Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR

PENGENALAN KAMPUS DAN MOU


DENGAN PERGURUAN TINGGI
A. Konsep Program
“Pendidikan merupakan hak seluruh warga Indonesia dari Sabang hingga Merauke”.
Hal ini sering kita kita dengar sebagai salah satu slogan yang didengungkan oleh
Pemerintah dan aktivis di negara dengan warna bendera Merah Putih ini. Namun
dengan ketimpangan yang cukup signifikan, seperti strata sosial, letak geografis dan
lain-lain, kualitas Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan belum merata di seluruh
daerah, terlebih yang berada di pelosok negeri. Bisa dimaklumi mereka yang berada
jauh dari akses teknologi informasi dan juga terbatasnya saran transportasi yang
memadai menjadi sulit mendapatkan wawasan yang cukup mengenai dunia pendidikan
dan lapangan pekerjaan.

B. Ketentuan Ketentuan yang menjadi dasar pemikiran, pedoman/panduan


pelaksanaan, ataupun petunjuk teknis baik secara langsung maupun tidak langsung
terkait dengan dilaksanakannya kegiatan pelayanan BK di perguruan tinggi antara lain
yaitu :

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dimana dalam UU SiSMAiknas disampaikan pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan
menegaskan bahwa konselor adalah pendidik. Selain itu dalam undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa paradigm pembiasaan yang harus dibangun adalah
pemberian keteladanan, pembangunan kemauan dan pengembangan kreativitas
dalam konteks kehidupan sosial kultural sekolah. Dan Setiap satuan pendidikan
formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
pendidikan, mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan harus menyusun
kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Pada
penerapan KTSP, Guru Bimbingan Konseling di sekolah memberikan pelayanan
Bimbingan dan Konseling dalam memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa
sesuai minat, bakat serta mempertimbangkan tahapan tugas perkembangannya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar isi, standar
proses, standar kompetensi, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian.
3. UU No. 14/2005 Tentang Guru dan dosen.
4. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kulaifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor. Setiap satuan pendidikan wajib mempekerjakan konselor
yang memiliki standar kualifikasi akademik dan kopetensi konselor yang berlaku
secara nasional.
5. Statuta Perguruan Tinggi.
6. Permendiknas N0. 20/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
Bidang Pendidikan.
7. Permendiknas No. 28/2005 tentang BASN-PT.
8. Permendiknas No. 63/2009 tentang Sistem Penjamin Mutu Pendidikan.
9. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
10. Permendiknas No. 184/U/2001 tentang Pedoman Pengawasan-pengendalian
dan pembinaan Program diploma Sarjana dan Pascasarjana.
11. Tridharma Perguruan Tinggi.

C. Jenis-Jenis Program
Berdasarkan segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan
khususnya di Perguruan Tinggi ada lima jenis program layanan yang disusun dan
diselenggarakan dalam pelayanan BK yaitu

1. Program Tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi


seluruh kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas
rombongan belajar pada satuan pendidikan.
2. Program Semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program
tahunan.
3. Program Bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
4. Program Mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program
bulanan.
5. Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian
merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk Satuan Layanan atau
Rencana Program Layanan dan/atau Satuan Kegiatan Pendukung atau Rencana
Kegiatan Pendukung pelayanan bimbingan dan konseling.

Lebih jauh secara khusus dari segi bentuk kegiatan pelayanannya terdapat beberapa
jenis yaitu program pelayanan akademik (PPA), program informasi karir/pekerjaan,
program instrumentasi, dan program layanan masyarakat.
D. Dasar Penyusunan Program

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Bimbingan


Belajar Di SMA
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Maju tidaknya
suatu Negara tergantung pada tingkat pendidikan di Negara tersebut. Semua Negara
akan terus berusaha untuk memajukan pendidikan. Untuk merealisasikan pendidikan
yang berkualitas, maka sekolah harus menyiapkan pendidik yang berkualitas sehingga
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Namun, kegiatan belajar dan mengajar bukanlah
kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi banyak hal yang secara langsung maupun tidak
langsung memiliki keterkaitan dengan kegiatan belajar. Salah satunya adalah kegiatan
bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang besar dalam membantu
siswa untuk pengembangan kepribadiannya bagi peranan siswa di masa yang akan
datang, salah satu peran yang bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
adalah menciptakan kegiatan belajar mengajar bernuansa bimbingan konseling.
Di Sekolah Dasar, kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh Guru bimbingan
dan konseling secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SD. Guru kelas
harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua
materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan
konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36)
mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Guru SMA harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar
setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga
tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Realitas di lapangan, khususnya di SMA menunjukkan bahwa peran guru kelas
dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal
mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga
tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif
bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar di SMA harus di integrasikan dalam
bimbingan dan konseling. Salah satu teknik pelaksanaan bimbingan belajar di SMA
adalah melalui kegiatan belajar mengajar yang bernuansa bimbingan. Prinsip-prinsip
kegiatan belajar mengajar bernuansa bimbingan yang harus diperhatikan antara lain
adalah:
a. menciptakan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan menempatkan siswa
sebagai subyek pengajaran
b. menerima dan memperlakukan siswa sebagai individu yang memiliki harga
diri dan memahami kekurangan, kelebihan serta permasalahannya
c. mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
d. membina hubungan yang dekat dengan semua siswa
e. memahami setiap permasalahan dan hambatan siswa dalam mempelajari
materi pada tiap-tiap bidang studi
f. memberikan bantuan dengan segera pada siswa yang mengalami hambatan
belajar g. membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
h. memberikan umpan balik terhadap evaluasi
i. menggunakan pendekatan pembelajaran PAIKEM
Melibatkan berbagai pihak (walikelas, guru mapel, kepala sekolah dan orangtua)
dalam proses pendidikan dan pembelajaran secara utuh.
Bimbingan dan konseling belajar berupaya memfasilitasi siswa dalam mencapai
tujuan-tujuan belajar secara optimal. Bimbingan belajar juga merupakan usaha
bimbingan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami.
Menurut Nurihsan (2011:15) layanan dan bimbingan konseling belajar
diselenggarakan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan
berbagai macam permasalahan belajar yang ada. Beberapa permasalahan belajar
yang ada diantaranya adalah kebiasaan belajar yang buruk, waktu belajar yang
kurang disiplin, kesulitan membuat catatan, dan lain sebagainya. Kesulitan-kesulitan
itulah yang melatarbelakangi perlunya bimbingan dan konseling belajar di SMA.
Bimbingan belajar merupakan kegiatan bimbingan yang bertujuan agar siswa
mampu mencapai keberhasilan dalam belajar secara optimal. Beberapa strategi
bimbingan belajar dapat digunakan di antaranya adalah kelompok belajar, informasi
cara belajar yang baik dan efisien, cara mengatur jadwal belajar, cara memusatkan
perhatian belajar, dan lain sebagainya. Dengan demikian, bimbingan belajar secara
umum adalah proses pendampingan terhadap siswa dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta perbaikan proses belajarnya.
Pada dasarnya kegiatan bimbingan dan konseling untuk anak-anak memiliki tujuan
agar siswa dapat mengubah perilaku yang dapat memunculkan dampak negative
(Geldarr
& Geldard: 2001:3). Misalnya malas belajar, tidak disiplin, sering membolos, yang
dapat berdampak pada prestasi belajar. Dengan demikian tujuan layanan bimbingan
dan konseling belajar di SMA adalah membantu siswa mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik sehingga dapat mengikuti pelajaran dan menguasai materi
pelajaran dengan baik.
Peranan bimbingan dan konseling belajar di SMA diharapkan semakin meningkat,
melalui para pendidik yaitu guru kelas dan guru pembimbing atau konselor
yang senantiasa dapat bekerja sama, membantu siswa dalam menghadapi
permasalahan dan menghadapi kesulitan dengan memanfaatkan empat fungsi,
empat bidang, tujuh jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling. Sehingga para siswa yang mengalami masalah terentaskan dari
permasalahan yang dihadapi, dan dapat diharapkan dengan peningkatan layanan
tersebut, dapat membantu siswa yang tidak mengalami permasalahan, baik
permasalahan perkembangan maupun permasalahan pembelajaran.
Operasionalisasinya adalah nilai-nilai layanan bimbingan belajar diberikan kepada
siswa di sela-sela atau bahkan bersamaan dengan materi pelajaran.
Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar
mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid
dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan
mencapai perkembangan yang optimal, diantaranya adalah:
1. membantu siswa SMA mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan untuk melanjutkan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
2. mencapai cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau
kelompok anak.
2. menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran.
3. membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
4. menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar di SMA harus di integrasikan dalam
bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan
yang besar dalam membantu siswa untuk pengembangan kepribadiannya bagi
peranan siswa di masa yang akan dating. Salah satu teknik pelaksanaan bimbingan
belajar di SMA adalah melalui kegiatan belajar mengajar yang bernuansa
bimbingan. Operasionalisasinya adalah nilai- nilai layanan bimbingan belajar
diberikan kepada siswa di sela-sela atau bahkan bersamaan dengan materi
pelajaran.
Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Pengenalan
Kampus Perguruan Tinggi
Adapun kedepannya siswa diharapkan mampu masuk ke perguruan tinggi,
maka dari fenomena di atas itulah yang membuat Perguruan Tinggi ataupun duni
Industri seyogiyanya dapat memberikan sosialisasi ataupun pelatihan kepada Siswa
SMA/SMK. Banyak calon lulusan SMA/K/MA yang masih bingung melanjutkan kuliah
atau kerja memasuki dunia kerja atau dunia Industri. Terlebih untuk mereka yang
memiliki keterbatasan ekonomi keluarga dan juga yang berada di pelosok negeri
tentu saja pilihan menjadi agak sulit dan akhirnya memutuskan untuk memasuki
dunia kerja. Namun apapun pilihannya, tidak sedikit siswa SMA/SMK salah memilih
keputusan. Jika kita telusuri tidak sedikit karyawan lulusan SMA/K yang tidak sesuai
antara kemampuan dengan tempat dia bekerja atau tidak sesuai passion-nya dan
begitu pula ketika mereka memilih jurusan kuliah.
Maka dari itulah Perguruan Tinggi memegang peran penting dalam memberikan
edukasi kepada siswa SMA/K. Untuk memaksimalkan perannya, Perguruan Tinggi
sebaiknya menjalin kerjasama yang memberikan benefit / keuntungan kepada
sekolah, khususnya Perguruan Tinggi Swasta dimana keberlangsungan
operasionalnya ditentukan juga oleh jumlah Mahasiswa yang mendaftar. Dengan
Adanya kerjasama, maka Perguruan tinggi dapat melakukan sosialisasi sekaligus
promosi,. Selain itu, pihak sekolah akan sangat senang jika Perguruan Tinggi
memberikan Pelatihan baik kepada siswa, tenaga pendidik (Guru) , tenaga
kependidikan (administrasi dan sejenisnya) dan lain-lain.

Penyusunan program pelayanan BK pada Perguruan Tinggi didasarkan pada


kebutuhan mahasiswa (Need Assessment) yang diperoleh dari aplikasi intrumentasi
dan himpunan data. Artinya keseluruhan program kegiatan pelayanan memang
merupakan suatu pelayanan yang benar-benar menjadi kebutuhan mahasiswa itu
sendiri sehingga relevan untuk dilaksanakan, dasar pertimbangan lain yang perlu
diperhatikan ialah adanya perbedaan (Diferensial) individu, faktor IPOLEKSOSBUD
dan kebijakan lokal, upaya pencapain tujuan pendidikan tinggi, dinamika serta
tuntutan perkembangan individu.
E. Syarat-Syarat Program Kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan
melalui pertimbangan yang matang dan terpadukan dalam program pelayanan
bimbingan konseling yakni :

1. Berdasarkan kebutuhan, bagi pengembangan siswa sesuai dengan kondisi


pribadinya serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan dan kegiatan pendukung serta menjamin dipenuhinya
prinsip dan asas-asas bimbingan konseling. Kelengkapan program ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi
dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu serta dibagi-bagi secara
logis.
4. Terbuka dan luwes, mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaannya tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh
5. Memungkinkan kerjasama, dengan semua pihak yang terkait dalam rangka
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi
kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut, untuk
penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan
keefisienan penyelenggaraan program bimbingan konseling pada umumnya

F. Unsur-Unsur Program BKUnsur-unsur yang ada dalam program pelayanan BK


di perguruan tinggi antara lain memuat kebutuhan sasaran layanan/ kegiatan
pendukung, bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar dan karier), jenis layanan/
kegiatan pendukung, sarana/ prasarana yang dibutuhkan, pelaksana
layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang dilibatkan, volume, waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan layanan, kemungkinan kerjasama dengan pihak lain,
evaluasi serta pengawasan.
G. Materi Program BKMateri yang ada dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan BK
di Perguruan Tinggi mencakup materi-materi yang berkenaan dengan dinamika
perkembangan individu mahasiswa yang termasuk dalam kajian bidang bimbingan
konseling serta berkenaan dengan pengembangan program akademik dan atau
program lain sesuai aspirasi dan kemampuan dirinya, ketentuan yang berlaku, dan
kondisi lingkungan yang ada.
H. Penyusunan ProgramPenyusunan program kegiatan pelayanan BK diawali
dengan kegiatan analisis kebutuhan (Need Assesment) yang kemudian
dikoordinasikan dengan unsur pimpinan perguruan tinggi dan disusun dengan
menetapkan tujuan, sasaran, indikator, rancangan program, pelaksanaan, waktu
pelaksanaan, tempat dan skala prioritas.
I. Sosialisasi ProgramMelalui penyebaran leaflet BK, brosur dan flowchart,
pengisian rubrik surat kabar, penyampaian materi pada kegiatan orientasi
mahasiswa baru, perkuliahan dan rapat-rapat akademik ataupun kegiatan-kegiatan
organisasi kemahasiswaan. J. Tahap-Tahap Pelaksanaan ProgramTahapan dalam
pelaksanaan program pelayanan BK di Perguruan Tinggi mulai dari awal hingga
akhir secara bertahap dapat dibagi kedalam tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap penilaian, tahap analisis hasil, serta tahap tindak lanjut/ arah
kedepan. Setiap tahapan tersebut memiliki karakteristik dan langkah kerja
konkret yang berkesinambungan dengan tahapan berikutnya.
K. Pengawasan Pelaksanaan ProgramPengawasan sebagai bagian dari upaya
controling dalam rangka untuk memastikan terselenggarakannya program pelayanan
BK di Perguruan Tinggi secara baik dan benar dapat dilakukan secara intern yaitu
oleh Pimpinan Perguruan Tinggi, dilakukan secara ekstern yaitu oleh Pengawas
Ditjen DIKTI. Pengawasan ditujukan kepada profesionalitas konselor dalam
melaksanakan program. Hasil pengawasan dianalisis, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti untuk program selanjutnya.
L. Masalah dan Solusi

1.  Permasalahan di lapangan: Dari beberapa informasi yang diperoleh dari


berbagai sumber dan pengalaman yang dimiliki penulis ada beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan konseling
di perguruan tinggi antara lain minimnya ketersediaan konselor di Perguruan
Tinggi, UPBK yang ada saat ini hanya dimiliki Perguruan Tinggi yang memiliki
jurusan/prodi BK, kurangnya perhatian dari unsur pimpinan Perguruan Tinggi,
kurangnya sosialisasi pemanfaatan UPBK pada mahasiswa dan juga civitas
akademik lainnya, anggaran dana dan dasar ketentuan pelaksanan ataupun
teknis yang belum memadai.
2. Solusi: Dari beberapa permasalahan yang ditemukan dilapangan perlu
kiranya dilakukan upaya solusi konkret untuk memecahkannya antara lain
dengan pengadaan tenaga konselor pada perguruan tinggi, optimalisasi
UPBK dan sosialisasi yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan,
pembentukkan dan penetapan anggaran dana serta dasar ketentuan
pelaksanaan maupun teknis yang jelas dan aspiratif mampu mengakomodir
kepentingan warga kampus.

M. Penutup.

            Maka dari itulah Perguruan Tinggi memegang peran penting dalam
memberikan edukasi kepada siswa SMA/K. Untuk memaksimalkan perannya,
Perguruan Tinggi sebaiknya menjalin kerjasama yang memberikan benefit /
keuntungan kepada sekolah, khususnya Perguruan Tinggi Swasta dimana
keberlangsungan operasionalnya ditentukan juga oleh jumlah Mahasiswa yang
mendaftar. Dengan Adanya kerjasama, maka Perguruan tinggi dapat melakukan
sosialisasi sekaligus promosi,. Selain itu, pihak sekolah akan sangat senang jika
Perguruan Tinggi memberikan Pelatihan baik kepada siswa, tenaga pendidik
(Guru) , tenaga kependidikan (administrasi dan sejenisnya) dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai