajin membuat program literasi dan numerasi. Program
literasi ini sudah dirancang dalam rencana program pembelajaran yang ia buat setiap
semesternya. Namun, ia merasa sedih, karena semakin ia rajin membuat program
pembelajaran, semakin ia merasa bahwa program tersebut tidak berguna. Ia kerap
mengubah rencana di tengah proses belajar, dengan alasan tidak sesuai dengan
kemampuan siswa, siswa tidak tertarik untuk belajar, hingga ia merasa pembelajaran ini
tidak berdampak pada siswa. Mari bantu Ibu Rita merefleksi agar masalah ini tidak
terulang lagi. Menurut Anda, apa yang menyebabkan bu Rita mengalami masalah ini?
Coba ingat-ingat pengalaman Anda ketika sekolah (SD/SMP/SMA), apa yang dilakukan
oleh guru Anda sebelum memberikan materi pelajaran kepada Anda?

B. Eksplorasi Konsep

Agar pembelajaran menjadi efektif, maka penting bagi pendidik untuk mengetahui
dengan jelas bagaimana gambaran peserta didik yang ada di dalam kelas. Pendidik sangat
dianjurkan untuk dapat membuat profil dari peserta didiknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran di kelas. Seberapa jauh Anda mengenal

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 4


mereka? Apakah ada perbedaan pada setiap peserta didik? Dimanakah perbedaannya?.
Hal ini akan membantu Anda sebagai pendidik untuk dapat mengelola kelas serta
memberikan pengajaran dengan lebih baik apabila Anda berhasil memetakan kondisi para
peserta didik di kelas yang Anda ampu. Oleh karena itu, sebagai pendidik kita perlu
memahami karakteristik dari peserta didik yang ada di kelas.

Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki
oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat diartikan sebagai
keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan, sehingga mana cita- cita atau tujuannya. Informasi terkait
karakteristik peserta didik, sangat diperlukan untuk kepentingan dalam perancangan
pembelajaran.

Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta
didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar
ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi menjadi perhatian dan pijakan pendidik
dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi:
etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar,
motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, serta
perkembangan motorik. Untuk memahami dengan lebih jelas, mari kita ikuti paparan berikut
ini:

1. Etnik

Pada sekolah dan kelas yang Anda ampu, mungkin saja terdapat peserta didik dengan
multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik
Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya. Implikasi dari etnik ini,
pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan jenis etnik apa saja
yang terdapat dalam kelasnya. Data tentang keberagaman etnis di kelasnya menjadi
informasi yang sangat berharga bagi pendidik dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran. Seorang pendidik yang

5 | PPG Pra Jabatan 2022


menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit yang multi
etnik.

2. Kultural

Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah
barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita
sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat.
Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya
memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang
multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini pendidik dapat
menerapkan pendidikan multikultural. Sehingga, pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran harus mampu menyikapi keberagaman budaya yang ada di
sekolahnya/kelasnya. (Materi ini akan dibahas lebih dalam pada topik 4).

3. Status sosial

Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rezeki seperti berupa pekerjaan, kesehatan,
kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda- beda. Kondisi seperti ini juga
melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik
dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan
saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi
penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri
kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam
belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini
pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif.

4. Minat

Minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang sangat
penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan minat yang
dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa minat belajar
peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


belajarnya tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah. Untuk mengetahui apakah peserta
didik memiliki minat belajar yang tinggi atau tidak sebenarnya dapat dilihat dari indikator
minat itu sendiri. Indikator minat meliputi: perasaan senang, ketertarikan peserta didik,
perhatian dalam belajar, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan
fungsi mata pelajaran.

5. Perkembangan kognitif

Seperti yang telah kita bahas di topik sebelumnya, bahwa setiap tahapan perkembangan
memiliki pendekatan yang berbeda dengan tahapan usia yang lain. Tingkat perkembangan
kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi guru dalam memilih dan
menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi. Taman
Kanak-kanak yang peserta didiknya sekitar berumur 5- 6 tahun, sudah tentu berbeda
pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik.
Sekolah Dasar yang peserta didiknya berusia 7- 11 tahun, dan peserta didik Sekolah
Menengah Pertama yang usianya berkisar 12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah
Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun,
karena dilihat dari perkembangan intelektualnya jelas berbeda.

6. Kemampuan awal

Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah
pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Cara
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik tes yaitu
pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara. Melalui wawancara dan tes
awal maka kemampuan awal peserta didik dapat diketahui. Kemampuan menjawab tes
awal dapat dijadikan dasar untuk menetapkan materi pembelajaran. Di samping hal
tersebut di atas untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui
analisis instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus
menentukan hirarki kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih rendah
itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior).

5 | PPG Pra Jabatan 2022


7. Gaya belajar

Gaya belajar peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam
melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya.
Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu visual, auditif, kinestetik, serta
reading & writing. Untuk memudahkan Anda dalam memahami penjelasan, silahkan
buka tautan berikut ini :

https://www.youtube.com/watch?v=qcCtPgzlGTs

8. Motivasi

Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik dan kadang
motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik).
Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang tinggi, sedang, atau bahkan
rendah. Motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik akan tampak dari ketekunannya
dalam belajar yang tidak mudah patah untuk mencapai keberhasilan meskipun banyak
rintangan yang dihadapinya. Motivasi yang tinggi dari peserta didik dapat menggiatkan
aktivitas belajarnya.

9. Perkembangan emosi

Emosi sangat berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses
pembelajaran. Emosi juga berperan dalam membantu proses pembelajaran tersebut
menyenangkan atau bermakna. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan atau tidak
menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan akan
berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar. Atas dasar hal ini pendidik dalam
melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana emosi yang senang/gembira dan
tidak memberi rasa takut pada peserta didik. Untuk itu bisa dilakukan dengan model
pembelajaran yang menyenangkan (enjoy learning), belajar melalui permainan
(misalnya belajar melalui bermain monopoli pembelajaran, ular tangga pembelajaran,
kartu kwartet pembelajaran) dan media sejenisnya.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


10. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya


dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di lingkungannya.

11. Perkembangan moral

Dalam kehidupan bermasyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekolah pasti


mengenal moralitas, bahkan moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk menilai suatu
tindakan atau perilaku karena moralitas memiliki kriteria nilai (value) yang berimplikasi
pada takaran kualitatif, seperti: baik-buruk, benar-salah, pantas tidak pantas, wajar-tidak
wajar, layak-tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam diri peserta didik dapat tingkat
yang paling rendah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya.

12. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara
bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan
sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan
motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Perkembangan motorik menurut
Santrock (2011) dikelompokan menjadi motorik kasar dan motorik halus :

a. Motorik kasar: gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

b. Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota tubuh
tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Kedua jenis keterampilan motorik sebagaimana dijelaskan di atas, penting untuk dikenali
dan dipahami guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan
potensi dan memaksimalkan hasil peserta didiknya. Disamping itu dengan dikenali dan
dipahaminya perkembangan motorik anak, pendidik dan

5 | PPG Pra Jabatan 2022


sekolah dapat menggunakan strategi pembelajaran, metode yang tepat, dan dapat
menyediakan, memanfaatkan alat, media, dan sumber belajar yang memadai.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari ragam karakteristik peserta didik pada topik ini. Lihatlah
kembali panduan observasi yang telah Anda buat pada pekan lalu (cek tugas
koneksi antar materi pada topik 2). Lengkapi panduan observasi Anda sesuai
dengan yang telah Anda pelajari pada topik ini.

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas, saat ini Anda akan diminta untuk mempresentasikan hasil
kerja Anda di depan kelas. Adapun tata cara yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Buatlah materi presentasi yang menarik dalam bentuk audio dan visual (maksimal 10
menit).

2. Masing-masing mahasiswa mengunggah link teks dan link video hasil kerja ke dalam
forum diskusi online.

3. Masing-masing mahasiswa wajib memberikan satu saran maupun kritik kepada


mahasiswa yang presentasi

4. Mahasiswa mempelajari hasil masukan rekan lain.

5. Mahasiswa memperbaiki panduan observasi berdasarkan saran dan kritik rekan


mahasiswa lain di kelas.

6. Mahasiswa mengunggah panduan observasi final ke dalam penyimpanan digital atau


media sosial, dan mempublikasikan link ke dalam forum diskusi sebagai hasil final
kelompok.

Dosen dapat menilai presentasi dengan menggunakan rubrik penilaian yang ada pada
lampiran 3.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang tahap perkembangan peserta didik,


buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih Anda belum pahami.
Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu di dalam
kelas.

F. Koneksi Antar Materi

Sekarang Anda telah memiliki panduan observasi yang lebih komprehensif dari yang
sebelumnya. Gunakan panduan tersebut untuk Anda lakukan pengamatan lebih lanjut
kepada peserta didik yang telah Anda amati pekan lalu. Kemudian, buatlah profiling
demografi peserta didik yang informatif sesuai dengan apa yang telah Anda pelajari pada
topik ini.

G. Aksi Nyata

Saat ini Anda telah memiliki profil peserta didik Anda. Sekarang, buatlah rencana aksi
nyata mengenai strategi pembelajaran di kelas (mata pelajaran: matematika/Bahasa
Indonesia/Bahasa Inggris) berdasarkan profiling yang telah Anda buat.

5 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 4. Kerangka Strategi

(1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)


Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)

Durasi 4 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Menunjukkan pemahaman strategi pendekatan dalam pembelajaran


2. Menunjukkan sikap terbuka untuk mau belajar hal yang baru
3. Menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan dan kondisi peserta didik

A. Mulai dari diri

Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, sebagai seorang pendidik, kita
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas masing-masing peserta didik. Oleh
karenanya diperlukan strategi-strategi yang tepat guna untuk dapat mendorong para
peserta didik mencapai kualitas yang terbaik. Sebelum masuk ke materi yang lebih
mendalam jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengalaman pribadi Anda di
jenjang SD dulu:

1. Berkaitan dengan strategi guru di kelas, pengalaman pembelajaran di kelas seperti


apa yang berkesan buat Anda? Mengapa hal tersebut menjadi berkesan?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


2. Selama bersekolah di SD, hal apa saja yang dapat menganggu proses belajar anda di
kelas?

3. Jika anda menjadi guru di kelas, hal apa yang mungkin akan anda lakukan?

4. Menurutmu, seberapa penting bagi guru untuk memahami kebutuhan masing- masing
siswa di kelasnya? Mengapa anda berpendapat demikian?

Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih memahami


prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level).

5 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep

Sekarang setelah kita mempelajari konsep (1) Materi-materi Teori Belajar &
Motivasi Belajar Siswa, (2) Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial,
Emosional, Sosial-Konteks) dan (3) Profiling Siswa, maka dengan semua konsep
dasar tersebut, kita akan dapat membantu kita dalam menyusun strategi
pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa, yang memiliki prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level).

1. Developmentally Appropriate Practice (DAP)

1) Pengertian dan Ciri-Ciri Pendekatan Developmentally


Appropriate Practice (DAP)

Developmentally Appropriate Practice (DAP) merujuk pada aplikasi pengetahuan


tentang perkembangan anak usia dini dalam program pengembangan anak usia dini.
Segala teori dan riset tentang bagaimana anak berkembang dan belajar sesuai tahap
perkembangan digunakan dalam merekayasa lingkungan yang selaras dengan
kebutuhan dan kemampuan anak. Artinya DAP berdasarkan pengetahuan dan
pengertian tentang anak, bukan berdasarkan harapan atau keinginan orang tua belaka.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) bukan merupakan kurikulum atau
seperangkat standar kaku, melainkan seperangkat kerangka kerja, filosofi atau
pendekatan dalam pengembangan anak. Developmentally Appropriate Practice
(DAP) adalah proses pembelajaran yang asik dan menyenangkan.

Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP) Haspari,ariati dan


widiasari (2015) memposisikan anak sebagai pemegang peranan utama dalam proses
pembelajaran, dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan
anak, memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya,
menjelajah serta mencoba. Media pembelajaran

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 5


disesuaikan dengan karakter perkembangan anak usia pra sekolah yang masih berada
pada tahap Pra-Operational, dimana anak membutuhkan benda konkrit dan
lingkungan.

Bredekamp (Ilfiandra, 2011), menyatakan yang akan melibatkan ke semua indera


yang dimiliki anak secara aktif perkembangan anak merupakan suatu proses yang
kompleks, bahkan terkadang melahirkan berbagai teka-teki bahkan spekulasi. Oleh
karena itu, dapat dimaklumi terdapat berbagai sudut pandang dalam menjelaskan
dinamika perkembangan dan belajar anak. Dengan merujuk pada pendapat beberapa
ahli psikologi perkembangan, (Ilfiandra, 2011) menjelaskan bagaimana anak
berkembang dan belajar sebagai berikut.

2) Perkembangan berlangsung sebagai suatu keseluruhan ranah fisik, sosial,


emosional, dan kognitif yang saling terjalin, Menjelaskan bahwa perkembangan
itu terjadi secara menyeluruh dalam seluruh aspek perkembangan dan sekaligus
ada keterjalinan erat antara satu ranah dengan ranah lainnya.

3) Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif dapat diprediksi; abilitas,


keterampilan dan pengetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa yang sudah
diperoleh terdahulu. Perkembangan berlangsung dalam rentang bervariasi antar
anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.

4) Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap


perkembangan anak. Pengalaman awal bersifat kumulatif dalam arti jika suatu
pengalaman jarang terjadi, maka pengalaman tersebut dapat memiliki pengaruh
sedikit. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut sering terjadi, maka pengaruhnya
dapat kuat, kekal dan bahkan bertambah.

5) Perkembangan berlangsung dalam arah yang dapat diprediksi ke arah


kompleksitas, kekhususan, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat.
Belajar pada anak berlangsung dari pengetahuan behavioral yang sederhana ke
pengetahuan simbolik atau representasional yang lebih kompleks.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


6) Anak adalah pembelajar aktif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta juga
pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk mengkonstruk
pemahamannya tentang lingkungan sekitar.

7) Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis


dan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik dan sosial tempat anak tinggal.
Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional,
dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak.

8) Perkembangan dapat mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan


untuk mempraktekan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga
ketika mereka mengalami tantang di atas tingkat penguasaannya.

9) Anak mendemonstrasikan dan anak memahami lingkungan dengan banyak cara


dan ia cenderung memiliki cara belajar yang lebih disukai atau lebih kuat.
Modalitas ini mengimplikasikan bahwa guru perlu menyediakan kesempatan bagi
anak tidak hanya untuk menggunakan cara-cara belajar yang disukainya.

10) Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang
menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan aman baik secara
fisik maupun psikologis.

11) Miskonsepsi (kesalahpahaman mengenai suatu pengertian


atau pandangan) Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Berbagai penolakan terhadap Developmentally Appropriate Practice (DAP)


disebabkan oleh kekeliruan mengartikan Developmentally Appropriate Practice
(DAP). Beberapa kesalahpahaman bersumber dari kedangkalan pengetahuan
mengenai perkembangan anak dan kecenderungan menyederhanakan perilaku anak
yang kompleks. Menurut Gestwicki (Ilfiandra, 2011) terdapat beberapa mengenai
Developmentally Appropriate Practice (DAP).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 6


1) Hanya ada satu cara dalam mengimplementasikan Developmentally Appropriate
Practice (DAP). Miskonsepsi ini terjadi sekitar 1987 karena beberapa kalangan
mengkontradiksikan antara praktik yang tepat (appropriate) dan praktik yang
tidak tepat (inappropriate). Ada pandangan yang menolak pengalaman belajar
yang terstruktur dengan alasan terlalu kaku dan berpusat pada guru.

2) Guru yang menerapkan Developmentally Appropriate Practice (DAP) melakukan


pengajaran secara minimal, bahkan tidak ada sama sekali. Sekali lagi kekeliruan
ini disebabkan oleh keterbatasan sudut pandang orang yang mengemukakan
bahwa guru cukup melakukan pengarahan dan pengendalian.

3) Pembelajaran yang berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)


tidak memasukan aspek akademik. Interpretasi keliru ini berasal dari ketakutan
orang terhadap pandangan bahwa jika anak terlalu dini memperoleh stimulasi
akademik, maka mereka akan mengalami kesulitan pada tingkat pendidikan yang
lebih tinggi.

4) Praktik pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)


dapat dicapai melalui boneka dan materi tertentu.Miskonsepsi ini merupakan
bentuk omong kosong (nonsense) karena merupakan pandangan yang terlalu
menyederhanakan persoalan.

5) Pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP) tidak


memiliki tujuan yang jelas Bredekamp and Rosegrant,(
Ilfiandra,2011:5).Miskonsepsi ini berasal dari kekeliruan mengartikan istilah
tujuan pembelajaran meliputi semua dimensi perkembangan, berdasarkan
pemahaman terhadap tingkat perkembangan, dan kebutuhan dan perkembangan
individual anak.

6) Kurikulum dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah


perkembangan anak. Misinterpretasi ini disebabkan oleh pengabaian terhadap
fakta bahwa disiplin ilmu lain dalam pembelajaran mesti bersinergi dengan ilmu
perkembangan anak untuk memastikan anak dapat mewujudkan potensinya.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


7) Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan salah satu
kecenderungan (trend) pendidikan. Developmentally Appropriate Practice (DAP),
guru tidak diminta untuk mengubah segala sesuatu yang dilakukannya, melainkan
menyelaraskan tindakan pendidikan mereka dengan pengetahuan mengenai
perkembangan anak.

12) Ciri-ciri proses pembelajaran Developmentally Appropriate


Practice (DAP)

Program pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)


menggunakan perspektif perkembangan anak,pengetahuan mengenai perkembangan
anak. Bredekamp dan Rosegrant (Ilfiandra, 2011) mengemukakan bahwa
Developmentally Appropriate Practice (DAP) dijelaskan sebagai berikut.

1) Developmentally Appropriate Practice (DAP) Kegiatan mengarahkan, memberi


tahu dan menginstruksikan merupakan fokus dalam Developmentally
Appropriate Practice (DAP). Jadi,dalam Developmentally Appropriate Practice
(DAP) disesuaikan dengan perkembangan anak dengan fokus agar anak mampu
melakukan konstruksi pengetahuan secara mandiri.

2) Developmentally Appropriate Practice (DAP), belajar dipandang sebagai proses


yang berkelanjutan sehingga pengukuran dan kuantifikasi tidak banyak
digunakan dan rencana belajar yang disusun guru lebih bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada anak mengalami belajar.

3) Developmentally Appropriate Practice (DAP), ranah belajar terkait antar semua


dimensi perkembangan, dan aktivitas belajar dapat berlangsung melalui proyek,
pusat belajar, dan bermain yang mencerminkan minat anak.

4) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), materi belajar bersifat


konkrit dan dipilih yang betul-betul relevan dengan pengalaman keseharian anak.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 6


5) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), rencana pembelajaran
berdasarkan hasil observasi dan pengukuran secara reguler mengenai aktivitas
anak, minat, kebutuhan, dan tingkat keterlibatan.

6) Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru lebih berfokus pada


memberikan dorongan kepada anak untuk mencari tantangan baru dalam rangka
mengembangkan perasaan mampu dan kendali diri.

7) Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menyadari bahwa setiap


pengalaman merupakan peluang belajar bagi anak dalam rangka menumbuhkan
perasaan mampu dan bertanggung jawab pada anak.

8) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menfasilitasi


pengembangan kendali diri dan komunikasi sosial anak yang disesuaikan dengan
kemampuan bahasa dan tingkat kognisi anak.

9) Guru berbicara satu persatu dengan anak, menfasilitasi interaksi verbal dan
menyajikan pengalaman belajar bahasa secara terstruktur merupakan ciri dari
praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).

10) Sedangkan dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), aktivitas dalam


dan di luar ruangan digunakan secara bervariasi dengan intensitas keterlibatan
guru secara penuh.

11) Informasi dan gagasan orang membantu guru untuk mengerti lebih baik
mengenai anak dan anak sendiri juga merasa betah untuk bolak-balik antara
rumah dan sekolah karena adanya komunikasi reguler guru-orang merupakan ciri
dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).

12) Penggunaan tes dan asesmen untuk mengetahui kelayakan anak mengikuti
program yang lebih tinggi merupakan cara yang dipakai.

13) Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), karena guru menyadari


variasi perkembangan anak maka program belajar disesuaikan dengan kebutuhan
dan tingkat perkembangan anak dan tidak memaksakan sistem yang
dikembangkan oleh guru.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


Praktik dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru dan staf yang
terlibat dalam program pengembangan anak dibekali dengan pengetahuan dan
pelatihan yang memadai tentang tumbuh kembang anak.

13) Dampak Implementasi Bersifat Positif dan Negatif


Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Pada perspektif developmental, pertumbuhan dan kematangan individu berlangsung


secara evolusioner setiap saat. Proses perkembangan individu dapat diprediksi sesuai
dengan kematangan kapasitas inheren dan stimulus eksternal yang diperoleh. Praktik
pembelajaran.

Bersifat positif

1) Developmentally Appropriate Practice (DAP) akan memberi arah dan warna


tersendiri terhadap perkembangan anak. Secara sederhana, implementasi praktik
yang berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP) akan
mempengaruhi harga diri, kendali diri, tingkat stres dan pola kemampuan
akademik.

2) Dimensi harga diri (self-esteem), menurut Greenberg (Ilfiandra, 2011) aspek


harga diri anak berkembang melalui pemerolehan pengalaman belajar bermakna.
Anak akan menghargai dirinya ketika mampu melakukan sesuatu yang penting
bagi dirinya.

3) Dimensi kendali diri (self-control), seiring dengan perkembangan kognitif anak


maka kemampuan mengelola perilakunya juga meningkat. Ketika orang dewasa
menggunakan “power-driven techniques” dalam mengembangkan disiplin, maka
anak memiliki sedikit peluang untuk belajar dan menginternalisasi informasi
sebagai bentuk dari kendali diri. Sebaliknya, dalam Developmentally Appropriate
Practice (DAP) guru memahami bahwa anak perlu disiplin sebagai pengendali
perilaku dan keinginan mereka. Melalui alternatif positif, guru berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing sehingga anak menyadari keinginan anak yang lain
dan mendorong anak belajar bekerja sama. Kendali diri tidak akan berkembangan
ketika anak tidak dibantu memahami dan mengalami

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 6


berperilaku yang selayaknya yang dapat diterima oleh anak-anak lain. Belajar
mengambil keputusan merupakan komponen penting disipilin diri. Keberadaan
lingkungan dan interkasi yang mendukung kemampuan memilih merupakan hal
yang krusial bagi kendali diri yang sehat pada anak.

4) Pola kemampuan akademik, pengalaman akademik yang terlalu prematur bagi


anak menjadi kontraproduktif bagi kesiapan anak untuk belajar pada level yang
lebih tinggi. Pengalaman belajar yang tidak relevan dengan usia anak akan
menyebabkan perasa tidak berdaya (helplessness) dan terlalu bergantung pada
orang dewasa dan pada saat bersamaan mengurangi inisiatif, rasa ingin tahu dan
kemampuan memecahkan masalah. Terpaaan pengalaman belajar akademik yang
terlalu dini melahirkan semacam “jeopardized” terhadap kesuksesan anak di masa
yang akan datang.

Bersifat Negatif

1) Ketika orang dewasa berharap anak mampu melakukan aktivitas diluar jangkauan
tingkat perkembangannya akan melahirkan perasaan gagal. Penolakan yang
berulang-ulang terhadap ketidakmampuan anak akan melukai harga diri anak.

2) Begitu juga ketika anak tidak memperoleh ruang yang memadai untuk memilih
pengalaman yang dianggap penting bagi dirinya juga akan mencederai harga diri
anak.

3) Dimensi stres, ada pandangan bahwa anak sekarang lebih rentan diterpa stres.
Resiko stres terjadi ketika anak dihadapkan pada permintaan yang eksesif,
misalnya anak diminta belajar dengan metode yang berbeda dengan gaya
belajarnya maka anak secara alami berada dalam situasi konflik karena dipaksa
untuk menekan dan mengendalikan perilakunya.

Praktik pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan menurut


Gestwicki (Zein, 2015) mempertimbangkan beberapa hal berikut.

1) Memandang anak secara utuh.


2) Program belajar secara individual dan keterlibatan anak untuk bereksplorasi.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


3) Aktivitas belajar menciptakan anak yang aktif dan kreatif.
4) Kegiatan bermain merupakan sarana belajar.
5) Fleksibel.
6) kurikulum terpadu.
7) Berorientasi pada minat, bakat dan kemampuan anak.
8) Melakukan penilaian.
9) Kerjasama antara sekolah dengan orang tua.

Putra, Sudiana dan Martha (2015) ada beberapa langkah pembelajaran yang efektif.
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.

1) Guru melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan belajar siswa (absensi, fisik dan
mental siswa, memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan suasana belajar
yang nyaman.

2) Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang


membaca ekstensif.

3) Guru menyampaikan materi membaca ekstensif dan menjelaskan strategi


pembelajaran yang ditetapkan, yaitu strategi pembelajaran Developmentally
Appropriate Practice (DAP).

4) Guru menjelaskan dan melatih siswa menentukan unsur-unsur intrinsik pada


cerpen, menemukan tema, menunjukkan latar (tempat), mengidentifikasi alur,
menyebutkan tokoh, dan menemukan amanat pada cerpen, menerapkan strategi
pembelajaran Developmentally Appropriate Practice (DAP) sesuai dengan
langkah-langkah pembelajarannya.

5) Guru menjelaskan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi yang


diajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

6) Guru membagikan cerpen kepada masing-masing siswa dan menugasi untuk


membaca dengan seksama.

7) Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati dengan pembatasan waktu.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 6


8) Siswa mencatat unsur-unsur intrinsik dalam cerpen sebagai bahan diskusi
berdasarkan hasil memahami terhadap isi cerpen yang dibaca.

9) Guru mengomentari hasil pekerjaan siswa dan memberikan penekanan jika ada
hal yang masih dirasa perlu diluruskan.

10) Guru memberikan tindak lanjut terhadap pembelajaran berupa evaluasi.

11) Guru bersama siswa mengadakan refleksi .

Putra, Sudiana dan Martha (2015) Kegiatan pembelajaran Developmentally


Appropriate Practice (DAP) dilakukan sesuai langkah-langkah pembelajaran
berdasarkan strategi pembelajaran Developmentally Appropriate Practice (DAP)
sebagai berikut:

1) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asik dalam


pengalaman belajar yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak.

2) Menciptakan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap makna atau
dari apa yang dipelajarinya.

3) Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap
menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak.

4) Menciptakan pengalaman kongkrit, terutama dalam pemecahan masalah, karena


proses belajar paling efektif bukan dengan ceramah, tetapi dengan memberikan
pengalaman nyata.

14) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran


Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan Pembelajaran Developmentally Appropriate


Practice adalah sebagai berikut.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


Kelebihan

1) Pendekatan Developmental Appropriate Practice (DAP) memposisikan anak


sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran, dimana kegiatan
yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan anak.

2) Memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya,


menjelajah serta mencoba.

3) Media pembelajaran disesuaikan dengan karakter perkembangan anak usia pra


sekolah yang masih berada pada tahap Pra-Operational, dimana anak
membutuhkan benda konkrit dan lingkungan nyata yang akan melibatkan
kesemua indera yang dimiliki anak secara aktif.

4) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan degan


pendekatan cara belajar bermain dalam lingkungan.

5) pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri
secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan
keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam
pengalaman nyata.

Kelemahan

1) Proses pembelajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan anak.


2) Harus sesuai denga kemampuan kognitif siswa.
3) Tidak semua materi pembelajaran cocok diterapkan.

Menurut Aunurrahman (2012), dalam pelaksanan tugas pembelajaran, guru tidak


hanya berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi pekerjaan
siswa, akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pelaksanan bimbingan
belajar”Kualitas dan hasil pembelajaran yang baik dan bermutu merupakan suatu
akibat dari sistem pembelajaran dengan pengelolaan metode ataupun strategi
pembelajaran yang menarik sehingga tercipta lah proses pembelajaran yang asik dan
menarik dan menciptakan suasana proses

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 6


pembelajaran yang kondusif dengan menerapkan proses pembelajaran dengan
pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP).

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran Developmentally Appropriate


Practice (DAP) maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Developmentally
Appropriate Practice (DAP) sangatlah penting dalam proses pembelajaran, karena
guru hanya sebagai fasilitator dan tidak lagi sebagai tokoh paling utama dalam
pembelajaran dalam kelas dan siswa tidak hanya sebagai penerima yang tidak aktif
dalam pembelajaran, tetapi para siswa bertanggung jawab untuk atas pembelajaran
mereka sendiri.

Dalam kelompok kecil setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk


keberhasilan pembelajarannya dan anggota kelompoknya, ketika pembelajaran
pembelajaran membutuhkan identifikasi suatu masalah, tiap-tiap anggota akan
berbagi tugas dan masing-masing akan menjadi sumber dari tugas tersebut dan
bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Pengajaran dan Pembelajaran Secara Kebudayaan-Responsif


(Culturally Responsive Pedagogy)

Gambar 4. 1 Culturally Responsive Pedagogy

7 | PPG Pra Jabatan 2022


1) Pengertian Pendidikan Tanggap Budaya

Sebagai makhluk budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks sosio- kultural
yang melingkupinya. Meskipun selama beberapa dekade, pandangan positivistik
berupaya mereduksi pilihan-pilihan manusia pada pertimbangan logis an-sich, namun
realitas menunjukkan kebalikannya. Pilihan-pilihan yang dilakukan manusia pada
substansinya merupakan aktualisasi dari pengaruh lingkungan dan perspektif yang
melingkupinya. Keputusan mengenai kebermaknaan tindakan misalnya, merupakan
hasil simbiosis antara dimensi personal dengan nilai nilai sosial yang berlaku. Salah
satu gagasan inovatif dalam upaya menjembatani pendidikan dan konteks sosial
budayanya tertuang dalam gagasan pendidikan tanggap budaya (culturally
responsive/relevant pedagogy).

Culturally Responsive Pedagogy (selanjutnya dipakai singkatan CRP) berpijak pada


premise bahwa landasan budaya memainkan peran dalam membentuk gaya belajar
dan pada gilirannya menuntut adanya pengajaran yang sejalan dengan lensa budaya
tersebut (Villegas, 1991; Provenzo, Ed., 2009). Pendidikan atau lebih khusus lagi
institusi pendidikan pada hakikatnya merupakan bagian pranata budaya. Lembaga
pendidikan, sebagaimana diulas dalam Encyclopedia of the Social and Cultural
Foundations of Education (Provenzo, Ed., 2009), merupakan pengejawantahan dari
upaya sadar manusia dalam transmisi dan transformasi budaya. Sejalan dengan hal
tersebut, konsep pendidikan tanggap budaya berupaya merevitalisasi berbagai
artikulasi budaya, termasuk berbagai aspek kearifan lokal yang berkembang pada
setiap komunitas, untuk mendukung terselenggaranya pendidikan yang lebih
bermakna.

Elbaz (1993) memaknai istilah responsive sebagai , “… the sense of a large web of
interconnections not only among individuals, but among cultures, among natural
phenomena, among bio-regions; and between individuals and cultures, between
technologies and the life forms they make possible; between language and culture,
between culture and schooling.” Sementara itu, Irvine (2003) menyatakan,
“Responsive simply means reacting appropriately in the instructional context.
Responsive teachers ... modify their knowledge and

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


training by devoting attention to classroom contexts and individual student needs and
experiences.” Dari kedua pandangan tersebut, istilah responsif menekankan pada
interkoneksi atau keterpaduan langkah guru dalam melaksanakan tugasnya dengan
konteks sosial-budaya yang melingkupinya. Eksistensi perbedaan latar belakang
keluarga, ekonomi, suku, agama dan kemampuan serta kecenderungan peserta didik
tidak dinafikan keberadaannya, sebaliknya guru mendayagunakan perbedaan-
perbedaan tersebut sebagai modal untuk mewujudkan harmoni dalam interaksi belajar
layaknya seorang konduktor dalam memimpin orkestra musik klasik.

Berikut dikemukakan pandangan penggagas konsep culturally responsive/ relevant


pedagogy. Gay (2000) dalam buku Culturally Responsive Teaching: Theory,
Research and Practi ce, mengungkapkan prinsip dasar pendidikan yang responsif
adalah terwujudnya kemitraan antara pendidik dan peserta didik, sebagaimana
diungkapkannya “we are partners in the quest for learning’ and the better we can
combine our resources, the better all of us will be. I will teach better and you will
learn better.” Dalam aktivitas ini, pendidik menempatkan pengalaman, nilai dan
persepsi yang berkembang di tengah komunitas sebagai sarana memperkaya praksis
pendidikan, “using the cultural characteristics, experiences, and perspectives of
ethnically diverse students as conduits for teaching them more effectively” (Gay,
2002; Irvine, 2003).

Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa menerima
dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga
proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:

1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis

2) Peserta didik mampu mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya


(cultural competence)

3) Peserta didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness) sehingga


mereka dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil

7 | PPG Pra Jabatan 2022


Ginsberg dan Wlodkowski (2009) dalam Diversity and Motivation: Culturally
Responsive Teaching in College menyatakan “Culturally responsive teaching occurs
when there is respect for the backgrounds and circumstances of students regardless of
individual status and power, and when there is a design for learning that embraces the
range of needs, interests, and orientations in a classroom. In other words, an
educational system that espouses cultural pluralism also seeks to create learning
experiences that protect the knowledge, skill, and experience that learners possess and
supports academic attainment and mobility by finding ways for students to develop
their strengths”. Berdasarkan paparan tersebut, culturally responsive pedagogy adalah
praksis (teori dan aplikasi) pendidikan yang menekankan pada keterkaitan antara
pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Penekanan pada budaya peserta didik dan
komunitas tidak semata dijadikan sebagai upaya mendekatkan peserta didik dengan
konteksnya, tetapi lebih dari itu diharapkan dapat menjembatani munculnya
kesadaran peserta didik terhadap identitas budayanya. Perbedaan budaya yang
sebelumnya dipandang sebagai penghalang prestasi dan interaksi diganti dengan
persepsi harmoni yang menempatkan diversitas budaya sebagai kekuatan untuk
merangkum perbedaan gaya belajar. Melalui praksis pendidikan tanggap budaya,
guru dituntut melakukan elaborasi terhadap berbagai dimensi budaya yang dimiliki
peserta didik dan menjadikannya sebagai pijakan dalam memperkaya interaksi
pembelajaran.

2) Prinsip-prinsip Pendidikan Tanggap Budaya

Sejak diperkenalkan pada tahun 70-an, berbagai upaya untuk memetakan


karakteristik dan prinsip prinsip umum pendidikan tanggap budaya telah dilakukan
sejumlah pakar. Meskipun terdapat konsensus mengenai interdependensi antara
budaya dan pendidikan sebagai fondasi konsep pendidikan ini, tetapi dalam artikulasi
dan tahapan dan implementasi konsep ini muncul perbedaan. Dalam pandangan Gay
(2002) terdapat lima elemen esensial dalam pendidikan tanggap budaya, yakni:
“developing a knowledge base about cultural diversity, including ethnic and cultural
diversity content in the curriculum, demonstrating caring and building learning
communities,

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


communicating with ethnically diverse students, and responding to ethnic diversity in
the delivery of instruction.”

Setidaknya terdapat lima panduan atau prinsip aplikasi pendidikan tanggap budaya,
yaitu; (1) pentingnya budaya, (2) pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari
konstruksi sosial, (3) inklusivitas budaya, (4) prestasi akademis tidak terbatas pada
dimensi intelektual an-sich, dan (5) keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan
dan keragaman (Greer, et.al., 2009).

Villegas dan Lucas (2002) ketika membahas mengenai karakteristik guru tanggap
budaya mengungkap enam karakteristiknya, yakni: (1) mempunyai kesadaran sosio-
kultural; (2) mempunyai afirmasi terhadap keragaman latar belakang peserta didik;
(3) mempunyai kepercayaan diri dalam mengemban tugas; (4) memahami bagaimana
peserta didik mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong peserta didik
mengembangkan konstruksi pengetahuannya sendiri; (5) mengetahui pola hidup
peserta didik, dan (6) mampu menggunakan informasi mengenai pola hidup peserta
didik untuk mendesain pembelajaran yang bermakna (Villegas dan Lucas, 2002).

Dengan demikian, pendidikan guru tanggap budaya tidak hanya bertujuan membekali
guru untuk menyadari, menghormati dan mengakui kenyataan bahwa terdapat
keragaman budaya atau nilai yang berbeda yang terdapat pada peserta didik yang
berasal dari latar belakang suku, agama, bahasa dan etnis yang berbeda, tetapi lebih
dari itu mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam mengenai sisi-sisi khusus atau
keunikan dari budaya peserta didik dan menggunakannya sebagai titik berangkat
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Gay, 2002).

3) Urgensi Rekonseptualisasi Pendidikan Guru Tanggap Budaya

Dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru sebagai
agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang budaya pada sisi
lainnya, pendidikan guru dituntut melakukan pembenahan yang berkelanjutan.
Tekanan berlebihan pada satu sisi an-sich, akan menimbulkan ketimpangan
ketimpangan dalam mempersiapkan guru yang

7 | PPG Pra Jabatan 2022


dapat menjalankan tugas profesinya. Sehubungan dengan itu, Gopinathan (2006)
dalam “Challenging the Paradigm: Notes on Developing an Indigenized Teacher
Education Curriculum” mengajukan pertanyaan yang cukup menggelitik, apakah
pendidikan guru yang selama ini diterapkan di berbagai negara di Asia sudah cukup
responsif terhadap tantangan-tantangan baru dan relevan dengan konteks sosio-
kultural yang melingkupinya? Diperlukan adanya para pemikir yang kritis terhadap
praksis pendidikan guru yang selama ini begitu dominan mengadopsi teori-teori
pendidikan guru yang diimpor dari negara maju, sehingga kurikulum pendidikan guru
lebih akomodatif dan responsif dalam mengintegrasikan nilai-nilai kultural dalam
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri pandangan mainstream masih memberi ruang
sangat terbatas bagi tumbuh kembangnya nilai pendidikan yang lebih variatif dan
akomodatif terhadap keragaman budaya lokal (Semali dan Kinchelo, 2002; Nakaya,
2004; Trunbull dan Pacheco, 2005).

Sebagai upaya mempersempit jarak antara praksis pendidikan dengan kondisi aktual
di masyarakat, pemerintah sejak tahun 1980-an menggulirkan kebijakan mengenai
kurikulum muatan lokal. Melalui muatan lokal, sekolah dan guru diharapkan mampu
menjembatani pengalaman aktual peserta didik dengan kondisi riil kehidupannya.
Tetapi kenyataannya, muatan lokal cenderung dijalankan tanpa kesadaran mengenai
landasan historis serta tuntutan sosial (Drost, 2007; Tilaar, 2007). Kondisi ini terjadi
karena ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal pada
level interaksi pembelajaran (Bjork, 2004). Nilai-nilai atau tradisi seringkali dipahami
sebagai produk yang sudah jadi (Mutakin, 2008). Sehingga, dinamika yang terjadi
dalam kebudayaan kurang diperhatikan. Padahal, sebagaimana dikemukakan para
ahli, budaya tidaklah statis (Sztompka, 2008; Koentjaraningrat, 2005; Marzali, 2005).

Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam pendidikan
guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan dan kompetensi
budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pemahaman guru yang
benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat membantu guru untuk mengapresiasi keragaman perspektif tersebut,
bukan menjadikannya sebagai

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


stereotip yang menyudutkan peserta didiknya. Semali dan Kinchelo (1998)
menyatakan, “By encouraging teachers to become familiar with indigenous
knowledges, especially knowledges that manifest themselves in local history,
traditional stories, and folklore, they will be able to recognize and reward the students
who bring this form of indigenous literacy to the classroom rather than punishing
them.”

4) Sebagai bacaan lanjut:

Guido, Marcus. "15 Strategi Pengajaran Kebudayaan-Responsif | Prodigy. " Prodigy


Blog , 13 Sept. 2017, www.prodigygame.com/blog/culturally- responsive-
teaching/.

"3 Tips Membuat Pelajaran Sebarang Lebih Responsif Secara Kultur ." Kultur
Pedagogi , 10 Sept. 2017, www.cultofpedagogy.com/culturally- responsive-
teaching-strategies/.

"Pengajaran Responsif Kultur Bermula Dengan Pelajar." TeachThought , 8 Nov 2015,


www.teachthought.com/pedagogy/culturally-responsive-teaching- starts-with-
students/.

Getting Started With Culturally Responsive Teaching.


https://www.edutopia.org/article/getting-started-culturally-responsive- teaching.

3. Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL))

1) Pendekatan TaRL

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia dikelompokkan berdasarkan usia peserta


didik. Padahal, jika kita ketahui lebih lagi pertambahan usia tak sejajar dengan
perkembangan belajar. Setiap perkembangan peserta didik memiliki pendekatan yang
berbeda. Teaching at the right level adalah proses intervensi yang harus dilakukan
guru dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik untuk
menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada
tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan

7 | PPG Pra Jabatan 2022


kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut
mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran peserta
didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan
dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya

Teaching at the Right Level (TaRL) yang memungkinkan anak-anak memperoleh


keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa memandang
usia atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Inilah yang dimaksud dengan
"Mengajar pada Tingkat yang Benar". Fokusnya adalah membantu anak-anak dengan
dasar membaca, memahami, mengekspresikan diri, serta keterampilan berhitung
sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Guna menerapkan pendekatan ini, tentunya seorang pendidik harus melakukan


beberapa tahapan, sbb:.

1) Pahami Peserta Didik

Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai, tipe gaya belajar apa yang
membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap peserta didik. Dan
selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan memiliki kemampuannya
masing- masing.

2) Rancang Perencanaan Pembelajaran

Rancang perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil identifikasi


peserta didik serta pengelompokkan peserta didik dalam tingkat yang sama.

3) Mengikuti Ragam Pelatihan

Sebagai seorang pendidik, pentingnya untuk mengikuti berbagai ragam pelatihan


guna memahami konsep pendekatan serta teknik yang sesuai agar TaRL dapat
diimplementasikan dengan baik.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


Cara menggunakan Capaian Pembelajaran dengan prinsip pembelajaran yang
disesuaikan tingkat pencapaian siswa (kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar sesuai
dengan fase perkembangan anak) :

1) Ciptakan lingkungan yang penuh perhatian, saling peduli, terbuka, dan nyaman
untuk belajar.

2) Tumbuhkan hubungan yang positif dan konsisten dengan anak-anak lain dan
orang dewasa (dalam jumlah yang terbatas).

3) Ciptakan kebiasaan saling menghargai dalam ruang kelas sehingga anak juga
belajar untuk menghormati dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada dan
mampu menghargai kelebihan-kelebihan tiap orang.

4) Berikan anak-anak kesempatan untuk bermain bersama, mengerjakan tugas


dalam kelompok kecil, berbicara dengan teman-temannya atau orang dewasa.
Melalui hal-hal tersebut anak belajar bahwa kelebihan dan minatnya berpengaruh
terhadap kelompoknya.

5) Lingkungan belajar harus mempunyai tempat untuk dapat bergerak dan


beraktivitas dengan leluasa namun juga menyediakan tempat dimana mereka
dapat beristirahat.

6) Berikan anak keleluasan untuk belajar dengan berbagai cara tetapi sediakan juga
kegiatan yang terjadawal dan rutin.

7) Gunakan metode mengajar yang tepat.

8) Ciptakan lingkungan yang tanggap akan kebutuhan anak dan merangsang


kecerdasan.

9) Gabungkan bermacam-macam pengalaman, material dan strategi mengajar dalam


menyusun kurikulum dan sesuaikan dengan pengalaman- pengalaman yang
dipunyai anak sebelumnya, tingkat kematangan, gaya belajar, kebutuhan, dan
minatnya.

7 | PPG Pra Jabatan 2022


10) Gabungkan bahasa dan budaya dari rumah anak dengan sekolah sehingga setiap
anak dapat menyumbangkan keunikannya dan belajar untuk menghargai
perbedaan yang ada.

11) Berikan kesempatan anak untuk memilih dan membuat rencana untuk aktivitas
belajar agar mereka belajar berinisiatif dan ajukan pertanyaan dan komentar yang
merangsang anak berpikir.

12) Berikan perhatian dan dukungan dalam berbagai bentuk seperti pujian dan
kedekatan fisik (misal: membelai kepala anak, memeluk, dll).

13) Sesuaikan derajat kesulitan dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan anak
agar anak menjadi percaya diri bila berhasil mengejakan tugas- tugasnya.

14) Kembangkan kemampuan anak untuk bertanggung jawab dan mengatur diri.

15) Susunlah kurikulum yang tepat dan buatlah evaluasi atas proses dan hasil belajar
anak.

2) TaRL Dalam Kurikulum Merdeka

Di dalam kelas tentu saja mungkin kerap kali menemui berbagai karakteristik siswa,
tidak terkecuali karakteristik perkembangan akademiknya. Ada peserta didik yang
cepat belajar dan ada juga yang sedikit lambat dalam menerima pelajaran yang
disampaikan guru. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena level siswa tersebut
belum tepat dengan level atau capaian belajar yang ditetapkan.

Teaching at the Right Level merupakan pen•de•kat•an pedagogis yang


memperhatikan per•samaan level kemampuan ber•da•sar••kan evaluasi. Siswa
dikelom•pok•kan berdasarkan tingkat pem•belajaran dari usia dan kelas.

Selanjutnya guru harus secara kon•sisten mengukur kemam•puan mem•baca, menulis


dan memahami. Jika dalam prosesnya siswa tidak menca•pai hasil

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 7


yang diharapkan, maka guru ha•rus menyiapkan program remedial. Pen•dekatan
TaRL terbukti dapat me•ningkatkan hasil belajar siswa.

Teaching at the right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang tidak
mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan siswa.
Inilah yang menjadikan TaRL berbeda dari pendekatan biasanya. TaRL dapat
menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama ini terjadi
dalam kelas.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru dalam mengajar di


sesuaikan dengan kemampuan peserta didiknya. Fakta ini, tentu saja menjadikan
konsep pendekatan TaRL sebagai hal yang perlu di bahas lebih mendalam lagi.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally


appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive
pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), silakan
bekerja dalam kelompok (3-4 orang) dengan waktu bekerja 1 SKS, untuk menyelesaikan
tugas berikut.

Intruksi : Lakukan analisis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa yg dimaksud dengan teaching at the right level?


2. Mengapa capaian pembelajaran dirumuskan per fase?
3. Apa yang anda pahami capaian pembelajaran?
4. Mengapa perlu capaian pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud menyesuaikan pembelajaran dengan situasi dan lingkungan
belajar yang ada?
6. Apa itu capaian pembelajaran setiap fase?
7. Bagaimana cara membuat capaian pembelajaran?
8. Bagaimana cara menggunakan capaian pembelajaran dengan prinsip pembelajaran?

8 | PPG Pra Jabatan 2022


D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi secara lisan atau gallery
walk/pameran hasil kerja, dll)

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level), buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih Anda belum
pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level) dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau
dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan.

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level). Berikutnya, refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 8


2. Bagian manakah dari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally
responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right
level) yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1)
Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip
: (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2)
Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3)
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level), yaitu kegiatan yang bisa Anda
lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level) secara efektif di kelas Anda.

8 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 5. Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta
Didik (Assesment)

Durasi 1 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mampu membuat rencana pengukuran yang dilakukan selama pembelajaran di sekolah


2. Mampu melakukan proses evaluasi diri dan refleksi sebagai salah satu alat pengukuran
3. Mampu menunjukkan keterampilan observasi dan pedagogik

A. Mulai dari Diri

Sebelum memulai pembelajaran di awal semester, sebagai seorang guru Anda juga perlu
mendesign sebuah cara untuk melakukan pemetaan terhadap pemahaman siswa yang
telah anda ajar. Namun sebelum kita maju lebih lanjut, mari kita ingat pengalaman dulu
anda sebagai siswa. Silahkan duduk berdua dengan pasangan dan ceritakan hal sebagai
berikut:

Stress Ujian Siap Ujian

Pernahkah anda stres di sekolah


karena menghadapi ujian? Pernahkah anda merasa siap sekali
menghadapi ujian di sekolah?
Hal apa yang membuat anda stres
ketika menghadapi ujian? Hal apa yang membuat anda merasa
Pengalaman
sangat siap ketika menghadapi ujian?
Jenis atau bentuk ujian seperti apa
yang membuat anda stress? Jenis atau bentuk ujian seperti apa yang
membuat anda siap ujian?

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 8


Stress Ujian Siap Ujian

Jika anda sebagai siswa diberikan Jika anda sebagai siswa diberikan
kesempatan untuk memilih ujian utk kesempatan untuk memilih ujian utk
menilai pemahaman diri atas materi menilai pemahaman diri atas materi
yang sudah dirikan guru, maka: yang sudah dirikan guru, maka:
Harapan
Bentuk ujian spt apa yang tidak Bentuk ujian spt apa yang tidak
membuat anda stres? membuat anda siap?

Kapan sebaiknya soal ujian tersebut Kapan sebaiknya soal ujian tersebut
diberikan kepada anda? diberikan kepada anda?

Silahkan rangkum hasil sharing dan diskusi anda bersama pasangan kedalam secarik
kertas, lalu kumpulkan ke dosen anda. Terimakasih, atas sharing anda. Wah ternyata
mendesign sebuah “ujian” atau asesmen bagi pemahaman siswa, banyak hal yg harus
dipertimbangkan yah.

Nah mari kita lanjutkan. Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki ekspektasi
tertentu, setelah mempelajari topik in. Tuliskan ekspektasi Anda pada secarik kertas, dan
berikan ke dosen anda.

Setelah Anda mempelajari topik ini saya ingin:


Selanjutnya, kita akan melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya untuk lebih memahami
konsep
1…. Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh.

2….

3. dst

8 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep

1. Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh

Pada bagian akan ini dijelaskan pengertian dan tujuan dari asesmen, penilaian, dan
evaluasi dalam konteks pembelajaran, beserta ilustrasinya.

a. Pengertian Assessment Menurut Para Ahli

Sebelum kita bahas lebih dalam, berikut adalah penjelasan dari pendapat para ahli
dibawah ini.

1) Menurut Richard I. Arends (2008), assessment adalah suatu proses pengumpulan


informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan
instruksional.

2) Menurut Terry Overtun (2008), “Assessment is a process of gathering


information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As
noted in my definition of test, an assessment may include by a test, but also
include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc.”
Assessment adalah suatu proses pengumpulan suatu informasi untuk memonitor
kemajuan dan bila disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu penilaian ini
bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti
obsevasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.

3) Menurut Bob Kizlik (2009), “Assessment is a process by which information is


obtained relative to some know objective or goal. Tests are assessment made
under contrived circumstances especially so that they are may be administered. In
other words, all tests are assessments, but not all of assessments are tests.”
Assessment adalah suatu proses dimana suatu informasi diperoleh berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Penilaian ini adalah istilah yang luas yang
mencakup tes (pengujian). Tes adalah suatu bentuk khusus dari penilaian. Tes
juga adalah salah satu bentuk penilaian. Dengan kata lain, semua tes ini
merupakan penilaian, namun tidak semua penilaian berupa tes.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 8


4) Assessment adalah suatu kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. (Eko Putro Widoyoko, 2012).

b. Kesimpulan Pengertian Assessment :

Assessment atau yang disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan atau
penggunaan dalam berbagai cara dan alat guna mendapatkan serangkaian informasi
mengenai hasil dari pembelajaran serta pencapaian kompetensi dari peserta didik.

Pada dasarnya, assessment merupakan suatu istilah lain dalam penilaian. Istilah
Assessment sangat berkaitan erat dengan istilah evaluasi yang merupakan metode
dalam mendapatkan hasil belajar dari siswa. Sehingga proses assessment ini
dilaksanakan denga tujuan agar dapat mengetahui sejauh mana presatasi belajar dari
para peserta didik.

Tak hanya itu definisi lain dari assesment merupakan suatu proses dalam memperoleh
data atau informasi dari proses pembelajaran serta memberikan umpan baik terhadap
guru maupun kepada peserta didik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa pengertian sebagai berikut :

1) Asesmen (assessment) adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari


proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja
mahasiswa, kelas/mata kuliah, atau program studi dibandingkan terhadap
tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu. Setelah diperoleh hasil asesmen
maka dilakukan proses penilaian.

2) Penilaian (grading) adalah proses penyematan atribut atau dimensi atau


kuantitas (berupa angka/huruf) terhadap hasil asesmen dengan cara
membandingkannya terhadap suatu instrumen standar tertentu. Hasil dari
penilaian berupa atribut/dimensi/kuantitas tersebut digunakan sebagai bahan
evaluasi.

3) Evaluasi (evaluation) adalah proses pemberian status atau keputusan atau


klasifikasi terhadap suatu hasil assesmen dan penilaian.

8 | PPG Pra Jabatan 2022


Sebagai ilustrasi berikut adalah contoh rangkaian proses asesmen, penilaian, dan
evaluasi pembelajaran untuk pemenuhan CPMK mahasiswa pada suatu mata kuliah
tertentu. Asesmen dapat dilakukan dengan berbagai teknik asesmen antara lain ujian
atau penugasan. Berikutnya dilakukan penilaian dengan bantuan instrumen penilaian
tertentu, dapat berupa kunci jawaban, daftar periksa (check list), pedoman penilaian,
atau rubrik.

c. Fungsi Assessment

Assessment atau penilaian mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan
belajar dan mengajar terhdap peserta didik. Sebab assessment mempunyai dua fungsi
yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif, berikut penjelasannya.

1) Fungsi Formatif

Fungsi formatif merupakan assessment yang digunakan dalam memberikan


umpan balik atau feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar pada saat
memperbaiki serta membenarkan proses pembelajaran dan juga mengadakan
remedial bagi para peserta didik.

2) Fungsi Sumatif

Fungsi Sumatif merupakan fungsi yang berguna dalam penentuan nilai belajar
siswa dalam satu mata pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya dapat dijadikan
bahan memberikan laporan, untuk menentukan kenaikan kelas serta menentukan
lulus atau tidaknya peserta didik.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 8


d. Tujuan Assessment

Menurut pendapat dari Chittenden (1994) ia menyatakan bahwa tujuan dari penilaian
“assessment purpose” merupakan “keeping track”, checking up, finding out and
summing up. Berikut adalah penjelasannya :

1) Keeping Track

Keeping track yaitu berguna dalam menelusuri dan melacak proses belajar dari
peserta didik yang mana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah diterapkan. Maka dalam hal ini guru wajib mengumpulkan data dan
informasi dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian
agar mendapatkan gambaran suatu pencapaian dan kemajuan belajar dari peserta
didik.

2) Checking Up

Checking Up yaitu berguna dalam mengecek suatu pencapaian dan kemampuan


dari peserta didik dalam proses belajar dan kekurangan- kekurangan dari peserta
didik pada saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, dalam hal ini
guru sangat penting dalam melaksanakan penilaian sehingga mengetahui bagian
mana dari materi yang telah dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang
belum dikuasai.

3) Finding Out

Finding Out merupakan suatu proses mencari, menemukan dan mendeteksi


kekurangan kesalahan atau kelemahan dari peserta didik dalam proses belajar,
sehingga guru dapat dengan tanggap dalam mencari alternatif untuk
penyelesaiannya.

4) Summing Up

Summing Up merupakan suatu cara dalam menyimpulkan tingkat penguasaan


siswa terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil dari

8 | PPG Pra Jabatan 2022


penyimpulan ini yang mana dapat digunakan oleh guru dalam menyusun laporan
kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling membutuhkan.

e. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan


dilakukannya asesmen, penilaian, dan evaluasi pembelajaran
adalah:

1) Memantau perkembangan proses pembelajaran siswa.

2) Mengecek pemenuhan terhadap capaian pembelajaran dan memberikan nilai atas


proses dan hasil pembelajaran siswa

3) Memperoleh umpan balik sebagai bagian dari siklus perbaikan berkelanjutan


(continuous improvement) bagi :

a) Siswa dalam rangka perbaikan pembelajaran


b) Guru dalam rangka perbaikan dan pengembangan mata kuliah
c) Program studi dalam rangka pengembangan kurikulum
d) Sekolah dalam rangka pengembangan institusi

4) Wahana kontrol kualitas lulusan, dalam artian bahwa melalui asesmen capaian
pembelajaran dapat dipastikan seluruh lulusan suatu program studi telah
memenuhi standar minimal yang telah ditentukan.

5) Penunjang akuntabilitas institusi, yaitu sumber informasi terkait proses dan hasil
pembelajaran kepada pemangku kepentingan terkait.

f. Jenis-Jenis Assessment

Ada juga jenis-jenis dari assessment yang sering digunakan, antara lain tes tertulis
yang disajikan terhadap siswa untuk menjawabnya yaitu:

1) Performance Assessment

Performance assessment marupakan salah satu jenis assessment yang


menyuruh para peserta didik agar dapat melakukan demonstasi

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 8


bersamaan mengaplikasikan pengetahuan diberbagai situasi yang dikehendaki.

2) Penilaian Portofolio dan Penilaian Proyek

Penilaian proyek ini merupakan suatu tugas dalam bentuk investigasi yang
diawali dengan pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi hingga
dengan penyajian data.

3) Product Assessment dan Self Assessment

Product Assessment merupakan suatu proses penilaian keterampilan dengan cara


membuat suatu produk tertentu. Self Assessment dilaksanakan sendiri oleh
peserta didik maupun guru yang bersangkutan dalam kepentingan pengelolaan
Kegiatan Belajar Mengajar di tingkat kelas, terakhir, jenis assessment juga bisa
dalam bentuk penilaian sikap dan penilaian dengan basis kelas.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh,


silakan bekerja dalam kelompok (3-4 orang) dengan waktu bekerja 1 sks, untuk
menyelesaikan analisis studi kasus berikut:

Saat ini adalah permulaan tahun ajaran baru. Anda adalah seorang wali kelas 4 SD yang
memiliki anak didik usia 10 tahun bernama Diana. Wali kelas 3-nya mengeluhkan
dinamika bersekolah Diana kepada anda. Guru wali kelas tersebut mengatakan nilainya
jauh tertinggal dari teman-teman lainnya di kelas. Diana juga kurang baik dalam
mengerjakan pekerjaan rumahnya selama masa PJJ kemarin.. Bahkan pihak wali kelas
mengatakan bahwa ia khawatir dengan tuntutan yang semakin tinggi di kelas 4 di
pelajaran IPA, Bahasa dan IPS yang membutuhkan banyak bacaaan. Diana seringkali
tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan ulangannya menunjukan nilai buruk.
Namun demikian, ketika materi tugas dan ulangan tersebut diulangi secara lisan dan
individual, Diana dapat menjawabnya.

9 | PPG Pra Jabatan 2022


Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ada:

1. Kira-kira bagaimanakah cara melakukan asessmen terhadap keadaan Diana?


2. Jenis asesmen apakah yang akan anda berikan kepada siswa anda tersebut? Jelaskan
pertimbangan anda.
3. Kesimpulan apa yang anda dapat tarik dari asessment yang anda design dan lakukan
tersebut?

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda (bisa dalam bentuk presentasi secara lisan atau gallery
walk/pameran hasil kerja, dll)

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang konsep Assessment : Pengertian, Fungsi,


Tujuan, Jenis, Contoh, , buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang masih
Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau
instruktur tamu.

F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,
Contoh, dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau
dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan. Anda dapat menonton video “Asesmen
Nasional, Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan Nasional” sebagai pemicu aplikasi
asesmen pada pendidikan selama masa pandemi.

(https://www.youtube.com/watch?v=vcg4TEexJuQ)

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis,
Contoh, refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut
ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?

2. Bagian manakah dari konsep Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh,
yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan ketika anda bekerja menjadi
seorang guru (terutama pada masa PJJ)?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Assessment :
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait konsep
Assessment : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh, yaitu kegiatan yang bisa Anda
lakukan ketika mengajarkan secara efektif di kelas Anda.

9 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)
Penyusunan, Evaluasi Dan Refleksi

Durasi 4 Petemuan

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mempraktikkan kemampuan pedagogik dalam proses pembelajaran


2. Menunjukkan kemampuan observasi
3. Menerapkan kemampuan dalam penggunaan strategi pendekatan yang sesuai
4. Menunjukkan kemampuan dalam mengevaluasi proses pembelajaran dan berpikir reflektif
5. Mampu menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang kontekstual (sesuai kebutuhan
peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai kultur budaya, dan kemampuan belajar
peserta didik)
6. Mampu menyajikan program pembelajaran yang telah dilakukan, dievaluasi dan
direfleksikan.

A. Mulai dari Diri

Agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan terarah, seorang guru
perlu melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapan yang biasa dilakukan adalah
merancang dan menyusun lesson plan atau RPP. RPP yang disusun tersebut dapat
digambarkan sebagai penunjuk arah yang membuat pembelajaran dapat terjadi secara
optimal, dengan langkah-langkah yang jelas dan merupakan satu bagian dari kesatuan
cakupan materi pembelajaran yang sudah ditentukan untuk satu periode waktu tertentu.
Cakupan ini biasanya sudah tercantum dalam silabus pelajaran yang dirancang untuk 1
semester, 1 tahuan pelajaran, atau atau bahkan lengkap selama 3 tahun periode
pembelajaran di suatu satuan pembelajaran.

Sebelum membahas materi lebih lanjut, mari kita tonton video berikut “Konsep Dasar
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”, oleh Bapak Haris Budi S

(https://www.youtube.com/watch?v=pswgJTaHL7s).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


Setelah mengamati video “Konsep Dasar RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)”, tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah RPP itu?


2. Apakah lesson plan dan RPP itu sama?
3. Kenapa harus membuat lesson plan?
4. Apa perbedaan antara desain dan perencanaan pembelajaran?

Ketika mempelajari sesuatu, tentunya Anda memiliki ekspektasi tertentu. Tuliskan ekspektasi
Anda setelah mempelajari topik ini.

Setelah Anda mempelajari topik ini saya ingin:


B. Eksplorasi Konsep
1….
Sekarang kita akan mempelajari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2….
/Lesson Planning (RPP), khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi.
3. dst

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Lesson Plan ( RPP )

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

9 | PPG Pra Jabatan 2022


Secara umum RPP dapat didefinisikan sebagai seperangkat rencana pembelajaran yang
memberi arahan bagi guru materi apa saja yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya (Spratt, et al., 2005). Definisi di atas menunjukkan bahwa unsur yang
harus ada dalam suatu lesson plan adalah materi pelajaran yang harus dikuasai dan
bagaimana pembelajaran untuk mencapai materi tersebut akan dirancang, dikelola, dan
dievaluasi keberhasilannya.

Gambar 6. 1 Alur RPP

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan. Rancangan pembelajaran yang baik menyiratkan
dimilikinya dua properties utama (Harmer, 2001), yaitu coherence dan variety.

a. Coherence

Coherence berarti RPP memiliki pola yang logis dan ada keterkaitan antarbagian atau
antarunsur yang membentuk satu kesatuan. Apabila di dalamnya ada, misalnya, tiga
aktivitas yang berbeda-beda, harus ada keterkaitan antara ketiga jenis aktivitas itu.
Setidaknya, masing-masing aktivitas tersebut harus mencapai satu tujuan yang sama.
Apabila tiap aktivitas saling tidak berkaitan, bisa dikatakan bahwa RPP tersebut tidak
koheren.

b. Variety

Variety berarti penggunaan jenis-jenis aktivitas yang berbeda. Suatu drill yang
dilakukan secara monoton dalam keseluruhan cakupan waktu untuk satu

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


pertemuan sudah pasti akan membuat pelajaran menjadi sangat menjemukan. Untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu seringkali diperlukan beberapa aktivitas
berkesinambungan yang nantinya secara bersama-sama akan dapat membantu siswa
memiliki kemampuan yang diinginkan tersebut.

Kedua properties di atas nampak seperti dua hal yang saling bertentangan. Dalam kondisi
ekstrim, RPP yang sangat koheren dapat tidak memenuhi syarat keberagaman, dan
sebaliknya sebuah RPP yang memuat aktivitas yang sangat beragam dapat menjadi
kurang koheren. Harmer (2001) menyarankan untuk dilakukannya suatu kompromi:
‘Plan a lesson that has an internal coherence but which allows students to do
different things’. Kita harus mampu merancang RPP yang memiliki koherensi internal
tanpa menghalangi siswa untuk melakukan berbagai jenis aktivitas yang bervariasi namun
tetap relevan.

2. Mengapa Perlu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson


Plan)?

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson planning merupakan salah satu keterampilan


dasar yang diperlukan oleh seorang guru. Arti pentingnya lesson planning dalam kegiatan
pembelajaran dapat digambarkan sebagai seseorang yang sedang melakukan sebuah
perjalanan. Orang yang melakukan perjalanan itu perlu tahu berbagai hal menyangkut
perjalannya itu: ke mana tujuan perjalannya, berapa lama waktu yang dibutuhkannya, apa
saja yang akan diperlukannya selama perjalanan berlangsung. Secara umum, lesson plan
berfungsi untuk (Graves, 2000) :

a. To give the lesson a framework, an overall shape


b. To remind teachers what they intended to do, especially if they get distracted
or momentarily forget what they had intended.

9 | PPG Pra Jabatan 2022


3. Unsur-unsur Utama dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /
Lesson Plan

Unsur yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / lesson plan dapat bervariasi,
berbeda-beda antarguru, masing-masing menyesuaikan dengan kebutuhannya. Namun,
menurut Harmer (2001), pada dasarnya sebuah RPP perlu mencantumkan beberapa aspek
berikut ini.

a. Who are the students for this activity?


Yaitu deskripsi atau karakteristik kelas dan kelompok belajar yang akan belajar
menggunakan lesson plan tersebut

b. What will it achieve?


Berupa deskripsi tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c. How long will it take?


Berupa pernyataan tentang batasan waktu yang dialokasikan untuk melakukan proses
pembelajaran

d. What might go wrong?


Problem yang mungkin muncul dan antisipasinya

e. What will be needed?


Media yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran

f. How does it work?


Rangkaian kegiatan (procedure) yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007


Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, komponen RPP
adalah:

a. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,


program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


b. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang


menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

c. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.

d. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.

e. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan


dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan Pembelajaran
berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi
dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam
merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah
tujuan atau beberapa tujuan.

9 | PPG Pra Jabatan 2022


f. Materi ajar

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan


pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi
pokok yang ada dalam silabus.

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

g. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.

h. Metode pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan
sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

i. Kegiatan pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah


kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah- langkah kegiatan memuat unsur
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi,
dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model
yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 9


dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran


yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2) b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan


pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul-an,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

j. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk
matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


k. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara
lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens,
dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman
yang diacu.

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mempelajari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning


(RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi, silakan bekerja dalam kelompok
untuk menyelesaikan tugas berikut:

Sebagai tugas UAS, buatlah pameran yang mempresentasikan sebuah program


pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dievaluasi dan direfleksikan pada saat anda
melakukan PPL 1 di sekolah

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah menyelesaikan tugas secara berkelompok, saat ini Anda akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok Anda dalam bentuk pameran hasil kerja. Pameran ini akan dinilai
sebagai nilai UAS anda pada mata kuliah ini.

E. Elaborasi Pemahaman

Guna memperdalam pemahaman Anda tentang Lesson Planning (RPP), Khususnya


Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi, buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep
yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen
atau instruktur tamu.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


F. Koneksi Antar Materi

Buatlah koneksi antar materi tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson


Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi dengan topik lain yang
berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau dengan kegiatan PPL yang
berkaitan.

G. Aksi Nyata

Pada akhir pembelajaran topik tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson


Planning (RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi, refleksikan
pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari konsep Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi?

2. Bagian manakah dari konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning


(RPP), Khususnya Penyusunan, Evaluasi dan Refleksi yang paling menantang untuk
dilakukan saat PPL 1 di sekolah?

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi?

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait materi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / Lesson Planning (RPP), Khususnya Penyusunan,
Evaluasi dan Refleksi selama anda melakukan kegiatan PPL di sekolah. Hal yang harus
dilakukan yaitu : menghasilkan program pembelajaran yang inklusif serta menciptakan
lingkungan belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada anak di kelas dengan
menerapkan strategi pendekatan pembelajaran berdasarkan profil siswa, dengan :

1. Menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang kontekstual (sesuai kebutuhan


peserta didik, sesuai tahap perkembangan, sesuai kultur budaya, dan kemampuan
belajar peserta didik)

1 | PPG Pra Jabatan 2022


2. Menyajikan program pembelajaran yang telah dilakukan, dievaluasi dan
direfleksikan.

H. DAFTAR BACAAN ATAU SUMBER BELAJAR LAIN

https://cft.vanderbilt.edu/guides-sub-pages/grading-student-work/#criteria Aronson

(ed). (2002). Academic achievement: Impacts of psychological


factors on education. New York: Academic Press

Dweck, Carol. (2006). Mindset: The New Psychology of Success, How we


can learn to fulfill our potential. USA : Ballantine Books.

Gilbert, Ian. (2011). Why do I need a teacher when I’ve got google? The
essential guide to the big issues for every twenty-first century teacher.
New York: Routledge

Ireson, Judith. (2008). Learners, learning and educational activity. New York:
Routledge

Harmer, Jeremy. (2001). The Practice of English Language Teaching. Third


edition. Longman Pearson Education Limited.

Hammond, Zaretta. (2015). Culturally responsive teaching and the brain:


Promoting authentic engagement and rigor among culturally and
linguistically diverse students. California: Corwin, Sage Company

Kearns, T & Lee, D. (2015). General Psychology: an Introduction. Georgia:


NOBA Press.

Ormrod, J. E. (2014). Educational Psychology. 7th ed. Boston: Pearson Education,


Inc.

Papalia, D.E., & Martorell, G. (2014). Experience human development (13th


edition). New York: McGraw-Hill

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Paris, Scott G & Ayres, Linda R. (1994). Becoming reflective students and
teachers: With portfolios and authentic assessment. Washington DC:
American Psychological Association

Plotnik, R. (2005). Introduction to Psychology (7th ed). Belmont, CA: Wadsworth


Thomson Learning.

Siegel, D. J. & Bryson, T.P. (2011). The Whole-Brain Child. NY: Bantam Santrock,

J.W. (2011). Educational Psychology. 5th Ed. NY: McGraw-Hill Santrock, J.W.

(2018). Life-Span Development. 17th Ed. NY: McGraw-Hill.

Triling, Bernie & Fadel, Charles. (2009). 21st Century skills: Learning for life
in our times. San Francisco: Jossey-Bass

Ilfiandra. (2011). Program Pengembangan Anak Usia Dini Dalam Perspektif


Developmentally Appropriate Practice. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.
UPI Bandung.
https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/view/1067

Zein, Riwayati. (2015). Implementasi Developmentally Approproate Practice


Pada Kegiatan Bercerita Dalam Pembelajaran Anak TK TK STKIP Adzkia.
Jurnal Pelangi. Padang.
http://dx.doi.org/10.22202/jp.2015.v7i2.197.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


LAMPIRAN

A. Lampiran 1

Tugas Jurnal Refleksi :

Instruksi

Tujuan tugas : Memahami pentingnya melakukan refleksi diri sebagai sarana


mengetahui pemahaman diri sendiri

Uraian tugas :

1. Objek garapan : Refleksi diri

2. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Menuliskan sebuah tulisan


reflektif mengenai pengalaman pribadi selama kegiatan perkuliahan berlangsung.
Untuk dapat mengerjakan tugas ini, mahasiswa akan mendapatkan pertanyaan
reflektif dari dosenterkait aktivitas yang diikuti serta insight yang diperoleh.

3. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan :

a. Tugas dikerjakan secara individu


b. Hasil refleksi dituliskan di dalam jurnal yang sudah disiapkan
c. Setiap pertanyaan harus dijawab dengan jelas sesuai pertanyaan panduan

4. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan / dikerjakan : Tugas ditulis di dalam Jurnal
dan dikumpulkan kepada dosen sesuai jadual yang telah disepakati

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Rubrik Penilaian

Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Penjelasan konsep
yang diberikan
Dapat menjelaskan konsep atau Dapat menjelaskan konsep Menjelaskan dengan kata-
Dapat menjelaskan konsep sepenuhnya berbeda
memberi contoh dengan cara yang yang dipilih dengan pilihan kata kunci yang sama atau
yang dipilih dengan pilihan dengan materi yang
memberikan pemahaman baru kata dan susunan kalimat hampir sama (sinonim) dari
kata dan susunan kalimat dibahas
terhadap materi dan/atau yang berbeda dengan sumber penjelasan di sumber yang
yang berbeda dengan sumber
memberikan literatur tambahan yang digunakan di kelas, digunakan di kelas dan/atau atau
yang digunakan di kelas,
Pemahaman contoh aplikasi materi dalam secara umum tidak susunan kalimat yang
tidak menyimpang dari materi Menggunakan
materi konteks yang baru (dalam arti di menyimpang dari materi yang hampir sama dengan
yang dibahas dan konsep yang tidak
luar pembahasan di kelas; termasuk dibahas (ada sedikit penjelasan di sumber yang
memberikan contoh baru termasuk materi
menggunakan literatur termutakhir pergeseran makna tetapi tidak digunakan di kelas
yang belum pernah diberikan yang dibahas/tidak
dan relevan di luar buku pegangan merusak pemahaman inti
relevan dengan
wajib) materi)
perspektif materi
yang dibahas

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Sama dengan Dapat memberikan


Dapat menunjukkan
kategori baik, tetapi penjelasan yang logis Sama sekali tidak
hubungan yang logis Berusaha menunjukkan
penjelasan yang mengenai hubungan antara dapat menunjukkan
Kualitas antara pengalaman hubungan antara
diberikan memberikan pengalaman pribadi hubungan antara
penjelasan pribadi dengan inti dari pengalaman pribadi
pemahaman baru, dengan keseluruhan dari pengalaman pribadi
hubungan antara materi yang dibahas. dengan materi yang
belum pernah dibahas materi yang dibahas, tidak dengan keseluruhan
konsep dengan Masih dimungkinkan dibahas, tetapi kurang
sebelumnya, atau ada aspek atau elemen materi yang
pengalaman/diri ada aspek atau elemen sesuai dengan inti dari
lebih dalam yang terlewat dan salah. dibahas.
sendiri tertentu dari konsep konsep tersebut
mengenai materi Penjelasan
yang kurang tepat atau
didukung dengan
tidak digunakan

yang dibahas contoh yang tepat pula

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Sama dengan kategori baik, tetapi


penjelasan yang diberikan Dapat menunjukkan

memberikan pemahaman baru, bagaimana

belum pernah dibahas pemahaman (atau Berusaha menunjukkan


Kejelasan Dapat menyebutkan
sebelumnya, atau lebih dalam proses kognitif- proses belajar atau
menjelaskan adanya pemahaman (atau
mengenai materi yang dibahas afektif lainnya) lama pemahaman baru tetapi
adanya proses kognitif- afektif)
berubah menjadi yang hanya menyebutkan hal-
pemahaman baru lama yang digantikan atau
Dan/atau baru. Penjelasan yang hal yang dipelajari dari Sama sekali tidak dapat
terhadap ditambah dengan yang
diberikan membantu sumber yang digunakan menunjukkan proses
pengalaman Penjelasan menunjukkan baru. Hanya menyebutkan
pembaca memahami di kelas; kalaupun ada belajar atau pemahaman
hidup/diri sendiri pemahaman mengenai berbagai saja, dahulu berpikir A,
pengalaman yang sumber baru, sifatnya baru
setelah pemikiran tentang manusia, sekarang ada cara berpikir
dibahas dari dua tidak kredibel
mempelajari menunjukkan kontras antara B
sudut pandang
materi yang perdebatan yang ada (misal: mind
berbeda
dibahas vs. body) atau bagaimana
pandangan yang bertentangan
tersebut direkonsiliasikan

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Skala

Dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Nilai ≥ 85 Nilai 71 s/d 84 Nilai 59 s/d 70 Nilai 45 s/d 58 Nilai ≤ 44

Alur disampaikan dengan Alur sulit dipahami karena

cara yang membantu Pembahasan masih pembahasan tidak konsisten pada


Susunan ide dalam alur jelas
pembaca untuk memahami kurang konsisten tetapi suatu ide: terjadi perpindahan ide
dari awal hingga akhir. Jika Inkonsistensi dalam alur
isi tulisan dengan nyaman, garis besar alur tulisan sebelum selesai dibahas sehingga
ada perpindahan ide yang minimal, alur tulisan dapat
mudah, dan menghasilkan masih bisa dipahami satu paragraf mengandung
tiba- tiba dapat dijustifikasi dipahami dengan sekali
pemahaman yang baik akan dengan pembacaan banyak ide atau banyak paragraf
dengan isi yang ingin membaca
ide-ide dan argumen- berulang tidak selesai.
disampaikan dan tidak
argumen yang disampaikan Kesalahan tata bahasa,
mengganggu pemahaman Masih terdapat Penulisan sulit dipahami karena
Alur dan
diksi, pengetikan
Tata bahasa, diksi, pambaca kesalahan tata bahasa, kalimat tidak disusun mengikuti
penulisan
minimal, dan format
pengetikan, dan format diksi, pengetikan, dan tata bahasa yang benar; pilihan
Tata bahasa, diksi, secara umum rapi dengan
mempermudah pembaca format yang tidak rapi kata tidak tepat atau tidak sesuai
pengetikan, dan format sedikit inkonsistensi. Isi
memahami isi tulisan dan tetapi garis besar isi konteks; banyak kesalahan
dibuat dengan rapi dan tulisan dapat dipahami
membuat pembaca merasa tulisan masih bisa pengetikan; banyak kesalahan
tidak mengganggu dengan sekali membaca
nyaman dengan tulisan dipahami dengan tanda baca; format tulisan tidak
pemahaman pembaca
yang dibuat pembacaan berulang konsisten dan mempersulit
pemahaman isi tulisan

Catatan : nilai akhir: rata-rata nilai dari setiap aspek penilaian (bobot setiap aspek penilaian sama).

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


B. Lampiran 2

UTS Tugas Panduan Observasi dan Melakukan Pengambilan Data Observasi :

Instruksi

Tujuan: Memahami prosedur observasi sesuai dengan teori perkembangan sebagai sarana
mengetahui kondisi peserta didik di lapangan.

Uraian tugas :

1. Obyek garapan : Membuat panduan observasi dan melakukan observasi

2. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Membuat panduan dan


melakukan observasi kepada peserta didik. Untuk dapat mengerjakan tugas ini,
mahasiswa diminta untuk membuat panduan dengan teori perkembangan kognitif,
bahasa, sosio-emosional, dan moral.

3. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan :

a. Tugas dikerjakan secara individu


b. Hasil observasi dituliskan dalam laporan hasil observasi
c. Melampirkan hasil observasi dalam laporan hasil observasi

4. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan / dikerjakan : Tugas ditulis di dalam


Laporan dan dikumpulkan kepada dosen sesuai jadual yang telah disepakati

5. Format laporan:

a. Cover
b. Daftar isi
c. BAB 1. Pendahuluan : Identitas Peserta Didik, Perencanaan Observasi
(Panduan Observasi)
d. BAB 2. Hasil Analisa Data : uraian mengenai hasil observasi
e. BAB 3. Penutup : Kesimpulan
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Rubrik Penilaian:

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Etika observasi kurang


Etika observasi Etika observasi tidak
diperhatikan, informed consent
dipraktekkan dengan Etika observasi dipraktekkan Etika observasi dipraktekkan diperhatikan sama sekali
hanya berisi pernyataan kesediaan
sungguh-sungguh, semua dengan sungguh-sungguh, namun tidak semua unsur yang informed consent hanya
A.Etika partisipan dan tujuan kegiatan
unsur yang ada di informed semua unsur yang ada di ada di informed consent berisi pernyataan
Observasi (5%) observasi tanpa ada unsur lain
consent terpenuhi dan informed consent terpenuhi terpenuhi, dilaporkan secara kesediaan partisipan,
terkait dengan hak-hak partisipan,
dilaporkan dengan detail dilaporkan secara umum umum dilaporkan secara umum
dilaporkan secara umum
saja

Rancangan observasi Rancangan observasi memuat Tujuan observasi tidak


Rancangan observasi memuat
memuat tujuan observasi tujuan observasi yang konkrit, Tujuan observasi kurang konkrit, definisi
tujuan observasi yang konkrit,
yang konkrit, definisi definisi operasional, indikator konkrit, definisi operasional, operasional, indikator
definisi operasional, indikator
operasional, indikator perilaku mengacu pada teori indikator perilaku tidak perilaku tidak mengacu
B. Rancangan & perilaku tidak mengacu teori
perilaku mengacu pada psikologi yang kredibel, mengacu teori psikologi yang teori psikologi yang
Panduan psikologi yang kredibel,
teori psikologi yang panduan observasi memenuhi kredibel, panduan observasi kredibel, panduan
Observasi (20%) panduan observasi memenuhi
kredibel, panduan observasi sebagian besar unsur yang ada memenuhi sebagian kecil unsur observasi tidak
beberapa unsur yang ada dalam
memenuhi semua unsur dalam format tugas yang ada dalam format tugas memenuhi unsur yang ada
format tugas
yang ada dalam format dalam format tugas
tugas secara lengkap
Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Pencatatan observasi
Metode pencatatan Metode pencatatan
tidak sesuai dengan
observasi cocok dengan observasi cocok dengan Metode pencatatan observasi Pencatatan observasi tidak
tujuan observasi,
tujuan observasi, tujuan observasi, prosedur cocok dengan tujuan sesuai dengan tujuan
prosedur pelaksanaan
prosedur pelaksanaan pelaksanaan observasi observasi, prosedur observasi, prosedur
C.Skill observasi kurang detail
observasi ditulis dengan lengkap namun kurang pelaksanaan observasi pelaksanaan observasi kurang
Pengambilan dan kurang lengkap,
detail dan lengkap, dijelaskan dengan detail, kurang detail dan kurang detail dan kurang lengkap,
Data (20%) setting waktu dan
setting waktu dan tempat setting waktu dan tempat lengkap, setting waktu dan setting waktu dan tempat
tempat observasi tidak
observasi digambarkan observasi digambarkan tempat observasi observasi digambarkan
dijelaskan.
dengan jelas dengan jelas digambarkan dengan jelas dengan jelas

Deskripsi data observasi


Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi Deskripsi data observasi
lengkap dan detail, Deskripsi data
lengkap dan detail, lengkap dan detail, lengkap namun kurang detail,
mencantumkan baik data observasi sangat
D. Analisis mencantumkan data yang mencantumkan data yang mencantumkan data yang
mentah maupun data minim, kurang
dan sudah dianalisis namun data sudah dianalisis namun data sudah dianalisis namun data
yang sudah dianalisis. lengkap, tidak detail.
Kesimpulan mentah tidak disertakan. mentah tidak disertakan. mentah tidak disertakan.
Kesimpulan berisi Kesimpulan
(20%) Kesimpulan berisi jawaban Kesimpulan belum Kesimpulan misleading
jawaban atas tujuan misleading terhadap
atas tujuan observasi menjawab jawaban atas dengan tujuan observasi
observasi tujuan observasi
tujuan observasi

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 74 54- 64 < 53

Validitas sesuai dengan Validitas tidak sesuai


Validitas sesuai dengan Validitas sesuai dengan tujuan Validitas tidak sesuai dengan
tujuan observasi, dengan tujuan
tujuan observasi, observasi, penjelasan kurang tujuan observasi, penjelasan
penjelasan diuraikan observasi, tidak ada
penjelasan logis namun logis dan kurang lengkap. kurang logis dan kurang
E.Reliabilitas dengan logis dan penjelasan yang
kurang lengkap lengkap
dan Validitas memadai sama sekali
Observasi
(20%) Rumus dan cara Rumus benar namun cara dan Tidak mengacu rumus
Rumus, cara dan Rumus tidak tepat, cara
perhitungan reliabilitas hasil perhitungan salah dan cara perhitungan
perhitungan reliabilitas perhitungan dan hasil
benar, namun hasil reliabilitas sesaui teori
benar dan tepat perhitungan salah
perhitungan salah Atau sebaliknya yang dipelajari.

Semua unsur laporan Hanya beberapa unsur


Semua unsur laporan tertulis Sebagian besar unsur laporan
tertulis ada, semua Sebagian besar unsur laporan laporan yang ditulisan,
ada, semua bagian diuraikan tertulis ada, semua bagian
bagian dijelaskan tertulis ada, beberapa bagian dengan uraian yang tidak
dengan jelas dan lengkap, diuraikan dengan jelas dan
F. Kelengkapan dengan jelas dan tidak diuraikan dengan jelas dan lengkap dan kurang jelas,
namun prinsip penulisan lengkap, namun prinsip
laporan (5%) lengkap, prinsip lengkap, prinsip penulisan kaidah penulisan Bahasa
Bahasa Indonesia yang baik penulisan Bahasa Indonesia
penulisan Bahasa Bahasa Indonesia yang baik Indonesia tidak
kurang terpenuhi yang baik kurang terpenuhi
Indonesia yang baik kurang terpenuhi terpenuhi.
terpenuhi

Nilai akhir

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


C. Lampiran 3

Partisipasi dan Keterlibatan:

1. Instruksi : Cek masing-masing topik (demonstrasi kontekstual)


2. Rubrik Penilaian :

Tugas Refleksi

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian 85- 100 75- 84 65 – 54- 64 < 53
74

Sebagian anggota Sebagian anggota


Semua anggota membuat kelompok membuat kelompok membuat Anggota kelompok
Semua anggota membuat
refleksi diri baik tentang refleksi diri baik tentang refleksi diri namun hanya hanya menuliskan
refleksi diri baik tentang
teknis pelaksanaan tugas teknis pelaksanaan tugas sekilas membahas teknis bagian ini sebagai
teknis pelaksanaan tugas
Refleksi Diri namun tidak namun tidak pelaksanaan tugas dan formalitas tanpa ada
maupun tentang insight
(10%) mencantumkan insight mencantumkan insight tidak mencantumkan refleksi sama sekali
pribadi dari pengalaman
pribadi dari pengalaman pribadi dari pengalaman insight pribadi dari tentang teknis
mengerjakan tugas.
mengerjakan tugas. mengerjakan tugas. pengalaman mengerjakan pelaksanaan maupun
tugas. insight pribadi.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Tugas Presentasi

Skor
No Komponen
1 2 3 4

1 A. Konten

2 Penguasaan materi

3 Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan konteks

Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi)


4
mendukung presentasi

5 Kemampuan mempertahankan argumen

6 Presentasi

7 Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)

Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif,


8
ketenangan)

9 Berpakaian sopan dan rapi

10 Penggunaan bahasa yang benar

11 Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Sumber : Adaptasi dari performance asessment, Glencoe McGraw-Hill

Rubrik: Skor 4 bila dilakukan dengan sangat baik, Skor 3 jika dilakukan dengan baik,
Skor 2 jika dilakukan dengan cukup, Skor 1 jika tidak dilakukan
D. Lampiran 4

UAS : Pameran Perayaan Akhir Perkuliahan:


Instruksi :

Umum :

a. Mahasiswa diminta untuk membuat suatu pameran perayaan akhir perkuliahan secara
berkelompok.
b. Tugas dikumpulkan sesuai kesepakatan dengan dosen pengampu

Khusus :

a. Saat UAS mahasiswa diminta menyusun sebuah laporan akhir dari kegiatan PPL 1
yang telah dibuat secara berkelompok (3-4 orang)

b. Mahasiswa diminta untuk refleksikan pengalamannya selama melakukan PPL 1,


dengan merangkum pengalamannya dalam bentuk pameran perayaan perkuliahan.
Mahasiswa kemudian diminta menganalisisnya berdasarkan pada teori yang sudah
dipelajari.

c. Hal yang ditampilkan saat pameran :

1) Design hasil asesment yang didesign


2) Hasil asesment profil siswa yang ditangani
3) RPP yang dibuat guna memfasilitasi pembelajaran dengan dikaitkan
karakteristik khas siswa
4) Output yang terjadi di lapangan
5) Hal yang dipelajari dari rangkaian proses ini
6) Tips yang dapat diberikan kepada masyarakat luas jika berhadapan dengan
siswa yang memiliki karakteristik tersebut.

d. Mahasiswa selanjutnya diminta untuk membuat suatu produk kreatif yang dapat
dikonsumsi masyarakat luas secara online yang isinya memberikan masukan/best
practice/tips tentang bagaimana menghadapi situasi tersebut (video, konten IG,
prenzy, dsb). Masukan diharapkan pula dapat dikaitkan kembali dengan teori yang
digunakan. Untuk produk kreatif yang berbentuk video durasi maksimal video adalah
lima menit.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


e. Nilai yang diberikan akan semakin baik apabila kelompok mampu menjelaskan
permasalahan secara mendalam, mampu secara baik mengaitkan permasalahan
dengan konsep teoritik, dan mampu memberikan solusi yang setepat mungkin untuk
dapat menjawab permasalahan.

f. Laporan akhir Pameran Akhir Perkuliahan ini terdiri dari jumlah halaman maksimal
10 lembar, TNR 12, spasi 1,5 (tidak termasuk cover, daftar isi dan daftar pustaka).
Bagian-bagian dari laporan akhir meliputi:

1) Bab I : Latar belakang permasalahan/fenomena yang diamati


2) Bab II : Analisis permasalahan berdasarkan kajian teori
3) Bab III : Output produk yang telah dibuat
4) Bab IV: Kesimpulan dan Saran
5) Daftar Pustaka

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Rubrik Penilaian Uas Hasil Praktek Lapangan

Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Latar belakang yang


Latar belakang yang Latar belakang yang
disampaikan mampu Latar belakang
disampaikan mampu disampaikan cukup
membuat pembaca yang disampaikan kurang
membuat pembaca dapat membuat
memahami dapat Baik latar belakang
memahami pembaca memahami
Latar permasalahan yang membuat pembaca yang diangkat ataupun
permasalahan yang permasalahan yang
belakang terjadi secara memahami permasalahan bukti-bukti yang
terjadi terjadi Hanya sebagian
perma- komprehensif Seluruh yang terjadi disajikan tidak jelas
Sebagian besar detail detail yang disajikan 35%
salahan/- detail yang disajikan Sebagian besar mengarahkan pembaca
yang disajikan dapat dapat memperkuat/-
fenomena dapat memperkuat/- bukti yang disajikan kurang pada fenomena yang
memperkuat/- mendukung
yang diamati mendukung dapat memperkuat/- ingin disasar
mendukung argumentasi mengapa
argumentasi mengapa mendukung argumentasi
argumentasi mengapa fenomena ini ingin
fenomena ini ingin mengapa fenomena ini ingin
fenomena ini ingin diangkat
diangkat diangkatmati
diangkat

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Sebagian besar permasalahan Teori yang dipergunakan Analisis yang diberikan


Seluruh
Seluruh yang dibahas dapat dianalisis kurang relevan untuk sepenuhnya berbeda
permasalahan
Analisis permasalahan dengan baik menggunakan 1 membahas permasalahan dengan teori yang
yang dibahas
perma- yang dibahas teori. Bolah ada sedikit yang disebutkan. dibahas dan tidak
dapat dianalisis
salahan dapat dianalisis kesalahan yang tidak Cukup banyak kesalahan relevan 30%
dengan baik
berdasar- dengan baik mendasar selama tidak analisis yang bersifat dipergunakan/sekedar
menggunakan 1
kan teori menggunakan mengganggu pemahaman mendasar terkait dengan bersifat commonsense
teori
minimal 2 teori analisis secara keseluruhan pemahaman teori

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Memiliki ide/konsep
Memiliki ide/konsep Memiliki ide/konsep Ide/konsep mengenai
yang cukup dapat
yang jelas mengenai yang jelas mengenai rancangan produk yang
dimengerti mengenai
apa yang ingin apa yang ingin ingin dihasilkan kurang Baik ide/konsep
apa yang ingin
dihasilkan baik dihasilkan baik dapat dimengerti, baik yang disampaikan
mengacu kepada mengacu kepada dihasilkan, baik mengacu kepada ataupun konten
fenomena yang fenomena yang mengacu kepada fenomena yang yang akan
dijumpai ataupun dijumpai ataupun fenomena yang dijumpai ataupun hasil dimasukkan ke
Rancangan hasil analisis yang hasil analisis yang dijumpai ataupun hasil analisis yang telah dalam rancangan
produk telah dilakukan telah dilakukan analisis yang telah dilakukan produk tidak jelas
Penjabaran mengenai Sebagian besar dilakukan Hanya Hanya sebagian kecil kontribusinya untuk
hal apa saja/konten penjabaran mengenai sebagian penjabaran penjabaran mengenai menyasar
yang akan hal/konten yang akan mengenai hal/konten hal/konten yang akan fenomena yang
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam yang akan dimasukkan dimasukkan ke dalam dijumpai
produk tersebut juga produk tersebut produk tersebut
ke dalam produk
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
tersebut dilakukan
terperinci terperinci terperinci
secara terperinci

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek
Sangat Baik Baik 71-80 Cukup 63- 70 Kurang 62-55 Sangat kurang Nilai
Penilaian

Alur disampaikan dengan Susunan ide dalam


Alur sulit dipahami karena
cara yang membantu alur jelas dari awal Inkonsistensi dalam Pembahasan masih
pembahasan yang tidak konsisten
pembaca untuk hingga akhir. Jika ada alur minimal, alur kurang konsisten
pada suatu ide. Perpindahan ide
memahami isi tulisan perpindahan ide yang tulisan dapat tetapi garis besar alur
sering terjadi sebelum selesai
dengan nyaman, mudah, terjadi secara tiba- dipahami dengan tulisan masih bisa
dibahas sehinggga dalam satu
dan menghasilkan tiba, dapat sekali membaca dipahami dengan
paragraf mengandung banyak ide
pemahaman yang baik dijustifikasi dengan isi Kesalahan tata pembacaan berulang
atau banyak paragraf tidak selesai.
akan ide-ide dan argumen- yang ingin bahasa, diksi, Masih terdapat
Penulisan sulit dipahami karena
argumen yang disampaikan dan tidak pengetikan kesalahan tata bahasa,
Alur dan kalimat tidak disusun mengikuti
disampaikan mengganggu minimal. Format diksi, pengetikan, dan 5%
penulisan tata bahasa yang benar. Pilihan
Tata bahasa, diksi, pemahaman pembaca secara umum rapi format yang tidak rapi.
kata tidak tepat atau tidak sesuai
pengetikan, dan format Tata bahasa, diksi, walau masih Meskipun demikian
konteks, terdapat banyak
mempermudah pembaca pengetikan, dan format terdapat sedikit garis besar isi tulisan
kesalahan pengetikan/tanda
memahami isi tulisan dan dibuat dengan rapi dan inkonsistensi. Isi masih bisa dipahami
baca/format, sehingga mempersulit
membuat pembaca merasa tidak mengganggu tulisan dapat dengan pembacaan
pemahaman pembaca terhadap isi
nyaman dengan tulisan pemahaman pembaca dipahami dengan berulang
tulisan
yang dibuat sekali membaca

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


RUBRIK PENILAIAN UAS : PAMERAN

Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Tema pada produk yang Tema pada produk Tema pada produk Tema pada produk
Baik tema yang diangkat
diangkat sangat mudah yang dibuat mudah yang dibuat cukup yang dibuat kurang
maupun penjabaran tidak
dipahami. dipahami. mudah dipahami. dapat dipahami.
jelas mengarahkan pembaca
Kejelasan pada apa yang ingin
Seluruh penjabaran Sebagian besar Hanya sebagaian Sebagian besar
tema yang disasar.
dapat memperjelas penjabaran dapat penjabaran dapat penjabaran kurang
disasar
seberapa penting dan memperjelas seberapa memperjelas seberapa memperjelas seberapa

mendesaknya hal ini penting dan penting dan penting dan

untuk dibahas. mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini mendesaknya hal ini
untuk dibahas. untuk dibahas. untuk dibahas.

Sebagian besar Hanya sebagian Hanya sebagian kecil


Literatur/teori yang
Ketepatan teori literatur/teori yang literatur/teori yang literatur/teori yang Literatur sama sekali tidak
dipergunakan relevan
yang dipergunakan relevan dipergunakan relevan dipergunakan relevan relevan dalam penyusunan
dalam penyusunan
dipergunakan dalam penyusunan dalam penyusunan dalam penyusunan konten
konten
konten konten konten

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan


sejalan dengan tema yang sejalan dengan tema yang Produk yang dihasilkan kurang
cukup sejalan dengan
diangkat. diangkat. sejalan dengan tema yang
tema yang diangkat.
diangkat.
Penjabaran dalam konten Produk yang dihasilkan tidak
Ketepatan isi Penjabaran dalam konten Hanya sebagian penjabaran
produk dibuat akurat dan sejalan/relevan dengantema
konten yang produk dibuat akurat dan dalam konten produk yang Sebagian besar penjabaran
mendetail sehingga membuat yang diangkat.
dibuat mendetail meskipun dibuat secara akurat dan dalam konten produk kurang
kelompok sasaran mampu akurat dan kurang mendetail.
mendetail.
memahami gagasan yang ingin terdapat beberapa

disampaikan secara kekurangan minor (yang

komprehensif masih dapat ditoleransi)

Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan tampak


Produk yang dihasilkan atraktif Produk yang dihasilkan Produk yang dihasilkan
cukup atraktif. plain. Tidak ada elemen (seperti
dan menunjukkan orisinalitas. atraktif. Sebagian besar kurang atraktif.
Hanya sebagian elemen teks, gambar, audio, visual, dsb)
Seluruh elemen (seperti teks, elemen (seperti teks, Sebagian besar elemen (seperti
Kreativitas (seperti teks, gambar, audio, yang digunakan untuk
gambar, audio, visual, dsb) gambar, audio, visual, dsb) teks, gambar, audio, visual,
produk yang visual, dsb) digunakan mendukung penyampaian pesan
digunakan secara efektif untuk digunakan secara efektif dsb) digunakan secara kurang
dikembangkan secara efektif untuk mendu- atau penggunaan elemen (seperti
mendukung penyampaian untuk mendukung efektif untuk mendukung
kung penyampaian pesan teks, gambar, audio, visual, dsb)
pesan yang dilakukan. penyampaian pesan yang penyampaian pesan yang
yang dilakukan. tidak tepat.
dilakukan. dilakukan.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian ≥81 71-80 63- 70 62-55 ≥54

Media yang
dipergunakan
Media yang dipilih Media yang
Media yang dipilih kurang sesuai
sesuai untuk dipergunakan tidak
Media yang dipilih sesuai cukup sesuai untuk untuk
menyampaikan sesuai untuk
untuk menyampaikan menyampaikan menyampaikan
pesan. menyampaikan
Kesesuaian pesan. pesan. pesan.
Mayoritas kelompok pesan.
media yang Hanya sebagian
Efektivitas media sasaran dapat Sebagian kelompok
digunakan kecil kelompok Efektivitasnya dalam
menjangkau kelompok terjangkau dengan sasaran dapat
sasaran dapat menjangkau
sasaran tidak diragukan. media tersebut. terjangkau dengan
terjangkau kelompok sasaran
media tersebut.
dengan sangat diragukan.

penggunaan
media tersebut.

1 | PPG Pra Jabatan 2022


Penutup

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Profil Pengembang Modul

Penny Handayani lahir di Jakarta, 26 Desember 1981. Sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, dunia pendidikan sudah menjadi nafas dari keluarga besarnya. Dorongan
untuk dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan mendorongnya mendalami
pendidikan lanjutan pada jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia (2001 -
2005) dan Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia (2006 - 2008). Hal inilah
yang membuatnya akhirnya mendapatkan gelar sebagai Psikolog Pendidikan.

Mengisi waktu luang di antara masa studi S1 dan S2, ybs sempat bekerja menjadi asisten
dosen pada mata kuliah Mata Kuliah Pengembangan Karakter Teringrasi di Universitas
Indonesia. Pada tahun 2009, ia mulai bekerja sebagai dosen tetap pada bagian Psikologi
Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Pada tahun 2011 - 2013,
beliau menjabat sebagai Kepala Bagian Psikologi Pendidikan, dan tahun 2013 - saat ini,
menjabat sebagai Kepala Program Kekhususan Profesi Psikologi Pendidikan di Magister
Profesi Psikologi Program Paskasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Jakarta. Mata kuliah yang diampunya adalah Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan
Anak Spesisal, Pendidikan Berbasis Komunitas, Metode Observasi-Wawancara, Metode
Penelitian Kualitatif, Psikologi Umum, Psikologi Aktualisasi Diri, Psikologi Inklusi,
Monitoring-Evaluasi Program, rancangan Penelitian dan Psikodiagnostik Pendidikan.
Pada saat ini, ia juga aktif sebagai dosen pembimbing pada unit kegiatan mahasiswa
WELCOME (we love counseling and mental health) Fakultas Psikologi UNIKA Atma
Jaya yang banyak melakukan program preventif dan kurasi pada area kesehatan mental.
Pada area penelitian dan publikasi, ybs banyak melakukan kegiatan pada area kesehatan
mental, inklusi, disabilitas, makna hidup, pendidikan karier, bullying dan ketangguhan
keluarga.

Sebagai pengembangan diri, ybs memiiki sertifikasi BNSP sebagai pendamping


kewirausahaan. Ia juga terlibat dalam beberapa kegiatan seperti business mentor dari
Kemenkraf, konselor karier dari Kemenaker, reviewer buku dari Puskurbuk, modul
kurator dari Prakerja, monev evaluator program dari Save the Children, trainer module
dari Tanoto Foundation dll. Selain bekerja sebagai dosen, Penny

1 | PPG Pra Jabatan 2022


juga memiliki sebuah biro pengembangan SDM (Luminosity Training and Consulting),
dengan core bisnis pada area pelatihan, asesmen psikologis, coaching dan counseling.
Sebagai tim product development, ia banyak menghasilkan artikel popular, webinar,
modul pelatihan mengenai pengembangan diri dan kesehatan mental.

Anissa Rizky Andriany lahir di Jakarta, 9 Agustus 1990. Merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Nissa sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu psikologi
khususnya psikologi pendidikan dan anak berkebutuhan khusus sejak menempuh jenjang
S1 di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Setelah menyelesaikan
sekolahnya, Nissa sempat bekerja sebagai Guru pada salah satu sekolah khusus di Jakarta
kemudian melanjutkan pendidikannya pada program Magister Profesi Psikologi
Pendidikan Anak dan Remaja di UNIKA Atmajaya.

Saat ini ia aktif bekerja sebagai seorang psikolog pendidikan pada beberapa biro
psikologi di JABODETABEK. Sebelumnya ia bekerja di Homeschooling Kak Seto,
sebagai Koordinator Psikolog. Ketertarikannya pada bidang pendidikan, anak
berkebutuhan khusus dan anak-anak mendorongnya untuk membuat lembaga psikologi.
Melalui lembaga yang dibuatnya, Nissa aktif memberikan edukasi kepada masyarakat
melalui kegiatan parenting, seminar/webinar, maupun workshop agar lebih peka terkait
proses tumbuh kembang dan juga pembelajaran pada setiap anak.

Selain sebagai psikolog pendidikan, ia juga aktif bekerja sebagai dosen tetap di
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) sejak tahun 2020. Ia
mengampu beberapa matakuliah psikologi dasar seperti: psikologi umum, psikologi
pendidikan, psikodiagnostik, serta matakuliah psikologi pilihan yakni pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Meskipun padat aktivitas kesehariannya, baginya, setiap apa yang
ia lakukan merupakan proses pembelajaran yang baik untuknya maupun sekitarnya.

Pemahaman Peserta Didik & Pembelajarannya | 1


Back Cover

1 | PPG Pra Jabatan 2022

Anda mungkin juga menyukai