Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

Pembelajaran Matematika SD

Disusun oleh:

Zefrina Wati
NIM: 856258213

UPBJJ UT PADANG S1PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
Soal
1. Jelaskan Teori-teori yang berpengaruh untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran matematika.
2. Jelaskan yang anda ketahui tentang fungsi utama media dalam pembelajaran
matematika.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan manipulatif dan apa fungsi dari
bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika.
4. Uraikanlah 3 tahap dalam menyampaikan operasi hitung bilangan bulat
5. Jelaskanlah 5 sifat-sifat yang berlaku pada operasi penjumlahan bilangan
bulat.
Jawaban

1. Teori-teori yang berpengaruh untuk perngembangan dan perbaikan


pembelajaran matematika
1) Teori Thorndike
Teori ini disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta
didik sebagai, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan
secara pasif. Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap
pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari
urutan bahan pelajaran yang disusun dengan cermat, mengkomunikasikan
bahan kepada peserta didik dan membawa mereka untuk praktik
menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep atau prosedur baru itu
akan semakin mantap jika makin banyak praktik. Pada prinsipnya teori ini
menekankan banyak memberi praktek dan latihan (drill dan practice)
kepada peserta didik agar konsep dan prosedurr dapat mereka kuasai
dengan baik.
2) Teori Ausubel
Teori ini mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam
mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat
kegiatan pembelajaran lebih menarik, lebih bermanfaat dan lebih
menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah
dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan
dimaksud dapat berupa struktru matematika yan lebih ditonjolkan untuk
lebih memudahkan pemahaman.
3) Teori Jean Piaget
Teori perkembangan intelektual dari jean piaget menyatakan bahwa
kemampuan intelektual anak berkembangg secara bertingkat atau bertahap
yaitu:
a. Sensori motor (0-2 tahun)
b. Pra operasional ( 2-7 tahun)
c. Operasional konkret ( 7-11 tahun)
d. Operasional (lebih dari 7 tahun)
Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan
perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika
diberikan terutama untuk menyesuaikan “keabstrakan” bahan matematika
dengan kemampuan berfikir abstrak anak pada saat itu.
Teori ini juga mengatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi atau lingkungan..
Keadaan ini memberi petunjuk bahwa orang selalu belajar untuk mencari
tahu, memperoleh pengetahuan dan setiap orang berusaha untuk
membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Penerapan dari teori
piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan materi
baru pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang telah
diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami
materi baru.
4) Teori Vygotsky
Teori ini berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar
mandiri dari piaget menjadi kelompok belajar. Dalam membangun sendiri
pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan yang beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator.
5) Teori Jermoe Bruner
Teori ini berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan
mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang
rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata
atau konkret ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta
didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang
dirancang biasanya juga terkait usia dan umur anak.
Burner menyebutkan tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam
mengakomodasi keadaan peserta didik yaitu
a. Enactive (manipulasi objek langsung)
b. Iconic (Manipulasi objek tidak langsung)
c. Symbolic (Manipulasi simbol)
6) Pemecahan Masalah (George Polya)
Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan meningkatkan
pembelajaran matematika sehingga peserta didik mempunyai pandangan
atau wawasan yang luas dan mendalam ketika menghadapi suatu masalah.
7) Teori Van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa eksitensi dari lima tingkatan yang berbeda
tentang pemikian geometrik, yaitu visualisasi, analisis, informal, deduksi
dan nigor.
8) RME (Realistic Mathematics Education)
Teori ini dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika dengan
cara mengaitkannya dengan stuasi dunia nyata disekitar siswa.
9) Peta Konsep
Peta konsep merupakan kebermaknaan yang ditunjukan dengan bagan
atau peta sehingga hubungan antar konsep menjadi jelas dan keseluruhan
konseo teridentifikasi.
2. Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan,
menyajikan atau menjelaskan bahan pelajaran, yang mana alat- alat alat itu
sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan. Contohnya:
Papan tulis, Radio, Televisi dll. Jadi media pembelajaran itu fungsi utama nya
adalah sebagai alat yang membantu guru untuk menyampaikan pesan
pembelajaran kepada siswa atau dengan kata lain bisa di katakan sebagai
penghubung antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Dalam hal ini
pemberi pesan adalah guru dan penerima pesan adalah siswa atau peserta
didik.
3. Bahan manipulatif adalah bahan-bahan yang dapat dipegang, dipindah-
pindahkan, dipasang, dibolak-balik, di atur/ditata, dilipat/dipotong oleh siswa
atau bahan-bahan yang dapat dimain-mainkan oleh siswa.
Fungsi bahan manipulatif ini adalah untuk menyederhanakan konsep-konsep
yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata,
menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-
sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung dan sifat-sifat
bagun geometri, serta memperlihatkan fakta-fakta. Pada dasar fungsi utama
dari bahan manipulatif tersebut sama dengan media pembelajaran sama-sama
sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran namun yang membedakan
adalah bahan manipulatif termasuk kedalam bagian matapelajaran tersebut
sementara media pembelajaran tidak termasuk bagian dari mata pelajaran.
4. 3 tahap dalam menyampaikan operasi hitung bilangan bulat yaitu
1) Tahap pengenal konsep secara konkret
Ada 2 model dalam tahapan ini yaitu:
a) Model yang menggunakan pendekatan himpunan
b) Mengunakan pendekatan hukum kekekalan panjang
Pada tahap ini digunakan alat peraga. Pada pendekatan mengunakan
konsep himpunan dapat digunakan manik manik. Selain alat peraga manik
manik terdapat alat peraga lain yang dapat dijadikan media untuk
menjelaskan operasi hitung pada bilangan bulat, yaitu: tangga garis
bilangan, pita garis bilangan dan balok garis bilangan. Ketiga alat ini lebih
cenderung merupakan alat permainan matematika dan pada umunya alat
ini digunakan untuk mengenal atau melakukan operasi hitung dasar pada
sistem bilangan bulat.

2) Tahap Pengenalan konsep secara semi konkret atau semi absrak


Pada tahap ini, proses pengerjaan operasi hitung pada sistem bilangan
bulat diarahkan kepada bagaimana “mengunakan garis bilangan”.
Pada prinsipnya, cara kerja pada garis bilangan sama dengan cara kerja
pada balok, tangga atau pita garis bilangan, yaitu ditekankan pada langkah
“maju” untuk pada operasi penjumlahan dan langkah “mundur” untuk
operasi pengurangan. Kemudian sisi muka model yang dihadapkan ke
arah bilangan positif maupun negatif ditunjukkan oleh arah ujung panah
pada garis bilangannya.
3) Tahap pengenalan konsep secara abstrak
Penggunaan alat peraga ataupun garis bilangan untuk melakukan operasi
hitung bilangan bulat mempunyai keterbatasan, karena tidak dapat
menjangkau bilangan-bilangan yang cukup besar. Dengan demikian, kita
harus dapat menyampaikannya tanpa menggunakan alat bantu yang
didahului oleh proses abstraksi. Setelah melalui proses abstraksi
diharapkan pada saat kita mengenalkan konsep operasi hitung secara
abstrak kepada siswa tidak mengalami kendala yang berarti. Dari segi
mental siswa siap menerima pelajaran dalam tahap pengenalan konsep
yang abstrak. Untuk memberikan pemahaman kepada anak, mereka
diintruksikan untuk melihat atau memperhatikan kembali hasil-hasil
penjumlahan pengurangan bilangan bulat pada waktu mereka mengunakan
alat bantu. Misalnya, untuk penjumlahannya diperlihatkan contoh-contoh.
Kemudian dari contoh tersebut kita informasikan kepada siswa bahwa dari
contoh tersebut terdapat konsep-konsep. Kemudian menjelaskan konsep-
konsep yang terdapat pada contoh tersebut. Setelah mengenalkan konsep-
konsep itu, maka di dalam proses pembelajaran selanjutnya baru lah kita
dapat meningkatkan proses berfikir anak kejenjang berfikir yang lebih
tinggi yaitu memasuki tahap pengerjaan soal-soal atau pengerjaan operasi
hitung pengurangan bilangan tanpa mengunakan alat peraga.

5. 5 sifat-sifat yang berlaku pada operasi penjumlahan bilangan bulat.


a. Sifat tertutup
Setiap jumlah dua bilangan bulat maka hasilnya merupakan bilangan bulat
lagi.
Contohnya : 5 + (-2) = 3 atau 5 + 2 = 7

b. Sifat pertukaran
Jumlah dua bilangan bulat hasilnya akan tetap walaupun letak kedua
bilangan itu dipertukarkan atau secara matematis dapat dikatakan:
Untuk sebarang dua bilangan bulat a dan b berlaku a + b = b + a.
Contohnya 5+2 = 7 maka 2+ 5= 7

c. Sifat Pengelompokan (asosiatif)


Penjumlahan tiga bilangan bulat hasilnya akan sama, bila pengelompokan
pada penjumlahan ini dipertukarkan. Secara matematis dikatakan bahwa:
Untuk sebarang tiga bilangan bulat a, b, c berlaku : (a + b) + c = a + (b +
c) .
Contohnya: (5 + 2) + 3 = 10 maka 5 + (2 +3) = 10
d. Sifat Bilangan Nol (Sebagai Unsur Identitas Penjumlahan).
Suatu bilangan bulat apabila dijumlahkan dengan bilangan 0, hasilnya
adalah bilangan bulat itu sendiri. Secara matematis, pernyataan tersebut
ditulis. Untuk setiap bilangan bulat a selalu berlaku a + 0 = 0 + a.
Sehubungan dengan sifat bilangan ) pada operasi penjumlahan, maka
dapat dikatakan bahwa 0 adalah unsur identitas pada penjumlahan.
Contohnya : 6 + 0 = 6

e. Sifat Invers Penjumlahan ( Lawan Suatu Bilangan)


Setiap bilangan bulat (kecuali 0) dapat dipasangkan dengan bilangan bulat
lain sedemikian jumlah pasangan itu adalah 0. Bilangan 0 tidak termasuk
karena pasangannya adalah 0 sendiri. Selanjutnya, setiap anggota
pasangan bilangan itu disebut “lawan” atau “invers aditi” (invers tambah)
dari anggota yang lain dalam pasangannya.
Misalnya :
Lawan 1 adalah -1 atau lawan -3 adalah 3.
3 + (-3) = 0

Anda mungkin juga menyukai