MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Yang diampu oleh Bpk Drs. H. Gatot Isnani, M.Si.
Oleh kelompok 8:
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas izin, rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Dana Pensiun dan Pegadaian” ini dengan baik.
Melalui makalah ini, penyusun berharap agar pembaca dapat mengenal lebih
jauh mengenai Dana Pensiun dan Pegadaian, serta dapat menjadi sumber inspirasi
dan acuan bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dana Pensiun
2.1 Pengertian Dana Pensiun ................................................................................. 4
2.2 Tujuan Dana Pensiun ....................................................................................... 4
2.3 Manfaat Pensiun............................................................................................... 5
2.4 Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun .............................................................. 9
2.5 Peraturan Dana Pensiun ................................................................................. 10
2.6 Jenis Program Pensiun ................................................................................... 12
2.7 Program Pensiun Dengan Iuran Dan Tanpa Iuran ......................................... 18
2.8 Penyelenggaraan Program Pensiun ................................................................ 19
2.9 Metode Pembaiayaan Program Pensiun ......................................................... 21
2.10 Past Service Liability ................................................................................... 24
2.11Manajemen Kekayaan Dana Pensiun ............................................................ 25
2.12Pengaturan Dana Pensiun Di Indonesia ........................................................ 29
2.13Jenis Dana Pensiun Dan Program Pensiun ................................................... 32
2.15 Peraturan Dana Pensiun Pemberi Kerja ....................................................... 34
2.16 Dana Pensiun Lembaga Keuangan .............................................................. 43
B.Pegadaian
2.17 Pencertian Dan Status Hukum ..................................................................... 47
2.18 Kepengurusan dan Pengawasan ................................................................... 48
2.19 Tujuan Pegadaian ......................................................................................... 49
2.20 Kegiatan Usaha ............................................................................................ 49
2.21 Barang Jaminan............................................................................................ 49
2.22 Sumber Pendanaan ....................................................................................... 50
2.23 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman ........................................... 50
2.24 Penaksiran .................................................................................................... 51
2.25 Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman ............................................ 52
ii
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 54
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 57
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
memberikan perlakuan khusus kepada dan pensiun. Penghasilan dana pensiun
yang diperoleh dari kegiatan pada bidang-bidang tertentu tertentu tidak
digolongkan sebagai objek pajak.
Menurut Siamat (2005: 743) Pegadaian merupakan lembaga perkreditan
dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia,
yang kemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris
dan Belanda. Lalu, sistem gadai tersebut dibawa dan dikembangankan di
Indonesia oleh orang Belanda (VOC).
Pada awalnya, pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta.
Kemudian melalui Staatsblad tahun 1901 No.131 tanggal 12 Maret 1901,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda mendirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia
Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut,
maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana
diatur dalam Staatsblad Tahun 1901 No.131, tersebut yang berbunyi: “Kedua:
Sejak saat itu di bagian Sukabumi kepada siapa pun tidak akan diperkenankan
untuk dengan memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli
kembali, meminjamkan uang, tidak melebihi seratus Golden, dengan hukuman
tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337
KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang-orang
Bumiputera”. Selanjutnya dengan Staatsblad 1930 No. 266, Rumah Gadai
tersebut mendapatkan status dari Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara
dalam arti Undang-Undang Perusahaan Hindia Belanda (Lembaga Hindia Belanda
1927 No. 419).
2
7. Apa pengertian past service liability dan manajemen kekayaan dan
pensiun?
8. Bagaimana pengaturan dan pensiun di Indonesia?
9. Apa jenis dana pensiun dan program pensiun dan dana pensiun
pemberi kerja?
10. Bagaimana dana pensiun pemberi kerja?
11. Apa pengertian dana pensiun lembaga keuangan?
12. Apa pengertian pegadaian dan status hukum?
13. Bagaimana kepengurusan dan pengawasan?
14. Bagaimana tujuan dan kegiatan usaha pegadaian?
15. Apa pengertian barang jaminan dan sumber pendanaan?
16. Bagaimana proses penyaluran dan penggolongan uang pinjaman?
17. Bagaimana penaksiran dan prosedur pemberian dan pelunasan
pinjaman?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dana Pensiun
4
saat karyawan tersebut meninggal dunia. Kedua aspek tersebut sebenarnya hanya
dilihat dari sisi perusahaan (pemberi kerja).
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan pemberi
kerja maupun dari karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemberi kerja
Tujuan mengadakan suatu program pensiun bagi perusahaan atas
pemberi kerja adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Loyalitas. Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan
mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.
c. Kompetisi pasar tenaga kerja. Dengan memasukkan program pensiun
sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan,
diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha
mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga
kerja.
2. Karyawan
Tujuan pengadaan suatu program pensiun bagi karyawan atau peserta antara
lain adalah:
a. Rasa aman terhadap masa yang akan datang, dalam arti tetap memiliki
pengahasilan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan
kompensasi, meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun/berhenti bekerja.
5
manfaat pensiun penuh. Usia pensiun normal tesebut biasanya ditentukan dalam
suatu peraturan dana pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh.
Seringkali, karyawan memohon mengajukan pensiun bukan pada rata-rata usia
pensiun karyawan yang sesungguhnya. Di Amerika Serikat atau Kanada misalnya,
usia pensiun normal karyawan adalah 65 tahun untuk pria dan 60 tahun untuk
wanita. Namun dengan adanya Undang-Undang Hak Asasi, perbedaan usia
pensiun tersebut akhirnya disamakan menjadi 65 tahun. Usia pensiun tersebut
merupakan usia pensiun yang diatur dalam Canada Pension Plan dan Old Age
Securities.
6
pensiun yang telah terakumulasi sampai tanggal pensiun dipercepat. Penggunaan
acturial aqivalent ini akan sangat mengurangi manfaat pensiun dari jumlah yang
seharusnya diterima. Misalnya, pensiun pada usia 60 tahun yang menurut acturial
equivalent dari suatu pensiun dimulai pada usia 65 tahun kira-kira 60% dari
jumlah suatu pensiun sebenarnya. Katakanlah, misalnya seorang karyawan dengan
penghasilan Rp1.200.000 per bulan yang ikut dalam program 2% career earning
pension plan yang telah mencapai usia 60 tahun dan telah terkumpul suatu nilai
manfaat pensiun sebesar Rp480.000 per bulan di mulai pada usia 65 tahun.
Apabila karyawan tersebut terus aktif bekerja sampai usia 65, maka jumlah
pensiun akan menjadi: Rp480.000 + (5 th x 2% x Rp1.200.000)=Rp600.000 per
bulan. Apabila pensiun dipercepat dilakukan pada usia 60 tahun, maka acturial
equivalent dari Rp480.000 per bulan kira-kira sebesar Rp300.000 per bulan, jauh
lebih kecil jumlahnya apabila pensiun pada saat mencapai usia pensiun normal.
7
Namun, beberapa peraturan program pensiun memperkenankan
karyawan untuk terus bekerja meskipun telah mencapai usia pensiun normal untuk
memperoleh tambahan penghasilan, di samping untuk memperbesar penghasilan
dasar pensiunnya, di mana nantinya formula manfaat pensiun dihitung. Karyawan
yang melakukan pensiun ditunda tersebut harus pensiun apabila telah mencapai
usia tertentu atau masa kerja tertentu atau disebut compulsory retirement. Berbeda
dengan pembayaran pensiun ditunda seperti yang telah dijelaskan diatas,
peraturan dana pensiun dapat pula menetapkan bahwa karyawan yang menunda
pensiunnya melewati tanggal pensiun normal, secara otomatis, pensiunnya akan
ditahan sampai karyawan tersebut benar-benar telah pensiun.
8
normal dan penghasilan dasar pensiun ditentukan pada saat peserta yang
bersangkutan dinyatakan cacat.
9
dengan kata lain merupakan kesejahteraan tertunda selama karyawan bekerja,
dalam bentuk tambahan gaji yang diterimanya setiap bulan, tetapi baru akan
diberikan pada saat karyawan tersebut telah mencapai usia pensiun atau tidak
dapat bekerja lagi atau meninggal.
Berdasarkan filosofi tersebut, maka besarnya manfaat pensiun karyawan
biasanya dikaitkan dengan faktor-faktor masa kerja (year of service) dan
penghasilan/gaji.
10
1) Besarnya manfaat pensiun karyawan sebulan ditetapkan misalnya 2.5% dari
dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerja, dengan ketentuan bahwa:
a) Manfaat pensiun karyawan sebualan adalah sebanyak-banyaknya 75% dari
penghasilan dasar pensiun.
b) Manfaat pensiun karyawan sekuarang-kurangnya 50% dari penghasilan
dasar pensiun.
2) Besarnya manfaat pensiun janda/duda sebulan adalah 50% dari pensiun
peserta.
3) Besarnya manfaat pensiun anak yatim/piatu sebulan adalah 100% dari
besarnya pensiun janda/duda.
c. Iuran Pensiun
Ketentuan iuran pensiun dalam peraturan dana pensiun diatur sebagai
berikut:
1) Setiap kelompok karyawan peserta wajib membayar iuran 5% dari
penghasilan dasar pensiun setiap bulan.
2) Perusahaan membayar iuran sebesar 5% dari total gaji karyawan, ditambah
dengan iuran untuk mengatur dana yang seharusnya tersedia (initial liability).
Besarnya iuran pemberi kerja tersebut dapat pula ditentukan berdasarkan
perhitungan aktuaris.
3) Iuran dari karyawan dan pemberi kerja sudah harus disetorkan kepada Dana
Pensiun selambat-lambatnya, misalnya tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Hak Sebelum Mencapai Usia Pensiun
Masalah lain yang perlu diatur adalah mengenai hak karyawan, yang
karena satu dan lain hal tidak dapat bekerja sebelum mencapai usia pensiun atau
vesting right. Hal-hal yang dimaksud adalah:
1) Peserta yang berhenti bekerja atau meninggal dunia sebelum mencapai usia
pensiun dan memiliki masa kepesertaan kurang dari 5 (lima) tahun berhak
atas iurannya sendiri ditambah bunga dan dapat dibayarkan sekaligus.
2) Peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun dengan
memiliki masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berhak atas
iurannya sendiri dan iuran perusahaan, ditambah bunga.
11
e. Kekayaan Dana Pensiun
Kekayaan dana pensiun pemberi kerja terdiri atas:
1) Iuran peserta dan pemberi kerja.
2) Hasil investasi.
3) Pengalihan dana dari dan pensiun lain.
12
berdasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir saja, misalnya 3 atau 5
tahun terakhir. Formula yang digunakan adalah:
2,5% x Past servce x Final Average Earning
13
Akhir perhitungan manfaat pensiun dari formula di atas memberikan
bobot yang sama terhadap gaji pegawai selama masa kerjanya. Dengan alasan
tersebut sebenarnya program pensiun ini tidak realistis dari sudut kepentingan
karyawan sebagaimana halnya dengan final earning. Kelemahan program pensiun
tersebut adalah lebih kecilnya jumlah pensiun yang diterima pegawai karena
perhitungan dilakukan dengan menggunakan gaji dari keseluruhan masa kerjanya
sebagai dasar perhitungan pensiun, yang sudah pasti ada tahun-tahun pertama
dalam karirnya si pegawai menerima yang relatif gaji kecil. Namun kelebihan
formula ini, khususnya bagi pemberi kerja adalah lebih mudah untuk
diadministrasikan dan dimengerti.
4) Flat Benefit
Manfaat pensiun dengan program flat benefit didasarka atas jumlah uang
tertentu, untuk setiap tahun masa kerja atau lebih, ditetapkan nilai manfaat
pensiun untuk semua karyawan yang pensiun untuk semua karyawan yang
pensiun setelah memenuhi masa kerja minimum. Misalnya, besarnya pensiun
Rp30.000 per bulan untuk setiap tahun masa kerja dengan ketentuan minimum 10
tahun masa kerja. Sekiranya, karyawan yang pensiun dengan masa kerja 25 tahun,
jumlah pensiun yang diterimanya per bulan dihitung dengan mengalikan besarnya
pensiun yang ditetapkan dengan lamanya masa kerja yaitu: Rp30.000 x 25=
Rp750.000 per bulan.
Program pensiun dengan flat benefit ini biasanya dianut sebagai hasil
negosiasi pemberi kerja dengan karyawan atau serikat pekerja, di mana dasar
pensiun ditetapkan dengan sistem bertingkat atas dasar besar kecilnya gaji
karyawan yang bersangkutan. Misalnya, pegawai yang gajinya lebih besar akan
memperleh dasar pensiun yang lebih besar pula, mungkin melebihi Rp30.000
seperti contoh di atas. Kelebihan formula ini adalah lebih sederhana dan mudah
dimengerti, terutama oleh karyawan. Namun, konsep tersebut mengabaikan
perbedaa-perbedaan besarnya gaji dan masa kerja masing-masing karyawan. Di
samping itu jumlah pensiun yang tetap disebut ditetapkan berdasarkan tingkat gaji
dan nilai uang saat ini. Padahal kenyataannya, banyak manfaat yang tidak
dibayarkan sampai bertahun-tahun ketika tingkat upah atau gaji dan nilai uang
14
sudah sangat berbeda. Sementara, untuk mengubah jumlah pensiun yang telah
ditetapkan tersebut akan memakan waktu yang sangat lama karena harus melalui
negosiasi antara pemberi kerja dengan karyawan dan setelah melalui proses tawar
menawar yang biasanya cukup banyak.
b. Kelebihan Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti atau defined benefit plan memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut:
1) Lebih menekankan pada hasil akhir.
2) Manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu, mengingat manfaat dikaitkan
dengan gaji karyawan.
3) Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasikan masa kerja yang
telah dilalui karyawan apabila program pensiun dibentuk jauh setelah
perusahaan berjalan.
4) Karyawan lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima pada
saat mencapai usia pensiun.
c. Kelemahan Program Pensiun Manfaat Pasti
Kelemahan-kelemahan program pensiun manfaat pasti adalah sebagai
berikut:
1) Perusahaan menanggung risiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi
tidak mencukupi.
2) Relatif lebih sulit untuk diadministrasikan.
d. Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti atau benefit contribution pension plan adalah
program pensiun yang menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan
(pemberi kerja). sedangkan benefit yang akan diterima karyawan dihitung
berdasarkan akumulasi iuran, ditambah dengan hasil pengembangan atau
investasinya. Program pensiun iuran pasti terdiri atas:
1) Money Purchase Plan.
Program pensiun money purchase ini menetapkan jumlah iuran yang
dibayarkan oleh karyawan dan pemberi kerja, bukan formula perhitungan manfaat
pensiun sebagaimana pada defined benefit plan yang telah dijelaskan. Iuran
dibukukan pada masing-masing rekening peserta (individual account) beserta
15
akumulasi hasil pengembangannya. Manfaat pensiun yang akan dibayarkan
diambil dari jumlah tersebut. Jumlah akumulasi iuran dengan hasil pengembangan
investasinya sampai masa pensiun digunakan untuk membelu anuitas untuk
pembayaran pensiun.
16
apabila perusahaan mengalami perkembangan yang pesat, maka jenis program ini
akan cukup menguntungkan bagi karyawan. Oleh karena itu, keberhasilan profit
sharing plan ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan perusahaan (pemberi kerja).
Program profit sharing atau yang sering disebut program pensiun
berdasarkan keuntungan ini pada prinsipnya adalah program pensiun yang
dirancang untuk meletakkan unsur dinamis dalam proses manajemen dalam
rangka meningkatkan produktivitas karyawan. Sasaran tersebut dapat dicapai
melalui pemberian penghargaan atas prestasi (rewarding of excellence) dan untuk
menanamkan rasa kebersamaan dan kemitraan antara pemberi kerja dan setiap
karyawan. Diharapkan dengan program pensiun seperti ini, produktivitas dan
keuntungan perusahaan dapat lebih ditingkatkan, di samping untuk membentuk
rasa kepentingan bersama antara karyawan manajemen dan pemegang saham.
Program profit sharing ini seperti telah disebutkan di atas akan
membantu mencapai sasaran perusahaan, di samping untuk meningkatkan
produktivitas. Misalnya, biaya-biaya mungkin dapat diturunkan dengan
menurunnya tingkat ketidakhadiran serta arus keluar masuknya karyawan.
Program profit sharing ini dapat lebih mepererat hubungan antar karyawan.
Kelebihan-kelebihan tersebut diperoleh manajemen perusahaan tanpa pelu
membuat komitmen jumlah keuntungan yang ditetapkan.
3) Saving Plan
Program pensiun dengan saving plan adlaah program pensiun yang pada
prinsipnya memiliki bentuk yang hampir sama dengan money purchase plan.
Perbedaanya terletak dalam hal iuran seluruhnya, di mana dalam program pensiun
dengan saving plan. Karyawanlah yang menentukan jumlah iuran tersebut.
e. Kelebihan Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut:
1) Pendanaan (biaya/iuran) dari perusahaan lebih dapat diperhitungkan atau
diperkirakan.
2) Karyawan dapat memperhitungkan besarnya iuran yang dilakukan setiap
tahunnya.
3) Lebih mudah untuk diadministrasikan.
17
f. Kelemahan Program Pensiunan Iuran Pasti
Kelemahan-kelamahan program pensiun iuran pasti antara lain sebagai
berikut:
1) Penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk diperkirakan.
2) Karyawan menanggung resiko atas ketidakberhasilan investasi.
3) Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui karywan.
18
d. Apabila karyawan berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun, mereka
akan memperoleh kembali akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya
Kelebihan non-contributory pesion plan:
a. Dalam contributory plan, karyawan akan menuntut untuk dapat dalam komite
pensiun bila ada. Sedangkan dalam program non-contributory pemberi kerja
memiliki posisi yang lebih baik dalam mengoperasikan program dan
mengawasi investasi dana pensiun. Baik itu contributory maupun non-
contributory.
b. Dibanding program pensiun contributory , non contributory lebih mudah
untuk diadministrasikan.
c. Jumlah gaji bersih karyawan akan lebih besar karena tidak dipotong dengan
iuran. Oleh karena itu pemberi kerja tidak perlu lebih sering menaikkan gaji
karyawannya sebagai kompensasi akibat dipotongnya sebagian gaji untuk
iuran. Sebagaimana halnya pada program pensiun contributory.
19
1. Pengelola Program Pensiun
20
dapat terlaksana, perlu adanya perjanjian antara pemberi kerja dan pengurus dana
pensiun, yang menentukan bahwa pemberi kerja harus terpisah dari keuangan
dana pensiun yang dibentuk.
21
oleh seorang aktuaris. Dan karena menyangkut masalah yang teramat sangat
teknis, maka metode penghitungan iuran peserta tersebut tidak dibahas di sini.
Dalam melakukan pembiayaan program pensiun, umumnya dikenal dua cara,
yaitu pay as you go dan funding system.
1. Pay As You Go
Dalam metode pay as you go atau disebut juga current cost method,
pemberi kerja hanya membiayai manfaat pensiun seorang karyawan atau peserta
begitu diperlukan di luar gaji terakhir. Metode ini relatif kurang konservatif
dibandingkan dengan metode pembiayaan pensiun lainnya dan tidak dilakukan
pendanaan sama sekali, karena memang tidak ada dana yang terhimpun atau yang
dipupuk dari awal yang berasal dari iuran. Metode pembiayaan ini kurang begitu
populer dan banyak negara yang memiliki Undang-Undang Dana Pensiun tidak
memasukkan metode ini sebagai metode pendanaan. Demikian pula di Indonesia,
benarnya ensiun yang menggunakan meode pay as you go atau program sejenis
yang tidak menggunakan finding system tidak diperkenankan menurut UU No. II
Tahun 1992.
Kelemahan metode ini adalah baik karyawan atau pensiunan jelas tidak
memiliki jaminan atau kepastian mendapatkan pensiun. Di samping itu, pemberi
kerja akan menghadapi beban biaya yang lebih besar jika jumlah pensiun semakin
bertambah. Dengan metode ini, karyawan dan pensiunan akan kehilangan manfaat
pensiunnya apabila pemberi kerja mengalami insolvent. Sedangkan kelebihannya
adalah pemberi kerja tidak diharuskan menginvestasikan dana dalam suatu dana
pensiun atau perusahaan asuransi jiwa. Beberapa program pensiun pemerintahan
ata lembaga semi pemerintahan yang menggunakan metode pay as you go tetap
memelihara cadangan atau pendanaan yang jumlahny tidak ditetapkan secara
aktuaria meskipun sebenarnya tidak diharuskan, misalnya Canada Pension Plan
dan Qubec Pesion Plan. Ciri-ciri metode pas as you go:
a) Tidak terdapat Ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun.
b) Manfaat tidak ditetapkan dan belum djanjikan.
c) Pensiun merupakan bagian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha.
22
2. Funding System
Funding System adalah metode pemupukan dana yang bersumber dari
peserta dan pemberi kerja. Metode ini merupakan metode yang relatif lebih baik
daripada sistem pas as you go yang telah dijelaskan di atas. Dengan cara ini
penghimpunan dana dilakukan agar dapat dipakai utuk pembayaran manfaat pada
masa yang akan datang.
Metode pendanan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
single premium funding dan level premium funding. Single premium funding,
pendanaan berdasarkan metode single premium atau disebut juga unit benefit
method adalah biaya setiap program untuk suatu tahun tertentu dnentukan dengan
mengrunakan laktor anuitas (deferred umusty factors) untuk menetapkan nalai
sekarang dari pensiun tahunan peseta, setelah memperhitungkan masa kerja.
Pembayaran pensiun untuk suatu tahun merupakan satu unit manfaat (benefit unit)
yang besarnya , misalnya 2 % dari gaji tahun tersebut (dalam program career
avaage) atau 2% dari gaji rata-rata terakhir yang diperkirakan (dalam program
final average) atau sebesar Rp 30.000 per bulan (apabila program flat benefit).
Level Premium Funding. Metode level premium adalah metode
pendanaan yang dirancang untuk menghindari kenaikan biaya pensiun, yang
terjadi pada saat usia peserta semakin bertambah dan pada saat kenaikan gaji.
Untuk itu, perlu penetapan tingkat premi tahunan (yang dinyatakan dalam rupiah
per pegawai atau sebagai persentase tertentu dari penggajian) yang apabila
dibayarkan setiap tahun mendatang akan memberikan seluruh manfaat yang akan
datang. Oleh karena itu, biaya untuk seorang peserta cenderung untuk menjadi
lebih tinggi apabila usia peserta lebih muda dan lebih rendah apabila umur peserta
lebih tua, dibandingkan dengan single premium funding. Sering biaya dirata-
ratakan, bukan hanya untuk tahun-tahun yang akan datang dari masa kerja seorang
peserta, tetapi juge seluruh peserta program pensiun. Dengan demikian, tingkat
kontribusi (iuran) dihitung apabila dibayarkan untuk setiap peserta, setiap
tahunnya sampai meninggal, berhenti atau pensiun diperkirakan untuk membayar
pensiun dan manfaat lain di mana peserta berhak terhadap program pensiun.
Tingkat iuran tersebut biasanya dinyatakan persentase dari gaji (dalam flat benefi
plan) dalam rupiah per kepala.
23
Selanjutnya, sebagai akibat dari adanya pergantian atau perubalan
peserta, gaji, tingkat bunga dan faktor-faktor lain, biaya dalam level premium
funding tidak dapat selalu berada pada tingkat yang pasti. Hal tersebut dapat
terjadi apabila semua asumsi aktuaria terjadi sesuai dengan kenyataannya. Tingkat
kontribusi memungkinkan untuk ditinjau ulang dan bila perlu direvisi pada setiap
penilaian aktuaria. Apabila pada benefit untuk masa kerja lampau (jika ada) dan
masa kerja yang akan datang dilakukan pendanaan dengan cara ini, maka metode
tersebut dikenal sebagai aggregate funding. Biaya cenderung turun apebila ada
peserta baru tanpa masa kerja lampau mengikuti program.
Sistem level premium funding ini memiliki beberapa kelebitan, antara
lain sebagai berikut:
a) Pembayaran iuran dilakukan secara berangsur-angsur atau dicicil selama
karyawan masih aktif bekerja.
b) Karyawan mendapatkan perlindungan yang lebih baik, karena apabila
pemberi kerja sewaktu- waktu bangkrut, misalnya atau terpaksa berhenti
beroperasi, karyawan akan tetap menerima manfaat karena dana memang
telah dihimpun sejak karyawan mulai bekerja.
c) Memiliki dampak terhadap ekonomi makro karena dona yang dihimpun dapat
diinvestasikan kembali sebagai biaya pembangunan nasional.
24
lampau tersebut akan menimbulkan masalah finansial, karena selama itu belum
permah disediakan biaya/pendanaan untuk pembiayaan program pensiun.
Yang baru dibentuk tersebut. Sehingga, hal ini akan berakibat bahwa
pada waktu pemberi kerja mulai menyelenggarakan program pensiun karena biaya
masa kerja lampu ini perlu disediakan pada saat itu juga. di samping, biaya untuk
masa kerja yang akan datang (coming service). Masalah masa kerja lampau akan
timbul karena apabila diperhitungkan mungkin biaya akan sangat besar. Namun
biasanya perusahaan (pemberi kerja) diberikan kelonggaran dalam memenuhi
kewajibannya dengan mengangsur selama masa kerja yang akan datang. Misalnya
maksimal 15 tahun. Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi
keringanan perusahaan, teruama dalam hal kemampuan likuiditasnya.
Masalah pembiayaan lain yang terkait dalam perhitungan masa kerja
lampau ini apabila program pensiun menggunakan program final earnings , yaitu
perhitungan besarnya manfaat ber program pensiun menggunakan program final
earning dasarkan gaji terakhir. Dalam sistem final earnings, ini setiap ada
kenaikan gaji yang harus ditambah pembiayaannya bukan hanya yang
menyangkut masa kerja yang akan datang saja, tetapi juga menyangkut masa kerja
lampaunya. Oleh karena itu, sebagaimana telah dijelaskan, sistem final earning
meskipun lebih baik daripada sistem final average earnings namun masih ada
masalah dipecahkan. Sebab kenaikan gaji yang kecil saja mungkin akan
memerlukan pembiayaan yang berlipat apabila masa kerja lampau karyawan
peserta sudah banyak. Untuk memecahkan masalah pembiayaan masa kerja
lampau ini, biasanya pemberi kerja menetapkan hanya bersedia pembiayaannya
bukan hanya yang meny angkut masa kerja yang akan datang saja menyangkut
masa kerja lampaunya. Oleh karera itu. sebagaimana telah dijelaskan
menanggulangi pembiayaannya sebesar maksimal , misalnya 25 % dari seluruh
penggajian.
25
Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-
biaya langsung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat
pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti. Misalnya, kekayaan
program pensiun manfaat pasti dengan pendanaan penuh (fully funded) dapat
diinvestasikan dengan cara tersebut untuk memperoleh tingkat keuntungan ,
misalnya sebesar 6 % rata - rata dalam situasi ekonomi yang stabil. Kira-kira 70 %
dari manfaat pensiun akan dibayarkan dari hasil investasi , sehingga tinggal 30 %
yang dibayarkan dari iuran pensiun.
26
2. Pokok-Pokok Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi suatu dana pensiun, minimal mencakup komponen
yang antara lain mengenai tingkat keuntungan (rate of return), risiko yang dapat
diterima, cadangan likuiditas dan diversifikasi.
a. Tingkat Keantungan
Sasaran tingkat keuntungan (rate of return) dapat dinyatakan dalam
berbagai cara. Cara pertama, yang sangat umum, yaitu dengan tanpa menyebutkan
suatu jumlah, misalnya memaksimalkan keuntungan dengan memperhatikan
keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi atau kebijakan
investasi langsung menyatakan berapa besarnya jumlah pengembangan yang
diinginkan, misalnya 10 % dari total investasi . Pendekatan yang paling sederhana
yang dapat digunakan adalah dengan menyatakan tingkat bunga nominal
keuntungan atas jumlah agregat portofolio. Meskipun cara tersebut kurang begitu
memuaskan. Pendekatan ini mengabaikan formula alokasi kekayaan dan perkiraan
tingkat keuntungan atas berbagai jenis instrumen investasi dan berbagai sektor
dari pasar modal. Oleh karena itu atas pertimbangan tersebut, kadang-kadang
tingkat keuntungan ditetapkan dengan mengadakan pemisahan sasaran
keuntungan bagi masing masing segmen portofolio investasi, misalnya
penghasilan telap dan portofolio yang memilikI penghasilan tetap.
b. Risiko
Unsur kedua kebijakan investasi adaiah penentuan jumlah risiko
portofolio yang bersedia diterima oleh sponsor program pensiun. Risiko umumnya
dipandang sebagai suatu variasi dari keuntungan sebenarnya terhadap keuntungan
yang diperkirakan. Varian keuntungan tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi misalnya resesi dan inflasi yang dapat menyebabkan keuntungan yang
tidak diperkirakan pada keseluruhan saham biasa atau terhadap perusahaan secara
individu.
27
Selanjutnya, risiko yang mungkin dihadapi surat-surat berharga yang
berpenghasilan tetap antara lain: credit risk atau default risk yaitu risiko tidak
dibayarnya pokok dan bunga atas portotoli surat-surat berharga yang dimiliki.
Risiko tingkat bunga yaitu risiko berubahnya tingk at biunga yang mempengaruhi
harga pasar surat-surat berharga berpenghasilan tetap. yang pada gilirannya akan
berpengaruh pada arus dana yang dapat diinvestasikan kembali. Secara umum
dapat dikatakan bahwa tidak ada cara sistematis yang dapat digunakan untuk
mengkuantifikasi risiko yang berkaitan dengan surat-surat berharga ini. termasuk
portofolio surat-surat berharga yang berpenghasilan tetap Obligasi dan
commercial paper misalnya. Dinilai sesuatu dengan peringkat risiko kredit yang
ditetapkan oleh lembaga-lembaga penilai (rating agencies).
Sedangkan risiko kredit dan risiko tingkat bunga seperti fluktuasi harga
saham biasa. dapat dikurangi dengan melakukan diversitfikasi. Demikian pula
dengan obligasi. Risiko dapat diburagi dengan mendiversifikasi portofolio dalam
sektor, kualitas, dan jangka waktu jatuh temponya.
c. Kebutuhan Likuiditas
Seperti telah dijelaskan terdahulu pada prinsipnya progran dana pensiun
membutuhkan likuiditas relatif lebih kecil yang dapat dipenuhi dari pengelolaan
kas dana pensiun. Apabila ada kebutuhan likuiditas khusus dalam program
pensiun. maka perlu ditetapkan dan dinyatakan secara jelas dalam pedoman
kebijakan investasi. Hal ini akan memberikan pedoman manajer investasi
misalnya, apabila program tidak memberikan batasan pemenuhan kebutuhan
likuditast maka hal tersebut perlu juga ditetapkan dalanı kebijakan investasi untuk
senantiasa berjaga-jaga terhadap kebutuhan likuiditas. Demikian pula misalnya,
apabila program tidak memberikan batasan pemenuhan kebutuhan likuditas
tertentu maka hal tersebut perlu juga ditetapkan dalam kebijakan investasi.
d. Diversifikasi
Pada dasarnya merupakan metode untuk mencapai sasaran penting
manajemen portofolio. Seperti yang telah disebutkan diatas yaitu tingkat
keuntungan yang diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari resiko investasi
dan memenuhi likuiditas. Oleh karena itu, sebenarnya kurang tepat jika
menggolongkan diversifikasi ini sebagai sasaran kebijakan investasi, tetapi lebih
28
tepat bila digolongkan sebagai strategi investasi. Diversifikasi portofolio dapat
dilakukan antara lain dengan menggunakan misalnya jenis kekayaan, sektor dan
kualitas peringkat aset yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.
3. Jenis-Jenis Investasi
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai
bentuk. Namun, kebebasan investasi dana pensiun biasanya tetap dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga pengawas. Portofolio investasi
dana pensiun umumnya didominasi dalam bentul saham, obligasi jangka
menengah-panjang, instrumen pasar sional lainnya. Porsi yang relatif lebih kecil
diinvestasikan dalam real estate, mortgage, surat-surat berharga asing, dan
instrumen investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi
daripada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di Indonesia belum diperkenankan
melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan di luar negeri.
29
Selanjutnya, mengingat manfaat program pensiun yang begitu besar, baik
bagi peserta maupun bagi masyarakat luas, maka upaya pengembangan
penyelenggaraan program pensiun selama ini telah didukung oleh pemerintah
melalui peraturan perundangan di bindang perpajakan, yaitu dengan pemberian
fasilitas penundaan pajak (penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf h UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya
sebagai berikut:
“Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan,
dan penghasilan Dana Pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam
bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak
termasuk dari objek pajak”.
Sebelum diundangkannya UU No. 11 Tahun 1992 program pensiun
dengan pemupukan dana diselenggarakan oleh pemberi kerja berdaasarkan
Iarbeidersfondsen Ordonantie (Staatsblad Tahun 1926 No. 377), yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari pasal 1601 (s) bagian dari KUHP. Ketentuan tersebut
memungkinkan pembentukan dana bersama antara pemberi kerja dan karyawan,
namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program
pensiun. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal
mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam
penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan,
pengawasan dan sebagainya. Di samping itu, kelembagaan yayasan, yang dalam
praktik dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun,
mengundang pula berbagai kelemahan.
30
akan semakin tumbuh pesat, tertib, dan sehat sehingga membawa manfaat nyata
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
31
e. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan
prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi
karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian,
prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi kerja.
Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa
keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen
yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan sampai pada saat dana
pensiun terpaksa dibubarkan. Pada dasarnya, kegiatan perusahaan merupakan
upaya bersama, antara pemberi kerja dan karyawan, untuk meningkatkan
pertumbuhan perusahaan sekaligus kesejahteraan karyawan dan masyarakat
luas. Hal tersebut sejalan dengan kewajiban perusahaan untuk memperhatikan
peningkatan kesejahteraan karyawan sesuai dengan peningkatan kemampuan
dan kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, walaupun UU No. 11 Tahun 1992
ini menganut asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana
pensiun, namun dalam rangka meningkatkan produktivitas karyawan yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan, masyarakat
luas, dan sekaligus meningkatkan tabungan masyarakat, maka para pemberi
kerja yang mampu diharapkan untuk membentuk dana pensiun di
perusahaannya, menjadi mitra pendiri dari dana pensiun yang sudah ada, atau
mengikutsertakan karyawannya pada dana pensiun lembaga keuangan.
32
d. Mengikuti program pensiun yang diselenggrakan oleh Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK).
Program pensiun yang boleh dijalankan menurut ketentuan ini adalah:
a. Program pensiun Manfaat pasti (Defined Benefit Plan)
Yaitu progra pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan program pensiun
iuran pasti.
33
*) DPPK yang menyelenggarakan dimana iuran hanya dari Pemberi Kerja dengan berdasarkan
keuntungan yang diperoleh disebut Dana Pensiun Pemberi Kerja Berdasarkan Keuntungan.
34
g. Pembentukan Kekayaan Dana Pensiun yang terpisah dari kekayaan Pemberi
Kerja
h. Tata cara penunjukan, penggantian dan penunjukan kembali Pengurus dan
Dewan Pengawas
i. Masa jabatan Pengurus dan Dewan Pengawas
j. Pedoman Penggunaan jasa Penerima Titipan
k. Syarat untuk menjadi peserta
l. Hak, kewajiban dan tanggung jawab Pengurus, Dewan Pengawas, Peserta dan
Pemberi Kerja, termasuk kewajiban pemberi kerja untuk membayar iuran
m. Besar iuran untuk Program Pensiun
n. Rumus Manfaat Pensiun dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perhitungannya
o. Tata cara pembayaran Manfaat Pensiun dan manfaat lainnya
p. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat
pensiun apabila peserta meninggal dunia
q. Biaya yang merupakan beban pensiun
r. Tata cara perubahan Peraturan Dana Pensiun
s. Tata cara pembubaran dan penyelesaian Dana Pensiun
35
pensiun. Penunjukan tersebut berlaku hanya sampai 5 tahun dan dapat ditunjuk
kembali. Penunjukan tersebut dapat berupa perseorangan atau badan usaha.
Kewajiban Pengurus Dana Pensiun antara lain sebagai berikut:
a. Mengelola dana pensiun dengan mengutamakan kepentingan peserta dan
pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun.
b. Memelihara buku, catatan, dan dokumentasi yang diperlukan.
c. Bertindak teliti. terampil, bijaksana, dan cermat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya mengelola dana pensiun.
d. Merahasiakan keterangan pribadi yang menyangkut masing-masing-peserta.
36
b. Menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawasannya
kepada pendiri dan salinannya diumumkan kepada peserta.
c. Menunjuk akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan dana pension.
d. Menunjuk aktuaris untuk menyusun laporan aktuaris bagi dana pensiun yang
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
e. Menetapkan arahan investasi bersama Pendiri, dalam hal dana pensiun
menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti (PPIP).
4. Penggabungan Atau Pemisahan Dana Pensiun
5. Pengalihan Kepesertaan
Pengalihan peserta dari satu dana pensiun ke dana pensiun lainnya, yang
merupakan kebijaksanasan pemberi kerja. Hanya dapat dilakukan dengan
ketentuan:
a. Kedua Dana Pensiun memiliki program pensiun yang sama.
b. Harus ada Pemberi Kerja yang bertanggung jawab atas kewajiban yang
berkaitan dengan masa kerja kelompok karyawan yang dialihkan,
37
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun sebelum berlakunya
pengalihan.
6. Pembayaran Manfaat Pensiun
Program Pensiun Manfaat Pasti. Pembayaran manfaat pensiun bagi Dana
Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998
tanggal 13 Juli 1998 dapat dilakukan dengan memilih dua formula yang tersedia,
yaitu Rumus Bulanan atau Rumus Sekaligus. Pembayaran manfaat pensiun, baik
yang dihitung dengan menggunakan rumus bulanan maupun yang dihitung
dengan menggunakan rumus sekaligus, harus dilaksanakan secara bulanan.
Namun demikian, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343 /
KMK.017 / 1998 sebagaimana disebutkan di atas, pembayaran manfaat pensiun
oleh Dana Pensiun dapat pula dilaksanakan:
a. Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan per bulan oleh dana pensiun yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti yang menggunakan Rumus
Bulanan kurang dari Rp 300.000, nilai sekarang dari manfaat pensiun tersebut
dapat dibayarkan sekaligus.
b. Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada program pensiun
manfaat pasti yang menggunakan Rumus Sekaligus lebih kecil daripada Rp
36.000.000, manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
7. Rumus Bulanan
Besarnya manfaat pensiun untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
yang dihitung dengar menggunakan Rumus Bulanan adalah merupakan hasil
perkalian dari:
a. Faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam persentase
b. Masa kerja, dan
c. Penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings).
MP = Fpe x MK x PDP
38
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
Fpe =Faktor Penghargaan dalam persentase (%)
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir
8. Rumus Sekaligus
Besarnya manfaat pensiun untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
yang dihitung dengan menggunakan Rumus Sekaligus adalah merupakan hasil
perkalian dari:
a. faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam bilangan
decimal
b. masa kerja,
c. penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings)
MP = Fpd x MK x PDP
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
Fpd = Faktor Penghasilan dalam desimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir
39
Program Pensiun Iuran Pasti. Sedangkan pembayaran manfaat pensiun
dari program pensiun iuran pasti yang jumlah akumulasi iuran dan hasil
pengembangannya lebih kecil daripada Rp36.000.000. Dapat dibayarkan
sekaligus.
9. Iuran Peserta
Program Pensiun Manfaat Pasti. luran peserta dalam I (satu) tahun untuk
program pension manfaat pasti yang menggunakan Rumus Bulanan maksimal 3
(tiga) kali faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam
persentase kali Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Sedangkan iuran peserta
dalam satu tahun yang menggunakan Rumus Sekaligus maksimal 3% kali faktor
penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam desimal kali
Penghasilan Dasar Pensiun per tahun.
IP = 3 x Fpe X PDP
Dimana :
IP = Iuran Pensiun
Fpe = Faktor Penghargaan per tahun dalam presentase (%)
PDP = Penghasilan dasar pensiun per tahun
IP = 3 x FPd x PDP
Dimana :
IP = Iuran Pensiun
FPd = Faktor penghargaan per tahun dalam presentase (%)
PDP = penghasilan dasar pensiun per tahun
Program Pensiun luran Pasti. Jumlah iuran per tahun yang dibutuhkan
atas nama masing-masing peserta dalam Program Pensiun luran Pasti sebanyak -
40
banyaknya 20% dari Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Dalam hal peserta
turut membayar iuran, iuran peserta sebanyak-banyaknya 60% dari iuran pemberi
kerja.
41
7) saham atau unit penyertaan Reksa Dana
b. Kekayaan yang dikategorikan sebagai bukan investasi, termasuk:
1) Kas, giro dan Sert.ikat Bank Indonesia (SBI)
2) Piutang yang diperkenankan UU Dana Pensiun dan peraturan
pelaksananya
3) Perlatan kantor dan peralatan lainnya
4) Perangkat komputer
5) Biaya dibayar di muka.
42
a. Rencana komposisi jenis investasi
b. Perkiraan tingkat hasil investasi untuk masing-masing jenis investasi
c. Pertimbangan yang mendasari rencana komposisi jenis investasi.
Perkembangan portofolio investasi kekayaan dana pensiun harus
diumumkan kepada pcserta. sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali dan
menyampaikan laporan perkembangan portofolio dan hasil investasi kepada
Pendiri, Dewan Pengawas dan Pengurus Dana Pensiun. Pengelolaan kekayaan
Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menawarkan portofolio yang
tergolong investasi menurut ketentuan investasi dalam dana pensiun sebagaimana
disebutkan di atas.
43
harus mendapat pengesahan Menteri Keuangan. Sedangkan pengaturan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) ini dilakukan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 77 Tahun 1992 dan Keputusan Menteri Keuangan No
228/KMK.017/1998 tanggal 26 Februari 1993.
44
2. Pendirian Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Dari definisi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) seperti yang
telah dijelaskan di atas, maka lembaga keuangan yang diperkenankan mendirikan
Dana Pensiun hanyalah bank umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Oleh karena
itu, bank umum dan perusahaan asuransi jiwa pada prinsip- nya dapat
menyelenggarakan dua jenis dana pensiun yaitu DPPK dan DPLK.
Persyaratan bagi Perusahaan Asuransi Jiwa yang akan mendirikan DPLK
menurut Keputusan Menteri Keuangan No.228/KMK.017/1993 tanggal 26
Februari 1993 adalah:
a. Memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengasuransian sekurang-kurangnya selama 8
(delapan) triwulan terakhir.
b. Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan DPLK yang dibuktikan dengan
kesiapan di bidang organisasi dan personal serta kesiapan sistem administrasi
dan pengolahan data
c. Memiliki kinerja investasi yang sehat dalam arti memiliki hasil yang
memadai dari portofolio investasi dan penempatan investasi tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan tentang investasi yang berlaku di
bidang pengansuransian.
d. Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat sekurang-
kurangnya dalam dua tahun terakhir. Pemenuhan ketentuan ini dibuktikan
dengan tingkat pembatalan pertanggungan yang belum mempunyai nilai turun
maksimun 20%
e. Menyanggupi untuk menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas
Perusahaan Asuransi Jiwa dan laporan investasi Perusahaan Asuransi Jiwa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang usaha perasuransian setiap
triwulan.
f. Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
45
Tabel 2-1 Perbandingan PPMP dengan PPIP
No Aspek Perbandingan Program Pensiun Manfaat Pasti Program Pensiun Iuran Pasti
1 Penyelenggaraan Dana Pensiun a. DPPK
Pemberi Kerja (DPPK) b. DPLK
46
B. Pegadaian
47
Perum Pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga
formal di Indonesia, yang berdasarkan hukum, diperbolehkan melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok
Perum Pegadaian adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan
pemberian uang pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut dimaksudkan
untulk membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik-praktik lintah
darat, ijon dan atau pelepas uang lainnya.
48
2.19 Tujuan Pegadaian
Menurut Siamat (2005: 745) Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya
menyediakan pelayanan bagi kemanfatan umum dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu Penum Pegadaian
bertujuan untuk:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Mancegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya
49
d. Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah.
e. Mesin: mesin jahit dan mesin motor kapal.
f. Tekstil: kain batik, permadani, dan
g. Barang-barang lain yang dianggap bernilai.
50
Gambar 2.1 Penyaluran dan Penggolongan Uang Pinjaman
2.24 Penaksiran
Menurut Siamat (2005: 747 – 748) Penyaluran uang pinjaman atas dasar
hukum gadai dilakukan dengan mewajibkan nasabah untuk menyerahkan barang
bergerak sebagai barang jaminan, seperti: emas, berlian, barang-barang elektronik,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Barang-barang tersebut selanjutnya ditaksir
oleh petugas penaksir, yang memang memiliki keahlian untuk hal tersebut, untuk
menentukan besarnya nilai uang pinjaman yang dapat diberikan. Pada dasarnya
besarnya uang pinjaman yang dapat diberikan, menurut ketentuan saat ini dibagi
berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah 84% dari nilai taksir dan untuk
golongan B, C, dan D adalah 89% dari nilai taksiran. Taksiran atas barang
jaminan tersebut didasarkan pada harga pasar setempat yang senantiasa di-up date
dari waktu ke waktu untuk menggambarkan nilai pasar barang yang akan
digadaikan.
51
2.25 Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman
Menurut Siamat (2005: 748 – 749) Prosedur untuk memperoleh uang
pinjaman dari pegadaian bagi masyarakat yang membutuhkan dana segera sangat
sederhana, mudah dan cepat. Inilah pula yang membedakan pegadaian dengan
perbankan dalam pelayanan. Pegadaian pada prinsipnya tidak membutuhkan
berbagai jenis persyaratan, sebagaimana halnya dengan perbankan.
Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari pegadaian adalah sebagai
berikut:
a) Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang
yang akan dijaminkan dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau surat kuasa apabila pemilik barang tidak bisa datang sendiri.
b) Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan menetapkan
harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir, akan ditetapkan
besarnya uang pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah.
c) Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada
potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.
52
Petugas
Penaksir
Barang pinjaman
Nasabah
Uang pinjaman
Kasir
Kasir
Pelunasan + Sewa
Nasabah
modal (bunga)
Barang
pinjaman
Pengeluaran
Barang Jaminan
53
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
A. Dana Pensiun
1. Dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola
program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada
karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.
2. Tujuan Dana Pensiun. Bagi pemberi kerja: Kewajiban moral, Loyalitas,
Kompetisi pasar tenaga kerja. Bagi karyawan: Kepastian memperoleh
penghasilan dimasa yang akan datang sesudah mas pensiun, Memberikan rasa
aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja. Bagi lembaga
pengelola dana pensiun: Mengelola dana pensiun untuk memperoleh
keuntungan dengan melakukan berbagi kegiatan investasi, Turut membantu
dan mendukung program pemerintah.
3. Jenis-jenis pensiun.Pensiun normal, pensiun dipercepat, pensiun ditunda,
pensiun cacat.Jenis-jenis dana pensiun. Dana Pensiun Pemberi Kerja, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan.
4. Program Pensiun: Program Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran
Pasti. Kekayaan Dana Pensiun meliputi: Iuran pemberi kerja, Iuran peserta,
Hasil investasi, dan Pengalihan dari dana pensiun lain.
5. Penyelenggaraan program pensiun berdasarkan UU No 11 Tahun 1992
didasarkan pada asas-asas sebagai berikut: Asas Keterpisahan kekayaan dana
pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya, Asas penyelenggaraan dalam
sistem pendanaan, Asas pembinaan dan pengawasan, Asas penundaan
manfaat, Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana
pensiun.
B. Pegadaian
1. Pengertian dan status hukum Perum Pegadaian sampai saat ini
merupakan satu-satunya lembaga formal di Indonesia, yang berdasarkan
hukum, diperbolehkan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyaluran
54
kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok Perum Pegadaian adalah
menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan pemberian uang
pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut dimaksudkan untulk
membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik-praktik lintah
darat, ijon dan atau pelepas uang lainnya.
55
e. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
7. Penyaluran uang pinjaman oleh pegadaian kepada masyarakat dilakukan
atas dasar hukum gadai. Besar jumlah pinjaman yang disalurkan sangat
dipengaruhi oleh golongan barang jaminan yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan Direksi Perum Pegadaian.
8. Pada dasarnya besarnya uang pinjaman yang dapat diberikan, menurut
ketentuan saat ini dibagi berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah
84% dari nilai taksir dan untuk golongan B, C, dan D adalah 89% dari
nilai taksiran. Taksiran atas barang jaminan tersebut didasarkan pada harga
pasar setempat yang senantiasa di-up date dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan nilai pasar barang yang akan digadaikan.
9. Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari pegadaian adalah sebagai
berikut:
a. Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan
barang yang akan dijaminkan dengan menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau surat kuasa apabila pemilik barang tidak bisa
datang sendiri.
c. Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan
menetapkan harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir,
akan ditetapkan besarnya uang pinjaman yang dapat diterima oleh
nasabah.
d. Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa
ada potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.
Selanjutnya, prosedur pelunasan uang pinjaman dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Uang pinjaman dapat dilunasi setiap saat tanpa harus menunggu
selesainya jangka waktu.
b. Nasabah membayar kembali pinjaman + sewa modal (bunga)
langsung kepada kasir disertai dengan bukti surat gadai.
c. Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang jaminan.
d. Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah.
56
DAFTAR RUJUKAN
57