BAB I
BAB I. PENDAHULUAN
dan Dosen, pasal 1, ayat (1) menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional
menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
bahwa guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
nasional.
bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki
(Usman M. U., 2011). Keahlian ini idealnya tidak dapat dilakukan oleh orang di
luar bidang kependidikan kecuali mereka yang memiliki sertifikat pendidik atau
keahlian khusus yang dimiliki melalui pendidikan non formal. Tugas guru sebagai
peserta didik dengan informasi yang berguna bagi kehidupannya. Guru harus
lebih mendalam dan luas. Guru sebagai motor penggerak dalam membentuk dan
kehidupan masyarakat.
negara, Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum
faktor, baik internal maupun eksternal. Secara internal kinerja guru dapat
ditentukan oleh motivasi kerja guru itu sendiri, pada saat memilih profesi
yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik. Motivasi adalah salah satu faktor
3
yang turut menentukan keefektifan kerja (Mulyasa, 2006, hal. 120). Motivasi
berperilaku (Usman M. U., 2008, hal. 245). Motivasi mengacu pada proses di
tercapainya suatu tujuan (Robbins & Coulter, 2010). Motivasi merupakan dampak
langsung dari kepuasan kerja (Winardi, 2007). Ciri-ciri guru yang memiliki
motivasi kerja yang tinggi adalah memiliki antara lain; ketekunan, kegairahan dan
pengertian tersebut bahwa pada dasarnya motivasi kerja merupakan perasaan akan
Motivasi kerja guru dapat muncul dari dirinya (internal) maupun dari
antara lain adanya kepemimpinan yang berasal dari atasannya yaitu kepala
sekolah maupun pada tingkatan yang lebih tinggi. Dalam motivasi eksternal guru
antara lain dorongan pemimpin, termasuk kepala sekolah, untuk bertindak dengan
mendorong gairah kerja bawahan, agar mau bekerja keras dengan memberikan
dalam mendorong bawahannya agar dapat bekerja sama dan bekerja dengan
4
penuh semangat serta berkeyakinan untuk berhasil mencapai tujuan yang akan
dicapai.
sangat diharapkan oleh seluruh guru di lingkungan sekolah. Selain itu, perlu
adanya dorongan agar guru mempunyai minat yang besar terhadap tugas mereka
sekolah (Mulyasa, 2011, hal. 5). Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat (Mulyasa, 2011, hal. 16).
kelompok itu dalam mencapai tujuannya (Robbins & Coulter, 2010). Kotter dalam
perubahan dengan cara mengarahkan suatu organisasi dalam menyusun suatu visi,
sikap yang diperlihatkan pemimpin pada orang lain dalam menghadapi segala
(Nawawi & Hadari, 2012). Dengan model dan gaya kepemimpinan tertentu
agar menghasilkan kinerja yang optimal (Handayani & Rasjid, 2015, hal. 266-
Syofyan dan, & Evanita (, 2019), dan (Demirhan, Gezginci dan , & Goktas,
( 2020).
EDi era industrialisasi 4.0, menuntut para guru untuk memiliki kemampuan
literasi yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
industrialisasi 4.0 tersebut dan era-era berikutnya. Ibrahim (2017:6) dalam Deti
Nudiati dan Elih Sudiapermana mengenai Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional,
gagasan yang dipelajari, dan 4) teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan
Economic Forum pada tahun 2015 dalam Deti Nudiati dan Elih Sudiapermana
menyatakan bahwa terdapat 6 literasi yang sangat penting dikuasai tidak hanya
bagi peserta didik, namun bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Keenam
hal tersebut adalah 1) baca dan tulis; 2) numerasi; 3) sains; 4) finansial; 5) digital
dan 6) budaya dan kewargaan. Literasi digital merupakan salah satu literasi yang
berbagai format seperti teks, gambar, audio, video, dan animasi dari berbagai
sumber yang tersaji melalui perangkat elektronik. Literasi digital adalah sikap
beberapa literasi yaitu literasi ICT atau literasi komputer, literasi teknologi,
literasi informasi, literasi media, literasi visual, dan literasi komunikasi (Martin A.
, 2008).
Secara khusus, definisi literasi media digital merujuk pada pandangan Potter, yang
pembelajaran kompetensi literasi digital, di kalangan para guru dan pelajar yang
(Asari, Kurniawan, Ansor, & Putra, 2019). Namun dalam tataran implementasi,
banyak ditemukan kompetensi literasi digital para guru masih menjadi masalah,
terutama dalam proses pembelajaran secara daring. Belum semua guru memiliki
kemampuan ini (Kharisma, 2017, hal. 2). Literasi digital menjadi salah satu
kompetensi yang wajib dimiliki oleh para guru, sebagaimana dijelaskan dalam
daring. Hal ini sebagai upaya agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Literasi
digital telah diprediksi menjadi kunci atau pondasi penting dalam bidang
memperoleh sumber informasi lebih banyak dan memiliki capaian hasil belajar
yang lebih baik (Santoso, Abdinagoro, & Arief, 2019). Proses dan hasil
pembelajaran siswa berbasis digital lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil
(Husain, 2014).
oleh pengawas sekolah dengan menerapkan berbagai metode atau model supervisi
yang lebih bermutu (Sujana, 2011), (Gebhard, 1990) (Wilson, 2006), (Heble,
2006), (Mehrunnisa, 2000), (Mosavi, 2014) dan (Berk, 1995). Kehadiran media
pada proses belajar mengajar. Tersedianya kesempatan yang lebih luas untuk
journal, electronic book, dan lain-lain; dan munculnya konsep elearning dengan
berupa supervisi tentu akan berpengaruh dalam membangun literasi digital para
sangat diharapkan oleh seluruh guru di lingkungan sekolah. Selain itu, perlu
adanya dorongan agar guru mempunyai minat yang besar terhadap tugas mereka
untuk guru, murid dan tenaga kependidikannya. Tentu saja kepala sekolah bukan
banyak faktor lain yang perlu diperhatikan. Namun, Kepala Sekolah memainkan
khusus sebagai guru (Usman M. U., 2011, hal. 6). Tugas guru sebagai seorang
dengan informasi yang berguna bagi kehidupannya, dan untuk memperoleh ilmu
yang bermanfaat yang lebih mendalam dan luas. Guru merupakan motor
pendidikan, pengajaran dan manajemen sekolah. Dikutip dari Febliza & Oktariani
(2020), indikator literasi digital guru dapat terlihat dari kisi-kisi sebagai berikut;
4) Aktifitas dan materi mengajar berbasis TIK yang digunakan dalam mengajar
6) Skill guru
motivasi kerja seorang guru. Literasi digital guru merupakan faktor yang dapat
literasi digital guru, sejauh mana literasi digital guru berpengaruh terhadap
motivasi kerja, dan sejauh mana literasi digital guru memediasi hubungan
pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru, hal
ini telah menjadi perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian akan di
644 guru yang tersebar di 31 sekolah, sejak ditetapkan belajar secara daring,
11
belajar secara tatap muka dengan belajar daring. Kepemimpinan kepala sekolah
menurut The Education and development form, telah terjadi learning loss selama
belajar dengan cara daring, yaitu situasi dimana peserta didik kehilangan
telah membuat para pendidik, murid dan orang tua murid frustrasi. Motivasi kerja
mencapai pada tingkat profesional seorang guru tentu tidak mudah, yaitu akan
melalui berbagai pengalaman dan proses belajar secara terus menerus sesuai
kerja yang tinggi dari yang bersangkutan untuk mencapainya, baik secara
3) Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin pada tingkat sekolah sangat penting
kemampuan ini (Kharisma, 2017, hal. 2). Literasi digital menjadi salah satu
kompetensi yang wajib dimiliki oleh para guru, sebagaimana dijelaskan dalam
guru untuk memiliki literasi digital yang memadai dalam menunjang tugas-
dalam proses pembinaan terhadap guru, dan literasi ini akan berpengaruh
terhadap motivasi kerja para guru. Bahkan literasi digital guru merupakan
Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara selama masa Work From Home.
7) Belum ada informasi sejauh mana literasi digital guru dapat berpengaruh
dapat berpengaruh terhadap literasi digital guru, khususnya pada guru sekolah
9) Belum ada informasi sejauh mana peranan literasi digital guru memediasi
Utara,
10) Patut diduga terdapat perubahan motivasi kerja guru selama masa pandemic
Kinerja guru dipengauhi oleh Motivasi kerja guru, dan motivasi kerja guru
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang komplek. Oleh karenanya dalam penelitian
motivasi kerja,
B. Perumusan Masalah
berikut;
motivasi kerja?
digital guru?
C. Tujuan Penelitian
digital guru
D. Kegunaan Penelitian
1. Akademis
15
Ilmu Pendidikan khususnya manajemen pendidikan dan guru yang terkait dengan
motivasi kerja dan kinerja guru. Di samping itu dapat memberikan sumbangan
2. Kegunaan Praktis
(3) Interaksi langsung kepala sekolah dengan guru dalam rangka komunikasi,
dalam rangka peningkatan literasi digital guru, motivasi kerja dan kinerja
BAB II
A. Kajian Tteori
1. Kinerja Gguru
Model kinerja yang paling umum dan paling awal adalah model teori yang
Rumusan Vroom adalah salah satu kelas teori serupa yang didasarkan pada
tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh
konsekuensi (atau hasil) yang akan diperoleh bagi pelakunya” (Vroom, 1964).
yang akan dikeluarkan seorang pekerja pada berbagai tugas yang terkait
hanya tingkat motivasi pekerja, tetapi juga tingkat kinerja pekerjaan yang
akan dihasilkan.
Jadi pilihan awal ketika seseorang memilih profesi sebagai guru akan menentukan
unjuk kerja yang akan ditampilkannya setelah menjalankan profesinya itu. Selain
faktor internal, faktor eksternal juga dapa mempengaruhi kinerja seorang guru
profesinya, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Lingkungan non fisik, seperti
lingkungan sosial sekolah, yaitu antara lain budaya sekolah, struktur sekolah yang
program
pengajaran,1pelaksanaan1kegiatan1pembelajaran1dan1evaluasi1pembelajaran”.
Kinerja yang dicapai diukur didasarkan pada kemampuan profesional yang telah
distandarisasi. Mengacu pada pendapat Smith (2003, hal. 292) yaitu bahwa
keluaran1dari1suatu1proses.
18
Definisi lain mengatakan bahwa Kinerja guru adalah hasil kerja yang
telah dicapai oleh seseorang yang berprofesi sebagai guru, dalam suatu
yang berpedoman pada norma dan etika yang telah dibuat (Satriadi, 2016).
mencapai1tujuan1pendidikan”.
suatu hasil dari suatu kecakapan yang akan menumbuhkan rasa percaya diri
untuk tampil dan dapat diakui oleh pihak lain (. Kemampuan atau
kecakapan guru yang diperoleh baik dalam aspek kognitif, afektif, dan
dapat dinilai dari cara berfikir, bertindak, dan memahami sesuatu masalah.
meningkatkan1kinerja1guru.
internal yang dapat menunjang kinerja guru antara lain kecerdasan, keterampilan
dan kecakapan, motive dan kesehatan, kemampuan dan minat, bakat, cita-cita dan
tujuaan dalam bekerja. Faktor eksternal yang menunjang kinerja guru antara lain,
2. Motivasi Kkerja.
kepadanya”. Selanjutnya Paimun dan Etti (1995, hal. 48) menjelaskan bahwa
20
suatu obyek terlihat apabila obyek sasaran berkaitan dengan keinginan dan
suatu objek, baik seseorang, suatu persoalan atau situasi ada sangkut paut dengan
dirinya. Jadi minat dapat dipandang sebagai suatu reaksi atau sambutan secara
sadar (Buchori, 1999, hal. 135). Minat tidak memiliki arti sama sekali jika tidak
ada sangkut pautnya dengan diri orang yang bersangkutan. Sebagai suatu sikap,
perasaan, dan kemauan terhadap suatu obyek, yang disebabkan karena obyek
penting dari minat. Aspek penting motivasi yaitu minat, antara lain, minat
terhadap perhatian, minat belajar, minat berpikir, dan minat berprestasi. Motivasi
(1) Mc. Cleland. Motivasi timbul berdasarkan emosi. Motif mempunyai arti sama
(2) Atkinson. Istilah motif sebagai suatu gambaran ketika seseorang berusaha
(3) Teevan & Smith. Komponen spesifik dari motivasi adalah motif, sedangkan
(4) GR. Terry & Leslie. Daya dorong yang membuat orang untuk bertindak
seseorang.
dorongan atau motif-motif yang berasal dari diri setiap individu (Djamarah,
2002, hal. 115). Motif ini tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena
sudah ada dorongan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Pendapat
lain mengatakan bahwa motivasi intrinsik sebagai dorongan yang timbul dari
dalam diri individu sendiri, atas kemauan sendiri tanpa ada dorongan dari
orang lain. Motivasi intrinsik yang dimiliki seseorang seperti rasa ingin tahu,
belajar hal baru. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsic dan memiliki
22
aktivitas yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan bantuan
dari orang lain, dikatakan memiliki motivasi intrinsik (Sutikno, 2014, hal.
98).
Berbeda dengan motivasi intrinsic yang datang dari dalam diri seseorang,
dari luar individu yang bersangkutan dapat berupa ajakan, perintah atau
paksaan, (Sutikno, 2014, hal. 98). Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
di dalam perbuatan itu sendiri (Rosjidan, 2001, hal. 51). Motivasi ekstrinsik
dibutuhkan dan bermanfaat ketika tidak semangat bekerja, belajar atau tidak
tertarik akan sesuatu, Melalui motivasi ekstrinsik dari atasan, orang tua atau
b. Motivasi kerja
Sebagai suatu proses, motivasi kerja dapat dikatakan sebagai proses yang
daya gerak yang dapat menciptakan semangat kerja seseorang untuk mau bekerja
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai
kepuasan, dikatakan sebagai motivasi kerja (Hasibuan, 2009). Hal ini merupakan
23
dorongan untuk bekerja dalam rangka mencapai tujuan atau kepuasan bagi
individu. Seorang pembelajar yang memiliki motivasi intrinsik akan lebih mudah
menerima pelajaran. Mereka telah sadar bahwa belajar adalah penting. Hal ini
membutuhkan motivasi ekstrinsik dari pihak luar dari luar dirinya. Peranan seperti
(Soemanto, 1998, hal. 113). Guru juga membutuhkan motivasi dalam bekerja.
memenuhi kebutuhannya.
motivasi kerja guru adalah suatu dorongan baik intrisik maupun ekstrinsik
organisasi agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada
kelompok (Rivai, 2011, hal. 3). Terdapat dua pengertian kepemimpinan yang
mempengaruhi orang, dan kepemimpinan sebaagai alat, sarana atau proses dalam
membujuk orang agar mau melakukan sesuatu dengan ikhlas. Pemimpin dapat
hingga ancaman. Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia dan
dimiliki sang pemimpin, akan semakin besar potensi, efektifitas dalam memimpin.
“leadership defined as the use of power and influence to direct the activities of
aktifitas pengikut atau bawahan terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh
faktor lain di tempat kerja. Selanjutnya Robert Kreitner dan Angelo Kiniciki
Kinicki, 2010).
19 tahun 2017, bahwa beban kerja Kepala Sekolah adalah melaksanakan tugas
yang fundamnental.
sebagai prestasi kerja kepala sekolah setelah melalui penilaian. Penilaian prestasi
kerja Kepala Sekolah dilakukan secara periodik setiap tahun, meliputi Sasaran
26
Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku, serta kehadirannya. Penilaian terhadap kepala
- tugas manajerial;
- pengembangan kewirausahaan;
kepemimpinan;
membutuhkan.;
tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepala sekolah sebagai manajer dalam
pengelolaan sekolah dianggap belum cukup, tetapi harus memiliki peran sebagai
sekolah, orientasi terhadap organisasi sekolah yang terbuka dan sebagai agen
pemberdayan.
membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari kepala sekolah, agar guru dan
dimiliki, seperti sumber daya manusia, sumber daya lingkungan (sarana dan
allocator, pembagi sumber daya yang dimiliki organsasi. Kepala sekolah dapat
heroik atau yang luar biasa. Terdapat lima karakteristik pemimpin kharismatik
yaitu,
(1) Memiliki Visi dan artikulasi. Pemimpin yang memiliki visi ditujukan
dengan sasaran ideal berharap masa depan yang lebih baik dari
(2) Resiko personal. Pemimpin yang berani mengambil risiko pribadi yang
(4) Perilaku tidak konvensional, kreatif dan cara yang dianggap baru dan out
of the box.
30
(1) Imbalan kontingen, berbasis imbalan atas apa yang telah dikerjakan.
pemberian imbalan.
yang terjadi baik terhadap aturan dan standar, dan melakukan tindakan
perbaikan
Sebuah visi tentang harapan kondisi yang baik di masa depan mempunyai
sederhana tentang visi atau harapan tinggi, sehingga anak mudah tergugah
untuk meenjalankannya.
stimulasi intelektual.
individual.
bawahannya untuk bekerja lebih keras dan adaptif dengan cara-cara yang baru
pengetahuan untuk kecakapan hidup. Ibrahim dalam Deti Nudiati dan Elih
Sementara dalam World Economic Forum (2015) dalam Deti Nudiati dan Elih
peserta didik, orang tua dan masyarakat. Keenam hal itu adalah 1) membaca dan
6) budaya dan kewargaan. Literasi digital merupakan salah satu literasi yang
merupakan salah satu kemampuan literasi yang sangat penting untuk dikuasai
seseorang beralih dari bahan cetakan ke smart phone. Dengan adanya media
aplikasi digital, dan kemampuan literasi tekstual dalam bentuk non cetak yang
dan berubahnya sistem operasi manual ke elektronik berbasis aplikasi yang dapat
terlihat dan dirasakan di lapangan, baik yang bersifat komersial maupun sosial. Di
samping itu beberapa pekerjaan yang dioperasikan secara manual akan hilang
hal penting yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang
ini. Hal ini sejalan dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
pemanfaatan data digital sangat dirasakan saat ini untuk berbagai kebutuhan. Oleh
34
dan penggunaan data digital yang bermanfaat, serta tingkat keamanan yang baik.
Demikian juga dalam dunia pendidikan, seluruh personil baik para pengelola
sekolah maupun siswa diharapkan memiliki kemampuan literasi digital yang baik
sumber yang1tersaji1melalui1perangkat1elektronik”.
Literasi digital merupakan kumpulan dari beberapa literasi yaitu literasi ICT atau
visual, dan literasi komunikasi (Martin A., 2008). Paul Gilster (1997) mengatakan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang dapat
mengomunikasikannya secara1sukses1dalam1semua1bentuk1media”.
2) Aspek penalaran, yaitu keterampilan penalaran dalam menilai isi dari sebuah
aktual;
kepercayaan diri dan dapat bersikap kritis dalam menggunakan media sehingga
37
dapat menghindari berita hoax dan sejenisnya. Hal ini akan meningkatkan
pembelajaran kompetensi literasi digital, dikalangan para guru dan pelajar yang
manfaat. Hal ini karena terdapat tiga paradoks yang dapat memberikan risiko
pada publikasi dari European Association for Viewers Interest (EAVI), dimana
akan diukur dalam hal penggunaan media digital yang terdiri dari tiga keahlian
yaitu,
internet.
media digital, telah memanfaatkan secara bijak untuk aktivitas yang lebih
Sikap kritis sangat diperlukan pada pengguna media digital, hal ini merupakan
dimaksud.
tentang media dan regulas yang mengaturnya. Dalam hal ini pengguna
media digital.
3) Keterampilan komunikasi
dimiliki yaitu,
berbagi informasi dan tren tersebut secara terlatih, agar informasi tersebut
digital, (2) kemampuan kerjasama dengan orang lain dalam jaringan untuk
media.
Merujuk pada Study on Assessment Criteria for Media Literacy Levels yang
dari European Association for Viewers Interest (EAVI), terdapat tiga kategori
1) kategori dasar / Basic: yaitu bila skor di bawah 70, maka kemampuan
cukup tinggi, dan berpartisipasi secara sosial dan produktif dalam produksi
konten media.
3) Sangat tinggi / Advanced: yaitu bila Skor berada di atas 130, maka memiliki
dalam pengukuran kemampuan literasi digital (Calvani, Cartelli, & Antonio Fini,
2008, hal. 189). Melalui Instant DCA (iDCA), kemampuan literasi digital individu
dengan dibagi dalam 3 dimensi, yaitu teknologi, etika, dan kognitif. Dimensi
teknologi dibagi dalam beberapa sub yaitu, kemampuan individu dalam mengatasi
Dikutip dari Febliza & Oktariani, disusun kuesioner tentang literasi digital
literasi digital sekolah, literasi digital guru dan literasi digital siswa (Febliza &
Okatariani, 2020). Di dalam kuesioner yang disusun itu, indikator dari 3 literasi
digital di lingkungan sekolah itu dapat terlihat dari kisi-kisi di bawah ini;
(3) Adanya upaya menggiatkan surat elektronik (e-mail), blog sekolah, blog
guru,
proses pembelajaran
lingkungan sekolah, khususnya guru, adalah perilaku guru dalam bekerja dengan
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media digital. Literasi digital
di lingkungan sekolah yang terkait dengan guru adalah literasi digital sekolah dan
B. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang
terhadap kualitas pendidikan suatu negara. Danim (2006: 168) mengatakan bahwa
dipengaruhi banyak faktor dan bersifat kompleks, baik secara internal maupun
eksternal. Kinerja guru, secara internal, dapat ditentukan oleh motivasi kerja guru
yang bersangkutan, antara lain pada saat profesi guru sebagai pekerjaan yang
dipilihnya. Jadi motivasi awal menjadi guru sebagai pilihan profesi akan
sebagai salah satu faktor internal sangat mempengaruhi kinerja guru (Girdwichai
dan Sriviboo (2020); Robescu dan Iancu (2016), Elvino Bonaparte do Rêgo, dkk
(2017), Abdul Rachman Saleh dan Hardi Utomo (2018), P. Ayu Asri Wulandari,
berperilaku (Usman M. U., 2008, hal. 245). Danim dalam Sutikno (2014)
tujuan (Robbins & Coulter, 2010). Motivasi merupakan dampak langsung dari
kepuasan kerja (Winardi, 2007). Ciri-ciri guru yang memiliki motivasi kerja yang
tinggi adalah memiliki antara lain; ketekunan, kegairahan dan semangat kerja,
tujuan1profesionalnya.
dari luar dirinya seperti halnya kepemimpinan, baik dari kepala sekolah maupun
pada tingkatan yang lebih tinggi. Aktivitas kepemimpinan yang dilakukan Kepala
bekerja sama dengan bawahannya, dan berupaya dengan semangat tinggi serta
guru maupun staf secara optimal. Peran tersebut sangat diharapkan oleh seluruh
61
guru di lingkungan sekolah yang bersangkutan. Perlu juga adanya dorongan dari
kepala sekolah agar guru berminat yang besar terhadap pelaksanaan tugasnya
kuat (Mulyasa, 2011, hal. 16). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Busra Selma Demirhan, dkk. (2020), Enny Noviyanti,
sebagai masukan pemikiran, kemudian diolah untuk menjadi produk digital atau
melaui platform digital. Sedangkan informasi yang telah diolah itu, dapat
disebarkan dalam berbagai bentuk format seperti teks, gambar, audio, video, dan
menjelaskan bahwa,
literasi ICT atau literasi komputer, literasi teknologi, literasi informasi, literasi
62
literasi digital ini selayaknya dimiliki oleh para guru dalam menunjang tugas
ini sejalan dengan hasil penelitian Hafidz Abdul Mujib (2021), Zuli Iva Nofia Sari
dan Supriyanto (2020), Sudar Kajin (2019), Ming-Hung Lin, dkk. (2017) yang
untuk bekerja sama dengan bawahannya dan berupaya dengan semangat tinggi
guru maupun staf secara optimal. Peran tersebut sangat diharapkan oleh seluruh
guru di lingkungan sekolah yang bersangkutan. Perlu juga adanya dorongan dari
kepala sekolah agar guru berminat yang besar terhadap pelaksanaan tugasnya
dalam mengelola setiap komponen sekolah (Mulyasa, 2011, hal. 5). Dalam hal ini
Hasl ini sejalan dengan hasil penelitian Henny Suharyati dan Griet Helena Laihad
profesionalnya. Kemampuan digital ini dapat diperoleh karena atas dorongan dari
diri sendiri maupun dorongan dari luar dirinya, dalam hal ini salah satunya
memberikan motivasi agar guru memiliki minat yang tinggi terhadap pelaksanaan
motivasi kerja tinggi dapat terbangun. Sejalan dengan hasil penelitian Siswoyo
Haryono, at. al. (2020) menjelaskan bahwa, (1) Kepemimpinan kepala sekolah
harus bertindak sebagai motivator. (2) Kepala sekolah harus mampu berperan
dan kemampuan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
dalamnya adalah guru. Jadi literasi digital menjadi media bagi kepala sekolah
dalam hal ini berpengaruh tidak langsung terhadap motivasi kerja guru.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
(X1)
H1
Motivasi Kerja (Z) H5 Kinerja Guru (Y)
H4 H3
H2
Literasi Digital
Guru (X2)
Keterangan gambar:
(Z)
Guru (X2)
D. Operasionalisasi Variabel
sekolah, motivasi dan kinerja guru. Untuk mengukurnya maka dapat dijelaskan
1. Kinerja guru
Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sudah barang tentu telah
kecakapan tersebut belum memadai secara merata. Hal ini juga telah disampaikan
upaya secara menyeluruh dari para pihak untuk berupaya dalam meningkatkan
2. Motivasi kerja
pekerjaannnya. Motivasi sebagai suatu dorongan yang timbul dari dalam diri
Motivasi kerja guru juga bisa timbul karena adanya dorongan dari luar seperti hal
bimbingan, dan lain-lain yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk memastikan
bahwa guru dapat bekerja dengan baik. Jadi seara konseptual bahwa motivasi
67
kerja guru adalah suatu dorongan baik intrisik maupun ekstrinsik pada
terhadap motivasi kerja dirinya yaitu suatu dorongan baik intrisik maupun
tantangan.
membutuhkannya, yang penting tujuan organisasi dapat dicapai. Pada kajian teori
telah dibahas beberapa gaya kepemimpinan seperti dijelaskan oleh Robin yang
yang efektif agar sesuatu dapat dikerjakan, memberikan batasan yang diijinkan
merupakan perpaduan sifat pribadi dan kepemimpinan yang efektif dari kepala
bawahannya untuk bekerja lebih keras dan adaptif dengan cara-cara yang baru
sekolah yang berciri transformational, yaitu pemimpin yang mau dan mendorong
dan melayani bawahannya untuk bekerja lebih keras dan adaptif dengan cara-cara
menggunakan media digital. Literasi digital guru memiliki indikator yaitu, selalu
TIK, dalam aktifitas dan mengajar menggunakan materi berbasis TIK, adakalanya
sekolah.
Secara operasional definisi literasi digital guru adalah persepsi guru dalam
mengajar dengan menggunakan media digital. Indikator literasi digital guru yaitu,
TIK, dalam aktivitas dan mengajar menggunakan materi berbasis TIK, adakalanya
Technologies (ICT) dalam proses belajar mengajar, skill / keterampilan guru, dan
sekolah.
E. Hipotesis
motivasi kerja
guru.
71
72
BAB III
A. Jenis Penelitian
ini bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel di dalam model penelitian.
Dalam penelitian ini disusun dalam bentuk model hipotetik berupa hubungan
kausal yang didasarkan pada landasan teori, sesuai model teoritik yang dibangun.
B. Sumber Informasi
1. Populasi
sebagainya (Djarwanto, 1994, hal. 420). Populasi adalah keseluruhan dari objek
penelitian berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya sehingga objek ini dapat menjadi sumber data penelitian
(Bugin, 2012, hal. 40), Populasi ialah keseluruhan dari variable yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam, 2003), Populasi adalah totalitas semua nilai yang
lengkap dan jelas yang ingin mempelajari sifat-sifatnya (Sudjana N. , 2010, hal.
6). Jadi populasi merupakan suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan
2. Sampel
dimiliki oleh sebuah Populasi (Sugiyono, 2008, hal. 118), Jumlah sampel yang
karena apa yang dipelajari dari sampel tersebut akan mendapatkan kesimpulan
yang nantinya di berlakukan untuk Populasi. Suharsimi Arikunto (2006, hal. 131)
menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang
akan diteliti. Hal tersebut disebut juga sebagai penelitian sampel. Sedangkan Nana
Sudjana dan Ibrahim (2004, hal. 85), sampel adalah sebagian dari populasi yang
dapat dijangkau serta memiliki sifat yang sama dengan populasi yang diambil
sampelnya tersebut.
kepada guru guru Sekolah Dasar Negeri di Jakarta Utara, dari total populasi
74
(644 guru) diambil secara acak. Jumlah responden yang diperlukan dalam
N
n=
1+ N ( ⅇ¿¿ 2)¿
N= jumlah populasi
e = error margin
644
n= 2
1+644 x 0,05
644
n=
1+1,61
C. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar (1996,
75
hal. 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan
secara objektif. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2008, hal. 52) menjelaskan bahwa
instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam keadaan dan
yang dapat digunakan peneliti dalam penelitian kuantitatif antara lain kuesioner
B. Kepemimpinan Kharisma, 1, 2
kepala sekolah
Inspiratif, 3, 4
Stimulasi intelektual 5, 6
Pertimbangan individual 7, 8
Setuju (S), ragu-ragu (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Skoring untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan nilai 5, dan seterusnya
menurun sampai jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) yang akan diberikan
nilai 1.
1. Waktu penelitian
awal bulan Februari 2021 sampai dengan akhir Januari 2022. Adapun
2. Lokasi penelitian
PLS 3. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel endogen adalah
memiliki hubungan yang dapat dilihat dari nilai outer loding nya, nilai yang
PLS, dimana Algoritma dasar PLS pada dasarnya adalah urutan regresi
a. Convergent validity
79
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Pada riset
b. Discriminant validity
di blok lainnya.
Fornell & Larcker (1981) dalam Ghozali menjelaskan metode lain yaitu
validity yang cukup baik jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar
dari pada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya (Ghozali, 2011).
c. Reliability
atau konstruknya.
terhadap variabel laten endogen. Sebagai pedoman dari para ahli, nilai
R-Square 0,75, 0,50 dan 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat,
b. F-Square
Pedomannya adalah nilai F-Square sebesar 0,02, 0,15 dan 0,35 dapat
yang lemah, medium, atau besar pada tingkat struktural (Ghozali, 2011).
literasi digital guru, maka dalam penelitian ini terdapat variabel intervening
yaitu literasi digital guru. Jika nilai T-statistik lebih besar dibandingkan
dengan T-tabel dan P-value lebih kecil dari pada tingkat signifikan yang
digital guru.
82
BAB IV
40;
(14.
9%)
87; (32.3%)
<31 Tahun
31-40 Tahun
79; (29.4%) 41-50 Tahun
>50 Tahun
63; (23.4%)
83
52; (19.3%)
117; (43.5%) <6 Tahun
56; (20.8%) 6-10 Tahun
11-15 Tahun
44; (16.4%)
>15 Tahun
1 Pria 68 25.3%
68; (25.3%)
Pria
Wanita
201; (74.7%)
Partial Least Square (PLS) dengan program smartPLS 3.0. Berikut ini
Pada saat peneliti melakukan analisis outer model pada Partial Least
atau item pertanyaan yang memiliki cross loading >0,6 (Ghazali, 2011).
memiliki hubungan yang dapat dilihat dari nilai outer loding nya, nilai yang
dasar PLS pada dasarnya adalah urutan regresi dalam hal validitas butirnya
alpha.
a. Convergen Validity
dalam kategori baik apabila nilai outer loading > 0,7. Akan tetapi Menurut
88
Chin seperti yang dikutip oleh Imam Ghozali, nilai outer loading antara 0,5 –
variabel penelitian:
Berdasarkan tabel di atas tidak ada yang outer loading nya di bawah
b. Discriminant validity
Larcker Criterion. Tabel 4.5. menunjukkan olahan data dimana hasil yang
Literasi
Kepemimpinan Kinerja Motivasi
Digital
Kepala Sekolah Guru Kerja
Guru
Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Kinerja Guru 0.620
Berdasarkan tabel 4.5. di atas, maka semua akar dari tabel Fornell-
Larcker Criterion) tiap konstruk lebih besar dari pada korelasinya dengan
yang diukur. Dengan begitu berarti instrumen dalam penelitian ini dapat
c. Reliability
91
yang sudah lebih dari 0,50 yang berarti konstruk dapat menjelaskan 50%
d. Colonierity
Tabel 4.8. Colonierity Inner VIF Values
LITERASI
KEPEMIMPINA KINERJA
DIGITAL MOTIVASI
N GURU
GURU
Kepemimpinan Kepala
1.000 1.421
Sekolah
Kinerja Guru
Literasi Digital Guru 1.421
Motivasi Kerja 1.000
dalam penelitian.
92
Motivasi kerja dan Kinerja Guru yang akan dijelaskan berdasarkan hasil uji
goodness of fit, uji path coefficient dan uji Indirect Effects dengan SmartPLS
3.0
kinerja guru yang dipengaruhi oleh motivasi kerja guru, nilai R-Square
adalah 0,552 atau 55,2 %, artinya kinerja guru dipengaruhi oleh motivasi
kerja guru.
kepala sekolah menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,296 atau 29,6%, dan
sisanya dipengaruhi oleh variable lain. Besaran angka ini di bawah 33% dan
guru dan kepemimpinan kepala sekolah, nilai R-Square nya adalah sebesar
0,552 atau 55,2 %. Hal ini berarti variable motivasi kerja dipengaruhi oleh
sisanya dipengaruhi variabel lainnya, dan nilai ini lebih dari 33% namun
sekolah dan literasi digital guru terhadap motivasi kerja guru termasuk
variable endogen. Hasil dari analisis bootstrapping PLS SEM direct effects
Standard
Original Sample T Statistics (| P
Deviation
Sample (O) Mean (M) O/STDEV|) Values
(STDEV)
Kepemimpinan Kepala Sekolah -> Literasi
0.544 0.551 0.047 11.497 0.000
Digital Guru
Kepemimpinan Kepala Sekolah -> Motivasi
0.293 0.292 0.047 6.208 0.000
Kerja
Literasi Digital Guru -> Motivasi Kerja 0.542 0.544 0.047 11.646 0.000
Motivasi Kerja -> Kinerja Guru 0.743 0.748 0.030 24.501 0.000
mendekati nilai +/-1, hubungan kedua konstruk semakin kuat. Dari tabel
4.10. dapat dilihat hubungan nilai tiap variable berpengaruh semakin kuat
karena nilai path coefficients (lihat nilai original sample) seluruh variabelnya
mendekati +1. Nilai signifikansi yang terlihat t-statistik harus > 1,96 atau p-
value < 0,05 dan dapat disebut sebagai signifikan. Merujuk pada tabel 4.10.
sebesar 0,544’ dengan p-value 0,00 < 0,05 atau t-statistik > t-tabel
sebesar 0,293 dengan p-value 0,00 < 0,05 atau t-statistik > t-tabel
3) Variabel literasi digital guru terhadap motivasi kerja guru sebesar 0,542
dengan nilai p-values 0,00 < 0,05 atau atau t-statistik > t-tabel
4) Variabel motivasi kerja guru terhadap kinerja guru sebesar 0,743 dengan
nilai p-value sebesar 0,00 < 0,05 atau t-statistik > t-tabel (24,501>1,96).
Untuk pengaruh tidak langsung dapat dilihat pada 4.11. dibawah ini.
literasi digital guru, dan sesuai dengan tabel menunjukkan coefficient path
sebesar 0,295 T-statistik > T-tabel (9,093 > 1,96), dan P-value 0,00 < 0,05,
sebagai berikut:
Hasil analisis data dapat disimpulkan dalam tabel 4.12. sebagai rangkuman
Coef.
HiOpotesis T-Statistik P-Value Kesimpulan
Path
Kepemimpinan kepala 0.544 11.497 0.000 Hipotesis diterima
sekolah berpengaruh
97
Coef.
HiOpotesis T-Statistik P-Value Kesimpulan
Path
terhadap Literasi
digital guru.
Kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh
0.293 6.208 0.000 Hipotesis diterima
terhadap motivasi
kerja
Literasi digital guru.
berpengaruh terhadap 0.542 11.646 0.000 Hipotesis diterima
Motivasi kerja
Motivasi kerja
berpengaruh terhadap 0.743 24.501 0.000 Hipotesis diterima
Kinerja Guru
Kepemimpinan 0.295 9.093 0.000 Hipotesis diterima
Kepala Sekolah
berpengaruh terhadap
Motivasi kerja melalui
literasi digital guru
98
C. Pembahasan
guru.
et. al., 2019), (Suharyati & Laihad, Model of School Principal Leadership
terlebih di masa pademi dengan pola daring. Untuk itu guru dituntut harus
guru.
Haryono, Nurul Iman, Hima Amrullah, & S & uhaimi Surah, 2020;
Shepherd-Jones & Salisbury-Glennon, 2018; Um, Joo, & Her, 2018). ).,
Coulter, 2010). Di era pandemi dengan cara kerja work from home, memang
Motivasi kerja guru sebagai salah satu faktor internal sangat mempengaruhi
kinerja guru (Girdwichai & Sriviboon, 2020); (Robescu & Iancu, 2016). Hasil
sebelumnya yang dilakukan oleh (Hobbs & Tuzel, 2017); (Itsekor & James,
2012).
Cara pengajaran dengan daring di saat pandemi atau work form home,
yang beredar di internet. Untuk itu literasi digital menjadi tuntutan utama.
Peningkatan literarsi digital akan membuat guru lebih nyaman dan merasa
penggunaan teknologi atau lainnya baru akan membuat guru lebih semangat
sebelumnya yang dilakukan oleh Robedcu dan Iancu (2016); Girdwichai dan
Sriviboon (2020)
prestasi kinerjanya. Motivasi kerja sebagai salah satu faktor internal sangat
mempengaruhi kinerja guru, dan menjadi sangat penting bagi guru dalam
digital guru. Dan keduanya memiliki besaran pengaruh yang relatif sama.
3) Motivasi kerja guru, juga harus selalu mendapat perhatian, bukan saja
sebagai guru dan ibu rumah tangga. Sehingga peran kepala sekolah
bawahannya.
103
BAB V
A. Kesimpulan
motivasi kerja.
B. Saran
baik dalam aspek kepemimpinan itu sendiri, dan literasi digital guru
2. Motivasi kerja guru juga harus selalu mendapat perhatian, bukan saja
sebagai guru dan ibu rumah tangga. Sehingga peran kepala sekolah
bawahannya.