Semua proses yang dilalui mahasiswa dari topik demi topik, tahap demi tahap, didesain
untuk menyediakan kesempatan bagi mahasiswa menerapkan keterampilan kepemimpinan
mereka secara langsung. Dalam kesempatan Elaborasi Pemahaman kali ini, dilakukan
refleksi bersama yang dibimbing oleh beberapa pertanyaan berikut:
1. Setiap orang adalah pemimpin, paling tidak, pemimpin untuk dirinya sendiri. Bagaimana
proses dan materi yang Anda lalui hingga kini membantu Anda menjadi pribadi pemimpin
yang lebih baik? Kualitas kepemimpinan mana yang setelah ikut MK Projek
Kepemimpinan I ini menjadi meningkat?
Jawab:
2. Kualitas seorang pemimpin seringkali dapat kita lihat dari bagaimana ia membuat
keputusan dan mengaitkan pembelajaran lalu dengan konteks sekarang. Dalam MK Projek
Kepemimpinan I ini, sejauh mana Anda menilai diri Anda dalam proses pengambilan
keputusan kelompok Anda selama ini? Dari angka 1-10, berapa Anda menilai kualitas diri
Anda sendiri dalam membuat keputusan? Apa yang membuat Anda menilai demikian?
Bagaimana keterkaitan pengalaman belajar Anda dalam Projek Kepemimpinan I ini
dengan mata kuliah lain yang Anda telah/sedang pelajari di semester ini?
Jawab:
Dalam hal pengalaman belajar dalam mata kuliah Projek Kepemimpinan I, saya
berharap dapat menjadi seorang guru yang memiliki kepemimpinan yang mampu
membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat mencapai kebahagiaan sesuai
dengan kodrat alam dan zamannya.
Jawab:
Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal sebagai bapak pendidikan di Indonesia,
mencetuskan semboyan yang sejak itu digunakan oleh para guru sebagai panduan dalam
membimbing peserta didik dalam proses pendidikan. Semboyan tersebut adalah "Ing
ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani," yang terdiri dari tiga
poin. Pertama, "Ing ngarsa sung tuladha" berarti memberikan contoh di depan, di mana
guru sebagai pemimpin harus mampu memberikan contoh dan menjadi panutan bagi orang
di sekitarnya, termasuk siswa, guru lain, dan masyarakat. Kedua, "Ing madya mangun
karsa" berarti memberi inspirasi di tengah, yang mengisyaratkan bahwa ketika guru berada
di antara orang lain atau siswanya, mereka harus mampu memberikan semangat dan
inspirasi kepada orang di sekitarnya. Terakhir, "Tut wuri handayani" berarti memberikan
dukungan dari belakang, yang berarti bahwa sebagai seorang pemimpin, seorang guru
harus dapat mendorong dan mendukung siswanya dalam pengembangan pribadi mereka.
Berdasarkan semboyan Ki Hadjar Dewantara, dapat diinterpretasikan bahwa sebagai
seorang guru atau pemimpin, seseorang tidak hanya harus memiliki kemampuan
memimpin dari depan tetapi juga harus dapat berperan di tengah dan di belakang.