ANALISIS VARIANS
[PENGUJIAN RERATA TIGA
PEUBAH ATAU LEBIH]
Pertemuan Keduabelas Mata Kuliah Statistik Pendidikan
Learning Partner:
Ahmad Dimyati, M.Pd
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
~Motivation Today~
“Kita yang sekarang adalah hasil dari setiap pilihan yang kita pilih di masa lalu.
Maka, cara terbaik untuk mengubah masa depan adalah dengan memilih pilihan
yang terbaik untuk masa depan yang gemilang ”
PRESENTATION AGENDA
URGENSI ANALISIS VARIANS
1 Memahami Analisis Varians, Jenis Analisis Varians, Desain
Penelitian, dan Asumsi Analisis Varians
2
𝐹 1;𝑛−2 1−𝛼 = 𝑡(𝑛−2)(1−𝛼)
Jika kita menguji hipotesis nol bahwa rata-rata dua buah kelompok
tidak berbeda, teknik ANAVA dan uji-t (uji dua pihak) akan
menghasilkan kesimpulan yang sama; keduanya akan menolak atau
“menerima” hipotesis nol. Lalu bagaimana jika
sampel/populasinya lebih dari dua sampel/populasi?
[A] MEMAHAMI ANAVA
Analisis Varians & Uji-t
Sebagai gambaran singkat, andaikan kita ingin mengetahui apakah ada
perbedaan motivasi belajar siswa yang berasal dari keluarga yang tingkat
ekonominya rendah (miskin), menengah, dan tinggi (kaya). Di sini kita memiliki
tiga perangkat skor motivasi belajar siswa, yaitu perangkat skor motivasi belajar
siswa yang keluarganya tergolong (a) miskin, (b) menengah, dan ( c) kaya. Dari
masing-masing perangkat skor tersebut kita dapatkan rata-rata dan variansinya.
Nah, uji-t pada kasus ini tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan
rata-rata ketiga perangkat skor itu sekaligus.
ത 2
σ𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋)
𝑆2 =
𝑛−1
Pembilang pada rumus variansi tidak lain adalah jumlah kuadrat skor
simpangan dari rata-ratanya. Istilah jumlah kuadrat skor simpangan ini sering
disederhanakan dan disebut jumlah kuadrat (JK) atau sum of square (SS) saja.
Jika jumlah kuadrat tersebut dibagi dengan n atau n – 1 maka akan diperoleh
rata-rata jumlah kuadrat (RJK) atau mean of squares (MS) yang tidak lain
adalah variansi suatu distribusi.
Dalam satu kelompok sampel hanya terdapat satu variabilitas, yaitu variabilitas
dalam kelompok, yang satuan ukurannya disebut simpangan baku dan variansi
itu sendiri merupakan simpangan baku kuadrat. Jika kelompok sampel terdiri
dari tiga atau lebih, di samping terdapat rata-rata hitung tiap kelompok
yang jumlahnya juga tiga buah, juga dapat dihitung rata-rata hitung dari
seluruh kelompok. Yang pertama disebut rata-rata hitung dalam
kelompok (𝑿 ഥ 𝒌 ) , sedangkan yang kedua rata-rata hitung total (𝑿
ഥ 𝒕 ).
[B] PEMAHAMAN INTUITIF
Variabilitas rata-rata hitung dapat ditemukan pada tiap kelompok dan seluruh
kelompok. Variabilitas tiap kelompok tersusun dari simpangan skor-skor
ത dan jika ada
individual dengan rata-rata hitungnya. Jadi, ia merupakan (𝑋𝑖 − 𝑋),
tiga kelompok berarti ada (𝑋 − 𝑋ത1 ), (𝑋 − 𝑋ത2 ), dan (𝑋 − 𝑋ത3 ). Hal inilah yang
kemudian disebut sebagai simpangan dalam kelompok atau variabilitas dalam
kelompok.
Jadi, sampai di sini kita mengenal tiga istilah yang merupakan tiga sumber
variasi, yaitu (1) variabilitas dalam kelompok (variability within the groups)
yang merupakan variabilitas yang terdapat dalam tiap kelompok, (2)
variabilitas antarkelompok (variability between the groups) yang
merupakan simpangan dari rata-rata hitung kelompok dengan rata-rata
keseluruhan dan (3) variabilitas total yang merupakan jumlah dari
variabilitas dalam kelompok dengan variabilitas antar kelompok. Ketiga hal
tersebut merupakan istilah-istilah kunci dalam ANAVA.
[B] PEMAHAMAN INTUITIF
Perhitungan-perhitungan dalam analisis varians berkaitan dengan bilangan-
bilangan kuadrat, yaitu jumlah-jumlah kuadrat (JK) atau sum of square (SS) dan
rata-rata jumlah kuadrat (RJK) atau mean of squares (MS). Dengan demikian,
ketiga macam sumber variabilitas sebelumnya akan mempunyai tiga macam
jumlah kuadrat, yaitu jumlah kuadrat dalam kelompok (sum of square within)
disingkat JKD (SSW), jumlah kuadrat antarkelompok (sum of square between)
disingkat JKA (SSB) dan jumlah kuadrat total (sum of square total) disingkat JKT
(SST)
Selain itu, perlu dikemukakan bahwa untuk keperluan analisis ini istilah varians
atau variabilitas kuadrat, baik dalam kelompok maupun antar kelompok, akan
disebut sebagai rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok (RJKD) atau mean of
square within groups (MSW) dan rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJKA)
atau mean of square between groups (MSB)
𝑀𝑆𝐵
𝐹=
𝑀𝑆𝑊
Uji analisis varians dilakukan untuk mendapatkan nilai Fhitung dengan cara
membandingkan antara rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJKA) atau
mean of square between groups (MSB) dengan rata-rata jumlah kuadrat dalam
kelompok (RJKD) atau mean of square within groups (MSW). Tapi sebelum
menghitung MSB dan MSW terlebih dahulu harus dihitung SSB, SSW, & SST .
[D] JENIS ANALISIS VARIANS
Sesuatu yang akan diuji signifikansi perbedaan rata-rata hitungnya dengan
analisis varians yang sering disebut sebagai klasifikasi dapat hanya mencakup
satu klasifikasi, dua klasifikasi, atau lebih dari dua klasifikasi, tergantung dari
tujuan penelitian yang dilakukan.
Rata-rata hitung dari sejumlah kelompok sampel yang akan diuji signifikansi
perbedaannya dengan analisis varians, dapat berasal dari penelitian ex post
facto & eksperimental. Dalam penelitian ex post facto, data sudah terdapat di
dalam kelompok subjek yang diteliti dan bukan merupakan hasil dari suatu
perlakuan khusus yang sengaja dilakukan.
[E] ASUMSI ANALISIS VARIANS
Hasil perhitungan analisis varians yang digunakan untuk menguji hipotesis
tentang signifikansi perbedaan rata-rata hitung dapat dimanfaatkan dan
digeneralisasikan jika ia memenuhi beberapa asumsi dasar (uji persyaratan):
Pusat perhatan ANAVA adalah pada perbandingan (rasio) antara variasi yang
bersumber dari perbedaan antar kelompok dengan variasi yang bersumber dari
perbedaan subjek di dalam kelompok. Berikut langkah-langkah dan rumus-
rumus perhitungan dalam ANAVA satu jalur:
ATAU:
𝑵
(σ𝑵
𝒊=𝟏 𝒀𝒊𝒋 )
𝟐
𝑺𝑺𝑻 = 𝒀𝒊𝒋𝟐 −
𝑵
𝒊=𝟏
[B] LANGKAH-LANGKAH
PERHITUNGAN DALAM ANAVA SATU JALUR
𝒌 𝒋 𝒏
(σ𝒋=𝟏 𝒀𝒊𝒋)𝟐 (σ𝑵
𝒊=𝟏 𝒀𝒊𝒋 )
𝟐
𝑺𝑺𝑩 = −
𝒏𝑱 𝑵
𝒋=𝟏
ATAU:
𝑵 𝒌 𝒏𝒋
(σ𝒋=𝟏 𝒀𝒊𝒋)𝟐
𝑺𝑺𝑾 = 𝒀𝒊𝒋𝟐 −
𝒏𝒋
𝒋=𝟏 𝒋=𝟏
ATAU:
𝑺𝑺𝑾
𝑴𝑺𝑾 =
𝑵−𝒌
Rata-rata Jumlah Kuadrat Antar kelompok (RJKA) atau MSB:
𝑺𝑺𝑩
𝑴𝑺𝑩 =
(𝒌 − 𝟏)
𝑴𝑺𝑩
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =
𝑴𝑺𝑾
08 KESIMPULAN
Jika 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 < 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 berarti tidak ada perbedaan antara rata-rata
hitung sampel, dan Jika 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 > 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 berarti ada perbedaan antara
rata-rata hitung sampel.
[B] LANGKAH-LANGKAH
PERHITUNGAN DALAM ANAVA SATU JALUR
𝒌 𝒏𝒋 𝟐
(σ𝒋=𝟏 𝒀𝒊𝒋 )𝟐 σ𝑵
𝒊=𝟏 𝒀𝒊𝒋 PERHITUNGAN RATA-RATA HITUNG JUMLAH KUADRAT
𝑺𝑺𝑩 =
𝒏𝒋
−
𝑵
06
𝒋=𝟏 Rata-rata Jumlah Kuadrat Dalam kelompok (RJKD) atau MSW :
𝟏𝟗𝟓 𝟐 𝟏𝟗𝟏 𝟏𝟓𝟐 𝟐 𝟐
𝟑𝟒 + 𝟐𝟔 + 𝟑𝟑 + ⋯ + 𝟐𝟐 𝟐
= ++ − 𝑺𝑺𝑾 𝟏𝟓𝟗, 𝟔𝟕 𝟏𝟓𝟗, 𝟔𝟕
𝟔 𝟔 𝟔 𝟏𝟖 𝑴𝑺𝑾 = = = = 𝟏𝟎, 𝟔𝟒
𝟗𝟕𝟔𝟏𝟎 𝟐𝟖𝟗𝟒𝟒𝟒 𝑵 − 𝒌 𝟏𝟖 − 𝟑 𝟏𝟓
= − = 𝟏𝟔𝟐𝟔𝟖, 𝟑𝟑 − 𝟏𝟔𝟎𝟖𝟎, 𝟐𝟐 = 𝟏𝟖𝟖, 𝟏𝟏
𝟔 𝟏𝟖
Rata-rata Jumlah Kuadrat Antar kelompok (RJKA) atau MSB:
𝑺𝑺𝑩 𝟏𝟖𝟖, 𝟏𝟏
𝑴𝑺𝑩 = = = 𝟗𝟒, 𝟎𝟔
(𝒌 − 𝟏) 𝟑−𝟏
CONTOH PERHITUNGAN
1 1
𝑀𝑑𝑖𝑗 = (𝑘 − 1)(𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 )𝑀𝑆𝑊 +
𝑛𝑖 𝑛𝑗
Di mana:
𝑀𝑑𝑖𝑗 = nilai kritis mean diffrence
𝑘 =jumlah kelompok
𝑀𝑆𝑊 = Rata-rata Jumlah Kuadrat Dalam kelompok
[B] POST HOC TEST
DENGAN UJI SCHEFFE
Untuk menguji rata-rata skor motivasi belajar siswa di antara ketiga model PERHITUNGAN UJI SCHEFFE:
AMT tersebut digunakan uji perbandingan berganda (multiple 03 Sedangkan nilai perbedaan rata-rata (mean diffrence), dapat dilihat pada
comparison). Terdapat beberapa uji perbandingan berganda yang dapat
tabel berikut.
digunakan sebagai uji lanjut dengan uji Scheffe:
Mean n ഥ𝟏 − 𝒀
Perbedaan Mean 𝒀 ഥ𝟐
MERUMUSKAN HIPOTESIS UJI
01 Hipotesis statistiknya:
ഥ 𝟏 = 𝟑𝟐, 𝟓
𝒀 ഥ 𝟐 = 𝟑𝟏, 𝟖𝟑
𝒀 ഥ 𝟑 = 𝟐𝟓, 𝟑𝟑
𝒀
ഥ 𝟏 = 𝟑𝟐, 𝟓
𝒀 6 0 0,67 7,17
(a) 𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 (b) 𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇3 (c) 𝐻𝑜 : 𝜇2 = 𝜇3
𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2 𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇3 𝐻1 : 𝜇2 > 𝜇3 ഥ 𝟐 = 𝟑𝟏, 𝟖𝟑
𝒀 6 0 6,5
ഥ 𝟑 = 𝟐𝟓, 𝟑𝟑
𝒀 6 0
PERHITUNGAN UJI SCHEFFE
ഥ𝒊 − 𝒀
Kriteria: jika nilai 𝒀 ഥ 𝒋 > 𝑀𝑑𝑖𝑗 maka 𝐻𝑜 ditolak. Dan jika nilai
02 Pada perhitungan ANAVA sebelumnya𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 pada taraf signifikansi
𝛼 = 1% = 0,01 dengan derajat kebebasan 𝑑𝑘1 = 2 dan 𝑑𝑘2 = 15 ഥ𝒊 − 𝒀
𝒀 ഥ 𝒋 < 𝑀𝑑𝑖𝑗 maka 𝐻𝑜 diterima.
adalah 𝑭(𝟎,𝟗𝟗)(𝟐;𝟏𝟓) = 𝟔, 𝟑𝟔. Maka kita peroleh nilai kritis Md (mean
KESIMPULAN:
difference): a) Karena nilai 𝒀ഥ𝟏 − 𝒀ഥ 𝟐 = 𝟎, 𝟔𝟕 < 𝑀𝑑12 = 6,72, maka kita terima 𝐻𝑜 . Dengan
04 demikian, rata-rata skor motivasi belajar siswa model AMT A sama dengan
1 1 2 rata-rata skor motivasi belajar siswa model AMT B.
𝑀𝑑12 = (3 − 1)(6,36)(10,64) + = (2)(6,36)(10,64) = 6,72
6 6 6 b) Karena nilai 𝒀ഥ𝟏 − 𝒀
ഥ 𝟑 = 𝟕, 𝟏𝟕 > 𝑀𝑑13 = 6,72, maka kita tolak 𝐻𝑜 . Dengan
demikian, rata-rata skor motivasi belajar siswa model AMT A lebih tinggi
dengan rata-rata skor motivasi belajar siswa model AMT C.
1 1 2
𝑀𝑑13 = (3 − 1)(6,36)(10,64) + = (2)(6,36)(10,64) = 6,72 c) Karena nilai 𝒀ഥ𝟐 − 𝒀
ഥ 𝟑 = 𝟔, 𝟓 < 𝑀𝑑23 = 6,72, maka kita terima 𝐻𝑜 . Dengan
6 6 6
demikian, tidak ada perbedaan antara rata-rata skor motivasi belajar siswa
model AMT B dengan rata-rata skor motivasi belajar siswa model AMT C.
1 1 2
𝑀𝑑23 = (3 − 1)(6,36)(10,64) + = (2)(6,36)(10,64) = 6,72
6 6 6
[B] POST HOC TEST
DENGAN UJI-T DUNNET
Karena dari uji dengan teknik analisis ANAVA satu jalur diperoleh hasil terdapat
perbedaan, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan statistika uji-t Dunnet,
dengan rumus sebagai berikut.
ത𝒊 − 𝒀
𝒀 ത𝒋
𝑡𝑜 (𝐴𝑖 − 𝐴𝑗 ) =
1 1
𝑀𝑆𝑊 +
𝑛𝑖 𝑛𝑗
Di mana:
𝑡𝑜 = 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
ഥ 𝒊 = rata-rata variabel Y kelompok ke-i
𝒀
ഥ 𝒋 = rata-rata variabel Y kelompok ke-j
𝒀
𝑛𝑖 = ukuran sampel kelompok ke-i
𝑛𝑗 = ukuran sampel kelompok ke-j
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 𝛼; 𝑁 − 𝑘
[B] POST HOC TEST
DENGAN UJI-t DUNNET
Untuk menguji rata-rata skor motivasi belajar siswa di antara ketiga model PERHITUNGAN UJI-t DUNNET
AMT tersebut digunakan uji perbandingan berganda (multiple 03 b) Perbedaan motivasi belajar siswa dengan model AMT A dan model
comparison). Terdapat beberapa uji perbandingan berganda yang dapat
AMT C ∶
digunakan sebagai uji lanjut dengan uji-t Dunnet: ഥ𝟏 − 𝒀
ഥ𝟑
𝒀 𝟑𝟐, 𝟓 − 𝟐𝟓, 𝟑𝟑 7,17 7,17
𝑡𝑜 𝐴1 − 𝐴3 = = = = = 3,81
MERUMUSKAN HIPOTESIS UJI 1 1 1 1 3,55 1,88
01 𝑀𝑆𝑊 𝑛 + 𝑛 10,64 6 + 6
Hipotesis statistiknya: 1 3
Kesimpulan:
(a) 𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 (b) 𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇3 (c) 𝐻𝑜 : 𝜇2 = 𝜇3
𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2 𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇3 𝐻1 : 𝜇2 > 𝜇3 Karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,81 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,602, maka 𝐻𝑜 ditolak. Maka kita
dapat simpulkan bahwa motivasi belajar siswa dengan model AMT A
PERHITUNGAN UJI-t DUNNET lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa dengan model AMT B.
02 Menentukan harga ttabel berdasarkan derajat kebebasan (dk) yaitu
𝑑𝑘 = 𝑁 − 𝑘 = 18 − 3 = 15 dan 𝛼 = 0,01 , yaitu 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡(0,05;15) = c) Perbedaan motivasi belajar siswa dengan model AMT B dan model
2,602. AMT C ∶
ഥ𝟐 − 𝒀
𝒀 ഥ𝟑 𝟑𝟏, 𝟖𝟑 − 𝟐𝟓, 𝟑𝟑 6,5 6,5
𝑡𝑜 𝐴2 − 𝐴3 = = = = = 3,46
a) Perbedaan motivasi belajar siswa dengan model AMT A dan 1 1 1 1 3,55 1,88
model AMT B ∶ 𝑀𝑆𝑊 𝑛 + 𝑛 10,64 +
2 3 6 6
ഥ𝟏 − 𝒀
𝒀 ഥ𝟐 𝟑𝟐, 𝟓 − 𝟑𝟏, 𝟖𝟑 0,67 0,67 Kesimpulan:
𝑡𝑜 𝐴1 − 𝐴2 = = = = = 0,36
1 1 1 1 3,55 1,88
𝑀𝑆𝑊 + 10,64 6 + 6 Karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,46 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,602, maka 𝐻𝑜 ditolak. Maka kita
𝑛1 𝑛2
Kesimpulan: dapat simpulkan bahwa motivasi belajar siswa dengan model AMT B
lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa dengan model AMT C.
Karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,36 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,602 , maka 𝐻𝑜 diterima.
Maka kita dapat simpulkan bahwa tidak dapat perbedaan motivasi
belajar siswa dengan model AMT A dan model AMT B.
TUGAS MANDIRI 10
Efektivitas tiga metode pembelajaran, yaitu metode Inquiri (A), metode penemuan terbimbing
(B) dan metode Drill ( C) terlihat dari hasil belajar ke tiga kelompok setelah diberi metode
tersebut selama tiga bulan. Hasil belajar siswa setelah metode pembelajaran
diimplementasikan disajikan sebagai berikut.
Lakukan pengujian hipotesis secara statistik pada 𝛼 = 0,05 apakah terdapat perbedaan hasil
belajar antara siswa yang diajar dengan metode Inquiri, metode penemuan terbimbing dan
metode Drill? Jika harga F signifikan, teruskan uji post hoc dan jelaskan hasilnya!
TERIMA KASIH
Semoga Allah mudahkan dalam
mempelajari dan memahami materi
perkuliahan ini