Anda di halaman 1dari 5

Tugas Individu: Psikologi Pendidikan Matematika

IDE DARI SEBUAH SKEMA

Disusun oleh :

NAMA : ASMAUN
NIM : 161050701038
KELAS : 02

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017

1
IDE DARI SEBUAH SKEMA
Pada dasarnya setiap konsep merupakan turunan dari konsep-konsep yang
lain sehingga akan membentuk konsep baru yang pada akhirnya akan
menimbulkan rangkaian-rangkaian konsep yang disebut skema.
1. Pengertian Skema
Skema adalah struktur mental/kognitif atau struktur –struktur konsep di
dalam benak manusia yang digunakan untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungan. Adaptasi yang dimaksud berkaitan dengan dua hal yaitu asimilasi
dan akomodasi.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses mendapatkan
informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur
mental yang sudah dimiliki seseorang. Jika informasi atau stimulus yang
diperoleh sesuai dengan skema yang sudah terbentuk dalam pikiran seseorang
maka skema tersebut mendapat penguatan. Tetapi, jika informasi atau
stimulus tersebut tidak sesuai dengan skema yang ada maka terdapat dua
kemungkinan yang akan terjadi yaitu mengabaikan stimulus atau melakukan
akomodasi.
b. Akomodasi
Akomodasi dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman
yang baru itu dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman yang baru itu
bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam
keadaan seperti ini orang itu akan mengadakan akomodasi, yaitu (1)
membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau
(2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Menurut Piaget (dalam Suparno, 2006), proses asimilasi dan akomodasi ini
terus berjalan dalam diri seseorang.

1
2. Fungsi skema
Skema mempunyai dua fungsi utama, yaitu menggabungkan pengetahuan
yang ada dan alat pikiran untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Menggabungkan keberadaan pengetahuan diartikan sebagai kemampuan skema
untuk mengkombinasikan keberadaan pengetahuan yang satu dengan pengetahuan
yang lain yang ada di dalam benak seseorang. Selanjutnya, skema sebagai alat
untuk penerimaan konsep yang baru diartikan sebagai kemampuan skema untuk
menghasilkan penerimaan yang lebih baik dan lebih mudah terhadap struktur
konsep yang baru.
a. Fungsi Gabungan Dari Sebuah Skema
Ketika kita mengenali sesuatu sebagai contoh dari sebuah konsep
maka kita akan menyadari adanya dua tingkatan dari penggabungan dua
skema, yaitu sebagai dirinya sendiri dan sebagai anggota dari golongannya.
b. Skema Sebagai Alat Untuk Belajar Lebih Lanjut
Skema yang sudah ada merupakan sesuatu yang penting untuk
memperoleh pengetahuan selanjutnya. Pembelajaran yang didasari dari skema
yang dimiliki siswa atau pembelajaran berbasis skema atau bisa disebut
pembelajaran skematik.
Pembelajaran skematik mampu membuat siswa untuk
mengaplikasikan pemahaman konseptualnya secara bebas. Hal ini berdampak
pada meluasnya pemahaman siswa dalam hal pemecahan masalah dan
membawa mereka kepada rencana pembelajaran yang lebih efektif.
Pembelajaran skematik memberi beberapa keuntungan dari pada belajar
hafalan. Keuntungan tersebut antara lain: (1) Belajar lebih bermakna, (2)
Belajar lebih efisien, (3) Belajar menyiapkan sebuah akal pikiran untuk
menerapkan pendekatan yang sama pada tugas belajar di kemudian hari.
Belajar dengan menggunakan skema juga mempunyai beberapa
kerugian, antara lain: (1) Membutuhkan waktu yang lama , (2) Jangkauan
materi yang terlalu luas.

2
IMPLIKASI SKEMA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Keberadaan skema di dalam pembelajaran sangatlah penting khususnya
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena skema mampu
menggabungkan keberadaan pengetahuan dan sebagai alat untuk penerimaan
konsep yang baru. Akan tetapi keberadaan skema sebagai suatu alat untuk
menghasilkan pembelajaran matematika yang lebih baik, tidak begitu saja berjalan
mulus, melainkan mengalami masalah dalam hal keberadaan skema itu sendiri.
Artinya, apakah skema yang ada di dalam benak siswa sudah sesuai dengan cara
guru mengeneralisasikan konsep tersebut atau tidak? Atau dengan kata lain,
apakah cara guru menyampaikan konsep baru tersebut telah sesuai atau tidak
dengan skema yang dimiliki siswa?.
Memilih cara menyampaikan konsep baru pun selanjutnya menjadi
masalah bagi guru dalam kasus ini. Akan tetapi, guru bisa memilih solusi dengan
menggunakan pembelajaran yang didasari dari skema yang dimiliki siswa, sebut
saja pembelajaran seperti ini sebagai pembelajaran berbasis skema atau
pembelajaran skematik. Guru harus yakin bahwa pembelajaran skematik tidak
hanya menghafal manipulasi simbol–simbol tapi juga harus mengetahui pada
tahap mana hanya memerlukan asimilasi dan kapan akomadasi dibutuhkan.
Pembelajaran skematik diartikan sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan
rangkaian skema siswa untuk merepresentasikan informasi yang disajikan di
dalam masalah yang diberikan guru, untuk kemudian guru membantu siswa untuk
mengungkapkan apa saja operasi matematika dan strategi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut berdasarkan integrasi rangkaian rangkaian skema
yang dimiliki siswa.
Secara umum, konsep fundamental matematika sekolah terdiri atas dua
hal, yaitu variabel dan fungsi (Springer, G. T., 2011: 1). Kedua konsep ini adalah
objek yang sifatnya abstrak dan tidak akan bisa begitu mudah untuk dipahami
oleh siswa jika guru langsung menyajikannya dalam bentuk konseptual. Oleh
karena itu, agar konsep tersebut lebih bisa untuk dipahami siswa, maka guru
sebaiknya memanfaatkan keberadaan skema yang dimiliki siswanya. Artinya,
pembelajaran yang diterapkan guru di kelas, tidaklah langsung dalam bentuk

3
konsep, melainkan menggunakan semacam jembatan yang menghubungkan antara
konsep matematika yang abstrak dengan skema yang ada di siswa agar
pembelajaran yang dilakukan di kelas menjadi lebih bermakna. Jembatan inilah
yang kita sebut sebagai pembelajaran skematik.
Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat dua proses utama dalam
pembelajaran skematik yang sebaiknya diterapkan oleh guru dalam menjelaskan
suatu konsep kepada siswa yaitu asimilasi dan akomodasi. Sejalan dengan yang
dikatakan Piaget (Upton, 2012: 24), yang berpendapat bahwa pengetahuan
dibangun melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Berikut adalah
contoh penerapan proses asimilasi dan akomodasi dalam pembelajaran
matematika.
Asimilasi: 
Siswa telah mempunyai skema tentang eksponensial sebagai perkalian bilangan
sebanyak n kali dengan kekhususan bilangan tersebut sama yang kemudian dapat
dituliskan dalam bentuk ab = c. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran
matematika dengan materi logaritma. Guru membimbing siswa memahami
logaritma. Siswa akan memanggil skema tentang eksponensial yang nantinya akan
dimodifikasi membentuk skema baru. Siswa perlu memasukkan informasi baru ini
ke dalam skema yang sudah dimiliki dengan mencoba mengerjakan daan
memahami tentang logaritma. 
Akomodasi:
Dalam proses memahami logaritma, siswa akan memodifikasi skema yang sudah
dimiliki yaitu eksponensial sebagai perkalian bilangan yang sama sebanyak n kali
yang dapat dituliskan dalam bentuk ab = c menjadi skema logaritma yang dapat
dituliskan dalam bentuk alog c = b   dimana a disebut basis atau pokok logaritma
dan c merupakan bilangan yang dilogaritmakan. Dengan memodifikasi, siswa
akan memperoleh skema baru mengenai logaritma tersebut
Eksistensi skema adalah induk dari pembelajaran matematika yang lebih
baik. Berdasarkan atas hal ini, penerapan pembelajaran skematik bisa menjadi
salah satu solusi dari permasalahan-permasalahan pembelajaran yang dihadapi
guru, terutama pada pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai