Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi menuntut untuk terus bergerak cepat dengan segala perubahan
yang terjadi termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan salah satu
peranan dalam kegiatan pembangunan untuk mencerdaskan sumber daya manusia.
Adanya pendidikan ini, mampu menciptakan manusia yang berkompeten dalam
segi pengetahuan maupun segi teknologi. Pendidikan juga berperan sebagai
penentu baik dan tidaknya kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan menduduki posisi yang sangat penting dalam menghasilkan


sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat dapat terlihat dalam esensi
pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi bahwa
pendidikan adalah proses usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan saat ini dijadikan sebagai alat ukur
untuk kemajuan suatu organisasi. Sebuah organisasi atau instansi pendidikan yang
mengaplikasikan proses pendidikannya dengan baik dan benar maka akan
menghasilkan apa yang sudah menjadi tujuan organisasi tersebut, begitupun
sebaliknya jika organisasi hanya sekedar menjalankan maka hasilnya juga tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan.

Perwujudan nyata dari sebuah makna pendidikan sering dikaitkan dengan


organisasi sekolah. Sekolah merupakan salah satu wadah yang secara langsung
untuk mencapai tujuan dalam menjalankan proses pendidikan. Baik tidaknya

1
2

kualitas sekolah seperti tingkat SMK selain faktor guru, juga dipengaruhi banyak
faktor lain seperti kurikulum, sarana prasarana pendidikan, masalah manajemen dan
potensi anak didik (Basuki, 2009:1). Tercapainya tujuan pendidikan yang
diinginkan tidak terlepas dari sumber daya guru sebagai kunci utama.

Guru sebagai kunci utama yang sangat penting dalam membentuk sumber
daya manusia yang berkualitas. Menurut Akbar dan Imaniyati (2019) guru sebagai
pengemban tugas dan peranan yang sentral dalam proses pembelajaran sangat perlu
untuk memberikan kinerja yang baik sebagai perwujudan dan pelaksanaan tugas
profesionalnya. Seorang pendidik atau guru harus benar-benar memahami dan
menjalankan tugas dan kewajibannya dalam proses pendidikan di sekolah. Tugas
guru ialah mengajar, mendidik, melatih peserta didik agar bisa menjadi pribadi dan
individu yang berkualitas, baik dari sisi intelektual maupun akhlaknya.
Menyandang profesi sebagai guru adalah amanah dan pengabdian yang
berpengaruh dalam membentuk dan mencetak generasi bangsa. Seorang guru dalam
pelaksanaanya dapat diukur, sehingga dapat diketahui seberapa tingkat
keberhasilannya dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar.

Pengukurannya dapat dilakukan dengan kinerja yang ditentukan dengan


standart masing-masing dari sekolah. Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh
individu atau organisasi dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan mencapai
sasaran atau standar kerja yang telah ditetapkan sebelumnya (Yuliati, 2015). Selain
itu, menurut Cherington (dalam Akbar dan Imaniyati, 2019) bahwa kinerja
menunjukan pencapaian target kerja yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan
waktu. Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh kecakapan dan waktu. Kinerja
yang optimal akan terwujud bilamana organisasi dapat memilih karyawan yang
memiliki motivasi dan kecakapan yang sesuai dengan pekerjaannya serta memiliki
kondisi yang memungkinkan mereka agar bekerja secara maksimal.

Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses


pembelajaran di kelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sumarno,
2009:20). Kinerja guru merupakan penentu bagi peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan hasil (lulusan) yang diharapkan (Ahmadi, 2018:155).
Kemampuan seorang guru mencakup beberapa aspek terdiri dari perencanaan
3

program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, penciptaan dan


pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar yang optimal, serta
penilaian hasil belajar. Kinerja menjadi faktor terpenting dalam menentukan
kualitas kerja termasuk seorang guru.

Kualitas kerja tentunya akan meningkatkan komitmen organisasi. Menurut


Robbins (dalam Yuliati, 2015) komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan
dimana seseoarang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-
tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi. Selain itu, Steers
dan Porter (dalam Yuliati, 2015) menyatakan bahwa komitmen yang tinggi
terhadap organisasi akan membawa dampak positif bagi organisasi. Dengan
komitmen yang tinggi maka karyawan akan kebih betah dalam bekerja, setia, ikut
berpartisipasi penuh dalam pencapaian tujuan organisasi.

Dalam dunia kerja komitmen karyawan terhadap organisasi sangatlah


penting, karena seberapa jauh komitmen karyawan terhadap organisasi tempat
meraka bekerja, sangatlah menentukan organisasi itu dalam mencapai tujuannya.
Semakin tinggi komitmen maka kinerja akan semkain meningkat, karena komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja (Laurensia, 2012). Maka dapat
disimpulkan bahwa komitmen organisasi bukan sekedar loyalitas karyawan yang
pasif terhadap organisasi, tetapi juga menggambarkan hubungan karyawan dengan
organisasi secara aktif, yang ditunjukkan dengan keterlibatannya dalam kegiatan
organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Yuliati, 2015)

Penentu pencapaian tingkat kinerja guru dan komitmen organisasi, salah satu
faktonya yaitu kepemimpinan yang tepat. Kepala sekolah sebagai pemimpin di
sekolah harus mampu menjalankan peran dan tugasnya sehingga dapat
mempengaruhi kualitas kinerja guru. Terciptanya kualitas kinerja guru yang
profesional di sekolah membutuhkan dukungan dan peran dari kepemimpinan
kepala sekolah yang berkompeten sebagai leader dan sebagai manager (Wahyudi,
2009:29). Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan sistem pendidikan dimana
keberhasilan intansi sekolah mencapai kinerja yang ditetapkan. Kepemimpinan ini
dibutuhkan oleh manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki
4

oleh manusia. Sebenarnya sejak lahir manusia telah diberikan kemampuan untuk
memimpin dirinya sendiri. Perbedaannya ada beberapa manusia yang diberi
kelebihan untuk memimpin suatu organisasi. Posisi pemimpin sangatlah terpenting
karena jika terjadi kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, maka
pemimpinlah yang akan bertanggung jawab.

Kepala sekolah harus mampu menjadi panutan bagi guru dan semua warga di
sekolah. Makmur (2007:111) berpendapat bahwa karakteristik penampilan sebuah
organisasi ditentukan oleh karakter manusia yang dalam organisasi itu sendiri, ada
dua karakterisik yaitu perilaku (behavior) dan gaya (style). Hal ini, untuk
mewujudkan kepemimpinan yang efektif diperlukan gaya kepemimpinan. Menurut
Northouse (2013:96) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan mengandung pola
perilaku dari seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi orang lain. Selain itu,
gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota
organisasi (Nawawi, 2006:115). Gaya kepemimpinan dipilih sebagai variabel
dalam penelitian ini karena untuk mencapai tujuan sekolah dan tujuan guru
diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat. Hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah
untuk dilakukan, karena efektivitas seorang pemimpin diukur dari kinerja dan
pertumbuhan organisasi yang dipimpinnya.

Objek penelitian ini adalah Sekolah SMK PGRI Turen. SMK PGRI Turen
merupakan salah satu sekolah menengah terakreditasi A yang terletak di Malang,
Jawa Timur. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui gaya
kepemimpinan yang diterapkan di SMK PGRI Turen, dengan menyebar sebanyak
10 kuesioner yang meliputi 3 jenis gaya kepemimpinan. Dalam kuesioner masing-
masing diberi 6 pertanyaan maupun pernyataan dengan range skor 1 sampai 5.
Berikut hasil kuesioner tentang gaya kepemimpinan di SMK PGRI Turen dapat
dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Kuesioner Observasi


Gaya Kepemimpinan Total Jawaban Responden Presentase (%)
Transformational 268 89.3%
Transaksional 213 71%
Laissez-Faire 214 71.3%
Sumber: Data diolah peneliti, 2019
5

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti dan didukung dengan


penyebaran kuesioner maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan di SMK
PGRI Turen adalah gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan
transformasional pada sekolah SMK PGRI Turen terlihat dari kepala sekolah yang
memberikan perhatian kepada bawahannya, memberikan motivasi dan memberikan
pelatihan terhadap guru sebagai tindak lanjut dari evaluasi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan wawancara yang dilakukan pada Selasa,


04 November 2019 dengan Bapak Wahyu Khoiril Hidayat, S.E., M.Pd selaku
kepala sekolah SMK PGRI Turen diperoleh informasi bahwa kondisi komitmen
organisasional di sekolah diharapkan bukan hanya bersifat loyalitas yang pasif,
melainkan bersifat loyalitas maupun totalitas dari kesadaran diri. Bapak Wahyu
selaku kepala sekolah mengharapkan guru lebih berkomitmen terhadap organisasi
sekolah, karena jika guru mempunyai rasa komitmen yang lebih tinggi terhadap
sekolah, maka sekolah akan siap demi kemajuan dan keberhasilan dari cita-cita
yang diinginkan.

Peneliti juga menemukan adanya research gap atau hasil temuan penelitian
terdahulu yang berbeda-beda yang dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Yuliati (2015) yang menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh positif terhadap komitmen organisasi, komitmen organisasi memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja, dan gaya kepemimpinan transformasional
memiliki pengaruh positif pada kinerja guru. Penelitian selanjutnya yang dilakukan
oleh Akbar dan Imaniyati (2019) didapatkan informasi bahwa gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah berada pada kategori efektif dan berpengaruh
positif terhadap kinerja guru. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut,
maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema penelitian yang berjudul “Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Guru melalui
Komitmen Organisasional pada SMK PGRI Turen”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
6

1. Bagaimana kondisi deskripsi gaya kepemimpinan transformasioanal kepala


sekolah, komitmen organisasional dan kinerja guru SMK PGRI Turen?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK PGRI Turen?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap komitmen organisasional guru SMK
PGRI Turen?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara komitmen organisasional terhadap
kinerja guru SMK PGRI Turen?
5. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui komitmen
organisasional pada Sekolah SMK PGRI Turen?

1.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2017:18). Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif
terhadap kinerja guru SMK PGRI Turen.
2. Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif
terhadap komitmen organisasional guru SMK PGRI Turen.
3. Komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMK PGRI
Turen.
4. Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara tidak langsung
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja guru melalui komitmen
organisasional pada SMK PGRI Turen.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat bagi
berbagai pihak, maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
7

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan


evaluasi serta mampu menambah wawasan ilmu khususnya berkaitan dengan judul
peneltian ini, yaitu pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
guru melalui komitmen organisasional.
2. Kegunaan Praktisi
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan sekolah serta dapat mengetahui seberapa besar
pengaruhnya gaya kepemimpinan, komitmen organisasional terhadap kinerja guru.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti serta sebagai
sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi yang relevan bagi peneliti
selanjutnya mengenai variabel khusunya pada variabel gaya kepemimpinan
transformasional komitmen organisasional serta kinerja guru.

1.5 Definisi Operasional


Definisi operasional dibuat agar dapat memahami pengertian mengenai
istilah yang diteliti. Adapun definisi operasioanal yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional (X)
Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah kemampuan
kepala sekolah dalam mentransformasikan pengaruhnya kepada seluruh warga
sekolah secara efektif melalui idealize influence charismatik (karismatik),
inspirational motivation (motivation inspirasional), intelectual stimulation
(stimulasi intelektual) dan individual consideration (perhatian terhadap individu)
dalam mengembangkan dan meningkatkan profesionalismenya (Maris et al., 2016).
2. Komitmen Organisasaional (Z)
Komitmen sebagai suatu keadaan diamana seorang individu memihak
organisasi serta tujuan-tujuan dari keinginannya untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi (Robbins dan Judge, 2007:140).
8

3. Kinerja Guru (Y)


Kinerja guru adalah Kinerja guru merupakan penentu bagi peningkatan
kualitas proses pembelajaran dan hasil (lulusan) yang diharapkan (Ahmadi,
2018:155). Kemampuan seorang guru mencakup beberapa aspek terdiri dari
perencanaan program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar,
penciptaan dan pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar
yang optimal, serta penilaian hasil belajar.
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Empiris

Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar dan bahan acuan terhadap
penelitian yang akan diteliti oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran. Adapun
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 penelitian terdahulu yang relevan antara
lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan


No Nama Peneliti, Variabel yang Populasi & Teknik Hasil
Tahun, Judul Digunakan Sampel Analisis Penelitian
Penelitian Data
1 Zehir, C., et al Variabel Bebas : Populasi : Analisis Berdasarkan
(2012). The Efek semua Regresi hasil penelitian
Effect of kepemimpinan pekerja yang ini adalah
Leadership and dan Komitmen bekerja pada terdapat
Supervisory Pengawasan perusahaan hubungan
Commitment to nasional dan signifikan yang
Organizational Variabel Terikat multinasional. positif antara
Performance. : Kinerja gaya
organisasi Sampel : kepemimpinan
1019 orang transformasional
yang bekerja sebagai sub-
di perusahaan dimensi dari tipe
nasional dan kepemimpinan
multinasional. dan komitmen
terhadap
pengawas.
2 Buil, Isabel., et al Variabel Bebas : Populasi : Analisis Hasil
(2018). Gaya Terdiri dari Regresi menunjukkan
Transformational kepemimpinan 881 hotel Partial bahwa
leadership and transformasional yang Least keterlibatan
employee dan kinerja memiliki Square kepemilikan
performance : karyawan bintang 3, 4, sepenuhnya
10

The role of dan 5 yang menengahi


identification, Variabel Terikat merupakan hubungan antara
engagement and : Peran bagian dari kepemimpinan
proactive identifikasi, 12 rantai transformasional
personality. ikatan dan hotel besar di dan perilaku
kepribadian Spanyol. kearganegaraan
proaktif organisasi
Sampel :
323 karyawan
dari 323
hotel.
3 Luyten, Hans & Variabel Bebas : Populasi : Structural Secara
Bazo, Manuel Gaya Semua guru Equation keseluruhan,
(2019). kepemimpinan dari 95 Modelling dampak
Transformational transformasional sekolah (SEM) komunitas
leadership, pendidikan pembelajaran
professional Variabel Terikat dasar di profesional pada
learning : Praktik Mozambik praktik
communities, pengajaran yang mengajar sangat
teacher learning berpusat pada Sampel : 518 kuat.
and learner peserta didik guru dari 95
centred teaching sekolah
practices; Variabel pendidikan
Evidence on their intervening : dasar di
interrelations in Komunitas Mozambik
Mozambican pembelajaran
primary profesional dan
education. pembelajaran
guru
4 Yildiz, Variabel Bebas : Populasi : Analisis Hasil penelitian
Sebahattin., et al Pengaruh semua orang regresi menunjukkan
(2014). The Kepemimpinan yang bekerja bahwa dua gaya
Effect of dan Inovatif di sektor jasa kepemimpinan
Leadership and dan sektor dan inovasi
Innovativeness Variabel Terikat industri dari memiliki efek
on Business : Kinerja Bisnis Istanbul yang positif pada
Performance terdiri dari kinerja bisnis
studi kasus.

Sampel :
576 orang
yang bekerja
di sektor jasa
dan sektor
industri dari
Istanbul yang
terdiri dari
studi kasus.
11

5 Kalkavan, Selma Variabel Bebas : Populasi : Penilaian Temuan


& Katrinli, Alev Perilaku 304 orang demografis menunjukkan
(2014). The Pelatihan yang bahwa pelatihan
Effect of Manajerial merupakan perilaku
Managerial total manajerial di
Coaching Variabel Terikat karyawan sektor asuransi
Behaviors On : kepuasan kerja, yang memiliki efek
The Employees’ kejelasan peran memiliki positif pada
Perception Of karyawan, jabatan pemahaman
Job Satisfaction, komitmen karir, manager peran yang lebih
Organisational kinerja senior di baik dengan
Commitment, pekerjaan, dan perusahaan kepuasan kerja,
And Job komitmen asuransi kejelasan peran
Performance : organisasi karyawan,
Case Study On Sampel : 229 komitmen karir,
Insurance orang dari kinerja
Industry In total pekerjaan, dan
Turkey karyawan komitmen
yang organisasi
memiliki
jabatan
manager
senior di
perusahaan
asuransi
6 Akbar & Variabel bebas: Populasi : Explanatory Terdapat
Imaniyati (2019). gaya Semua guru Survey pengaruh positif
Gaya kepemimpinan di SMK Bina dan signifikan
Kepemimpinan transformasional Warga antara gaya
Transformasional kepala sekolah Bandung kepemimpinan
Kepala Sekolah transformasional
terhadap Kinerja Variabel terikat: Sampel: terhadap kinerja
Guru Kinerja guru 52 guru guru
7 Girsang & Variabel bebas: Populasi: Analisis Terdapat
Munir, (2015). Kepemimpinan 35 sekolah Deskriptif pengaruh antara
Kepemimpinan transformasional SMA swasta kepemimpinan
Transformasional kepala sekolah, terakreditasi transformasional
Kepala Sekolah dan kinerja guru, A kepala sekolah
dan Kinerja Guru sekolah
pada SMA Variabel terikat: Sampel: terhadap kinerja
Swasta di Kota Mutu Sekolah 92 orang di SMA swasta
Bandung
12

8 Inayatillah, Variabel bebas: Populasi: Expost Terdapat


Abdurakhman Gaya seluruh guru Facto pengaruh antara
dan Aliyyah kepemimpinan yang berada kepemimpinan
(2016). Pengaruh transformasional di MA transformasional
Kepemimpinan kepala sekolah Miftahul kepala sekolah
Transformasional Huda dan terhadap kinerja
Kepala Sekolah Variabel terikat: MA Fathan guru di sekolah
terhadap Kinerja Kinerja guru Mubina MA Miftahul
Guru di MA Huda & MA
Miftahul Huda Sampel: 29 Fathan Mubina
dan MA Fathan guru, yaitu 14
Mubina guru di
sekolah MA
Miftahul
Huda dan 15
guru di
sekolah MA
Fathan
Mubina
9 Rahawarin dan Variabel bebas: Populasi: Expost Hasil penelitian
Arikunto (2015). Komunikasi Semua guru Facto ini
Pengaruh organisasi, iklim SMA di menunjukkan
Komunikasi, organisasi dan Kabupaten bahwa gaya
Iklim Organisasi gaya Maluku kepemimpinan
dan kepemimpinan Tenggara transformasional
gaya transformasional dengan kepala sekolah
kepemimpinan kepala sekolah jumlah 276 berpengaruh
transformasional guru terhadap kinerja
Kepala Sekolah Variabel terikat: guru
terhadap Kinerja Kinerja guru Sampel:
Guru 140 guru
10 Yuliati (2015). Variabel bebas: Populasi: Hasil penelitian
Pengaruh Kepemimpinan 320 orang ini
Kepemimpinan transformasional, menunjukkan
Transformasional dan kepuasan Sampel: bahwa
dan Kepuasan kerja 150 orang kepemimpinan
Kerja terhadap transformasional
Kinerja dengan Variabel terikat: memiliki
Komitmen Kinerja pengaruh positif
Organisasi terhadap
sebagai Variabel Variabel komitmen
Mediasi mediasi: organisasi,
komitmen komitmen
organisasional organisasi
memiliki
pengaruh positif
pada kinerja,
kepemimpinan
13

transformasional
memiliki
pengaruh positif
pada kinerja
guru.

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Kinerja Guru
a. Pengertian
Kinerja guru merupakan penentu bagi peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan hasil (lulusan) yang diharapkan (Ahmadi, 2018:155). Guru
merupakan fasilitator yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
Harapannya jika seoarang guru memiliki kualitas kinerja yang baik maka hasilnya
akan sesuai dengan apa yang sudah menjadi target.
Berdasarkan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Ahmadi
(2018:155) menegaskan bahwa standar kinerja guru itu berhibungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagaimana berikut:
1) Bekerja dengan siswa secara individu
2) Persiapan dan perencanaan pembelajaran
3) Pendayagunaan media pembelajaran
4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar
5) Kepemimpinan yang aktif dari guru

b. Indikator Kinerja Guru


Menurut Direktorat Pendidikan dalam Ahmadi (2018:156), indikator kinerja
guru dapat dilihat pada tiga kegiatan utama, yaitu:
1) Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
Tahap ini merupakan kemampuan guru membuat persiapan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran, termasuk dalam menguasi bahan ajar. Kemampuan guru
dapat dilihat dari proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yaitu
mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
14

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang


ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar dan pengunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.
3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
ditunjukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga
proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini, seorang guru dituntut
memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional


a. Pengertian
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan(Setiawan, 2016). Terdapat juga gaya kepemimpinan mengandung pola
perilaku dari seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi orang lain (Northouse,
2013:96).
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah kemampuan kepala
sekolah dalam mentransformasikan pengaruhnya kepada seluruh warga sekolah
secara efektif melalui idealize influence charismatik (karismatik), inspirational
motivation (motivation inspirasional), intelectual stimulation (stimulasi intelektual)
dan individual consideration (perhatian terhadap individu) dalam mengembangkan
dan meningkatkan profesionalismenya (Maris et al., 2016).
Gaya kepemimpinan transformasional merupakan salah satu gaya
kepemimpinan yang dianggap paling efektif untuk diterapkan pada organisasi
sekolah terutama dalam meningkatkan kinerja organisasi, dimana gaya
kepemimpinan ini memiliki makna mengubah sesuatu ke dalam bentuk lain, dengan
kata lain mempu melakukan perubahan (Setiawan, 2016).
15

b. Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional


Menurut Bas dan Avolio (dalam Girsang dan Munir, 2015) mengatakan
dimensi kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut:
a) Karisma (Idealized Influence/Charisma)
Seorang prmpin kharismatik, dimana didalamnya termuat perasaan cinta dari
anak buah, bahkan bawahan merasa percaya diri dan saling mempercayai dibawah
seorang pemimpin kharismatik, mengilhami loyalitas dan ketekunan, memberi
wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggan, serta
menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan kepada para bawahan.
b) Ransangan Intelektual (Intelectual Stimulation)
Kepemimpinan transformasional dalam memimpin akan melakukan
stimulasi-stimulasi intelektual. Elemen kepemimpinan ini dapat dilihat antara lain
kepemimpinan dalam kemampuan seorang pemimpin dalam menciptakan,
menginterprestasikan dan mengelaborasi simbol-simbol yang muncul dalam
kehidupan, mengajak bawahan untuk berpikir dengan cara-cara baru. Jelasnya
pemimpin mampu meningkatkan intelegensi, rasionalitas dan pemecahan masalah
secara seksama, menggunakan simbol untuk memfokuskan berbagai usaha untuk
mencapai tujuan, mengemukakan yujuan utama kepada bawahan melalui cara yang
sederhana.
c) Perhatian Individu (Individualized Consideration)
Seorang pemimpin transformasional akan memperhatikan faktor-faktor
individual sebagaimana tidak boleh disamaratakan karena adanya perbedaan,
kepentingan dan pengembangan diri yang berbeda satu sama lain. Pemimpin
memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara
khusus dan pribadi.
d) Motivasi Inspirasi (Inspirasional Motivation)
Seorang pemimpin transformasional harus bisa menumbuhkan ekspetasi,
memfokuskan pada usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting kepada
guru di sekolah agar guru-guru bisa termotivasi akan adanya pemimpin yang
memperhatikan dan memotivasi mereka.
16

2.2.3 Komitmen organisasional


a. Pengertian
Komitmen sebagai suatu keadaan diamana seorang individu memihak
organisasi serta tujuan-tujuan dari keinginannya untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi (Robbins dan Judge, 2007:140). Mathis dan
Jackson dalam Yuliati (2015) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai
derajat dimana pegawai atau karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan
organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya.

b. Indikator Komitmen
Indikator komitmen organisasional menurut Meyer dan Allen (1990) (dalam
Yuliati, 2015) mengidentifikasi tiga model dimensi, yaitu :
1. Komitmen afektif (affective commitment), merupakan proses sikap dimana
seseorang berpikir tentang hubungannya melibatkan diri dengan organisasi
dengan mempertimbangkan kesesuaian antara nilsi dan tujuannya dengan nilai
dan tujuan organisasi. Komitmen affektive yang berkaitan dengan aspek
emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan dalam organisasi.
2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment), yaitu persepdi karyawan
tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan perusahaan.
Komitmen yang timbul karena kekhawatiran terhadap kehilangan manfaat
yang biasa diperoleh dari organisasi.
3. Normative, komitmen yang muncul karena karyawan merasa berkewajiban
untuk tinggal dalam organisasi. Komitmen normative merupakan perasaan-
perasaan seperti tanggungjawab, loyalitas, atau kewajiban moral terhadap
organisasi.

2.2.4 Hubungan antar Variabel


1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian Akbar dan Imaniyati (2019) diperoleh bahwa gaya
kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif terhadap
kinerja guru. Demikian pula implikasi yang dapat diambil dalam upaya
17

meningkatkan kinerja guru yang lebih baik, perlu adanya peningkatkan dari gaya
kepemimpinan transformasional kepala sekolah.
Hasil penelitian yang dilakukan Girsang dan Munir (2015) yaitu terdapat
pengaruh yang positif antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan
kinerja guru. Selain itu terdapat hasil penelitian dari Yuliati (2015) yang
menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif
pada kinerja guru. Selain itu, terdapat pengaruh antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di sekolah MA Miftahul
Huda & MA Fathan Mubina (Inayatillah, Abdurakhman dan Alliyah, 2016).
Terdapat juga hasil penelitian gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah
berpengaruh terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Maluku Tenggara
(Rahawarin dan Arikunto, 2015).

2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen


Organisasional
Peran seoarang pemimpin sangatlah penting dalam memelihara komitmen
organisasi, dan kepemimpinan yang efektif menjadi syarat yang utama. Penelitian
yang dilakukan Yuliati (2015) menunjukkan bahwa kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

3. Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Guru


Komitmen organisasi memiliki pengaruh positif pada kinerja guru. Pengujian
hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa konsep utama dalam meningkatkan
kinerja guru adalah dengan komitmen yang tinggi melalui menerima semua tugas,
melalui bangga menjadi bagian organisasi dan melalui peduli terhadap nasib
organisasi (Yuliati, 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Peneliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu


proses dimana menemukan jawabaan dari rumusan masalah menggunakan konsep,
sehingga muncul hipotesis atau dugaan sementara yang akan diukur dengan
populasi atau sampel pada objek yang digunakan penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dan explanatory research yaitu menjelaskan antar
variabel melalui pengujian hipotesis.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan teori yang telah ada, peneliti


menggunakan analisis jalur (path analysis), karena penelitian ini membentuk model
hubungan yang terjadi antar variabel bebas (X) dengan variabel intervening (Z) dan
variabel terikat (Y). Adapun model hubungan dapat dilihat pada gambar 3.1
sebagai berikut:

β1
Gaya Kepemimpinan
Kinerja Guru (Y)
Kepala Sekolah (X)

β2 β3

Komitmen
Organisasional (Z)

Gambar 3.1 Model Hubungan antar Variabel


(Sumber : Data diolah peneliti, 2019)

18
19

Keterangan :

(x) : variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah)


(y) : variabel terikat (komitmen organisasional)
(z) : variabel intervening (kinerja guru)
β1 : Besarnya pengaruh X terhadap Y
β2 : Besarnya pengaruh X terhadap Z
β3 : Besarnya pengaruh Z terhadap Y

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang tediri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diharapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017:61). Populasi dari
penelitian ini adalah guru yang berstatus tenaga kependidikan di sekolah SMK
PGRI Turen dengan jumlah 42 Guru.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono,2017:62). Pengambilan sampel yang diambil dari populasi
harus benar-benar representatif (mewakili).
Peneliti menggunakan rumus slovin dalam sanusi (2011: 101) untuk
pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑎2 )

𝑛 = 𝜋𝑟 2

Berdasarkan rumus slovin di atas, maka sampel penelitian yang diambil dari
populasi guru smk 42 sebesar 38 Guru.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


sampling isidental. Sampling isidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017:67)
20

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 102). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2011: 142). Kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, dimana
sudah disediakan alternatif jawaban sehingga responden dapat memilih salah satu
alternatif jawaban yang sudah tersedia dengan cara memberikan tanda checklist ().
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 93). Skala likert yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki rentang nilai sebagai berikut :
STS : Sangat tidak setuju Skor 1
TS : Tidak setuju Skor 2
KS : Kurang setuju Skor 3
S : Setuju Skor 4
SS : Sangat setuju Skor 5

Rentangan pada kuesioner tertutup ini memungkinkan dapat


mengekspresikan perasaan guru berdasarkan pernyataan dalam kuesioner. Data dari
responden yang diperoleh dari kuesioner selanjutnya akan diolah menggunakan
SPSS.

Pembuatan kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrument.


Adapun kisi-kisi penelitian pada masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel
3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen

Variabel Indikator Item Pertanyaan No


item
Variabel Bebas, Idealized Kepala sekolah saya memberi rasa 1
Gaya influence/ tujuan keseluruhan kepada guru
kepemimpinan charisma
Transformasional
21

(X), Luyten &


Bazo (2019)

Bantuan kepala sekolah saya 2


mengklarifikasi arti dari misi sekolah
untuk program dan pengajaran
Kepala sekolah saya 3
mengkomunikasikan misi sekolah
kepada guru
Kepala sekolah saya mendorong 4
pengembangan budaya sekolah dan
mendukung keterbukaan untuk
berubah
Bantuan kepala sekolah saya 5
memahami hubungan antara misi
sekolah dan inisiatif kelompok dan
kebijakan
Pekerjaan kepala sekolah saya 6
menetapkan prioritas untuk tujuan
sekolah
Intelectual/ Kepala sekolah saya adalah sumber 7
stimulation ide-ide baru untuk setiap guru
pembelajaran profesional
Nilai kepala sekolah saya 8
diperuntukkan dalam pengembangan
profesional guru
Kepala sekolah saya merangsang 9
setiap guru untuk berfikir tentang apa
yang dia lakukan untuk murid-
muridnya
Kepala sekolah saya menciptakan 10
peluang bagi guru untuk berkembang
Kepala sekolah saya melhat bahwa 11
kegiatan pelatihan guru selaras
dengan kegiatan pengembangan
sekolah
Kepala sekolah saya mendong staf 12
untuk mengembangkan/meninjau
individu, tujuan pertumbuhan
profesional yang konsisten dengan
tujuan dan prioritas sekolah
Kepala sekolah saya mendorong staf 13
untuk mengevaluasi praktik mereka
dan memenuhi sesuai kebutuhan
22

Kepala sekolah saya mendorong dan 14


merangsang para guru untuk
mengunjungi masing-masing kelas
lain untuk saling memberi umpan
balik
Kepala sekolah saya membuat 15
rencana untuk pengembangan
profesional guru
Kepala sekolah saya melihat bahwa 16
program pelatihan ditindaklanjuti
didalam sekolah
Kepala sekolah saya merangsang para 17
guru untuk bertukar pengetahuan dan
keterampilan untuk saling membantu
Kepala sekolah saya memfasilitasi 18
peluang bagi staf untuk belajar satu
sama lain
Kepala sekolah saya membawa 19
lokakarya tentang kurikulum baru dan
pendekatan berpusat pada siswa
sehingga guru merasa nyaman untuk
berpartisipasi
Kepala sekolah saya berbagi 20
informasi dengan guru terkait
menghadiri konferensi dengan
kurikulum baru dan pendekatan
pengajaran yang berpusat ada siswa
Individualized Kepala sekolah saya memberikan 21
consideration umpan balik rutin kepada guru dalam
kurikulum implementasi dan
pengajaran
Kunjungan kepala sekolah saya ke 22
masing-masing kelas untuk
memberikan masing-masing guru
umpan balik
Kepala sekolah saya mendorong 23
setiap guru untuk mencoba praktik
baru dengan konsisten
Kepala sekolah saya merangsang para 24
guru untuk mencoba didaktik baru
metode khususnya pendekatan yang
berpusat pada siswa
Kepala sekolah saya mendorong 25
setiap guru untuk mengejar cita-
citanya sendiri tujuan untuk
pembelajaran profesional
23

Kepala sekolah saya memberikan 26


kritik konstruksi kepada guru dalam
berusuan dengan kurikulum baru dan
pendekatan pengajaran yang berpusat
pada siswa
Kepala sekolah saya 27
mempertimbangkan pendapat
masing-masing guru saat memulai
tindakan yang mempengaruhi
pekerjaannya
Kepala sekolah saya mengetahui 28
kebutuhan unik setiap guru
Kepala sekolah saya tidak 29
menunjukkan pilih kasih terhadap
individu
Kepala sekolah saya memberikan 30
dukungan moral dengan membuat
setiap guru merasa dihargai atas
kontribusinya terhadap sekolah
Ketika merekrut guru baru, kepala 31
sekolah saya memberi tahu dan ingin
guru-guru secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan
Kepala sekolah saya memberi tahu 32
guru bahwa mereka bertanggung
jawab atas semua siswa, bukan hanya
kelas mereka sendiri
Inspirasional Kepala sekolah saya memiliki 33
motivation harapan yang tinggi untuk para guru
sebagai profesional
Kepala sekolah saya memiliki 34
ekspetasi tinggi bagi siswa
Kepala sekolah saya berharap guru 35
menjadi inovator yang efektif
Variabel Affective Saya merasa senang untuk berkarir di 36
Intervening, commitment sekolah ini.
Komitmen
organisasional
(Z), Sherlywati
(2015)
Memiliki rasa memiliki yang kuat 37
Organisasi ini memiliki makna bagi 38
saya
Saya merasa memiliki ikatan 39
emosional dengan organisasi
Saya merasa menjadi bagian dari 40
keluarga di organisasi ini
24

Saya merasa permasalahan yang 41


terjadi dalam organisasi menjadi
bagian dari masalah saya juga
(Sumber : Luyton & Bazo, 2019. Sherlywati, 2015)

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika
peristiwa terjadi (Silalahi, 2012:289). Data primer adalah data yang diperoleh
atau didapatkan secara langsung oleh peneliti. Adapaun data primer pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer : Gaya kepemimpinan, kinerja guru, komitmen organisasional
2) Sumber data : Guru SMK PGRI Turen
3) Teknik pengumpulan data : Melalui pengisian kuesioner yang diberikan
kepada responden (guru), observasi/pengamatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari
sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (Silalahi,
2012:291). Adapun data sekunder pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data sekunder : Data struktur organisasi, daftar guru SMK PGRI Turen
2) Sumber data : Dokumen sekolah
3) Teknik pengumpulan data : Dokumentasi
3.4.2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan informasi dan data yang relevan. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi. Menurut Sugiyono (2010, 194) mengemukakan bahwa
tujuan dari wawancara jenis ini untuk menemukan permasalahan dengan lebih
25

terbuka, dimana pihak yang diwawancarai diminta pendapat. Pengambilan data


dengan teknik wawancara ini, peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada
Bapak Wahyu Khoiril Hidayat, S.E., M.Pd selaku kepala sekolah SMK PGRI
Turen.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab (Sugiyono, 2011:142). Peneliti akan memberikan kuesioner kepada
responden. Kuesioner ini menggunakan model pertanyaan tertutup, yakni bentuk
pertanyaan yang sudah disertai alternatif pertanyaan.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi ini dapat mengamati secara langsung bagaimana gaya
kepemimpinan kepala sekolah, komitmennya dan kinerjanya. Penentuan gaya
kepemimpinan kepala sekolah, peneliti melakukan observasi dengan menyebarkan
kuesioner secara random untuk menentukan gaya kepemimpinan kepala sekolah di
sekolah SMK PGRI Turen.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data sekunder dari objek
penelitian berupa dokumen-dokumen yang dilakukan dalam penelitian. Dalam
proses dokumentasi ini, peneliti mengamati tentang data pegawai dan dokumen
yang dianggap penting serta berhubungan dengan penelitain ini. Dokumen yang
dimaksud yaitu data struktur organisasi dan daftar guru SMK PGRI Turen.

3.5 Analisis Data


Analisis data berfungsi sebagai untuk menguji data-data yang telah diterima
serta dapat mengambil kesimpulan dari permasalahan yang sedang diteliti.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis sebagai berikut:
3.5.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mengdeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:147). Dalam analisis ini, peneliti akan
26

menjelaskan atau menggambarkan kondisi SMK PGRI Turen berdasarka fakta yang
diperoleh pada objek tersebut. Khususnya terkait dengan kondisi gaya
kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional dan kinerja guru. Dalam
mengklasifikasi agar lebih mudah maka tiap variabel ditentukan panjang kelas
interval. Panjang kelas interval diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
(Sudjana, 2005:79)

𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙

Keterangan :

Rentang Nilai = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyak kelas interval = 5

Berdasarkan rumus diatas, maka panjang kelas interval adalah:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 5 − 1


Panjang kelas interval = = = 0.8
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 5

Tahapan selanjutnya setelah ditentukan panjang kelas interval, total nilai


masing-masing item pertanyaan dimasukkan ke dalam kelas interval sehingga
diperoleh frekuensi setiap kategori, interval penilaian tersebut disajikan pada Tabel
3.2 dan Tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.2 Interval Penilaian Mean untuk Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional

No Interval Keterangan
1 4,21 – 5,00 Sangat Efektif
2 3,41 – 4,20 Efektif
3 2,61 – 3,40 Cukup
4 1,81 – 2,60 Kurang Efektif
5 1,00 – 1,80 Sangat Tidak Efektif
(Sumber: data dioleh peneliti, 2019)

Tabel 3.3 Interval Penilaian Mean untuk Variabel Komitmen Organisasional

No Interval Keterangan
1 4,21 – 5,00 Sangat Efektif
2 3,41 – 4,20 Efektif
3 2,61 – 3,40 Cukup
27

4 1,81 – 2,60 Kurang Efektif


5 1,00 – 1,80 Sangat Tidak Efektif
(Sumber: data diolah peneliti, 2019)

Sedangkan pada variabel kinerja guru peneliti menggunakan standar


penilaian kinerja guru SMK PGRI Turen yang disajikan pada Tabel 3.4 sebagai
berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Penelitian Kinerja Guru SMK PGRI Turen

No Kategori Range Nilai


1 Baik Sekali 91-100
2 Baik 76-90
3 Cukup 51-75
4 Kurang 1-50
(Sumber: data diolah peneliti, 2019)

3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen


a. Uji Validitas
Uji validitas instrumen dimaksudkan untuk melihat tingkat
kesahihan/kevalidan instrumen penelitian. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono,
2011:121). Alat ukur harus harus memiliki akurasi yang baik sehingga dapat
mengungkapkan bobot kebenaran data yang diinginkan. Cara menghitung atau
menguji validitas adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing
pernyataan dengan skor total. Maka hasil uji validitas tersebut akan terlihat atau
tidak data/item pernyataan dalam penelitian tersebut.
Perhitungan dan pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
alat bantu komputer yaitu SPSS 22.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai rhitung ≥ rtabel butir instrumen tersebut dapat dikatakan valid
2. Jika nilai rhitung < rtabel maka butir tabel instrumen tersebut dikatakan tidak valid.
b. Uji reabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2011:121). Jadi reabilitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur tanpa
kesalahan dan hasilnya selalu konsisten, meskipun digunakan oleh orang lain ati
ditempat lain untuk mengukur hal yang sama.
28

Perhitungan dan pengujian reabilitas instrumen dalam penelitian ini


dilakukan dengan alat bantu komputer yaitu SPSS 22.0 for windows. Pada software
SPSS, suatu pernyataan dikatakan reliabel bila memiliki Cronbach Alpha ≥ 0,6
(Sugiyono, 2011:136).

3.5.3 Uji Hipotesis


a. Uji t (t-test)
Uji t dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara
individual (persial) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t yaitu dengan
membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Sugiyono (2010:234) menyatakan
bahwa uji t dapat digunakan bila sampel lebih dari 30. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini karena jumlah sampelnya lebih dari 30 karyawan (n > 30), maka
menggunakan uji t. Nilai alpha (α) yang digunakan adalah sebesar 0.05.
Untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak yaitu
dengan cara melihat signifikan t, sebagai berikut:
1. Signifikansi Sig < 0.05 maka hipotesis terdapat pengaruh yang dignifikan
variabel bebas dan variabel terikat
2. Signifikansi Sig > 0.05 maka hipotesis tidak terdapat pengaruh signifikan
variabel bebas dan variabel terikat.
b. Analisis Jalur (Path Analysis)
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat. Langkah-langkah
menguji analisis jalur adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
Berikut merupakan hubungan antara variabel dalam penelitian ini :
29

β1
Gaya Kepemimpinan
Kinerja Guru (Y)
Kepala Sekolah (X)

β2 β3

Komitmen
Organisasional (Z)

Gambar 3.2 Model Hubungan antar Variabel


Sumber: Data dioleh peneliti, 2019

Gambar di atas menunjukkan hubungan antar variabel dan dapat dinyatakan


dalam dua persamaan regresi sebagai berikut:

𝑍 = ∝ + 𝛽2 X + 𝑒1

𝑌 = ∝ + 𝛽1 X + 𝛽3 𝑍 + 𝑒2

Keterangan:

Y = Kinerja

X = Kepemimpinan Kepala Sekolah

Z = Komitmen Organisasional

e = Standard Error

Pada gambar diatas terdapat pengaruh langsung (direct effect) dan pengaruh
tidak langsung (direct effect). Pengaruh langsung (direct effect): pengaruh langsung
X ke Y, pengaruh langsung X ke Z dan pengaruh Z ke Y, pengaruh tidak langsung
(inderect effect), yaitu pengaruh tidak langsung X ke Y melalui Z.

2. Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi


Asumsi yang melandasi analisis jalur yaitu sebagai berikut:
a. Hubungan antara variabel bersifat linier, adaptif dan bersifat normal
b. Hanya sistem aliran kausal satu arah apabila mengandung kausal resiprokal tidak
dapat dilakukan analisis jalur
30

c. Variabel terikat minimal dalam skala ukur interval dan rasio


d. Instrumen pengukuran valid dan reliable.
e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan
konsep yang relevan.
3. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien path
Untuk hubungan pengaruh satu arah digunakan perhitungan regresi variabel
dilakukan secara parsial dengan masing-masing persamaan dengan menggunakan
mrtode kuadrat terkecil biasa. Berdasarkan pengaruh-pengaruh tersebut maka dapat
ditentukan pengaruh error sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑖 = √1 − 𝑅𝑖 2

Keterangan:

𝑃𝑒𝑖 = pengaruh error

𝑅𝑖 2 = R Square setiap persamaan

4. Validitas model menggunakan koefisien determinasi total


Pemeriksaan kembali mengenai validasi model. Valid tidaknya suatu model
analisis bergantung pada terpenuhi atau tidaknya asumsi yang telah disebutkan
sebelumnya dalam analisis path. Solimun (2002:54) menyatakan koefisien
determinan total merupakan salah satu indikator validitas model yang mengukur
total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model ukur dengan rumus sebagai
berikut:

𝑅2 𝑚 = 1 − 𝑃2 𝑒1 𝑃2 𝑒2 … … 𝑃2 𝑒𝑝

Keterangan:

𝑅2 𝑚 = koefisien determinasi total

Pe = Pengaruh error

5. Menginterpretasikan hasil
Pemaknaan hasil analisis jalur didasarkan pada hasil uji statistik yang telah
dilaksanakan. Berdasarkan pada hasil pemaknaan tersebut akan diperoleh
kesimpulan-kesimpulan yang merujuk pada hipotesis penelitian yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai