Anda di halaman 1dari 11

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING YANG DIPADUKAN DENGAN


MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR DAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA
SMP NEGERI 1 LANGSA
Rizki Amalia, Hardani, Yusniar
Universitas Samudra, SMP Negeri 1 Kota Langsa, Aceh
Email : rizkiamalia@unsam.ac.id
Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi
belajar dan kemampuan literasi matematis siswa melalui penerapan Problem Based
Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament di kelas VII.E SMP Negeri 1
Langsa. Jenis metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan tahapan setiap siklus yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa teknik non tes
dan teknik tes. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan tes formatif.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran berupa nilai rata-rata kelas pada siklus I
sebesar 64,14 dan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 84,14 pada tes kemampuan
literasi matematis siswa. Motivasi belajar siswa pada siklus I memperoleh persentase
sebesar 54,17 dan meningkat pada siklus II sebesar 70,83. Hal ini berarti pembelajaran
matematika menggunakan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games
Tournament dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis
siswa kelas VII.E di SMP Negeri 1 Langsa.

Kata Kunci: Problem Based Learning, motivasi belajar, literasi matematis

APPLICATION OF PROBLEM-BASED LEARNING THAT IS COLLABORATE


WITH TEAM GAMES TOURNAMENT'S MODEL TO IMPROVE LEARNING
MOTIVATION AND THE ABILITY OF MATHEMATICAL LITERATION OF
STUDENTS IN SMPN 1 KOTA LANGSA
Rizki Amalia, Hardani, Yusniar
Universitas Samudra, SMP Negeri 1 Kota Langsa, Aceh
Email : rizkiamalia@unsam.ac.id
Abstract, This study aims to determine whether there is an increase in learning motivation
and mathematical literacy abilities of students through the application of Problem Based
Learning combined with Team Games Tournament in class VII.E of Langsa 1 Public
Middle School. The type of research method is Classroom Action Research (CAR) which
is carried out in several cycles with the stages of each cycle, namely planning,
implementation, observation, and reflection. Data collection techniques in the form of non-
test techniques and test techniques. The data collection tool uses observation sheets and
formative tests. Data analysis techniques use qualitative analysis techniques and
quantitative analysis. Based on the data obtained from measurements in the form of class
average values in the first cycle of 64.14 and the class average value in the second cycle
amounted to 84.14 on the test of students' mathematical literacy abilities. Student
motivation in the first cycle obtained a percentage of 54.17 and increased in the second
cycle of 70.83. This means that mathematics learning using Problem Based Learning
combined with Team Games Tournaments can increase learning motivation and
mathematical literacy skills of VII.E grade students in Langsa 1 Middle School.
Keywords: Problem Based Learning, learning motivation, mathematical literacy

15
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

PENDAHULUAN dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).


Matematika sekolah memegang Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh
peranan sangat penting. Anak didik diharapkan siswa mampu menangkap
memerlukan matematika untuk memenuhi pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan
kebutuhan praktis dan memecahkan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat
masalah dalam kehidupan sehari-hari. perkiraan, terkaan, atau kecenderungan
Misalnya, dapat berhitung, dapat berdasarkan kepada pengalaman atau
menghitung isi dan berat, dapat pengetahuan yang dikembangkan melalui
mengumpulkan, mengolah, menyajikan contoh-contoh khusus (generalisasi). Di
dan menafsirkan data, dapat dalam proses penalarannya dikembangkan
menggunakan kalkulator dan komputer. pola pikir induktif maupun deduktif. Namun
Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran tentu kesemuanya itu harus disesuaikan
matematika lebih lanjut, membantu dengan perkembangan kemampuan siswa,
memahami bidang studi lain seperti fisika, sehingga pada akhirnya akan sangat
kimia, arsitektur, farmasi, geografi, membantu kelancaran proses pembelajaran
ekonomi, dan sebagainya, dan agar para matematika di sekolah.
siswa dapat berpikir logis, kritis, dan Menurut Piaget (Hudojo, 1990)
praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa perkembangan intelektual anak dapat
kreatif. dibagi dalam empat periode, yaitu : 1)
Namun demikian, matematika Periode sensori motorik pada usia 0-2
dipelajari bukan untuk keperluan praktis tahun; 2) Periode pra- operasional pada usia
saja, tetapi juga untuk perkembangan 2-7 tahun ; 3) Periode operasi konkrit pada
matematika itu sendiri. Jika matematika usia 7-11/12 tahun; 4) Periode operasi
tidak diajarkan di sekolah maka sangat formal pada usia 11 atau 12 tahun ke atas.
mungkin matematika akan punah. Selain itu, Berdasarkan pembagian periode
sesuai dengan karakteristiknya yang perkembangan intelektual anak oleh piaget,
bersifat hirarkis, untuk mempelajari siswa SMP berada pada periode operasi
matematika lebih lanjut harus konkrit dan mulai memasuki periode
mempelajari matematika level sebelumnya. operasi formal. Periode operasi konkrit
Seseorang yang ingin menjadi ilmuawan merupakan permulaan berpikir rasional
dalam bidang matematika, maka harus dan siswa memiliki operasi-operasi logis
belajar dulu matematika mulai dari yang yang dapat diterapkan pada masalah
paling dasar. konkrit. Kemampuan siswa operasi konkrit
Dalam pembelajaran matematika, berbeda dengan siswa operasi formal. Siswa
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pada periode konkrit dan formal keduanya
pemahaman melalui pengalaman tentang sudah dapat menyelesaikan masalah
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak klasifikasi, namun pada periode konkrit
16
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

siswa belum mampu menyelesaikan masalah rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
klasifikasi tanpa adanya data konkrit. Anak- dalam mempelajari matematika, serta
anak pada periode formal sudah dapat sikap ulet dan percaya diri dalam
memberikan alasan dengan menggunakan pemecahan masalah. (Wardhani, 2008)
lebih banyak simbul atau gagasan dalam Berdasarkan uraian diatas
cara berpikirnya. Anak sudah dapat pembelajaran matematika disekolah baik
mengoperasikan argumen-argumen tanpa dalam hal penyajian, pola pikir,
berkaitan dengan benda-benda empirik. keterbatasan semesta, dan tingkat
Anak mampu menyelesaikan masalah keabstrakannya disesuaikan dengan
dengan cara yang lebih baik dan kompleks perkembangan intelektual perseta didik.
dari pada anak yang masih berada dalam Tujuan matematika diajarkan di sekolah
periode operasi konkrit. yaitu agar siswa memiliki kemampuan
Tujuan mata pelajaran matematika di memahami konsep matematika,
sekolah menengah pertama adalah agar menggunakan penalaran, memecahkan
siswa memiliki kemampuan: masalah, mengkomunikasikan gagasan dan
1. Memahami konsep matematika, memiliki sikap menghargai kegunaan
menjelaskan keterkaitan matematika dalam kehidupan.
antarkonsep, dan mengaplikasikan Hal tersebut sesuai dengan
konsep atau algoritma secara luwes, pentingnya kemampuan literasi matematis
akurat, efisien, dan tepat dalam dimiliki oleh siswa. Literasi Matematika
pemecahan masalah. adalah pengetahuan matematika, metode,
2. Menggunakan penalaran pada pola dan dan proses yang diterapkan dalam berbagai
sifat, melakukan manipulasi matematika konteks dalam wawasan dan cara reflektif.
dalam membuat generalisasi, Menurut de Lange (Ronda, 2011), literasi
menyusun bukti, atau menjelaskan matematika adalah keaksaraan menyeluruh
gagasan dan pernyataan matematika. yang meliputi berhitung, kesadaran
3. Memecahkan masalah yang meliputi terhadap literasi kuantitatif dan literasi
kemampuan memahami masalah, spasial. Dengan literasi matematika, siswa
merancang model matematika, akan mampu melakukan, memahami, dan
menyelesaikan model, dan menafsirkan menerapkan matematika, tidak hanya di
solusi yang diperoleh. dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan sehari-hari, selain itu siswa diajak untuk
simbol, tabel, diagram, atau media berpikir kritis terhadap instruksi yang
lain untuk memperjelas keadaan atau diberikan. Kesempatan untuk
masalah. mengembangkan literasi matematika dapat
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan sekaligus memperdalam pengetahuan
matematika dalam kehidupan, yaitu mereka terhadap matematika, pemahaman

17
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

konseptual dan keterampilan sehingga materi pada siswa. Dengan demikian


tujuan pendidikan nasional akan tercapai. penggunaan model pembelajaran akan
Selama proses pembelajaran siswa memotivasi belajar siswa sehingga
memerlukan motivasi (dorongan) yang berpengaruh terhadap hasil belajar.
dapat memberikan suatu kekuatan, Dalam hal ini mengkombinasikan
rangsangan, semangat, atau pengaruh yang model pembelajaran menjadi salah satu
mendorong agar siswa mampu mencapai alternatif agar pembelajaran sesuai dengan
hasil yang ingin dicapai. pendekatan Scientific Approach yang
Menurut Sardiman A. M dalam buku digunakan pada kurikulum 2013. Upaya
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar yang dilakukan adalah menerapkan Problem
menjelaskan bahwa motivasi belajar Based Learning yang dipadukan dengan
memiliki peranan dalam proses Team Games Tournament untuk
pembelajaran. sebab tinggi rendahnya hasil meningkatkan motivasi belajar dan
belajar siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan literasi matematis siswa. Model
motivasi yang diberikan, karena apabila kita TGT memiliki desain fleksibel, yakni
mempunyai motivasi yang tinggi dalam kinerja individu yang bertujuan memberikan
belajar maka akan membuat kita merasa kontribusi untuk kinerja kelompok (Devries,
senang, gembira, produktif serta 1976). Setiap siswa akan peduli terhadap
berminat dalam mengikuti proses tugas yang diberikan karena merasa
belajar. Menurut Amaliah Dini dkk (2013) memiliki tanggung jawab bagi keberhasilan
" motivasi belajar adalah keseluruhan daya kelompok. Tanggung jawab terhadap
penggerak psikis dalam diri siswa yang keberhasilan kelompok menjadikan siswa
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin berusaha lebih baik dalam menyelesaikan
kelangsungan belajar itu demi satu tujuan tugas. Selain itu, model TGT dapat
dengan menciptakan kondisi sedemikian membuat siswa senang dalam belajar. Hal
rupa sehingga anak itu mau melakukan apa ini disebabkan oleh pelaksanaan game
yang dilakukan". Dalam hal ini motivasi akademik, sesuai dengan pernyataan
memiliki peran sebagai kekuatan yang (Ehlers, 2004) ”Melaksanakan pembelajaran
membuat siswa melakukan kegiatan belajr dalam bentuk permainan dapat membuat
dengan keinginannyasendiri, tanpa ada siswa merasa senang”. Model Problem
paksaan dari siapapun. Demi tercapainya Based Learning (PBL) adalah model
suatu tujuan. pembelajaran yang berfokus pada
Penggunaan Model pembelajaran pembelajaran yang menggunakan masalah
akan sangat membantu dalam proses dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
pembelajaran. Dengan adanya model siswa untuk belajar melalui berpikir kritis
pembelajaran yang digunakan akan dan keterampilan pemecahan masalah. Hal
mempermudah guru untuk menyampaikan ini bertujuan untuk memperoleh

18
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

pengetahuan dan konsep yang sesuai dari METODE


materi pelajaran, sehingga memberi peluang Penelitian ini menggunakan jenis
siswa bekerja secara penuh dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kemampuan belajar mereka. Sebagaimana atau dikenal dengan Classroom Action
yang dikemukakan oleh (Ibrahim, 2000 Research, dan dilaksanakan dalam 2
dalam Sumarmi, 2012) ”Pembelajaran siklus. Tahapan setiap siklus yaitu: (1)
berbasis masalah bertujuan atau berguna perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
untuk merancang siswa berpikir tingkat pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto,
tinggi dalam situasi orientasi masalah”. 2013). Penelitian tindakan kelas ini
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif
dilakukan oleh penemu model PBL dan antara peneliti dengan guru bidang studi
TGT, kombinasi dari kedua model matematika di kelas VII.E SMPN 1
pembelajaran tersebut dapat diterapkan di Langsa dan dilaksanakan pada semester
sekolah-sekolah yang memiliki ganjil tahun ajaran 2018/2019. Subjek
permasalahan motivasi belajar dan penelitian tindakan kelas ini adalah guru
kemampuan literasi matematis yang masih dan siswa kelas VII.E SMPN 1 dengan
kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan jumlah siswa 29 orang yang kesemuanya
Soemanto (2006) ”pendidikan menghendaki laki-laki. Teknik pengumpulan data
agar pengajaran memperhatikan minat, menggunakan teknik non tes dan teknik tes.
kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk Alat Pengumpul data menggunakan lembar
belajar”. Permasalahan motivasi belajar observasi dan tes formatif tentang
siswa yang rendah disebabkan oleh rasa kemampuan literasi matematis. Lembar
ketertarikan pada mata pelajaran rendah. observasi digunakan untuk mengamati
Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan kinerja guru, dan motivasi belajar siswa.
menerapkan model pembelajaran Data yang diperoleh dianalisis
menyenangkan yang sesuai dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan
Kurikulum 2013. Hal ini perlu diterapkan analisis kuantitatif.
perpaduan antara model pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN
Problem Based Learning dengan Team Data yang diperoleh dalam
Games Tournament. Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
Adapun tujuan penelitian ini yaitu data tentang kemampuan guru dalam
untuk mengetahui apakah terdapat melaksanakan pembelajaran dengan model
peningkatan motivasi belajar dan kooperatif PBL yang dipadukan dengan
kemampuan literasi matematis siswa yang TGT, motivasi belajar siswa dan
diterapkan pembelajaran dengan Problem kemampuan literasi matematis siswa. Data
Based Learning yang dipadukan dengan tersebut didapat dari hasil observasi dengan
Team Games Tournament. menggunakan lembar observasi yang terdiri

19
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

dari lembar observasi guru dan lembar observasi guru dan siswa serta tes
observasi siswa, angket motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis pada materi
tes. Data tersebut diambil pada setiap siklus yang diajarkan.
penelitian tindakan kelas. Sebelum Tahap pelaksanaan pada kegiatan
melakukan penelitian siklus 1, peneliti awal diawali dengan guru mengucapkan
terlebih dahulu mengadakan pengamatan salam dan doa, pengkondisian kelas,
awal (Base Line) untuk melihat motivasi menyampaikan apersepsi, menyampaikan
belajar siswa dan kemampuan literasi tujuan pembelajaran, menyampaikan
matematis sebelum diterapkannya PBL yang informasi kegiatan pembelajaran, pada
dipadukan dengan TGT. Dari pengamatan kegiatan inti beberapa siswa diminta
awal tersebut diperoleh data bahwa untuk mengingat kembali tentang materi
persentase motivasi belajar siswa adalah membandingkan bilangan pecahan, guru
49,58% dan rata-rata kemampuan literasi menjelaskan aturan permainan, guru
matematis siswa sebesar 38,17. Setelah mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi
mengadakan pengamatan awal kemudian berkelompok dan presentasi hasil diskusi.
dilaksanakan penelitian siklus 1. Pada kegiatan akhir guru
Pada tahap perencanaan peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan
bersama guru kolaborasi merancang dan memberikan penghargaan serta siswa
pembelajaran dengan menyusun RPP, diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
disesuaikan dengan kompetensi dasar yang materi yang belum dimengerti. Hasil
telah disepakati bersama guru kolaborator observasi siklus I terhadap kemampuan guru
dan media pembelajaran yang akan dalam melaksanakan PBL yang dipadukan
digunakan pada siklus 1 serta menyiapkan TGT adalah sebagai berikut:
alat pengumpul data berupa lembar
Tabel 1. Kemampuan Guru Dalam Pelaksanaan PBL yang dipadukan TGT pada
Siklus 1

No Langkah-langkah Rata-rata
1 Pra pembelajaran 4,00
2 Kegiatan awal 3,67
3 Kegiatan inti 3,00
4 Kegiatan akhir 3,25
Skor total 3,30

Pengamatan terhadap motivasi telah disiapkan oleh peneliti. Hasil


belajar siswa dilaksanakan oleh peneliti observasi siklus I dapat dilihat pada tabel
dan kolaborator teman sejawat berikut ini.
menggunakan lembar observasi yang

Tabel 2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1

No Indikator Persentase

20
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

1 Siswa aktif menyimak penjelasan guru 79,41%


2 Siswa mencatat materi pelajaran 88,23%
3 Secara mandiri siswa menjawab pertanyaan 50%
4 Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis 26,48%
5 Keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum 20,59%
Dipahami
6 Keinginan siswa bekerja sama dengan teman sebangku 58,82%
7 Siswa menyimak materi saat guru stimulus 85,30%
8 Siswa mencatat materi pembelajaran saat guru stimulus 73,52%
9 Dengan ditunjuk guru siswa menjawab pertanyaan 44,11%
10 Dengan diperintah guru siswa mengerjakan soal dipapan tulis 44,11%
11 Dengan ajakan guru siswa bertanya mengenai materi 26,48%
12 Siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok 52,94%
Rata-Rata 54,17 %
Siklus II dilaksanakan pada pada pembelajaran melalui penerapan PBL yang
materi perkalian dan pembagian bilangan dipadukan TGT adalah sebagai berikut:
pecahan Hasil observasi siklus I terhadap
kemampuan guru dalam melaksanakan
Tabel 3. Kemampuan Guru Dalam Pelaksanaan PBL yang dipadukan dengan TGT
Pada Siklus II

No Langkah-langkah Rata-rata
1 Pra pembelajaran 4,00

No Langkah-langkah Rata-rata
2 Kegiatan awal 3,83
3 Kegiatan inti 3,30
4 Kegiatan akhir 3,50
Skor total 3,60

Hasil observasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II

No Indik Persentase
1 Siswa aktif menyimak penjelasan guru 85,30%
2 Siswa mencatat materi pelajaran 97,06%
3 Secara mandiri siswa menjawab pertanyaan 73,52%
4 Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis 52,94%
5 Keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum 38,23%
dipahami
6 Keinginan siswa bekerja sama dengan teman sebangku 88,23%
7 Siswa menyimak materi saat guru stimulus 94,11%
8 Siswa mencatat materi pembelajaran saat guru stimulus 100%
9 Dengan ditunjuk guru siswa menjawab pertanyaan 47,06%
10 Dengan diperintah guru siswa mengerjakan soal dipapan tulis 50%
11 Dengan ajakan guru siswa bertanya mengenai materi 35,30%
12 Siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok 88,23%

Rata-Rata 70,83 %

21
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

PBL dipadukan dengan TGT pada siklus


Sedangkan tes kemampuan literasi
I dan siklus II disajikan pada tabel 5.
matematis siswa yang diajarkan dengan
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas
VII.E
Frekuensi fx
Nilai Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
(x)
20 4 80
50 5 250
60 6 360
70 4 8 280 560
80 4 9 320 720
90 3 4 270 360
100 3 8 300 800
Jumlah 29 29 1860 2440
Rata- 64,14 84,14
rata

22
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

Setelah melakukan siklus II ternyata penelitian ini yang mengkombinasikan


terjadi peningkatan yang signifikan, model PBL dengan TGT memiliki rata-rata
dilihat dari pelaksanaan pembelajaran, motivasi belajar 54,17% pada siklus 1 dan
motivasi belajar dan kemampuan literasi 70,83% pada siklus 2. Apriyanto (2015)
matematis walaupun peningkatan tidak menerapkan model PBL tanpa dikombinasi
semua 100%, tetapi sudah dianggap lebih dengan model lain, dan variabel yang
baik sehingga siklus harus dihentikan. diukur adalah hasil belajar. Hasil penelitian
Maka dari itu peneliti dan guru kolaborator Apriyanto (2015) yaitu nilai rata- rata gain
sepakat bahwa penelitian hanya dilakukan score kelas eksperimen adalah 35,17 dan
sampai siklus II. kelas kontrol 24,83. Sedangkan hasil dari
Temuan dalam penelitian ini penelitian ini memiliki rata-rata tes
menunjukkan bahwa kombinasi model kemampuan literasi matematis
pembelajaran Problem Based Learning Melalui penerapan Problem Based
(PBL) dengan Team Games Tournament Learning yang dipadukan dengan Team
(TGT) dapat meningkatkan motivasi Games Tournament, dimensi kegembiraan
belajar dan kemampuan literasi matematis dalam kegiatan belajar akan muncul ketika
siswa pada materi bilangan pecahan. Hasil sintaks ketiga dari model PBL disisipi oleh
motivasi belajar ditunjukkan dari lembar turnamen, sesuai dengan pendapat (Ehlers,
observasi. Hasil tes kemampuan literasi 2004) ”Melaksanakan pembelajaran dalam
matematis ditunjukkan dari hasil tes bentuk permainan dapat membuat siswa
formatif yang dibuat sesuai kisi-kisi tes merasa senang”. Pada tahap turnamen,
kemampuan literasi matematis. Hal tersebut setiap siswa bertanggung jawab untuk
sejalan dengan temuan Mirza (2009), yakni dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
perpaduan metode pembelajaran berbasis yang telah disiapkan oleh guru. Sehingga
masalah dan turnamen permainan tim setiap siswa harus menguasai materi yang
mampu meningkatkan hasil belajar. telah disampaikan guru dan permasalahan
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh yang telah dipecahkan secara kelompok.
Utami (2014), yaitu terdapat perbedaan Kelebihan dari turnamen pada model
yang signifikan minat belajar antara siswa pembelajaran ini, yaitu: 1) melatih siswa
kelas X SMAN 1 Way Tuba yang belajar bertanggung jawab atas penguasaan konsep
menggunakan model TGT dengan secara individu; 2) menciptakan suasana
konvensional. Hasil penelitian Utami belajar yang rileks; 3) menambah
(2014), yaitu rata-rata minat belajar siswa pemahaman materi, untuk mempersiakan
kelas eksperimen adalah 38,21 dan kelas presentasi di depan kelas; 4) menumbuhkan
kontrol 31,30. Sedangkan hasil dari semangat belajar siswa. Hal ini sesuai

23
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

dengan pendapat Slavin (2009) bahwa ada Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi 2.
langkah-langkah atau komponen utama Jakarta: PT. Bumi Aksara.
yang dilakukan dalam Model Pembelajaran
Apriyanto, Bejo. 2015. Pengaruh Model
Kooperatif Teams Games-Tournament Pembelajaran Problem Based
(TGT) yaitu sebagai berikut. a. Presentasi Learning terhadap Hasil Belajar
Geografi Siswa SMA. Tesis tidak
Kelas; b. Belajar Kelompok (Tim); c. Game; diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
d. Turnamen dan e. Rekognisi Tim. Devries. 1976. Teams-GamesTournament:
Berdasarkan kelebihan-kelebihan di A Gaming Technique That Fosters
Learning.
atas, pelaksanaan PBLyang dipadukan Simulation Gaming 1976 7: 21. DOI :
dengan pembelajaran kooperatif TGT dapat 10.1177/104687817600700102.(onli
ne)
menghasilkan sinergi yang kuat dan hasil http://sag.sagepub.com/content/7/1/21.
yang positif. Kegiatan pembelajaran yang Diakses 15 Agustus 2018.
Ehlers, Valerie. 2004. Teaching Aspects of
menyenangkan mampu menumbuhkan Health Care. South Africa: Juta
Academic. Hudojo, Herman. 1990.
semangat dan motivasi belajar siswa Strategi Belajar Mengajar
sehingga juga mampu meningkatkan Matematika. Malang: IKIP Malang.
kemampuan literasi matematis siswa. Mirza, M. 2009. Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Pokok Bahasan Pencemaran
Lingkungan dengan PTK Melalui
SIMPULAN Perpaduan Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Turnamen
Berdasarkan analisis data dapat Permainan Tim pada Siswa Kelas X
diperoleh kesimpulan bahwa penerapan SMA Al-Islam 2 Surakarta. Jurnal.
Surakarta: Universitas
Problem Based Learning yang dipadukan Muhammadiyah Surakarta.
dengan Team Games Tournament dapat
Ronda, Erlina. 2011. What is Mathematical
meningkatkan motivasi belajar dan Literacy, (online),
(http://math4teaching.com/2010/03/
kemampuan literasi matematis siswa kelas 12/what-is-mathematical-literacy.
VII.E di SMP Negeri 1 Langsa. Diakses 28 Agustus 2018)
Peningkatan rata-rata persentase motivasi Sardiman A. M. 2011. Interaksi dan
belajar siswa pada siklus pertama Motivasi Belajar Mengajar. Penerbit
: RajaGrafindo Persada (Rajawali
sebesar 54,17%, dan pada siklus kedua Perss).
mencapai 70,83%. Hasil belajar siswa
Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning:
pada siklus I memperoleh nilai rata-rata Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media. Soemanto, Wasty.
64,14 dengan kategori belum tuntas, 2006. Psikologi Pendidikan:
meningkat sebesar 20 pada siklus II menjadi Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan (Cetakan Ke 5). Jakarta:
84,14 dengan kategori tuntas. Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran


Geografi. Malang: Aditya Media
Publishing. Utami, Dian. 2014.
24
JBES
Journal of Basic Education Studies
Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

Pengaruh Model Pembelajaran


Team Games Tournament terhadap Wardhani, IGK,2008, Penelitian Tindakan
Minat Belajar Geografi Siswa Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
SMA. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
.

25
JBES
Journal of Basic Education Studies

Anda mungkin juga menyukai