Anda di halaman 1dari 19

Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA)

A. Memahami ANOVA

Analysis of variance (ANOVA) atau Analisis Variansi (ANAVA) adalah tehnik statistik
yang dikembangkan dan diperkenalkan pertama kali oleh Sir. R. A. Fisher. ANOVA dapat dipahami
sebagai perluasan dari uji-t yang penggunaannya tidak terbatas kepada pengujian perbedaan dua buah
rata-rata populasi, namun dapat juga untuk menguji perbedaan tiga buah rata-rata populasi atau lebih
sekaligus.

Sebagai gambaran misalkan kita ingin mengetahui apakah ada perbedaan motivasi belajar
Matematika siswa yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah (miskin), menengah,
dan tinggi (kaya). Untuk dapat melaksanakan maksud ini, kita memiliki tiga perangkat skor motivasi
belajar siswa, yaitu skor motivasi belajar yang tergolong miskin, menengah, dan kaya yang
diandaikan reratanya berturut-turut ̅ ̅ ̅ Tujuan kita yaitu ingin menguji perbedaan rata-rata
pada tahap probabilitas (keberartian) tertentu. Apakah ̅ ̅ ̅ ̅
̅ ̅ Seperti yang sudah diketahui bahwa Uji-t yang dibahas sebelumnya tidak
dapat digunakan untuk menguji perbedaan dari rata-rata ketiga perangkat itu secara sekaligus tetapi
hanya dapat diatasi dengan cara melakukan sejumlah pengujian perbedaan rata-rata secara berulang-
ulang.

Cara seperti di atas memang tampak logis, hanya saja penggunaan uji-t secara berulang-ulang
dapat menjerumuskan peneliti melalui peningkatan risiko kekeliruan Tipe I (menolak hipotesis yang
benar) yang tidak terkontrol (Furqon,2011:199), dengan kata lain akan memperluas daerah kekeliruan
tipe I (tahap keberartian . Misalnya kita ingin melakukan sejumlah uji-t dengan tingkat keyakinan
95% dengan masing-masing , maka kita akan menghadapi masalah bahwa peluang atas
risiko kekeliruan tipe I pada penelitian secara keseluruhan lebih besar dari 0,05. Jika kita melakukan
tiga kali uji-t secara independent, maka peluang untuk tidak tidak terlibat kekeliruan tipe I atas
seluruh keputusan yang dilakukan adalah (0,95)3 = 0,8574 atau sekitar 86%. Sehingga peluang atas
kekeliruan tipe I dari penelitian itu adalah sekitar 14% dan bukan 5% seperti yang diharapkan. Oleh
karena ketidakjelasan konsekuensi pelanggaran terhadap besarnya peluang kekeliruan tipe I pada
pengujian hipotesis dengan uji-t secara berulang untuk melihat adanya perbedaan dua buah rata-rata,
maka pengujiannya diganti dengan ANOVA.

1|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Kunci untuk dapat memahami ANOVA terdapat pada Istilah analisis variansi itu sendiri.
ANOVA digunakan untuk menguji sejumlah rata-rata populasi dengan cara membandingkan
variansinya. Pada dasarnya Anov dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Beberapa kelompok yang dihadapi merupakan pembagian dari satu independent variabel
(variabel bebas). Kondisi ini yang sering disebut dengan single factor experiment (analisis
variance satu arah).

2. Beberapa kelompok yang dihadapi merupakan pembagian dari beberapa independent variabel
(variabel bebas). Kondisi ini yang sering disebut dengan two factor exsperiment (analisis variance
dua arah).

Konsep yang mendasari ANOVA ialah variansi total dari nilai-nilai (skor-skor) itu dapat
ditumpukan kepada dua buah sumber. Yang pertama adalah variansi inter kelompok yaitu variansi
kekeliruan. Dengan kata lain, ANOVA itu dipergunakan untuk melihat apakah ada perbedaan antara
dua buah rata-rata atau lebih yang mungkin timbul dari hanya kekeliruan pemilihan sampel. Yang
kedua adalah variansi antar kelompok, yaitu variansi yang disebabkan oleh adanya perlakuan. Dalam
bahasa ANOVA, variansi inter kelompok merupakan istilah dari rata-rata jumlah kuadrat dalam
kelompok (RJKD) atau mean of squares within groups (MSW) dan variansi antar kelompok merupakan
istilah dari rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJKA) atau mean of squares between groups
(MSB).

Dari sini kita memiliki dua ukuran statistik, yaitu MSB atau RJKA dan MSW atau RJKD (rata-
rata variansi sampel), yang masing-masing merupakan penaksir yang tidak bias bagi variansi
populasi. Oleh karena itu, jika seluruh sampel diambil secara acak dari populasi yang sama, maka

MSB = MSW atau RJKA = RJKD

Sehingga

ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis nol tentang perbedaan dua buah rata-rata atau
lebih. Secara formal hipotesis tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

o
o

2|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Dalam menguji hipotesis nol tersebut, ANOVA melakukan perbandingan antara variansi
antar kelompok (MSB) dengan variansi dalam kelompok (MSW), yaitu jika nilai Fhitung ≤ Fkritis maka Ho
diterima artinya kedua variansi itu sama maka seluruh sampel yang dianalisis berasal dari populasi
yang sama , sehingga kita tidak memiliki dasar untuk menolak hipotesis nol. Namun, apabila Fhitung >
FKritis maka Ho di tolak artinya ada nilai rata-rata yang jauh berbeda dengan nilai rata-rata sampel
lainnya.
B. UJI ANOVA SATU ARAH
Jika kita mempunyai dua rata-rata dari populasi yang sedang dikaji, maka pengujian hipotesis
dapat menggunakan distribusi normal (Z) dan distribusi student (t), baik pengujian rata-rata (satu rata-
rata dan beda dua rata-rata) ataupun pengujian proporsi (satu proporsi dan beda dua proporsi). Untuk
pengujian hipotesis beda tiga rata-rata atau lebih, seperti yang dijabarkan sebelumnya maka digunakan
distribusi F dengan teknik ANOVA.

Pengujian hipotesis beda tiga rata-rata atau lebih dengan teknik ANOVA dapat dibedakan
atas tiga jenis, yaitu pengujian ANOVA satu arah, ANOVA dua arah tanpa interaksi, dan ANOVA
dua arah dengan interaksi. Pada kesempatan kali ini, pembahasan materi akan lebih fokus kepada uji
ANOVA satu arah.
Uji ANOVA satu arah merupakan pengujian hipotesis beda tiga rata-rata atau lebih dengan
satu faktor (peubah bebas) yang berpengaruh. Misalnya, peubah jenis kelamin terdiri hanya atas dua
kategori (laki-laki dan wanita).

Adapun langkah-langkah uji anova satu arah adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Formulasi Hipotesis


H0 = µ1 = µ2 = µ3 = . . . = µk
H1 = tidak semua populasi memiliki rata-rata hitung (mean) yang sama
2. Menentukan taraf nyata (α) beserta Fkritis
Taraf nyata (α) ditentukan dengan derajat pembilang (v1) dan derajat penyebut (v2).
Dengan:
 v1 = k-1 dan
 v2 = k(n-1)
 serta Fα(v1;v2) = . . .

3. Menentukan kriteria Pengujian


Ho diterima apabila Fhitung ≤ Fα(v1;v2)
Ho di tolak apabila Fhitung > Fα(v1;v2)

3|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

4. Membuat analisis variansnya dalam bentuk tabel ANOVA


Sumber varians Jumlah kuadrat Derajat bebas Rata-rata kuadrat Fhitung
Antar kelompok SSB k-1
(between)

Dalam kelompok SSW k(n-1)


(within)
Total SST nk-1

Untuk ukuran sampel (n) yang sama banyak, maka :

∑ ∑ Dengan :

 k = kolom

SSW = SST – SSB  n= baris

Sedangkan untuk sampel n berbeda (tidak sama banyak), maka :

Sumber varians Jumlah kuadrat Derajat bebas Rata-rata kuadrat Fhitung


Antar Kelompok SSB k-1
(between)

Dalam Kelompok
SSW N-k
(within)
Total SST N-1

SST ∑ ∑


SSB

SSW = SST – SSB

4|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Untuk menentukan harga-harga yang diperlukan dalam ANOVA baik untuk sampel yang jumlah
data (n) sampelnya sama atau berbeda dapat juga menggunakan rumus seperti di bawah ini.

a. Jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD) atau SSW , yaitu:


ni

N k
(Yij )2
SSW  Yij2   j 1

j 1 j 1 ni
b. Jumlah kuadrat antar kelompok (JKA) atau SSB , yaitu:
ni ni

k
(Yij )2 (Yij )2
SSB   i 1
 i 1

j 1 nj N
c. Jumlah kuadrat total (JKT) atau SST , yaitu:
N

N
(Yij )2
SST  Yij2  i 1

j 1 N

5. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan Ho diterima atau di tolak dengan membandingkan antara langkah ke-4
dengan kriteria pengujian pada langkah ke-3.

Contoh :
Misalkan diketahui hasil belajar Matematika siswa yang belajar dengan 5 model
pembelajaran yang berbeda A, B, C, D, dan E sebagai berikut:

Model pembelajaran
A B C D E
5 9 3 2 7
4 7 5 3 6
8 8 2 4 9
6 6 3 1 4
3 9 7 4 7
Jumlah 26 39 20 14 33

5|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Ujilah dengan taraf nyata 5%, apakah hasil belajar Matematika siswa pada setiap kelompok
tersebut tidak berbeda !
Penyelesaian :
1. Formulasi Hipotesis statistik
Ho = µ1 = µ2 = µ3 = µ4 = µ5
H1 = sekurang-kurangnya ada dua rata-rata tidak sama
2. Taraf nyata (α) dan nilai F tabel :
α = 5% = 0,05 dengan
v1 = 5-1 = 4
v2 = 5(5-1) = 20
F0,05(4;20) = 2,87
3. Kriteria pengujian :
Ho diterima apabila Fhitung ≤ 2,87
Ho di tolak apabila Fhitung > 2,87
4. Analisis varians :
n=5 k=5
n1 = 5 n2 = 5 n3 = 5 n4 = 5 n5 = 5 N = 25
T1 = 26 T2 = 39 T3 = 20 T4 = 14 T5 = 33 T.. = 132

SST = 52 + 42 + . . . + 72 - 137,04

SSB =

SSW = 137,04 – 79,44 = 57,6


Tabel ANOVA
Sumber Varians SS Df MS Fhitung
Antar kelompok 79,44 4 19,86
(Between) 6,90

Dalam kelompok
57,6 20 2,88
(within)
Total 137,04 24

6|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

5. Kesimpulan
Pada tahap keberartian dengan derajat kebebasan 4 x 20 (0,95 F 4,20 ) Karena Fhitung = 6,90
lebih besar dari Fkritis, maka Ho ditolak. Jadi, rata-rata hasil belajar Matematika siswa tidak sama
untuk kelima model pembelajaran tersebut.

Pengujian dengan SPSS 19


Sebelum melanjutkan uji ANOVA perlu diingat bahwa salah satu asumsi dari uji ANOVA adalah
variansnya sama. Dari tabel Test of Homegeneity of Variances di bawah ini:

Test of Homogeneity of Variances


Hasil Belajar Matematika

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.394 4 20 .810

Terlihat bahwa hasil uji menunjukan bahwa varians kelima kelompok tersebut sama (P-value =
0,810) karena nilai sig. > 0,05, sehingga uji ANOVA valid untuk menguji hubungan ini.

Selanjutnya untuk melihat apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan kelima model tersebut, kita lihat tabel ANOVA di bawah ini:

ANOVA
Hasil _Belajar_Matematika

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 79.440 4 19.860 6.896 .001


Within Groups 57.600 20 2.880
Total 137.040 24

Dari tabel di atas pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P-value) = 0,001. Karena Sig. < 0,05. Dengan
demikian pada taraf nyata = 0,05 kita menolak Ho, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah
ada perbedaan yang bermakna rata-rata hasil belajar berdasarkan kelima model belajar tersebut.
Karena hasil uji Anova menunjukan adanya perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya
adalah melihat kelompok mana saja yang berbeda.
Untuk menentukan kelompok mana saja yang berbeda kita gunakan uji lanjutan (Post
Hoc Test). Untuk menentukan uji lanjut mana yang digunakan, maka kembali kita lihat tabel

7|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Test of Homogeneity of Variances. Bila hasil tes menunjukan varian sama, maka uji lanjut
yang digunakan adalah uji Scheffe. Namun bila hasil tes menunjukan varian tidak sama,
maka uji lanjut yang digunakan adalah uji Dunnett. Dari Test of Homogeneity menghasilkan
bahwa varian kelima model tersebut sama, maka uji lanjut (Post Hoc Test) yang digunakan
adalah Uji Scheffe.

Multiple Comparisons
Dependent Variable:Hasil Belajar Matematika

Mean 95% Confidence Interval

(I) Model (J) Model Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Scheffe Model A Model B -2.600 1.073 .249 -6.23 1.03

Model C 1.200 1.073 .866 -2.43 4.83

Model D 2.400 1.073 .322 -1.23 6.03

Model E -1.400 1.073 .789 -5.03 2.23

Model B Model A 2.600 1.073 .249 -1.03 6.23


*
Model C 3.800 1.073 .037 .17 7.43
*
Model D 5.000 1.073 .004 1.37 8.63

Model E 1.200 1.073 .866 -2.43 4.83

Model C Model A -1.200 1.073 .866 -4.83 2.43


*
Model B -3.800 1.073 .037 -7.43 -.17

Model D 1.200 1.073 .866 -2.43 4.83

Model E -2.600 1.073 .249 -6.23 1.03

Model D Model A -2.400 1.073 .322 -6.03 1.23


*
Model B -5.000 1.073 .004 -8.63 -1.37

Model C -1.200 1.073 .866 -4.83 2.43


*
Model E -3.800 1.073 .037 -7.43 -.17

Model E Model A 1.400 1.073 .789 -2.23 5.03

Model B -1.200 1.073 .866 -4.83 2.43

Model C 2.600 1.073 .249 -1.03 6.23


*
Model D 3.800 1.073 .037 .17 7.43
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tabel uji lanjut (Post Hoc Test) di atas memperlihatkan bahwa kelompok yang menunjukan
adanya perbedaan rata-rata hasil belajar siswa (ditandai dengan tanda bintang "*" pada mean

8|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

difference) adalah antara model B dengan model C, model B dengan model D, serta model D
dengan model E.

C. Uji Lanjutan ANOVA (Post Hoc Test)

ANOVA sebagai mana kita ketahui hanya melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata, tidak
sampai kepada mengetahui rata-rata mana yang berbeda secara signifikan. Artinya setelah ANOVA
menolak hipotesis nol bahwa seluruh kelompok berasal dari populasi yang sama, persoalan
berikutnya adalah kelompok mana yang memiliki rata-rata yang berbeda dengan kelompok lain.
Untuk menjawab persoalan ini banyak tehnik yang telah dikembangkan. Namun pada makalah ini,
hanya akan diperkenalkan mengenai uji Scheffe dan Uji Kruskal-Wallis.

1. Uji Scheffe
Uji Scheffe yang dikembangkan oleh Shceffe untuk melihat perbedaan rata-rata dengan
ANOVA satu jalur dapat digunakan untuk menguji perbedaan dua buah rata-rata secara
berpasangan (1 vs 2, 1 vs 3, dan 2 vs 3) dan perbedaan antara kombinasi rata-rata yang
kompleks (seperti [1+2]/2 vs 3) (Furqon,2011:213).

Hipotesis yang diuji pada uji lanjutan ANOVA hakekatnya sama dengan uji dua kelompok,
yakni :

Ho : i   j  0 VS H a : i   j  0

Jika kelompok yang dibandingkan pada ANOVA ada 3, maka banyaknya pasangan hipotesis
yang diuji ada 3 buah. Secara umum banyaknya hipotesis yang diuji dalam uji lanjutan ANOVA
adalah C2k , dengan k menyatakan banyaknya kelompok pada ANOVA. Sehingga jika ANOVA
dilakukan untuk menguji perbedaan tiga buah rata-rata, maka ada tiga buah pasangan hipotesis
nol yang hendak diuji dengan uji Scheffe, yaitu:

a.
b.
c.

Uji Scheffe berlaku pula untuk membandingkan kelompok yang banyak anggota perkelompoknya
berbeda (Gay dalam Ruseffendi,1993:419). Sehingga adapun langkah pengujian hipotesis di atas

9|Page
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

untuk membandingkan rata-ratanya apabila jumlah subjek antar kelompoknya berbeda dengan uji
Scheffe adalah:
1) Menentukan nilai F dari rata-rata yang dibandingkan dengan rumus uji Scheffe sebagai
berikut:
̅ ̅

Dengan derajat kebebasan pembilang dan derajat kebebasan penyebut .

2) Untuk melihat diterima atau tidaknya hipotesis nol, dengan tahap keberartian yang
diinginkan, nilai Fhitung dibandingkan dengan Fkritis dengan derajat
kebebasan . Jika Fhitung lebih besar dari Fkritis maka hipotesis nol ditolak.
Bila sebaliknya, hipotesis nol diterima.

Jika jumlah subjek antar kelompok sama besar ( , adapun langkah menguji ketiga
hipotesis nol di atas adalah sebagai berikut:

1) Untuk menguji ketiga hipotesis nol rumus uji Scheffe dapat disederhanakan menjadi sebagai
berikut:

Dengan :
 C adalah nilai kontras (perbedaan antara rata-rata yang dibandingkan),
 adalah rata-rata kuadrat dalam kelompok pada tabel ANOVA,
 n adalah besarnya sampel (jumlah subjek).

2) Kemudian nilai t yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis bagi uji scheffe (ts) yang
ditentukan sebagai berikut:

10 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Dengan :
 k adalah jumlah kelompok (kategori) dalam ANOVA,
 adalah nilai pada distribusi F pada tingkat keyakinan dengan
derajat kebebasan pembilang dan derajat kebebasan penyebut
.
3) Untuk melihat diterima atau tidaknya hipotesis nol, dengan tahap keberartian yang
diinginkan, nilai t dibandingkan dengan ts (nilai kritis bagi uji scheffe), jika t lebih besar dari
ts maka hipotesis nol ditolak. Bila sebaliknya, hipotesis nol diterima.

Contoh :

Pengaruh tiga model pelatihan AMT (Achievement Motivation Training) terhadap motivasi
belajar siswa. Penelitian ini ditujukan untuk menguji hipotesis statistic sebagai berikut:

Misalnya peneliti menetepkan bahwa hipotesis nol akan diuji pada tingkat keyakinan 99% atau
pada Kemudian setelah mengambil sampel acak sebanyak 18 orang dari sumber
populasi, peneliti kemudian membagi sampel tersebut secara acak menjadi tiga kelompok
sehingga setiap kelompok terdiri dari enam orang untuk menerima salah satu model AMT (Model
1, Model 2, dan Model 3) pada akhir eksperimen, peneliti melakukan pengukuran motivasi
belajar seluruh sampel sehingga diperoleh data seperti tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Skor Motivasi Belajar Siswa Dari Tiga Model AMT*

Model1 Model 2 Model 3


34 35 28
26 30 22
33 37 24
35 28 29
34 31 27
33 30 22
Rata-rata= 32,50 31,83 25,33
Variansi=10,70 11,77 9,47
*) perangkat data ini diadaptasi dari Kennedy dan Brush(1985,h.94)

11 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

12 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Penyelesaian:

Apabila dihitung secara manual statistik yang diperoleh dari ANOVA dapat dirangkum seperti
tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2
Rangkuman Hasil ANOVA

Sumber Variasi dk Jumlah kuadrat Rata-rata kuadrat F


Antar Kelompok 3-1 188,11 94,06 8,84
Dalam Kelomok 18-3 159,67 10,64
Total 18-1 347,78 - -

Selain itu,diketahui pula rata-rata setiap kelompok yang hendak dibandingkan,yaitu :


kelompok 1 = 32,50
kelompok 2 = 31,83
Kelompok 3 = 25,33
Atas dasar itu, nilai kontras untuk setiap pasangan adalah sebagai berikut:

C1 (1 vs 2) = 32,50 – 31,83 = 0,67


C2 (1 vs 3) = 32,50 – 25,33 = 7,17
C3 (2 vs 3) = 31,83 – 25,33 = 6,50
Dengan demikian , nilai t untuk setiap pasangan tersebut kemudian ditentukan seperti
berikut :
t1 =0,67/ [2(10,64)/6] = 0,36
t2 = 7,17/[2(10,64)/6] = 3,81
t3 = 6,50/[2(10,64)/6] = 3,45

Jika perbedaan rata-rata setiap pasangan itu hendak diuji pada tingkat keyakinan 99%(
), maka nilai F kritis dengan derajat kebebasan 2 (pembilang) dan 15 (penyebut) adalah 6,36.
Atas dasar itu, kita dapat menentukan nilai kritis ts sebagai berikut:

ts = (3-1) 6,36
ts = 3,57

Dari hasil perhitungan diatas ternyata hanya ada satu pasangan yang rata-ratanya berbeda
signifikan, yaitu pasangan kelompok 1 dengan kelompok 3. Nilai t untuk pasangan tersebut
adalah 3,81 yang lebih besar dari nilai kritis uji scheffe (ts = 3,57). Oleh karena itu, hipotesis nol
bahwa rata-rata kedua populasi tersebut adalah sama harus ditolak. Nilai t untuk kedua pasangan

13 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

lainnya ternyata lebih kecil daripada nilai kritisnya, sehinggga hipotesis nol yang bersangkutan
tidak dapat ditolak. Secara simbolik , kesimpulan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Pengujian dengan SPSS 19


Sebelum melanjutkan dengan uji lanjutan (Post Hoc Test), dilihat terlebih dahulu apakah ada
perbedaan motivasi belajar siswa dengan menggunakan ketiga model tersebut, kita lihat tabel
ANOVA di bawah ini:

ANOVA
Motivasi_Belajar_Siswa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 188.111 2 94.056 8.836 .003


Within Groups 159.667 15 10.644
Total 347.778 17

Dari tabel di atas pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P-value) = 0,003. Karena Sig. < 0,01. Dengan
demikian pada taraf nyata = 0,01 kita menolak Ho, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah
ada perbedaan yang bermakna rata-rata motivasi belajar siswa berdasarkan ketiga model belajar
tersebut. Karena hasil uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang bermakna, maka uji
selanjutnya adalah melihat kelompok mana saja yang berbeda.
Untuk menentukan kelompok mana saja yang berbeda kita gunakan uji lanjutan (Post
Hoc Test). Untuk menentukan uji lanjut mana yang digunakan, maka kembali kita lihat tabel
Test of Homogeneity of Variances. Bila hasil tes menunjukan varian sama, maka uji lanjut
yang digunakan adalah uji Scheffe. Namun bila hasil tes menunjukan varian tidak sama,
maka uji lanjut yang digunakan adalah uji Dunnett C. Dari Test of
Homogeneity menghasilkan bahwa varian ketiga model tersebut sama, maka uji lanjut (Post
Hoc Test) yang digunakan adalah Uji Scheffe.

Multiple Comparisons
Dependent Variable:Motivasi_Belajar_Siswa

(I) (J) Mean 99% Confidence Interval


Model_Pem Model_Pemb Difference
belajaran elajaran (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

14 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

Scheffe Model 1 Model 2 .667 1.884 .940 -6.05 7.38


*
Model 3 7.167 1.884 .006 .45 13.88

Model 2 Model 1 -.667 1.884 .940 -7.38 6.05

Model 3 6.500 1.884 .012 -.22 13.22


*
Model 3 Model 1 -7.167 1.884 .006 -13.88 -.45

Model 2 -6.500 1.884 .012 -13.22 .22


Dunnett C Model 1 Model 2 .667 1.935 -8.88 10.21

Model 3 7.167 1.833 -1.88 16.21

Model 2 Model 1 -.667 1.935 -10.21 8.88

Model 3 6.500 1.881 -2.78 15.78

Model 3 Model 1 -7.167 1.833 -16.21 1.88


Model 2 -6.500 1.881 -15.78 2.78

*. The mean difference is significant at the 0.01 level.

Tabel Post Hoc Test di atas memperlihatkan bahwa kelompok yang menunjukan adanya
perbedaan rata-rata motivasi belajar (ditandai dengan tanda bintang "*"pada mean difference)
adalah antara model 1 dengan model 3. Secara simbolik , kesimpulan tersebut dapat juga ditulis

2. Uji Kruskal-Wallis
Uji ini merupakan uji statistik untuk membedakan rata-rata dari tiga kelompok atau lebih,
juga digunakan sebagai alternatif uji ANOVA bila datanya ditulis dalam bentuk peringkat dan untuk
melihat apakah K buah sampel bebas yang diambil dari populasinya masing-masing datang dari
populasi yang rata-ratanya sama.
Adapun hipotesis yang akan diuji dengan uji Kruskal-Wallis adalah

H0 : K buah populasi yang diambil sampelnya, rata  ratanya sama.


H1 : rata  rata semuanya berbeda.

Adapun langkah pengujian dengan uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut:

1) Skor-skor itu dikumpulkan menurut kelompok sampelnya masing-masing,


2) Kemudian, skor-skor itu diberi peringkat mulai dari peringkat 1 untuk skor yang paling kecil,
peringkat 2 untuk skor kedua terkecil, dan seterusnya sampai dengan peringkat N untuk skor
yang paling besar,

15 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

3) Peringkat untuk masing-masing kelompok sampel dijumlahkan dan diberi notasi Pk, dengan k
= 1,2,…,K.
4) Bila nk merupakan ukuran sampel ke-k yang lebih besar dari 5. Untuk setiap sampel, statistik
H adalah:


( )( )

Mendekati distribusi X2 dengan derajat kebebasan (K-1).


5) Untuk melihat diterima atau tiaknya hipotesis, dengan tahap keberartian yang diinginkan,
Hhitung dan X2kritis dibandingkan, jika Hhitung lebih besar dari X2kritis maka hipotesis nol ditolak.
Bila sebaliknya, hipotesis nol diterima.

Contoh:

Andaikan kita ingin mengetahui apakah rata-rata skor matematika Uas untuk jurusan Matematika,
Kimia, Fisika, dan Biologi di FPMIPA sama atau tidak. Untuk kepengtingan ini andaikan kita
mengambil secara acak skor matematika dari keempat jurusan tersebut. Skor matematika untuk
kelompok matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi itu adalah sebagai berikut:

Matematika : 68 75 84 70 49 68 85 55 90

Kimia : 72 69 51 46 38 50 39

Fisika : 66 70 42 59 60 40

Biologi : 58 73 34 45 54 64 36 40

Penyelesaian:

Kita ingin mengetahui apakah rata-rata skor matematika Uas untuk jurusan Matematika, Kimia,
Fisika, dan Biologi di FPMIPA sama atau tidak. Penelitian ini ditujukan untuk menguji hipotesis
statistic sebagai berikut:

Ho : 1  2  3  4
H1 : 1  2  3  4

Untuk menguji hipotesis di atas kita akan menggunakan uji nonparametric sebab, pertama ukuran
sampelnya kecil dan kedua kita tidak berhasil menunjukan bahwa distribusi induknya berdistribusi

16 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

normal. Setelah data disusun kembali dan perigkatnya dihitung, serta peringkat skor per kelompok
dijumlahkan, hasilnya adalah sebagai berikut.

Matematika Kimia Fisika Biologi


Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat
68 20,5 72 25 66 19 58 15
75 27 69 22 70 23,5 73 26
84 28 51 12 42 7 34 1
70 23,5 46 9 59 16 45 8
49 10 38 3 60 17 54 13
68 20,5 50 11 40 3,5 64 18
85 29 39 4 36 2
55 14 40 5,5
90 30
P1 = 202,5 P2 = 86 P3 = 88 P4 = 88,5
n1 = 9 n2 = 7 n3 = 6 n4 = 8
N=
K=4


Sehingga dengan ( )( ) , maka diperoleh:

( )( )

( )( )

17 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

X2kritis pada dengan derajat kebebasan 3 adalah 7,81473. Karena Hhitung lebih
besar dari X2kritis = 7,81473 maka hipotesis nol ditolak. Itu berarti rata-rata UAS Matematika untuk
keempat jurusan itu bereda.

Pengujian dengan SPSS 19


Dengan menggunakan uji non parametric dengan independent samples pada SPSS 19, maka diporeloh
tabel hasil pengujian non parametric dengan Kruskal-Wallis seperti di bawah ini:

Dari tabel di atas pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P-value) = 0,033. Karena Sig. < 0,05. Dengan
demikian pada taraf nyata = 0,05 kita menolak Ho, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah
rata-rata UAS Matematika untuk keempat jurusan itu berbeda.

18 | P a g e
Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO

DAFTAR ISI

Furqon. 2009. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, H. E. T. 2012. Statiska Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Dikti.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai