Anda di halaman 1dari 65

Kamis 1 - 3

DANA PENSIUN DAN PEGADAIAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Yang diampu oleh Bpk Drs. H. Gatot Isnani, M.Si.

Oleh kelompok 8:

Krismonia Agustin (04) Ketua


Mega Ayu Andini (10)
Meri Notalisa Andini (12)
Nur Anggi Purnama Dewi (29)
Rari Nitya Nirmala (35)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas izin, rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Dana Pensiun dan Pegadaian” ini dengan baik.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu penyusun dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada
dosen matakuliah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu Bpk Drs. H.
Gatot Isnani, M.Si. yang bersedia membimbing dan mengarahkan penyusun
dalam penyusunan makalah ini.

Melalui makalah ini, penyusun berharap agar pembaca dapat mengenal lebih
jauh mengenai Dana Pensiun dan Pegadaian, serta dapat menjadi sumber inspirasi
dan acuan bagi pembaca.

Malang, 27 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Dana Pensiun
2.1 Pengertian Dana Pensiun ................................................................................. 4
2.2 Tujuan Dana Pensiun ....................................................................................... 4
2.3 Manfaat Pensiun............................................................................................... 5
2.4 Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun .............................................................. 9
2.5 Peraturan Dana Pensiun ................................................................................. 10
2.6 Jenis Program Pensiun ................................................................................... 12
2.7 Program Pensiun Dengan Iuran Dan Tanpa Iuran ......................................... 18
2.8 Penyelenggaraan Program Pensiun ................................................................ 19
2.9 Metode Pembaiayaan Program Pensiun ......................................................... 21
2.10 Past Service Liability ................................................................................... 24
2.11Manajemen Kekayaan Dana Pensiun ............................................................ 25
2.12Pengaturan Dana Pensiun Di Indonesia ........................................................ 29
2.13Jenis Dana Pensiun Dan Program Pensiun ................................................... 32
2.15 Peraturan Dana Pensiun Pemberi Kerja ....................................................... 34
2.16 Dana Pensiun Lembaga Keuangan .............................................................. 43

B.Pegadaian
2.17 Pencertian Dan Status Hukum ..................................................................... 47
2.18 Kepengurusan dan Pengawasan ................................................................... 48
2.19 Tujuan Pegadaian ......................................................................................... 49
2.20 Kegiatan Usaha ............................................................................................ 49
2.21 Barang Jaminan............................................................................................ 49
2.22 Sumber Pendanaan ....................................................................................... 50
2.23 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman ........................................... 50
2.24 Penaksiran .................................................................................................... 51
2.25 Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman ............................................ 52

ii
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 54
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 57

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Perbandingan PPMP dengan PPIP ....................................................... 46

Tabel 2-2 Penggolongan Pinjaman Sewa Modal .................................................. 52

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Jenis, Program dan Iuran Dana Pensiun ....................................................... 34

Gambar 2.1 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman ............................................ 51

Gambar 2-2 Prosedur Pemberian Pinjaman ...................................................................... 53

Gambar 2-3 Prosedur Pelunasan Uang Pinjaman ............................................................. 53

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternatif untuk
memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Adanya jaminan
kesejahteraan tersebut memungkinkan karyawan untuk memperkecil masalah-
masalah yang timbul dari risiko-risiko yang akan dihadapi dalam perjalanan
hidupnya, misalnya risiko kehilangan pekerjaan, lanjut usia, dan kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tubuh atau bahkan mungkin kematian. Risiko-risiko tersebut
memberikan dampak finansial, terutama bagi kehidupan karyawan dan
keluarganya. Sehingga kesejahteraan yang bersangkutan secara otomatis akan
terganggu dan menimbulkan guncangan-guncangan yang pada gilirannya akan
mengganggu kelangsungan hidupnya. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
keadaan-keadaan tersebut, diciptakanlah beberapa usaha pencegahan, antara lain
dengan penyelenggaraan program pensiun (pension plan), baik yang dikelola
sendiri oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah sebagai pemberi
kerja yang telah dikenal selama ini.
Di negara-negara maju, penyelenggaraan program pensiun sebagai salah
satu bentuk kesejahteraan bagi karyawan baik oleh pemerintah maupun
perusahaan-perusahaan swasta telah dilakukan sejak tahun 1800an. Selanjutnya,
untuk lebih meningkatkan motivasi dan ketenangan kerja dalam rangka
peningkatan produktivitas serta untuk memberikan daya guna dan hasil guna yang
optimal dalam penyelenggaraan program pensiun sesuai dengan fungsinya,
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang
Dana Pensiun.
Untuk mengembangkan minat penyelenggaraan program pensiun
tersebut terutama oleh pihak-pihak swasta guna pemberian kesejahteraan dan
jaminan hidup hari tua kepada karyawan, pemerintah Indonesia dalam UU No. 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (3) huruf h dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 250/KMK.011/1985 tanggal 6 Maret 1985 telah

1
memberikan perlakuan khusus kepada dan pensiun. Penghasilan dana pensiun
yang diperoleh dari kegiatan pada bidang-bidang tertentu tertentu tidak
digolongkan sebagai objek pajak.
Menurut Siamat (2005: 743) Pegadaian merupakan lembaga perkreditan
dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia,
yang kemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris
dan Belanda. Lalu, sistem gadai tersebut dibawa dan dikembangankan di
Indonesia oleh orang Belanda (VOC).
Pada awalnya, pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta.
Kemudian melalui Staatsblad tahun 1901 No.131 tanggal 12 Maret 1901,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda mendirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia
Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut,
maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana
diatur dalam Staatsblad Tahun 1901 No.131, tersebut yang berbunyi: “Kedua:
Sejak saat itu di bagian Sukabumi kepada siapa pun tidak akan diperkenankan
untuk dengan memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli
kembali, meminjamkan uang, tidak melebihi seratus Golden, dengan hukuman
tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337
KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang-orang
Bumiputera”. Selanjutnya dengan Staatsblad 1930 No. 266, Rumah Gadai
tersebut mendapatkan status dari Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara
dalam arti Undang-Undang Perusahaan Hindia Belanda (Lembaga Hindia Belanda
1927 No. 419).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dana pensiun?
2. Apa tujuan dan manfaat pensiun?
3. Bagaimana sintem pembayaran manfaat pensiun dan peraturan dan
pensiun?
4. Apa jenis program pensiun?
5. Bagaimana program pensiun dengan iuran dan tanpa iuran?
6. Bagaimana penyelenggraan ptogram pensiun dan metode
pembiayaan program pensiun?

2
7. Apa pengertian past service liability dan manajemen kekayaan dan
pensiun?
8. Bagaimana pengaturan dan pensiun di Indonesia?
9. Apa jenis dana pensiun dan program pensiun dan dana pensiun
pemberi kerja?
10. Bagaimana dana pensiun pemberi kerja?
11. Apa pengertian dana pensiun lembaga keuangan?
12. Apa pengertian pegadaian dan status hukum?
13. Bagaimana kepengurusan dan pengawasan?
14. Bagaimana tujuan dan kegiatan usaha pegadaian?
15. Apa pengertian barang jaminan dan sumber pendanaan?
16. Bagaimana proses penyaluran dan penggolongan uang pinjaman?
17. Bagaimana penaksiran dan prosedur pemberian dan pelunasan
pinjaman?

Teknik penulisan makalah ini sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya


Ilmiah, Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian, Edisi 2017, Universitas Negeri Malang (PPKI 2017).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dana Pensiun

2.1 Pengertian Dana Pensiun


Menurut Siamat (2005: 704) Beberapa sumber memberikan pengertian
dana pensiun atau pension fund sebagai berikut:

“Pension fund is a financial institution that controls assets and


disburses income to people after they have retired from gainful
employed. Pension fund is an invesment maintained by companies
and other employers to pay the annual sum required under the
busuness organization’s pension scheme.”
Sedangkan menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
disebutkan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjadikan manfaat pensiun. Dari definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pensiun merupakan lembaga atau badan
hukum yang mengelola program pensiun, yang dimaksudkan untuk memberikan
kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan, terutama yang telah pensiun.
Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja
atau siserahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa
pengelilaan program pensiun, misalnya bank-bank umum atau perusahaan
asuransi jiwa.

2.2 Tujuan Dana Pensiun


Menurut Siamat (2005: 704 - 705) Penyelenggaraan suatu program
pensiun, terutama dari sisi pemberi kerja, dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek
ekonomis dan aspek sosial. Yang dimaksud dengan aspek ekonomis adalah usaha
pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan perusahaan yang
memiliki potensi, cerdas, terampil dan produktif, yang dapat diharapkan untuk
mengembangkan perusahaan. Sedangkan, aspek sosial berkaitan dengan tanggung
jawab sosial pemberi kerja, bukan saja kepada karyawannya pada saat karyawan
yang bersangkutan tidak lagi mampu bekerja, tetapi juga kepada keluarganya pada

4
saat karyawan tersebut meninggal dunia. Kedua aspek tersebut sebenarnya hanya
dilihat dari sisi perusahaan (pemberi kerja).
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan pemberi
kerja maupun dari karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemberi kerja
Tujuan mengadakan suatu program pensiun bagi perusahaan atas
pemberi kerja adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Loyalitas. Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan
mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.
c. Kompetisi pasar tenaga kerja. Dengan memasukkan program pensiun
sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan,
diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha
mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga
kerja.

2. Karyawan
Tujuan pengadaan suatu program pensiun bagi karyawan atau peserta antara
lain adalah:
a. Rasa aman terhadap masa yang akan datang, dalam arti tetap memiliki
pengahasilan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan
kompensasi, meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun/berhenti bekerja.

2.3 Manfaat Pensiun


Menurut Siamat (2005: 705 - 708) Manfaat pensiun pada prinsipnya
berkaitan dengan usia di mana peserta berhak untuk mengajukan pensiun dan
mendapatkan manfaat pensiun. Manfaat pensiun dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pensiun Normal (Normal Retirement)
Usia pensiun normal adalah usia paling rendah di mana karyawan berhak
untuk pensiun tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja, dengan memperoleh

5
manfaat pensiun penuh. Usia pensiun normal tesebut biasanya ditentukan dalam
suatu peraturan dana pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh.
Seringkali, karyawan memohon mengajukan pensiun bukan pada rata-rata usia
pensiun karyawan yang sesungguhnya. Di Amerika Serikat atau Kanada misalnya,
usia pensiun normal karyawan adalah 65 tahun untuk pria dan 60 tahun untuk
wanita. Namun dengan adanya Undang-Undang Hak Asasi, perbedaan usia
pensiun tersebut akhirnya disamakan menjadi 65 tahun. Usia pensiun tersebut
merupakan usia pensiun yang diatur dalam Canada Pension Plan dan Old Age
Securities.

Namun akhir-akhir ini, khususnya di negara-negara maju ada


kecenderungan untuk pensiun lebih muda, misalnya di usia 60 tahun. Banyak
program pensiun di mana pensiun dibayarkan tanpa pengurangan atau pensiun
dipercepat, misalnya pada 60 tahun atau kurang, meskipun usia pensiun
normalnya adalah 65 tahun. Beberapa program pensiun lain misalnya,
memberikan hak pensiun kepada karyawan begitu mencapai usia pensiun normal.
Di Indonesia, usia pensiun normal karyawan umumnya bekisar 55 tahun.

b. Pensiun Dipercepat (Early Retirement)


Program pensiun biasanya mengizinkan karyawan untuk pensiun lebih
awal sebelum mencapai usia pensiun normal. Kadang-kadang, karena satu dan
alasan lain, karyawan mengajukan permohonan kepada pemberi kerja agar masa
pensiunnya dipecepat.

Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan


dan pensiun di mana karyawan dimungkinkan untuk oensiun lebih awal daripada
usia pensiun normal dengan persyaratan khusus juga yaitu setelah mencapai usia
tertentu misalnya 50 tahun, harus memenuhi masa kerja minimum misalnya 10,15
atau 20 tahun, dan memerlukan persetujuan dari pemberi kerja. Beberapa
peraturan pensiun mengatur bahwa pensiun dipercepat hanya dapat dilakukan
apabila karyawan mengalami cacat tetap.

Jumlah manfaat pensiun yang diperoleh seorang karyawan dengan


pensiun dipercepat biasanya dihitung berdasarkan acturial equivalent dari jumlah

6
pensiun yang telah terakumulasi sampai tanggal pensiun dipercepat. Penggunaan
acturial aqivalent ini akan sangat mengurangi manfaat pensiun dari jumlah yang
seharusnya diterima. Misalnya, pensiun pada usia 60 tahun yang menurut acturial
equivalent dari suatu pensiun dimulai pada usia 65 tahun kira-kira 60% dari
jumlah suatu pensiun sebenarnya. Katakanlah, misalnya seorang karyawan dengan
penghasilan Rp1.200.000 per bulan yang ikut dalam program 2% career earning
pension plan yang telah mencapai usia 60 tahun dan telah terkumpul suatu nilai
manfaat pensiun sebesar Rp480.000 per bulan di mulai pada usia 65 tahun.
Apabila karyawan tersebut terus aktif bekerja sampai usia 65, maka jumlah
pensiun akan menjadi: Rp480.000 + (5 th x 2% x Rp1.200.000)=Rp600.000 per
bulan. Apabila pensiun dipercepat dilakukan pada usia 60 tahun, maka acturial
equivalent dari Rp480.000 per bulan kira-kira sebesar Rp300.000 per bulan, jauh
lebih kecil jumlahnya apabila pensiun pada saat mencapai usia pensiun normal.

c. Pensiun Ditunda (Deffered Retirement)


Dewasa ini, banyak orang beranggapan bahwa, secara sosial-ekonomis,
tidak tepat memaksa seorang karyawan untuk pensiun hanya karena ia telah
mencapai usia kronologis tertentu. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
pemaksaan pensiun bagi karyawan yang masih sehat mental dan fisik akan
meningkatkan tingkat mortalitas. Sehubungan dengan itu, banyak pemberi kerja,
terutama di Amerika Serikat dan Kanada yang dahulunya menggunakan kahrusan
pensiun pada saat mencapai usia pensiun normal, memperkenankan karyawan
yang masih sehat mental dan fisik untuk tetap bekerja melampaui usia pensiun
normal.

Biasanya beberapa pemberi kerja yang memiliki program pensiun


memperkenankan adanya pensiun ditunda, dengan ketentuan bahwa pembayaran
pensiun dimulai pada saat tanggal pensiun normal meskipun yang bersangkutan
tetap meneruskan bekerja dan memperoleh gaji dari perusahaan yang
bersangkutan. Cara tersebut sebenarnya merupakan praktik yang kurang baik dan
bertenatangan dengan ide dasar dari suatu program pensiun, yang sebenarnya
dimaksudkan untuk mengganti pendapatan mantan karyawan yang tidak lagi
memperoleh penghasilan.

7
Namun, beberapa peraturan program pensiun memperkenankan
karyawan untuk terus bekerja meskipun telah mencapai usia pensiun normal untuk
memperoleh tambahan penghasilan, di samping untuk memperbesar penghasilan
dasar pensiunnya, di mana nantinya formula manfaat pensiun dihitung. Karyawan
yang melakukan pensiun ditunda tersebut harus pensiun apabila telah mencapai
usia tertentu atau masa kerja tertentu atau disebut compulsory retirement. Berbeda
dengan pembayaran pensiun ditunda seperti yang telah dijelaskan diatas,
peraturan dana pensiun dapat pula menetapkan bahwa karyawan yang menunda
pensiunnya melewati tanggal pensiun normal, secara otomatis, pensiunnya akan
ditahan sampai karyawan tersebut benar-benar telah pensiun.

Pengertian pensiun ditunda sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3)


UU No.11 Tahun 1992 adalah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang
berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal yang ditunda
pembayarannya sampai pada saat peserta pensiun sesuai dengan peraturan dan
pensiun. Selanjutnya menurut ketentuan ini peserta dana pensiun yang mengikuti
program pensiun manfaat pasti, apabila berhenti bekerja setelah memiliki masa
kepesertaan minimal 3 tahun dan belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak
menerima pensiun ditunda yang besarnya sama dengan jumlah yang dihitung
berdasarkan rumus pensiun bagi kepesertaannya sampai pada saat pemberhentian.
Sedangkan bagi peserta dana pensiun yang menyelenggarakan program pensiun
iuran pasti, apabila berhenti bekerja setelah memiliki masa kepesertaan minimal 3
tahun dan belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak atas jumlah iurannya
sendiri dan iuran pemberi kerja beserta hasil pengembangannya yang harus
digunakan untuk memperoleh

d. Pensiun Cacat (Disable Retirement)


Pensiun cacat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan usia peserta. Akan
tetapi, karyawan yang mengalami cacat dan dianggap tidak lagi cakap atau
mampu melaksanakan pekerjaannya berhak memperoleh manfaat pensiun.
Manfaat pensiun cacat ini, biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat
pensiun normal, dimana masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun

8
normal dan penghasilan dasar pensiun ditentukan pada saat peserta yang
bersangkutan dinyatakan cacat.

2.4 Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun


Menurut Siamat (2005: 708 - 709) Cara pembayaran manfaat pensiun
(benefit) kepada karyawan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pembayaran secara sekaligus (lump sum)
b. Pemabayaran secara berkala (anuity)
Sulit untuk menentukan cara mana yang lebih baik dari kedua cara
pembayaran manfaat tersebut, klarena hal ini tergantung dari keinginan penerima
manfaat tersebut.
Dalam keadaan inflasi misalnya, orang lebih cenderung memilih
pembayaran manfaat dengan cara sekaligus karena nilai uang yang diterima
sekarang tentunya lebih tinggi daripada waktu yang akan datang. Selain itu,
manfaat yang diterima sacara lump sum dapat dipakai untuk melakukan suatu
usaha yang memberikan hasil secara kontinu. Hal ini akan berlaku apabila setiap
orang bertindak sebagaimana asumsi tersebut. Namun, tidak semua orang dapat
berbuat demikian. Bahkan dalam banyak hal, pembayaran secara lump sum oleh
yang bersangkutan mungkin akan habis dikonsumsi, dan apabila bekas karyawan,
dalam hal ini penerima manfaat, tidak dapat mengelola manfaat dimaksud, maka
untuk masa yang akan datang, yang bersangkutan akan mengalami kesulitan
keuangan. Dengan demikian, dana pensiun tidak lagi sesuai dengan tujuan
pembentukannya sebagai jaminan hari tua. Selain itu, bila kita lihat dari persepsi
ekonomi makro, pemberian manfaat secara sekaligus akan mempercepat tingkat
inflasi karena sirkulasi uang akan bertambah dan kemungkinan akan dikonsumsi
dengan segera, sehingga tidak ada sisa sedikit pun untuk investasi.

Karena pertimbangan-pertimbangan tersebut banyak perusahaan, baik


swasta maupun milik negara termasuk pemerintah, memberikan manfaat kepada
karyawan yang telah mencapai usia pensiun dengan jalan menggunakan sistem
pembayaran secara berkala (anitas). Kebijakan semacam ini juga diberlakukan di
Indonesia sesuai UU No. 11 Tahun 1992. Kesejahteraan karyawan dalam bentuk
pensiun dapat dipandang sebagai hak karyawan dan dapat dianggap sebagai
penghasilan atau gaji yang ditangguhkan (defered payment of income). Atau

9
dengan kata lain merupakan kesejahteraan tertunda selama karyawan bekerja,
dalam bentuk tambahan gaji yang diterimanya setiap bulan, tetapi baru akan
diberikan pada saat karyawan tersebut telah mencapai usia pensiun atau tidak
dapat bekerja lagi atau meninggal.
Berdasarkan filosofi tersebut, maka besarnya manfaat pensiun karyawan
biasanya dikaitkan dengan faktor-faktor masa kerja (year of service) dan
penghasilan/gaji.

2.5 Peraturan Dana Pensiun


Menurut Siamat (2005: 709 – 710) Program pensiun atau pension plan
selalu dituangkan dalam suatu perjanjian antara pemberi kerja dengan karyawan.
Perjanjian ini biasanya berbentuk suatu peraturan yang lazimnya disebut dengan
peraturan dana pensiun, yang berlaku baik bagi karyawan maupun pemberi kerja.
Di dalam peraturan tersebut, diatur semua hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Pada hakikatnya, peraturan pensiun ini adalah bagian dari perjanjian kerja (labor
agreement).
Hal-hal yang umunya diatur di dalam suatu peraturan pensiun antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Siapa yang berhak menjadi peserta.
b. Manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa.
c. Kapan dapat dinikmati dan berapa besar manfaat yang dijanjikan kepada
peserta.
d. Sumber pembiayaannya.
Sebagai ilustrasi, ketentuan-ketentuan pokok yang diatur dalam suatu
peraturan dana pensiun antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dasar Pensiun
Untuk menghitung besarnya manfaat pensiun, gaji yang berhak diterima oleh
karyawan (peserta) setiap bulan ditetapkan sebagai penghasilan dasar
pensiun.
b. Besarnya Manfaat Pensiun
Manfaat pensiun, yang dibayarkan kepada karyawan pada saat pensiun diatur
dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun untuk program pensiun
manfaat pasti antara lain sebagai berikut:

10
1) Besarnya manfaat pensiun karyawan sebulan ditetapkan misalnya 2.5% dari
dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerja, dengan ketentuan bahwa:
a) Manfaat pensiun karyawan sebualan adalah sebanyak-banyaknya 75% dari
penghasilan dasar pensiun.
b) Manfaat pensiun karyawan sekuarang-kurangnya 50% dari penghasilan
dasar pensiun.
2) Besarnya manfaat pensiun janda/duda sebulan adalah 50% dari pensiun
peserta.
3) Besarnya manfaat pensiun anak yatim/piatu sebulan adalah 100% dari
besarnya pensiun janda/duda.
c. Iuran Pensiun
Ketentuan iuran pensiun dalam peraturan dana pensiun diatur sebagai
berikut:
1) Setiap kelompok karyawan peserta wajib membayar iuran 5% dari
penghasilan dasar pensiun setiap bulan.
2) Perusahaan membayar iuran sebesar 5% dari total gaji karyawan, ditambah
dengan iuran untuk mengatur dana yang seharusnya tersedia (initial liability).
Besarnya iuran pemberi kerja tersebut dapat pula ditentukan berdasarkan
perhitungan aktuaris.
3) Iuran dari karyawan dan pemberi kerja sudah harus disetorkan kepada Dana
Pensiun selambat-lambatnya, misalnya tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Hak Sebelum Mencapai Usia Pensiun
Masalah lain yang perlu diatur adalah mengenai hak karyawan, yang
karena satu dan lain hal tidak dapat bekerja sebelum mencapai usia pensiun atau
vesting right. Hal-hal yang dimaksud adalah:

1) Peserta yang berhenti bekerja atau meninggal dunia sebelum mencapai usia
pensiun dan memiliki masa kepesertaan kurang dari 5 (lima) tahun berhak
atas iurannya sendiri ditambah bunga dan dapat dibayarkan sekaligus.
2) Peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun dengan
memiliki masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berhak atas
iurannya sendiri dan iuran perusahaan, ditambah bunga.

11
e. Kekayaan Dana Pensiun
Kekayaan dana pensiun pemberi kerja terdiri atas:
1) Iuran peserta dan pemberi kerja.
2) Hasil investasi.
3) Pengalihan dana dari dan pensiun lain.

2.6 Jenis Program Pensiun


Menurut Siamat (2005: 710 – 715) Program pensiun yang umumnya
dipakai di perusahaan swasta dan perusahaan milik negara maupun bagi karyawan
pemerintah terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Program Pensiun Manfaat dan Program
Pensiun Iuran Pasti.
a. Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti atau sering disebut defined benefit plan
adalah suatu prgram pensiun yang memberikan formula tertentu atas manfaat
yang akan diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Atas dasar
formula manfaat tersebut, besarnya iuran yang diperlukan dihitung oleh aktuaris.
Perbandingan iuran karyawan dan pemberi kerja bervariasi tergantung pada
kesepakatan yang dicapai. Namun pada umumnya iuran pemberi kerja lebih besar
daripada iuran karyawan.
Formula yang umum digunakan untuk menentukan besarnya manfaat
pensiun untuk program pensiun manfaat pasti terdiri atas:
1) Financial Earning Pension Plan
Perhitungan besarnya manfaat pensiun menurut formula final earning
pension plan ini dihitung berdasarkan persentase tertentu dari gaji terakhir peserta
pada saat mencapai usia pensiun, yang biasanya ditetapkan maksiumum masa
kerja (past service) misalnya 30 tahun. Formula perhitungan adalah sebagai
berikut:
2,5% x Past servive x Final Earning

2) Final Average Earning


Perhitungan manfaat menurut formula final earning pada dasarnya hampir
sama dengan formula final earning di atas, namun perhitungan dilakukan

12
berdasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir saja, misalnya 3 atau 5
tahun terakhir. Formula yang digunakan adalah:
2,5% x Past servce x Final Average Earning

Sebagai contoh, peserta menerima pensiun sebesar 2,5% dari jumlah


masa kerja dan jumlah gaji rata-rata 5 tahun terakhir sebesar Rp1 juta/bulan
dengan masa kerja (past service) 30 tahun. Maka, jumlah manfaat pensiun yang
akan diterima per bulan pada saat pensiun adalah: 2,5% x 30 x Rp1 juta=
Rp750.000/per bulan.
Untuk melindungi peserta yang pada akhir-akhir tahun sebelum pensiun,
karena satu dan alasan lain memiliki gaji yang lebih rendah, dapat dibuat variasi
perhitungan untuk memperoleh gaji rata-ratanya, misalnya menghitung 5 tahun
berturut-turut gaji tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Konsep final earning atau final average earnings ini sangat
menguntungkan karyawan karena dalam kenyataannya, banyak peserta yang
gajinya semakin besar dan mungkin dipromosikan ke tempat yang lebih tinggi
pada tahun-tahun menjelang pensiun. Sehingga, secara otomatis akan menambah
pengahasilannya, dan pada gilirannya akan memperbesar manfaat yang akan
diterimanya. Oleh karena itu formula perhitungan manfaat ini sangat populer di
kalangan karyawan.
3) Career Average Earning
Konsep perhitungan manfaat pensiun berdasarkan formula career
average earning dibandingkan dengan dua formula terdahulu dapat dikatakan
kurang populer bagi peserta, terutama pada industri menengah dan besar serta
lembaga-lembaga keuangan besar. Karena konsep tersebut memberikan hasil
akhir perhitungan yang kurang memuaskan bagi peserta. Cepatnya kenaikan
inflasi, terutama pada dekade terakhir ini, menyebabkan formula ini semakin
kurang populer karena program tersebut akan memberikan manfaat pensiun yang
relatif lebih kecil. Konsep perhitungan career average earning ini dihitung
berdasarkan persentase tertentu terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama
masa karir karyawan, dengan formula:
2,5% x Past Service x Career Average Earning

13
Akhir perhitungan manfaat pensiun dari formula di atas memberikan
bobot yang sama terhadap gaji pegawai selama masa kerjanya. Dengan alasan
tersebut sebenarnya program pensiun ini tidak realistis dari sudut kepentingan
karyawan sebagaimana halnya dengan final earning. Kelemahan program pensiun
tersebut adalah lebih kecilnya jumlah pensiun yang diterima pegawai karena
perhitungan dilakukan dengan menggunakan gaji dari keseluruhan masa kerjanya
sebagai dasar perhitungan pensiun, yang sudah pasti ada tahun-tahun pertama
dalam karirnya si pegawai menerima yang relatif gaji kecil. Namun kelebihan
formula ini, khususnya bagi pemberi kerja adalah lebih mudah untuk
diadministrasikan dan dimengerti.
4) Flat Benefit
Manfaat pensiun dengan program flat benefit didasarka atas jumlah uang
tertentu, untuk setiap tahun masa kerja atau lebih, ditetapkan nilai manfaat
pensiun untuk semua karyawan yang pensiun untuk semua karyawan yang
pensiun setelah memenuhi masa kerja minimum. Misalnya, besarnya pensiun
Rp30.000 per bulan untuk setiap tahun masa kerja dengan ketentuan minimum 10
tahun masa kerja. Sekiranya, karyawan yang pensiun dengan masa kerja 25 tahun,
jumlah pensiun yang diterimanya per bulan dihitung dengan mengalikan besarnya
pensiun yang ditetapkan dengan lamanya masa kerja yaitu: Rp30.000 x 25=
Rp750.000 per bulan.
Program pensiun dengan flat benefit ini biasanya dianut sebagai hasil
negosiasi pemberi kerja dengan karyawan atau serikat pekerja, di mana dasar
pensiun ditetapkan dengan sistem bertingkat atas dasar besar kecilnya gaji
karyawan yang bersangkutan. Misalnya, pegawai yang gajinya lebih besar akan
memperleh dasar pensiun yang lebih besar pula, mungkin melebihi Rp30.000
seperti contoh di atas. Kelebihan formula ini adalah lebih sederhana dan mudah
dimengerti, terutama oleh karyawan. Namun, konsep tersebut mengabaikan
perbedaa-perbedaan besarnya gaji dan masa kerja masing-masing karyawan. Di
samping itu jumlah pensiun yang tetap disebut ditetapkan berdasarkan tingkat gaji
dan nilai uang saat ini. Padahal kenyataannya, banyak manfaat yang tidak
dibayarkan sampai bertahun-tahun ketika tingkat upah atau gaji dan nilai uang

14
sudah sangat berbeda. Sementara, untuk mengubah jumlah pensiun yang telah
ditetapkan tersebut akan memakan waktu yang sangat lama karena harus melalui
negosiasi antara pemberi kerja dengan karyawan dan setelah melalui proses tawar
menawar yang biasanya cukup banyak.
b. Kelebihan Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti atau defined benefit plan memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut:
1) Lebih menekankan pada hasil akhir.
2) Manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu, mengingat manfaat dikaitkan
dengan gaji karyawan.
3) Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasikan masa kerja yang
telah dilalui karyawan apabila program pensiun dibentuk jauh setelah
perusahaan berjalan.
4) Karyawan lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima pada
saat mencapai usia pensiun.
c. Kelemahan Program Pensiun Manfaat Pasti
Kelemahan-kelemahan program pensiun manfaat pasti adalah sebagai
berikut:
1) Perusahaan menanggung risiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi
tidak mencukupi.
2) Relatif lebih sulit untuk diadministrasikan.
d. Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti atau benefit contribution pension plan adalah
program pensiun yang menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan
(pemberi kerja). sedangkan benefit yang akan diterima karyawan dihitung
berdasarkan akumulasi iuran, ditambah dengan hasil pengembangan atau
investasinya. Program pensiun iuran pasti terdiri atas:
1) Money Purchase Plan.
Program pensiun money purchase ini menetapkan jumlah iuran yang
dibayarkan oleh karyawan dan pemberi kerja, bukan formula perhitungan manfaat
pensiun sebagaimana pada defined benefit plan yang telah dijelaskan. Iuran
dibukukan pada masing-masing rekening peserta (individual account) beserta

15
akumulasi hasil pengembangannya. Manfaat pensiun yang akan dibayarkan
diambil dari jumlah tersebut. Jumlah akumulasi iuran dengan hasil pengembangan
investasinya sampai masa pensiun digunakan untuk membelu anuitas untuk
pembayaran pensiun.

Program ini menguntungkan bagi pemberi kerja karena iuran merupakan


suatu persentase tertentu dari total daftar gaji. Kelebihan konsep ini adalah
sepanjang iuran telah ditetapkan tersebut dibayar, maka pendanaan program
pensiun akan selalu terpenuhi (full funded) selamanya dan tidak akan mengalami
berbagai sumber kekurangan yang mungkin terjadi pada jenis-jenis program
pensiun lain. Di samping itu, iuran pemberi kerja dapat berkurang dari adanya
anggota yang mengundurkan diri (unvested members) di bawah jumlah yang
diperkirakan, kecuali kalau tabungan tersebut digunakan untuk meningkatkan
pensiun para peserta lainnya.

2) Profit Sharing Plan


Profit sharing plan adalah program pensiun yang sumber pembiayaannya
atau iurannya berasal dari persentase tertentu dari keuntungan yang diperoleh
perusahaan sebelum pajak. Oleh karena iuran diambil dari laba perusahaan maka
jumlahnya akan senantiasa berubah-ubah seiap tahun, tergantung dari laba yang
diperoleh pada tahun yang bersangkutan.
Total iuran tahunan pemberi kerja menurut program pensiun profit
sharing ini biasanya dikaitkan dengan laba perusahaan, dengan formula:

25% x Laba Kotor setelah dipotong


Cadangan 10% dari total Modal

Program pensiun ini tidak menjanjikan keamanan keuangan atau jumlah


pensiun yang memadai bagi peserta pada saat masa pensiun. Perusahaan atau
pemberi kerja dapat menghindari pembayaran jumlah pensiun yang pasti kepada
karyawan dengan menggunakan konsep program pensiun profit sharing ini. Di
samping itu, hampir tidak mungkin bagi peserta untuk mengestimasi berapa
jumlah pensiun yang akan diterima pada saat memasuki usia pensiun. Namun,

16
apabila perusahaan mengalami perkembangan yang pesat, maka jenis program ini
akan cukup menguntungkan bagi karyawan. Oleh karena itu, keberhasilan profit
sharing plan ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan perusahaan (pemberi kerja).
Program profit sharing atau yang sering disebut program pensiun
berdasarkan keuntungan ini pada prinsipnya adalah program pensiun yang
dirancang untuk meletakkan unsur dinamis dalam proses manajemen dalam
rangka meningkatkan produktivitas karyawan. Sasaran tersebut dapat dicapai
melalui pemberian penghargaan atas prestasi (rewarding of excellence) dan untuk
menanamkan rasa kebersamaan dan kemitraan antara pemberi kerja dan setiap
karyawan. Diharapkan dengan program pensiun seperti ini, produktivitas dan
keuntungan perusahaan dapat lebih ditingkatkan, di samping untuk membentuk
rasa kepentingan bersama antara karyawan manajemen dan pemegang saham.
Program profit sharing ini seperti telah disebutkan di atas akan
membantu mencapai sasaran perusahaan, di samping untuk meningkatkan
produktivitas. Misalnya, biaya-biaya mungkin dapat diturunkan dengan
menurunnya tingkat ketidakhadiran serta arus keluar masuknya karyawan.
Program profit sharing ini dapat lebih mepererat hubungan antar karyawan.
Kelebihan-kelebihan tersebut diperoleh manajemen perusahaan tanpa pelu
membuat komitmen jumlah keuntungan yang ditetapkan.
3) Saving Plan
Program pensiun dengan saving plan adlaah program pensiun yang pada
prinsipnya memiliki bentuk yang hampir sama dengan money purchase plan.
Perbedaanya terletak dalam hal iuran seluruhnya, di mana dalam program pensiun
dengan saving plan. Karyawanlah yang menentukan jumlah iuran tersebut.
e. Kelebihan Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut:
1) Pendanaan (biaya/iuran) dari perusahaan lebih dapat diperhitungkan atau
diperkirakan.
2) Karyawan dapat memperhitungkan besarnya iuran yang dilakukan setiap
tahunnya.
3) Lebih mudah untuk diadministrasikan.

17
f. Kelemahan Program Pensiunan Iuran Pasti
Kelemahan-kelamahan program pensiun iuran pasti antara lain sebagai
berikut:
1) Penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk diperkirakan.
2) Karyawan menanggung resiko atas ketidakberhasilan investasi.
3) Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui karywan.

2.7 Program Pensiun Dengan Iuran Dan Tanpa Iuran


Menurut Siamat (2005: 7015 – 716) Program pensiun pada prinsipnya
bisa diselenggarakan dengan bentuk contributory atau non-contributory pesion
plan. Program pensiun contributory atau program pensiun dengan iuran adalah
program pensiun dimana karyawan atau pekerja dan pemberi kerja diwajibkan
membayar sejumlah iuran tertentu program pensiun. Di negara-negara maju,
pembentukan program pensiun biasanya dilakukan dengan negosiasi dengan pihak
wakil pekerja, terutama apabila serikat pekerja di perusahaan tersebut telah
berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan non- contributory
pesion plan atau program pensiun tanpa iuran adalah penyelenggara program
pensiun dimana seluruh biaya progran ditanggung oleh pemberi kerja.

Umunya program pensiun dilakukan dengan cara contributory. Namun


akhir-akhir ini terutama di negara-negara maju, Kanada misalnya timbul suatu
kecenderungan dimana sektor-sektor swasta menyelenggarakan program pensiun
dengan tidak mewajibkan pekerja membayar sejumlah iuran atau non-
contributory pesion plan. Ada beberapa keuntungan yang didapat dari kedua
bentuk penyelenggaraan program pensiun tersebut. Kelebihan contributory pesion
plan:
a. Secara teoritis, program pensiun dengan iuran (contributory plan) akan
mengurangi biaya pemberi kerja, dengan jumlah benefit yang sama
dibandingkan dengan non-contributory pesion plan.
b. Iuran karyawan merupakan pengurangan pajak.
c. Karyawan akan lebih berkepentingan dan menghargai program pensiun
apabila ikut membayar iuran.

18
d. Apabila karyawan berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun, mereka
akan memperoleh kembali akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya
Kelebihan non-contributory pesion plan:

a. Dalam contributory plan, karyawan akan menuntut untuk dapat dalam komite
pensiun bila ada. Sedangkan dalam program non-contributory pemberi kerja
memiliki posisi yang lebih baik dalam mengoperasikan program dan
mengawasi investasi dana pensiun. Baik itu contributory maupun non-
contributory.
b. Dibanding program pensiun contributory , non contributory lebih mudah
untuk diadministrasikan.
c. Jumlah gaji bersih karyawan akan lebih besar karena tidak dipotong dengan
iuran. Oleh karena itu pemberi kerja tidak perlu lebih sering menaikkan gaji
karyawannya sebagai kompensasi akibat dipotongnya sebagian gaji untuk
iuran. Sebagaimana halnya pada program pensiun contributory.

2.8 Penyelenggaraan Program Pensiun


Menurut Siamat (2005: 716 – 717) Penyelenggaraan program pensiun
bagi karyawan dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Membentuk badan hukum dana Pensiun Pemberi Kerja yang pendirinya harus
memperoleh pengesahan dari Menteri Keuangan. Tata cara pembentukan
Dana Pensiun, dalam rangka penyelenggaraan program pensiunan, diatur
dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
b. Mengikutsertakan karyawan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Bank-
bank umum dan perusahaan asuransi jiwa, menurut UU No. 11 Tahun 1992.
Diperkenankan membentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan untuk umum
sebagai bagian dari pelayanan di bidang jasa keuangan. Perusahaan yang
memiliki karyawan yang jumlahnya relatif sedikit dengan pertimbangan
efisiensi, biasanya memilih mengikutsertakan karyawannya pada salah satu
Dana Pensiun Lembaga Keungan.

19
1. Pengelola Program Pensiun

Lembaga pengelola program pensiun yang dibentuk oleh pemberi kerja


disebut dana pensiun. Lembaga ini merupakan badan hukum yang berdiri sendiri
dan terpisah dari perusahaan induknya atau perusahaan yang membentuknya.
Karena merupakan badan hukum, maka dana pensiun khususnya dana pensiun
pemberi kerja harus memiliki pengurus atau manajemen tersendiri dan terpisah
dari kepengurusan perusahaan pendiri. Manajemen inilah yang selanjutnya yang
memiliki fungsi dan tugas dalam pengadministrasian program pensiun,
memelihara catatan semua peserta, administrasi keuangan, membayar manfaat,
membuat dan melaksanakan strategi atau kebijaksanaan dalam melakukan
investasi atas dana dari pemberi kerja dan karyawan peserta. Namun dengan
banyaknya perusahaan penasihat investasi, pengelola investasi dana pensiun dapat
diserahkan kepada salah satu atau beberapa perusahaan investmen managemen
dengan melakukan perjanjian atau kontrak manajemen. Perusahaan tersebut
bertanggung jawab untuk mengelola investasi dana pensiun yang bersangkutan.
Dalam perjanjian tersebut biasanya diaturmengenai hal-hal pokok yang berkaitan
antara lain:
a. Segmen usaha atau investasi yang boleh dimasuki.
b. Maksimum jumlah dana yang dapat dialokasikan untuk setiap instrumen
investasi, misalnya dalam real estate, dan surat-surat berharga yang
diterbitkan emiten asing.
c. Pelaporan mengenai perkembangan investmen untuk setiap periode tertentu.
d. Pembayaran fee atau komisi.

Perjanjian mengenai komisi dan kebijaksanaan investasi tentunya tetap


harus tunduk dan disesuaikan dengan batasan-batasan ketentuan perundangan
investasi dana pensiun, yang diatur oleh lembaga Pengawas Dana Pensiun di
indonesia, yaitu Direktorat Dana Pensiun, Departemen Keuangan. Pada prinsipnya
dana pensiun merupakan perusahaan asuransi sendiri dalam ukuran kecil. Oleh
karena itu ia harus mempunyai cukup banyak peserta untuk dapat diterapkan
hukum-hukum asuransi. Hanya perusahaan-perusahaan besar, yang banyak jumlah
karyawannya, yang mampu membentuk dana pensiun. Agar pembayaran manfaat

20
dapat terlaksana, perlu adanya perjanjian antara pemberi kerja dan pengurus dana
pensiun, yang menentukan bahwa pemberi kerja harus terpisah dari keuangan
dana pensiun yang dibentuk.

2.9 Metode Pembaiayaan Program Pensiun


Menurut Siamat (2005: 717 – 720) Dalam memperthitungkan biaya
untuk penyelenggaraan program pensiun selalu dihadapkan pada pertanyaan
berapa besar jumlah iuran yang perlu ditetapkan. Untuk menetapkan jumlah iuran
tersebut, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:
a. Besarnya nilai manfaat atau benefit.
b. Usia rata-rata karyawan.
c. Skala gaji perusahaan yang bersangkutan.
d. Jumlah masa kerja.
Sehubungan dengan variabel-variabel yang perlu dipertimbangkan
tersebut, maka sangat sulit untuk menentukan besarnya biaya suatu program tanpa
mengetahui data-data tersebut. Namun menurut pengalaman beberapa perusahaan
pemberi kerja total biaya suatu program pensiun dalam kondisi normal dapat
diperkirakan berkisar 10%-15% dari total biaya penggajian diluar biaya untuk
masa kerja lampau (past service).

luran yang dibayarkan pemberi kerja maupun karyawan kepada dana


pensiun tidak saja dipergunakan untuk membayar manfaat di masa mendatang,
tetapi diperlukan juga untuk menutup biaya-biaya lainnya, baik untuk biaya di
maa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam penghitungan besarnya
iuran. semua pengeluaran pada umumnya dinyatakan sehagai suatu persentase
tertentu dari iuran. Persentase ini dinamakan beban atau loading (biaya
penyelenggaraan) yang dikenakan terhadap setiap peserta program. Dengan
menggunakan kalkulasi tertentu beban tersebut tidak lagi merupakan persentase
dari iuran. Tetapi diperinci secara terpisah sesuai dengan jumlah yang
sesungguhnya. Penghitungan tersebut dilakukan atas dasar husiness economics,
sehingga tidak ada bedanya dengan kalkulasi biaya produksi suatu barang pada
umumnya. Beban ini tidak dikenakan terhadap masing-masing peserta. Makin
banyak perserta dalam suatu program, maka biaya per peserta akan makin rendah.
Penghitungan dalam rangka menetapkan jumlah iuran tersebut biasanya dilakukan

21
oleh seorang aktuaris. Dan karena menyangkut masalah yang teramat sangat
teknis, maka metode penghitungan iuran peserta tersebut tidak dibahas di sini.
Dalam melakukan pembiayaan program pensiun, umumnya dikenal dua cara,
yaitu pay as you go dan funding system.

1. Pay As You Go
Dalam metode pay as you go atau disebut juga current cost method,
pemberi kerja hanya membiayai manfaat pensiun seorang karyawan atau peserta
begitu diperlukan di luar gaji terakhir. Metode ini relatif kurang konservatif
dibandingkan dengan metode pembiayaan pensiun lainnya dan tidak dilakukan
pendanaan sama sekali, karena memang tidak ada dana yang terhimpun atau yang
dipupuk dari awal yang berasal dari iuran. Metode pembiayaan ini kurang begitu
populer dan banyak negara yang memiliki Undang-Undang Dana Pensiun tidak
memasukkan metode ini sebagai metode pendanaan. Demikian pula di Indonesia,
benarnya ensiun yang menggunakan meode pay as you go atau program sejenis
yang tidak menggunakan finding system tidak diperkenankan menurut UU No. II
Tahun 1992.
Kelemahan metode ini adalah baik karyawan atau pensiunan jelas tidak
memiliki jaminan atau kepastian mendapatkan pensiun. Di samping itu, pemberi
kerja akan menghadapi beban biaya yang lebih besar jika jumlah pensiun semakin
bertambah. Dengan metode ini, karyawan dan pensiunan akan kehilangan manfaat
pensiunnya apabila pemberi kerja mengalami insolvent. Sedangkan kelebihannya
adalah pemberi kerja tidak diharuskan menginvestasikan dana dalam suatu dana
pensiun atau perusahaan asuransi jiwa. Beberapa program pensiun pemerintahan
ata lembaga semi pemerintahan yang menggunakan metode pay as you go tetap
memelihara cadangan atau pendanaan yang jumlahny tidak ditetapkan secara
aktuaria meskipun sebenarnya tidak diharuskan, misalnya Canada Pension Plan
dan Qubec Pesion Plan. Ciri-ciri metode pas as you go:
a) Tidak terdapat Ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun.
b) Manfaat tidak ditetapkan dan belum djanjikan.
c) Pensiun merupakan bagian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha.

22
2. Funding System
Funding System adalah metode pemupukan dana yang bersumber dari
peserta dan pemberi kerja. Metode ini merupakan metode yang relatif lebih baik
daripada sistem pas as you go yang telah dijelaskan di atas. Dengan cara ini
penghimpunan dana dilakukan agar dapat dipakai utuk pembayaran manfaat pada
masa yang akan datang.
Metode pendanan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
single premium funding dan level premium funding. Single premium funding,
pendanaan berdasarkan metode single premium atau disebut juga unit benefit
method adalah biaya setiap program untuk suatu tahun tertentu dnentukan dengan
mengrunakan laktor anuitas (deferred umusty factors) untuk menetapkan nalai
sekarang dari pensiun tahunan peseta, setelah memperhitungkan masa kerja.
Pembayaran pensiun untuk suatu tahun merupakan satu unit manfaat (benefit unit)
yang besarnya , misalnya 2 % dari gaji tahun tersebut (dalam program career
avaage) atau 2% dari gaji rata-rata terakhir yang diperkirakan (dalam program
final average) atau sebesar Rp 30.000 per bulan (apabila program flat benefit).
Level Premium Funding. Metode level premium adalah metode
pendanaan yang dirancang untuk menghindari kenaikan biaya pensiun, yang
terjadi pada saat usia peserta semakin bertambah dan pada saat kenaikan gaji.
Untuk itu, perlu penetapan tingkat premi tahunan (yang dinyatakan dalam rupiah
per pegawai atau sebagai persentase tertentu dari penggajian) yang apabila
dibayarkan setiap tahun mendatang akan memberikan seluruh manfaat yang akan
datang. Oleh karena itu, biaya untuk seorang peserta cenderung untuk menjadi
lebih tinggi apabila usia peserta lebih muda dan lebih rendah apabila umur peserta
lebih tua, dibandingkan dengan single premium funding. Sering biaya dirata-
ratakan, bukan hanya untuk tahun-tahun yang akan datang dari masa kerja seorang
peserta, tetapi juge seluruh peserta program pensiun. Dengan demikian, tingkat
kontribusi (iuran) dihitung apabila dibayarkan untuk setiap peserta, setiap
tahunnya sampai meninggal, berhenti atau pensiun diperkirakan untuk membayar
pensiun dan manfaat lain di mana peserta berhak terhadap program pensiun.
Tingkat iuran tersebut biasanya dinyatakan persentase dari gaji (dalam flat benefi
plan) dalam rupiah per kepala.

23
Selanjutnya, sebagai akibat dari adanya pergantian atau perubalan
peserta, gaji, tingkat bunga dan faktor-faktor lain, biaya dalam level premium
funding tidak dapat selalu berada pada tingkat yang pasti. Hal tersebut dapat
terjadi apabila semua asumsi aktuaria terjadi sesuai dengan kenyataannya. Tingkat
kontribusi memungkinkan untuk ditinjau ulang dan bila perlu direvisi pada setiap
penilaian aktuaria. Apabila pada benefit untuk masa kerja lampau (jika ada) dan
masa kerja yang akan datang dilakukan pendanaan dengan cara ini, maka metode
tersebut dikenal sebagai aggregate funding. Biaya cenderung turun apebila ada
peserta baru tanpa masa kerja lampau mengikuti program.
Sistem level premium funding ini memiliki beberapa kelebitan, antara
lain sebagai berikut:
a) Pembayaran iuran dilakukan secara berangsur-angsur atau dicicil selama
karyawan masih aktif bekerja.
b) Karyawan mendapatkan perlindungan yang lebih baik, karena apabila
pemberi kerja sewaktu- waktu bangkrut, misalnya atau terpaksa berhenti
beroperasi, karyawan akan tetap menerima manfaat karena dana memang
telah dihimpun sejak karyawan mulai bekerja.
c) Memiliki dampak terhadap ekonomi makro karena dona yang dihimpun dapat
diinvestasikan kembali sebagai biaya pembangunan nasional.

2.10 Past Service Liability


Menurut Siamat (2005: 720 – 721) Masalah masa kerja lampau (past
service liability) ini akan menjadi unsur pertimbangan yang sangat
krusial,terutama dalam hal pendanaan (funding) suatu program pensiun. Pada saat
kerja menyelenggarakan program pensiun untuk karyawan, sudah jelas akan ada
beberapa karyawannya yang telah mengabdikan diri selama beberapa tahun
sebelumnya pada perusahaan pemberi kerja. Karyawan yang telah memiliki masa
kerja pada saat program pensiun di selenggarakan disebut memiliki masa kerja
lampau.
Masa kerja lampau ini perlu mendapat penghargaan dari pemberi kerja,
sehingga harus ikut diperhitungkan di dalam menentukan besarnya manfaat pada
saat karyawan yang bersangkutan pensiun. Dengan diperhitungkannya masa kerja

24
lampau tersebut akan menimbulkan masalah finansial, karena selama itu belum
permah disediakan biaya/pendanaan untuk pembiayaan program pensiun.
Yang baru dibentuk tersebut. Sehingga, hal ini akan berakibat bahwa
pada waktu pemberi kerja mulai menyelenggarakan program pensiun karena biaya
masa kerja lampu ini perlu disediakan pada saat itu juga. di samping, biaya untuk
masa kerja yang akan datang (coming service). Masalah masa kerja lampau akan
timbul karena apabila diperhitungkan mungkin biaya akan sangat besar. Namun
biasanya perusahaan (pemberi kerja) diberikan kelonggaran dalam memenuhi
kewajibannya dengan mengangsur selama masa kerja yang akan datang. Misalnya
maksimal 15 tahun. Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi
keringanan perusahaan, teruama dalam hal kemampuan likuiditasnya.
Masalah pembiayaan lain yang terkait dalam perhitungan masa kerja
lampau ini apabila program pensiun menggunakan program final earnings , yaitu
perhitungan besarnya manfaat ber program pensiun menggunakan program final
earning dasarkan gaji terakhir. Dalam sistem final earnings, ini setiap ada
kenaikan gaji yang harus ditambah pembiayaannya bukan hanya yang
menyangkut masa kerja yang akan datang saja, tetapi juga menyangkut masa kerja
lampaunya. Oleh karena itu, sebagaimana telah dijelaskan, sistem final earning
meskipun lebih baik daripada sistem final average earnings namun masih ada
masalah dipecahkan. Sebab kenaikan gaji yang kecil saja mungkin akan
memerlukan pembiayaan yang berlipat apabila masa kerja lampau karyawan
peserta sudah banyak. Untuk memecahkan masalah pembiayaan masa kerja
lampau ini, biasanya pemberi kerja menetapkan hanya bersedia pembiayaannya
bukan hanya yang meny angkut masa kerja yang akan datang saja menyangkut
masa kerja lampaunya. Oleh karera itu. sebagaimana telah dijelaskan
menanggulangi pembiayaannya sebesar maksimal , misalnya 25 % dari seluruh
penggajian.

2.11 Manajemen Kekayaan Dana Pensiun


Menurut Siamat (2005: 721 – 723) Pendanaan suatu program pensiun,
apakah dalam rangka memenuhi ketentuan atau untuk tujuan pengelolaan
manajemen keuangan, akan menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan, yang
nantinya digunakan untuk membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi.

25
Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-
biaya langsung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat
pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti. Misalnya, kekayaan
program pensiun manfaat pasti dengan pendanaan penuh (fully funded) dapat
diinvestasikan dengan cara tersebut untuk memperoleh tingkat keuntungan ,
misalnya sebesar 6 % rata - rata dalam situasi ekonomi yang stabil. Kira-kira 70 %
dari manfaat pensiun akan dibayarkan dari hasil investasi , sehingga tinggal 30 %
yang dibayarkan dari iuran pensiun.

Dengan tingkat iuran tertentu, penghasilan dari investasi memegang


peranan penting untuk meningkatkan peranan manfaat pensiun bagi karyawan
dalam program iuran pasti. Kekayaan dana pensiun dan kemampuannya untuk
meningkatkan penghasilan investasi di masa yang akan datang merupakan sumber
utama terjaminnya penibayaran manfaat pensiun, yaitu jaminan hak manfaat
peserta yang telah terkumpul pada akhirnya akan terpenuhi. Oleh karena itu
manajemen kekayaan dana pensiun merupakan masalah utama bagi pihak sponsor
maupun lembaga pengawas, yang memiliki beban tanggung jawab untuk
melindungi kepentingan karyawan atau peserta program pensiun dan anggota
keluarga yang berhak memperolch manfaat pensiun. Dana pensiun, sebagaimana
sifat usahanya berkaitan dengan, dan melibatkan banyak orang sehingga operasi
dana pensiun di berbagai negara diawasi dengan berbagai peraturan oleh lembaga-
lembaga pemerintah yang ditugaskan untuk itu.

1. Strategi Dan Kebijakan Investasi


Dana pensiun terutama dana pensiun besar, biasanya mengembangkan
suatu kebijakan investasi secara tertulis dalam pengelolaan kekayaannya.
Kebijakan investasi tersebut kemudian dibicarakan dengan manajer investasinya,
yang secara periodik dapat diubah dan disestaikan dengan keadaan perckonomian
dan perkembangan pasar modal atau dengan peraturan pen program pensiun
memiliki sesuatu kebijakan investasi formal. Kalaupun ada, biasanya relatif
sederhana dan tidak, lengkap. Banyak perdiri dana pensiun mendelegasikan
pelaksanan pengembangan kebijakan investasinya kepada perusahaan investasi
(investment company) atau perusahaan asuransi.

26
2. Pokok-Pokok Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi suatu dana pensiun, minimal mencakup komponen
yang antara lain mengenai tingkat keuntungan (rate of return), risiko yang dapat
diterima, cadangan likuiditas dan diversifikasi.

a. Tingkat Keantungan
Sasaran tingkat keuntungan (rate of return) dapat dinyatakan dalam
berbagai cara. Cara pertama, yang sangat umum, yaitu dengan tanpa menyebutkan
suatu jumlah, misalnya memaksimalkan keuntungan dengan memperhatikan
keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi atau kebijakan
investasi langsung menyatakan berapa besarnya jumlah pengembangan yang
diinginkan, misalnya 10 % dari total investasi . Pendekatan yang paling sederhana
yang dapat digunakan adalah dengan menyatakan tingkat bunga nominal
keuntungan atas jumlah agregat portofolio. Meskipun cara tersebut kurang begitu
memuaskan. Pendekatan ini mengabaikan formula alokasi kekayaan dan perkiraan
tingkat keuntungan atas berbagai jenis instrumen investasi dan berbagai sektor
dari pasar modal. Oleh karena itu atas pertimbangan tersebut, kadang-kadang
tingkat keuntungan ditetapkan dengan mengadakan pemisahan sasaran
keuntungan bagi masing masing segmen portofolio investasi, misalnya
penghasilan telap dan portofolio yang memilikI penghasilan tetap.
b. Risiko
Unsur kedua kebijakan investasi adaiah penentuan jumlah risiko
portofolio yang bersedia diterima oleh sponsor program pensiun. Risiko umumnya
dipandang sebagai suatu variasi dari keuntungan sebenarnya terhadap keuntungan
yang diperkirakan. Varian keuntungan tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi misalnya resesi dan inflasi yang dapat menyebabkan keuntungan yang
tidak diperkirakan pada keseluruhan saham biasa atau terhadap perusahaan secara
individu.

27
Selanjutnya, risiko yang mungkin dihadapi surat-surat berharga yang
berpenghasilan tetap antara lain: credit risk atau default risk yaitu risiko tidak
dibayarnya pokok dan bunga atas portotoli surat-surat berharga yang dimiliki.
Risiko tingkat bunga yaitu risiko berubahnya tingk at biunga yang mempengaruhi
harga pasar surat-surat berharga berpenghasilan tetap. yang pada gilirannya akan
berpengaruh pada arus dana yang dapat diinvestasikan kembali. Secara umum
dapat dikatakan bahwa tidak ada cara sistematis yang dapat digunakan untuk
mengkuantifikasi risiko yang berkaitan dengan surat-surat berharga ini. termasuk
portofolio surat-surat berharga yang berpenghasilan tetap Obligasi dan
commercial paper misalnya. Dinilai sesuatu dengan peringkat risiko kredit yang
ditetapkan oleh lembaga-lembaga penilai (rating agencies).
Sedangkan risiko kredit dan risiko tingkat bunga seperti fluktuasi harga
saham biasa. dapat dikurangi dengan melakukan diversitfikasi. Demikian pula
dengan obligasi. Risiko dapat diburagi dengan mendiversifikasi portofolio dalam
sektor, kualitas, dan jangka waktu jatuh temponya.

c. Kebutuhan Likuiditas
Seperti telah dijelaskan terdahulu pada prinsipnya progran dana pensiun
membutuhkan likuiditas relatif lebih kecil yang dapat dipenuhi dari pengelolaan
kas dana pensiun. Apabila ada kebutuhan likuiditas khusus dalam program
pensiun. maka perlu ditetapkan dan dinyatakan secara jelas dalam pedoman
kebijakan investasi. Hal ini akan memberikan pedoman manajer investasi
misalnya, apabila program tidak memberikan batasan pemenuhan kebutuhan
likuditast maka hal tersebut perlu juga ditetapkan dalanı kebijakan investasi untuk
senantiasa berjaga-jaga terhadap kebutuhan likuiditas. Demikian pula misalnya,
apabila program tidak memberikan batasan pemenuhan kebutuhan likuditas
tertentu maka hal tersebut perlu juga ditetapkan dalam kebijakan investasi.
d. Diversifikasi
Pada dasarnya merupakan metode untuk mencapai sasaran penting
manajemen portofolio. Seperti yang telah disebutkan diatas yaitu tingkat
keuntungan yang diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari resiko investasi
dan memenuhi likuiditas. Oleh karena itu, sebenarnya kurang tepat jika
menggolongkan diversifikasi ini sebagai sasaran kebijakan investasi, tetapi lebih

28
tepat bila digolongkan sebagai strategi investasi. Diversifikasi portofolio dapat
dilakukan antara lain dengan menggunakan misalnya jenis kekayaan, sektor dan
kualitas peringkat aset yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.

3. Jenis-Jenis Investasi
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai
bentuk. Namun, kebebasan investasi dana pensiun biasanya tetap dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga pengawas. Portofolio investasi
dana pensiun umumnya didominasi dalam bentul saham, obligasi jangka
menengah-panjang, instrumen pasar sional lainnya. Porsi yang relatif lebih kecil
diinvestasikan dalam real estate, mortgage, surat-surat berharga asing, dan
instrumen investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi
daripada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di Indonesia belum diperkenankan
melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan di luar negeri.

2.12 Pengaturan Dana Pensiun Di Indonesia


Menurut Siamat (2005: 724 – 726) Dalam penjelasan UU No. 11 Tahun
1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa dalam rangka upaya pemeliharaan
kesinambungan, penghasilan pada hari tua perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna. Dalam hubungan ini di
masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin
banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun. Bentuk tabungan ini
mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, yang dapat dinikmati hasilnya
setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Penyelenggaran dilakukan dalam
suatu program, yaitu program pensiun, yang mengupayakan manfaat pensiun bagi
pesertanya melalui suatu sistem pemupukan dana yang lazim disebut sistem
pendanaan.

Sistem pendanaan suatu program pensiun memungkinkan terbentuknya


akumulasi dana yang dibutuhkanuntuk memelihara kesinambungan penghasilan
peserta program pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan
penghasilan penghasilan tersebut menimbulkan ketentraman kerja sehingga akan
menimbulkan ketentraman kerja sehingga akan menimbulkan motivasi kerja
karyawan, yang pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan produktivitas.

29
Selanjutnya, mengingat manfaat program pensiun yang begitu besar, baik
bagi peserta maupun bagi masyarakat luas, maka upaya pengembangan
penyelenggaraan program pensiun selama ini telah didukung oleh pemerintah
melalui peraturan perundangan di bindang perpajakan, yaitu dengan pemberian
fasilitas penundaan pajak (penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf h UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya
sebagai berikut:
“Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan,
dan penghasilan Dana Pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam
bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak
termasuk dari objek pajak”.
Sebelum diundangkannya UU No. 11 Tahun 1992 program pensiun
dengan pemupukan dana diselenggarakan oleh pemberi kerja berdaasarkan
Iarbeidersfondsen Ordonantie (Staatsblad Tahun 1926 No. 377), yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari pasal 1601 (s) bagian dari KUHP. Ketentuan tersebut
memungkinkan pembentukan dana bersama antara pemberi kerja dan karyawan,
namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program
pensiun. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal
mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam
penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan,
pengawasan dan sebagainya. Di samping itu, kelembagaan yayasan, yang dalam
praktik dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun,
mengundang pula berbagai kelemahan.

Di sisi lain, cukup banyak anggota masyarakat yang berstatus pekerja


mandirim yang tidak menjadi karyawan dari orang atau badan lain. Terhadap
mereka ini perlu pula diberikan kesempatan yang sama untuk mempersiapkan diri
menghadapi masa purna bakti, sekaligus kesempatan untuk turut menggunakan
fasilitas penundaan pajak penghasilan. Dengan demikian dibutuhkan adanya
ketentuan perundangan yang jelas sebagai landasan hukum bagi penyelenggaraan
program pensiun. Selanjutnya, dengan diundangkannya UU No. 11 Tahun 1992
tentang dana pensiun ini diharapkan pembentukan Dana Pensiun di Indonesia

30
akan semakin tumbuh pesat, tertib, dan sehat sehingga membawa manfaat nyata
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. Asas-Asas Dana Pensiun


Penyelenggaran program pensiun berdasarkan UU No. 11 Tahun 1992
didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:
a. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum
pendirinya.
Asas ini didukung oleh adanya badan hukum tersendiri bagi dana pensiun
yang diurus serta dikelola berdasarkan ketentuan undang-undang.
Berdasarkan asas ini kekayaan dana pensiun yang terutama bersumber dari
iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan, yang dapat terjadi pada
pendiriannya.
b. Asas penyelenggaraan dalam sistem pendanaan.
Dengan asas ini penyelenggaraan program pensiun, baik bagi karyawan
maupun bagi pekerja mandiri, haruslah dengan pemupukan dana yang
dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk
memenuhi pembayaran hak peserta. Dengan demikian, berdasarkan UU No.
11 Tahun 1992, pembentukan cadangan dalam perusahaan guna membiayai
pembayaran manfaat pensiun karyawan tidak diperkenankan.
c. Asas pembinaan dan pengawasan.
Sesuai dengan tujuannya, harus dihindarkan penggunaan kekayaan dana
pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak
tercapainya maksud utama pemupukan dana, yaitu untuk memenuhi hak
peserta. Dalam pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan meliputi antara
lain sistem pendanaan dan pengawasan atas investasi kekayaan dana pensiun.
d. Asas penundaan manfaat.
Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan
untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun, agar
kesinambungan penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas
penundaan manfaat, yang mengharuskan bahwa pembayaran hak peserta
hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilkukan
secara berkala.

31
e. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan
prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi
karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian,
prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi kerja.
Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa
keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen
yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan sampai pada saat dana
pensiun terpaksa dibubarkan. Pada dasarnya, kegiatan perusahaan merupakan
upaya bersama, antara pemberi kerja dan karyawan, untuk meningkatkan
pertumbuhan perusahaan sekaligus kesejahteraan karyawan dan masyarakat
luas. Hal tersebut sejalan dengan kewajiban perusahaan untuk memperhatikan
peningkatan kesejahteraan karyawan sesuai dengan peningkatan kemampuan
dan kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, walaupun UU No. 11 Tahun 1992
ini menganut asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana
pensiun, namun dalam rangka meningkatkan produktivitas karyawan yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan, masyarakat
luas, dan sekaligus meningkatkan tabungan masyarakat, maka para pemberi
kerja yang mampu diharapkan untuk membentuk dana pensiun di
perusahaannya, menjadi mitra pendiri dari dana pensiun yang sudah ada, atau
mengikutsertakan karyawannya pada dana pensiun lembaga keuangan.

2.13 Jenis Dana Pensiun Dan Program Pensiun


Menurut Siamat (2005: 726) Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun
1992 dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Sejalan dengan ditetapkannya UU No. 11 Tahun 1992 tersebut di atas,
maka bagi orang atau badan usaha yang akan menyelenggarakan program pensiun
dapat memilih beberapa alternatif sebagai berikut:
a. Mendirikan sendiri Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) bagi karyawan.
b. Membentuk DPPK bersama-sama dengan pemberik kerja lain.
c. Bergabung pada DPPK yang telah didirikan oleh pemberi kerja lain.

32
d. Mengikuti program pensiun yang diselenggrakan oleh Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK).
Program pensiun yang boleh dijalankan menurut ketentuan ini adalah:
a. Program pensiun Manfaat pasti (Defined Benefit Plan)
Yaitu progra pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan program pensiun
iuran pasti.

b. Program pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution Plan)


Yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya ditempatkan pada
rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.

2.14 Dana Pensiunan Pemberi Kerja


Menurut Siamat (2005: 726 – 727) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan
karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat
Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan
yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

33
*) DPPK yang menyelenggarakan dimana iuran hanya dari Pemberi Kerja dengan berdasarkan
keuntungan yang diperoleh disebut Dana Pensiun Pemberi Kerja Berdasarkan Keuntungan.

Gambar 2-1 Jenis, Program dan Iuran Dana Pensiun


Sumber: (UU Nomor 11 Tahun 1992)

2.15 Peraturan Dana Pensiun Pemberi Kerja


Menurut Siamat (2005: 728 – 734) Peraturan Dana Pensiun Pemberi
Kerjn (DPPK) menunut Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 1992 sekurang-
kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut:
a. Nama Dana Pensiun yang bersangkutan
b. Nama Pendiri
c. Karyawan atau kelompok karyawan yang berhak menjadi Peserta
d. Nama Mitra Pendiri. apabila ada
e. Tanggal Pembentukan Dana Pensiun
f. Maksud dan tujuan pembentukan dana pensiun

34
g. Pembentukan Kekayaan Dana Pensiun yang terpisah dari kekayaan Pemberi
Kerja
h. Tata cara penunjukan, penggantian dan penunjukan kembali Pengurus dan
Dewan Pengawas
i. Masa jabatan Pengurus dan Dewan Pengawas
j. Pedoman Penggunaan jasa Penerima Titipan
k. Syarat untuk menjadi peserta
l. Hak, kewajiban dan tanggung jawab Pengurus, Dewan Pengawas, Peserta dan
Pemberi Kerja, termasuk kewajiban pemberi kerja untuk membayar iuran
m. Besar iuran untuk Program Pensiun
n. Rumus Manfaat Pensiun dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perhitungannya
o. Tata cara pembayaran Manfaat Pensiun dan manfaat lainnya
p. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat
pensiun apabila peserta meninggal dunia
q. Biaya yang merupakan beban pensiun
r. Tata cara perubahan Peraturan Dana Pensiun
s. Tata cara pembubaran dan penyelesaian Dana Pensiun

1. Pembentukan Dan Pengesahan Dana Pensiun


Pembentukan dana pensiun, wajib mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan dengan terlebih dahulu memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Peraturan dana pensiun
b. Pernyataan tertulis pendiri dan mitra pendiri, bila ada
c. Surat penunjukan pengurus, dewan pengawas dan penerima titipan
d. Arahan investasi
e. Laporan aktuaris, apabila dana pensiun menyelenggarakan Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP)
f. Surat perjanjian antara pengurus dengan penerima titipan.
2. Kepengurusan Dan Pelaporan
Karena pengurus dana pensiun ditunjuk oleh pendiri, maka mereka
bertanggung jawab kepada pendiri atas pengurusan atau pengelolaan dana

35
pensiun. Penunjukan tersebut berlaku hanya sampai 5 tahun dan dapat ditunjuk
kembali. Penunjukan tersebut dapat berupa perseorangan atau badan usaha.
Kewajiban Pengurus Dana Pensiun antara lain sebagai berikut:
a. Mengelola dana pensiun dengan mengutamakan kepentingan peserta dan
pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun.
b. Memelihara buku, catatan, dan dokumentasi yang diperlukan.
c. Bertindak teliti. terampil, bijaksana, dan cermat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya mengelola dana pensiun.
d. Merahasiakan keterangan pribadi yang menyangkut masing-masing-peserta.

Selanjutnya. pengurus dana pensiun wajib menyampaïkan laporan secara


berkala kepada Menteri Keuangan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik.
b. Laporan teknis yang disusun oleh pengurus atau oleh pengurus dan aktuaris
sesuai ketentuan.
c. Laporan aktuaris minimal 3 tahun sekali.

Pengurus dana pensiun diwajibkan pula menyampaikan keterangan


kepada peserta, terutama mengenai Neraca dan Penghitungan Hasil Usaha
menurut bentuk, susunan, dan waktu yang ditetapkan Menteri Keuangan, serta
hal-hal yang timbul dalam rangka kepe-sertaan.

Kepengurusan dana pensiun dilakukan oleh suatu Dewan Pengawas yang


anggotanya terdiri atas wakil-wakil pekerja dan pemberi kerja. Anggota pengawas
yang mewakili peserta adalah karyawan yang menjadi peserta dan atau pensiunan.
Sedangkan, wakil dari pemberi kerja dapat berasal dari karyawan atau bukan
karyawan. Namun, direksi atau pejabat yang setingkat dari pemberi kerja tidak
dapat dituniuk sebagai wakil peserta dalam Dewan Pengawas.

3. Tugas Dan Wewenang Dewan Pengawas

Dewan Pengawas Dana Pensiun memiliki tugas dan wewenang sebagai


berikut:
a. Melakukan pengawasan atas pengelolaan dana pensiun olen pengurus.

36
b. Menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawasannya
kepada pendiri dan salinannya diumumkan kepada peserta.
c. Menunjuk akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan dana pension.
d. Menunjuk aktuaris untuk menyusun laporan aktuaris bagi dana pensiun yang
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
e. Menetapkan arahan investasi bersama Pendiri, dalam hal dana pensiun
menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti (PPIP).
4. Penggabungan Atau Pemisahan Dana Pensiun

Penggabungan dana pensiun dengan dana pensiun lainnya, pada


prinsipnya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dana Pensiun yang melakukan penggabungan memiliki program pensiun
yang sama.
b. Harus ada Pemberi Kerja yang bertanggung jawab atas kewajiban yang
berkaitan dengan masa kerja Peserta, sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun sebelum berlakunya penggabungan.
c. Penggabungan DPPK satu dengan DPPK lainnya harus dengan pengesahan
Menteri Keuangan.
Selanjutnya, pemisahan Dana Pensiun hanya dapat dilakukan apabila ada
pemberi kerja yang bertanggung jawab atas kewajiban yang berkaitan dengan
masa kerja peserta sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun
sebelum berlakunya pemisahan. Penggabungan dan pemisahan dana pensiun tidak
boleh menyebabkan berkurangnya hak peserta sampai pada saat pengesahan atau
persetujuan Menteri Keuangan.

5. Pengalihan Kepesertaan
Pengalihan peserta dari satu dana pensiun ke dana pensiun lainnya, yang
merupakan kebijaksanasan pemberi kerja. Hanya dapat dilakukan dengan
ketentuan:
a. Kedua Dana Pensiun memiliki program pensiun yang sama.
b. Harus ada Pemberi Kerja yang bertanggung jawab atas kewajiban yang
berkaitan dengan masa kerja kelompok karyawan yang dialihkan,

37
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun sebelum berlakunya
pengalihan.
6. Pembayaran Manfaat Pensiun
Program Pensiun Manfaat Pasti. Pembayaran manfaat pensiun bagi Dana
Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998
tanggal 13 Juli 1998 dapat dilakukan dengan memilih dua formula yang tersedia,
yaitu Rumus Bulanan atau Rumus Sekaligus. Pembayaran manfaat pensiun, baik
yang dihitung dengan menggunakan rumus bulanan maupun yang dihitung
dengan menggunakan rumus sekaligus, harus dilaksanakan secara bulanan.
Namun demikian, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343 /
KMK.017 / 1998 sebagaimana disebutkan di atas, pembayaran manfaat pensiun
oleh Dana Pensiun dapat pula dilaksanakan:
a. Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan per bulan oleh dana pensiun yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti yang menggunakan Rumus
Bulanan kurang dari Rp 300.000, nilai sekarang dari manfaat pensiun tersebut
dapat dibayarkan sekaligus.
b. Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada program pensiun
manfaat pasti yang menggunakan Rumus Sekaligus lebih kecil daripada Rp
36.000.000, manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
7. Rumus Bulanan
Besarnya manfaat pensiun untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
yang dihitung dengar menggunakan Rumus Bulanan adalah merupakan hasil
perkalian dari:
a. Faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam persentase
b. Masa kerja, dan
c. Penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings).

MP = Fpe x MK x PDP

38
Dimana :

MP = Manfaat Pensiun
Fpe =Faktor Penghargaan dalam persentase (%)
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir

Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan Rumus


Bulanan, besarnya faktor tidak boleh telebihi 2,5% dan manfaat pensiun per bulan
tidak penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 80% (delapan puluh
per seratus) dari penghasilan dasar pensiun.

8. Rumus Sekaligus
Besarnya manfaat pensiun untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
yang dihitung dengan menggunakan Rumus Sekaligus adalah merupakan hasil
perkalian dari:
a. faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam bilangan
decimal
b. masa kerja,
c. penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings)
MP = Fpd x MK x PDP
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
Fpd = Faktor Penghasilan dalam desimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir

Selanjutnya, dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan


Rumus Sekaligus, besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh
melebihi 2,5%, dan total manfaat pensiun tidak boleh melebihi 80 x (delapan
puluh kali) penghasilan dasar pensiun.

39
Program Pensiun Iuran Pasti. Sedangkan pembayaran manfaat pensiun
dari program pensiun iuran pasti yang jumlah akumulasi iuran dan hasil
pengembangannya lebih kecil daripada Rp36.000.000. Dapat dibayarkan
sekaligus.

9. Iuran Peserta
Program Pensiun Manfaat Pasti. luran peserta dalam I (satu) tahun untuk
program pension manfaat pasti yang menggunakan Rumus Bulanan maksimal 3
(tiga) kali faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam
persentase kali Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Sedangkan iuran peserta
dalam satu tahun yang menggunakan Rumus Sekaligus maksimal 3% kali faktor
penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam desimal kali
Penghasilan Dasar Pensiun per tahun.

Iuran Peserta dengan Rumus Bulanan

IP = 3 x Fpe X PDP

Dimana :
IP = Iuran Pensiun
Fpe = Faktor Penghargaan per tahun dalam presentase (%)
PDP = Penghasilan dasar pensiun per tahun

Iuran Peserta dengan Rumus Sekaligus

IP = 3 x FPd x PDP

Dimana :
IP = Iuran Pensiun
FPd = Faktor penghargaan per tahun dalam presentase (%)
PDP = penghasilan dasar pensiun per tahun

Program Pensiun luran Pasti. Jumlah iuran per tahun yang dibutuhkan
atas nama masing-masing peserta dalam Program Pensiun luran Pasti sebanyak -

40
banyaknya 20% dari Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Dalam hal peserta
turut membayar iuran, iuran peserta sebanyak-banyaknya 60% dari iuran pemberi
kerja.

Untuk memperoleh Iuran bagi peserta Dana Pensiun Berdasarkan


Keuntungan wajib ditetapkan rumus besarnya Iuran pemberi kerja dengan
menyatakan sejumlah persentase tertentu Dari keuntungan pemberi kerja dalam
satu tahun, sebelum dikurangi Pajak penghasilan yang Akan dibayarkan sebagai
Iuran pemberi kerja. Apabila pemberi kerja tidak memperoleh keuntungan, maka
pemberi kerja wajib membayar iuran dalam Jumlah sekurang - kurangnya 1% dari
Penghasilan Dasar Pensiun Peserta dalam satu tahun.

Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK


017/1998, maka ketentuan pembatasan Penghasilan Dasar Pensiun, jama,
maksimum dalam perhitungan iuran atau manfaat pensiun, yaitu maksimal Rp 60
juta per tahun (Rp 5 juta/bulan) tidak lagi diberlakukan.

10. Kekayaan Dana Pensiun

Kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat digolongkan sebagai


berikut: (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 78/KMK.017/1995 tanggal 3
Februari 1995 jo Keputusan Menteri Keuangan Nomor 93/KMK.017 tanggal 28
Februari 1997).
a. Kekayaan yang dikategorikan investasi yaitu meliputi
1) Deposito berjangka,
2) Sertifikat deposito,
3) Saham, obligas dan surat berharga lain yang tercatat di bursa efek di
Indonesia kecuali opsi dan waran
4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diterbitkan badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
5) penempatan langsung pada saham atau surat pengakuan utang berjangka
waktu lebih dari I (satu) tahun yang diterbitkan oleh bacan hukum yang
didirikan berdasarkan badan hukum Indonesia;
6) tanah dan bangunan di Indonesia,

41
7) saham atau unit penyertaan Reksa Dana
b. Kekayaan yang dikategorikan sebagai bukan investasi, termasuk:
1) Kas, giro dan Sert.ikat Bank Indonesia (SBI)
2) Piutang yang diperkenankan UU Dana Pensiun dan peraturan
pelaksananya
3) Perlatan kantor dan peralatan lainnya
4) Perangkat komputer
5) Biaya dibayar di muka.

11. Pengelolaan Kekayaan Dana Pensiun


Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1992, pengelolaan dana pensiun harus
dilakukan pengunus berdasarkan arahan investasi yang digariskan oleh pendiri
dana pensiun dan ketentuan tentang investasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan. Arahan investasi tersebut sekurang-kurangnya harus mencantumkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Sasaran hasil investasi setiap tahun dalam bentuk kuantitatif yang harus
dicapai oleh pengurus;
b. Batas maksimum proporsi kekayaan dana pensiun yang dapat ditempatkan
pada satu pihak;
c. Objek investasi yang dilarang untuk penempatan kekayaan dana pensiun;
d. Ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi dana pensiun
e. Sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi
f. Ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli. Penasihat lembaga keuangan
dan jasa lain yang dipergunakan dalam pengelolaan inventasi
g. Saksi yang akan diterapkan dana pensiun kepada pengurus atas pelanggaran
ketentuan mengenai investasi yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dana
Pensiun dan peraturan pelaksanaannya.

Selanjutnya atas dasar arahan investasi tersebut di atas pengurus dalam


mengelola investasi kekayaan dana pensiun wajib menyusun rencana investasi
tahunan, yang mencerminkan penerapan prinsip-prinsip penyebaran resiko dan
keputusam investasi yang objektif. Rencana investasi tersebut harus memperoleh
persetujuan Dewan Pengawas Dana Pensiun dan sekurang-kurangnya memuat:

42
a. Rencana komposisi jenis investasi
b. Perkiraan tingkat hasil investasi untuk masing-masing jenis investasi
c. Pertimbangan yang mendasari rencana komposisi jenis investasi.
Perkembangan portofolio investasi kekayaan dana pensiun harus
diumumkan kepada pcserta. sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali dan
menyampaikan laporan perkembangan portofolio dan hasil investasi kepada
Pendiri, Dewan Pengawas dan Pengurus Dana Pensiun. Pengelolaan kekayaan
Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menawarkan portofolio yang
tergolong investasi menurut ketentuan investasi dalam dana pensiun sebagaimana
disebutkan di atas.

12. Ketentuan Investasi Dana Pensiun


Dana Pensiun dalam mengelola kekayaan dana pensiun harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
a. Investasi dalam bentuk SBPU hanya dapat ditempatkan pada SBPU yang
diterbikan oleh badan hukum yang bukan pendiri dan mitra pendiri dari Dana
Pensiun termasuk afiliasi-afiliasinya.
b. Penyertaan langsung pada saham dan surat pengakuan utang yang berjangka
waktu lebih dari satu tahun tidak boleh melebihi 15% dari jumlah investasi.
c. Investasi pada tanah dan bangunan tidak boleh melebihi 15% dari jumlah
investasi.
d. Investasi pada kekayaan yang dikategorikan sebagai investasi sebagaimana
dijelaskan di atas pada satu pihak (perseorangan, perusahaan, usaha bersama,
asosiasi atau kelompok usaha) tidak boleh melebihi 10% dari jumlah investasi
dana pensiun.

2.16 Dana Pensiun Lembaga Keuangan


Menurut Siamat (2005: 734 – 737) Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK) adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (defined contribution
plan) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari
Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa
yang bersangkutan. Sebagaimana halnya dengan Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK), maka pendirian dana pensiun oleh bank dan perusahaan asuransi jiwa

43
harus mendapat pengesahan Menteri Keuangan. Sedangkan pengaturan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) ini dilakukan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 77 Tahun 1992 dan Keputusan Menteri Keuangan No
228/KMK.017/1998 tanggal 26 Februari 1993.

1. Peraturan Dana Pensiun Lembaga Keuangan


Peraturan Dana Pensiun Lembaga Keuangan ditetapkan oleh pendiri dan
sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut:
a. Tanggal pembentukan Dana Pensiun dan nama Dana Pensiun yang secara
jelas menunjukkan nama Bank atau perusahaan Asuransi Jiwa yang menjadi
pendiri
b. Pembentukan kekayaan Dana Pensiun yang terpisah dari kekayaan Bank atau
Perusahaan Asuransi
c. Persyaratan untuk menjadi peserta
d. Hak peserta untuk menentukan usia pensiun
e. Hak dan kewajiban pengurus
f. Hak peserta untuk menetapkan pilihan jenis investasi yang tersedia
g. Pilihan jenis investasi yang tersedia hagi peserta, serta tata cara pemilihan dan
perubahannya
h. Tata cara penentuan nilai kekayaan tiap-tiap peserta yang harus dilakukan
oleh pengurus
i. Hak peserta untuk memilih bentu'-bentuk anuitas seumur hidup dan memilih
Perusahaan Asuransi Jiwa dalam angka pembayaran manfaat pensiun beserta
tata caranya
j. Tata cara penarikan suatu jumlah dana tertentu oleh peserta apabila
dimungkinkan, pembayaran manfaat pensiun sekaligus dan pengalihan
kepesertaan ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan lain
k. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat
pensiun apabila peserta meninggal dunia
l. Biaya yang dapat dipungut dari peserta atau dibebankan pada rekening
peserta
m. Tata cara perubahan penaturan Dana Pensiun

44
2. Pendirian Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Dari definisi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) seperti yang
telah dijelaskan di atas, maka lembaga keuangan yang diperkenankan mendirikan
Dana Pensiun hanyalah bank umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Oleh karena
itu, bank umum dan perusahaan asuransi jiwa pada prinsip- nya dapat
menyelenggarakan dua jenis dana pensiun yaitu DPPK dan DPLK.
Persyaratan bagi Perusahaan Asuransi Jiwa yang akan mendirikan DPLK
menurut Keputusan Menteri Keuangan No.228/KMK.017/1993 tanggal 26
Februari 1993 adalah:
a. Memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengasuransian sekurang-kurangnya selama 8
(delapan) triwulan terakhir.
b. Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan DPLK yang dibuktikan dengan
kesiapan di bidang organisasi dan personal serta kesiapan sistem administrasi
dan pengolahan data
c. Memiliki kinerja investasi yang sehat dalam arti memiliki hasil yang
memadai dari portofolio investasi dan penempatan investasi tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan tentang investasi yang berlaku di
bidang pengansuransian.
d. Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat sekurang-
kurangnya dalam dua tahun terakhir. Pemenuhan ketentuan ini dibuktikan
dengan tingkat pembatalan pertanggungan yang belum mempunyai nilai turun
maksimun 20%
e. Menyanggupi untuk menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas
Perusahaan Asuransi Jiwa dan laporan investasi Perusahaan Asuransi Jiwa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang usaha perasuransian setiap
triwulan.
f. Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

45
Tabel 2-1 Perbandingan PPMP dengan PPIP
No Aspek Perbandingan Program Pensiun Manfaat Pasti Program Pensiun Iuran Pasti
1 Penyelenggaraan Dana Pensiun a. DPPK
Pemberi Kerja (DPPK) b. DPLK

2 Iuran a. Karyawan (peserta) a. DPPK


Besarnya iuran pasti yang Besarnya Iuran Pemberi
ditetapkan dalam Peraturan Kerja dan Peserta pasti dan
Dana Pensiun ditetapkan dalam Peraturan
b. Pemberi Kerja Besarnya Dana Pensiun
iuran tidak pasti dan b. DPLK
ditetapkan berdasarkan Besarnya Iuran peserta bisa
kebutuhan pendanaan yang bervariasi
dihitung Aktuaris
3 Besarnya Manfaat Ditetapkan dalam Peratuan Tergantung hasil pengembangan
Pensiun Dana Pensiun kekayaan Dana Pensiun
4 Pembayaran Manfaat a. Pengurus DPPK ybs atau Harus dialihkan ke Perusahaan
Pensiun b. Dialihkan ke Perusahaan Asuransi Jiwa dengan membeli
Asuransi Jiwa dengan anuitas (atas pilihan peserta)
membeli anuitas
5 Risiko Pendanaan Pemberi kerja menanggung Risiko tidak ada karena besarnya
pendanaan sampai terpenuhi manfaat pensiun tergantung hasil
jumlah yang diperjanjikan dalam pengembangan Iuran
Peraturan Dana Pensiun
6 Penggunaan Aktuaris Diharuskan Tidak diharuskan
7 Dana Awal Dibutuhkan untuk memenuhi Tidak diperlukan
biaya masa kerja lampau peserta
yang besarnya berdasarkan
perhitungan aktuaris
8 Penarikan Dana Dilarang kecuali pada saat peserta Untuk DPLK diperkenankan
memasuki masa pensiun max. setiap saat max sebesar jumlah
20% x Nilai Sekarang iuran sendiri
9 Pengadministrasian Dana Cumulative Account (Rekening Individual Account (rekening atas
Bersama ) dan sifatnya Actuarial nama masing-masing) dan
Intensive sifatnya Administrative intensive
10 Arahan Investasi Ditetapkan oleh pendiri a. DPPK ditetapkan pendiri
dan Dewan Pengawas
b. DPLK ditetapkan peserta
Agresif
11 Sifat Kebijaksaan Konservatif Agresif
Investasi
12 Risiko Kegagalan Risiko pemberi kerja Risiko Peserta
13 Hubungan Pensiunan Tetap berlangsung Terhenti
dengan Pemberi
Sumber: Direktorat Dana Pensiun. Departemen Keuangan. Paper. 1994 (diolah kembali)

46
B. Pegadaian

2.17 Pencertian Dan Status Hukum


Menurut Siamat (2005: 743 – 744) Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1150, disebutkan:

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang


atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkam untuk
menyelamatkanmya setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana
harus didahulukan"
Pada masa Pemerintah Republik Indonesia, Dinas Pegadaian merupakan
kelanjutan dari Pemerintah Hindia Belanda dan status pegadaian diubah menjadi
Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undang-Undang No. 19 Prp.
1960 jo. Peraturan Pemerintah RI No. 178 Tahun 1961 tanggal 3 Mei 1961
tentang pendirian Perusahaan Pegadaian (PN Pegadaian). Kemudian, status badan
hukum PN Pegadaian tersebut berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan)
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1969 tanggal 1 Maret 1969
tentang perubahan kedudukan PN Pegadaian menjadi Jawatan Pegadaian jo. UU
No. 9 Tahun 1969 tanggal I Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-
bentuk usaha negara dalam Perusahaan Jawatan (Perjan) Perusahaan Umum
(Perum) dan Penusahaan Perseroan (Persero), selanjutnya, untuk meningkatkan
efektivitas dan produktivitasnya, bentuk Perjan Pegadaian tersebut kemudian
dialihkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990. Dengan perubahan status
dari Perjan menjadi Perum. Pegadaian diharapkan akan lebih mampu mengelola
usahanya dengan lebih profesional dan business oriented tanpa meninggalkan ciri
khusus serta misalnya; yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai,
dengan pasar sasaran adalah masyarakat golongan ekonomi lemah, dan dengan
cara mudah, cepat aman, dan hemat, sesuai dengan motonya menyelesaikan
masalah tanpa masalah.

47
Perum Pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga
formal di Indonesia, yang berdasarkan hukum, diperbolehkan melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok
Perum Pegadaian adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan
pemberian uang pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut dimaksudkan
untulk membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik-praktik lintah
darat, ijon dan atau pelepas uang lainnya.

2.18 Kepengurusan dan Pengawasan


Menurut Siamat (2005: 744 – 745) Perum Pegadaian saat ini dipimpin
dan dikelola oleh Dewan Direksi, yang terdiri atas Direktur Utama dan 3 Direktur
serta dibantu dengan unit-unit pendukung lainnya. Pengangkatan dan
pemberhentian anggota direksi dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri
Keuangan. Masa jabatan anggota direksi maksimal 5 tahun dan dapat diangkat
kembali. Sedangkan, pembinaan dan pengawasan umum terhadap kegiatan usaha
Perum Pegadaian dilakukan oleh Menteri Keuangan yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh Direktur Jenderal, berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.

Untuk melaksanakan pengawasan intern kegiatan usaha perusahaan,


direksi membentuk Satuan Pengawasan Intern. Selanjutnya, dalam melaksanakn
fungsi perngawasan tersebut, Menteri Keuangan menunjuk Dewan Pengawas.
yang anggota-anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh residen atas usul
Menteri Keuangan. Jumlah anggota Dewan Komisaris ini menurut ketentuan,
minimal 2 orang dan maksimal 5 orang yang susunannya terdiri atas ketua dan
anggota. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pelaksanaan pengawasan
kepada Menteri Keuangan. Masa jabatan ketua dan anggota Dewan Pengawas
ialah 3 tahun dan dapat diangkat kembali. Struktur organisasi Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian dapat dilihat pada Gambar 2-2.

Dalam usaha penyaluran uang pinjaman sebagai kegiatan utamanya.


pegadaian sampai saat ini telah memiliki 14 kantor daerah dan hampir 600 kantor
cabang yang wilayah operasinya telah menjangkau hampir semua pelosok daerah.
Termasuk Irian Jaya dan wilayah Indonesia Timur lainnya.

48
2.19 Tujuan Pegadaian
Menurut Siamat (2005: 745) Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya
menyediakan pelayanan bagi kemanfatan umum dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu Penum Pegadaian
bertujuan untuk:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Mancegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya

2.20 Kegiatan Usaha


Menurut Siamat (2005: 745) Kegiatan operasional Perum Pegadaian
yang telah dilakukan saat ini, antara lain meliput:
a. Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai.
b. Menerima jasa taksiran, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang ingin
mengetahui berapa besar nilai riil barang yang dimilikinya, misalnya emas,
berlian, intan dan barang-barang berniai lainnya.
c. Menerima jasa titipan, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang akan
menitipkan barang-barangnya.
d. Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset perusahaan
dalam bidang bisnis property seperti dalam pembangunan gedung kantor dan
pertokoan dengan system build, operate and transfer (BOT)
e. Kredit pegawai yaitu kredit yang diberikan kepada pegawai yang
berpenghasilan tetap

2.21 Barang Jaminan


Menurut Siamat (2005: 746) Jenis barang yang dapat diterima sebagai
barang jaminan pada prinsipnya adalah barang bergerak antara lain:
a. Barang-barang perhiasan: semua perhiasan yang dibuat dari emas, perhiasan
perak, platina baik yang berhiaskan intan, mutiara, batu maupun tidak.
b. Barang-barang elektronik: TV, kulkas, radio, tape recorder, video, radio
cassete.
c. Kendaraan: sepeda, sepeda motor, mobil.

49
d. Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah.
e. Mesin: mesin jahit dan mesin motor kapal.
f. Tekstil: kain batik, permadani, dan
g. Barang-barang lain yang dianggap bernilai.

2.22 Sumber Pendanaan


Menurut Siamat (2005: 746) Pegadaian, sebagai lembaga keuangan tidak
diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, misalnya: giro, deposito, dan tabungan, sebagaiamana halnya dengan
sumber dana konvensional perbankan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya,
Perum Pegadaian memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut:
a) Modal sendiri
b) Penyertaan modal pemerintah
c) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
d) Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI
e) Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi

2.23 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman


Menurut Siamat (2005: 746 – 747) Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa kegiatan penyaluran uang pinjaman oleh pegadaian kepada masyarakat
dilakukan atas dasar hukum gadai. Besar jumlah pinjaman yang disalurkan sangat
dipengaruhi oleh golongan barang jaminan yang telah ditetapkan berdasarkan
ketentuan Direksi Perum Pegadaian. Pinjaman yang diberikan dikelompokkan
menjadi 5 (lima) golongan berdasarkan tingkat sewa modal dan jangka waku
pinjaman, sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut:

50
Gambar 2.1 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman

2.24 Penaksiran
Menurut Siamat (2005: 747 – 748) Penyaluran uang pinjaman atas dasar
hukum gadai dilakukan dengan mewajibkan nasabah untuk menyerahkan barang
bergerak sebagai barang jaminan, seperti: emas, berlian, barang-barang elektronik,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Barang-barang tersebut selanjutnya ditaksir
oleh petugas penaksir, yang memang memiliki keahlian untuk hal tersebut, untuk
menentukan besarnya nilai uang pinjaman yang dapat diberikan. Pada dasarnya
besarnya uang pinjaman yang dapat diberikan, menurut ketentuan saat ini dibagi
berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah 84% dari nilai taksir dan untuk
golongan B, C, dan D adalah 89% dari nilai taksiran. Taksiran atas barang
jaminan tersebut didasarkan pada harga pasar setempat yang senantiasa di-up date
dari waktu ke waktu untuk menggambarkan nilai pasar barang yang akan
digadaikan.

51
2.25 Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman
Menurut Siamat (2005: 748 – 749) Prosedur untuk memperoleh uang
pinjaman dari pegadaian bagi masyarakat yang membutuhkan dana segera sangat
sederhana, mudah dan cepat. Inilah pula yang membedakan pegadaian dengan
perbankan dalam pelayanan. Pegadaian pada prinsipnya tidak membutuhkan
berbagai jenis persyaratan, sebagaimana halnya dengan perbankan.
Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari pegadaian adalah sebagai
berikut:
a) Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang
yang akan dijaminkan dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau surat kuasa apabila pemilik barang tidak bisa datang sendiri.
b) Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan menetapkan
harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir, akan ditetapkan
besarnya uang pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah.
c) Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada
potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.

Prosedur pemberian jaminan oleh Pegadaian dapat diikuti pada gambar


berikut:

Tabel 2-2 Penggolongan Pinjaman Sewa Modal


Pinjaman yang diberikan Jangka Sewa Modal Maksimum
Gol
(Rp) Waktu Per 15 hari sewa modal
A 5.000 s/d 40.000 4 bulan 1,25% 10%
B 40.500 s/d 150.000 4 bulan 1,75% 14%
C 151.000 s/d 500.000 4 bulan 1,75% 14%
D 510.000 s/d 2.500.000 4 bulan 1,75% 14%
E 2.000.000 24 bulan 2% flat/bulan -
Sumber: Prospektus Pegadaian, Jakarta, Juli 1994
Catatan: Sewa modal = Bunga yang dapat berubah sesuai tingkat bunga pasar

52
Petugas
Penaksir
Barang pinjaman
Nasabah

Penetapan uang pinjaman:


84% - 89% x Nilai taksir

Uang pinjaman
Kasir

Gambar 2-2 Prosedur Pemberian Pinjaman

Selanjutnya, prosedur pelunasan uang pinjaman dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
a) Uang pinjaman dapat dilunasi setiap saat tanpa harus menunggu selesainya
jangka waktu.
b) Nasabah membayar kembali pinjaman + sewa modal (bunga) langsung
kepada kasir disertai dengan bukti surat gadai.
c) Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang jaminan.
d) Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah.

Prosedur pelunasan uang pinjaman oleh nasabah dapat diikuti pada


Gambar berikut:

Kasir
Pelunasan + Sewa
Nasabah
modal (bunga)

Barang
pinjaman
Pengeluaran
Barang Jaminan

Gambar 2-3 Prosedur Pelunasan Uang Pinjaman

53
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
A. Dana Pensiun
1. Dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola
program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada
karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.
2. Tujuan Dana Pensiun. Bagi pemberi kerja: Kewajiban moral, Loyalitas,
Kompetisi pasar tenaga kerja. Bagi karyawan: Kepastian memperoleh
penghasilan dimasa yang akan datang sesudah mas pensiun, Memberikan rasa
aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja. Bagi lembaga
pengelola dana pensiun: Mengelola dana pensiun untuk memperoleh
keuntungan dengan melakukan berbagi kegiatan investasi, Turut membantu
dan mendukung program pemerintah.
3. Jenis-jenis pensiun.Pensiun normal, pensiun dipercepat, pensiun ditunda,
pensiun cacat.Jenis-jenis dana pensiun. Dana Pensiun Pemberi Kerja, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan.
4. Program Pensiun: Program Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran
Pasti. Kekayaan Dana Pensiun meliputi: Iuran pemberi kerja, Iuran peserta,
Hasil investasi, dan Pengalihan dari dana pensiun lain.
5. Penyelenggaraan program pensiun berdasarkan UU No 11 Tahun 1992
didasarkan pada asas-asas sebagai berikut: Asas Keterpisahan kekayaan dana
pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya, Asas penyelenggaraan dalam
sistem pendanaan, Asas pembinaan dan pengawasan, Asas penundaan
manfaat, Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana
pensiun.

B. Pegadaian
1. Pengertian dan status hukum Perum Pegadaian sampai saat ini
merupakan satu-satunya lembaga formal di Indonesia, yang berdasarkan
hukum, diperbolehkan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyaluran

54
kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok Perum Pegadaian adalah
menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan pemberian uang
pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut dimaksudkan untulk
membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik-praktik lintah
darat, ijon dan atau pelepas uang lainnya.

2. Kepengurusan dan PengawasanPerum Pegadaian saat ini dipimpin dan


dikelola oleh Dewan Direksi, yang terdiri atas Direktur Utama dan 3
Direktur serta dibantu dengan unit-unit pendukung lainnya. Pengangkatan
dan pemberhentian anggota direksi dilakukan oleh Presiden atas usul
Menteri Keuangan. Masa jabatan anggota direksi maksimal 5 tahun dan
dapat diangkat kembali.
3. Penum Pegadaian bertujuan untuk:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai.
b. Mancegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman
tidak wajar lainnya
4. Kegiatan operasional Perum Pegadaian yang telah dilakukan saat ini,
antara lain meliput:
a. Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum
gadai.
b. Menerima jasa taksiran
c. Menerima jasa titipan
d. Bekerja sama dengan pihak ketig Kredit pegawai
5. Jenis barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan pada prinsipnya
adalah barang bergerak yaitu, barang-barang perhiasan, barang-barang
elektronik, kendaraan, barang-barang rumah tangga, mesin, tekstil, barang-
barang lain yang dianggap bernilai.
6. Perum Pegadaian memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut:
a. Modal sendiri
b. Penyertaan modal pemerintah
c. Pinjaman jangka pendek dari perbankan
d. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI

55
e. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
7. Penyaluran uang pinjaman oleh pegadaian kepada masyarakat dilakukan
atas dasar hukum gadai. Besar jumlah pinjaman yang disalurkan sangat
dipengaruhi oleh golongan barang jaminan yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan Direksi Perum Pegadaian.
8. Pada dasarnya besarnya uang pinjaman yang dapat diberikan, menurut
ketentuan saat ini dibagi berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah
84% dari nilai taksir dan untuk golongan B, C, dan D adalah 89% dari
nilai taksiran. Taksiran atas barang jaminan tersebut didasarkan pada harga
pasar setempat yang senantiasa di-up date dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan nilai pasar barang yang akan digadaikan.
9. Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari pegadaian adalah sebagai
berikut:
a. Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan
barang yang akan dijaminkan dengan menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau surat kuasa apabila pemilik barang tidak bisa
datang sendiri.
c. Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan
menetapkan harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir,
akan ditetapkan besarnya uang pinjaman yang dapat diterima oleh
nasabah.
d. Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa
ada potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.
Selanjutnya, prosedur pelunasan uang pinjaman dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Uang pinjaman dapat dilunasi setiap saat tanpa harus menunggu
selesainya jangka waktu.
b. Nasabah membayar kembali pinjaman + sewa modal (bunga)
langsung kepada kasir disertai dengan bukti surat gadai.
c. Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang jaminan.
d. Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah.

56
DAFTAR RUJUKAN

Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter &


Perbankan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,


Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.
Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.

57

Anda mungkin juga menyukai