Anda di halaman 1dari 13

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERSAMAAN

LINEAR SATU VARIABEL MENGGUNAKAN ELPSA FRAMEWORK

Firmansyah B1), Ega Gradini2), dan Elfi Rahmadhani3)


1),2),3)STAIN Gajah Putih

email: firmansyahb@stain-gp.ac.id

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan tingkat pemahaman matematis siswa MTs Negeri
1 Takengon setelah diajarkan dengan ELPSA. Komponen ELPSA (Experience, Language,
Pictorial, Symbol, dan Application) di implementasikan pada pembelajaran Persamaan Linear
Satu Variabel untuk menggali level pemahaman matematis siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian campuran (mixed-method) yang menggunakan data kualitatif untuk memperkuat
temuan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di kelas VII MTs Negeri 1 Takengon dengan
melibatkan 28 siswa. Level pemahaman matematis yang digunakan adalah level
pemahaman Kinach yang dikembangkan dari Skemp, dimana terdapat 5 level pemahaman
matematis yakni: (1) pemahaman konten, (2) pemahaman Konsep, (3) pemahaman
pemecahan masalah, (4) pemahaman epistemic, dan (5) pemahaman Inkuiri. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran ELPSA (Experience,
Language, Pictorial, Symbol, dan Application) umumnya responden telah mampu mencapai
level Pemecahan Masalah. Terdapat sebagian kecil siswa yang telah mencapai pemahaman
epistemic, namun tidak ada yang mencapai pemahaman inkuiri.

Kata Kunci:pemahaman matematis, kerangka kerja ELPSA, pembelajaran matematika

Abstract
This paper aims to set out the level of mathematical understanding MTsNegeri 1 Takengon after
taught with ELPSA. ELPSA component (Experience, Language, Pictorial, Symbol, and Application)
implemented in the study of Linear equations of one Variable to dig a level deeper understanding
mathematical students. This research is the research mix (mixed-method) using qualitative data to
strengthen the quantitative findings.The research was carried out in Class VII MTs Negeri 1
Takengon involving 28 students. The level of mathematical understanding which is used is a level of
understanding that developed from Skemp Kinach, where there are 5 levels of mathematical
understanding: (1) understanding of the content, (2) understanding, (3) understanding of problem
solving, (4), and epistemic (understanding 5) understanding Inkuiri. Based on the results of the study
it can be concluded that learning through ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol, and
Application) are generally the respondent has been able to achieve the level of problem solving. There
is a small percentage of students who have achieved an understanding epistemic, but none reached the
understanding of inkuiri.

Keywords: mathematical understanding, ELPSA framework, learning math

PENDAHULUAN individu, bahwa di dalam satu kelas pasti


Terjadi perubahan pradigma terdapat perbedaan kemampuan
pembelajaran matematika yang matematika yang beragam, sehingga
sebelumnya hanya berbasis nilai menjadi mengupayakan terbentuknya learning
pembelajaran matematika yang society dalam kegiatan pembelajaran untuk
memandang peserta didik sebagai terjaminnya keterlaksanaan prinsip
individu yang memiliki potensi. education for all, yang menjamin bahwa
Paradigma baru ini menghargai perbedaan pendidikan itu adalah hak setiap orang,

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 236


bukan hanya anak yang dianggap pandai melekat pada pendidik matematika,
matematika saja. Terkait dengan materi-materi matematika, atau pengajaran
kebermaknaan dalam belajar, melalui teori matematika (Siswono, 2014). Banyak upaya
pembelajaran kontekstual, paradigma baru mengubah situasi itu, seperti dengan
ini memfasilitasi siswa untuk mengaitkan menerapkan strategi, pendekatan, model
konsep yang akan dipelajari dengan segala pembelajaran, atau orientasi pembelajaran
pengalaman dan pengetahuan yang telah yang mutakhir. Upaya itu masih terus
dimiliki siswa dalam kehidupan sehari- berlangsung hingga saat ini. Kondisi
hari. demikian merupakan masalah yang harus
Kurikulum 2013 menekankan pada diatasi dan akan selalu dihadapi pendidik
pandangan bahwa siswa adalah manusia terutama pendidik matematika. Masalah
yang memiliki potensi untuk belajar dan itu berkembang mengikuti masa dan
berkembang. Siswa harus aktif dalam dinamika perubahan yang terjadi. Untuk
pencarian dan pengembangan mengatasinya, langkah awal adalah
pengetahuan yang mereka miliki. mengidentifikasi berbagai masalah secara
Matematika adalah aktivitas yang kita sistematis kemudian merumuskan
lakukan sehari-hari yang mencakup pola, berbagai upaya mengatasi masalah-
urutan, struktur atau bentuk-bentuk, dan masalah tersebut secara fleksibel.
relasi-relasi diantaranya. Materi dalam Dalam melaksanakan pembelajaran,
pembelajaran matematika disusun secara pendidik matematika umumnya
teratur dalam urutan yang logis dan mengajarkan matematika secara abstrak
hirarkis, artinya topik matematika yang dan hanya diajarkan berdasarkan buku
telah diajarkan merupakan prasyarat teks dengan skenario pembelajaran yang
untuk topik berikutnya. Seseorang akan relatif mirip; pengenalan konsep,
lebih mudah mempelajari sesuatu bila pengenalan rumus, pemberian soal, dan
belajar itu didasari kepada apa yang telah latihan soal. Siswa seringkali tidak
diketahui oleh orang itu. Oleh karena itu, dilibatkan secara aktif dalam
untuk mempelajari suatu topik matematika pembelajaran. Pembelajaran juga
yang baru, pengalaman belajar yang lalu umumnya tidak bermakna dan melibatkan
dari seseorang akan mempengaruhi pengalaman belajar siswa. Siswa sering
terjadinya proses belajar matematika merasa bahwa konsep yang telah mereka
tersebut pelajari tidak/belum diketahui
Meski pergantian Kurikulum telah manfaatnya di kehidupan sehari dan tidak
dilakukan, pembelajaran Matematika relevan dengan apa yang dialami siswa di
masih diliputi beragam permasalahan. luar sekolah. Oleh karena itu ELPSA
Pendidik matematika ibarat tamu yang tak framework menjadi penting untuk konteks
diundang, datang kadang tidak Indonesia untuk mengatasi masalah
sepenuhnya diperhatikan. Peserta didik tersebut agar siswa di Indonesia belajar
tidak aktif atau belajar melakukan matematika secara bermakna dan mampu
aktivitas-aktivitas dengan setengah hati. menerapkannya dalam memecahkan
Peserta didik enggan bekerjasama, permasalahan yang lebih kompleks
berkelompok, melaksanakan, dan Selama beberapa tahun terakhir para
berupaya dengan keras menyelesaikan soal peneliti di bidang pendidikan berusaha
atau tugas-tugas. Stigma negatif acapkali untuk menjelaskan apa yang dimaksud

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 237


dengan pemahaman matematika. Diantara Kinach merumuskan lima tingkatan
penjelasan yang dimunculkan, pemahaman Matematika, yaitu (1)konten,
pemahaman secara umum digambarkan (2)Konsep, (3)Pemecahan masalah,
sebagai unsur dinamis dalam proses (4)Epistemik, dan (5)Inkuiri.
belajar yang dijelaskan dalam definisi Tingkatan Pemahaman Matematika
Skemp (1976) “to understand something dari Kinach (2002) disajikan sebagai
means to assimilate it into an appropriate berikut:
schema”. Jadi terlihat adanya perbedaan 1. Tahap Pemahaman Konten (Content-
antara pemahaman dengan mengonstruksi level Understanding)
pemahaman. Pemahaman dikaitkan Jenis pengetahuan yang diperoleh
dengan kemampuan dan mengonstruksi disini adalah pengetahuan yang
pemahaman dikaitkan dengan proses “dihantar/diterima”, bukan diraih secara
asimilasi dengan “suatu skema yang cocok aktif oleh siswa. Melainkan
(an appropriate schema).” Skema diartikan diberikan/disajikan kepada mereka dalam
oleh Skemp sebagai grup konsep-konsep bentuk informasi atau keterampilan
yang saling terhubung dalam proses terbatas/terisolasi. Pemahaman konten
mengonstruksi pemahaman. merupakan pemahaman matematika yang
Kinach memandang pemahaman paling dangkal. Tahap pemahaman konten
matematika pada tataran yang sama terkait dengan kemampuan memberikan
dengan Skemp, dimana ia merekonstruksi contoh–contoh yang benar tentang kosa
tingkatan pemahaman matematika Skemp kata (istilah dan notasi), mengingat fakta-
dengan menggunakan modifikasi fakta dasar, dan terampil menggunakan
“Kerangka Kerja Tahap Pemahaman algoritma atau mereplikasi strategi
Disiplin Ilmu” milik Perkins dan Simmons berpikir dalam situasi tertentu yang telah
(1988). Perkins dan Simmons telah diajarkan sebelumnya.
mengembangkan kerangka kerja tingkatan
pemahaman dalam Teaching for 2. Tahap Pemahaman Konsep (Concept-
Understanding Project di Universitas levelUnderstanding)
Harvard. Kinach memodifikasi tingkatan Setingkat lebih tinggi dari
ini pada tahun 2000 melalui projek pemahaman konten, dimana siswa terlibat
pengembangan Pedagogical Content aktif mengidentifikasi, menganalisis dan
Knowledge di Fakultas Pendidikan, mensintesis pola-pola serta saling
Universitas Maryland Baltimore. Hingga keterkaitan dalam memperoleh
saat ini, tingkatan pemahaman matematika pengetahuan. Ciri-ciri dari tingkat
yang dirumuskan oleh Kinach menjadi alat pemahaman ini adalah (a)kemampuan
untuk mengukur tingkat pemahaman mengidentifikasi pola, (b)menyusun
matematis oleh sebagian besar definisi, dan (c)mengaitkan konsep yang
guru/pendidik Matematika. satu dengan yang lain. Pada point (a) dan
Tingkat-tingkat pemahaman suatu (b), merupakan hasil modifikasi dari salah
disiplin ilmu menurut Perkins dan satu tingkat pemahaman dari Perkins dan
Simmons (1988) terbagi ke dalam empat Simmons. Schwab berpendapat bahwa jika
tingkatan,“four interlocked levels of knowledge tingkatan ini tidak tercapai maka tidak
: the content frame, the problem-solving frame, dapat dikatakan sesorang memahami
the epistemic frame, and the inquiry frame“. suatu ilmu. Misalnya tidak ada sociology

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 238


tanpa penguasaan konsep identitas, peran, konstruktivisme adalah ELPSA yang
dan masyarakat; tidak ada biologi tanpa memuat lima komponen, yaitu
penguasaan konsep sel, dan tidak ada Experiences,Language, Pictures, Symbols, dan
aljabar tanpa penguasaan konsep fungsi. Application. ELPSA dikembangkan oleh
Professor Tom Lowrie melalui RIPPLE
3. Tahap Pemahaman Pemecahan (Research Institute for Professional Practice,
Masalah (Problem solving-level Learning & Education), Charles Sturt
understanding) University Australia.
Tahap pemahaman pemecahan Lowrie (2014) mengatakan “kerangka
masalah, diartikan sebagai alat analisis dan ELPSA melihat pembelajaran sebagai suatu
metode ilmiah. Pelajar menggunakannya proses aktif dimana para siswa
untuk mengajukan dan memecahkan mengkonstruksikan sendiri cara dalam
masalah dan dilema matematika. Ciri dari memahami sesuatu melalui proses
tingkat pemahaman pemecahan masalah pemikiran individu dan interaksi sosial
adalah kemampuan berpikir menemukan dengan orang lain”. ELPSA merupakan
suatu pola, working backward (bekerja sebuah kerangka desain pembelajaran
mundur), memecahkan suatu masalah yang dibuat secara khusus untuk konteks
yang serupa, mengaplikasikan suatu Indonesia sebagai hasil dari analisis data
strategi dalam situasi yang berbeda atau video TIMSS (Thrends International
menciptakan representasi matematika dari Mathematics Science Study). Model ELPSA
fenomena fisik atau sosial. ini dikembangkan berdasarkan pada teori-
teori pembelajaran konstruktivisme dan
4. Tahap Pemahaman Epistemik sifatnya sosial. Model ini memandang
(epistemic-level understanding). bahwa pembelajaran sebagai suatu proses
Tahap pemahaman epistemik, aktif dimana para siswa mengkonstruksi
diartikan sebagai memberikan bukti-bukti sendiri caranya dalam memahami sesuatu
yang sahih dalam matematika, termasuk melalui proses pemikiran individu dan
strategi dalam menguji suatu pernyataan interaksi sosial dengan orang lain. Desain
matematika. Pemahaman pada tingkat pembelajaran model ELPSA terdiri dari 5
epistemik ini menguatkan cara berpikir komponen yang meliputi: 1) pengalaman;
yang digunakan pada tingkat pemahaman 2) bahasa; 3) gambar; 4) simbol; dan 5)
konsep dan pemecahan masalah. aplikasi pengetahuan. Komponen-
5. Tahap Pemahaman Inkuiri (inquiry- komponen dari model ELPSA tersebut
level understanding) tidak dapat dilihat sebagai proses linear,
Tahap pemahaman inkuiri, tetapi dilihat sebagai komponen yang
diartikan sebagai menurunkan saling berhubungan dan melengkapi
pengetahuan atau teori yang benar-benar (Lowrie, 2015).
baru, bukan menemukan kembali. Lowrie dan Patahuddin (2015)
Pemahaman inkuiri meliputi keyakinan menjabarkan setiap komponen ELPSA
dan strategi, baik secara umum maupun sebagai berikut:
khusus dalam bekerja untuk memperluas E (experience) adalah Pengalaman,
pengetahuan. merupakan kegiatan pembelajaran yang
Salah satu framework pembelajaran mengeksplisitkan atau memunculkan
yang berlandaskan pada paham pengalaman terdahulu yang dimiliki siswa

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 239


dan menghubungkannya dengan komponen bahasa, dimana bahasa
pengetahuan dan pengalaman baru yang digunakan sebagai alat pembelajaran.
akan diperolehnya (dipelajari). Kerangka Teori-teori sosial menunjukkan pentingnya
kerja ELPSA didasari pada asumsi bahwa pengalaman difasilitasi, pengaruh budaya
pengalaman (baik yang sifatnya pribadi terhadap persepsi dan pengaruh dari
maupun sosial) adalah pondasi untuk bahasa sehari-hari terhadap bahasa
pengenalan kesempatan belajar yang baru. matematika. Dalam matematika, bahasa
Wenger mengindikasikan bahwa bisa bersifat umum maupun khusus yang
pehamanan konsep itu bermakna jika diperlukan untuk menyajikan ide-ide
dibangun dan dikaitkan dengan matematika. Bahasa juga berhubungan
pengalaman hidup seseorang atau adanya dengan pedagogik khusus karena penting
kesempatan keterlibatan satu sama lain. bagi guru untuk memodelkan bahasa yang
Komponen pengalaman ini dapat benar yang dapat difahami siswa agar
dikenalkan melalui curah pendapat, siswa dapat menggunakan bahasa yang
diskusi secara umum, menggunakan visual benar untuk mendeskripsikan
untuk memancing pemikiran, penyajian pemahamannya kepada guru atau teman-
cerita oleh guru ataupun siswa. temannya untuk menjelaskan dan
Pengalaman juga berhubungan dengan memperkuat pemahamannya. Hal ini
pemberian umpan balik dan pemberian diperkuat oleh Sutawidjaya (2000)
latihan soal/ reviu). Hal ini diperkuat oleh mengatakan bahwa “bahasa merupakan
Flavel (dalam Resnick) yang menyatakan unsur penting dalam setiappembelajaran.
bahwa dalam hirarki belajar “ketrampilan Bisa terjadi siswa tidak memahami suatu
yang diperoleh pada permulaan belajar konsep matematika bukan karena konsep
dapat mempengaruhi proses belajar itu terlalu sulit baginya tetapi karena guru
selanjutnya”. Demikian juga Bodner (1981) yang menyajikan menggunakan kata atau
menyatakan: “Piaget argued that knowledge kalimat yang tidak bisa dimengerti oleh
is constructed as the learner strives to organize siswa”. Oleh karena itu, penyajian
his or her experiences in terms of preexisting pembelajaran yang dilakukan guru
mental structure or schema.” matematika hendaknya menggunakan
L (language that describes the bahasa sederhana yang dapat difahami
experience) adalah bahasa yang siswa. Bahasa sangat berkaitan erat dengan
mendeskripsikan pengalaman merupakan interaksi sosial sehari-hari termasuk dalam
kegiatan pembelajaran yang secara aktif proses pembelajaran. Urgensinya bahasa
mengembangkan bahasa matematika dalam pembelajaran digambarkannya
tertentu agar dimaknai oleh pembelajar. sebagai “limas ajaib” seperti berikut.
Fondasi sosial tampak jelas pada

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 240


Gambar 1. Limas Ajaib Unsur Pembelajaran Matematika
Keterangan: simbol ini merupakan aspek paling umum
B = bahasa dan sering digunakan dalam pengajaran.
M= matematika, Komponen ini kadang-kadang membuat
S = simbol (wujud simbol) matematika berbeda dari disiplin ilmu
K = konkret (nyata/konkret) lainnya, dan kadang merujuk ke bahasa
G = gambar (semi konkret) yang universal). Hal ini diperkuat oleh
D = diagram (semi abstrak) Bruner mengemukakan bahwa untuk
P (pictorial that represent the mendapatkan pemahaman dalam proses
experience) adalah gambar yang belajar matematika sebaiknya kegiatan
menyajikan pengalaman tersebut siswa diarahkan melalui 3 cara yaitu
merupakan kegiatan pembelajaran yang enaktif, ikonik dan simbolik. Cara simbolik
memberikan pengalaman mengenal yaitu untuk mendapatkan pemahaman,
konsep matematika dalam bentuk gambar. maka kegiatan yang dilakukan siswa
Komponen ketiga dari rancangan adalah memanipulasi simbol-simbol atau
pembelajaran ini berhubungan dengan lambing-lambang dari objek tertentu. Pada
penggunaan representasi visual dalam kegiatan ini siswa sudah mampu
menyajikan ide-ide, bisa berupa gambar, menggunakan notasi tanpa
tabel, diagram, dan lain sebagainya. Dienes ketergantungan dengan objek (benda)
menyatakan bahwa representasi konkrit nyata.
dan alat peraga dapat digunakan untuk Selanjutnya Lowrie dan Patahuddin
membantu peserta didik mempelajari ide- (2015) memperluas tahapan ini dengan
ide abstrak. Gambar merupakan aspek menambah unsur A (Application) yaitu
kritis dari matematika. Gambar sering aplikasi atau penerapan merupakan
digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran yang berusaha
menjembatani pemahaman siswa dan memahami signifikansi proses belajar
menyiapkan rangsangan guna dengan mengaplikasikan pengetahuan
menyelesaikan tugas matematika sebelum baru dalam memecahkan masalah dalam
pengenalan simbol. konteks yang bermakna. Siswa yang hanya
S (written symbols that generalise the dilibatkan dalam proses manipulasi
experience) adalah simbol tertulis yang simbol-simbol tidak dapat menggunakan
menyatakan pengalaman secara umum representasi simbol tersebut secara efektif
atau bersifat general merupakankegiatan dalam situasi baru. Tahapan ini
pembelajaran yang dapat mengubah atau menggambarkan bagaimana pengetahuan
melakukan transisi dari representasi yang telah diperoleh dapat diterapkan
gambar ke representasi simbol. Komponen dalam bermacam-macam situasi. Pada

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 241


tahap ini diharapkan siswa sudah mampu data yang akan dikumpulkan terlebih
menerapkan konsep materi yang dipelajari dahulu adalah data kuantitatif dan
dalam pemecahan masalah rutin ataupun dianalisis, yang kemudian diikuti oleh
non rutin dan yang berkaitan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif.
disiplin ilmu yang lain. Komponen Data kuantitatif dan kualitatif akan
Aplikasi ini berupa soal berbobot (rich dianalisis masing-masing yang hasilnya
task). selanjutnya dikomparasi. Namun dalam
tulisan ini penulis hanya akan membahas
Kerangka perancangan proses analisisnya saja. Penelitian dilaksanakan di
pembelajaran berbasis ELPSA adalah MTsN 1 Takengon. Populasi dalam
alternatif pilihan untuk menbantu guru penelitian ini adalah semua siswa kelas VII
dalam upaya meningkatkan mutu (tujuh) yang terdiri dari 6 kelas. Kelas yang
pengajaran di sekolah. Karena dijadikan sampel sebanyak 2 (dua) kelas
metode/pendekatan yang dipakai dalam yang dipilih dengan menggunakan metode
ELPSAdisajikan melalui serangkaian simple random sampling. Pengumpulan
gambar-gambar atau grafik yang data pada penelian ini menggunakan
dilakukan anak, berhubungan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes
mental yang merupakan gambaran dari digunakan untuk mengumpulkan data
objek-objek yang dimanipulasinya), dan pemahaman matematis siswa sedangkan
tahap simbolik (tahap pembelajaran di teknik non tes digunakan untuk
mana pengetahuan itu direpresentasikan mengumpulkan data aktivitas siswa dalam
dalam bentuk simbol-simbol abstrak yaitu pembelajaran dan kinerja guru dalam
simbol-simbol yang dipakai berdasarkan mengolah pembelajaran serta data dukung
kesepakatan orang-orang dalam bidang pemahaman matematis siswa.
yang bersangkutan, baik simbol-simbol
verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, HASIL DAN PEMBAHASAN
kalimat-kalimat), lambang-lambang 1. Tahap Pemahaman Konten
matematika, maupun lambang-lambang Untuk soal nomor 3, diharapakan siswa
abstrak yang lain). mengingat fakta tentang keliling segitiga
Metodologi sebagai jumlah dari seluruh sisi-sisi
Penelitian yang telah dilakukan oleh segitiga. Melalui pemahaman tersebut
penulis dengan pendekatan mixed method, diharapkansiswa membentuk persamaan
yaitu gabungan antara penelitian kualitatif linear satu variabel yang jika diselesaikan
dan penelitian kuantitatif. Nusa dan dapat membantu siswa menentukan apa
Hendarman menyebutkan pada desain ini, yang ditanya.

Soal Segitiga memiliki sisi-sisi 10cm, x cm, dan (2x – 1) cm. Jika
no 3 keliling segitiga tersebut 24 cm, berapa panjang sisi terpendek
segitiga tersebut?

(2x-1) cm x cm
10 cm

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 242


Berikut analisis yang diperoleh TU :yang 3 ini (menyisir semua sisi-sisi
berdasarkanjawaban dan hasil wawancara segitiga dengan jari)
soal nomor 3. P : diapai 3 itu?
a) Analisis jawaban dan hasil wawancara TU :dikali
subjek IE P :jadi dikali semua sisi segitiga, dapatlah
Berdasarkan wawancara dengan subjek IE keliling ya?, kalau Bapak buat kayak
disimpulkan bahwa subjek memahami gini, (membuat simulasi segitiga
fakta keliling dengan benar sebagai jumlah dengan gambar) ada segitiga sisinya 2,
(hasil tambah) seluruh sisi pada segitiga. 3 dan 4, berapa kelilingnya?
Berikut petikan wawancara dengan IE. TU :satu per dua kali 2 kali 3 kali 4
… : …
P : 24 apa? c) Analisis jawaban dan hasil wawancara
IE :24 adalah kelilingnya subjek TAS
P : keliling itu biasanya di apa? Berdasarkan wawancara dengan subjek
IE : eee dikali, eh ditambah TAS disimpulkan bahwa subjek
P :apa yang ditambah kalau mencari mengetahui keliling segitiga sebagai
keliling? jumlah sisi-sisi pada segitiga, sehingga
IE : ditambah sisi siswa mencoba mencari sisi terpendek
P : mana sisinya? tunjuk mana aja! dengan mengurangi 24 dengan 10.
IE :sisi, sisi, sisi (sambil menunjukkan Hasil yang diperoleh yaitu 14 dianggap
seluruh sisi segituga pada gambar) sebagai nilai x yang dia asumsikan
… :… sebagai sisi terpendek. Sedangkan 14
b) Analisis jawaban dan hasil wawancara merupakan jumlah 2 sisi lain pada
subjek TU segitiga yaitu x dan 2x-1.
Berdasarkan wawancara dengan subjek TU d) Analisis jawaban dan hasil wawancara
disimpulkan bahwa subjek salah dalam subjek NP
memahami fakta keliling. Subjek justru Berdasarkan wawancara dengan
memahami keliling sebagai setengah dari subjek NP disimpulkan bahwa subjek
hasil kali semua sisi. Pemahaman subjek salah dalam memahami fakta keliling.
ini muncul karena siswa sulit Subjek justru memahami keliling sebagai
membedakan fakta tentang keliling setengah dari hasil kali semua sisi.
segitiga dengan luas segitiga siku-siku Pemahaman subjek ini bisa saja muncul
yang pernah dipelajari sewaktu SD. karena sulit membedakan fakta tentang
Berikut petikan wawancara dengan TU. keliling segitiga dengan luas segitiga siku-
… :… siku. Pada jawaban subjek model keliling
P :karena dia yang paling pendek, x nya yang dinyatakan sebagai jumlah seluruh
ya?, kalau x yang paling pendek yang sisi sudah tepat namun tidak sejalan
lain lebih panjang ya. dengan yang dipahami. Berikut petikan
Nah coba jelaskan jawabannya kenapa wawancara dengan NP.
bisa seperti itu?
TU :diketahui kelilingnya sama dengan 24, P : 24 itu apa?
jadi hasilnya di sini sama dengan 24 NP :24 itu keliling yang ini (menunjuk
cm (menunjuk persamaan pada gambar segitiga)
jawabannya) P :cara mencari keliling bagaimana?
P :keliling itu yang mana?

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 243


NP :keliling itu setengah dikali alas dikali Dari keseluruhan analisis hasil
tinggi wawancara subjek di atas diperoleh
P :kenapa NP jumlah?, kesimpulandalam memahami fakta dasar
ditambahkan?(rumus yang disebutkan) (fakta tentang keliling segitiga) antara lain:
tadi itu keliling atau luas?Bedanya Subjek IE memahami dengan benar fakta
apa? tentang keliling segitiga sebagai jumlah
NP :keliling yang semuanya, kalau luas ... sisi-sisi segitiga; subjek TAS mengetahui
P :ooo, keliling itu yang semuanya?, keliling segitiga sebagai jumlah sisi, namun
semuanya itu maksudnya ditambah? kurang memahami bagaimana keliling
ditambah atau dikali? diterapkan dalam menentukan sisi
NP :dikali terpendek; Subjek TU dan NP salah dalam
P : kalau misalnya di sini 1, 2, dan 3 memahami fakta keliling segitiga,
(memberi contoh sisi-sisi segitiga)
keduanya justru memahami keliling
berapa kelilingnya?
sebagai setengah dari hasil kali semua sisi
NP :6
yang tidak lain dipengaruhi pengetahuan
P :ditambah berarti ya?
subjek tentang luas segitiga.
NP :dikali (1 x 2 x 3 = 6)
2. Tahap Pemahaman Konsep
P :tapi belum dibagi 2? Katanya tadi ada
Untuk soal nomor 1, siswa
bagi 2 (setengah)
diharapkan memberikan argumen dalam
NP :3
menentukan contoh maupun bukan contoh
PLSV berdasarkan definisi formal PLSV.

Soal Mana dari persamaan berikut ini yang merupakan persamaan


no 1 linear satu variabel (PLSV) dan bukan PLSV!
a. 4 x 2  10  15
b. 2y 1
c. 7z  2  7  0
1
d. 1  3
x

Berikut analisis yang diperoleh dari P :kenapa itu persamaan?, dimana IE


jawaban dan hasil wawancara soal nomor tandai itu persamaan?
1. IE :dicari dulu nih Bu
a) Analisis jawaban dan hasil wawancara P :dicari dulu?, kalau nd bisa dicari?
subjek IE IE :bukan PLSV
Berdasarkan wawancara dengan … :…
subjek IE disimpulkan bahwa subjek tidak b) Analisis jawaban dan hasil wawancara
mendasari penentuan contoh PLSV subjek TU
berdasarkan definisi formal PLSV. Berdasarkan wawancara dengan subjek TU
Melainkan berusaha mencari kesesuaian disimpulkan bahwa subjek tidak
nilai antara ruas kanan dan ruas mendasari penentuan contoh PLSV
kiri.Berikut petikan wawancara IE untuk berdasarkan definisi formal PLSV.
soal nomor 1. Melainkan berusaha mencari kesesuaian
… :… nilai antara ruas kanan dan ruas kiri.

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 244


Bahkan terlebih dahulu mencari subjek menganalisis menggunakan
penyelesaian dan disubtitusikan kembali kategori sederhana PLSV yaitu terdiri dari
ke persamaan. satu variabel dan tidak berpangkat
P :menurut TU soal nomor satu tanya (maksudnya pangkat x tidak dituliskan).
apa? Berikut hasil wawancara dengan subjek
…. :… NP.
TU :nanya tentang persamaannya, tapi dia P :soal nomor satu yang diminta apa?
bukan sama NP :yang diminta menentukan persamaan
P :tapi dia bukan sama, kalau nomor a. linear satu variabel
TU bilang bukan PLSV ya kenapa? P :jadi menurut NP yang mana PLSV?
TU :karena hasil dari ruas kiri dan ruas NP : yang b, c dan d
kanannya beda P :a kenapa bukan?
… :… NP :karena x nya berpangkat 2
P :kalau yang d?
c) Analisis jawaban dan hasil wawancara NP : kalau yang d, x nya cuma satu dan
subjek TAS tidak berpangkat,
Berdasarkan wawancara dengan subjek P :kalau yang c?
TAS disimpulkan bahwa subjek tidak NP :yang c juga sama cuma satu
mendasari penentuan contoh PLSV
berdasarkan definisi formal PLSV. Namun Dari keseluruhan analisis hasil
subjek menganalisis menggunakan wawancara subjek di atas diperoleh
kategori sederhana PLSV yaitu terdiri dari kesimpulan bahwa keseluruhan subjek
satu variabel dan berpangkat satu. Berikut belum melibatkan definisi formal PLSV
hasil wawancara dengan subjek TAS. untuk menentukan contoh atau bukan
P :nomor satu jawabannya apa contoh. Namun ada dua subjek yaitu TAS
TAS :b, c, d merupakan PLSV dan NP menggunakan kategori tertentu
P : kenapa? dalam menentukan PLSV atau bukan.
TAS : karena variabelnya di sini satu Pada dasarnya kategori yang keduanya
semuanya gunakan mirip yaitu persamaan dikatakan
P :kalau a kenapa bukan? PLSV apabila terdiri dari satu variabel dan
TAS :kalau a karena ada pangkat duanya variabelnya berpangkat satu.
pak 3. Tahap Pemahaman Pemecahan
Masalah
d) Analisis hasil wawancara subjek NP Untuk soal nomor 1, siswa
Berdasarkan wawancara dengan diharapkan menemukan pola yang tepat
subjek NP disimpulkan bahwa subjek dalam memecahkan masalah dalam hal ini
tidak mendasari penentuan contoh PLSV menentukan bentuk PLSV secara tepat.
berdasarkan definisi formal PLSV. Namun

Soal Mana dari persamaan berikut ini yang merupakan persamaan


no 1 linear satu variabel (PLSV) dan bukan PLSV!
a. 4 x 2  10  15
b. 2y 1
c. 7z  2  7  0

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 245


1
d. 1  3
x

Berikut analisis yang diperoleh dari menggunakan pola sederhana dalam


data hasil wawancara soal nomor 1. menentukan bentuk PLSV. Pola yang
a) Analisis jawaban dan hasil wawancara digunakan yaitu PLSV yaitu terdiri
subjek IE dari satu variabel dan tidak berpangkat
Berdasarkan wawancara dengan subjek (maksudnya pangkat x tidak
IE disimpulkan bahwa subjek tidak dituliskan). Pola tersebut salah
mendasari dan tidak menemukan pola diterapkan subjek saat berjumpa
yang sesuai dalam menentukan bentuk 1
persamaan (d) 1  3. Siswa
PLSV. x
b) Analisis jawaban dan hasil wawancara memahami (d) sebagai PLSV karena
subjek TU menganggap x tidak berpangkat
Berdasarkan wawancara dengan subjek (pangkat tidak tertulis) dan tidak
TU disimpulkan bahwa subjek tidak memperharikan posisi x sebagai
mendasari dan tidak menemukan pola 1
penyebut pada bentuk pecahan atau
yang sesuai dalam menentukan bentuk x
PLSV. x 1 .
c) Analisis jawaban dan hasil wawancara Dari keseluruhan analisis hasil
subjek TAS wawancara subjek di atas diperoleh
Berdasarkan wawancara dengan subjek kesimpulan antara lain: terdapat dua
TAS disimpulkan bahwa subjek subjek IE dan TU belum menentukan
menggunakan pola sederhana dalam sebuah pola yang jelas dan tepat dalam
menentukan bentuk PLSV. Pola yang menentukan PLSV; Sedangkan dua subjek
digunakan yaitu PLSV yaitu terdiri lainnya TAS dan NP menggunakan sebuah
dari satu variabel dan berpangkat satu. pola untuk menentukan PLSV, walaupun
Pola tersebut salah diterapkan subjek untuk persamaan tertentu mereka salah
1 dalam menggunakan pola tersebut.
saat berjumpa persamaan (d) 1  3.
x
Siswa memahami (d) sebagai PLSV 4. Tahap Pemahaman Epistemik
karena menganggap x berpangkat 1 Tahap ini lebih spesifik
dan tidak memperharikan posisi x indikatornya adalah kemampuan
sebagai penyebut pada bentuk pecahan memberikan bukti-bukti yang sahih dalam
1 matematika, termasuk strategi dalam
atau x 1 .
x menguji suatu pernyataan matematika.
d) Analisisjawaban dan hasil wawancara Indikator tersebut dapat diidentifikasi
subjek NP melalui soal nomor 2.
Berdasarkan wawancara dengan subjek
NP disimpulkan bahwa subjek

Soal Buktikan bahwa y  3 adalah penyelesaian atau solusi dari


no 2 2 y 1  8  y
dengan mengganti (mensubtitusi) nilai y pada persamaan

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 246


dengan 3 dan menunjukkan terbentuk kesamaan yang benar!

Pada soal ini siswa diarahkan atau situasi yang sangat berbeda dari
untuk menguji pernyataan matematika contoh-contoh baik yang sudah disajikan
pada soal melalui proses pembuktian guru maupun dari buku. Namun dari
terbalik yaitu mensubstitusi solusi pada jawaban dan hasil wawancara dengan
persamaan dan menunjukkan terbentuk subjek tidak ditemukan indikasi dari
kesamaan yang benar. pemahaman inkuiri tersebut. Pada
Hasil yang diperoleh sejalan wawancara dengan NP, subjek
dengan analisis indikator 3.2 bahwa menyampaikan bahwa masalah yang
seluruh subjek tidak menyadari bahwa dibentuk untuk soal nomor 5 terinspirasi
proses subtitusi nilai pada persamaan dari contoh-contoh pada buku.
dimaksudkan untuk melakukan
pembuktian pernyataan matematika. Hal SIMPULAN
ini dikarenakan seluruh subjek hanya Terdapat 5 level pemahaman
fokus pada proses subtitusi dan tidak matematis yakni: (1) pemahaman konten,
menyimpulkan maksud dari kesamaan (2) pemahaman Konsep, (3) pemahaman
akhir yang diperoleh. pemecahan masalah, (4) pemahaman
5. Tahap Pemahaman Inkuiri epistemic, dan (5) pemahaman Inkuiri.
Tahap ini lebih spesifik Berdasarkan hasil penelitian dapat
indikatornya adalah kemampuan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
menurunkan pengetahuan atau teori yang ELPSA (Experience, Language, Pictorial,
benar-benar baru, bukan menemukan Symbol, dan Application)
kembali. Indikator tersebut dapat umumnyaresponden telah mampu
diidentifikasi melalui soal nomor 3, 4 dan mencapai level Pemecahan Masalah.
5. Pada soal-soal 3 dan 4 siswa diharapkan Terdapat sebagian kecil siswa yang telah
memunculkan metode atau cara baru mencapai pemahaman epistemic, namun
dalam menyelesaikan masalah yang tidak ada yang mencapai pemahaman
disajikan. Sedangkan pada soal nomor 5 inkuiri.
siswa diharapkan memunculkan masalah

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 247


DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2016. Lesson Plan Berbasis Kerangka Kerja ELPSA untuk Membangun Pemahaman Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa. Jurnal Daya Matematis. Vol
2. Nomor 1 Tahun 2016. Hal 1-10.

Kinach, Barbara M.(2002).Understanding and Learning-to-explain by Representing Mathematics:


Epistemological Dilemmas Facing Teacher Educators in the Secondary Mathematics
``Methods'' Course. Journal of Mathematics Teacher Education, 2002, Volume 5,
Number 2, Page 153.

Lowrie, Tom dkk. 2014. Buku I Pengenalan Program: Bahan Belajar Geometri untuk
Matematika SMP di MGMP. Jakarta: Bank Dunia.

Lowrie, T., & Patahuddin, S. M. (2015). ELPSA as a lesson design framework. Journal on
Mathematics Education, 6(2), 1-15.

Perkins, D. N. & Simmons, R. (1988). Patterns of Misunderstanding: An Integrative Model for


Science, Math, and Programming. Review of Educational Research, Vol. 58, No. 3
(Autumn, 1988), 303-326.

Resnick,L.B & Ford,W.W. 1981. The Psychology of Mathematics For Instruction. University of
Pittsburgh Siswono, Tatag Yuli Eko. 2014. Permasalahan dalam pembelajaran
Matematika. Makalah disajikan pada Diskusi Panel dan Workshop Program Studi
S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar, 18
Januari 2014 di Ruang Widyasabha Kampus II Unmas Denpasar.

Skemp, R. R. (1976). Relational understanding and instrumental understanding. Mathematics


Teaching, 77, 20-26.

Sutawidjaya Akbar. 2000. Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Makalah seminar


Nasional di Universitas Negeri Malang. Malang.

Jurnal Numeracy Vol.5, No.2, Oktober 2018 I 248

Anda mungkin juga menyukai