Anda di halaman 1dari 3

http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/07/teori-belajar-bruner.

html

Teori Belajar Bruner

Bruner (Pitajeng, 2006: 27) berpendapat bahwa “belajar matematika adalah belajar

tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang

dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur

matematika”. Siswa harus menemukan keteraturan dengan cara mengutak-atik benda-benda yang

berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa

dalam belajar, harus terlibat aktif mentalnya. Selanjutnya Bruner (Martianty, 2004: 15)

menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan

melalui proses intuitif yang akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

Bruner (Aisyah, 2007: 6) menyatakan untuk menjamin keberhasilan belajar, guru

hendaknya jangan menggunakan penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.

Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif, ikonik, kemudian simbolik.

Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik.

Aturan penyajian tersebut sebagai berikut:

1. Enaktif, dalam tahap ini kegiatan anak di dalam belajarnya


menggunakan/memanipulasi objek-objek konkret secara langsung.
2. Ikonik, dalam tahap ini kegiatan anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambar
dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti
yang dilakukan pada tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan
menggunakan gambar dari objek.
3. Simbolik, anak dalam tahap ini memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak
lagi ada kaitannya dengan objek-objek konkret maupun gambar.

Penerapan teori bruner memiliki beberapa kelebihan antara lain: (a) Dapat memahami

konsep dan struktur matematika secara Komprehensif, (b) Lebih mudah mengingat materi yang
dipelajari, (c) Mempermudah terjadinya transfer. Hal ini sejalan dengan Dahar (1998) yang

mengungkapkan bahwa teori bruner memiliki kelebihan antara lain (a) Pengetahuan yang

diperoleh bertahan lama, (b) Meningkatkan kemampuan penalaran siswa yang terjalin secara

bebas (c) Dapat membangkitkan motivasi siswa untuk menemukan jawaban.

Adapun teorema yang dikemukakan oleh Bruner (Aisyah, 2007: 9) sebagai berikut:

a.       Teorema Konstruksi

Menyatakan bahwa cara berpikir terbaik bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan

prinsip didalam matematika adalah dengan mengkontruksi konsep dan prinsip itu.

Di dalam mengkontruksi atau merumuskan gagasan ia menggunakan benda konkret, ia

akan cenderung mengingat gagasan tersebut dan kemudian mengklasifikasikan kedalam situasi

yang tepat. Jadi tercapainya pemahaman pada tahap permulaan belajar konsep tergantung kepada

aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkret. Implikasi teorema ini pada

pembelajaran konsep luas segitiga adalah pada tahap awal pemahaman konsep, diperlukan

aktivitas-aktivitas konkret yang mengantar siswa kepada pengertian konsep tersebut. Sebagai

contoh untuk mengajarkan konsep luas segitiga, siswa akan lebih memahami konsep tersebut

jika siswa sendiri yang melakukannya.

b.      Teorema notasi

Menyatakan bahwa notasi permulaan belajar dibuat lebih sederhana secara kognitif dan

dapat dimengerti lebih baik oleh siswa, sebab dalam penyajian konsep notasi memegang peranan

penting. Oleh sebab itu, notasi yang digunakan dalam menyatakan suatu konsep tertentu harus

sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.

c.       Teorema pengkontrasan dan variasi


Menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan-gagasan matematika yang berjalan dari

konkret keabstrak harus disertakan pengkontrasan dan variasinya. Pengkontrasan dan variasi

sangat penting dalam melakukan pengubahan dari konsep konkret ke konsep yang abstrak,

diperlukan contoh-contoh yang banyak sehingga siswa mampu mengetahui karakteristik konsep

tersebut. 

d.      Teorema konektivitas

Menyatakan bahwa di dalam matematika setiap konsep, struktur, dan keterampilan

dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan yang lain. Hal ini penting dalam belajar

matematika, karena materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu

konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.

Dari empat teorema di atas, guru dapat menjadikan landasan berpikir untuk menerapkan

strategi pembelajarannya tentang bagaimana anak bekerja/berpikir, dan mengembangkan konsep

yang telah dipahaminya. Apabila hal tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka materi yang

dipelajari siswa dapat bermakna bagi dirinya.

Referensi :
Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. 
Aisyah, Nyimas,dkk. 2007. Pengembangan Pembelajarn Matematika SD. Jakarta: Direktorat
Jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan nasional.
Martianty.2004. Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Membandingkan Dua Pecahan Biasa
melalui Penerapan Teori Bruner pada Siswa Kelas III SD. Tesis. Malang: Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai