Anda di halaman 1dari 12

Tugas Desain Pembelajaran

Nama : Rohman
Nim : 20082012033
Dosen Pengampu : Dr. Rusdi A. Siroj, M.Pd
Aliran Psikologi Kognitif Bruner dan Zoltan P. Dienes

1. Aliran Psikologi Kognitif Bruner


Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari
Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi
dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana
manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar
pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta
informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) prose perolehan informasi
baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan.Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual
dan lain-lain.Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.Informasi yang
diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat
dimanfaatkan.
Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan strukturstruktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu,(dalam Hudoyo, 1990:48) Dalam setiap
kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang
sesuai dengan situasi (contextual problem).Dengan mengajukan masalah kontekstual,peserta
didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk dapat

meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan tekhnologi informasi


dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya.
Bruner melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak baiknya diberi
kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat
diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.Melalui alat peraga yang
ditelitinya anak akan melihat langsung bagaiman keteraturan dan pola struktur yang terdapat
dalam benda yang diperhatikannya.Peran guru adalah :
1.

perlu memahami struktur pelajaran

2.

pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai
dasar untuk memahami dengan benar

3.

pentingnya nilai berfikir induktif.


Brunner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu
peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara
membangkitkan motivasi belajar. Maka dalam pengajaran di sekolah Brunner mengaukan
bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup:
a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal
mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui
penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas,
pemeliharaan dan pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalamanpengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalamanpengalaman yang positif. Karena itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak
banyak melakukan kesalahan. Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya
agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan
kemauan belajar.
b. Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan
yang dipelajari anak-anak
c. Perincian urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui urutan masalah,
sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan

dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi
sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.
Yang mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya,
tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
d. Cara pemberian reinforcement
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan
sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah
ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian
dari guru adalah dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah
menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.

Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif ,Bruner mengemukakan teorema


atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika.Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan
observasi yang dilakukan oleh Bruner pada tahun 1963 mengemukakan empat teorema /dalil-dalil
berkaitan dengan pengajaran matematika yang masing-masing disebut teorema atau dalil
.Keempat dalil tersebut adalah :
a.

Dalil Konstruksi / Penyusunan ( Contruction theorem)


Didalam teorema konstruksi dikatakan cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk
mempelajari sesuatu atau prinsip dalam matematika adalah dengan mengkontruksi atau
melakukan penyusunan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut.

b.

Dalil Notasi (Notation Theorem)


Menurut teorema notasi representase dari suatu materi matematika akan lebih mudah
dipahami oleh siswa apabila didalam representase itu digunakan notasi yang sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif siswa.

c.

Dalil Kekontrasan dan Variasi ( Contras and Variation Theorem)


Menurut teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu konsep matematika akan
lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep
yang lain sehingga perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.

d.

Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem)


Didalam teorema konektivitas disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip, dan setiap
ketramplan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
ketrampilan-ketrampilan lain.

2. Aliran Psikologi Kognitif Zolton P. Dienes


Profesor Zolton P. Dienes, seorang ahli matematik, ahli psikologi dan pendidik, memberi banyak
sumbangannya dalam teori pembelajaran matematik. Beliau sudah berjaya dalam merancangkan
satu sistem yang berkesan untuk pengajaran matematik. Sistem pengajaran beliau yang
berdasarkan kepada teori pembelajaran Piaget, adalah dirancangkan supaya mata pelajaran
matematik menjadi lebih mudah dan berminat untuk dipelajari.
Dalam buku beliau 'Building Up Mathematics', Profesor Diens berpendapat bahawa setiap
konsep ( atau prinsip ) matematik boleh menjadi mudah difahami dengan tepat jika konsep itu
diperkenalkan kepada pelajar melalui beberapa contoh yang konkrit. Dienes mengelaskan konsep
matematik dalam 3 kategori, iaitu konsep matematik tulen, konsep tatabahasa dan konsep
penggunaan seperti berikut.
1. Konsep matematik tulen ialah sebarang simbol yang boleh mewakili nombor-nombor dan
perhubungannya. Contohnya, tiga, 5, VII, adalah contoh-contoh konsep bagi nombor
ganjil.
2. Konsep tatatanda adalah sifat-sifat bagi nombor. Contohnya : 253 bererti 200 + 50 + 3.
3. Konsep penggunaan ialah penggunaan konsep tulen dan konsep tatatanda untuk
menyelesaikan masalah matematik.
Mengikut Dienes, konsep tulen haruslah dipelajari terlebih dahulu daripada konsep tatatanda
dan kedua-dua konsep itu harus difahami dengan tepat sebelum digunakan untuk menyelesaikan
masalah matematik. Contohnya, kesalahan dalam operasi 3(2 + 5) = 6 + 5 = 11 yang dilakukan
oleh murid ialah akibat dari salah faham mengenai konsep kurungan.
Mengikut Dienes, konsep matematik boleh dipelajari melalui peringkat demi peringkat, serupa
dengan perkembangan kognitif yang dihuraikan oleh Piaget. Dienes mengusulkan enam peringkat
dalam pengjaran dan pembelajaran matematik.
Peringkat 1 : Permainan Bebas
Murid-murid diberi peluang untuk menjalankan aktiviti permainan matematik dengan
menggunakan alat bantu mengajar atau nombor-nombor yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari. Mereka menjalankan aktiviti ini secara bebas, tanpa apa-apa hukum atau peraturan.
Dalam peringkat ini, murid-murid membentuk struktur secara mental serta sikap yang dapat
menyediakan mereka dalam memahami konsep matematik itu.
Peringkat 2 : Permainan Berstruktur

Permainan berstruktur ialah permainan yang mengikut peraturan atau hukum. Dalam peringkat
ini, murid-murid menemui beberapa peraturan dalam permainan bebas dan menyediakan diri
untuk menjalankan aktiviti permainan mengikut peraturan yang ditemui.
Peringkat 3 : Mencari Ciri-ciri
Guru membimbing murid-murid dalam mencari ciri-ciri sama untuk konsep matematik yang
dipelajari dengan cara mengemukakan beberapa contoh matematik. Dalam peringkat ini, muridmurid harus dapat mencari ciri-ciri yang serupa dan mengasingkan konsep matematik yang
abstrak itu daripada aktiviti konkrit.
Peringkat 4 : Perwakilan Gambar
Selepas mendapat ciri yang sama dalam setiap contoh matematik, murid-murid perlu menyatakan
konsep itu dengan menggunakan rajah atau gambar.
Peringkat 5 : Perwakilan Simbol
Perwakilan simbol ialah satu cara yang berkesan untuk menyatakan konsep daripada perwakilan
gambar. Murid-murid patut dibimbing supaya menggunakan simbol-simbol matematik utnuk
mewakili konsepnya.
Peringkat 6 : Formalisasi
Dalam peringkat ini, murid-murid akan menggunakan simbol-simbol yang difahami untuk
menyelesaikan masalah atau membina teorem, hukum dan rumus matematik supaya menjadi satu
sistem formal. Adalah ditegaskan bahawa bukan kesemua enam peringkat tersebut akan
digunakan dalam sebarang pelajaran matematik. Peringkat 1 biasanya digunakan bagi muridmurid yang mula hendak mempelajari matematik. Apabila mereka sudah memperolehi konsep
matematik asas yang cukup, kita boleh mulakan aktiviti pengajaran dan pembelajaran matematik
daripada peringkat 2 atau gabungan dengan peringkat 3.
Sebagai panduan, kita gunakan hukum tukar tertib untuk operasi tambah dalam perancangan
aktiviti pengajaran dan pembelajaran mengikut peringkat-peringkat yang dihuraikan di bawah.
Peringkat 1 : Murid-murid diberi peluang untuk membina dua set benda yang sama daripada biji
getah atau benda-benda maujud yang lain.
Peringkat 2 : Murid di suruh 'campur' kedua-dua set itu untuk mendapatkan jumlah.
Peringkat 3 : Murid-murid disuruh menjalankan aktiviti di atas dengan menggunakan berbagai
bilangan benda dalam setiap set. Dalam aktiviti-aktiviti itu, murid-murid akan dibimbing untuk
menemui ciri yang sama daripada operasi tambah, iaitu kedua-dua operasi tambah memberi hasil
tambah yang sama.
Peringkat 4 : Murid-murid dibimbing untuk menyatakan konsep hukum tukar tertib dengan
perwakilan gambar

Peringkat 5 : Murid-murid dibimbing untuk menyatakan konsep hukum tukar tertib dengan
perwakilan simbol.
Peringkat 6 : Murid-murid dibimbing untuk menemui Hukum Tukar Tertib dalam operasi tambah,
iaitu :
http://www.manmodelgorontalo.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=73&Itemid=43&limit=1&limitstart=1 Ditulis oleh nely
Tuesday, 23 September 2008
Sunday, April 13, 2008
PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN KOGNITIF
oleh : Galuh Sekar Wijayanti
A. Aliran Psikologi Kognitif
Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap
konseps manusia menurut behaviorisme. Geraka ini tidak lagi memandang manusia sebagai
makhluk yang bereaks secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu
berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum
rasionalisme.
Tokoh-tokohnya antara lain: Gestalt, Meinong, Ehrenfels, Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka.
Menurut mereka manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang
dihadapkan kepadanya karena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan
dan bahkan dapat mendistorsinya (merubahnya). Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa
manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.
Ciri-ciri aliran kognitif:
1. mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
3. mementingkan peranan kognitif
4. mementingkan kondisi waktu sekarang
5. mementingkan pembentukan struktur kognitif
6. mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7. mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

B. Konsep Pembelajaran Kognitif


Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget, Bruner dan Ausuble.
2. JA. Brunner
Brunner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu
peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara
membangkitkan motivasi belajar. Maka dalam pengajaran di sekolah Brunner mengaukan
bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup:
a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal
mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui
penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas,
pemeliharaan dan pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalamanpengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalamanpengalaman yang positif. Karena itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak
banyak melakukan kesalahan. Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya
agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan
kemauan belajar.
b. Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan
yang dipelajari anak-anak
c. Perincian urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui urutan masalah,
sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan
dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi
sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.
Yang mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya,
tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
d. Cara pemberian reinforcement
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan
sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah
ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian
dari guru adalah dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah
menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.
http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-menurut-aliran-kognitif_7619.html

Profesor Zolton P. Dienes, seorang ahli matematik, ahli psikologi dan pendidik, memberi banyak
sumbangannya dalam teori pembelajaran matematik. Beliau sudah berjaya dalam merancangkan
satu sistem yang berkesan untuk pengajaran matematik. Sistem pengajaran beliau yang
berdasarkan kepada teori pembelajaran Piaget, adalah dirancangkan supaya mata pelajaran
matematik menjadi lebih mudah dan berminat untuk dipelajari.
Dalam buku beliau 'Building Up Mathematics', Profesor Diens berpendapat bahawa setiap
konsep ( atau prinsip ) matematik boleh menjadi mudah difahami dengan tepat jika konsep itu
diperkenalkan kepada pelajar melalui beberapa contoh yang konkrit. Dienes mengelaskan konsep
matematik dalam 3 kategori, iaitu konsep matematik tulen, konsep tatabahasa dan konsep
penggunaan seperti berikut.
4. Konsep matematik tulen ialah sebarang simbol yang boleh mewakili nombor-nombor dan
perhubungannya. Contohnya, tiga, 5, VII, adalah contoh-contoh konsep bagi nombor
ganjil.
5. Konsep tatatanda adalah sifat-sifat bagi nombor. Contohnya : 253 bererti 200 + 50 + 3.
6. Konsep penggunaan ialah penggunaan konsep tulen dan konsep tatatanda untuk
menyelesaikan masalah matematik.
Mengikut Dienes, konsep tulen haruslah dipelajari terlebih dahulu daripada konsep tatatanda
dan kedua-dua konsep itu harus difahami dengan tepat sebelum digunakan untuk menyelesaikan
masalah matematik. Contohnya, kesalahan dalam operasi 3(2 + 5) = 6 + 5 = 11 yang dilakukan
oleh murid ialah akibat dari salah faham mengenai konsep kurungan.
Mengikut Dienes, konsep matematik boleh dipelajari melalui peringkat demi peringkat, serupa
dengan perkembangan kognitif yang dihuraikan oleh Piaget. Dienes mengusulkan enam peringkat
dalam pengjaran dan pembelajaran matematik.
Peringkat 1 : Permainan Bebas
Murid-murid diberi peluang untuk menjalankan aktiviti permainan matematik dengan
menggunakan alat bantu mengajar atau nombor-nombor yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari. Mereka menjalankan aktiviti ini secara bebas, tanpa apa-apa hukum atau peraturan.
Dalam peringkat ini, murid-murid membentuk struktur secara mental serta sikap yang dapat
menyediakan mereka dalam memahami konsep matematik itu.
Peringkat 2 : Permainan Berstruktur
Permainan berstruktur ialah permainan yang mengikut peraturan atau hukum. Dalam peringkat
ini, murid-murid menemui beberapa peraturan dalam permainan bebas dan menyediakan diri
untuk menjalankan aktiviti permainan mengikut peraturan yang ditemui.
Peringkat 3 : Mencari Ciri-ciri
Guru membimbing murid-murid dalam mencari ciri-ciri sama untuk konsep matematik yang
dipelajari dengan cara mengemukakan beberapa contoh matematik. Dalam peringkat ini, muridmurid harus dapat mencari ciri-ciri yang serupa dan mengasingkan konsep matematik yang
abstrak itu daripada aktiviti konkrit.

Peringkat 4 : Perwakilan Gambar


Selepas mendapat ciri yang sama dalam setiap contoh matematik, murid-murid perlu menyatakan
konsep itu dengan menggunakan rajah atau gambar.
Peringkat 5 : Perwakilan Simbol
Perwakilan simbol ialah satu cara yang berkesan untuk menyatakan konsep daripada perwakilan
gambar. Murid-murid patut dibimbing supaya menggunakan simbol-simbol matematik utnuk
mewakili konsepnya.
Peringkat 6 : Formalisasi
Dalam peringkat ini, murid-murid akan menggunakan simbol-simbol yang difahami untuk
menyelesaikan masalah atau membina teorem, hukum dan rumus matematik supaya menjadi satu
sistem formal. Adalah ditegaskan bahawa bukan kesemua enam peringkat tersebut akan
digunakan dalam sebarang pelajaran matematik. Peringkat 1 biasanya digunakan bagi muridmurid yang mula hendak mempelajari matematik. Apabila mereka sudah memperolehi konsep
matematik asas yang cukup, kita boleh mulakan aktiviti pengajaran dan pembelajaran matematik
daripada peringkat 2 atau gabungan dengan peringkat 3.
Sebagai panduan, kita gunakan hukum tukar tertib untuk operasi tambah dalam perancangan
aktiviti pengajaran dan pembelajaran mengikut peringkat-peringkat yang dihuraikan di bawah.
Peringkat 1 : Murid-murid diberi peluang untuk membina dua set benda yang sama daripada biji
getah atau benda-benda maujud yang lain.
Peringkat 2 : Murid di suruh 'campur' kedua-dua set itu untuk mendapatkan jumlah.
Peringkat 3 : Murid-murid disuruh menjalankan aktiviti di atas dengan menggunakan berbagai
bilangan benda dalam setiap set. Dalam aktiviti-aktiviti itu, murid-murid akan dibimbing untuk
menemui ciri yang sama daripada operasi tambah, iaitu kedua-dua operasi tambah memberi hasil
tambah yang sama.
Peringkat 4 : Murid-murid dibimbing untuk menyatakan konsep hukum tukar tertib dengan
perwakilan gambar

Peringkat 5 : Murid-murid dibimbing untuk menyatakan konsep hukum tukar tertib dengan
perwakilan simbol.
Peringkat 6 : Murid-murid dibimbing untuk menemui Hukum Tukar Tertib dalam operasi tambah,
iaitu :

Apakah yang harus dipelajari dalam matematik ? Robert M. Gagne, seorang profesor dan ahli
psikologi menyenaraikan Fakta, kemahiran, konsep dan prinsip sebagai empat kategori yang
harus dipelajari dalam metematik.
Fakta matematik adalah bahasa matematik seperti simbol yang mewakili nombor, tanda
operasi tambah, tolak, bahagi dan darab, istilah segitiga, sudut dan sebagainya. Fakta-fakta
matematik boleh dipelajari melalui cara hafalan, latih tubi dan permainan. Pembelajaran jenis ini
merupakan pembelajaran tindak balas rangsangan.
Kemahiran ialah prosedur dan operasi yang dijalankan dengan tepat dan masa yang berpatutan.
Contoh kemahiran-kemahiran matematik ialah operasi tambah, tolak, darab dan bahagi, membina
sudut tepat, melukis bulatan dan sebagainya. Kemahiran jenis ini boleh dikuasai melalui latihan
dan permainan. Pembelajaran jenis ini merupakan pembelajaran melalui rantaian.
Konsep matematik ialah idea yang diabstrakkan daripada contoh-contoh konkrit. Definisidefinisi yang diberikan kepada perimeter, segitiga sama, set, subset, nombor perdana dan
sebagainya ialah contoh-contoh bagi konsep matematik. Seorang murid dikatakan telah
mempelajari konsep bulatan apabila dia sudah boleh mengelaskan ciri-ciri set bulatan. Konsep
matematik boleh dipelajari melalui definisi atau pemerhatian objek-objek yang ada kaitan dengan
konsep itu. Pembelajaran jenis ini adalah pembelajaran konsep.
Prinsip matematik ialah gabungan dan perhubungan di antara konsep-konsep matematik.
Teorem dan hukum matematik ialah contoh-contoh bagi prinsip matematik. Prinsip matematik
boleh dipelajari melalui proses inkuiri dan penemuan atau penyelesaian masalah. Seorang pelajar
dikatakan telah memahami sesuatu prinsip apabila dia telah mengenalpasti konsep-konsep dalam
prinsip itu, mengaitkan konsep-konsep mengikut urutan yang sesuai serta menggunakan prinsip
itu dalam situasi yang khusus. Pembelajaran jenis ini merupakan pembelajaran melalui
penyelesaian masalah.
David P. Ausubel, seorang ahli psikologi dari Amerika Syarikat, adalah orang yang pertama
mengemukakan teori pembelajaran yang memberi penekanan kepada resepi yang bermakna.
Beliau menyarankan pembelajaran resepi adalah lebih berkesan daripada pembelajaran inkuiri
dan penemuan yang dicadangakan Bruner. Di dalam terbitan 'Education Theory' Januari 1961,
Ausubel menghuraikan perbezaan di antara pembelajaran bermakna dan pembelajaran hafalan:
Pembelajaran bermakna ialah satu proses di mana pelajar sendiri mempunyai kesedaran dan
tujuan dalamnya serta bahan-bahan pembelajaran yang dipelajari adalah berguna untuknya.
Sekiranya pelajar hanya mempunyai tujuan untuk menghafaz sahaja, hasil pembelajarannya akan
berupa hafalan dan tidak bermakna.
Ausubel dalam kajiannya cuba menunjukkan bahawa pembelajaran resepi adalah satu-satunya
strategi pengajaran yang paling berkesan untuk pembelajaran bermakna. Di dalam terbitan
'Arithmetic Teacher' Febuari 1968, Ausubel menghuraikan perbezaan di antara pembelajaran
resepi dan pembelajaran penemuan:
Dalam pembelajaran resepi, maklumat terancang yang lengkap diberikan kepada pelajar. Pelajar
hanya menyerap maklumat itu ke dalam struktur kognitifnya sahaja. Dalam pembelajaran
penemuan, maklumat yang hendak dipelajari tidak diberikan, dan pelajar dikehendaki mencari

maklumat itu sendiri. Selepas penemuan, pelajar seperti pembelajaran resepi, menyerap
maklumat yang ditemui ke dalam struktur kognitifnya.
Mengikut Ausubel, ada dua pra syarat bagi pembelajaran resepi menjadi bermakna.
1. Pelajar sendiri mesti mempunyai sikap dan tujuan yang positif terhadap aktiviti pembelajaran.
2.Dalam proses pembelajaran, pengetahuan yang sedia ada di dalam struktur kognitif pelajar
harus digunakan untuk mengaitkan dengan pelajaran baru.
Selain daripada itu, terdapat beberapa faktor yang boleh mengganggu pembelajaran yang
bermakna. Pertama peringkat perkembangan kognitif masih rendah untuk memahami konsep
yang lebih kompleks. kedua, kekurangan motivasi yang dapat mendorong pelajar supaya belajar
konsep dengan cara yang bermakna. Ketiga, strategi pembelajaran seperti menghafaz teorem,
definisi dan langkah-langkah penyelesaian masalah akan menggalakkan pembelajaran hafalan
yang tidak bermakna.
Selepas membaca teori-teori pembelajaran yang dikemukan oleh ahli-ahli psikologi dan ahliahli matematik, beberapa implikasi boleh dirumuskan untuk pengajaran dan pembelajaran
matematik yang berkesan.
Berdasarkan teori-teori pembelajaran yang dibincangkan, peringkat perkembangan kognitif
kanak-kanak merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan teknik pengajaran dan
bahan-bahan pembelajaran. Murid-murid di sekolah yang masih dalam peringkat operasi konkrit
hanya boleh menjalankan aktiviti pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan bendabenda maujud atau alat bantu mengajar. Di dalam peringkat ini, aktiviti pengjaran harus
dikembangkan daripada konkrit kepada abstrak.
Melalui pengalaman konkrit ini, murid-murid boleh mempelajari konsep matematik dengan
tepat dan bermakna. Ahli-ahli psikologi seperti Piaget, Bruner, Dienes dan Gagne menegaskan
kepentingan penguasaan konsep matematik dalam aktiviti penyelesaian masalah. Untuk
mempelajari konsep matematik, istilah-istilah dan simbol-simbol matematik harus dikaitkan
dengan benda-benda konkrit, alat-alat bantu mengajar atau situasi-situasi konkrit. Di samping itu,
istilah-istilah dan simbol-simbol matematik harus diperkenalkan daripada peringkat mudah
kepada kompleks mengikut peringkat perkembangan kognitif kanak-kanak.
Selain daripada alat bantu mengajar, pembelajaran konsep matematik boleh juga dilakukan
memlalui berbagai cara. Dalam hal ini, Brunner mencadangkan penggunaan kaedah penemuan.
Gagne menegaskan pembelajaran pembezaan ciri-ciri di antara konsep dengan konsep yang lain,
dan Ausubel mengusulkan pembelajaran resepi dengan memperkenalkan 'pengelola awal' dari
peringkat permulaan serta mengaitkan pengetahuan yang sedia ada dengan konsep yang baru. Di
samping itu, konsep umum patut diajar terlebih dahulu, diikuti dengan ciri-ciri spesifik.
Peneguhan positif juga memainkan peranan yang tidak kurang pentingnya dalam aktiviti
pengukuhan. Melalui peneguhan positif, kemahiran-kemahiran matematik bukan sahaja dikuasai
dengan berkesan tetapi minat pembelajaran matematik juga dapat dipertingkatkan.

Pendidikan akan berubah jika kebudayaan berubah. Pendidikan perlu mengikuti aliran zaman
kerana pendidikan berfungsi sebagai agen penyebar kebudayaan. Jika pendidikan ketinggalan
zaman. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan berkesan. Ini sesungguhnya adalah penting untuk
menjamin kemajuan masyarakat.

Bahan-bahan Rujukan
1. Aliran Pendidikan : Sulaiman Hamzah dan Karimah Zainab, Pustaka Aman Press, K.L.
1977.
2. Buku Matematik untuk KBSR ( Buku 1 hingga Buku 6): Kementerian Pelajaran
Malaysia, DBP, K.L., 1982 - 1987.
3. Buku Panduan Am KBSR : Pusat Perkembangan Kurikulum, DBP, 1981.
4. Buku Panduan Khas Matematik ( Buku 1 hingga 6) : Pusat perkembangan Kurikulum,
Kementerian Pelajaran Malaysia, DBP, 1981-1986.
5. Buku Sumber : Matematik, PPK, 1982.
6. Buku Panduan Khas : Program Pemulihan, PPK, 1982.
7. Buku Panduan Khas : Kelas Bercantum, PPK, 1982.
8. Buku Panduan Khas : Penilian, PPK, 1982.
9. Buku Panduan Khas : Program Pengkayaan, PPK, 1982.
http://www.geocities.com/mercury_stewart02/ilmiahmie.html
Teori Burner
Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Burner dalam Dahar. (1988:122). Informasi baru pada materi tertentu dapat berupa perluasan
jangkauan definisi dari definisi yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dapat berupa proses
penemuan konsep dari pemecahan suatu masalah. Transformasi informasi adalah cara
memperlakukan informasi sehingga lebih abstrak, lebih konseptual sehingga dapat dimanfaatkan
pada situasi yang lebih luas.
Salah satu model pembelajaran kognitif adalah belajar penemuan (discovery learning). Slavin.
(1994: 228). Di dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar sendiri secara
mandiri. Siswa terlibat aktif dalam penemuan berbagai konsep dan prinsip melalui pemecahan
masalah atau hasil abstraksi berbagai objek budaya. Guru mendorong dan memotivasi siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa
menemukan konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran ini
membangkitkan keingintahuan siswa, dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk bekerja
sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dengan
keterampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
http://giatmatematika.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai