Anda di halaman 1dari 12

Vol. 2 No.

1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA


Nur..

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS


PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI
MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA
Nur Sahara

Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
Email: saharanur.ns@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran berbasis pendekatan


matematika realistik, peningkatan kemampuan representasi matematik dan self efficacy siswa,
dan respon siswa. Penelitian pengembangan ini pada buku pegangan guru, buku siswa, lembar
kerja siswa , rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, angket
respon siswa dan guru, pedoman wawancara dan pengamatan sikap siswa. Model
pengembangan ini menggunakan model 4-D yang dikembangkan Thiagarajan, dan Semmel
meliputi tahapan define, desaign, develop, dan disseminate. Dari hasil uji coba I dan II
diperoleh bahan ajar memenuhi kriteria kevalidan dengan predikat sangat valid, bahan ajar
yang praktis, hasil observasi saat proses pembelajaran dan hasil wawancara, memenuhi
kriteria keefektifan pencapaian persentase waktu ideal, hasil tes kemampuan representasi
matematis memenuhi ketuntasan, dan hasil angket respon guru dan siswa.

Kata Kunci: Bahan Ajar, Pendekatan Matematika Realistik, Model Pengembangan 4-D,
Kemampuan Representasi Matematis.

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of the learning device based on realistic
mathematics approach, capacity building and self efficacy mathematical representations of
students, and student responses. The development of research on teachers' handbook, student
books, student worksheets, lesson plan, student activity observation sheet, questionnaire
responses of students and teachers, interview and observation of student attitudes. This
development model using 4-D models developed Thiagarajan, and Semmel includes stages
define, desaign, develop, and disseminate. From the test results I and II obtained materials meet
the criteria for the validity of the predicate is valid, teaching materials that are practical,
results of observations during the learning process and interviews, meet the criteria of
effectiveness of achieving the percentage of time the ideal, the results of tests the ability of the
mathematical representation meets the thoroughness and results the questionnaire responses of
teachers and students.

Keywords: Subjects, Realistic Mathematics Approach, 4-D Model Development, Mathematical


Representation Capability.

141
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

1. PENDAHULUAN merupakan suatu hal yang selalu


1.1. Latar Belakang Masalah muncul ketika orang mempelajari
Matematika merupakan ilmu yang matematika pada semua tingkatan /level
deduktif, ilmu yang terstruktur dan pendidikan, maka dipandang bahwa
merupakan bahasa simbol dan bahasa representasi merupakan suatu komponen
numerik. Matematika lebih menyatu yang layak mendapat perhatian serius.
dengan pola kehidupan manusia atau Dengan demikian representasi
matematika adalah bagian dari hidup matematik perlu mendapat penekanan
manusia, sehingga matematika sangat dan dimunculkan dalam proses
dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari pengajaran matematika di sekolah. Oleh
– hari. Matematika merupakan suatu karena itu, di dalam pengajaran
landasan kerangka perkembangan ilmu matematika, kemampuan
pengetahuan dan teknologi bagi siswa mengungkapkan gagasan/ide matematis
dan menjadi salah satu mata pelajaran di dan merepresentasikan gagasan/ide
sekolah yang dapat digunakan untuk matematis dapat merupakan suatu hal
mencapai tujuan tersebut. (Hudojo, yang harus dilalui oleh setiap orang
2005:37) Dalam pengajaran matematika, yang sedang belajar matematika.
kemampuan mengungkapkan Pengajaran matematika
gagasan/ide matematis dan tidak sekedar menyampaikan berbagai
merepresentasikan gagasan/ide informasi seperti aturan, definisi, dan
matematis dapat merupakan suatu hal prosedur untuk dihafal oleh siswa tetapi
yang harus dilalui oleh setiap orang guru harus melibatkan siswa secara aktif
yang sedang belajar matematika. dalam proses belajar mengajar.
National Council of Teacher Keikutsertaan siswa secara aktif akan
Mathematics (2000) menetapkan bahwa memperkuat pemahamannya terhadap
terdapat 5 standar proses yang perlu konsep-konsep matematika. Hal ini
dimiliki siswa melalui pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
matematika yang tercakup dalam kontruktivisme menurut Vigotsky yakni
standar proses, yaitu: (1) pemecahan pengetahuan dibangun oleh siswa
masalah (problem solving); (2) sendiri, baik secara personal maupun
Penalaran dan pembuktian (reasoning sosial, pengetahuan tidak dapat
and proof); (3) Komunikasi dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali
(communication); (4) Koneksi melalui keaktifan siswa sendiri untuk
(connection); dan (5) Representasi menalar, siswa aktif untuk
(representation). Kelima standar mengkontruksi terus menerus, sehingga
tersebut termasuk pada berpikir selalu terjadi perubahan konsep menuju
matematika tingkat tinggi (high order kearah yang lebih kompleks, guru
mathematical thinking) yang harus sekedar membantu menyediakan sarana
dikembangkan dalam proses dan situasi agar proses konstruksi siswa
pembelajaran matematika. Pada berjalan (Dahar : 2011). Setiap siswa
awalnya standar – standar yang mempunyai cara yang berbeda untuk
direkomendasikan di dalam NCTM mengkontruksikan pengetahuannya.
(1989) hanya terdiri dari empat Dalam hal ini, sangat memungkinkan
kompetensi dasar yaitu pemecahan bagi siswa untuk mencoba berbagai
masalah, komunikasi, koneksi, dan macam representasi dalam memahami
penalaran. Sedangkan representasi suatu konsep. Selain itu representasi juga
masih dipandang sebagai bagian dari berperan dalam proses penyelesaian
komunikasi matematika. Namun, karena masalah matematis. Sebagaimana
disadari bahwa representasi matematika dinyatakan Brenner (1995) bahwa proses

142
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

pemecahan masalah yang sukses menyajikan atau merepresentasikannya


bergantung kepada keterampilan dengan baik dengan pendekatan
merepresentasi masalah seperti pembelajaran yang inovatif.
mengkonstruksi dan menggunakan Pembelajaran matematika sangat
representasi matematik di dalam kata- ditentukan oleh strategi dan pendekatan
kata, grafik, tabel, dan persamaan- yang digunakan dalam proses
persamaan, penyelesaian dan manipulasi pembelajaran matematika itu sendiri.
simbol. Namun demikian dalam Belajar yang efisien dapat tercapai
pembelajaran matematika selama ini apabila dapat menggunakan strategi
siswa tidak pernah atau jarang diberikan belajar yang tepat. Guru dituntut untuk
kesempatan untuk menghadirkan profesional dalam menjalankan
representasinya sendiri. Siswa cendrung tugasnya. Guru yang profesional adalah
meniru langkah guru dalam guru yang selalu berpikir akan dibawa
menyelesaikan masalah. Akibatnya, kemana anak didiknya, serta dengan apa
kemampuan representasi matematis mengarahkan anak didiknya untuk
siswa tidak berkembang. Padahal mencapai hasil yang diinginkan dengan
representasi matematis sangat diperlukan berbagai inovasi pembelajaran. Guru
dalam pembelajaran matematika, baik melakukan pembelajaran yang inovatif
bagi siswa maupun bagi guru. Mungkin sehingga siswa merasa tertarik dan tidak
ini disebabkan karena keterbatasan merasa jenuh pada saat berlangsungnya
pengetahuan guru tentang representasi proses belajar mengajar. Untuk siswa
matematis dan peranannya dalam yang berkemampuan rendah dan
pembelajaran matematika. sedang, guru melakukan pendekatan
Kemampuan siswa dalam pembelajaran yang menarik dan sesuai
mengkomunikasikan ide – ide dengan tingkat kognitif siswa agar
matematikanya sehingga dapat pemahaman siswa terhadap materi
merepresentasikan apa yang ada di pelajaran lebih cepat yang pada akhirnya
dalam pikiran siswa berkaitan dengan akan mempengaruhi kemampuan
rasa percaya diri ( self efficacy) yang representasi dan self-efficacy
dimiliki siswa. Ketika siswa memiliki matematika siswa. Sebaliknya siswa
rasa percaya diri yang tinggi, maka siswa yang mempunyai kemampuan
akan mampu menyampaikan dan matematika lebih tinggi lebih cepat
menyajikan ide – ide matematikanya. memahami matematika walaupun tanpa
Prediksi mengenai hasil yang mungkin melakukan berbagai pendekatan
terjadi dari sebuah tingkah laku pembelajaran bahkan merasa bosan
merupakan sumber penting dari dalam pembelajaran karena merasa
motivasi. Akankah saya sukses atau penyajian materi matematikanya
gagal? Akankah saya disukai atau terlalu biasa sehingga pengaruh
ditertawakan? Prediksi ini dipengaruhi pendekatan pembelajaran terhadap
oleh self-efficacy, yakni kepercayaan kemampuan representasi matematis
yang dimilki seseorang mengenai dan self-efficacy siswa tidak terlalu
kompetensi atau efektivitasnya dalam besar. Pemilihan pendekatan
area tertentu (Woolfolk, 2004). pembelajaran merupakan salah satu
Kemampuan siswa untuk menyelesaikan faktor lingkungan yang harus
persoalan – persoalan matematika yang dipertimbangkan dengan kata lain
dihadapinya membuat siswa merasa pendekatan pembelajaran harus
percaya diri atas kemampuan yang mengakomodasikan kemampuan
dimilkinya untuk dapat menyampaikan matematika siswa yang beragam
ide – ide matematikanya sehingga dapat

143
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

sehingga dapat memaksimalkan hasil pembelajaran yang ditujukan sebagai


belajar siswa. awal pembangunan konsep matematika
PMR diadaptasikan dari teori sehingga memberikan kesempatan
Realistics Mathematics Education kepada siswa untuk mengekplorasi
(RME) yang mula-mula berkembang strategi penyelesaian yang akan
dari gagasan Hans Frudenthal, seorang digunakan. Dengan adanya konteks yang
ahli matematika di Belanda. Menurut diberikan akan meningkatkan minat dan
Wijaya (2012) berdasarkan beberapa motivasi siswa dalam belajar, sehingga
penelitian pendahuluan dibeberapa siswa memberikan respon yang positif
negara menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran.
pembelajaran menggunakan Selanjutnya dalam tahap elaborasi, yaitu
pendekatan realistik sekurang- penerjemahan konteks situasi melalui
kurangnya dapat membuat matematika horizontal dielaborasi
matematika lebih menarik, relevan, menjadi penemuan matematika formal
dan bermakna, tidak terlalu formal dari konteks situasi melalui matematisasi
dan tidak terlalu abstrak, vertikal. Adapun tahap akhir yaitu tahap
mempertimbangkan tingkat konfirmasi yang ditujukan untuk
kemampuan siswa, menekankan membangun argumen untuk menguatkan
belajar matematika dengan pada hasil proses yang sebelumnya yaitu
learning by doing, memfasilitasi eksplorasi dan elaborasi. Dalam proses
penyelesaian masalah matematika ini, gagasan siswa tidak hanya
dengan tanpa menggunakan dikomunikasikan kepada siswa lain
penyelesaian (algoritma) yang baku, tetapi juga dapat dikembangkan
menggunakan konteks sebagai titik berdasarkan tanggapan dari siswa lain.
awal pembelajaran matematika. Sehingga memberikan ruang kepada
PMR adalah suatu pendekatan siswa untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran yang menekankan kepada komunikasi serta kemampuan berpikir
proses keterlibatan siswa secara penuh kreatifnya.
untuk dapat menemukan materi yang Salah satu dari lima karakteristik
dipelajari dan menghubungkannya pembelajaran matematika dengan
dengan situasi kehidupan nyata sehingga pendekatan realistik yaitu “Penggunaan
mendorong siswa untuk dapat model untuk matematisasi progresif”.
menerapkannya dalam kehidupan Pada karakteristik ini penggunaan model
mereka ( Wijaya : 2012). Namun perlu berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari
diingat bahwa masalah konstekstual pengetahuan dan matematika tingkat
yang diungkapkan tidak selalu berasal konkrit menuju pengetahuan matematika
dari kehidupan sehari-hari, bisa juga dari tingkat formal. Dalam PMR, masalah
konteks yang dapat diimajinasikan nyata berfungsi sebagai sumber dari
dalam pikiran siswa. Disamping itu, proses belajar masalah nyata dan situasi
PMR juga merupakan pendekatan yang nyata, keduanya digunakan untuk
relevan dengan kurikulum matematika menunjukkan dan menerapkan konsep-
yang memiliki tiga macam standar konsep matematika. Ketika siswa
proses yaitu eksplorasi, elaborasi dan mengerjakan masalah-masalah nyata
konfirmasi merupakan karakteristik mereka dapat mengembangkan ide-
PMR, sehingga PMR untuk ide/konsep-konsep matematika dari
pembelajaran matematika sesuai pengetahuannya. Pertama, mereka
dengan kurikulum yang berlaku. Proses mengembangkan strategi yang mengarah
eksplorasi ditunjukkan dengan (dekat) dengan konteks. Kemudian
penggunaan konteks di awal aspek-aspek dari situasi nyata tersebut

144
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

dapat menjadi lebih umum. Artinya Thiagarajan, Semmel, dan Semmel


model atau strategi tersebut dapat (1974) yaitu Model 4-D yang terdiri dari
digunakan untuk memecahkan masalah empat tahap pengembangan
lain. Bahkan model tersebut memberikan pendefinisian, perancangan,
akses siswa menuju pengetahuan pengembangan, dan penyebaran.
matematika yang formal. Jadi proses Rangkuman modifikasi model 4-D,
pendekatan ini, siswa mencoba disajikan pada Gambar 1 berikut:
menemukan hubungan-hubungan antara
bagian-bagian masalah kontekstual dan
mentransfernya ke dalam model
matematika melalui kemampuan
representasi. Secara garis besar seperti
berikut : “Konstekstual → Informal →
Formal”. Pengembangan pengetahuan
dimulai dari masalah kontekstual hingga
sampai ke masalah formal merupakan
suatu proses yang bertahap, proses
tersebut dapat didukung dengan
penggunaan kemampuan representasi
yang baik sehingga dapat membangun
rasa percaya diri (self efficacy) siswa.

2. METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian pengembangan
(Developmental Research) dengan
menggunakan model pengembangan
Thiagarajan Semmel dan Semmel yaitu Gambar 1 : Bagan Pengembangan Perangkat
model 4-D (define, design, develop, Pembelajaran Model 4-D
disseminate) (Trianto :2009).
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini Instrumen atau alat pengumpulan data
adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4 dalam penelitian ini adalah tes dan
Padangsidimpuan yang berjumlah 25 angket. Tes digunakan untuk mengukur
orang siswa dan objek dalam penelitian kemampuan pemecahan masalah
ini adalah perangkat pembelajaran matematis dan angket digunakan untuk
berbasis pendekatan matematika realistik menjaring respon. Selanjutnya, untuk
pada materi Peluang. melihat keefektifan perangkat
2. Pengembangan Perangkat pembelajaran, yaitu dilihat dari:
Pembelajaran Matematika a. Ketuntasan belajar siswa secara
Berbasis Masalah klasikal, yakni dianalisis dengan
Pengembangan perangkat mempertimbangkan bahwa siswa
pembelajaran meliputi: Buku Petunjuk dikatakan tuntas apabila nilai siswa
Guru, Buku Siswa, RPP, LKS, dan secara individual mencapai skor
instrumen penelitian yaitu tes 2,67, sedangkan suatu
kemampuan pemecahan masalah dan pembelajaran dikatakan telah tuntas
kemandirian belajar. Pengembangan secara klasikal yaitu jika terdapat
perangkat pembelajaran dilakukan 85% siswa yang mengikuti tes telah
dengan menggunakan model mencapai skor 2,67.

145
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

b. Pencapaian tujuan pembelajaran Selanjutnya buku teks yang digunakan di


untuk setiap butir soal tes dianalisis sekolah biasanya diawali dengan konsep,
dengan digunakan rumus: bukan dengan masalah konteks sesuai
dengan langkah-langkah pendekatan
matematika realistik sehingga siswa
tidak menemukan sendiri konsepnya.
Bahkan gurunya sama sekali tidak
Kriterianya adalah: menggunakan buku pegangan guru. LKS
0 %  T< 75 % :Tujuan pembelajaran yang digunakan juga juga tidak ada
belum tercapai. sehingga siswa tidak terbiasa
75 %  T  100 % : Tujuan mengerjakan soal – soal matematik
pembelajaran tercapai. dalam pemecahan masalah.
c. Ketercapaian waktu pembelajaran 2) Analisis siswa
minimal sama dengan pembelajaran Hasil analisis pengetahuan siswa di
yang biasa dilakukan atau sesuai kelas XI SMA Negeri 4
dengan kurikulum KTSP. Padangsidimpuan telah mempelajari
Sedangkan data hasil angket terkait materi statistik sebagai materi prasyarat
dengan respon siswa dianalisis dengan untuk mempelajari materi peluang.
deskriptif kuantitatif, dihitung dengan
Dalam proses pembelajaran juga jarang
menggunakan rumus (Sinaga, 2007):
dilatih mengkonstruk
x100% pengetahuan/konsep. Guru masih
menggunakan pola pembelajaran
konvensional, yaitu menjelaskan konsep
3. HASIL DAN PEMBAHASAN atau prosedur dengan sedikit tanya
a. Deskripsi Tahapan Pengembangan jawab, memberi contoh soal dan
Perangkat Pembelajarn Berbasis memberi soal latihan di kelas XI sebagai
Pendekatan Matematika Realistik materi prasyarat untuk mempelajari
Pengembangan perangkat materi peluang di SMA kelas XI.
pembelajaran dilakukan dengan 3) Analisis konsep
menggunakan model 4-D yang terdiri Hasil analisis konsep materi lingkaran
dari empat tahap pengembangan yaitu mengacu pada kurikulum KTSP,
pendefinisian (define), perancangan meliputi aturan perkalian, permutasi,
(design), pengembangan (develop), dan kombinasi dan kejadian majemuk.
penyebaran (disseminate) (Trianto : 4) Analisis tugas
2009). Secara rinci tahapan Hasil analisis tugas yang dilakukan
pengembangan perangkat pembelajaran adalah tugas-tugas yang dilakukan siswa
dijabarkan sebagai berikut: pada saat pembelajaran dengan
a. Tahap Pendefinisian (define) menggunakan perangkat pembelajaran
1) Analisis awal akhir yang dikembangkan, yaitu menemukan
Berdasarkan pengalaman dan hasil pengertian peluang,kombinasi,
pengamatan yang peneliti peroleh, permutasi, dan kejadian majemuk. Serta
menunjukkan bahwa perangkat menyelesaikan masalah sehari-hari yang
pembelajaran yang digunakan guru berhubungan dengan aturan perkalian,
belum dirancang dengan baik. kombinasi, permutasi dan kejadian
Penyusunan RPP tidak menggunakan majemuk.
pendekatan matematika realistik yang 5) Perumusan tujuan pembalajaran
dapat menunjang tercapainya tujuan Hasil perumusan tujuan pembelajaran
pembelajaran. RPP juga tidak yang dilakukan disesuaikan dengan
dikondisikan dengan kebutuhan siswa.

146
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

standar kompetensi dan kompetensi “valid” dan dapat digunakan dengan


dasar kurikulum KTSP. revisi kecil. Selanjutnya, instrumen
1) Penyusunan tes penelitian yaitu tes kemampuan
Tes yang digunakan adalah tes representasi dan angket self efficacy
kemampuan representasi matematis. siswa, terlebih dahulu di ujicobakan
2) Pemilihan media dan alat bantu pada kelas diluar sampel, kemudian
Media dan alat bantu pembelajaran dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
yang digunakan adalah Kertas, 2) Uji coba I
pensil,rol, jangka, busur, pensil warna, Setelah perangkat pembelajaran yang
penghapus. dikembangkan telah memenuhi kriteria
3) Pemilihan format valid. Maka selanjutnya perangkat
Format RPP yang digunakan pembelajaran dalam bentuk draf II ini
disesuaikan dengan format RPP dalam diujicobakan di tempat penelitian yaitu
kurikulum KTSP, kegiatan pembelajaran uji coba I dilakukan di kelas XI-1 SMA
terdiri dari kegiatan pendahuluan, Negeri 4 Padangsidimpuan. Hasil
kegiatan inti dan penutup. Sedangkan analisis data uji coba I adalah perangkat
format Buku Guru, Buku Siswa dan LKS pembelajaran belum efektif, karena
dibuat berwarna sehingga siswa akan masih terdapat beberapa indikator
tertarik dan termotivasi untuk belajar. keefektifan yang belum tercapai. Hasil
4) Perancangan awal ketuntasan secara klasikal kemampuan
Pada tahap ini dihasilkan rancangan pemecahan masalah dan hasil angket
awal rencana pelaksanaan pembelajaran kemandirian siswa pada uji coba 1 dapat
(RPP) untuk 3 kali pertemuan, buku guru dilihat pada tabel 1.
untuk setiap pertemuan, buku siswa dan Tabel 1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan
LKS untuk setiap pertemuan, tes Representasi Matematik Uji Coba I
kemampuan representasi matematis,
pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
Semua hasil pada tahap perancangan ini
disebut Draf-I.
b. Tahap Pengembangan (Develop) Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat
Hasil dari tahap define dan design bahwa ketuntasan yang diperoleh
menghasilkan rancangan awal sebuah selama uji coba I dari 30 orang siswa
perangkat pembelajaran yang disebut rerata ketuntasan klasikal 83,33% Hal
dengan draf I. Setelah perangkat ini menyatakan bahwa siswa belum
pembelajaran berbasis pendekatan memenuhi nilai ketuntasan klasikal.
matematika realistik di rancang dalam Selanjutnya gambaran kemandirian
bentuk draf I, maka dilakukan uji belajar siswa dapat dilihat melalui rerata
validitas terhadap pakar/ahli (expert skor uji coba I kemandirian belajar siswa
review) dan uji coba lapangan. tiap indikator. Hasil perhitungan
1) Hasil validasi ahli selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.
Sebelum perangkat pembelajaran dan Tabel 2. Rerata Skor Uji Coba Self
instrumen penelitian diujicobakan, Efficacy Tiap Indikator
terlebih dahulu perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian divalidasikan
kepada lima orang validator yang
termasuk pakar dalam bidangnya. Dari
hasil validasi, diperoleh kriteria
perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian yang dikembangkan adalah

147
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

Disamping itu, hasil ketercapaian Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
tujuan pembelajaran pada uji coba I hasil persentase ketuntasan klasikal tes
belum tercapai. Sedangkan waktu kemampuan pemecahan masalah sebesar
pembelajaran yang digunakan telah 88,89%, hal ini menyatakan bahwa siswa
sesuai dengan kriteria ketercapaian telah memenuhi nilai ketuntasan
waktu pembelajaran. klasikal.
Berdasarkan hasil analisis dan uji coba Gambaran kemandirian belajar siswa
I maka perlu dilakukan revisi terhadap dapat dilihat melalui rerata skor uji coba
beberapa komponen perangkat II kemandirian belajar siswa tiap
pembelajaran yang dikembangkan indikator pada tabel 4 berikut:
dengan harapan perangkat pembelajaran
berbasis pendekatan matematika realistik Tabel 4.Rerata Skor Uji Coba II Self
dapat meningkatkan kemampuan Efficacy Siswa Tiap Indikator
pemecahan masalah matematis dan
kemandirian belajar siswa.
3) Uji coba II
Setelah melakukan uji coba I pada
draf II, selanjutnya dilakukan perbaikan
untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang memenuhi
keefektifan yang baik. Hasil revisi pada
uji coba I menghasilkan draf III yang Selanjutnya ketercapaian tujuan
akan diujicobakan pada siswa kelas XI-1 pembelajaran telah tercapai untuk setiap
SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Uji butir soal kemampuan representasi
coba II ini dilakukan sebanyak empat matematik. Demikian juga halnya, waktu
kali pertemuan sesuai dengan rencana pembelajaran yang digunakan telah
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kriteria ketercapaian
telah dikembangkan. Uji coba II waktu pembelajaran. Dengan demikian
dilakukan untuk mengukur keefektifan dapat disimpulkan bahwa perangkat
perangkat pembelajaran (draf III) yang pembelajaran berbasis pendekatan
dikembangkan berbasis pendekatan matematika realistik pada uji coba II
matematika realistik yang bertujuan yang merupakan revisi dari uji coba I
untuk meningkatkan kemampuan telah memenuhi kualitas perangkat
representasi matematis dan kemandirian pembelajaran yang efektif.
belajar siswa. Secara keseluruhan, c. Tahap Penyebaran (Diseminate)
tingkat ketuntasan klasikal kemampuan Perangkat pembelajaran berbasis
kemampuan representasi matematis dan pendekatan matematika realistik dalam
hasil angket self efficacy siswa pada uji penelitian ini penyebaran dilakukan
coba II dapat dilihat pada tabel 3. secara terbatas hanya pada sekolah mitra
saja yaitu SMA Negeri
Tabel 3. Deskripsi Hasil Tes 4Padangsidimpuan. Setelah perangkat
Kemampuan Pemecahan masalah Siswa final, perangkat pembelajaran yang telah
Uji Coba II dikembangkan disebarkan untuk dapat
digunakan pada semester berikutnya
dalam materi peluang.

148
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

1. Peningkatan Kemampuan representasi dikembangkan, dengan kata lain


Matematis dan Self Efficacy Siswa respon yang diberikan siswa setelah
dengan Menggunakan Perangkat diberikan pembelajaran dengan
Pembelajaran Berbasis Pendekatan menggunakan perangkat
Matematika Realistik pembelajaran ini sangat positif. Hal
Berdasarkan hasil analisis tersebut berdasarkan respon siswa
peningkatan kemampuan pemecahan pada uji coba I dan pada uji coba II
masalah matematis pada uji coba I terhadap komponen perangkat
dan II menunjukkan bahwa rata-rata pembelajaran yang dikembangkan
kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan
siswa pada hasil posttest uji coba I matematika realistik memenuhi
adalah sebesar 84 meningkat menjadi kriteria keefektifan. Jika diamati
92 pada uji coba II. Dengan demikian, persentase respon siswa terhadap
terjadi peningkatan nilai rata-rata komponen perangkat pembelajaran
kemampuan representasi matematis yang dikembangkan, dengan
sebesar 8,00. menggunakan pendekatan matematika
Selanjutnya Berdasarkan hasil realistik selalu memenuhi kriteria
analisis peningkatan self efficacy yaitu respon siswa dikatakan positif,
siswa pada uji coba I dan II jika persentase respon siswa untuk
menunjukkan bahwa pada indikator setiap aspek lebih besar dari 80%.
penghakiman dari kemampuan
pribadi pada uji coba I 10,04 3. Kendala Pengembangan Perangkat
sedangkan pada uji coba II 14,08; Pembelajaran Berbasis Pendekatan
mengatur penguasaan dan Matematika Realistik
keterampilan pada uji coba I 13,2 Untuk mencapai tujuan dalam
sedangkan pada uji coba II 17,8; meningkatkan kemampuan
disiplin diri pada uji coba I 10,36 pemecahan masalah siswa, perlu
sedangkan pada uji coba II 13,96; dirancang perangkat pembelajaran
mencapai prestasi pada uji coba I yang mengacu pada suatu model
11,72 sedangkan pada uji coba II 20; pengembangan agar memudahkan
predikat usaha dan motivasi pada uji belajar. Hal penting dalam merancang
coba I 16,08 sedangkan pada uji coba perangkat pembelajaran adalah bahwa
II 28,16; hasil pemikiran pada uji isi perangkat pembelajaran harus
coba I 15,2 sedangkan pada uji coba berpijak pada karakteristik siswa.
II 20,88; dan pada indikataor Perangkat pembelajaran dapat
menghasilkan prestasi pada uji coba I membantu guru dan siswa dalam
8,76 sedangkan pada uji coba II kegiatan belajar mengajar sehingga
12,24. guru tidak terlalu banyak menjelaskan
materi pelajaran di kelas. Perangkat
2. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran juga dapat membantu
pembelajaran berbasis pendekatan siswa dalam proses belajarnya
matematika realistik sehingga siswa tidak selalu
Berdasarkan hasil analisis data bergantung pada guru sebagai satu-
respon siswa pada uji coba I dan II satunya sumber informasi.
diberikan diakhir pembelajaran, Namun penyajian materi yang
secara keseluruhan siswa merasa tertulis pada buku-buku matematika
terbantu dan senang dengan perangkat yang diguanakan saat ini tersusun
pembelajaran berbasis pendekatan sebagai berikut: 1) definisi
matematika realistik yang (pengertian konsep), 2) contoh soal,

149
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

dan 3) latihan Soal. Penulis lain yang dihadapi selama proses


menjelaskan pengertian (definisi) pengembangan adalah minimnya
suatu konsep dalam matematika. dana yang dimiliki peneliti, karena
Kemudian, penulis memberikan membutuhkan uji coba sehingga pada
contoh penerapan konsep tersebut, tahap pelaksanaan uji coba peneliti
dan diakhiri dengan memberikan soal harus mencetak perangkat
latihan. Ketiga tahapan penulisan pembelajaran secara berulang karena
buku tersebut didominasi oleh perangkat pembelajaran yang telah
penulis, sedangkan siswa (pembaca) direvisi tidak dapat digunakan pada
bersikap pasif memahami dan subjek uji coba berikutnya.
mengerjakan soal yang dijelaskan dan Sedangkan dalam pelaksanaan uji
diperintahkan oleh penulis. Selain itu, coba kendala-kendala yang ditemui
buku-buku (perangkat pembelajaran) berupa perlunya penyesuaian iklim
matematika tersebut tidak memuat belajar yang berbeda dari yang biasa
soal-soal non rutin serta tidak dilakukan oleh siswa, dalam
menantang siswa untuk melakukan pembentukkan kelompok belajar yang
kegiatan refleksi, eksperimen, dilakukan peneliti hanya melihat
eksplorasi, inkuiri, konjektur, dan faktor akademik saja tanpa melihat
generalisasi. Bahan yang disajikan faktor lain, sehingga ketika proses
monoton dan soal-soalnya bersifat diskusi terdapat beberapa siswa
rutin. komunikasinya dalam kerja kelompok
Oleh sebab itu perlu dilakukannya tidak berjalan dengan baik.
sebuah pengembangan instrument dan
perangkat pembelajaran yang tepat 4. KESIMPULAN
dalam membantu siswa dalam a. Pada uji coba I tingkat penguasaan
meningkatkan kemampuan kemampuan representasi
representasinya. Dalam melakukan matematik siswa sebesar 84%,
pengembangan instrument dan sedangkan pada uji coba II tingkat
perangkat pembelajaran berbasis penguasaan kemampuan
pendekatan matematika realistik ini representasi matematik siswa
tidak terlepas dari hambatan dan sebesar 92%. Dari hasil uji coba I
kendala yang dihadapi selama proses dan uji coba II dapat dilihat bahwa
pengembangan perangkat tingkat penguasaan kemampuan
pembelajaran. Kendala utama yang representasi matematik siswa
dihadapi adalah kurangnya waktu, mengalami peningkatan sebesar
dalam penelitian pengembangan 8% dan memenuhi kriteria
karena penelitian pengembangan ini ketuntasan klasikal.
berjalan seperti siklus sehingga b. Kemampuan self efficacy
diperlukan pengujian perangkat matematis siswa yang diperoleh
pembelajaran yang dilakukan tidak mengalami peningkatan
cukup sekali saja, perlu beberapa kali berdasarkan rata - rata indikator
uji coba untuk menghasilkan produk kemampuan self efficacy
(material) yang baik dan berkualitas. matematis yaitu: penghakiman
Sehingga atas kendala waktu ini juga dari kemampuan pribadi
yang membuat peneliti melakukan mengalami peningkatan sebesar
tahap pengembangan model 4,04%, hal ini terlihat pada
Thiagarjan, Semmel dan Semmel ini pertemuan pertama 10,04
hingga pada tahap penyebaran sedangkan pada pertemuan
(disseminate) secara terbatas. Kendala terakhir 14,08 ; mengatur

150
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

penguasaan dan keterampilan  validitas


mengalami peningkatan sebesar Berdasarkan validasi tim ahli
4,6%, hal ini terlihat pada untuk, 1) hasil validasi buku
pertemuan pertama 13,2 pegangan guru yang divalidasi
sedangkan pada pertemuan oleh tim ahli dengan rata-rata
terakhir 17,8; disiplin diri total 4,27 ; 2) hasil validasi
mengalami peningkatan sebesar buku siswa dengan rata-rata
3,60%, hal ini terlihat pada total 4,23 ; 3) ) hasil validasi
pertemuan pertama 10,36 RPP dengan rata-rata total 4,19
sedangkan pada pertemuan ; 4) ) hasil validasi LKS dengan
terakhir 13,96; mencapai prestasi rata-rata total 4,51 ; dan 5)
mengalami peningkatan sebesar validasi tes kemampuan
8,28%, hal ini terlihat pada representasi matematik dan self
pertemuan pertama 11,72 efficacy matematis siswa,
sedangkan pada pertemuan dimana tim ahli menyatakan
terakhir 20; predikat usaha dan valid. Nilai rerata total
motivasi mengalami peningkatan keseluruhannya berada pada
sebesar 11,98, hal ini terlihat nilai 4 Va 5. Sehingga
pada pertemuan pertama 16,08
sedangkan pada pertemuan merujuk pada kriteria kevalidan
terakhir 28,16; hasil pemikiran di Bab III bahwa hasil validasi
mengalami peningkatan sebesar perangkat berada dalam kriteria
5,60%, hal ini terlihat pada kevalidan dengan kategori
pertemuan pertama 15,2 “sangat valid”.
sedangkan pada pertemuan  Kepraktisan
terakhir 20,88; dan pada Perangkat pembelajaran yang
indikataor menghasilkan prestasi telah divalidasi oleh tim ahli,
mengalami peningkatan sebesar menyatakan bahwa yang
3,48, hal ini terlihat pada dikembangkan dapat diterapkan
pertemuan pertama 8,76 atau digunakan dilapangan
sedangkan pada pertemuan dengan sedikit revisi atau tanpa
terakhir 12,24. revisi, selanjutnya melalui hasil
c. Proses pengembangan perangkat wawancara yang dilakukan
pembelajaran dengan pembelajaran kepada siswa mengenai
berbasis pendekatan matematika perangkat pembelajaran yang
realistik dimulai dari tahapan dikembangkan bahwa siswa
define, design, develop dan terbantu dan mudah dalam
disseminate. Dari tahapan design menggunakan perangkat
diperoleh sebuah perangkat pembelajaran. Sehingga
pembelajaran (draft I). selanjutnya merujuk kepada kepraktisan
masuk ke dalam tahapan develop perangkat pembelajaran di Bab
dengan memvalidasi draft I kepada III bahwa perangkat
tim ahli sebanyak lima orang ahli pembelajaran dengan
kemudian dihasilkan draft II menggunakan pembelajaran
setelah dilakukan revisi dan berbasis pendekatan
dilakukan uji coba lapangan. matematika realistik memenuhi
Berdasarkan proses pengembangan kategori kepraktisan.
diperoleh draft final yang  Keefektifan.
memenuhi kriteria:

151
Vol. 2 No. 1 Juli, Tahun 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA
Nur..

Berdasarkan indikator Belajar Oleh Pendidik Pada


keefektifan yaitu: 1) Pencapaian Pendidikan Dasar Dan
persentase waktu ideal aktivitas Menengah
siswa berada dalam pencapaian No.104.Jakarta:Depdikbud
waktu ideal aktivitas siswa Sabirin, M. 2014. Representasi Dalam
dengan toleransi waktu 5%, 2) Pembelajaran Matematika.
Ketuntasan belajar siswa secara IAIN Antasari: Vol.01 No.2,
klasikal sebesar 80% sehingga hal 33-44
memenuhi kriteria ketuntasan Thiagarajan, S., Semmel, D. S &
klasikal, Semmel, M. I. 1974.
d. Respon siswa menunjukkan respon Instructional Development for
yang sangat positif dengan Training Teachers of
persentase di atas 70% sehingga Expectional Children.
perangkat pembelajaran berbasis Minneapolis, Minnesota:
pendekatan matematika realistik Leadership Training
ini layak untuk digunakan di dalam Institute/Special Education,
pembelajaran matematika materi University of Minnesota.
peluang. Wijaya,A.2012.Pendidikan Matematika
Realistik Suatu Pendekatan
DAFTAR PUSTAKA Alternatif. Bandung:Pustaka
Arends, RI. 2008. Learning to Woolfolk, Anita. 2004. Educational
Teach.Yogyakarta psychology, Boston: Pearson
:PustakaPeajar Brady, H. Education, Inc.
Brenner, B. 1995. Prinsip – Zulkosky, K. 2009. Self-Efficacy A
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Concept Analysis. Nursing
Volume 3. EGC Penerbit Education : Vol.44. No.2
Buku Kedokteran, Jakarta.
1425 – 1432.
Dahar, RW. 2011. Teori – Teori Belajar
dan Pembelajaran. Bandung
:Erlangga.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika
Realistik. Banjarmasin: Tulip
Hudojo, H. 2005. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika.Cet I. IKIP
Malang.
NCTM. (1989). Curriculum and
Evaluation Standards for
School
Mathematics.[Online].Tersed
ia:
http://www.krellinst.org/AiS/
textbook/manual/stand/
---------. 2000. Principles and Evaluation
Standards for school
Mathematics. Reston, VA:
NCTM
Permendikbud.2014. Penilaian Hasil

152

Anda mungkin juga menyukai