Anda di halaman 1dari 316

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331543398

BUKU INOVASI & TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Book · March 2019

CITATIONS READS

0 2,393

1 author:

Sutirna Sutirna
Universitas Singaperbangsa Karawang
26 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam SMP/MTs terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling View project

All content following this page was uploaded by Sutirna Sutirna on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan Dunia Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi semakin hari semakin tidak terbayangkan oleh
kemampuan akal manusia biasa, oleh karena itu diperlukan
suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat
mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini sebagai cara untuk mengimbangi
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut. Lembaga pendidikan formal, nonformal
dan informal sebagai wahana penghasil sumber daya
manusia dengan semua unsur penyelenggaranya
merupakan salah satu kunci dalam menghadapi era
teknoloogi dan informasi.
Selanjutnya tenaga pendidik
(guru/dosen/tutor/fasilitator) wajib menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mentransfer materi
pelajaran/mata kuliah kepada para peserta didiknya,
sehingga para peserta didik/mahasiswa/warga belajar
dalam proses pembelajaran akan lebih bermakna atau
dengan kata lain paradigma mengajar akan lebih

1
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
2

cenderung kepada “student center” bukan sebaliknya


“teacher center”, karena jaman yang mempengaruhi
keadaan.
Barrly Barnet (2012) mengatakan dalam buku
Teaching 2030 bahwa bagaimana tip menghadapi
pengajaran tahun 2030 atau abad ke 21 yang menuju ke
profesionalismeannya, Barrly Barnet menyampaikan tipnya
sebagai berikut:
1. Mengajar harus dijadikan sebagai profesi.
2. Harus ada perubahan/inovasi dalam mengajar
3. Harus terus meningkatkan keahlian teknologi informatika
(web dan wireless technologies)
Dari pendapat di atas jelas sekali bagi para calon
pendidik atau yang telah menjadi pendidik bahwa
pekerjaan sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing
harus menjadi sebuah profesi, mau melakukan inovasi-
inovasi dan menguasai era teknologi. Hal ini sebada dengan
Dedi Supriadi (2009) mengatakan bahwa pekerjaan
menjadi guru terbagi menjadi 3 bagian, yaitu (1) Guru
hanya sebagai sampingan; (2) Guru hanya sebagai
penggugur status sosial di lingkungan masyarakat; dan (3)
Guru sebagai profesional.

2
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
3

Guru sebagai sampingan sampai saat ini nampaknya


masih ada dengan berbagai alasan, hal ini akan menjadi
ketidakmungkinan hasil pembelajaran yang meraka lakukan
akan bermakna bagi peserta didik, kemudian Guru sebagai
penggugur status sosial dimasyarakat dimana mereka
tinggal, hal ini pun akan menjadi tidak fokusnya
menjalankan tugas, pokok dan fungsi sebagai seorang
Guru, karena guru bukan hanya ternilai dalam kompetensi
sosialnya saja, melainkan ada kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesionalisme.
Oleh karena itu, Guru/Dosen sebagai pekerja
profesional inilah yang diharapkan untuk dapat menuju
keberhasilan dunia pendidikan di Indonesia. Namun, hal ini
secara umum keberadaan guru professional masih sangat
minoritas, artinya ada sosok guru/dosen semacam ini tetapi
jumlahnya sedikit.
Kemudian guru/dosen harus selalu mengadakan
inovasi-inovasi dalam memberikan materi pelajaran, masih
ingatkah kita ketika ada sosok Guru/Dosen dalam
memberikan materi pelajaran kepada kita pada saat kita
menempuh pendidikan, baik di SD, SMP atau SMA dengan
metode yang itu-itu saja tanpa ada perubahan, akhirnya

3
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
4

membosankan dan menjenuhkan kita untuk mengikuti


pembelajaran. Untungnya pada jaman kita dahulu sekolah,
IT belum secanggih sekarang, nampaknya itulah yang
membuat siswa jaman sekarang membolos dan berkumpul
di Warnet-Warnet untuk menghindar ketidaknyamanan
belajar melalui cara yang konstan guru/dosen
menyampaikan materi pelajaran.
Peter Senge (dalam Ratna Megawangi, 2007:12)
mengatakan bahwa abad ke-21 memerlukan manusia-
manusia yang kritis dalam menjawab setiap perubahan.
Oleh karenanya, lembaga pendidikan harus dapat
menyiapkan peserta didik yang selalu kritis dan banyak
bertanya. Selanjutnya dikatakan bahwa sekolah-sekolah
yang mendidik siswanya untuk patuh begitu saja kepada
pihak otoritas dan mengikuti peraturan tanpa
mempertanyakannya (tidak bersifat kritis) akan gagal
menyiapkan para siswanya untuk menghadapi dunia
tempat tinggal mereka yang kerap berubah.
Sangatlah jelas dan tepat pernyataan tersebut di atas
untuk mencapainya siswa yang kritis dan banyak bertanya
diperlukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Guru (atau
bisa juga dosen, tutor, instruktur, fasilitator, pimpinan

4
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
5

pondok pesantren dll) yang tidak pernah melalukan inovasi


dalam pembelajaran, mereka akan tetap jalan di tempat
dalam karir di bidang pendidikan bahkan suatu saat meraka
akan tertinggal jauh dibandingkan dengan guru-guru yang
selalu mengadakan perubahan dalam mengajar.
Dengan demikian pendapat Dedi Supriadi (2004), jika
dikorelasikan dengan pendapat Barrly Barnet sangat tepat,
bahwa untuk menuju guru yang profesional dibutuhkan
guru yang berparadigma (1) mengajar harus menjadi
sebuah profesi, (2) guru harus selalu berinovasi dalam
pembelajaran dan (3) guru harus menguasai IT.
Di bawah ini akan diinformasikan beberapa fenomena
untuk dijadikan sebagai dasar refleksi bagi dunia
pendidikan di Indonesia dalam rangka melakukan inovasi-
inovasi pendidikan dalam segala aspek, karena fenomena di
bawah ini sebagai gambaran belum optimalnya hasil
pendidikan. Mari kita perhatikan beberapa hasil penelitian
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga profesional yang
mengkaji tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan, baik itu tingkat regional dan internasional,
diantaranya:

5
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
6

1. Sumber Daya Manusia


Secara individu atau perorangan sumber daya
manusia bangsa Indonesia sangat diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa lain dalam segala bidang, misalnya di
Olympiade Internasional, anak-anak Indonesia telah
mencatat rekor terbaik. Namun, jika dinilai secara
menyeluruh atau digabungkan dari Sabang sampai Meroke,
sumber daya manusia kita masih sangat jauh peringkatnya
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang
dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan
(UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai
negara berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati
peringkat ke 110 dari 187 negara, hal ini dalam kurun
waktu 2010 s.d 2015 masih tetap di posisi tersebut, yaitu
antara 108 – 112 peringkatnya.
Dari kenyataan ini, secara tidak langsung merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan, karena sumber daya
manusia yang berkualitas salah satu produk dari hasil
pendidikan yang belum optimal. Inilah kenyataan dan inilah
tugas kita semua insan pendidikan yang perlu menjadi agen

6
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
7

of change dalam proses pembelajaran, baik inovasi


pembelajarannya maupun penggunaan teknologi yang
mendukung percepatan proses pembelajaran yang
berkualitas.

2. Hasil PISA (Programme for International Student


Assessment)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) merilis pencapaian nilai Programme for
International Student Assessment (PISA), Selasa 6
Desember 2016, di Jakarta. Release ini dilakukan bersama
dengan 72 negara peserta survei PISA. Hasil survei tahun
2015 yang di release hari ini menunjukkan kenaikan
pencapaian pendidikan di Indonesia yang signifikan yaitu
sebesar 22,1 poin. Hasil tersebut menempatkan Indonesia
pada posisi ke empat dalam hal kenaikan pencapaian murid
dibanding hasil survei sebelumnya pada tahun 2012, dari
72 negara yang mengikuti tes PISA.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Muhadjir Effendy mengungkapkan, peningkatan capaian
anak-anak kita patut diapresiasi dan membangkitkan
optimisme nasional, tapi jangan lupa masih banyak PR

7
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
8

untuk terus meningkatkan mutu pendidikan karena capaian


masih di bawah rerata negara-negara OECD. Bila laju
peningkatan capaian ini dapat dipertahankan, maka pada
tahun 2030 capaian kita akan sama dengan rerata OECD.
PISA merupakan sistem ujian yang diinisasi oleh
Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72
negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15
tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga
kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains.
PISA mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang
dapat dia lakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya. Tema
survei digilir setiap 3 tahun, tahun 2015 fokus temanya
adalah kompetensi sains.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kemdikbud, Totok Suprayitno, menyampaikan
bahwa peningkatan capaian Indonesia tahun 2015 cukup
memberikan optimisme, meskipun masih rendah dibanding
rerata OECD. Berdasar nilai rerata, terjadi peningkatan nilai
PISA Indonesia di tiga kompetensi yang diujikan.
Peningkatan terbesar terlihat pada kompetensi sains, dari
382 poin pada tahun 2012 menjadi 403 poin di tahun 2015.

8
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
9

Dalam kompetensi matematika meningkat dari 375 poin di


tahun 2012 menjadi 386 poin di tahun 2015. Kompetensi
membaca belum menunjukkan peningkatan yang signifikan,
dari 396 di tahun 2012 menjadi 397 poin di tahun 2015.
Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia 6
peringkat ke atas bila dibandingkan posisi peringkat kedua
dari bawah pada tahun 2012.
Sedangkan, berdasar nilai median, capaian membaca
siswa Indonesia meningkat dari 337 poin di tahun 2012
menjadi 350 poin di tahun 2015. Nilai matematika melonjak
17 poin dari 318 poin di tahun 2012, menjadi 335 poin di
tahun 2015. Lonjakan tertinggi terlihat pada capaian sains
yang mengalami kenaikan dari 327 poin di tahun 2012
menjadi 359 poin di tahun 2015. Peningkatan capaian
median yang lebih tinggi dari mean ini merupakan indikator
yang baik dari sisi peningkatan akses dan pemerataan
kualitas secara inklusif.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang
(Kapuspendik Balitbang) Kemendikbud mengatakan secara
konsisten terjadi peningkatan cakupan sampling peserta
didik Indonesia yaitu sebanyak 46 persen di tahun 2003
menjadi 53 persen di tahun 2006. Selanjutnya, angka

9
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
10

tersebut naik ke 63,4 persen di tahun 2012, dan menjadi


68,2 persen di tahun 2015. “Peningkatan cakupan sampling
ini merupakan bukti capaian wajib belajar 9 tahun dan
ekspansi menuju wajar 12 Tahun dan inklusi kepesertaan
murid Indonesia dalam pendidikan membuahkan hasil”
jelasnya, di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Berdasarkan waktu pembelajaran sains, seluruh
negara yang tergabung dalam OECD menunjukkan 94%
murid rata-rata mengikuti satu mata pelajaran sains dalam
seminggu. Namun, di Indonesia, sejumlah 4% murid
tercatat sama sekali tidak dituntut untuk mengikuti mata
pelajaran sains. Ketidakharusan untuk mengikuti mata
pelajaran sains lebih besar 5% di sekolah yang kurang
beruntung, dibandingkan di sekolah yang lebih maju.
Sedangkan, sekolah yang maju di Indonesia menawarkan
kegiatan kelompok belajar sains lebih banyak dibandingkan
sekolah-sekolah yang kurang beruntung. “Hanya 29%
murid yang bersekolah di sekolah yang kurang beruntung
diberi kesempatan mengikuti kelompok belajar sains,
sementara 75% murid di sekolah maju memiliki
kesempatan yang lebih banyak,” jelas Kapuspendik.

10
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
11

Hasil riset tiga tahunan ini juga mengungkapkan


adanya variasi perolehan prestasi literasi sains berdasarkan
tiga aspek. Yaitu:
Pertama, aspek peranan sekolah terbukti
berpengaruh terhadap capaian nilai sains siswa, tercatat
para siswa yang mendapat nilai tinggi untuk literasi sains
karena adanya peranan kepala sekolah, yaitu menunaikan
tanggungjawabnya atas tata kelola sekolah yang baik,
murid-muridnya tercatat mencapai nilai yang lebih tinggi
dalam hal sains. Jika proporsi kepala sekolah yang
memonitor prestasi murid-murid dan melaporkannya secara
terbuka lebih tinggi, maka angka pencapaian PISA mereka
terbukti lebih tinggi. Di sisi lain, proporsi kepala sekolah
yang mengeluhkan kekurangan materi pelajaran lebih tinggi
dari negara-negara lain, yaitu sebesar 33% di Indonesia,
17% di Thailand dan 6% di negara-negara OECD lainnya.
Kedua, aspek prestasi sains antara siswa dari
sekolah swasta dengan sekolah negeri menunjukkan
perbedaan capaian nilai yang signifikan. Sekitar 4 dari 10
siswa di Indonesia bersekolah di sekolah swasta, secara
signifikan jumlah ini lebih tinggi dari rata-rata negara OECD
dan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Murid-

11
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
12

murid Indonesia di sekolah negeri mencatat nilai 16 poin


lebih tinggi di bidang kompetensi sains, dibandingkan
rekan-rekannya di sekolah swasta, dengan
mempertimbangkan latar belakang status sosial ekonomi
mereka.
Ketiga, aspek latar belakang sosial ekonomi, dari
hasil PISA 2015 menunjukkan, 1 dari 4 responden sampel
PISA Indonesia memiliki orangtua dengan pendidikan
hanya tamat SD atau tidak tamat SD. Jumlah ini merupakan
terbesar kedua dari seluruh negara peserta. Namun jika
dibandingkan dengan siswa-siswa di negara lain yang
memiliki orang tua berlatar belakang pendidikan sama,
maka pencapaian sains murid-murid Indonesia masih lebih
baik dari 22 negara lainnya. Tercatat skor sains Indonesia
dalam PISA 2015 adalah 403, jika latar belakang sosial
ekonomi negara-negara peserta disamakan, maka
pencapaian skor sains Indonesia berada di angka 445 dan
posisi Indonesia naik sebanyak 11 peringkat.
Hal yang terpenting dari survei benchmarking
internasional seperti PISA ini adalah bagaimana kita
melakukan tindak lanjut berdasar diagnosa yang dihasilkan
dari survey tersebut. Peningkatan capaian yang terjadi

12
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
13

harus terus ditingkatkan dengan meningkatkan mutu


pendidikan di Indonesia. Bila laju peningkatan tahun 2012-
2015 dapat dipertahankan, maka pada tahun 2030 capaian
kita akan sama dengan capaian rerata negara-negara
OECD. Perlu optimis untuk terus bekerja keras.
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016).
Dari hasil PISA yang disampaikan di atas, Muhadjir
Effendi mengharapkan pada tahun 2030 capaian PISA
Indonesia akan sama dengan negara-negara peserta OECD,
oleh karena itu inovasi dan teknologi pembelajaran menjadi
salah satu indikator untuk terus dikembangkan oleh para
pendidik, dari jenjang SD sampai dengan PT.

3. Tingkat Pengangguran Terdidik


Menguasai dunia pada jaman dahulu diperlukan
kekuatan tenaga (power), tetapi di jaman era global untuk
menguasai dunia diperlukan pendidikan (ilmu). Oleh karena
itu, pendidikan hakikatnya untuk mempersiapkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang unggul, unggul dalam berbagai
bidang hidup dan kehidupan, salah satunya hasil
pendidikan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang siap
pakai di dunia industri atau dunia usaha. Namun,

13
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
14

kenyataan hasil pendidikan sampai saat ini belum


memberikan hasil yang optimal atau dengan kata lain
sangat memperihatinkan, karena berdasarkan hasil
informasi dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin
mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari
2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5%, selanjutnya
Suryamin berujar, ditinjau berdasarkan taraf
pendidikannya, persentase lulusan sekolah dasar ke bawah
yang menganggur menurun, yakni dari 3,61 % menjadi
3,44 %. "Tingkat pengangguran tertinggi adalah lulusan
sekolah menengah kejuruan dengan persentase 9,84 %,
meningkat dari 9,05 %," ujarnya. Kemudian persentase
penduduk berpendidikan diploma I, II, dan III yang
menganggur juga menurun. "Namun tingkat pengangguran
lulusan universitas malah meningkat dari 5,34% menjadi
6,22%," tuturnya.
(https://m.tempo.co/read/news/2016/05/04).
Berdasarkan data tersebut, ternyata pendidikan tidak
menjadi jaminan sebagai tempat seseorang dapat keluar
dari lingkaran pengangguran, kemudian memperhatikan
persepsi para peserta didik dan mahasiswa, ketika sedang
kuliah (belum lulus) atau setelah selesai kuliah (lulus) rata-

14
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
15

rata ingin menjadi pegawai PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau


BUMN/BUMD, atau pegawai instansi/perusahaan swasta,
padahal kita perhatikan ketika ada lowongan tersebut di
atas, jumlah yang dibutuhkan pun sangat
memperihatinkan, misal: Guru Matematika untuk SMP
dibutuhkan hanya 2 orang, sedangkan yang mendaftar bisa
mencapai 300 sampai dengan 400 orang atau dengan kata
lain persentase yang dibutuhkan (yang diterima) jauh sekali
dibandingkan prosentase yang tidak dibutuhkan (yang tidak
diterima). Akhirnya mereka tetap menjadi pengangguran
bahkan lebelnya disebut pengangguran terdidik.
Ternyata pengangguran merupakan masalah pokok
dalam suatu masyarakat modern dan harus menjadi
perhatian seluruh insan terkait, jika tingkat pengangguran
tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat
pendapatan masyarakat akan merosot. Situasi ini
menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula
pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari
bahkan akan menjadi sebuah Bom Waktu yang akan
meledak jika tidak ada penanganan sedini mungkin untuk
bisa memberikan solusi terhadap dampak dari

15
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
16

pengangguran dengan memberikan bekal pendidikan


keterampilan melalui pendidikan kewirausahaan.
Dari fenomena-fenomena tersebut di atas, untuk
mencapai percepatan mutu dari hasil pendidikan harus
diawali dengan paradigma para insan pendidikan
(khususnya Guru/Dosen atau tenaga pendidik baik formal,
non formal dan informal) dari jenjang SD sampai dengan
PT dari paradigma berpikir “bagaimana nanti” menjadi
berpikir kepada “nanti bagaimana”. Sehingga jika dengan
pola pikir “nanti bagaimana” dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi sebagai tenaga pendidik, maka akan lahir
ide atau gagasan dalam melaksanakan tugas mengajar
yang penuh rasa tanggungjawab dengan mengabaikan
seluruh kendala-kendala atau faktor-faktor penghambat.
Di samping mengembangkan ide atau gagasan dalam
berinovasi pembelajaran diperlukan juga penguasaan IT,
karena penguasaan IT bagi seorang Guru/Dosen
merupakan hal yang wajib dikuasai. Bahkan dimedia masa
telah diopinikan bahwa kecerdasan-kecerdasan yang telah
ada sampai saat ini IQ (Inteligency Question), EQ
(Emmotional Question), SQ (Spiritual Question), AQ
(Adversaiting Question) tidak akan berjalan tanpa adanya

16
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
17

kecerdasan tambahan. Kecerdasan tambahan ini adalah


penguasaan IT (Informatika Teknologi).
Karena dikecerdasan tambahan inilah akan dapat
mengembangkan bagaimana berinovasi dalam
melaksanakan pembelajaran, oleh karena itu suatu hal
yang mustahil seorang guru/dosen yang profesional tanpa
menguasai IT.
Dari paparan Bab I inilah perlunya inovasi dari
seorang tenaga pendidik untuk mencapai percepatan mutu
hasil pendidikan, baik itu di pendidikan formal
(persekolahan), non formal (luar sekolah), dan in formal
(lingkungan keluarga), tanpa adanya inovasi dalam proses
pemberian materi pelajaran/materi perkuliahan maka
bangsa kita tetap menjadi terbelakang (atau negara
berkembang). Bahkan Indonesia Emas 2045 yang sedang
digalakan oleh bangsa Indonesia, mustahil akan tercapai
jika seluruh komponen bangsa tidak menjadi agent of
change dalam setiap langkah dan gerak aktivitasnya.

17
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
18

GLOSARIUM
1. Student Center Learning (SCL) merupakan proses
pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru
(teacher centered) menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa (learner centered)
diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat
secara aktif dalam membangun pengetahuan,
sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran
yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti guru
tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik
untuk belajar.
2. agent of change adalah bentuk lain dari orang
berpengaruh dan mampu mempengaruhi sikap
orang lain untuk menerima suatu inovasi.
Pembaharuan tersebut dapat terjadi apabila
adanya inovasi, baik inovasi yang berupa
penemuan baru atau perubahan dari penemuan
yang sudah ada. (Sugito : Indonesiastudent.com)

18
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
19

BAB II
KONSEP DASAR
INOVASI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Konsep dasar dalam sosiologi adalah konsep yang
paling pokok dan penting. Dengan demikian konsep dasar
merupakan pondasi bagi siapa saja yang sedang
mempelajari sesuatu (ilmu-ilmu pengetahuan) dan dapat
dikatakan bahwa sebuah konsep dasar dalam segala
aktivitas merupakan kewajiban yang harus dipegang
sebagai landasan dalam menjalankannya. Dalam Bab ini,
kita akan mempelajari konsep dasar inovasi pendidikan.
Dengan memahami inovasi pendidikan, diharapkan dapat
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan perbedaan pengertian antara
diskoveri, invansi, dan inovasi.
2. Dapat menjelaskan kaitan antara inovasi dan
modernisasi.
3. Dapat menjelaskan pengertian inovasi pendidikan.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk
mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang
inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis

19
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
20

Anda, apalagi kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi


semakin hari semakin tidak dapat halangi kedatangannya
atau dengan kata lain kita akan tertinggal tanpa menguasai
dan menciptakan inovasi yang mengikuti perubahan jaman.
Mari kita ambil contoh jika seorang guru dijaman sekarang
ini dalam memberikan materi hanya menggunakan satu
buku teks, maka ketinggalanlah hasil pendidikannya,
karena menurut Moh. Surya (2015) dalam memberikan
kuliahnya selalu mengatakan bahwa Guru di abad 21 tanpa
menguasi IT (Informasi Teknologi) dalam berinovasi maka
guru tersebut akan serba ketinggalan dalam kancah
pendidikan.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari
bab ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Bab II ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari Bab ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-
kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam
daftar kata-kata sulit Bab ini atau dalam kamus yang
ada.

20
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
21

3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi Bab ini


melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan
secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi
terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai
pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal
pada saat tutorial.

A. Pengertian Discovery, Invantion, dan Innovation


Kata ”innovation” berasal dari bahasa Inggris yang
sering diterjemahkan segala hal yang baru atau
pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang
menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu
”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk
menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil
penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk
menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan
”invantion”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian
inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan

21
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
22

usaha pembaharuan. Untuk memperluas wawasan serta


memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu
dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invantion,
innovation, dan modernisasi sebelum membicarakan
tentang pengertian inovasi Pendidikan.
”Discovery”, ”invantion”, dan ”innovation” dapat
diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya
ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya
sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri
sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang
benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada.
Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan
maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat
menggunakan diskoveri atau invensi. Untuk jelasnya
marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu
persatu.
Perhatikan tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Pengertian Diskoveri, Invensi dan Inovasi
No Istilah Pengertian
1 Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu
(discovery) yang sebenarnya benda atau hal

22
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
23

yang ditemukan itu sudah ada,


tetapi belum diketahui orang.
Misal :
Misalnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya benua
Amerika itu sudah lama ada, tetapi
baru ditemukan oleh Columbus
pada tahun 1492, maka dikatakan
Columbus menemukan benua
Amerika, artinya orang Eropa yang
pertama menjumpai benua
Amerika.
2 Invansi adalah suatu penemuan sesuatu
(invention) yang benar-benar baru, artinya
hasil kreasi manusia. Benda atau
hal yang ditemui itu benar-benar
sebelumnya belum ada, kemudian
diadakan dengan hasil kreasi baru.
Misal:
penemuan teori belajar, teori
pendidikan, teknik pembuatan
barang dari plastik, mode pakaian,

23
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
24

dan sebagainya. Tentu saja


munculnya ide atau kreativitas
berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman, dari hal-hal yang
sudah ada, tetapi wujud yang
ditemukannya benar-benar baru.
3 Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian,
(innovation) metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang
baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invention
maupun diskoveri. Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang


pengertian inovasi dan memperluas wawasan, oleh karena
itu marilah kita perhatikan beberapa definisi inovasi yang
dibuat para ahli di bawah ini:

24
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
25

1. An innovation is an idea for accomplishing some


recognition social and in a new way or for a means of
accomplishing some social (Donald P. Ely 1982, Seminar
on Educational Change).
Jika kita perhatikan pendapat di atas, maka inovasi itu
sebuah idea tau gagasan sesorang untuk dapat
memecahkan permasalahan social dan sebagai cara
yang baru.
2. An innovation is any idea, practice, or mate artifact
perceived to be new by the relevant unit of adopt. The
innovation is the change object. A change is the altera in
the structure of a system that requires or could be
required relearning on the part of the actor (s) in
response to a situation. The requirements of the
situation often involve a res to a new requirement is an
inventive process producing an invention. However, all
innovations, since not everything an individual or formal
or informal group adopt is perceived as new. (Zaltman,
Duncan, 1977:12)
Jika kita perhatikan pengertian yang disampaikan
Zaltman dan Duncan, intinya sama bahwa inovasi adalah
sebuah gagasan atau ide menuju perubahan yang baru,

25
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
26

dimana masyarakat baik secara individu atau kelompok


belum tentu mengadopsi, oleh karena itu inovasi
diperlukan sosialisasi sehingga dapat diterima oleh
masyarakat pengguna.
3. The term innovation is usually employed in three
different contexts. In one context it is synonymeus with
invention; that is, it refers to a creative process whereby
two or more existing concepts or entities are combined
in some novel way to produce a configuration not
previously known by the person involved. A person or
organization performing this type of activity is usually
said to be innovative. Most of the literature on creativity
treats the term innovation in this fashion. (Zaltman,
Duncan, Holbek, 1973:7)
Kontek inovasi pengertian di atas menitikberakan bahwa
inovasi hasil dari sebuah kreatifitas seseorang atau
kelompok yang baru atau belum ada sebelumnya atau
belum dikenal oleh orang lain sebelumnya.
4. Innovation is ….. the creative selection, organization and
utilization of human and material resources in new and
unique ways which will result in the attainment of a

26
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
27

higher level of achievement for the defined goals and


objectives. (Huberman, 1973:5)
Inovasi di atas memberikan pengertian tentang
pemanfaatan sumber daya manusia untuk hal yang baru
kemudian dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
5. Innovation is a species of the genus “change”. Generally
speaking it seems useful to define an innovation as a
deliberate, novel, specific change, which is thought to be
more efficacious in accomplishing the goal of system.
From the point of view of this book (innovation in
education), it seem helpful to consider innovations as
being willed and planned for rather than as accruing
haphazardly. (Matthew B. Miles, 1964:14).
Definisi yang disampaikan Matthew di atas bahwa
inovasi itu merupakan sebuah perubahan yang disengaja
dan sebagai cara yang manjur dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
6. An innovation is an idea, practice, or object that is
perceived as new by an individual or other unit of
adoption. It matters little, so far as human behavior is
concerned, whether or not an idea is “objectively” new
as measured by the lapse of time since its first use or

27
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
28

discovery. The perceived newness of the idea for the


individual determines his or her reaction to it. If the idea
seems new to the individual, it is an innovation. (M.
Rogers, 1983:11).

Dari beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli


tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan
yang mendasar tentang pengertian inovasi antara satu
dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam
susunan kalimat atau penekanan maksud, tetapi pada
dasarnya pengertiannya sama. Semua definisi tersebut
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang
praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia,
yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang
baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah dalam tararan pendidikan, social dan
bermasyarakat.
Jika digambarkan dalam diagram venn kedudukan
inovasi sebagai berikut:

28
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
29

Gambar 2.1: Kedudukan Inovasi

B. Modernisasi
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam
arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti
(connotations). Istilah modern ini digunakan tidak hanya
untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik,
ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam
kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk
menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih
baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih
meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan cara baru
(modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan.

29
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
30

Berdasarkan wikipedia.org dikatakan bahwa


modernisasi atau penganyaran dalam ilmu sosial merujuk
pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang
kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih
baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat
yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Kemudian
diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam
membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota
metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena
kuda lebih modern daripada gerobak yang ditarik orang,
tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat
lebih modern daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi
dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju
atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti
lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi
kehidupan.
Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya
modernisasi adalah proses perubahan sistem sosial,

30
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
31

ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di Eropa Barat


dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan
kemudian telah berkembang pula di berbagai Negara di
Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20 berkembang pula ke
Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan
atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak
semua masyarakat berkembang dalam tahap urutan yang
sama. Jadi modernisasi pada dasarnya merupakan proses
perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika
Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa
dari dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri
mencapai status kehidupan modern.
Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama
dengan dunia dengan maksud agar dapat meningkatkan
hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun mungkin
juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais
Abraham, 1980:4). Agar lebih jelas dan lebih luas wawasan
serta pemahaman kita tentang pengertian, batasan atau
definisi modernisasi, perhatikan beberapa definisi atau
pengertian modernisasi yang dikemukakan para ahli berikut
ini.

31
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
32

1. Moore. What is involved in modernization is a “total


transformation of a traditional or pre-modern society into
the types of technology and associated social
organization that characterize the “advanced”
economically prosperous, and relatively politically
stableations of the western world. But what exactly does
(or should) modernization mean?. Unquestionably, the
people of the third world nations tend to know very well
that people in industrialized societies have a higher
standard of living, and they tend to want better services
(such as education, and medical care) and more material
wealth. Unquestionably, too, the masses and the leaders
in these countries want political and economic equality
with the other nations of the world. (Donald P Ely, 1982,
Seminar on Educational Change)
2. Everett Rogers. Modernization in the process by which
individuals change from a traditional way of life to a
more complex, technologically advanced, and rapidly
changing style of life. (Francis Abraham, 1980:5).
3. Black. Modernization is the process by which historically
evolved institutions are adapted to the rapidly change
functions that reflect the unprecedented increase in

32
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
33

man’s knowledge, permitting control over his


environment, that accompanied the scientific revolution
(Francis Abraham, 1980:5).
4. Lerner. Modernization is simply “ a secular trend
unilateral direction from traditional to participant life
ways”. (Francis Abraham, 1980:5)
5. Marion Levy, takes “the measure of modernization the
rational inanimate to animate source of power. The
higher that ratio, higher is the degree of modernization”.
(Francis Abraham, 1980:5)
6. And Chodak identifies three types of modernization,
named (1) Industrial modernization which arises out of
the necessity, (2) Acculturative modernization which is
the creation of semi-developmental, buffer culture,
which result from the super-position of the foreign
culture on the traditional culture; (3) Induced
modernization which consists of organized effort aimed
at infrastructure building and planned socio-economy
development. (Francis Abraham, 1980:5)
7. Inkeles, described modernity in terms of a number of
psychological variables that constitute a kind of

33
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
34

mentality characteristic the typical modern man (Francis


Abraham, 1980:5)

Dari beberapa definisi atau pendapat tentang


modernisasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa semuanya sependapat
modernisasi adalah proses perubahan sosial dari
masyarakat tradisional (yang belum modern) ke
masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang
sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang
sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah makmur,
bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan kebutuhan
pendidikan dan kesehatan. Perbedaan rumusan definisi
modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan
penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial
secara menyeluruh, seperti yang dikemukakan More, Black,
and Chodak, mereka ini mengartikan modernisasi sebagai
proses perubahan kehidupan masyarakat. Sedangkan
Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan
pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau
pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern.
Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi

34
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
35

sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat


yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang
sudah maju (industri). Inkeles mengemukakan secara detail
tentang ciri-ciri manusia modern, berdasarkan penelitiannya
pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara lain
ia mengemukakan bahwa ada 11 aspek yang menjadi tanda
(karakteristik) manusia modern yaitu:
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, artinya jika
menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru
yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan
selalu mau memikirkan dan kemudian mau
menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.
2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap
untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam bidang
politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita,
perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang
tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia modern
siap untuk memahami perubahan yang terjadi di
sekitarnya.
3. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya
tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada dirinya,

35
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
36

tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar


dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan
pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami
sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia
modern akan selalu berusaha memperoleh informasi
tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
kehidupannya.
5. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang
dan masa yang akan datang daripada masa yang
lampau. Manusia modern tidak hanya akan mengenang
kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif
untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang
datang.
6. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada
perencanaan baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Kehidupan manusia moden selalu direncanakan
sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang.
7. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan
manusia dan pemikiran manusia daripada takdir atau

36
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
37

pembawaan. Ia percaya bahwa manusia dapat


mengontrol kejadian di sekitarnya.
8. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan
juga menggunakannya sebagai dasar pemberian
imbalan.
9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern
memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan
dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal lebih
ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca,
menulis dan berhitung daripada untuk melaksanakan
pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan
dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk
memecahkan masalah kehidupan. Demikian pula
manusia modern akan memiliki pekerjaan yang dapat
memberi keuntungan walaupun mungkin melanggar
sangsi kepercayaan tradisional.
10. Manusia modern menyadari dan menghargai
kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah seperti
wanita, anak-anak, dan bawahannya.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern
dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan
juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari

37
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
38

suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut


menyadari akan kepentingan perusahaan).
Berdasarkan uraian tersebut kini tiba saatnya untuk
membicarakan kaitan antara inovasi dan modernisasi.
Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan
sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari
perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya
sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi
individu atau masyarakat sedangkan modernisasi
menekankan pada adanya proses perubahan dari
tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang
sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya
suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.
Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu
diadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang
baru bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu
inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide
transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti
sudah memenuhi ciri masyarakat modern yang siap
menghadapi perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi
yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora mangan

38
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
39

yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap


berkumpul dengan sesama saudara.
Dengan demikian, jika seorang sudah berpola pikir
modern, maka dia akan menerima yang namanya inovasi,
tetapi sebaliknya seorang yang masih berpikir pola
tradisional, maka inovasi sulit untuk diterima. Oleh karena
itu antara inovasi dan modernisasi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan dapat dikatakan
bahwa majunya suatu bangsa jika bangsa itu terus
melakukan inovasi-inovasi untuk memberikan yang terbaik
bagi perkembangan bangsa, karena bangsa yang
berkembang dapat dipastikan bangsa yang modern, dan
bangsa yang modern selalu berinovasi.

C. Pengertian Inovasi Pendidikan


Ibrahim (1998) mengatakan bahwa inovasi
pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau
inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi
inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk

39
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
40

mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan


masalah pendidikan.
Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat
menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan
proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat
diperoleh hasil yang Optimal, bahkan harus membuat
inovasi baik dari hal yang sudah ada atau hal-hal yang
baru.
Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh
pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill
dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/
lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill
apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di
dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan
tantangan dan hambatan yang ada.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi
pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti
sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang
lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem
pendidikan nasional. Mattew B. Miller menjelaskan
pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give

40
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
41

more concreteness the universe called ”educational


innovations” some samples are described billow. They are
organized according to the aspect of a social system which
they appear to be most clearly associated. In most cases
social system involved should be taken to be that of a
school or cell although some innovations take place within
the context of many larger systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam
setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial
sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan
perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan
pendidikan dewasa ini.
a. Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan
bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal
(orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai
dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu
guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa,
dan sebagainya.
b. Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial
tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia
yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah
kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek

41
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
42

ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah


dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan
ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa).
Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa,
perubahan besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya.
c. Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem
pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil
teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan
yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan
bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu
meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding
batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga
pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan),
perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan
CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan
sebagainya.
d. Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu
memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang
relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan
waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal
pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa

42
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
43

untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan


sebagainya.
e. Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki
rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan
komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis
sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan),
perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan
sebagainya.
f. Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur
untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan
dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum
baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran
individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
g. Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk
sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang
diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian
tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini,
misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka
diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam
media), peran guru sebagai pengelola kegiatan

43
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
44

kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan


sebagainya.
h. Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya
berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang
akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan
tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah
ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan.
Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya:
wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan
pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada
pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD
yang disempurnakan, dan sebagainya.
i. Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja).
Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan
antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian
dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya:
diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di
kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja
antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan

44
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
45

hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro


registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa,
dan sebagainya.
j. Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus
berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang
lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya:
dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah
bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen
Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama
dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
k. Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini
ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan
pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk
diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya
menggunakan pola urutan sebagai berikut:
1) Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan
perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu
penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian
terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang
sudah ada.

45
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
46

2) Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang


sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya
kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik
individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi.
Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha
mencari informasi tentang inovasi.
3) Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan
penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya
untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat
terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi,
pembiayaannya dan sebagainya.
4) Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba
menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah
memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat
diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata
berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana
dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah
direncanakan.
Berdasarkan uraian tentang konsep dasar inovasi, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam penerepannya dilapangan
dilakukan secara bertahap dari sejak punya ide/gagasan
sampai dengan melakukan percobaan yang kemudian

46
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
47

hasilnya diinformasikan kepada masyarakat untuk


diketahui, sehingga harapan sebuah inovasi akan menjadi
tumpuan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan
mutu, khususnya mutu pendidikan.
Kemudian kata inovasi sering diterjemahkan segala hal
yang baru atau pembaharuan dan kadang-kadang juga
dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang
baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering
digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris
”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan
antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena
keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi
pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti
sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang
lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem
pendidikan nasional, antara lain: pembinaan personalia,
banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik,
penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran
yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan

47
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
48

antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, serta


strategi.
Melakukan suatu inovasi dalam pendidikan memang
bukan seperti membalikan dua belah tangan, tetapi
diperlukan keuletan dan kreativitas yang tinggi. Apalagi
memperkenalkan hal-hal yang baru kepada Guru selalu
banyak tantangan serta alasan yang klasik, padahal
keberhasilan dapat diraih dengan melakukan inovasi dari
hal-hal yang terdapat pada lingkungan sekolah. Oleh
karena itu, ingin maju mari kita menjadi Agent Of
Innovation dengan memperhatikan lingkungan yang ada
serta memanfaatkan dengan keterbatasan yang ada.

48
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
49

TUGAS MANDIRI
Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif
pernyataan berikut ini.

1. Suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi


manusia merupakan arti dari:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi

2. Suatu penemuan yang sebenarnya benda atau hal yang


ditemukan itu sudah ada hanya belum diketahui orang
disebut:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi

3. Penemuan yang diadakan untuk memecahkan masalah


dalam mencapai tujuan tertentu disebut:
a. diskoveri

49
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
50

b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi

4. Proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional ke


masyarakat maju disebut:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi

5. Merupakan karakteristik manusia modern ialah


a. dorongan kuat ingin tahu
b. bersikap ramah
c. menghargai leluhur
d. menunggu perubahan

6. Contoh inovasi dalam pendidikan:


a. peningkatan mutu guru
b. penggunaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
c. pemanfaatan laboratorium bahasa
d. pengajaran kelompok

50
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
51

7. Yang bukan termasuk bentuk inovasi yaitu:


a. ide
b. barang
c. metode
d. tujuan

8. Kaitan antara inovasi dan modernisasi ialah


a. merupkan perubahan social
b. penerapan inovasi sebagai tanda terjadinya
modernisasi
c. penemuan yang benar-benar baru
d. metode yang dirasakan seseorang atau kelompok

9. Sistem pendidikan mempunyai prosedur untuk mencapai


tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan
komponen ini yaitu:
a. penggunaan kurikulum baru
b. system kenaikan pangkat
c. pemakaian media pemebeljaran
d. aturan tata tertib siswa

51
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
52

10. Yang tidak termasuk tanda-tanda masyarakat yang


modern adalah:
a. ekonomi telah makmur
b. politik stabil
c. terpenuhinya pelayanan pendidikan
d. perubahan ke arah westernisasi

52
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
53

GLOSARIUM

1. Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang


dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.
2. Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru
hasil kreasi manusia.
3. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang
sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah
ada, hanya belum diketahui orang.
4. Inovasi penemuan yang diadakan untuk memecahkan
masalah auntuk mencapai tujuan tertentu.
5. Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari
masyarakat tradisional (yang belum modern) ke
masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang
sudah modern).
6. Inovasi pendidikan adalah inovasi yang dipakai untuk
memecahkan masalah pendidikan atau untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu

53
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
54

BAB III
PROSES INOVASI PENDIDIKAN

Pengertian proses menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia adalah tuntutan perubahan dalam perkembangan
sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus. Selain itu
pengertian lain dari proses adalah rangkaian tindakan,
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus yang
dihasilkan suatu produk atau proses bisa dikatakan
kegiatan yang dilakukan secara bertahap dari awal
perencanaan sampai dengan tahap akhir penilaian.
Sedangkan menurut Soewarno Handayaningrat dalam
bukunya yang berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi
dan Manajemen” mengatakan bahwa Proses adalah
sesuatu tuntutan perubahan dari suatu peristiwa
perkembangan sesuatu yang dilakukan secara terus-
menerus. (Soewarno, 1981: 2).
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
proses itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara
kontinu dan berkesinambungan secara sistemik sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam
sebuah kegiatan. Begitupun dengan proses inovasi

54
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
55

pendidikan, hal ini bukan hal yang mudah tetapi perlu terus
melakukan proses, karena proses inovasi bukan
membalikan dua belah telapak tangan tetapi perlu
perjuangan serta motivasi yang tinggi.
Jika digambarkan dalam sebuah alur sebagai berikut:

Gambar 3.1: Flowcart Alur Suatu Proses


Nicocolo Machiavelli menyampaikan kalimat
sebagai berikut:
“Tiada pekerjaan yang lebih susah
merencanakannya, lebih meragukan akan
keberhasilannya, lebih berbahaya dalam
mengelolanya, daripada menciptakan suatu
pembaharuan ….

55
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
56

Kemudian Machiavelli mengatakan bahwa:


“Apabila lawan telah merencanakan untuk menyerang
inovator dengan mengerahkan kemarahan
pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan
dengan kemalasan, maka inovator beserta
kelompoknya seperti dalam keadaan terancam”. (The
Prince (1513) dikutip Rogers, 1983).

Pernyataan tersebut menunjukkan betapa berat tugas


inovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi.
Banyak orang mengetahui dan memahami sesuatu yang
baru tetapi belum mau menerima apalagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari
bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi
belum juga mau menerima dan mau menggunakan atau
menerapkannya. Misal ada sebuah inovasi dalam
pembelajaran, baik dari media internet atau hasil kajian
penelitian, tetapi nampaknya sebagian besar masih belum
menerimanya dengan berbagai alasan. Bahkan adanya
inovasi dalam bidang pendidikan, secara bergantian
dipanggil para guru untuk pelatihan guna mengetahui dan
memahami inovasi yang akan dilatih, namun tetap para
peserta pelatihan setelah dilatih tidak semua
mengimplementasikan dengan berbagai alasan.

56
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
57

Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul


masalah yakni bagaimana caranya untuk mempercepat
diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut
maka difusi inovasi menarik perhatian para ahli
pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam. Dalam Bab ini, Anda akan mempelajari proses
inovasi dalam pendidikan dengan memahami proses inovasi
pendidikan, Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian difusi dan diseminasi
inovasi
2. Dapat menjelaskan proses keputusan inovasi
3. Dapat menjelaskan proses inovasi pendidikan
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk
mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang
inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis
Anda. Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari
Bab ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Bab ini
sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari Bab ini.

57
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
58

2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-


kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam
daftar kata-kata sulit Bab ini atau dalam kamus yang
ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi Bab ini
melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan
secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi
terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai
pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal
pada saat tutorial.

58
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
59

A. DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI


1. Pengertian Difusi dan Diseminasi Inovasi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga
masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan
saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi
dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling
tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa
individu baik secara memusat (konvergen) maupun
memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan.
Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan
pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi. Jadi
difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikai yakni
komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang
dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).
Rogers membedakan antara sistem difusi
sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam
sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal
seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran
apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya,
dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau
pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi
desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga

59
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
60

masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang


telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi
desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen
pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang
bertanggungjawab terjadinya difusi inovasi.
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang
direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi
terjadi secara spontan, maka diseminasi dengan
perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga
direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran
inovasi penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam
proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan
ternyata dengan pendekatan keterampilan proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif
belajar. Maka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan.
Untuk menyebarluaskan cara baru tersebut, dengan cara
menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi juga
difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masing. Terjadi
saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan
pendapat antara guru tentang inovasi tersebut.
Dengan demikian berdasarkan pengertian difusi dan
disemeninasi merupakan satu kesatuan dalam proses

60
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
61

inovasi yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.


Oleh karena itu dua komponen ini sangat penting untuk
mencapai suatu inovasi.

2. Elemen Difusi Inovasi


Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi
inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran
tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota
sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diuraikan
sebagai berikut:
a. Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode
yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri
yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru disini
diartikan mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya
sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu
yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi
orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk,
manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi berarti
mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan

61
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
62

informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif


tertentu.
Rogers membedakan dua macam informasi, pertama
informasi yang berkaitan dengan pertanyaan “ Apa inovasi
(hal yang baru) itu?”, “Bagaimana menggunakannya?”,
“Mengapa perlu itu?”. Informasi yang kedua berkaitan
dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan
“Apa manfaat menerapkan inovasi?”. “Apa konsekuensinya
menggunakan inovasi?.” Jika anggota sistem sosial (warga
masyarakat) yang menjadi sasaran inovasi dapat
memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai
pertanyaan tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah
ketidak tentuan terhadap inovasi. Mereka telah
memperoleh pengertian yang mantap apa inovasi itu.
Mereka akan menerima dan juga menerapkan inovasi.
Cepat lambatnya proses penerimaan inovasi dipengaruhi
juga oleh atribut dan karakteristik inovasi.

b. Komunikasi dengan saluran tertentu


Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai
proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial,

62
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
63

sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang


lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang
menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti
dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran
informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi).
Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal
sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman
dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang
belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang
menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk
menyampaikan informasi dari seorang keorang lain. Kondisi
ke dua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi
pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk
mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media
massa seperti radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya
telah digunakan untuk menyampaikan informasi dari
seorang atau seklompok orang kepada orang banyak
(massa). Biasanya media massa digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud
agar audien (peneriam informasi) mengetahui dan

63
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
64

menyadari adanya inovasi. Sedangkan saluran interpersonal


(hubungan secara langsung antar individu), lebih efektif
untuk mempengaruhi atau membujuk seseorang agar mau
menerima inovasi, terutama antara orang yang bersahabat
atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan
saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk
beberapa orang, dengan kata lain saluran interpersonal
dapat dilakukan dalam suatu kelompok.
Bahkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
penyampaian komunikasi yang lebih cepat melalui
pemanfaatan media sosial, misal Facebook, whatApp, Line,
Instagram dan lain-lain aplikasi.
Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi
banyak orang tidak menilai inovasi secara obyektif
berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru mereka menilai
inovasi secara subyektif berdasarkan informasi yang
diperoleh dari kawannya yang telah lebih dahulu
mengetahui dan menerima inovasi. Proses komunikasi
interpersonal ini akan efektif jika sesuai dengan prinsip
homophily (kesamaan) yaitu: komunikasi akan lebih efektif
jika dua orang yang berkomunikasi itu memiliki kesamaan
seperti: asal daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat

64
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
65

pendidikan, dan sebagainya. Seandainya seseorang diberi


kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada
kecenderungan orang itu akan memilih orang yang memiliki
kesamaan dengan dirinya.
Proses komunikasi antar orang yang homophily akan
lebih terasa akrab dan lancar, gangguan komunikasi kecil
sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh individu satu
terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataannya
apa yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru
keadannya berlawanan dengan homophily yaitu
heterophily. Misalnya seorang agen pembaharu yang
bertugas di luar daerahnya. Maka dia harus berkomunikasi
dengan orang yang mempunyai banyak perbedaan dengan
dirinya (heterophily), berbeda tingkat kemampuannya,
mungkin juga beda tingkat pendidikan, bahasa, dan
sebagainya, akibatnya komunikasi kurang efektif. Kesulitan
dengan adanya perbedaan-perbedaan antara individu yang
berkomunikasi itu dapat diatasi jika ada emphaty (empati)
yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
(mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain. Dengan
kata lain empati ialah kemampuan untuk menyamakan
dirinya dengan orang lain. Heterophily yang memiliki

65
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
66

kemampuan empati yang tinggi, sebenarnya jika ditinjau


dari psikologi sosial sudah merupakan homophily.

c. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses
difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses
komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang
memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak
menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin
hal ini terjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri
sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu
merupakan aspek dari setiap kegiatan. Peranan dimensi
waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai
berikut: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaaan
seseorang terhadap inovasi, dan (3) kecepatan penerimaan
inovasi.
1. Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses sejak
seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia
memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada 5
langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu (a)
pengetahuan tentang inovasi, (b) bujukan atau imbauan,

66
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
67

(c) penetapan atau keputusan, (d) penerapan


(implementasi), dan (e) konfirmasi (confirmation).

2. Kepekaan seorang terhadap inovasi


Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial
menerima inovasi dalam waktu yang sama atau dengan
kata lain kepekaan dalam menerima sebuah inovasi.
Mereka menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada
yang dahulu ada yang kemudian. Orang yang menerima
inovasi lebih dahulu secara reletif lebih peka terhadap
inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir. Jadi
kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya
seseorang menerima inovasi dari yang lain dalam suatu
sistem sosial (masyarakat). Berdasarkan kepekaan
terhadap inovasi dapat dikategorikan menjadi 5 kategori
penerima inovasi yaitu: (a) inovator, (b) pemula, (c)
mayoritas awal, (d) mayoritas, (e) terlambat (tertinggal)

3. Kecepatan penerimaan inovasi


Manusia unik dan tidak satu pun ada yang memiliki
kemampuan sama artinya manusia berbeda-beda
karakteristiknya (Sutirna:2013), oleh karena itu, kecepatan

67
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
68

penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya


inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya
diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk
mencapai prosentase tertentu dari jumlah waktu masyarkat
yang telah menerima inovasi. Oleh karen itu pengkuran
kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan
tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga
masyarakat bukan penerimaan inovasi secara individual.

4. Warga Masyarakat
Warga Masyarakat (anggota sistem sosial) ialah
hubungan (interaksi antar individu atau orang dengan
bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai
tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu,
kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub sistem
yang lain. Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan
pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah
sakit, dan sebagainya. Semua anggota sistem sosial bekerja
sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan
ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya
anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik.

68
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
69

Jadi sistem sosial akan mempengaruhi proses difusi inovasi,


karena proses difusi inovasi terjadi dalam sistem sosial.
Proses difusi melibatkan hubungan antar individu
dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan
terpengaruh oleh sistem sosial dalam menghadapi suatu
inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses
difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi
fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.

B. PROSES KEPUTUSAN INOVASI


1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui
(dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain),
mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi,
penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi,
implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan
inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi
bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam
jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi
dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan

69
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
70

pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau


menerima inovasi dan menerapkannya.
Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan
perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah
dimulai dengan adanya ketidak tentuan (uncertainty)
tentang sesuatu (inovasi).
Misalnya kita harus mengambil keputusan antara
menghadiri rapat atau bermain olah raga, maka kita sudah
tahu apa yang akan dilakukan jika olah raga begitu pula
apa yang akan dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan
olah raga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam
mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan
sesuai dengan kondisi saat itu. Keputusan ini bukan
keputusan inovasi. Tetapi jika kita harus mengambil
keputusan untuk mengganti penggunaan kompor minyak
dengan kompor gas, yang sebelumnya belum pernah tahu
tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan
inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau
menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba
ketidak tentuan tentang kompor gas. Masih terbuka
berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih
tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya, dan

70
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
71

sebagainya. Untuk sampai pada keputusan yang mantap


menerima atau menolak kompor gas perlu informasi.
Dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak
tentuan dan berani mengambil keputusan.

2. Model Proses Keputusan Inovasi


Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari
5 tahap, yaitu (a) tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan,
(c) tahap keputusan, (d) tahap implementasi, dan (e) tahap
konfirmasi.
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap
pengetahuan yaitu tahap pada saat seseorang menyadari
adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan
memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu
inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif.
Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai
macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam
19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar
berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan

71
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
72

melihat acara tersebut kemudian sadar bahwa ada metode


baru tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai
proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan.
Sedangkan Guru B walaupun mendengar dan melihat acara
TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi
proses keputusan inovasi. Seseorang menyadari perlunya
mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan
pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan
kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaannya.
Seperti contoh Guru A tersebut, berarti ia ingin tahu
metode baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanya
inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia
merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan karena
seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya
diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang
kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu
apa yang diperlukan.
Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat
merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang
ahli, sedang guru sendiri belum tentau mau menerima
perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk
mengefektifkan pelaksanan tugasnya. Sebagaimana halnya

72
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
73

menurut dokter, kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak


menginginkannya, dan sebaliknya sebenarnya kita ingin
sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan
membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka
keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang
inovasi itu buka hanya berlangsung pada tahap
pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan
sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk
mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.

b. Tahap Bujukan (Persuation)


Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi,
seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak
menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap
pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang
kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama
bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat
menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan
mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha

73
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
74

mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan


informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung
seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat
pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam
mempengaruhi proses keputusan inovasi. Dalam tahap
persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk
mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa
datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan
penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi
dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental
itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana
pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada
konsekuensi inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama
ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak
menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasiakan
mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan
dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara
menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu
diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas
masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia
menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara
pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktek). Misalnya

74
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
75

seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara


menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan,
tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa
faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah
siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak
akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.

c. Tahap Keputusan (Decision)


Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung
jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk
menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima
inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi.
Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia
mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba
sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan
secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat
dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi
yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat
diterima. Dapat juga terjdai percobaan cukup dilakukan

75
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
76

sekelompok orang dan yang lain cukup mempercayai


dengan hasil percobaan temannya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada
setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi
penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada
awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap
persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan
sebagainya. Ada dua macam penolakan inovasi yaitu: (a)
penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui
proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau
mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan
akhir menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya
penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan,
persuasi, dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan.
Satu dengan yang lain saling berkaitan. Bahkan untuk jenis
inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi
uruatan: pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.

d. Tahap Implementasi (Implementation)

76
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
77

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi


terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap
impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental
maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide
baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya
impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi.
Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah
memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi.
Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang
tidak tersedia. Kapan tahap implementasi berakhir?
Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat
lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi
biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi
berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau
sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak
merupakan hal yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan
terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek
dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat
memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen
pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai
kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk
memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan

77
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
78

inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat


menimbulkan reinvensi.

e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)


Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari
penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan
ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang
diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi
semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung
secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima
atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang
tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha
menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha
menguranginya. Terjadinya perubahan tingkah laku
seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam
dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras
yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak
enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi
disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya
atau paling tidak menguranginya dengan cara mengubah
pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam

78
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
79

hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi


disonansi dapat terjadi:
1) Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan
dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang
inovasi. Hal ini terjadi pada tahap penegtahuan dalam
proses keputusan inovasi.
2) Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah
bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum
menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia
akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi
adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini
dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap
keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam
proses keputusan inovasi.
3) Setelah seseorang menetapkan menerima dan
menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan
cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan
inovasi (discontinuing). Ada kemungkinan lagi seseorang
telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian
diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi

79
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
80

disonansi dengan cara menerima inovasi (mengubah


keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak
meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat
pada tahap konfirmasi dari proses keputusan inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan
dengan perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara
sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu
mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan
kadang-kdanag sukar orang akan mengubah keputusan
yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun
secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena
sering terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi, maka
itu hanya berubah mencari informasi yang dapat
memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu
melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi
(selective exposure).
Untuk menghindari terjadinya dropout dalam
penerimaan dan implementasi inovasi (discontinu) peranan
agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring
dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada
informasi negatif tentang inovasi.

80
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
81

3. Tipe Keputusan Inovasi


Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang
(individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh
keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk
menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau
berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar
kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya
beberapa tipe keputusan inovasi:

a. Tipe Keputusan Inovasi Opsional


Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima
atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang
ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa
tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem
sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil
keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial atau hasil
komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial
yang lain. Jadi hakekat pengertian keputusan inovasi
opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
b. Tipe Keputusan Inovasi Kolektif

81
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
82

Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk


menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan
yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan
kesepakatan anatar anggota sistem sosial. Semua anggota
sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah
dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan waraga masyarakat
di setipa RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang
kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu
wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW
tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat
tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada
beberapa individu yang masih berkeberatan.

c. Tipe Keputusan Inovasi Otoritas


Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan
yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang atau
kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain
dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak
mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat
keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut

82
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
83

hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit


pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan
perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari
semua pegawai harus memakai seragam biru putih. Maka
semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di
perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan
rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu
dengan penuh tanggung jawab secara mandiri mengambil
keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu
memeproleh sebagian wewenang untuk mengambil
keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu
sama sekali tidak mempunyai hak untuk ikut mengambil
keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak
digunakan dalam organisasi formal, seperti peruasahaan,
sekaolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan, dan
sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering
digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani,
konsumen, atau inovasi yang sasarannya anggota
masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota
organisasi tertentu. Biasanya yang paling cepat diterimanya

83
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
84

inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas,


tetapi masih juga tergantung pada bagaimana
pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam
pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahawa
keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika
ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah
antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat
lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang digunakan untuk
menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam
waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi
penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil
(automobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt
di mobil diserahkan kepada pemiliki kendaraan yang
mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan
keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya
peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru
harus dilengkapi dengan tali pengaman.
Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman
dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap
peraturan ini, sehingga pemerintah kembali kepada

84
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
85

peraturan lama keputusan menngunakan tali pengaman


diserahkan kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).

d. Tipe Keputusan Inovasi Kontingensi


Keputusan inovasi kontingensi (contingent) yaitu
pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru
dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang
mendahuluinya. Misalnya di sebuah perguruan tinggi,
seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara
opsional untuk memakai komputer sebelum didahului
keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi
peralatan fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari
keputusan inovasi kontingen ialah digunakannya dua atau
lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani
suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan
digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.
Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses
keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontingen, dan
mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan
inovasi opsional.

85
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
86

C. PROSES INOVASI PENDIDIKAN


1. Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai
sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan
(implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses
mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan
memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu
berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi
satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang
atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama
proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi
perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu
dinyatakan berakhir.

2. Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan


Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba
mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu
selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang
terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan
pentahapan proses inovasi seperti berikut:

86
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
87

a. Beberapa Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada


Individual, antara lain:
(1) Lavidge & Steiner (1961):
- Menyadari
- Mengetahui
- Menyukai
- Memilih
- Mempercayai
- Membeli
(2) Colley (1961):
- Belum menyadari
- Menyadari
- Memahami
- Mempercayai
- Mengambil tindakan

(3) Rogers (1962):


- Menyadari
- Menaruh perhatian
- Menilai
- Mencoba
- Menerima (Adoption)

87
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
88

(4) Robertson (1971):


- Persepsi tentang masalah
- Menyadari
- Memahami
- Menyikapi
- Mengesahkan
- Mencoba
- Menerima
- Disonansi

(5) Rogers & Shoemakers (1971):

Pengetahuan

Persuasi
(Sikap)

Keputusan

Menerima Menolak
Konfirmasi

88
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
89

(6) Klonglan & Coward (1970):

Menyada
ri
Informasi

Evaluasi Menolak
Simbolik
Menerim Percobaan
a ditolak
Simbolik
Mencoba

Percobaa
n
diterima
Mengguna
kan
(7) Zaltman & Brooker (1971):

Persepsi

Memotivas
i
Menyikapi

Legimitasi

Evaluasi

Menolak Menerima
Resolusi

89
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
90

b. Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada


Organisasi, antara lain:
(1) Milo (1971):
- Konseptualisasi
- Tentatif adopsi
- Penerimaan Sumber
- Implementasi
- Institusionalisasi
(2) Shepard (1967):
- Penemuan ide
- Adopsi
- Implementasi
(3) Hage & Aiken (1970):
- Evaluasi
- Inisiasi
- Implementasi
- Routinisasi
(4) Wilson (1966):
- Konsepsi perubahan
- Pengusulan perubahan
- Adopsi dan Implementasi

90
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
91

(5) Rogers (1983):


Tahap Tahap Proses Kegiatan pokok pada
Inovasi tiap tahap proses
inovasi
I. Inisiasi (permulaan) Kegiatan pengumpulan
informasi,
konseptualisasi, dan
perencanaan untuk
menerima inovasi,
semuanya diarahkan
untuk membuat
keputusan menerima
inovasi
1. Agenda setting Semua permasalahan
umum organisasi
dirumuskan guna
menentukan kebutuhan
inovasi, dan diadakan
studi lingkungan untuk
menentukan nilai
potensial inovasi bagi
organisasi

91
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
92

2. Penyesuaian (matching) diadakan penyesuain


antara masalah
organisasi dengan
inovasi yang akan
digunakan, kenmudian
direncanakan dan dibuat
desain penerapan inovasi
yang sudah sesuai
dengan masalah yang
dihadapi
----------------keputusan untuk menerima inovasi -------------
II. Implementasi Semua kejadian,
kegiatan, dan keputusan
dilibatkan dalam
penggunaan Inovasi
3.Re-definisi/Restrukturisasi 1) Inovasi dimodifikasi
dan re-invensi
disesuaikan situasi dan
masalah organisasi
2) Struktur organisasi
disesuaikan dengan
inovasi yang telah

92
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
93

dimodifikasi agar dapat


menunjang inovasi.
4. Klarifikasi Hubungan antara inovasi
dan organisasi dirumuskan
dengan sejelas-jelasnya
sehingga inovasi benar-
benar dapat diterapkan
sesuai yang diharapkan
5. Rutinisasi Inovasi kemungkinan
telah kehilangan sebagian
identitasnya, dan menjadi
bagian dari kegiatan rutin
organisasi

(6) Zaltman, Duncan & Holbek (1973):


- Tahap Permulaan (Inisiasi)
(1) Langkah pengetahuan dan kesadaran
(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
- Tahap Implementasi
(1) Langkah awal implementasi
(2) Langkah kelanjutan pembinaan

93
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
94

Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses


inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, dan
Holbek (1973). Zaltman dan kawan-kawan membagi proses
inovasi dalam organisasi menjadi dua tahap yaitu tahap
permulaan (initiation stage) dan tahap implementasi
(implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi menjadi
beberapa langkah (sub stage).

I. Tahap Permulaan (Intiation Stage)


(1) Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau
material yang diamatibaru oleh unit adopsi (penerima
inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi masalah yang
pokok. Sebelum inovasi dapat diterima calon penerima
harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan
demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi
dalam organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada
waktu membicarakan proses keputusan inovasi, maka
timbul masalah mana yang dulu tahu dan sadar ada inovasi
atau merasa butuh inovasi. Maka Rogers dan Shoemakers
mengemukakan seperti mana dulu ayam atautelur,
tergantung situasinya. Mungkin dapat tahu dan sadar

94
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
95

inovasi baru merasa butuh atau sebaliknya. Jika kita lihat


kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan
penampilan (performance gaps) mendorong untuk mencari
cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi
sebaliknya karena sadar akan adanya inovasi, maka
pimpinan organisasi merasa bahwa dalam organisasinya
ada sesuatu yang ketinggalan. Kemudian merubah hasil
yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.

(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi


Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap
terhadap inovasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap terhadap inovasi memegang peranan yang penting
untuk menimbulkan motivasi untuk ingin berubah atau mau
menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal dari dimensi
sikap yang dapat ditunjukkan anggota organisasi terhadap
adanya inovasi yaitu:
(a) sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan
adanya:
1) kemauan anggota organisasi untuk memeprtimbangkan
inovasi.
2) mempertanyakan inovasi (skeptic)

95
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
96

3) merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan


kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsinya.

(b) memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai


dengan adanya pengamatan yang menunjukkan:
1) bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk
menggunakan inovasi.
2) organisasi telah pernah mengalami keberhasilan pada
masa lalu dengan menggunakan inovasi.
3) adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan
menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi
kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan
inovasi.

Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap


anggota organisasi terhadap proses inovasi, maka perlu
dipertimbangkan juga perubahan tingkah laku yang
diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi perbedaan
antara sikap individu terhadap inovasi dengan perubahan
tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan organisasi,
maka terjadi disonansi inovasi. Ada dua macam disonansi
yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan. Empat

96
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
97

macam tipe disonan-konsonan berdasarkan sikap individu


terhadap inovasi dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan oleh organisasi, dapat ditunjukkan dengan
bagan sebagai berikut:

Sikap anggota Perubahan tingkah laku yang


terhadap inovasi diharapkan oleh
organisasi formal

Menolak Menerima
Tidak Menyukai I. Penolak II. Penerima
konsonan disonan

Menyukai III. Penolak IV. Penerima


disonan konsonan

(Rogers and Shoemaker, 1971:31)

Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai


inovasi, tetapi organisasi mengharapkan menerima inovasi.
Sedangkan penolak disonan terjadi jika anggota
menyenangi inovasi tetapi organisasi menolak inovasi.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), lama-lama
disonansi dapat terkurangi dengan dua cara yaitu:
97
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
98

a) Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan


dengan kemauan organisasi.
b) Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan
inovasi atau menrapkan inovasi dengan penyimpangan,
disesuaikan dengan kemauan anggota organisasi Mohr
(dikutip oleh Zaltman, 1973), mengemukakan bahwa
berdasarkan hasil penelitiannya di bidang kesehatan,
menunjukkan bahwa kemauan untuk menerima inovasi
akan mengarah pada penerapan inovasi jika disertai
adanya motivasi yang tinggi untuk mau berbuat serta
tersedia bahan atau sumber yang diperlukan. Jika
persediaan sumber bahan yang diperlukan (resources)
tinggi, maka dampak terhadap motivasi untuk
menerapkan inovasi dapat lipat 4 ½ kali daripada jika
persediaan sumber bahan rendah. Jadi untuk
melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan
berbagai variabel yang dapat meningkatkan motivasi
serta tersedianya sumber bahan pelaksanaan
(resources).
c) Langkah pengambilan keputusan. Pada langkah ini
segala informasi tentang potensi inovasi dievaluasi. Jika
unit pengambil keputusan dalam organisasi menganggap

98
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
99

bahwa inovasi itu memang dapat diterima dan ia senang


untuk menerimanya maka inovasi akan diterima dan
diterapkan dalam organisasi. Demikian pula sebaliknya
jika unit pengambil keputusan tidak menyukai inovasi
dan menganggap inovasi tidak bermanfaat maka ia kan
menolaknya. Pada saat akan mengambil keputusan
peranan komunikasi sangat penting untuk memeperoleh
informaso yang sebanyak-banyaknya tentang inovasi.
Sehingga keputusan yang diambil benar-benar mantap
dan tidak terjadi salah pilih yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi organisasi.

II. Tahap Implementasi (Implementation Stage)


Pada langkah ini kegiatan yang dilakaukan oleh para
anggota organisasi ialah menggunakan inovasi atau
menerapkan inovasi. Ada dua langkah yang dilakukan yaitu:
(1) Langkah awal (permulaan) implementasi
Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan sebagian
inovasi. Misalnya setelah Dekan memutuskan bahwa semua
dosen harus membuat persiapan mengajar dengan model
Satuan Acara perkuliahan, maka pada awal penerapannya

99
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
100

setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah


dulu, sebelum nanti akan berlaku untuk semua mata kuliah.

(2) Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi


Jika pada penerapan awal telah berhasil, para anggota
telah mengetahui dan memahami inovasi, serta
memperoleh pengalaman dalam menerapkannya, maka
tinggal melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi


Pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah
suatu sub sistem dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan
dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal
tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya
akan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu
suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda
yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga
mempersiapkan generasi muda agar dapat menyiapkan diri
menghadapi tantangan kemajuan jaman. Motivasi yang
mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika

100
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
101

dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu: (a)


kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan
respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan (b)
adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga
pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial
terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.
Misalnya suatu sekolah telah dapat sukses menyiapkan
tenaga yang terdidik sesuai denagn kebutuhan masyarakat,
maka dengan tenaga terdidik berarti tingkat kehidupannya
meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga
terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak
menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu
adanya penyesuaian denagn lapangan pekerjaan. Dengan
demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat
dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif
antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Agar kita
dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan
pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan
dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a) kegiatan belajar

101
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
102

mengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem


pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).

a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar


Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan
kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai
tenaga profesional. Guru sebagai tenaga yang telah
dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola
kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan
tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam
pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar
terdapat berbagai faktor yang menyeBabkan orang
memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar
adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif,
dan kurang perhatian.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas
guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan
tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:

102
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
103

1) Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan


belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan
interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan
demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas
tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan
siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu
menghasilkan prestasi belajar yang sama jika
menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula
sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh
guru yang berbeda belum tentu dapat menghasilkan
prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut
semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru
yang professional (missal seperti memperoleh tunjangan
jabatan sertifikasi guru dalam jabatan).
2) Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan
yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak
mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan
guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari
kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di kelas
tanpa diketahui oleh guru yang lain. Dengan demikian
maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk

103
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
104

pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang


dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
3) Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka
sanagat minimal bantuan teman sejawat untuk
memeberikan bantuan saran atau kritik guna
peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang
dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan
hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh
ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan
mungkin masih banyak kekurangannya.
4) Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana
pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan
memang untuk membuat kriteria keefektifan proses
belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak
variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan
belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut
sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya APKG
(Alat Penilai Komptensi Guru).
5) Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang
berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi
fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang

104
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
105

sosial ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani


siswa dengan memperhatikan perbedaan individual satu
dengan yang lain, dalam jamjam pelajaran yang sudah
diatur dengan jadual dan dalam waktu yang sangat
terbatas.
6) Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa,
tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar
mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel,
tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan
ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang
berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak
dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan
anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
7) Guru juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa
adanya keseimbangan antara kemampuan dan
wewenangnya mengatur beban tugas yang harus
dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa
adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada
kemauan guru untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri

105
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
106

atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas


yang harus dilakukan masih terasa berat, jumlah
muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah
tugas administratif, ditambah lagi harus melakukan
kegiatan untuk menambah penghasilan karena gaji pas-
pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi
program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi
guru mengalami hambatan.
8) Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan
belajar mengajar mengalami kesulitab untuk
menentukan pilihan mana yang diutamakan karena
adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi
meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses
belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harus
menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus
diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional.
Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan
perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam evaluasi
hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan
siswa hanya mengutamakan aspek kognitif. Apa yang
harus dipilih guru? Melayani semua tuntutan?

106
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
107

Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya


kegiatan belajar mengajar, yang memungkinkan timbulnya
peluang untuk munculnya pendapat bahwa profesional
guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa
jabatan guru itu ”semi profesional” , karena jika profesional
yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya
untuk: (a) menguasai kemampuan profesional yang
ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki anggota
profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya,
diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk berbuat
profesional, ditentukan bersama antar sesama anggota
profesi. (Zaltman, Florio, Sikoski, 1977).
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan
dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
tersebut maka dapat merupakan sumber motivasi perlunya
ada inovasi pendidikan untuk mengatasi
kelemahantersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang
lain dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya
kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovai
pendidikan secara efektif.

107
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
108

b. Faktor Internal dan Eksternal


Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik
pelaksana maupun klien (yang dilayani) adalah kelompok
manusia. Perencana inovasi pendidikan harus
memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan
kelompok yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem
pendidikan).
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan
sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi
pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya
terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk
mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai
pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam
proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid
ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran
proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang
secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa
untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang
diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang
pengadaan dana. Para ahli pendidik (profesi pendidikan)

108
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
109

merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal,


seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat
secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada
juga para ahli yang di luar organisasi sekolah tetapi ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas,
inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga
pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah.
Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan dan
penelitian pendidikan, para guru besar,dosen, dan
organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah mereka
termasuk faktor internal atau eksternal agak sukar
dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga
menjadi anggota organisasi persatuan guru, yang dapat
dipandang sebagai faktor eksternal.
Yang penting untuk diketahui bahwa seorang yang
akan merencanakan inovasi pendidikan, ahrus
memperhatikan berbagai faktor tersebut, apakah itu
internal atau eksternal.

109
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
110

c. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)


Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur
dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung
jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan untuk jenjang sekolah dasar
sampai dengan pendidikan menengah, sedangkan untuk
jenjang pendidikan tinggi berada di kementerian riset,
teknologi dan pendidikan tinggi yang mengatur seluruh
sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
diberlakukan. Dalam kaitan dengan adanya berbagai
macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul
permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk
mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam
rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.
Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan
kepada guru untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya guna menghadpi tantangan kemajuan
jaman. Dampak dari keterbatasan kesempatan
meningkatkan kemampuan profesional serta keterbatasan
kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan
tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus
otoritas yang negatif.

110
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
111

Siklus otoritas yang negatif bagi guru yang


dikemukakan oleh Florio (1973) yang dikutip oleh Zaltman
(1977) adalah guru memiliki keterbatasan kewenangan dan
kemampuan profesional, menyeBabkan tidak mampu untuk
mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk
menghadapi tantanagan kemajuan jaman. Rasa
ketidakmampuan menimbulkan frustasi dan bersikap apatis
terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sikap
apatis dan rasa frustasi mengurangi rasa tanggung jawab
dan rasa ikut terlibat (komitmen) dalam pelaksanaan tugas.
Dampak dari sikap apatis, kurang semangat berpartisaipsi
dan kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas,
menyebabkan tmapak dari luar sebagai guru yang kurang
mampu atau tidak profesional. Dengan adanya tanda-tanda
bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas maka
mengurangi keprcayaan atasan terhadap guru. Dengan
adanya ras kurang percaya menyebabkan timbulnya
kecurigaan atau tidak jelasan kewenangan dan kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Karena atasan mengaanggap tidak
memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab
pengguanaan wewenang serta kemampuan profesional

111
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
112

yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian wewenang dan


kesempatan mengembangkan kemampuannya.

112
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
113

RANGKUMAN
Pemahaman terhadap proses inovasi pendidikan
berorientasi pada individu yang merupakan dasar untuk
memahami proses inovasi dalam organisasi. Melalui
pemahaman proses difusi inovasi dalam organisasi akan
mempermudah memahami proses difusi pendidikan
mengingat komponen-komponen pelaksanaan pendidikan
merupakan suatu organisasi.
Proses keputusan inovasi adalah proses yang harus
dilalui individu untuk mengambil suatu keputusan mulai
tahu adanya inovasi, dilanjutkan keputusan setuju terhadap
inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak
adanya inovasi, implementasi inovasi dan konfirmasi
terhadap keputusan inovasi yang diambilnya. Dengan
demikian keputusan inovasi merupakan perbedaan dengan
tipe keputusan yang lain dimulai adanya ketidaktentuan
dan ketidakpastian tentang sesuatu inovasi.
Pada hakekatnya yang menjadi sasaran menerima
dan menerapkan inovasi adalah adalah individu atau
priabadi sebagai anggota sistem sosial (warga masyarakat).
Maka dengan demikian maka pemahaman tentang proses
inovasi pendidikan yang berorientasi pada individu tetap

113
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
114

merupakan dasar untuk memahami proses inovasi dalam


organisasi. Dengan memahami proses difusi inovasi dalam
organisasi akan mudah untuk memahami proses difusi
pendidikan, karena pada dasarnya pelaksana pendidikan
beserta komponen-komponennya adalah suatu organisasi.

114
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
115

LATIHAN MANDIRI
Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif
pernyataan berikut ini.

1. Makna terpenting tentang difusi inovasi adalah:


a. proses komunikasi
b. proses penyebaran inovasi
c. pola berfikir dalam tindakan nyata
d. kemampuan intelektual, keterampilan, sikap, etika
dan estetika
2. Proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan
dan dikelola pelaksanaannya disebut:
a. difusi
b. diseminasi
c. inovasi
d. konsekuensi
3. Tidak termasuk elemen pokok difusi inovasi, yaitu:
a. inovasi
b. komunikasi
c. waktu
d. organisasi

115
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
116

4. Sesuatu yang baru dalam inovasi mengandung arti:


a. ketidak tentuan yang masih mengandung berbagai
macam alternative
b. rancangan ide, gagasan, kejadian, dan metode
c. desain metode yang akan didesiminasikan
d. ideal sistem sosial yang diidamkan

5. Komunikasi akan lebih efektif jika orang yang


berkomunikasi memiliki kesamaan yang disebut:
a. konfirmasi
b. homophily
c. heterophily
d. empati

6. Kesukaran komunikasi yang diseBabkan adanya


heterophily dapat dikurangi dengan adanya:
a. komunikasi
b. konfirmasi
c. disonansi
d. empati

116
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
117

7. Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi menurut


Rogers, yaitu:
a. pengetahuan-bujukan-keputusan-implementasi
konfirmasi
b. opsional-kolektif-otoritas
c. inovasi-komunikasi-waktu-sistem social
d. desain-kesadaran-evaluasi-percobaan

8. Yang mendorong diperlukannya inovasi adalah:


a. pengembangan kecakapan hidup
b. pengetahuan dan teknologi informasi
c. konprehensif dan kontinuitas
d. terdapat kesenjangan penampilan

9. Proses inovasi yang dikemukakan Zaltman, Duncan, dan


Holbek:
a. permulaan dan implementasi
b. pengetahuan dan keputusan
c. menyadari dan menerima
d. konseptualisasi dan institusiinalisasi

117
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
118

10. Sikap terhadap inovasi untuk berubah atau mau


menerima inovasi termasuk tahap:
a. pengetahuan dan kesadaran
b. pembentukan sikap terhadap inovasi
c. langkah keputusan
d. awal implementasi

118
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
119

GLOSARIUM

1. Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara


anggota sistem sosial dengan menggunakan saluran
tertentu dan dalam waktu tertentu.
2. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang
direncanakan, diarahkan dan dikelola pelaksanannya
3. Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui
atau dialami oleh individu atau unit pengambil
keputusan yang lain
4. Proses inovasi dalam organisasi ialah serangkaian
aktivitas yang dilakukan seseroang mulai dari
mengenal inovasi samapai dengan menerapkan
inovasi

119
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
120

BAB IV
KARAKTERISTIK DAN STRATEGI
INOVASI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Kita telah mengetahui bahwa inovasi termasuk bagian
dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan
bagian dari inovasi. Mengingat bahwa penyelenggara
pendidikan formal, nonformal dan informal adalah suatu
organisasi maka pola inovasi dalam organisasi yang lebih
sesuai diterapkan dalam bidang pendidikan. Namun
demikian organisasi pendidikan mempunyai karakteristik
atau keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan
organisasi yang lain di luar bidang pendidikan. Maka untuk
memperjelas wawasan tentang inovasi pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, maka Bab ini
dimulai dengan membicarakan karakteristik inovasi
pendidikan dan kemudian menjelaskan tentang bagaimana
strategi yang dapat dilakukan berdasarkan keragaman yang
ada dalam bidang pendidikan
Dalam Bab ini, Anda akan mempelajari karakteristik
dan strategi inovasi pendidikan. Dengan memahami kedua

120
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
121

hal tersebut dalam inovasi pendidikan, Anda diharapkan


dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan karakteristik inovasi pendidikan
2. Dapat menjelaskan strategi inovasi pendidikan.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk
mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang
inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis
Anda. Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari
Bab ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Bab ini
sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari Bab ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-
kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam
daftar kata-kata sulit Bab ini atau dalam kamus yang
ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi Bab ini
melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan
secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi

121
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
122

terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group


simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai
pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal
pada saat tutorial.

B. KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN


Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat
luas dipengaruhi oleh karakteristik (cirri-ciri) inovasi itu
sendiri dan karakteristik orang (manusia). Misalnya
penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean”,
dalam waktu kurang 1 sampai 5 tahun sudah merata
keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali
pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata
setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everett M.
Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi
yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya
penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan
atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor

122
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
123

status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau


karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat
tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai
dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima
tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan
alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka
tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah
digunakan oleh penerima akan cepat tersebar,
sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang
tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit
penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh

123
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
124

kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan


diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum
dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu
sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi
akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya
suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yantg dicoba
akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi
yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo
akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat
dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat
hasilnya.
5. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya
diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh
masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati
hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena
petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang
menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untu
memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang

124
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
125

diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf


untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat
segera dibuktikan karena para petani sukar untuk
melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang
tidak buta huruf lagi. Zaltman, Duncan, dan Holbek
mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan
inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi
dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam
atribut (Zaltman, 1973: 32-50).
Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan
cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita
lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan
Zaltman, sebagai berikut:
a) Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan
inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan
pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk
pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula
bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya
dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya
penggunaan Bab di sekolah dasar. Ditinjau dari
pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha
(belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena

125
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
126

pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat


disebarluaskan.
b) Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya
ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri.
Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau
hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah
dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang
pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena
hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata
dalam waktu relatif singkat.
c) Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata
pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga
terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
d) Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima
jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi
penerima inovasi
e) Mudah dikomunikasikan, Inovasi akan cepat diterima
bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima
klien.
f) Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi
tergantung dari kesesuainnya dengan nilai-nilai (value)
warga masyarakat.

126
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
127

g) Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan


oleh penerima akan cepat tersebar dengan cepat
h) Status ilmiah, Suatu inovasi yang mudah dimengerti
dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat
tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti
atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat
proses penyebarannya
i) Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat
menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru
bagi mereka
j) Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang
hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima
oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar
diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat
k) Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan
makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat
dilihat batas sebelumnya.
l) Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah
diterima apabila waraga masyarakat dikutsertakan
dalam setiap proses yang dijalani.
m) Hubungan interpesonal. Maka jika hubungan
interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya

127
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
128

untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik


maka orang yang menentang akan menjadi bersikap
lunak, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang
yang tertarik akan menerima inovasi.
n) Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus
privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk
kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada
inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok
orang saja.
o) Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan
hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi
kepada organisasi sampai organisasi mau menerima
inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat
menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan
program KB, maka diperlukan orang-orang yang
bertugas mendatangi warga masyarakat untuk
menjelaskan perlunya melaksanakan program KB.
Tersedianya penyuluh inovasi akan mempengaruhi
kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat


mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu

128
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
129

inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik


dapat menganalisa inovasi pendidikan yang sedang
disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil
analisisnya untuk membantu mempercepat proses
penerimaan inovasi.

C. STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN


1. Pengantar
Strategi bisa dikatakan siasat atau taktik, hal ini biasa
dilakukan oleh para tentara dalam melakukan perang untuk
mencapai kemenangan, dari pengertian ini akhirnya banyak
diadopsi oleh bidang-bidang lain. Dalam dunia pendidikan,
strategi untuk mencapai hasil proses pendidikan, di dalam
olah raga untuk mencapai juara. Oleh karena itu, strategi
sangat diperlukan dalam segala bidang.
Begitupun, salah satu faktor yang ikut menentukan
efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah
ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi
yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sukar untuk
memilih satu startegi tertentu guna mencapai tujuan atau
target perubahan sosial tertentu, karena sebenarnya
berbagai macam strategi itu terletak pada suatu continum

129
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
130

dari tingkat yang paling lemah (sedikit) tekanan paksaan


dari luar, ke arah yang paling banyak (kuat) tekanan
(paksaan) dari luar, dan dapat digambarkan dengan bagan
sebagai berikut:

Tekanan dari luar Tekanan dari luar


Paling lemah Paling kuat

Paksaan
Pendidikan
(power)
(educative)

Bujukan
(persuasive)

Fasilitative

(Zaltman, 1977)

Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi


tertentu ada pendidikan, bujukan, fasilitas, atau paksaan
(power), karena pada kenyataannya tidak ada batasan
yang jelas untuk membeda-bedakan strategi tersebut.
Misalnya startegi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam
strategi pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam
strategi bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan pogram

130
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
131

perubahan sosial memahami berbagai macam strategi,


akan dapat memilih dan menentukan strategi mana yang
akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan
sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia kan
mengkombinasikan berbagai macam strategi.

2. Empat Macam Strategi Inovasi


Pada kesempatan ini akan dibicarakan 4 macam
strategi perubahan sosial yaitu: strategi fasilitatif
(facilitative strategies), strategi pendidikan (reeducative
strategies), strategi bujukan (persuasive strategies), dan
strategi paksaan (power strategies).
a. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan
menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai
tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan
penyediaan fasilitas dengan maksud agar program
perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksnakan dengan tepat
jika diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika
sasaran perubahan (klien):

131
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
132

a. mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari


perlunya mencari target perubahan (tujuan).
b. merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan
c. bersedia menerima bantuan dari luar dirinya
d. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha
merubah atau memperbaiki dirinya

2) Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai


program menimbulkan kesadaran pada klien atas
tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang
diperlukan.
3) Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai
kompensasi motivasi yang rendah terhadap usaha
perubahan sosial.
4) Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat
bagi usaha perbaikan sosial jika klien menghendaki
berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan
perubahan sesuai yang diharapkan.
5) Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara
menciptakan peran yang baru dalam masyarakat jika
ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak

132
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
133

sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang


diperlukan.
6) Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai fasilitas
akan lebih lancar pelaksanaannya jika pusat kegiatan
organisasi pelaksana perubahan sosial, berada di lokasi
tempat tinggal sasaran (klien).
7) Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta
tenaga akan sangat diperlukan jika klien tidak dapat
melanjutkan usaha perubahan sosial karena kekurangan
sumber dana dan tenaga.
8) Perbedaan sub bagian dalam klien akan menyebabkan
perbedaan fasilitas yang diperlukan untuk penekanan
perubahan tertentu pada waktu tertentu.
9) Strategi fasilitatif kurang efektif jika:
a. digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang
sangat kurang untuk menentang adanya perubahan
sosial.
b. perubahan diharapkan berjalan dengan cepat, serta
tidak sikap terbuka dari klien untuk menerima
perubahan.

133
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
134

Sebagai gambaran agar dapat memahami dasar-


dasar atau pedoman penggunaan strategi fasilitatif
tersebut, marilah kita lihat bersama seandainya strategi
fasilitatif itu akan digunakan untuk memperbaharui bidang
pendidikan. Dengan adanya kurikulum baru dengan
pendekatan keterampilan proses maka perlu ada perubahan
atau pembaharuan kegiatan belajar mengajar. Jika untuk
keperluan tersebut digunakan pendekatan fasilitatif berarti
mengutamakan program pembaharuan itu dengan
menyediakan berbagai macam fasilitas dan sarana yang
diperlukan. Tetapi fasilitas dan sarana itu tidak akan banyak
bermanfaat dan menunjang perubahan jika para guru atau
pelaksana pendidikan sebagai sasaran perubahan tidak
memahami masalah pendidikan yang dihadapi, tidak
merasa perlu adanya perubahan pada dirinya, tidak perlu
atau tidak bersedia menerima menerima bantuan dari luar
atau dari lain, tidak memiliki kemauan untuk berpartisipasi
dalam usaha pembaharuan.
Dengan demikian maka sarana dan fasilitas yang ada
sia-sia. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan strategi
fasilitatif diiringi dengan program untuk membangkitkan
kesadaran pada klien (sasaran perubahan) akan perlunya

134
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
135

perubahan serta perlunya memanfaatkan semaksimal


mungkin fasilitas dan bantuan tenaga yang disediakan.
Demikian pula seandainya dalam pembaharuan
kurikulum tersebut disediakan berbagai macam fasilitas
media instruksional dengan maksud agar pelaksanaan
kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses
dapat lancar, tetapi ternyata para guru sebagai sasaran
perubahan belum memiliki kemampuan untuk
menggunakan media, maka perlu diusahakan adanya
kemampuan atau peranan yang baru yaitu sebagai
pengelola atau sebagai pemakai media institusional. Apalagi
jika fasilitas disediakan sedangkan sebagian besar sasaran
perubahan menolak adanya pembaharuan, maka jelas
bahwa fasilitas itu akan sia-sia.

b. Strategi Pendidikan
Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan
atau pengajaran kembali (re-education) (Zaltman, Duncan,
1977:111). Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk
mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan menggunakan
strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan
sosial dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud

135
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
136

orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk


menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dengan dasar
pemikiran bahwa manusia akan mampu untuk
membedakan fakta serta memilihnya guna mengatur
tingkah lakunya apabila fakta itu ditunjukkan kepadanya.
Zaltman menggunakan istilah ”re-education” dengan alasan
bahwa dengan strategi ini mungkin seseorang harus belajar
lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah
dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap
yang baru. Dengan menggunakan strategi pendidikan
berarti tidak menutup kemungkinan untuk digunakannya
strategi yang lain sesuai dengan keperluan. Agar
penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara
efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat
dalam kondisi dan situasi sebagai berikut:
a. apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak
harus terjadi dalam waktu yang singkat (tidak ingin
segera cepat berubah)
b. apabila sasaran perubahan (klien) belum memeiliki
keterampilan atau pengetahuan tertentu yang

136
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
137

diperlukan untuk melaksanakan program perubahan


sosial.
c. apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan
yang kuat oleh klien terhadap perubahan yang
diharapkan.
d. apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya
mendasar dari pola tingkah laku yang sudah ada ke
tingkah laku yang baru.
e. apabila alasan atau latar belakang perlunya
perubahan telah diketahui dan dimengerti atasa
dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan
adanya kontrol dari klien.

2) Strategi pendidikan untuk melaksanakan program


perubahan akan efektif jika:
a. digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang
perlu dikuasai untuk digunakan sebagai dasar
tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan
perubahan sosial yang akan dicapai.
b. disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya
dengan adanya: sumbangan dana, donatur, serta
berbagai penunjang yang lain. digunakan untuk

137
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
138

menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau


kembali ke keadaan sebelumnya.
c. digunakan untuk menanamkan pengertian tentang
hubungan antara gejala dan masalah, menyadarkan
adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah
yang dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya
perubahan.

3) Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:


a. tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang
kegiatan pendidikan
b. digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi
yang lain.

c. Strategi Bujukan
Program perubahan sosial dengan menggunakan
strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan
sosial dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran
perubahan (klien), mau mengikuti perubahan sosial yang
direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk mengikuti
perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong,
atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan.

138
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
139

Strategi bujukan dapat berhasil berdasarkan alasan yang


rasional, pemberian fakta yang akurat, tetapi mungkin juga
justru dengan fakta yang salah sama sekali (rayuan
gombal). Tentu saja yang terakhir ini hasilnya tidak akan
tahan lama bahkan untuk selanjutnya akan merugikan.
Strategi bujukan biasa digunakan untuk kampanye
atau reklame pemasaran hasil perusahaan. Demikian pula
sering terjadi dalam komunikasi antar individu di
masyarakat, walaupun kadang-kadang tanpa disadari
bahwa dia melakukan atau menggunakan strategi bujukan.
Untuk berhasilnya penggunaan strategi bujukan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran
perubahan):
a. tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial
b. berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam
proses pengambilan keputusan untuk menerima atau
menolak pperubahan sosial.
c. diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang
perubahan dari suatu kegiatan atau program ke
kegiatan atau program yang lain

139
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
140

Strategi bujukan tepat digunakan jika:


1) masalah dianggap kurang penting atau jika cara
pemecahan masalah kurang fektif.
2) pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol
secara langsung terhadap klien.
3) sebenarnya perubahan sosial sangat bermanfaat tetapi
menganggap mengandung suatu resiko yang dapat
menimbulkan perpecahan.
4) perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan
tidak dapat diamati kemanfaatannya secara langsung.
5) dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap
perubahan pada saat awal diperkenalkannya perubahan
sosial yang diharapkan.

d. Strategi Paksaan
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan
menggunakan strategi paksaan, artinya dengan cara
memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan
perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil
target yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan
paksaan tergantung daripada hubungan kontrol antara
pelaksana perubahan dengan sasaran (klien). jadi ukuran

140
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
141

hasilnya target perubahan tergantung dari kepuasan


pelaksanaan perubahan. Sedangkan kekuatan paksaan
artinya sejauh mana pelaksana perubahan dapat memaksa
klein tergantung dari tingkat ketergantungan klien dengan
pelaksana perubahan. Kekuatan paksaan juga dipengaruhi
berbagai faktor antara lain: ketatnya pengawasan yang
dilakukan pelaksana perubahan terhadap klien. Tersedianya
berbagai alternatif untuk mencapai tujuan perubahan, dan
juga tergantung tersedianya dana (biaya) untuk menunjang
pelaksanaan program, misalnya untuk memberi hadiah
kepada klien yang berhasil, atau menghukum yang tidak
mau dipaksa.
Penggunaan strategi paksaan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi
klien terhadap proses perubahan sosial rendah dan tidak
mau meningkatkan partisipasinya.
2) strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak
merasa perlu untuk berubah atau tidak menyadari
perlunya perubahan sosial.
3) strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki
sarana penunjang untuk mengusahakan perubahan dan

141
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
142

pelaksana perubahan juga tidak mampu


mengadakannya.
4) strategi paksaan tepat digunakan jika perubahan sosial
yang dharapkan harus terwujud dalam waktu yang
singkat. Artinya tujuan perubahan harus segera tercapai.
5) strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi
usaha penolakan terhadap perubahn sosial atau untuk
cepat mengadakan perubahan sosial sebelum usaha
penolakan terhadapnya bergerak.
6) strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk
mau menerima perubahan sosial artinya sukar
dipengaruhi
7) strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin
keamanan percobaan perubahan sosial yang telah
direncanakan.

Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering


juga dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi,
disesuaikan dengan tahap pelaksanaan program serta
kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya proses
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
perubahan sosial. Dalam buku yang ditulis oleh J. Loyd

142
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
143

Trum dan William Geogiades yang berjudul ”How to Change


Your School” (1978) diuraikan tentang petunjuk penerapan
inovasi pada suatu sekolah. Uraian ini akan membantu jika
mengalami kesukaran untuk menentukan teknik dan
strategi mana yang paling tepat untuk memperbaiki
sekolah. Misalnya untuk menjawab pertanyaan antara lain:
Perubahan apa yang tepat untuk meningkatkan mutu
sekolah kita? Inovasi yang mana yang tepat untuk
diimplementasikan? Data apa saja yang diperlukan untuk
menunjukkan pengaruh inovasi terhadap program sekolah,
siswa, guru, administrator, dan orang tua serta warga
masyarakat yang dilayaninya?
Petunjuk penerapan inovasi pada suatu sekolah dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi
yang akan diterapkan.
Apa yang diperlukan sehingga perlu ada perubahan?
Adakah hal-hal lain yang ikut menunjang penerapan
inovasi? Untuk mempermudah perumusan tentang
kebutuhan dan inovasi yang akan diterapkan, disarankan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah Anda akan:

143
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
144

a. mengatur sistem kepenasehatan siswa?


b. mengubah cara kerja konselor?
c. mengumpulkan data untuk digunakan sebagai bahan
mendiagnosa dirinya sendiri (self-diagnosis) oleh siswa,
guru, dan supervisor yang memeprhatikan bagaimana
kelompok menggunakan waktu, dalam kegiatan apa
saja, dimana kegiatan dilakukan, dengan siapa
dilakukan, dan apa hasilnya, dengan tujuan agar dapt
mengadakan rediagnosa untuk mencapai perubahan
yang konstruktif?
d. mengembangkan pembagian tugas dewan guru dalam
menunjang kelancaran program sekolah (kejelasan
tugas wakil kepala sekolah bidang pengajaran,
kesiswaan, sarana, dan sebagainya)?
e. mengembangkan sistem pengelolaan seekolah agar
program sekolah dapat berjalan secara efektif di bawah
pimpinan kepala sekolah?
f. membagi wewenang dan tanggung jawab kepala
sekolah kepada para guru, sehingga semua merasa ikut
bertanggung jawab atas baik dan buruknya sekolah?

144
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
145

g. mengusahakan lebih produktif lagi dalam hal


mendayagunakan waktu, uang, fasilitas, personal dan
berbagai macam sumber yang lain?
h. mengembangkan cara menilai program sekolah yang
lebih reliabel dan valid (lebih andal dan shahih)?
i. membantu orang tua murid atau yang lain untuk
mengembangkan sikap positif terhadap program sekolah
dengan cara meningkatkan saling pengertian serta ikut
berpartsiapsi secara positif dalam kebiajakn dan
prosedur untuk memperbaiki sekolah?
j. menambah, mengurangi atau merubah persyaratan
kurikulum?
k. menambah jumlah dan macam mata pelajaran pilihan?
l. mengadakan minicourses (kursus singkat) atau
menambah apa yang sudah ada?
m. memiliki pengalaman yang lebih mendalam lagi tentang
belajar jarak jauh?
n. menyarankan lebih banyak lagi atau dikurangi
pemberian pekerjaan rumah bagi siswa?
o. mengadakan studi tentang bagaimana hubungan antara
jumlah uang yang digunakan di sekolah dengan
peningkatan produktivitas yang dicapai setiap orang?

145
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
146

p. mengubah tahun ajaran sekolah menjadi lebih lama atau


lebih pendek.
q. memperluas penggunaan sistem kredit?
r. mengubah peraturan kehadiran guru dan siswa agar
mereka dapat bekerja dengan tempat yang memadai?
s. menghubungkan antara besar kecilnya jumlah anggota
kelompok siswa dengan tujuan instruksional?
t. menambah atau mengurangi jumlah siswa yang akan
diterima di sekolah?
u. mengubah model bangunan gedung sekolah agar dapat
mendayagunakan berbagai fasilitas yang ada dengan
efisien dan efektif?
v. menambah atau mengubah sesuati yang lain dalam arti
mengusahakan agar lebih sesuai dengan kebutuhan
lokal, permasalahan yang ada, kesempatan yang
tersedia, dan personal yang ada?

Berikut ini ada beberapa pertanyaan penuntun untuk


mempermudah anda membuat keputusan tentang apa
yang harus anda lakukan untuk meningkatkan mutu
sekolah:

146
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
147

a) Apakah anda secara pribadi menggunakan cara


pendekatan komunikasi dua arah untuk memberikan
motivasi kepada guru, siswa, orang tua murid, warga
masyarakat, dan juga pegawai kantor (tata usaha) untuk
mencari cara yang tepat guna meningkatkan efektivitas
proses belajar mengajar?
b) Apakah anda dengan rekan-rekan telah
mempertimbangkan sejumlah besar alternatif dari segala
macam aspek persekolahan yang mungkin perlu
dilengkapi atau disempurnakan?
c) Adakah kebutuhan siswa, guru, dan orang di luar
sekolah yang saat ini belum dilayani oleh program
sekolah?
d) Data apa yang telah dimiliki atau mungkin akan segera
diperoleh yang akan membantu untuk memberikan
motivasi perlunya ada inovasi?
e) Bagaimana anda akan menentukan inovasi yang
mungkin dapat diterapkan dan mudah menanganinya
sesuai dengan situasi di sekolah?
f) Langkah positif yang mana yang dapat dilakukan untuk
menekan oposisi (perlawanan) yang selalu muncul

147
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
148

dalam berbagai macam bentuk dan tingkatan jika anda


mengadakan perubahan atau inovasi?
g) Bagaimana anda akan bersikap dalam situasi yang tidak
dapat diatasi atau merupakan dilema dan sukar
diselesaikan?
h) Maukah anda secara pribadi menerima beban tanggung
jawab untuk bekerjasama dengan orang lain dalam
usaha menerapkan inovasi di sekolah dimana anda
bekerja?

(2) Gunakan metode atau cara yang memberi


kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif
dalam usaha merubah pribadi maupun sekolah.
Sebenarnya inovasi disekolah dengan mudah
diterapkan jika para kepala sekolah, guru, siswa, dan warga
sekolah lainnya mau untuk melakukan inovasi yang
diharapkan. Merubah sekolah sebenarnya merubah orang
yang berada di sekolah. Berikut ini akan diuraikan tentang
bagaimana guru dan kepala sekolah yang akan
mengadakan pembaharuan atau menerapkan inovasi.
1) Tujuan diadakannya inovasi pelu dimengerti dan
diterima oleh guru, siswa, serta orang tua dan juga

148
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
149

masyarakat. Harus dikemukakan dengan jelas mengapa


perlu ada inovasi. Demikian pula tujuan inovasi
hendaknya dapat dirumuskan dengan jelas baik
pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Jika semua tujuan
dapat ditunjukkan dengan jelas, maka guru, siswa, dan
orang tua siswa akan mudah memahami apa yang
diharapkan oleh inovator. Usaha untuk memperjelas
informasi inovasi ini perlu mendayagunakan segala
fasilitas yang ada.
2) Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan
rangsangan agar mau menerima inovasi. Motivasi
dengan ancaman, dengan mengajak agar orang
mengikuti yang dilakukan oleh orang lain, atau dengan
menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum
tentu dapat berhasil. Kepandaian untuk menganalisa
tujuan serta potensi hasil inovasi sangat diperlukan
untuk memberikan motivasi yang tepat. Apakah tujuan
memang merupakan hal yang sangat perlu atau hanya
merupakan hal yang pantas untuk dicapai. Orang yang
akan memberikan motivasi kepada orang lain harus
memperhatikan adanya perbedaan individual. Usaha

149
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
150

penerapan inovasi harus dapat diterima oleh guru, dan


siswa sebagai anggota masyarakat sekolah.
3) Harus diusahakan agar individu ikut berpartisipasi dalam
mengambil keputusan inovasi. Guru, siswa, maupun
orang tua siswa, diberi kesempatan ikut berperan dalam
mengambil keputusan menerima atau menolak inovasi.
Mereka diberi kesempatan memikirkan, mendiskusikan,
dan mempertimbangkan perlunya inovasi. Untuk
keperluan itu perlu dipersiapkan berbagai alternatif
bagaimana cara pemecahan masalah atau memenuhi
kebutuhan yang diperlukan. Usahakan pemberian
informasi yang sejelas-jelasnya tentang inovasi (apa,
mengapa, dan bagaimana), dengan menggunakan
berbagai macam fasilitas dan media yang ada. Demikian
pula perlu dikumpulkan data tentang kondisi dan situasi
sekolah yang berkaitan dengan inovasi, kemudain data
dianalisa untuk menentukam cara atau prosedur yang
tepat dalam penerapan inovasi.
4) Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan
program inovasi. Kejelasan tujuan dan cara menilai
keberhasilan penerapan inovasi, merupakan motivasi
yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan inovasi.

150
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
151

Disamping keempat hal tersebut perlu diperhatikan


juga tentang urutan langkah pelaksanaan program
hendaknya dibuat dengan fleksibel. Artinya jadwal kegiatan
disusun disesuaikan dengan menginagt perbedaan
individual baik dalam kemampuan, kesmepatan, dan
kesibukan. Mereka diharapkan dapat menyadari bahwa
dalam melaksanakan kegiatan tidak harus dalam jumlah
waktu yang sama dan dengan jenis kegiatan yang sama.
Yang sangat penting dibuat ialah kejelasan pembagian
tugas. Harus jelas terjadual: siapa harus mengerjakan apa
dan kapan serta dimana. Dalam manejemen terkenal
dengan menggunakan pendekatan PERT (program-
evaluation-review-technique). Perlu juga dipikirkan tentang
kemungkinan terjadi penyimpangan atau kegagalan, dan
dipersiapkan cara menghindari atau menekan sekecil
mungkin terjadinya penyimpangan penerapan inovasi.

(3) Gunakan berbagai macam alternatif pilihan


(option) untuk mempermudah penerapan inovasi.
Hal ini dikemukakan berdasarkan pemikiran bahwa
yang menerapkan inovasi baik guru maupun siswa memiliki

151
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
152

perbedaan individual. Jika suatu menghendaki


keseragaman untuk semua orang tentu akan mengalami
kesukaran. Tetapi makin banyak memberikan peluang
untuk memilih berarti akan makin memberikan peluang
untuk ikut mengambil bagian sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Misalnya inovasi kurikulum akan mudah
diterapkan jika memberikan berbagai alternatif tentang
pemilihan mata pelajaran, ada yang wajib ada yang pilihan.
Demikian pula cara menilai atau penggunaan metode,
makin banyak pilihan yang disediakan guru makin
mendapat kesempatan untuk mau melaksanakan sesuai
dengan kemampuan dan situasi kondisi setempat.

(4) Gunakan data atau informasi yang sudah ada


untuk bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan dan penerapan inovasi.
Sebelum memulai merumuskan ide inovasi perlu
diketahui terlebih dahulu dengan berdasarkan data yang
akurat tentang kondisi dan situasi yang ada di sekolah.
Kemudian mencoba mencari masalah apa yang sebenarnya
dihadapi sekolah itu? Apakah dengan inovasi kurikulum,
metode mengajar, penggunaan media, evaluasi, dan

152
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
153

sebagainya benar-benar akan memecahkan permasalahan?


Atau sebaliknya menjadi masalah? Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi dan kemungkian
memecahkannya, kemudaian dibuatkan urutan prioritas
mana yang harus diusahakan terlebihdulu. Demikian pula
untuk melancarkan pelaksanaan inovasi, perlu
menggunakan data hasil penelitian dan informasi dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya. Misalnya dari
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang
positif anatra tingkat kesejahteraan dan penerimaan
inovasi. Makin sejahtera kehidupan seseorang makin muda
menerima inovasi. Mungkin karena orang yang mampu
makin berani mengambil resiko, atau mungkin karena
inovasi itu memerlukan biaya maka yang mampu tentu saja
lebih mudah menerima karena mampu membiayai.
Berdasarkan data tersebut maka perlu dipertimbangkan
penerapan inovasi di sekolah dengan melihat kemungkinan
pelaksanaan program kegiatannya berdasarkan
kemampuan atau kondisi sekolah tersebut. Usahakan cara
yang paling sesuai dengan keadaan lingkungan.

153
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
154

(5) Gunakan tambahan data untuk mempermudah


fasilitas terjadinya penerapan inovasi.
Perubahn atau inovasi di sekolah memerlukan
perspektif yang sangat luas. Berbagai data dari berbagai
bidang dan sudut pandang perlu didayagunakan. Misalnya
untuk mengadakan perubahan tentang cara belajar siswa
perlu diketahui tentang data hasil penilaian setiap siswa
untuk setiap bidang studi, dan juga tentang kemampuan
setiap siswa secara keseluruhan dibandingkan dengan
kemampuan teman yang lain.
Data-data lain yang biasa diperlukan dalam
penerapan inovasi di sekolah
antara lain:
a. pemahaman dan partisipasi individu terhadap program
yang ada
b. pengertian tentang program yang baru
c. tingkat kemajuan tentang program baru
d. analisis kemudahan dan kesukaran untuk mencapai
tujuan
e. penilaian terhadap bahan media instruksional yang
diproduksi sekolah
f. jumlah dan macam diagnostik tes dari siswa

154
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
155

g. perubahan penampilan (performance) siswa berdasarkan


instrumen yang telah dibakukan
h. perubahan isi kurikulum dan organisasi kurikulum
i. pandangan para ahli tentang hasil pengamatannya
terhadap program baru.

Perlu diperhatikan juga hubungan inovasi dengan


lembaga-lembaga di luar sekolah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pendidikan. Perubahan atau inovasi di sekolah
dapat menimbulkan pertanyaan atau mungkin mendapat
tantangan dari berbagai pihak, misalnya pemerintah
daerah, universitas, organisasi guru, dan sebagainya. Maka
sebelum mengadakan inovasi badan atau lembaga di luar
sekolah yang ada hubungannya dengan aturan atau
pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan perlu dihubungi
dan diberi penjelasan lebih dahulu.

(6) Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah


atau lembaga yang lain.
Pengalaman sekolah yang telah menerapkan inovasi
dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan pelaksanaan inovasi di sekolah.

155
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
156

Meskipun penentuan apa yang harus dilakukan harus


berdasarkan kondisi dan situasi di sekolah sendiri. Ada
sepuluh hal yang dapat dipakai untuk melancarkan
penerapan inovasi di sekolah sebagai berikut:
a) Gunakan guru penasehat. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan setiap kelompok memiliki guru
penasehat tersendiri. Guru penasehat akan membantu
siswa dalam melaksanakan program belajarnya.
b) Sediakan pilihan (option). Dalam pengelolaan program
belajar perlu disediakan berbagai macam pilihan baik
mengenai mata pelajaran yang harus diambil ataupun
cara belajarnya. Makin banyak pilihan berarti makin
melayani adanya perbedaan individual anak.
c) Mengembangkan material (bahan media). Sebagai
konsekuensi dengan adanya pilihan cara belajar perlu
dikembangkan berbagai macam media instruksional.
d) Merevisi kurikulum dengan menggunakan mini courses
(kursus singkat). Dalam pelaksanaan revisi kurikulum
digunakan dengan kursus dalam berbagai aspek
kurikulum. Kursus singkat tentang penilaian, cara
membuat persiapan, cara menyusun tes, dan
sebagainya.

156
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
157

e) Membuat tempat belajar yang lebih baik dalam gedung


yang ada. Agar siswa dapat belajar dengan tenang perlu
disediakan tempat-tempat belajar khusus dalam gedung
yang ada. Misalnya dibuatkan ruang tempat belajar
sendiri, tempat belajar kelompok, dan sebagainya.
f) Buatlah jadual yang fleksibel. Tidak harus semua
kegiatan dengan jadual jam yang sama. Untuk pelajaran
yang banyak menggunakan latihan/praktek perlu waktu
yang lebih lama dari pelajaran yang hanya dengan
ceramah, dan sebagainya.
g) Ditingkatkan penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Banyak keadaan atau alam yang ada di sekitar
dapat didayagunakan sebagai sumber belajar. Siswa
diberi tugas untuk mengamati dan mengadakan
wawancara dengan warga masyarakat dalam melakukan
kegiatan belajar.
h) Diadakan penilaian program penerapan inovasi.
i) Diadakan penilaian dan pelaporan hasil belajar siswa.
Dengan laporan dapat diketahui sejauh mana hasil
penerapan inovasi terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa.

157
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
158

j) Dibuat team supervisi. Untuk mengawasi kegiatan dibuat


team yang tiap anggota bertugas untuk mengawasi
bidang tertentu, keamanan, ketertiban, kebersihan, dan
sebagainya. Kepla sekolah dapat mencurahkan
pengawasan pada kegiatan belajar mengajar.

(7) Berbuatlah secara positif untuk mendapatkan


kepercayaan
Dunia pendidikan sangat berat menghadapi
tantangan perubahan jaman. Dunia komersial
menghabiskan jutaan dolar untuk merubah kebiasaan
masyarakat, dan dikalangan politik menghabiskan sejumlah
besar uang untuk menjaga kestabilan kekuasaan dan
pemerintahan, tetapi di dunia pendidikan sukar untuk
memperoleh dana guna mengadakan pembaharuan.
Namun demikian pimpinan pendidikan harus melakukan
langkah atau mensukseskan usahanya yaitu:
a) Kepala sekolah harus benar-benar memahami apa yang
perlu dilakukan untuk perbaikan sekolahnya.
b) Kepala sekolah harus menghayati kenyataan bahwa
inovasi memang perlu diadakan untuk perbaikan.

158
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
159

c) Kepala sekolah harus yakin bahwa memang sekolah ini


tepat untuk menerapkan inovasi. Inovasi dapat
dilakukan di sekolah ini.
d) Kepala sekolah harus banyak mencurahkan waktu dan
tenaganya baik untuk kegiatan di sekolah, di luar
sekolah, dan si masyarakat yang memerlukan
tenaganya, guna menjalin hubungan yang akrab dengan
segala pihak, agar mau mengerti dan memebrikan
bantuan untuk kelancaran program inovasi. Tidak
mungkin inovasi akan berhasil jika kepala sekolah hanya
duduk di kantornya, tanpa mau berbuat dengan cepat
dan tepat sesuai dengan keperluan.

(8) Menerima tanggungjawab pribadi.


Termasuk kelompok yang manakah anda? Apakah
anda termasuk kelompok yang memuja masa depan
dengan penuh gagasan indah yang belum terlaksanakan?,
Apakah anda termasuk kelompok pengenang hari indah di
masa lalu dan berdoa semoga kejayaan masa lalu akan
kembali?, atau termasuk kelompok yang hanyut pada
kesukaan masa kini?. Kelompok-kelompok itu rupanya tetap
ada di masa kini dan mengelilingi kehidupan kita. Dan

159
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
160

bagaimana tentang anda. Dimanakah anda harus berada


dari kontinum ketiga kelompok itu? Anda perlu
mendapatkan tempat dan juga peranan kepala sekolah
anda dalam masyarakat yang sedang mengalami
perubahan dengan sangat cepat. Kepala sekolah, guru, dan
siswa akan menjumpai tantangan yang sangat komplek
pada tingkat dimana mereka bekerja atau belajar.
Tujuannya ialah bukan untuk menciptakan kesukaran
dalam hidup, walaupun itu juga perlu dan memang
merupakan kenyataan, tetapi tujuan yang hendaknya
dikejar ialah mencapai kepuasan yang diperoleh karena
telah berbuat sesuatu yang sifatnya konstruktif untuk
membantumembangun dunia indah di masa kini dan masa
yang akan datang.

(9) Usahakan adanya pengorganisasian kegiatan


yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan
yang efektif.
Problem yang dihadapi oleh kepala sekolah sangat
kompleks. Perlunya kepemimpinan yang mantap dan
konsisten dewasa ini sangat terasa karena kepala sekolah
selalu dikepung oleh berbagai macam tantangan. Baik dari

160
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
161

pemerintah berupa instruksi atau peraturan-peraturan yang


harus dilaksanakan, dari organisasi guru berupa saran
perbaikan, dari kelompok masyarakat atau persatuan orng
tua siswa berupa permintaan peningkatan kualitas hasil
pendidikan di sekolah, atau mungkin juga dari berbagai
yayasan pendidikan. Namun demikian banyak juga kepala
sekolah yangtetap bersikap positif dan mampu
melaksanakan kepemimpinan yang produktif, disela-sela
berbagai macam tantangan dan permasalahan yang harus
dipecahkan. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan
program inovasi dengan efektif dalam menghadapi
berbagai macam tantangan tersebut, perlu digunakan
sistem pengorganisasian yang tepat. Berdasarkan
pengalaman para pelaksana ”Model Schools Project” di
Amerika Serikat, disarankan digunakannya ”Team
Manajemen Pengawasan” (Supervisory – Management = S
– M Team). Ada dua elemen dasar dalam team S – M untuk
meningkatkan kepemimpinan sekolah. Pertama, peranan
kepemimpinan harus disebarluaskan melalui perluasan
konsep team manajemen-pengawasan. Kedua, team S – M
harus menggunakan pendekatan partisipatif dalam

161
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
162

membina hubungan dengan segenap personal di sekolah


maupun dengan warga masyarakat.
Untuk sekolah yang kecil atau struktur organisasinya
tanpa ada bagianbagian, maka semua guru atau personel
sekolah ikut sertakan dalam pembuatan perencanaan,
pembuatan keputusan serta menilai perkembangan serta
bagian program pendidikan. Pada sekolah yang besar
pejabat bagian pendidikan (eduactional department)
bekerja sama dengan team S – M, untuk menunjukkan
minat guru serta memperhatikan fungsi manajemen-
pengawasan pada semua sekolah. Kegiatan untuk
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar,
dilakukan oleh semua personalia sekolah, sesuai dengan
bidang garapannya masing-masing.

(10) Mencari jawaban atas beberapa pertanyaan


dasar tentang inovasi di sekolah
Tujuan utama inovasi di sekolah ialah untuk
meningkatkan kualitas sekolah. Tanda-tanda sekolah yang
kualitasnya baik antara lain proses belajar mengajar efektif,
prestasi hasil belajar siswa tinggi, para guru memepunyai
waktu yang cukup banyak serta kondisi yang baik

162
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
163

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, kepala


sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk
bekerja lebih akrab dengan siswa dan guru serta selalu
berusaha untuk memperoleh balikan guna meningkatkan
kualitas sekolah. Setiap orang yang bekerja di sekolah
melakukan tugasnya sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mengembangkan karirnya.
Inovasi atau perubahan di sekolah seharusnya untuk
meningkatkan kualitas sekolah, tetapi sering terjadi
perubahan sekolah diadakan dengan tujuan yang tidak
benar yaitu untuk membantu kelompok orang tertentu
dengan biaya atas nama sekolah. Kejadian sperti itu harus
dihindari jangan sampai terjadi, karena akan sangat
merugikan nama sekolah. Inovasi diadakan untuk
kemajuan sekolah.

163
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
164

RANGKUMAN
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat
luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri.
Rogers mengemukakan 5 macam karakteristik inovasi
yaitu: keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas,
triabilitas, dan dapat diamati. Demikian berbagai macam
atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau
lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami
atribut tersebut para pendidik dapat menganalisa inovasi
pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat
memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu
mempercepat proses penerimaan inovasi.
Macam-macam strategi inovasi yaitu: strategi
fasilitatif (facilitative strategies), strategi pendidikan (re-
educative strategies), strategi bujukan (persuasive
strategies), dan strategi paksaan (power strategies). Dalam
pelaksanaan program perubahan sosial sering juga dipakai
kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan
dengan tahap pelaksanaan program serta kondisi dan
situasi klien pada berlangsungnya proses pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial.

164
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
165

LATIHAN MANDIRI

Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D


yang memuat jawaban yang benar!

1. Makna terpenting dari keuntungan relative dalam inovasi


adalah:
a. menguntungkan bagi penerimanya
b. melatih keterampilan siswa
c. sesuai dengan kebutuhan
d. mencintai kebudayaan dan adat istiadat daerah

2. Di bawah ini termasuk karaketristik kompatibel, kecuali:


a. sesuai dengan nilai
b. sesuai dengan pengalaman lalu
c. sesuai dengan kehendak sendiri
d. sesuai kebutuhan dari penerima

3. Tingkat kesukaran untuk mmehami dan menggunakan


inovasi bagi penerima disebut:
a. keuntungan relatif
b. kompatibel

165
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
166

c. kompleksitas
d. triabilitas

4. Triabilitas mengandung makna:


a. menguntungkan bagi penerimanya
b. tingkat kesesuaian inovasi
c. tingkat kesukaran
d. dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima

5. Manfaat suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati


yaitu:
a. makin cepat diterima oleh masyarakat
b. kadang-kadang dihindari oleh masyarakat
c. disepelekan oleh masyarakat
d. dihindari masyarakat
6. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika
sasaran perubahan:
a. mengenal masalah yang dihadapi
b. merasa tidak perlu adanya perubahan
c. menolak bantuan dari luar
d. tidak berpartisipasi

166
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
167

7. Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat


dalam kondisi dan situasi sebagai berikut, kecuali:
a. tidak ingin segera cepat berubah
b. sasaran operubahan belum memiliki keterampilan
c. telah diketahui dan dimengerti alasan atau latar
belakangnya
d. media agar terjadi siswa belajar

8. Strategi bujukan tepat digunakan jika:


a. masalah dianggap penting
b. mengandung resiko yang kecil
c. tidak dapat dicobakan
d. sukar dimanfaatkan

9. Pelaksanaan strategi paksaan dipengaruhi oleh beberapa


faktor, kecuali:
a. ketatnya pengawasan
b. tersedianya berbagai alternatif
c. tersedianya biaya
d. penugasan dan presentasi

167
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
168

10. Strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal


berikut kecuali:
a. partisipasi klien rendah
b. klien tidak merasa perlu
c. klien tidak memeiliki sarana penunjang
d. tujuan perubahan tidak harus segera terwujud

Arti tingkatan penguasaan yang anda capai:


90 % - l00 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< - 70 % = kurang

168
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
169

GLOSARIUM

1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap


menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan
atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor
status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau
karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat
tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai
dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima
tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan
alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka
tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah

169
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
170

digunakan oleh penerima akan cepat tersebar,


sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang
tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit
penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan
diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum
dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu
sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi
akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya
suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yantg dicoba
akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi
yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo
akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat
dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat
hasilnya.
5. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya
diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh

170
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
171

masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati


hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena
petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang
menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk
memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang
diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf
untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat
segera dibuktikan karena para petani sukar untuk
melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang
tidak buta huruf lagi.
6. Strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan
perubahan sosial yang telah ditentukan, diuatamakan
peneyediaan fasilitas dengan maksud agar
programperubahan sosial akan berjalan dengan mudah
dan lancar.
7. Strategi pendidikan berarti untuk mengadakan
perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta
dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau
informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan
dialkukan

171
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
172

8. Strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan


perubahan sosial dengan cara membujuk (merayu) agar
sasaran perubahan (klien), mau mengikuti perubahan
sosial yang direncanakan
9. Strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien
(sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan

172
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
173

BAB V
INOVASI DALAM BIDANG KETENAGAAN
(TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN)

A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan terdapat dua ketenagaan,
yaitu tenaga fungsional dan tenaga struktural. Tenaga
pendidikan fungsional yaitu tenaga pendidik atau
guru/dosen/instruktur/tutor yang tugas dan pokok serta
fungsinya memberikan pengajaran, pendidikan dan
pembimbingan terhadap peserta didik, sedangkan
tenaga struktural yaitu tenaga kependidikan atau tata
usaha yang membantu dan melayani seluruh proses
pendidikan.
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan sekarang
semakin modern dan canggih, oleh karena itu tanpa
mengimbangi perkembangan tersebut, maka para
tenaga kependidikan dan tenaga pendidik di lingkungan
pendidikan akan tertinggal dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi, sehingga akan mempengaruhi hasil
pendidikan.

173
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
174

Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi sangat


diperlukan bagi tenaga kependidikan dan tenaga
pendidik di lingkungan pendidikan, sehingga tidak
menjadi terbelakang oleh Negara-negara lain.

B. Hakikat dan Jenis Pendidik dan Tenaga


kependidikan
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan
dalam bidang mendidik. Secara fungsional kata pendidik
dapat diartikan sebagai pemberi atau penyalur
pengetahuan dan ketrampilan. Jika menjelaskan
pendidik dikaitkan dengan bidang tugas dan pekerjaan,
maka variabel yang melekat adalah lembaga pendidikan.

174
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
175

Ini menunjukkan bahwa pendidik merupakan profesi


atau keahlian tertentu yang melekat pada diri seseorang
yang tugasnya adalah mendidik atau memberikan
pendidikan.
Tenaga kependidikan sebagai penunjang inilah
yang perlu menjadi perhatian sebagaimana yang
disebutkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 1
bahwa (peran) tenaga kependidikan adalah penunjang
penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini
adalah sebagaimana termaktub di dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 1992 tanggal 17 Juli
1992. Dalam PP tersebut [Pasal 3 ayat (1) sampai (3)]
dinyatakan:
a. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peneliti dan pengembangan di bidang pendidikan,
pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan
penguji.
b. Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar
dan pelatih.

175
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
176

c. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala


sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah.
Dengan demikian, secara umum tenaga
kependidikan dapat dibedakan menjadi empat kategori,
yaitu :
a. Tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, pengajar
pendidik dan pelatih
b. Tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik,
pengawas, peneliti dan pengembang di bidang
kependidikan dan pustakawan
c. Tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan
teknisi sumber belajar
d. Tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas
kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan
satuan pendidikan luar sekolah
e. Tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah
manajerial atau administratif kependidikan
Pada lembaga pendidikan formal, guru menjalankan
tugas pokok dan fungsi yang bersifat multiperan, yaitu
sebagai pendidik, pengajar dan pelatih/pembimbing. Istilah
pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan

176
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
177

afeksi peserta didik. Istilah pengajar merujuk pada


pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah
otak-intelektual. Istilah pelatih, meskipun tidak lazim
menjadi sebutan untuk seorang guru, merujuk pada
pembinaan dan pengembangan keterampilan atau
keprigelan peserta didik, seperti yang dilakukan oleh guru
keterampilan.
Menurut Muh. Uzer Usman, secara umum peranan
pendidik dalam dunia pendidikan dapat dikelompokkan
dalam 4 peranan yakni; pertama peranan dalam proses
belajar mengajar. Pendidik sebagai demonstrator,
pengelola kelas, mediator, fasilitator dan evaluator. Kedua,
peranan dalam pengadministrasian. Ketiga, peranan
secara pribadi. Keempat, peranan secara psikologis.
Menurut Djamarah, peranan pendidik itu adalah
sebagai:
a. Korektor, pendidik dapat membedakan mana nilai baik
dan nilai buruk dalam pelaksanaan pendidikan
b. Inspirator, pendidik dapat memberikan ilham yang baik
bagi kemajuan belajar peserta didik
c. Informator, pendidik dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

177
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
178

d. Organisator, pendidik mampu mengelola kegiatan


pembelajaran
e. Motivator, pendidik harus mampu mendorong peserta
didik agar bergairah danaktif dalam proses pembelajaran
f. Inisiator, pendidik menjadi pencetus ide kemajuan
dalam pendidikan dan pembelajaran
g. Fasilitator, pendidik menyediakan fasilitas untuk
memudahkan proses pembelajaran
h. Pembimbing, pendidik harus bisa memberikan
bimbingan ke arah yang positif
i. Demonstrator, pendidik harus mampu memberikan
pemahaman materi pelajaran kepada peserta didik
dengan baik
j. Pengelola kelas, pendidik harus mampu mengelola
kelas dengan dinamis
k. Mediator, pendidik harus mengetahui manfaat media
pendidikan secara benar dan tepat
l. Supervisor, pendidik harus mampu membantu
memperbaiki dan menilai
m. Evaluator, pendidik harus mampu mengevaluasi
seluruh kegiatan peserta didik dari awal sampai dengan
akhir mengikuti pendidikan.

178
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
179

Abudin Nata menguraikan bahwa peranan pendidik


harus mampu melaksanakan inspiring teaching yaitu
pendidik yang melalui kegiatan mengajarnya mampu
mengilhami murid-muridnya. Maksudnya, pendidik yang
mengembangkan gagasan-gagasan besar dari peserta didik
untuk lebih diperdalam lagi selama proses pembelajaran
berlangsung baik dalam kelas maupun luar kelas.
Dalam UU Sisdiknas 1989 pasal 31 ayat 4
dinyatakan bahwa Tenaga Kependidikan berkewajiban
untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan iptek
serta pembangunan bangsa. Fungsinya tertuang dalam PP
No. 38 tahun 1992 pasal 61. Sementara Permen No. 16
tahun 2007 menyatakan tentang kompetensi yang harus
dimiliki seorang pendidik, di antaranya adalah kompetensi
kepribadian, pendagogik, sosial, dan professional.
a. Kompetensi kepribadian, indikatornya:
1) Penampilan fisik yang baik
2) Penampilan sikap
3) Penampilan intelektual
4) Penampilan spiritual
5) Advertising (ketahanan diri)

179
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
180

b. Kompetensi Pedagogik
1) Pendidik harus mampu memahami karakteristik anak
2) Mampu menyusun perencanaan
3) Melaksanakan pembelajaran
4) Mengevaluasi, menganalisis, dan tindak lanjut
5) Mampu memotivasi
c. Kompetensi Sosial, melakukan hubungan yang baik
dengan:
1) Keluarga
2) Anak didik dan orang tua
3) Teman-temannya
4) Pimpinannya
5) Masyarakat yang lebih luas
d. Kompetensi Profesional, pendidik harus senantiasa
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan
wawasan, di antaranya:
1) Mengikuti diklat
2) Seminar
3) Mengaktifkan MGMP dan KKG
4) Melakukan penelitian tindakan
5) Sekolah lagi/melanjutkan pendidikan

180
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
181

C. Inovasi Tenaga Pendidik


(Guru/Dosen/Tutor/Instruktur)
Bidang teknologi pendidikan merupakan bidang
kajian ilmu aplikasi yang memiliki spektrum cukup luas.
Pengertian teknologi sesungguhnya tidak hanya
berkaitan dengan kecanggihan perangkat keras hasil dari
produk industri elektronika. Teknologi jika diterapkan
pada konteks pendidikan sebagai salah satu bagian dari
ilmu sosial bermakna sebagai proses pengolahan
informasi kependidikan untuk dipecahkan guna
menghasilkan produk dalam bentuk solusi masalah
kependidikan. Pengertian pendidikan tersebut di atas
khususnya mencakup aspek pembelajaran (instruction).
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan
diskusi dan pemikiran intensif yang teruji secara empirik
tersebut identik dengan proses bahan baku dalam suatu
pabrik untuk menghasilkan produk teknologi. Inilah
kesamaan makna teknologi dalam konteks keteknikan
dengan konteks ilmu pendidikan.
Pengertian teknologi pendidikan menurut AECT
(The Association for Educational Communications and
Technology) tahun 2008 adalah bidang ilmu yang

181
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
182

mempelajari secara teoritik dan praktek beretika dalam


memfasilitasi dan meningkatkan kinerja pembelajaran
melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan
proses dan sumber teknologi yang tepat.
Teknologi pendidikan merupakan bidang kajian
antardisiplin ilmu. Disiplin ilmu tersebut meliputi bidang
pendidikan, psikologi, komunikasi, komputer, informasi,
sosial-ekonomi-budaya dan keteknikan.
Kajian terintegrasi antar bidang keilmuan tersebut
menghasilkan produk dalam bentuk teori, model,
konsep, prinsip, dan prosedur yang digunakan dalam
pembelajaran. Teori yang dihasilkan antara lain
elaboration, algorithm, component-display, instructional
design, message design, instructional transaction dan
integrated thematic. Model yang dihasilkan antara lain
instructional design (improving instructors’ competency,
instructional product development, instructional system
development dan institutional/organization
development), open and distance learning dan
online/e/network learning. Konsep yang dihasilkan
antara lain instruction, students’ active learning, bottom-
up approach, learning resources, open and distance

182
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
183

learning, learning how to learn, knowledge society,


learning organization, learning environment dan learning
acknowledgement.
Prinsip-prinsip yang dihasilkan antara lain open
system, students’ centered learning, holistic approach
involving all components, systematic &synergetic
approach, institutional independency, authentic
evaluation, knowledge management, informal learning
dan scaffolding.
Prosedur yang dihasilkan antara lainsystematic
instructional design, macro & micro organizational
strategies of lesson, instructional delivery strategies,
learning management strategies dan context-based
evaluation.
Memperhatikan produk-produk yang dihasilkan
tersebut, maka program studi ini sangat cocok bagi para
pelaku pendidikan, khususnya para tenaga pendidik dan
kependidikan (tendik). Produk-produk yang dihasilkan
tersebut akan membangun paradigma baru bagi tendik
dalam melaksanakan tugas kesehariannya untuk
memecehkan masalah pembelajaran. Perubahan
paradigma teacher centre learning menjadi student

183
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
184

centre learning menjadi topik kajian yang terus


dikembangkan untuk dapat membelajarkan peserta didik
supaya terbentuk karakter untuk dapat belajar secara
mandiri.
Perkembangan teknologi, komunikasi, dan
informasi serta perubahan masyarakat yang lebih
demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu
tekanan atau pressure serta tuntutan atau demand
terhadap profesionalisme pendidik. Salah satu yang
dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan adalah melalui adopsi
inovasi atau pengembangan kreativitas dalam
pemanfaatan teknologi pendidikan yang
mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi
mutakhir.

D. Inovasi Tenaga Kependidikan


Jaman dahulu sebagai tenaga kependidikan (staf
tata usaha dan sejenisnya) di lembaga pendidikan atau
kantor-kantor dinas pendidikan, keterampilan mengetik
wajib dimiliki sebagai bekal yang akan digunakan untuk
berbagai laporan-laporan. Namun dijaman era globalisasi

184
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
185

dimana era teknologi informasi semakin canggih,


kemampuan mengetik dengan menggunakan mesin ketik
tradisonal nampaknya sudah semakin tersingkirkan,
pendataan sudah menggunakan komputerisasi,
pengiriman laporan sudah menggunakan internet, dan
surat-surat yang masuk dan keluar nampaknya
cendeung melalui media elektronik.
Dari kenyataan tersebut di atas, diperlukan tenaga
kependidikan yang memiliki kompetensi penguasaan
computer sebagai sarana untuk memperlancar
membantu proses pelaksanaan pendidikan.
Inovasi pelaporan, pertanggungjawaban, dan
informasi-informasi dinas terus berkembang, oleh karena
itu inovasi-inovasi tersebut harus dapat diikuti oleh
seluruh tenaga kependidikan sehingga pelaksanaannya
tidak terlambat.

E. Pendidikan dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga


Kependidikan Berbasis Kompetensi
Pemerintah dengan program-programnya untuk
mendukung tenaga pendidik dan kependidikan terus
berjalan dengan harapan mutu layanan, mutu hasil

185
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
186

pembelajaran, dan mutu kualitas hasil sejajar dengan


bangsa-bangsa lain. Hal ini ditunjukkan dengan
memberikan dana APBN untuk biaya pendidikan sebesar
20% dan menerbitkan Undang Undang No. 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dimana tertuang harapan
bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Salah satu Inovasi dalam tenaga pendidikan
adalah Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG adalah
pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus dalam
menjadi guru dan Pendidikan Tenaga Kependidikan
(PTK) pada umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu
pendidikan prajabatan (preservice education) dan
pendidikan dalam jabatan (inservice education).
Menurut Page dan Thomas (1978), pendidikan
prajabatan (preservice education) merupakan sebuah
istilah yang paling lazim digunakan lembaga pendidikan
keguruan, yang merujuk pada pendidikan dan pelatihan
yang dilakukan oleh lembaga jenjang universiter atau
kolose (university or college) pendidikan untuk
menyiapkan mahasiswa yang hendak meniti karir dalam

186
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
187

bidang pengajaran. Sedangkan pendidikan dalam


jabatan (inservice education) merupakan “training
undertaken during a break in professional service on in
conjuction with it (eg.After school or in the evening) as
distinct from initial training”.
Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan
diorganisasikan secara beragam dan berspektrum luas
dengan tujuan meningkatkan keterampilan, sikap,
pemahaman, atau performansi yang dibutuhkan tenaga
kependidikan saat ini dan di masa mendatang.

F. Reformasi dan Inovasi Pendidikan Indonesia,


pentingkah?
Pembangunan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
termasuk aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan
lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Dalam perjalanannya proses pembangunan ekonomi
membutuhkan sumber daya pendidikan yang berkualitas
tinggi. Oleh karena itu diputuskan untuk mengadakan
pembaruan secara menyeluruh terhadap peranan

187
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
188

pendidikan. Akan tetapi sejauh ini, usaha yang mengarah


ke sana masih belum mencapai target yang tinggi, sebab
dari belum seimbangnya peranan pendidikan Indonesia
dalam proses pembangunan bangsa adalah karena penentu
kebijakan (dalam hal ini pemerintah) masih belum menyatu
dalam mewujudkan peranan pendidikan yang dapat
mendongkrak kemajuan pembangunan ekonomi bangsa.
Problem-problem pendidikan kita semakin kompleks
dan semakin sarat dengan tantangan. Kebijakan dan
program-program pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nampak tidak memberi jawaban solutif terhadap
permasalahan-permasalahan pendidikan yang berkembang.
Dibutuhkan suatu reformasi pendidikan untuk dapat
memperbaharui semua sistem pendidikan dan peranannya
terhadap pembangunan bangsa ini. Waktu yang diperlukan
tidaklah singkat. Perlu pengorbanan dan kesediaan dari
semua pihak yang terkait, seperti pemerintah, instansi
pendidikan, kementrian pendidikan, dan pelaksana
pendidikan Indonesia. Reformasi pendidikan juga harus
memberikan peluang bagi siapapun untuk mengembangkan
langkah atau cara baru dalam meningkatkan kualitas
pendidikan.

188
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
189

Reformasi dan inovasi pendidikan pada dasarnya


mempunyai tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional Indonesia yang telah ditetapkan. Pemerintah dan
masyarakat harus mau bekerja sama demi tercapainya
kualitas pemberdayaan manusia yang diinginkan. Agar
sesuai dengan perkembangan jaman, sistem pendidikan
harus disesuaikan pula dengan tuntutan yang terkini.
Karena tanggungjawab pendidikan harus dilakukan secara
bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan guru.
Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk
menunjang pengembangan sumber daya manusia yang
peranannya sangat penting bagi pembangunan suatu
bangsa.Untuk itu diperlukan suatu strategi pendidikan
untuk membuat program pendidikan merata di seluruh
tanah air.
Program-program tersebut antara lain:
1) Penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia
2) Pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kembali
pada masyarakat sebagai sumber daya utama juga
pengguna hasil pendidikan itu sendiri.

189
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
190

3) Pendidikan dilakukan secara transparan dan demokratis


tanpa mengurangi mutu pendidikan
4) Penyelenggaraan pendidikan yang efisien
5) Peluang untuk belajar seluas-luasnya kepada
masyarakat Indonesia sehingga kemampuan dasar
masyarakat kita pun akan meningkat.
6) Mengurangi kesulitan birokrasi pendidikan yang sering
menjadi kendala kelancaran proses pendidikan saat ini.

Dengan adanya reformasi besar-besaran diberbagai


bidang sejak lengsernya era pemerintahan Orde Baru,
maka bidang pendidikan juga tidak mau kalah. Sistem
pendidikan Indonesia diubah dan disesuaikan secara
otonomi yang diharapkan akan membawa angin segar dan
perbaikan dalam sistem pendidikan yang selama ini
dipergunakan. Namun karena sistem ini masih baru,
tentunya kita masih harus banyak belajar dan berjuang
untuk memecahkan berbagai kendala yang ada di depan.
Ada beberapa langkah baru untuk melakukan rekonstruksi
pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru
sistem pendidikan pasca reformasi, seperti berikut:

190
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
191

1) Membuat visi pendidikan Indonesia yang baru sehingga


semua komponen masyarkat dapat diberdayakan secara
luas
2) Misi pendidikan yang jelas untuk membuat masyarakat
ikut berpartisipasi aktif di dalamnya
3) Mengembangkan potensi dan kreatifitas pembelajaran
4) Pengembangan system pembelajaran yang demokratis
agar tidak terdapat suatu pengelompokkan pengajaran
5) Kebijakan kurikulum seharusnya disesuaikan dengan
lingkungan serta komponen bangsa yang lain seperti
ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni, sosial dan
agama.

Jika langkah-langkah ini dapat direalisasikan, maka


Pendidikan Indonesia akan mempunyai harapan untuk
menuju kehidupan berbangsa yang lebih berkualitas. Hal ini
semua tergantung kepada gerakan reformasi tenaga
kependidikan dan tenaga pendidik yang siap dengan
sumber daya manusianya, oleh karena itu inovasi
pendidikan di bidang ketenagaan sangat penting untuk
menghadapi era millennium sekarang ini untuk menghadapi
masa depan.

191
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
192

Apa yang harus dipersiapkan dengan baik dan


terarah, diantarannya:
a. Tingkatkan Kualitas Guru dan Pendidikan
Bagi peserta didik, guru merupakan sosok yang
sangat mulia, kehadirannya selalu menjadi penerang bagi
semua anak didiknya. Dulu, profesi guru tidak banyak
diminati oleh masyarakat, mereka lebih tertarik menjadi
dokter, tentara, maupun pengusaha. Akan tetapi sekarang,
dengan adanya krisis global yang melanda semua negara di
dunia, profesi ini menjadi salah satu profesi yang cukup
menjanjikan. Namun dengan perkembangan yang pesat ini
seharusnya kualitas guru pun jadi meningkat bersamaan
dengan naiknya permintaan pasar.
Peran guru beberapa tahun yang lalu bukan hanya
sekedar mengajarkan pengetahuan yang telah dimiliki
sebagai sebuah keahlian tetapi juga turut mendidik murid
menjadi seorang yang cerdas, sopan santun, dan berakhlak
mulia. Akhir-akhir ini sering terdengar banyak keluhan dari
beberapa orang tua murid mengenai peran guru sekolah
yang kurang berkualitas. Itu disebabkan mendesaknya ke
butuhan ekonomi keluarga sehingga mereka kurang

192
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
193

memperhatikan tanggung jawab guru yang sebenarnya.


Tentu hal seperti ini sangat menyedihkan.

b. Merubah paradigm kata “mengajar” menjadi


“mendidik”
Kata mengajar mempunyai arti ‘memberikan
pengetahuan yang mereka miliki terlebih dulu kepada para
muridnya sehingga mereka bisa mengerti’. Kata mendidik,
mempunyai makna yang lebih dalam karena selain guru
mempunyai tugas untuk mengajar tapi mereka juga
memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak
muridnya menjadi seorang manusia yang lebih berbudi
luhur. Maka hal itu adalah nilai tambah yang sangat mulia
untuk profesi guru.
Beberapa survey mengatakan bahwa banyak orang
memilih profesi guru hanya sebagai pelampiasan atau jalan
alternatif mencari nafkah saja. Hal ini juga lebih
menyedihkan bagi kita sebagai orang tua. Guru semacam
inilah yang berbahaya, karena mereka tidak mampu
membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya,
tetapi mereka malah cenderung menguras harta negara.

193
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
194

Di samping itu, demi terisinya mata pelajaran,


sekarang ini dari pihak sekolah sering kali salah kamar
dalam menempatkan posisi guru sebagai pemegang mata
pelajaran. Hal itu menjadi sebab utama rapuhnya
pendidikan bangsa ini, karena kurangnya profesionalitas
tenaga pengajar.
Bagaimana cara terbaik untuk meningkatkan kualitas
guru demi tercapainya kualitas sumber daya manusia yang
tinggi, yang sedang mereka bimbing sekarang ini. Ada
cara-cara sebagai berikut:
1) Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan
perhatiannya pada masalah pendidikan bangsa, karena
tanpa bantuan pemerintah siapapun yang berusaha
untuk mengubah keadaan tidak akan mendapatkan
hasil yang baik
2) Perbanyak program beasiswa yang berkualitas untuk
mendapatkan guru yang berkualitas tinggi
3) Pendapatan guru wajib ditingkatkan terutama mereka
yang telah rela mengajar murid sekolah di berbagai
tempat terpencil
4) Penghargaan dan perhatian sekecil apapun pada para
guru akan menyentuh hati mereka untuk lebih

194
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
195

menyayangi anak didiknya, sehingga secara otomatis


guru akan memberikan perhatian lebih pada para
murid.

Reformasi guru dimulai dari deklarasi guru sebagai


bidang pekerjaan profesi oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tanggal 14 Desember 2004, setelah dua bulan
beliau dilantik. Setahun kemudian pada tanggal 15
Desember 2005 diterbitkanlah UU nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Berikut ini program pembinaan dan pengembangan
profesi guru yang dicanangkan oleh pemerintah dalam
inovasi pengembangan professional berkelanjutan pendidik
dan tenaga kependidikan yaitu :
1) Peningkatan kualifikasi
2) Sertifikasi guru
3) Peningkatan kompetensi
4) Pengembangan karir
5) Penghargaan dan perlindungan
6) Perencanaan kebutuhan guru
7) Tunjangan guru
8) Dan maslahat lainnya

195
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
196

Selain itu juga dalam upaya peningkatan


pengembangan profesionalisasi, dibawah ini beberapa
preposisi untuk peningkatan dalam rangka pengembangan
professional, yaitu berikut ini.
1) Tugas-tugas atau kegiatan pendidikan dalam jabatan
yang berkelanjutan dapat mengembankan kompetensi
professional guru secara reguler, meningkatkan mutu
sekolah, dan memperkaya khasanah kehidupan
individual guru
2) Bentuk pendidikan dalam jabatan dapat menampung
tujuan-tujuan yang akan dicapai
3) Banyak metode pelatihan yang sangat efektif tetapi
hingga saat ini masih belum sepenuhnya digunakan
dalam sistim pendidikan dalam jabatan
4) Latihan meneliti akan mendorong guru untuk
menemukan ide pengembangan professional
5) Hambatan dalam mengaplikasikan pengalaman
menuntut adanya perluasan kegiatan pelatihan secara
besar-besaran bagi guru.
6) Guru dapat menjadi peserta pelatihan yang efektif
dibandingkan dengan staf lainnya

196
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
197

7) Banyak sumber pengembangan yang secara potensial


efektif menjadi lemah atau slah digunakan saat ini
8) Suasana produktif memungkinkan setiap orang
melakukan aktifitas pengembangan dengan kata lain,
penerapan, konversi
9) Orang yang aktif cenderung lebih aktif “menyeberang
ke luar”, dan merasa lebih tampil percaya diri
10) Kolaborasi pemerintahan dengan sekolah dan personel
atau tokoh masyarakat sangat esensial. Kepala, guru,
dan anggota masyarakat, personel universitas, dan
asisten teknis, semuanya muncul menjadi vital bagi
usaha membangun lingkungan yang favorable dan
keterlibatannya sangan krusial.
Ada baiknya mulai sekarang kita sebagai orangtua
mulai lebih memperhatikan keberadaan seorang guru,
karena merekalah anak kita bisa menjadi manusia yang
lebih berguna di masa depan. Dan jadilah guru yang selalu
berinovasi dalam bidangnya sehingga menjadi guru yang
lebih professional dan bermartabat.
Dhanang Sasongko (2018) sebagai Sekjen
Komnasham Perlindungan Anak dalam acara seminar
Tantangan Mendidikan Anak di Jaman Now di Gedung

197
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
198

Husni Hamid Pemda Karawang tanggal 4 Februari 2018


menyampaikan bahwa dalam mendidik dijaman Now tidak
bisa dengan cara lama, karena jamannya sudah sangat
berbeda, oleh karena itu dibutuhkan pembangunan
akhlaknya terlebih dahulu dengan berbagai
metode/teknik/pendekatan yang inovatif.

198
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
199

BAB VI
INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Perkembangan cepat dunia digital menuntut
banyak perubahan dan penyesuaian di semua bidang
termasuk Pendidikan. Apalagi ditengah posisi Indonesia
yang menjadi negara dengan jumlah pengguna internet
terbesar se-ASEAN dengan jumlah 93,4 JT atau sama
dengan 36% dari total populasi pada tahun 2015,
bahkan emarketer menyebutkan pada tahun 2018
pengguna internet di Indonesia akan mencapai 123 juta,
jumlah ini mengalahkan Jepang dan membuat Indonesia
termasuk dalam Top 5 Dunia.
Secara lengkap saya sampaikan pengguna Internet
dari 25 negara atau the top 25 centries by internet
users.

199
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
200

Indonesia sebagai pengguna 5 terbesar dunia


pengguna internet tidak bisa dibendung keberadaannya,
apalagi akan mengalahkan Jepang di tahun yang akan
datang. Guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki
peran terdepan untuk dapat memberikan pengajaran,
pendidikan dan pembimbingan sehingga penggunaan
internet sesuai apa yang diharapkan yaitu sebagai

200
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
201

sumber belajar yang tiada batas waktu dan jarak bagi


setiap manusia.

Apalagi dengan sistem pelaksanaan Ujian Nasional


sejak tahun 2015 sudah luncurkan pelaksanaannya
sampai dengan sekarang Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK). Bahkan Dirjen Pendidikan Anak Usia
Dini dan Dikmas mengatakan bahwa jika peserta Ujian
Nasional untuk para peserta Paket A, B, dan C yang
belum menerapkan tahuan sekarang dipersilahkan untuk
UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan) secara
tertulis, tetapi tahun tahun yang akan datang dikatakan
bahwa tahun depan wajib UNBK, dan jika belum siap

201
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
202

jangan didaftarkan tunggu sampai peserta ujian siap


mengikuti UNBK.
Dari fenomena tersebut di atas, guru memiliki
peran yang sangat penting dalam hal ini untuk dapat
mengembangkan ide atau gagasan bagaimana
menciptakan pembelajaran dengan memanfaatkan
Inovasi Teknologi dengan tidak menutup kemungkinan
bahwa yang masih jauh dari jangkauan frekwensi
internet untuk berusaha dapat mengikuti perkembangan
jaman.
Melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang tepat guna, Telkom Indonesia
membuat beberapa inovasi untuk dunia pendidikan
Indonesia. Berikut 8 Inovasi Pendidikan di Era
Digital,yaitu:
1. SIAP online :
Layanan sistem informasi & aplikasi pendidikan
online menghubungkan orangtua, siswa, guru,
sekolah, dinas daerah dan pusat secara terpadu dan
akuntabel untuk Kemajuan Pendidikan Indonesia.

202
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
203

2. Qbaca :
Aplikasi buku dan perpustakaan digital. Untuk dapat
selalu membawa semua buku kesayangan berapapun
jumlahnya, membaca di mana saja dan kapan saja,
tetap dalam kenyamanan dan keakraban membaca
buku.
3. QJournal :
Solusi untuk memperoleh akses materi akademis
berkualitas dunia, sekaligus akses publikasi hasil riset
dan wacana akademis Indonesia ke seluruh penjuru
dunia
4. English Bean :
Cara baru belajar bahasa inggris yang fun dan
interaktif dengan berbasis IT, yang memungkinkan
siapa saja belajar bahasa Inggris secara mudah dan
di mana saja.
5. UmeetMe :
Layanan multimedia conference berupa video yang
berkualitas tinggi dan hemat konsumsi bandwidth
untuk mendukung program pendidikan jarak jauh.

203
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
204

6. IndiSchool :
Pemberian akses internet wifi untuk mengakses
konten edukasi bagi komunitas pendidikan di zona
edukasi dengan cepat dan murah.
7. Smart Campus Award :
Sebuah program self assessment untuk mengukur
pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi
(TIK) perguruan tinggi di Indonesia dengan
menggunakan metode “ZEN Framework”.
8. IndiLearning, Bagimu Guru Kupersembahkan :
Pelatihan TIK bagi berbagai komunitas di Indonesia,
dimana salah satunya adalah komunitas guru.

Perlu menjadi catatan bagi kita adalah pendapat


bahwa dewasa ini pendidikan dipandang sebagai suatu
aktifitas yang bersifat antisipatoris, yaitu pengadaan
aktifitas yang untuk menyongsong perkembangan-
perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa
depan (Buchori, 1994). Postur antisipasi ini ditentukan
oleh persepsi suatu masyarakat pendidikan terhadap
kecenderungan yang ada, yang ditarik secara inferensial
dari fakta-fakta yang dijumpai dalam kehidupan sehari-

204
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
205

hari. Salah satu kecenderungan yang terlihat dengan


jelas adalah dinamika kehidupan manusia dewasa ini
ialah perubahan-perubahan yang dihasilkan kehidupan
manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berlangsung lebih cepat. Jumlah penemuan (inventions)
yang dihasilkan per tahun di berbagai bidang ilmu
pengetahuan makin lama makin bertambah sejajar
harapan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.
Implikasi dari segenap perubahan yang terjadi
mempengaruhi aspek pendidikan di Indonesia. Bangsa
Indonesia dituntut untuk merancang sistem pendidikan
yang lebih dinamis dan lebih responsif terhadap
perubahan-perubahan serta kecenderungan-
kecenderungan yang sedang berlangsung. Hal ini berarti
di zaman ini sistem pendidikan dituntut untuk memiliki
beberapa kapabilitas. Buchori (1994) menjelaskan
bahwa kemampuan tersebut adalah :
a. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan
dan kecenderungan yang sedang berlangsung.

205
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
206

b. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang


dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan
di atas.
c. Kemampuan untuk menyusun program-program
penyesuaian diri yang akan ditempuh dalam jangka
waktu tertentu
Kegagalan untuk mengembangkan ketiga jenis
kemampuan tersebut akan berakibat pada anggapan
bahwa sistem pendidikan terperangkap pada
routinisme. Jika keadaan semacam ini dibiarkan pada
akhirnya yang dirugikan adalah bangsa sendiri, terutama
generasi mudanya. Hal ini disebabkan generasi muda
pada masyarakat yang memiliki kemampuan
(priviledge) akan berlari kepada sistem pendidikan
asing dan meninggalkan sistem pendidikannya sendiri
yang dirasakannya semakin hari semakin asing.
Pendidikan tidak berproses pada ruang hampa,
tetapi mengalami pergesekan dengan dunia di sekitarnya
yang terus berkembang, Hal ini menjadi alasan untuk
mengadakan redefinisi mengenai konsep pendidikan
yang selama ini diterapkan di Indonesia atau dengan
mengelaborasi hal-hal yang sesuai dengan tuntutan

206
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
207

zaman. Perkembangan kelompok peneliti, laboratorium,


maupun pusat-pusat penelitian yang baik tersebut belum
merata pada setiap institusi pendidikan di Indonesia.
Kenyataan menunjukkan, masih cukup banyak pendidik
di institusi pendidikan yang relatif masih memerlukan
peningkatan kemampuan melaksanakan penelitian yang
berkualitas baik. Akses terhadap fasilitas penelitian yang
baik dan lengkap belum merata di Indonesia. Kerjasama
penelitian antar institusi pendidikan di Indonesia masih
perlu didorong dan ditingkatkan, sehingga sinergi
pelaksanaan penelitian dapat lebih ditingkatkan dan
dioptimalkan.
Upaya alih ilmu dan teknologi saat ini telah
menjadi suatu masalah yang maha penting bagi semua
bangsa, yang maju maupun yang sedang berkembang.
Upaya alih ilmu dan teknologi diartikan sebagai
penggunaan pengetahuan teknologi bersama-sama
dengan sumber daya lainnya untuk memadukan
(assimilate) dan menyesuaikan (adapt) teknologi yang
ada atau menciptakan teknologi yang baru. Ada tiga
alasan pentingnya upaya alih ilmu dan teknologi dan
sekaligus pemanfaatannya dalam dunia pendidikan

207
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
208

yaitu, pertama persaingan internasional semakin bersifat


“technology driven” artinya dipacu oleh teknologi.
Kedua, siklus perkembangan produk baru dan proses
baru menjadi semakin pendek. Ketiga, keunggulan
komparatif suatu negara (ekonom) atau suatu
perusahaan terus menerus dipengaruhi oleh berbagai
perubahan.
Saat ini perlombaan untuk menciptakan,
menguasai dan menerapkan teknologi baru memang
telah menempatkan negara-negara berkembang
termasuk Indonesia dalam kedudukan yang tidak
menguntungkan karena mereka tidak dapat berada di
baris terdepan. Bagi kebanyakan negara berkembang
teknologi yang baru tidak dapat dikembangkan sendiri di
dalam negeri tetapi harus diperoleh dari luar. Tetapi
upaya memperolehnya dari luar banyak mengalami
hambatan yang berkaitan dengan masalah hak milik
intelektual (property rights) dan atau biaya transfer
teknologi yang cukup tinggi. Selain itu,kesulitan yang
dihadapi juga bersumber pada keterbatasan sumber
finansial dan sumber daya manusia.

208
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
209

Oleh karena itu bagi negara berkembang


kebijaksanaan penguasaan teknologi dan
pemanfaatannya, yang paling tepat adalah membangun
kemampuan penyerapan (absorptive capacity) melalui
upaya transformasi teknologi dalam arti mempelajari,
menyesuaikan, dan bila mungkin memperbaiki teknologi
asing yang tersedia dengan tujuan memperoleh
keunggulan kompetitif. Dengan cara demikian
memungkinkan terjadinya alih IPTEK atau pergeseran
penguasaan dari teknologi yang bersifat madya
(intermediate) pada teknologi tinggi (high-tech) dan
akhirnya pada teknologi yang baru (new technologies).

B. Pemanfaatan Inovasi Dan Teknologi dalam


Bidang Pendidikan
1. Pengertian Inovasi dan Hal-Hal yang
mempengaruhi Inovasi
Inovasi (innovation) dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi
dalam waktu yang tidak terlalu lama (Soekanto, 1994).
Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya
unsur budaya baru yang tersebar di sebuah komunitas

209
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
210

dan diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam


komunitas yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan
inovasi, ada dua istilah yang merupakan bagian dari
inovasi, yaitu invensi penemuan (discovery) dan
(invention).
Discovery lebih merujuk pada tahap awal
invention, berupa gagasan yang dikemukakan seseorang
atau serangkaian ciptaan. Discovery akan menjadi
invention jika masyarakat sudah mengakui dan
menerimanya. Seringkali perubahan dari discovery
menuju invention membutuhkan waktu yang lama.
Inovasi adalah proses yang mengiringi adanya discovery
dan invention. Meskipun sebuah temuan sudah menjadi
invention akan tetapi inovasi tetap berjalan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inovasi
adalah proses yang tiada berakhir sepanjang
manusia memiliki keinginan untuk menuju ke
arah kehidupan yang lebih baik.
Koentjoroningrat mengatakan bahwa inovasi dapat
berlangsung dengan optimal ketika individu dalam
sebuah komunitas memiliki :

210
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
211

a. Adanya kesadaran akan kekurangan yang dimiliki,


serta menerima kekurangan tersebut sebagai sesuatu
hal yang alami dan harus segera dicari jalan cara
mengatasi kekurangan tersebut
b. Kurang optimalnya potensi yang dimiliki
c. Adanya perangsang bagi aktifitas penciptaan dalam
masyarakat, misalnya penghargaan
d. Keinginan terhadap kualitas, yaitu keinginan untuk
mempertinggi kualitas suatu kondisi atau karya yang
sudah dihasilkan
e. Memiliki keterbukaan terhadap ide dan gagasan baru
yang konstuktif
Berdasarkan pengertian di muka dapat disimpulkan
bahwa inovasi dalam bidang pendidikan adalah temuan
yang dihasilkan seseorang dalam bidang pendidikan
sebagai upaya yang terus menerus untuk mengatasi
kelemahan yang dimiliki. Inovasi dalam bidang
pendidikan adalah upaya yang tiada berakhir dalam
kerangka wacana ilmu pendidikan. Inovasi pendidikan
dapat berupa tawaran ide dan gagasan mengenai
penyelenggaraan proses pendidikan baik secara formal
di sekolah ataupun non formal di luar sekolah.

211
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
212

2. Pengertian Teknologi dan Hal-hal yang


mempengaruhi Teknologi
Teknologi berasal dari kata tekne (dalam Bahasa
Inggris : art) dan logos (dalam Bahasa Indonesia : ilmu).
Menurut Kamus Webster (1983) art adalah keterampilan
(skill) yang diperoleh melalui pengalaman, studi dan
observasi. Dengan demikian teknologi diartikan sebagai
ilmu yang membahas keterampilan yang diperoleh
melalui pengalaman, studi dan observasi. Bila dikaitkan
dengan pendidikan, teknologi berarti perluasan konsep
yang ada tentang media, dimana teknologi bukan
sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi
tersimpul sebuah sikap, perbuatan, organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu
(Achsin, 1986).
Berkaitan dengan teknologi, istilah yang juga
dikenal adalah kata teknik. Teknik dalam bidang
pendidikan bersifat apa yang sesungguhnya terjadi
antara guru dan pelajar. Teknik dapat juga diartikan
sebagai strategi khusus (Anthony dalam Arsyad, 2000).
Richard dan Rodgers (dalam Arsyad, 2000) menjelaskan

212
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
213

bahwa teknik adalah prosedur dan praktek


sesungguhnya dalam kelas. Dari paparan di muka dapat
disimpulkan bahwa teknologi tidak hanya berupa
peralatan sarana dan pra sarana, tetapi juga
keterampilan dan skill.
Melalui penjelasan secara definitif di muka akan
nampak pengertian mengenai teknologi pendidikan
(educational technology), yaitu seperangkat sikap dan
keterampilan individu dalam memanfaat berbagai
macam potensi yang ada untuk menyelenggarakan
proses pendidikan yang optimal. Teknologi
pendidikan dapat berkembang pesat apabila sejumlah
aspek pendidikan dapat terwadahi. Aspek-aspek tersebut
antara lain :
a. Tersedianya wacana dan diskursus mengenai
pendidikan
Wacana adalah dokumentasi mengenai hasil
pemikiran atau kajian mengenai sebuah topik
permasalahan, sedangkan diskursus adalah pembicaraan
dan dialog keilmuan. Kedua hal ini merupakan sarana
fisik yang dapat mendukung perkembangan teknologi.
Berkaitan dengan teknologi pendidikan, apabila sebuah

213
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
214

komunita memiliki wacana yang kaya serta memiliki


diskursus yang sangat aktif maka perkembangan
teknologi pendidikan di dalam komunitas tersebut akan
berkembang dengan pesat.

b. Minat untuk melakukan riset atau penelitian


Minat untuk melakukan penelitian adalah minat
untuk menjajagi menelaah sebuah permasalahan secara
ilmiah. Disadari pula bahwa persoalan yang dihadapi
para guru dan pendidik itu seringkali bersifat kasuistik
dan khas. Bisa berdasarkan komunitas, ruang lingkung
lembaga atau oraganisasi dan setting sosisl budaya yang
dimiliki masing-masing. Karena itu pula, masalah atau
persoalan yang diangakat dan kemudian dicarikan
solusianya atau penyesuaiannya tidak bisa digeneralisir
atau diungkapkan secara deduktif (Diknas, 1990). Minat
untuk melakukan riset akan menyelesaikan berbagai
macam problema tersebut dan meningkatkan teknologi
pendidikan.

214
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
215

C. Inovasi Teknologi Pendidikan


Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan
berencana untuk membantu perkembangan potensi dan
kemampuan anak atau generasi muda, agar diri
pribadinya bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan
orang lain, masyarakat, bangsa dan negaranya,
melainkan juga untuk dirinya sendiri. Pendidikan
memiliki peranan yang teramat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan individu pada
khususnya dan kemajuan sebuah bangsa dan
masyarakat pada umumnya.
1. Beberapa Pertimbangan dalam
Memanfaatkan Inovasi dan Teknologi
Pendidikan
Tilaar (2001) melihat bahwa saat ini adalah waktu
yang tepat untuk melakukan inovasi pendidikan. Tilaar
lebih memilih term inovasi pendidikan dibanding dengan
pendidikan eksperimental, karena menurutnya
pendidikan eksperimental melihat bahwa pelajar adalah
objek percobaan, sehingga berbagai macam perlakuan
dapat diterapkan seenaknya. Menurut Tilaar (2001)

215
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
216

apabila ada perlakuan yang salah maka dampak yang


lebih besar akan terasa 20-30 tahun kemudian.
Inovasi dan Teknologi tidak serta merta langsung
diterapkan dalam dunia pendidikan. Terlebih dahulu para
pendidik harus mempertimbangkan matang-matang
efektifitas fungsinya, terutama identifikasi pada fungsi
latennya. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak kelihatan
dalam memberikan pengaruh pada sebuah efek diluar
efek yang diharapkan, yang kemungkinan memiliki unsur
negatif. Pemanfaatan inovasi dan teknologi pendidikan
pada hakikatnya tidak ditentukan oleh mahal-murahnya
harga, akan tetapi kepraktisan dan kesesuaian fungsi
yang diemban media tersebut dengan fungsi luhur
pendidikan
Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan terus
menerus berbenah dengan memenuhi harapan
masyarakat. Terdapat dua harapan dasar masyarakat
mengenai pemanfaatan teknologi pendidikan di
Indonesia, antara lain:
a. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimanfaatkan akan mampu mengabdi kepada
manusia Indonesia. Hal ini berarti bahwa para

216
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
217

pendidik harus mencegah timbulnya dehumanized


science and technology, mencegah timbulnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak manusiawi,
yang mereduksi harkat dan martabat manusia
Indonesia.
b. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimanfaatkan di Indonesia tidak akan memperbesar
masalah pengangguaran yang sudah cukup parah,
sebaliknya dapat turut serta memecahkan masalah
pengangguran. Berdasarkan pengalaman yang ada,
setiap inovasi teknologi lazimnya mempunyai labour
displacing effect yang bersifat langsung, sedangkan
kemampuan untuk menciptakan kesempatan kerja
baru selalu bersifat tak langsung.
Kedua harapan di muka tadi secara eksplisit juga
menjelaskan apa yang harus dicapai yaitu pemanfaatan
teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, serta apa
yang seharusnya tidak tidak terjadi, yaitu dehumanized
science and technology dan labour displacing effect.
Kedua hal ini bagi sebagian orang adalah sisi-sisi sebuah
koin, dimana efek-efek negatif akan selalu ada ketika
sebuah bangsa memanfaatkan hasil teknologi. Tinggal

217
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
218

bagaimana cara yang harus dilakukan untuk


memperkecil efek negatif tersebut. Pada dasarnya
bangsa Indonesia harus bersedia menelaah lebih dahulu
pahitnya setiap pembaharuan teknologi, sebelum
mengecapnya manisnya pembaharuan teknologi
(Buchori, 1994).
Di samping dua harapan di muka tadi, harapan lain
yang juga terdengar secara sayup-sayup mengenai
pengembangangan dan pemanfaatan IPTEK ialah bahwa
upaya nasional dalam membuahkan hasil-hasil yang
mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam
pergaulan antar bangsa, dapat mengejar ketinggalan
Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dan pemanfaatan
iptek di Indonesia selalu menonjolkan tiga ciri yaitu :
a. Nasionalistik
Pemanfaatan teknologi harus bersifat nasional dan
merata agar tidak terjadi friksi-friksi mengenai
kesenjangan yang mengakibatkan adanya perasaan
tidak adil.

218
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
219

b. Humanistik
Pemanfaatan teknologi harus memanusiakan
manusia. Seringkali teknologi yang dimanfaatkan justru
mematikan gerak pendidik dan pelajar dalam
keterasingan, karena segala sesuatu sudah dilakukan
oleh teknologi. Pada pendidik misalnya, peran guru
sebagai mediator dan fasilitator yang menjadi media
yang mempermudah pelajar dalam menerima apa yang
diajarkan memiliki cipta, rasa dan karsa. Tiga kualitas
kemanusiaan ini tidak boleh dimatikan oleh adanya
teknologi. Pada pelajar, pelajar bukanlah objek
pendidikan akan tetapi sebagai subjek aktif, oleh karena
itu pemanfaatan teknologi tidak boleh mengobjekkan
pelajar.

c. Populis
Tekonologi yang diterapkan harus bersifat populis,
artinya dapat dinikmati secara langsung oleh sebuah
komunitas pendidikan. Terkadang teknologi justru
membuat pelajar menjadi individualis karena sifat-sifat
begatif teknologi.

219
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
220

Untuk memenuhi harapan di muka, sekaligus


memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan tidaklah
mudah. Pemenuhan aspirasi holistik dalam
pengembangan dan penerapan inovasi dan teknologi
pendidikan bergantung kepada berbagai hal, antara lain
:
a. Kesiapan Komunitas Pakar IPTEK dan Pendidik
Pakar IPTEK dan pendidik diharapkan turut
berpacu dalam pergaulan ilmiah internasional. Akses
informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di
dunia harus terus-menerus dilakukan untuk mengejar
ketertinggalan bangsa Indonesia
b. Kesiapan Sistem Pendidikan
Kesiapan sistem pendidikan dalam hal ini adalah
kesiapan sistem dan sumber daya pendidikan dalam
membimbing bibit-bibit unggul dalam generasi muda
secara efisien dan sistematis menurut ukuran-ukuran
mutakhir
c. Kesiapan Kultural Masyarakat
Kesiapan kultural masyarakat Indonesia pada
umumnya untuk menghadapi dan menanggapi
perubahan serta kemajuan yang terjadi secara global

220
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
221

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sikap


dewasa.
Berbagai macam kesiapan di muka dapat menjadi
sebuah parameter mengenai keberhasilan pendidikan
yang dijalankan saat ini. Beberapa kualitas diharapkan
telah dimiliki baik oleh praktisi pendidikan maupun
masyarakat. Menurut Hamalik (1994), para pendidik
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang inovasi teknologi pendidikan yang
meliputi :
1. Pendidik memahami bahwa teknologi adalah alat
bantu komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar.
2. Pendidik memahami fungsi teknologi dalam
membantu mencapai tujuan pendidikan, baik fungsi
yang tampak serta fungsi latennya.
3. Pendidik mengetahui seluk beluk proses belajar,
sehingga dapat memilih teknologi apa yang
diperlukan untuk diterapkan.
4. Pendidik mengerti hubungan antara metode mengajar
dan teknologi pendidikan

221
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
222

5. Pendidik tahu akan nilai dan manfaat media


pendidikan dan pengajaran
6. Pendidik memahami pemilihan dan penggunaan
teknologi pendidikan secara aplikatif
7. Pendidik tahu akan berbagai jenis alat dan teknik
media pendidikan.
8. Pendidik memiliki usaha inovasi mandiri dalam dunia
pendidikan
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan
bagi institusi pendidikan dalam kaitannya dengan
perkembangan teknologi antara lain:
1. Memilih jenis teknologi yang hendak diterapkan di
pendidikan, apakah high technology, low technology
ataukah mixed technology.
2. Mempertahankan strukutur yang ada ataukah
mengabaikan teknologi yang sedang berkembang
3. Menyesuaikan struktur pendidikan dengan tuntutan
teknologi, mengubah struktur pendidikan yang ada
ataukah mengembangkan struktur baru yang
bersifat fleksibel
Melalui paparan di muka dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan inovasi dan teknologi akan

222
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
223

membawa ketidakseimbangan pada harmoni yang


telah terbentuk pada sebuah institusi pendidikan.
Perangkat-perangkat baru, selain membawa
konsekuensi yang baru juga dikhawatirkan membawa
nilai-nilai baru, yang mungkin tidak disadari oleh
pendidik mempengaruhi pelajar. Misalnya,
Industrialisasi sebagai wujud dari perubahan teknologi
telah mengubah struktur masyarakat dari yang bersifat
agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serta
massal. Karena itu orientasi industri cenderung kepada
tuntutan kebutuhan massal atau pasar. Kecenderungan
ini perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian
yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat
industri harus menjadi acuan dalam system pendidikan.
Oleh karena itu diperlukan beberapa pertimbangan
yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan
pendidikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
adalah salah satu upaya untuk meminimalisir efek-efek
negatif pemanfaatan inovasi dan teknologi.

223
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
224

2. Kelebihan Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi


Pendidikan
Dalam proses belajar dan mengajar, inovasi dan
teknologi pendidikan merupakan bagian dari suatu
sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan
pendidik. Peranan teknologi tidak sekedar membantu
proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek
dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-
aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
Secara umum teknologi memiliki fungsi utama
yaitu membantu manusia menyelesaikan pekerjaannya
dengan cepat dan efisien, sebagaimana pengertian dari
inovasi dan teknologi itu sendiri. Namun kelebihan-
kelebihan tersebut dapat dispesifikkan menjadi beberapa
macam kelebihan antara lain :
a. Mampu meningkatkan minat pelajar terhadap
mata pelajaran
Pemanfaatan hasil inovasi dan teknologi mampu
memberikan situasi yang nyata pada proses
pembelajaran. Selama ini pelajar dituntut untuk memiliki
kemampuan verbalisme yang tinggi pada hal-hal yang
abstrak. Verbalisme adalah hal sangat sulit sekali dan

224
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
225

membosankan bagi pelajar jika terus menerus dipacu di


sekolah. Penggunaan inovasi dan teknologi berupa
instrumen yang mampu mengajak pelajar belajar ke
dunia nyata melalui visualisasi akan mampu menurunkan
rasa bosan pelajar dan meningkatkan minatnya pada
mata pelajaran

b. Transfer informasi lebih utuh


Hasil inovasi berupa instrumen bantu pendidikan
akan memberikan data atau informasi yang utuh, hal ini
terlihat pada aktifnya indera pelajar, baik indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman, sehingga
pelajar seakan-akan menemui situasi yang seperti
aslinya. Hasil inovasi dan teknologi akan melengkapi
gambaran abstrak yang sebelumnya dipahami pelajar
dan membetulkan pemahaman yang salah mengenai
informasi yang didapatkan dari teks. Pada kasus
pengadaan hasil inovasi dan teknologi pada
laboratorium, dengan memanipulasi objek dan situasi
penelitian sedemikian rupa, maka objek dan situsi
tersebut seakan-akan sesuai dengan fenomena-
fenomena yang dipelajari oleh pelajar.

225
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
226

c. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang


pelajar untuk lebih berpikir secara ilmiah
dalam mengamati gejala masyarakat atau
gejala alam yang menjadi objek kajian dalam
belajar.
Hasil inovasi dan teknologi dikembangkan
dengan kerangka berpikir ilmiah berupa langkah
rasional, sistematik, dan konsisten. Secara tidak
langsung hasil-hasil inovasi dan teknologi akan
merangsang pelajar untuk membantu pelajar dalam
mengidentifikasi masalah, observasi data, pengolahan
data serta perumusan hipotesis. Kegiatan tersebut
tidak hanya hanya memperkuat ingatan terhadap
informasi yang diserap, tetapi juga berfungsi sebagai
pembentukan unsur kognitif yang menyangkut
jenjang pemahaman.

d. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang


kreatifitas pelajar.
Ada beberapa hasil inovasi dan teknologi
pendidikan yang dapat digunakan secara mandiri oleh

226
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
227

pelajar, dimana siswa dapat mengembangkan


kreatifitasnya serta imajinasi dan daya nalarnya
dalam memahami materi yang diajarkan. Di sini,
kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keunikan
pelajar dalam berpikir akan terpacu.

D. Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Inovasi dan


Teknologi Dalam Bidang Pendidikan
Kegiatan yang harus dilakukan guru dalam
belajar-mengajar, antara lain menyangkut perumusan
tujuan, pemilihan bahan ajar, metoda dan alat bantu
mengajar, kegiatan pelajar, evaluasi hasil belajar, dan
manajemen pembelajaran. Beberapa aktifitas tersebut
dapat dibantu dengan menggunakan hasil-hasil
inovasi dan teknologi. Banyak sekali wilayah dalam
pendidikan yang berpeluang untuk memanfaatkan
hasil-hasil teknologi, karena berbagai dalam berbagai
aspek kehidupan, inovasi dan teknologi sudah mampu
menjawab kebutuhan manusia untuk berkembang.
Pemanfaatan inovasi dan teknologi dalam bidang
pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua bentuk
yaitu :

227
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
228

1. Penerapan inovasi dan teknologi pendidikan


dalam bentuk sistem pendidikan
Inovasi dan teknologi pada tataran ini
menjangkau area kebijakan penyelenggaraan proses
pendidikan. Contoh dari pemanfaatan inovasi dan
teknologi pelaksanaan sistem Cara Belajar Pelajar
Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
atau penambahan jam belajar di sekolah. Pada
tataran ini inovasi dan teknologi diterapkan secara
massal karena mengarah pada sistem.

2. Penerapan inovasi dan teknologi pada media


belajar dan mengajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini
menjangkau area yang lebih sempit, yaitu merujuk
pada penyelenggaraan proses pendidikan berupa
proses belajar mengajar di sekolah, Penerapan yang
dilakukan adalah elaborasi hasil teknologi sebagai
media belajar di sekolah, misalnya Computer Assisted
Instruction (CAI), alat-alat canggih berupa audio
visual, alat-alat permainan edukatif atau media cetak

228
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
229

berupa buku-buku, serta pengadaan alat-alat


laboratorium yang berkualitas

3. Penerapan Inovasi dan teknologi pada konsep


pendidikan dan konsep belajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini
menjangkau area konseptual pendidikan, misalnya
konsep pendidikan yang membebaskan yang
diungkapkan oleh Paul Freire, konsep Quantum
Learning (Potter dan Hernacki, 2001), Accelerated
Learning.

Beberapa area bentuk pemanfaatan teknologi dan


inovasi pendidikan yang akan dilakukan juga terletak
pada:
a. Produksi dan aplikasi media pendidikan
b. Pelatihan dan pengembangan profesional pendidikan
c. Pengelolaan sistem belajar jarak jauh
d. Teknologi informasi dalam pendidikan
Contoh beberapa pemanfaatan antara lain :

229
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
230

a. Pemanfaatan pada laboratorium pendidikan yang


berfungsi melakukan penelitian dan pengembangan
model pengejaran yang baik
b. Pusat Produksi Multimedia Pendidikan yang
menghasilkan audio kaset, audio grafis, program
video sampai program siaran radio dan TV
c. Pusat Pengujian sebagai pengelola evaluasi hasil
belajar siswa
d. Perpustakaan
e. Pusat Penerbitan menerbitkan bahan ajar cetak
f. Unit-unit kerja lain seperti Pusat Komputer, Biro
Administrasi Akademik, Perencanaan, Sistem
Informasi
Secara spesifik contoh-contoh pemanfaatan
teknologi dapat dilihat pada bab berikut ini.

E. Beberapa Contoh Pemanfaatan Teknologi dan


Inovasi Pendidikan Pada Masa Kini
a. Pemanfaatan Komputer Sebagai Media Bantu
Belajar Mengajar Matematika dan IPA
Komputer dewasa ini telah dilengkapi dengan
kemampuan yang tak tertandingi oleh peralatan lain,

230
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
231

baik dari segi kecepatan maupun keluwesan


penggunaannya. Dalam kaitannyan dengan peningkatan
mutu pendidikan, tidak salah jika komputer menjadi
pilihan tepat sebagai media pembelajaran. Salah satu
mata pelajaran yang dapat dibantu dengan berbagai
fasilitas di dalam komputer adalah matematika dan IPA
(Fisika, Kimia dan Biologi) atau yang lebih akrab disebut
dengan MIPA.
Mata pelajaran matematikan dan IPA adalah mata
pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
sehingga selama ini ditakuti pelajar sekolah, padahal
mata pelajaran matematika dan IPA adalah ilmu dasar
yang mutlak harus dikuasai sebagai langkah awal dalam
meletakkan landasan penguasaan teknologi. Konsep
MIPA tidak mungkin dapat dikuasai hanya dengan
membaca buku ataupun menghafal rumus-rumus saja
Disamping cara ini sangat memerlukan waktu dan
tenaga yang banyak, cara-cara seperti ini dapat
menyebabkan berbagai macam miskonsepsi. Oleh
karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, pelajar
harus dibawa seekat mungkin dengan peristiwa alam,
misalnya dengan metode eksperimental atau metode

231
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
232

demonstrasi. Dalam hal ini, komputer menjadi media


yang cocok untuk menunjang cara pengajaran seperti
itu. Hal ini dikarenakan komputer memiliki beberapa
karakteristik, antara lain :
a. Komputer dapat digunakan dimana saja dan kapan
saja
b. Dapat dipakai dalam proses belajar mengajar baik
secara klasikal maupun individual
c. Mudah dan murah pembuatannya
d. Komputer dapat memvisualisasikan fenomena alam
seperti proses aslinya
e. Komputer mampu melakukan simulasi, perhitungan
dan bahkan data untuk digunakan kapan saja
Secara spesifik, penggunaan komputer sebagai
media bantu belajar mengajar memiliki beberapa tujuan,
antara lain :
a. Pelajar lebih mudah memahami kondep-konsep
yang diajarkan. Kemampuan pelajar dalam hal
aplikasi, analisis dan sintesis dapat terus dibina.
b. Pelajar lebih berminat dan giat mempelajari materi
c. Mengurangi terjadinya salah konsep dan verbalisasi,
misalnya menghafal

232
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
233

d. Memotivasi guru untuk mengembangkan


pengetahuan dan profesinya

Namun, meskipun banyak keuntungan yang bisa


diperoleh, upaya komputerisasi media pendidikan
banyak menemui hambatan. Hal ini disebabkan oleh
sedikitnya guru yang mau dan mampu menyusun
sebuah aplikasi presentasi atau program pembelajaran,
padahal inilah inovasi dalam pemanfaatan computer.
Selain itu sedikitnya pengetahuan guru tentang
pemrograman dan kurang tersedianya perangkat lunak
pembelajaran juga menjadi kendala yang perlu segera
diatasi. Pada dasarnya, banyak guru yang telah mampu
mengoperasionalkan komputer. Namun patut
disayangkan penggunaan komputer masih sebatas
sebagai sarana bantu administratif dan bukan untuk
keperluan belajar yang menjadi tugas utamanya.

b. Program Akselerasi
Akselerasi berarti percepatan. Penerapan program
akselerasi di sekolah merupakan sebuah inovasi
tersendiri dalam bidang pendidikan. Program akselerasi

233
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
234

memiliki beberapa kekhasan yang ditandai dengan


adanya saling pemahaman antara dua belah pihak, yaitu
pihak guru dan pelajar. Kesepakatan bersama harus
sejalan dan saling disadari oleh guru dan pelajar karena
keduanya adalah bagian penting dalam sebuah sistem
pendidikan.
Sebagai produk baru pada jenjang pendidikan
menengah dasar dan menengah program akselerasi
pada SD, SLTP dan SMU dirintis oleh sekolah di Jakarta
dan Yogyakarta (Nursito, 2001). Di Yogyakarta tahun
2003 merupakan tahun kedua pelaksanaan program
percepatan yang dilaksanakan di SMU 1, SMU 3 dan
SMU 8, sedang di Jakarta sudah dilaksanakan beberapa
tahun sebelumnya. Pelaksanaan program akselerasi masi
tetap mengacu pada kurikulum 1994. Bila kurikulum
mutakhir ini dikurangi bebannya (dari 42 jam tatap muka
menjadi 36 jam), jelas beban dan pelaksanaan program
akselerasi menjadi ringan.
Program akselerasi merupakan upaya untuk
peningkatan mutu pendidikan dengan mewadahi
kemampuan pelajar yang memiliki kemampuan yang
lebih. Penerapan program akselerasi adalah salah satu

234
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
235

contoh bahwa dunia pendidikan mulai berbenah dalam


menghadapi tuntutan zaman dengan terus menerus
berinovasi.
1. Pemanfaatan Internet dalam Pendidikan
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari
bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh
dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian pula
Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan
akademis. Adanya Internet membuka sumber informasi
yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber
informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan
merupakan salah satu sumber informasi yang mahal
harganya. Adanya Internet memungkinkan seseorang di
Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika
Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan
dengan menggunakan program khusus (biasanya
menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS), aplikasi
telnet (seperti pada aplikasi hytelnet) atau melalui web
browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak
cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian,
tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab
dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa

235
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
236

adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang


mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan
mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus
berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang
pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal
ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan
email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan
saling tukar menukar data melalui Internet, via email,
ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring.
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat
berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di
universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa
dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau
dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia.
Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan
dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang
(reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan
tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-

236
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
237

sama sehingga mempercepat proses pengembangan


ilmu dan teknologi. Distance learning dan virtual
university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet.
Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker
mengatakan bahwa “Triggered by the Internet,
continuing adult education may wll become our greatest
growth industry”. Virtual university memiliki karakteristik
yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang
diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya
dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang
dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta
mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university
dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan
di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk
menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang
pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi
bidang pendidikan di Indonesia: Akses ke perpustakaan;
Akses ke pakar; Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di
bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai
bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang

237
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
238

giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”,


dimana ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU
dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini.
Inisiatif pemanfaatan internet sebagai upaya
pemanfaatan inovasi dan teknologi di bidang pendidikan
perlu mendapat dukungan dari bangas Indonesia.
Nampaknya hal ini sebagian besar sekolah sudah
terhubungan dengan Internet.

2. Penerapan Teori Belajar Kuantum


Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa
Indonesia berada dalam suatu era dimana hampir
seluruh informasi dapat disajikan seketika dalam
berbagai bentuk melalui sebuah jaringan belajar global,
suatu abad dimana teknologi informasi telah melahirkan
ekonomi baru. Gelombang perubahan yang
mengguncangkan ini memaksa kita untuk memikirkan
kembali segala sesuatu yang selama ini kita pahami
tentang pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bisnis,
ekonomi, dan pemerintahan dimana negara-negara
berkembang memungkinkan melompati revolusi industri
dan segera memasuki era informasi dan inovasi.

238
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
239

Kekuatan atau kompetensi dari suatu organisasi


akan lebih ditentukan oleh intangible asset berupa
sumber daya manusia yang berkemampuan serta
organisasi pembelajar untuk dapat bersaing pada masa
yang akan datang. Dengan berkembangnya teknologi
informasi dunia ini penuh dengan limpahan pengetahuan
yang luar biasa tinggal mampukah mengambil
kesempatan tersebut untuk mengembangkan
kompetensi diri kita sebagai individu maupun organisasi.
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran
maupun pelatihan yang baru yang menggunakan
metodologi berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences
(Gardner), Neuro Linguistic Programming atau NLP
(Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn),
Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson &
Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter)
menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan
dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu
meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar.
Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman
delapan belas tahun.

239
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
240

Percepatan belajar (accelerated learning)


dikembangkan untuk menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah dengan secara
sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan
sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai,
cara efektif penyajian, modalitas belajar serta
keterlibatan aktif dari peserta. Konsep kunci dalam
Quantum Learning adalah sintesis dari berbagai teori
dan strategi belajar yang digunakan antara lain :
a. Teori otak kanan / kiri
b. Teori otak triune (3 in 1)
c. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
d. Teori kecerdasan ganda
e. Pendidikan holistic (menyeluruh)
f. Belajar berdasarkan pengalaman
g. Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
h. Simulasi / permainan
i. Peta Pikiran (mind mapping)
Perubahan paradigma dalam model Quantum
Learning dilandaskan pada asumsi dasar bahwa :

240
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
241

a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid


sehingga seorang trainer lebih bersifat sebagai
fasilitator
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif
jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal,
penataan duduk setengah melingkar tanpa meja,
penataan sinar atau cahoya yang baik sehingga
peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan
berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan
pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu
merubahnya dengan demikian perasaan nyaman
dan positif akan terbentuk dalam menerima
informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat
disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak
kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak
menguraikannya dalam bentuk simbol atau asosiatip
sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih

241
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
242

banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram,


flow atau simbol.
f. Kunci menuju kesuksesan model quantum learning
adalah latar belakang (background) musik yang
telah terbukti memberikan pengaruh positip dalam
proses pembelajaran
g. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif
dalam membahas materi sesuai dengan
pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu
membuot belajar serupa bekerja (pembelajaran
orang dewasa)

Tahapan awal aplikasi metoda belajar Quantum Learning


a. Melakukan pengkajian yang lebih mendalam
mengenai metoda belajar dengan Quantum
Learning
b. Bekerja sama atau kolaborasi dalam
mengembangkan metode tersebut dengan pihak
luar yang mempunyai basis psikologi dalam metoda
pendidikan
c. Mengundang pihak luar yang kompeten dalam
pengembangan metoda tersebut

242
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
243

d. Bilamana diperlukan mengundang Bobbi DePorter


yang telah mengemas dan mengembangkan
gagasan Quantum Learning
e. Mengadakan uji coba aplikasi metoda tersebut
untuk materi manajemen (non vocational) dan
melakukan questioner untuk pengembangan lebih
lanjut apabila hasilnya positip.
f. Menyiapkan sarana belajar Quantum Learning
sesuai perkembangan yang ada
g. Sosialisasi pada diklat-diklat di lingkungan Jasdik
untuk mengembangkan metoda tersebut
h. Melakukan review pada modul-modul yang telah
ada berdasarkan sistimatika dan metodologi
Quantum Learning
i. Membentuk team yang sepenuhnya di sponsori dan
di back-up oleh manajemen karena sifatnya yang
eksperimental dalam mengembangkan inovasi yang
baru tersebut (re-energize).
j. Penyiapan media pendidikan seperti Note Book,
Proyektor, OHP, Flip Chart, Sound System Portable
baik untuk kegiatan internal maupun presentasi.

243
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
244

F. Penutup
Setelah memahami kondisi sosial yang ada maka
langkah selanjutnya adalah mendesain formula ilmu
pendidikan yang aspiratif dengan perkembangan dunia.
Persoalannya adalah apakah ilmu pendidikan saat ini
sudah memadai guna menyaingi gelombang peribahan
sosial (Darwin, 2002). Dari pemahaman ini, nampaknya
ilmu pendidikan perlu direposisi. Pertama perlu dilihat
bahwa proses pendidikan merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat. Bahkan bukan hanya masyarakat
Indonesia tetapi bagian dari seluruh umat manusia.
Dengan kata lain, ilmu pendidikan merupakan bagian
yang tak terpishkan dari kebudayaan Indonesia maupun
kebudayaan global.
Dengan demikian ilmu pendidikan bukan hanya
sekedar sebagai proses pendewasaan atau proses
sosialisasi atau proses penyesuaian budaya, tetapi juga
sebagai proses yang aspiratif dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun upaya peningkatan terus menerus
dilakukan, para pendidik harus menjawab pertanyaan
muncul, yaitu : apakah inovasi dan teknologi sudah

244
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
245

saatnya mutlak diperlukan kehadirannya dalam setiap


aktifitas pendidikan ataukah hanya sekedar ikut-ikutan
pada trend yang berkembang?
Oleh karena itu diperlukan langkah prevensi yang
antisipatif terhadap segala kemungkinan yang ada. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah pengarahan ulang
(redirection) terhadap kegiatan penelitian dan
pengembangan pendidikan serta menghilangkan sifat
konservatisme di dalam pendidikan di Indonesia.
Perancangan ulang tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
dengan pendidikan serta komponen di dalam sekolah
sebagai institusi pendidikan formal. Perancangan ulang
tersebut setidaknya harus mencakup:

a. Perluasan Area Cakupan Penelitian


Penelitian mengenai pendidikan yang dilakukan
hendaknya diperluas pada proses transfer of learning
pada belajar, akan tetapi juga menyangkut masalah
yang berkaitan dengan ekonomi, sosial dan budaya

245
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
246

b. Penyusunan Kerangka Acuan (frame of


reference)
Kerangka acuan mengenai aspek pendidikan perlu
diperluas sehingga mencapai simpul-simpul pertemuan
antara pendidikan dengan perubahan sosial-ekonomi,
transformasi kultural dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada sisi yang lain.

c. Perluasan Time Frame


Penelitian yang dilakukan tidak hanya terpaku
pada masalah-masalah pendidikan pada masa lampau
tetapi juga menelusuri akar historis persoalan pada masa
sekarang dan melakukan penjajagan mengenai situasi
dan problematika di masa depan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasilnya dalam dunia pendidikan
(Arsyad, 2000). Para praktisi pendidikan dituntut untuk
mampu memanfaatkan hasil teknologi sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman. Pendidik, misalnya,

246
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
247

dituntut untuk sekurang-kurangnya mampu


mengaplikasikan peralatan modern yang tersedia.
Selain itu pendidik juga diharapkan untuk
menggalakkan penelitian tentang Ilmu Pendidikan,
karena pedagoik memiliki wacana, visi, misi dan program
yang jelas serta metode obeservasi, eksperimentasi, dan
metode ilmiah baik kuantitatif dan kualitatif yang baik.
Namun meskipun sudah memiliki kejelasan orientasi,
namun masih sedikit upaya yang dilakukan bangsa
Indonesia untuk mengaplikasikan orientasi tersebut
dalam medan penelitian ilmiah.
Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat
cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan. Dunia
Pendidikan yang berperan mencetak manusia yang
menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang
sama yaitu tersentuh dengan teknologi. Pendidikan yang
identik dengan sekolah dan lembaga formal
memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara
menyediakan sarana dan prasarana demi tercapainya
suasana belajar dan mengajar yang kondusif. Namun,
kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran
yang memuaskan. Saat ini masih banyak sekolah-

247
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
248

sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan)


belum tersentuh teknologi, terutama komputer. Di
beberapa sekolah terungkap sistem manajemen dan
Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin
ketik sebagai sarana pembukuan administrasi masih
menjadi alat utama sementara dilain sisi teknologi
komputer telah berkembang pesat dalam sistem
pengleloaan manajemen dan Tata Usaha. Bahkan kini
teknologi komputer didukung dengan internet yang telah
menjadi jendela penghubung dunia.
Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari
pemerintah Jepang yang ternyata disinyalir sebagai
ajang bisnis miliaran rupiah kurang didukung dengan
respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap
bahwa beberapa sekolah membutuhkan sarana
komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi
juga sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal
jauh dengan siswa di eropa yang telah menggunakan
teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu
sebagai sarana belajarnya.
Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam
hal ini Departemen Pendidikan Nasional dengan

248
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
249

menteknologikan pendidikan. Tahapan-tahapan yang


dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian
dana untuk penyediaan sarana dan prasarana seperti
komputer akan mendukung program ini. Dalam hali ini
yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang
berada di pedesaan dimana siswanya belum pernah
menyentuh bahkan melihat komputer. Program-program
komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam
kurikulum nasional pada tingkatan sekolah dasar,
sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan
yang telah mengenal komputer. Setiap kejadian pasti
ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer dapat
digali hikmah dan wacana yang terkandung didalamnya.

249
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
250

BAB VII
INOVASI DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN &
INOVASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Sekolah Dasar dan Menengah, Perguruan Tinggi,
Lembaga Non Formal, Pondok Pesantren merupakan
suatu organisasi yang memiliki tujuan mengantarkan
peserta didik/warga belajar/masyarakat menjadi
manusia yang berguna bagi dirinya, bangsa, Negara,
Agama dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan terus menerus mengembangkan
inovasi-inovasi dalam penyelenggaraannya dan bekerja
sama dengan berbagai pihak terkait sehingga tujuannya
dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Ada empat ruang lingkup yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan inovasi sekolah, yaitu aspek
input, aspek proses (proses disini adalah proses belajar
mengajar), output, dan outcome. Unsur apa saja dari
keempat aspek tersebut dapat diperhatikan secara
singkat uraian di bawah ini:

250
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
251

1. Aspek Input atau masukan, meliputi:


a. Visi, misi, tujuan, sasaran
b. Kurikulum
c. Pendidik dan tenaga kependidikan
d. Peserta didik
e. Sarana dan prasarana
f. Dana
g. Regulasi
h. Organisasi
i. Administrasi
j. Peran serta masyarakat
k. Budaya sekolah

2. Aspek Proses; yaitu proses belajar mengajar

3. Aspek Output, meliputi:


a. Prestasi akademik
b. Prestasi non akademik
c. Angka putus sekolah
d. Angka mengulang

4. Aspek Outcome, meliputi:

251
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
252

a. Kesempatan pendidikan
b. Kesempatan kerja
c. Pengembangan diri tamatan

Dari 4 (empat) aspek tersebut di atas diperlukan


sebuah penyelenggaraan organisasi yang sinergis
dengan melakukan inovasi-inovasi yang mengarah pada
pencapaian peningkatan mutu.

B. Konsep Organisasi
Definisi organisasi menurut Stephen P. Robbins
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
Dari definisi yang disampaikan di atas jelas bahwa
suatu organisasi diperlukan kerja bareng seluruh
komponen yang ada diorganisasi tersebut atau dengan
kata lain adanya pertisipasi aktif semua komponen.
Partisipasi menurut Keith Davis menyatakan ada
tiga unsur penting dalam partisipasi, yaitu:

252
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
253

1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan


sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental
dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau
hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu
sumbangan kepada usaha mencapai tujuan
kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang,
kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur
tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa
menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota
artinya ada rasa “sense of belongingness”. Keith
Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi,
yaitu sebagai berikut : Pikiran (psychological
participation), Tenaga (physical partisipation), Pikiran
dan tenaga, Keahlian, Barang, Uang.

Joyce Wycoff (2004) mengemukakan 10 langkah


praktis untuk mempertahankan kehidupan inovasi dalam
suatu organisasi yaitu :
1. Hilangkan rasa takut dalam organisasi.

253
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
254

2. Jadikan inovasi sebagai bagian dari sistem penilaian


kerja setiap orang. Tanyakan kepada mereka, apa
yang akan mereka ciptakan pada masa yang akan
datang.
3. Dokumentasikan setiap proses inovasi dan pastikan
setiap orang dapat memahami peran di dalamnya
dengan sebaik-baiknya.
4. Berikan keluasaan kepada semua orang untuk dapat
mengeksplorasi kemungkinan baru dan berkolaborasi
dengan orang lain.
5. Pastikan setiap orang dapat memahami strategi
organisasi dan pastikan pula bahwa semua usaha
inovasi benar-benar sudah selaras dengan strategi
yang ada.
6. Belajarkan semua orang untuk mampu memindai
limngkungan, seperti tentang trend baru, teknologi
atau perubahan mindset pelanggan.
7. Belajarkan semua orang untuk menghargai
keragaman, baik dalam gaya berpikir, perspektif,
pengalaman atau keahlian, karena keragaman
seluruh aktivitas ini merupakan bagian yang penting

254
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
255

dan tidak dapat dipisahkan dalam proses menuju


inovasi.
8. Tentukan kriteria yang terukur dengan fokus pada
cita-cita masa depan organisasi.
9. Team inovasi berbeda dengan team proyek regular.
Oleh karena itu dibutuhkan perlengkapan dan
mindset yang berbeda pula. Sediakanlah pelatihan
yang cukup sehingga setiap orang dapat bekerja
dalam inovasi secara sukses.
10. Kembangkan sistem pengelolaan gagasan dan
tangkaplah setiap gagasan untuk dikembangkan dan
dievaluasi berbagai kemungkinannya.
11. Jangan pernah putus asa dalam menjalankanm roda
orgnisasi.

PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) merupakan


jalan meningkatkan profesionalisme guru. Guru dan
tenaga pendidik lainnya dapat mengadakan pelatihan
KKG, KKKS, Pembuatan soal, Pelayanan ICT dan
tersedianya sumber belajar yang memadai untuk
dipergunakan. Kalau PSBG tidak dimanfaatkan secara
maksimal maka hasil yang diharapkan juga tidak

255
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
256

maksimal. Jika para tenaga pendidik yang ada di binaan


DBE2 memanfaatkan dan menggunakan sumber belajar
yang ada maka tidak muluk-muluk apa yang diutarakan
di atas bahwa PSBG dapat menjadi wadah menuju
profesionalisme seorang tenaga pendididik.
Namun, kenyataan yang aktual organisasi
profesional tersebut nampaknya belum optimal
dimanfaatkan oleh seluruh komponen tenaga
kependidikan (guru), hal ini dibuktikan bahwa Nilai
Rata-rata Sementara UKG 44,5 (Posted on August
4, 2012 04 Agustus 2012, Kompas p12 (1) Hingga hari
ketiga, tercatat 373.415 guru TK hingga SMA/SMK telah
mengikuti uji kompetensi guru. Dari hasil pengolahan
terhadap 243.619 peserta UKG hari pertama dan kedua,
nilai rata-rata sementara UKG tergolong rendah, hanya
44,5.
Dari seluruh peserta yang ikut UKG, hanya sekitar
10 persen yang memperoleh nilai di atas 70. 316
kabupaten/kota yang nilai rata-ratanya di bawah rata-
rata nasional, dan 92 kabupaten/kota yang nilainya di
atas rata-rata nasional.
(http://bectrustfund.wordpress.com/2012/08/04/nilai-

256
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
257

rata-rata-sementara-ukg-445/ diunduh Pukul 20.30 WIB


tanggal 27 Januari 2013.)
Dengan data tersebut dapat dikatakan bahwa
organisasi profesional di tenaga kependidikan masih
belum optimal melaksanakan berbagai inovasi
pendidikan. Guru yang profesional pasti akan
diperhatikan pemerintah untuk masa yang akan datang,
dalam hal ini guru yang seperti apa? Inilah
pertanyaannya yang sangat mendasar yang perlu terus
dicari alternatif persiapannya menuju guru yang
profesional tersebut.
Jika kita tinjau tujuan akhir PSBG seyogyanya tidak
akan terjadi prosentasi yang rendah terhadap hasil UKG.
Mari kita perhatikan tujuan organisasi PSBG tersebut:
1. Meningkatkan mutu pendidikan
2. Meningkatkan profesi guru dan Kepala Sekolah
3. Mengembangkan guru dan KS menjadi lebih
profesional
4. Meningkatkan mutu pembelajaran siswa
5. Merangsang kreativitas siswa dan guru dalam
menggunakan alat peraga

257
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
258

6. Meningkatkan mutu pembelajaran melalui inovasi


pendidikan produk PSBG
7. Menumbuhkan rasa tanggungjawab dan cinta
lingkungan
8. membuat proses belajar jadi mudah dan
menyenangkan

PSBG yang memiliki 4 fungsi yaitu :


1. Pertemuan PSBG berfungsi sebagai tempat warga
gugus melaksanakan pertemuan-pertemuan baik rutin
maupun insidental berkaitan dengan kegiatan
profesionalnya. Seperti misalnya pertemuan KKG,
KKKS, MKKS, MGMP dll.
2. Pengembangan profesional PSBG merupakan tempat
di mana warga gugus dapat melakukan kegiatan-
kegiatan pengembang-an profesional dalam
pendidikan dan pembelajaran.
Misalnya pelatihan, workshop, simulasi, peer
teaching, diskusi serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan peningkatan kemampuan profesionalnya. Di
PSBG para guru dapat melaksanakan workshop
penyusunan RPP, penulisan soal dll.

258
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
259

3. Informasi PSBG merupakan tempat di mana warga


gugus dapat memperoleh informasi pendidikan dan
pembelajaran.
Berbagai informasi baik dalam bentuk nara
sumber, materi cetak, non cetak , maupun on-line dapat
diperoleh atau diakses di PSBG. Buku-buku referensi,
dokumen–dokumen kebijakan pendidikan, majalah,
koran , program audio atau video pembelajaran tersedia,
dapat dipinjam dan atau digunakan di PSBG sementara
informasi dari luar PSBG dapat diakses online melalui
PSBG. Hasil workshop para guru yang baik dapat pula di
simpan di PSBG untuk dapat digunakan bersama seperti
: RPP, alat bantu mengajar sederhana, dll.
Produksi PSBG kemungkinan juga melaksanakan
fungsi produksi apabila di PSBG warga gugus dapat
membuat alat bantu atau media pembelajaran untuk
menunjang kegiatan belajar-mengajar mereka di sekolah
masing-masing. Alat bantu atau media pembelajaran
yang baik nantinya tidak hanya digunakan di gugus ybs
tetapi kemungkinan juga gugus lain dari kabupaten yang
sama atau bahkan kabupaten dan propinsi yang lain.

259
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
260

Kenyataan dilapangan ternyata sungguh jauh dari


apa yang dijelaskan di atas, oleh karena itu perlu sekali
bahkan menjadi bahan untuk berinovasi dalam
berorganisasi. Pemahaman inovasi dalam organisasi
sangat penting karena dengan memahami konteks
inovasi dalam Organisasi kita sebagai manajer tidak
akan kehilangan jejak untuk melakukan Inovasi. Seiring
dengan perkembangan jaman maka pada setiap
komponen dari sistem organisasi itu sendiri sudah
seharusnya mendapatkan sentuhan Inovasi. Oleh karena
itu pemahaman lingkunp inovasi organisasi menjadi
sangat penting.
Inovasi sebagai bagian dari perubahan sosial
memerlukan adanya pengelolaan (manajemen) yang
mantap, matang dan cermat agar inovasi tersebut dapat
terarah pada tujuan yang akan dicapai. Untuk memenuhi
keperluan tersebut, Zaltman (1972: 23-40)
mengemukakan suatu model yang disebut “Change
Management System”. Manajemen sendiri menurut
Stoner dalam Sumidjo dan Soebedjo (1986: 2-4) adalah
manajemen merupakan serangkai kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

260
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
261

mengendalikan segala upaya dalam mengatur dan


mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, maka manajemen inovasi pendidikan adalah
serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan mengendalikan
(mengawasi dan menilai) segala upaya dalam mengatur
dan mendayagunakan sumber daya manusia dan non
manusia secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan inovasi pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen perubahan sosial (Change
Management System) menurut Zaltman (1972: 23)
memiliki 3 sub-sistem yaitu: (1) Sub-sistem organisasi
yang meliputi perencanaan dan pengorganisasian; (2)
Sub-sistem komunikasi yang meliputi pelaksanaan dan
difusi inovasi; (3) Sub-sistem target perubahan yang
meliputi proses keputusan oleh adopter yang selanjutnya
menjadi bahan penilaian pelaksanaan inovasi. Sistem
pengelolaan perubahan sosial tersebut bertujuan untuk
mengadakan perubahan sosial.

261
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
262

Sedangkan beberapa pakar manajemen lain,


seperti Hersey dan Blanchard (1982) membagi fungsi
manajemen menjadi empat yang disingkat dengan
POMC, yaitu: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), motivating (penggerakan) dan
controlling (pengawasan). Siagian (1983)
mengemukakan lima fungsi manajemen, yaitu: planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian),
motivating (penggerakan), controlling (pengawasan) dan
evaluation (penilaian).
Berdasarkan beberapa pembagian fungsi
manajemen tersebut, fungsi manajemen pendidikan
yang dikemukakan di sini adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian),
motivating (penggerakan) dan controlling (pengawasan)
dan evaluation (peneliaian). Kelima rangkaian kegiatan
tersebut menurut Morris (1976: 51) merupakan
rangkaian pelbagai kegiatan wajar yang telah ditetapkan
dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara
satu dengan lainnya dan dilaksanakan oleh orang atau
lembaga yang diberi tugas untuk melakukan kegiatan
tersebut.

262
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
263

Lebih jelasnya tentang fungsi manajeman tersebut


dapat diperhatikan berikut ini:
1. Perencanaan (Planning)
Yehezkel Dror dalam Sudjana (2000: 62)
mengemukakan: “Planning is the procces of preparing a
set of decision for action in the future directed as
achieving goals by preferable means”. Definisi tersebut
mengandung arti bahwa perencanaan merupakan suatu
proses untuk mempersiapkan seperangkat keputusan
tentang kegiatan-kegiatan pada masa yang akan datang
dengan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
melalui penggunaan sarana yang tersedia.
Perencanaan bukanlah kegiatan tersendiri,
melainkan merupakan bagian dari proses pengambilan
keputusan (Sudjana, 2000: 61). Proses pengambilan
keputusan itu dimulai dengan perumusan tujuan,
kebijaksanaan, dan sasaran luas yang kemudian
berkembang pada tahapan tujuan dan kebijaksanaan
dalam rencana yang lebih rinci berbentuk program-
program untuk dilaksanakan (Schaffer, 1970). Secara
umum, perencanaan meliputi 3 jenis, yaitu:

263
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
264

a. Perencanaan alokatif (allocative planning).


Perencanaan ini ditandai oleh upaya penyebaran
atau pembagian (alokasi) sumber-sumber yang
jumlahnya terbatas kepada kegiatan-kegiatan dan pihak-
pihak yang akan menggunakan sumber-sumber tersebut
yang jumlahnya lebih banyak. Cirri-ciri perencanaan
alokatif ialah: (1) perencanaan dilakukan secara
komperhensif; (2) adanya keseimbangan dan keserasian
antara komponen kegiatan. Sedangkan tipe perencanaan
ini adalah: (1) perencanaan berdasarkan perintah; (2)
perencanaan berdasarkan kebijakan; (3) perencanaan
berdasarkan persekutuan; (4) perencanaan berdasarkan
kepentingan peserta (Sudjana, 2000: 65-90).

b. Perencanaan inovatif (innovatif planning)


Perencanaan inovatif merupakan proses
penyusunan rencana yang menitikberatkan perubahan
fungsi dan wawasan kelembagaan untuk memecahkan
masalah yang timbul di masyarakat. Ciri pokok
perencanaan ini adalah: (1) pembentukan lembaga
baru; (2) orientasi pada tindakan atau kegiatan; (3)

264
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
265

penggerakan sumber-sumber yang diperlukan (Sudjana,


2000: 90-99).

c. Perencanaan strategi (strategic planning)


Perencanaan strategi merupakan bagian dari
manajemen strategi. Fungsi manajemen strategis adalah
untuk mendayagunakan pelbagai peluang baru yang
mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang.
(Sudjanan, 2000: 99-102)
Ketiga jenis perencanan tersebut dapat
dipergunakan dalam perencanaan inovasi pendidikan
sesuai dengan tujuan inovasi pendidikan dan situasi dan
kondisi lingkungan pada saat inovasi pendidikan digagas.

2. Pengorganisasian (Organizing)
Flippo dan Musinger (1975: 114) mengemukakan
bahwa pengorganisasian adalah kegiatan merancang
dan menetapkan komponen pelaksanaan suatu proses
kegiatan yang terdiri atas tenaga manusia, fungsi dan
fasilitas. Sedangkan Hersey (1982) mendefinisikan
pengorganisasian sebagai kegiatan memadukan sumber-
sumber yaitu manusia, modal dan fasilitas serta

265
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
266

menggunakan sumber-sumber itu untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, pengorganisasian inovasi
pendidikan adalah usaha untuk mengintegrasikan
sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi yang
diperlukan dalam satu kesatuan untuk menjalankan
kegiatan sebagaimana direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Siagian (1982: 4-5) membedakan
pengoragnisasian menjadi dua bagian yang saling
terkait, yaitu: (1) administrative organizing, yaitu proses
pembentukan organisasi secara keseluruhan; (2)
managerial organizing, yaitu pengorganisasian bagian-
bagian dari organisasi keseluruhan tersebut.
Sedangkan prinsip pengorganisasian menurut
Carzo dalam Connor (1974: 3) terdiri atas: (a)
kebermaknaan, yaitu memiliki daya guna dan hasil guna
yang tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan dan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; (b) keluwesan
yang memberi peluang untuk terjadinya perubahan; (c)
kedinamisan yang menjadi acuan bagi setiap orang
dalam organisasi untuk mengembangkan kreatifitas

266
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
267

dalam melaksanakan tugas pekerjaan, menjalin


hubungan dan kedinamisan terhadap gajala perubahan
yang terdapat dalam lingkungan.
Pengorganisasian perlu dilakukan dalam beberapa
urutan kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Urutan kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Memahami tujuan, kebijaksanaan, rencana dan
program yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan;
b. Penentuan tugas-tugas yang akan dilakukan dengan
mempertimbangkan kebijakan dan aturan yang
berlaku;
c. Memilah penggalan pelbagai tugas secara sederhana,
logis, menyeluruh, dan mudah dimengerti yang
kemudian diikuti dengan pengelompokan tugas;
d. Menentukan pembagian batas-batas yang jelas
tentang tugas pekerjaan yang akan dilakukan oleh
begian-bagian yang sejajar maupun hirarkis dalam
organisasi;
e. Menentukan persyaratan (kualitas dan kuantitas) bagi
orang-orang yang diperlukan untuk melakukan tugas

267
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
268

pekerjaan berdasarkan bagian-bagian pekerjaan dan


kedudukan dalam organisasi;
f. Menetapkan prosedur, metode dan teknik kegiatan
yang cocok untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

3. Penggerakan (Motivating)
Penggerakan atau motivating menurut Siagian
(1982: 128) adalah keseluruhan proses pemberian
motivasi bekerja kapada bawahan sedemikian rupa
sehingga mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Sedangkan Hersey dan Blanchard (1982) mendefinisikan
penggerakan sebagai kegiatan untuk menumbuhkan
situasi yang secara langsung dapat mengarahkan
dorongan-dorongan yang ada dalam diri seseorang atau
sekelompok orang kepada kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan jenisnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Dari segi dasar pembentukannya, yang meliputi
motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari;

268
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
269

b. Dari segi sumbernya, meliputi motivasi instrinsik dan


ekstrinsik;
c. Dari segi sifatnya, meliputi motivasi yang bersifat
menyadarkan, dan motivasi yang bersifat paksaan.
(Sudjana, 2000: 162)

Adapun fungsi motivasi adalah:


a. Sebagai pendorong seseorang atau sekelompok
orang, mengingat tidak semua orang yang
mengetahui bahwa sesuatu bermanfaat baginya akan
melakukannya sehingga orang/sekelompok orang
tersebut perlu dimotivasi;
b. Sebagai penentu arah kegiatan dengan maksud untuk
menjaga dan meluruskan kegiatan yang telah
ditetapkan sehingga dapat dilaksanakan sebagaimana
seharusnya oleh orang/sekelompok orang yang
dimotivasi secara efektif dan efesien;
c. Sebagai penyeleksi kegiatan atau perbuatan pihak
yang dimotivasi mengingat terkadang
seseorang/sekelompok orang sulit menentukan
aktifasi mana yang harus dilaksanakan sesuai dengan

269
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
270

tujuan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2000: 162-


163).
Sedangkan mengenai tujuan umum motivasi
menurut Sudjana (2000: 163-164) adalah untuk
memberikan dorongan kepada seseorang atau kelompok
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Selain
itu, penggerakan bertujuan untuk membangkitkan
keinginan seseorang atau sekelompok orang agar
berbuat sesuai dengan yang dikehendaki.
Etheridge (1974) mengemukakan enam aspek
psikis yang perlu dimotivasi yaitu:
a. drive (dorongan atau desakan dari dalam diri
manusia) seperti rasa lapar dan haus yang dapat
dimanfaatkan oleh pemimpin atau penyelenggara
program untuk menggerakkan staf dan pelaksana
program lainnya dengan mengaitkan kegiatan untuk
memenuhi dorongan atau desakan sebagai tujuan
antara dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. stimulation (rangsangan terhadap alat dria). Alat dria,
terutama pancaindera merupakan sumber untuk
melakukan aktifitas serta untuk meningkatkan
perilaku pihak atau sasaran yang digerakkan;

270
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
271

c. level of aspiration (tingkatan harapan) yang


mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mewujudkan harapannya tersebut. Suatu harapan
yang telah terpenuhi dengan berhasil akan
mendorong seseorang untuk memenuhi harapan
lainnya yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, harapan
yang tidak terpenuhi dengan baik akan menurunkan
harapan orang tersebut.
d. goal setting (tujuan yang ingin dicapai). Orang yang
telah menetapkan suatu tujuan yang hendak dicapai,
cenderung akan mengarahkan perilakunya untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
e. crises (krisis yang dalam) yang menurut Sheeby
(1974) terjadi pada setiap peralihan dalam fase
perkembangan orang dewasa yaitu sekitar umur 18
tahun ketika seseorang mulai berpisah dari orang
tuanya, sekitar umur 20 tahun ketika seseorang mulai
memikirkan untuk memperoleh pekerjaan dan
membina keakraban, menjelang usia 30 tahun di saat
seseorang sering mengevaluasi pengalaman lalu dan
menjajagi kesempatan di masa yang akan datang,
awal usia 30 tahun di mana seseorang mulai

271
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
272

memapankan diri dan berpikir lebih rasional, sekitar


umur 45-50 di mana sebagian orang merasakan
kestabilan dalam hidupnya, merasakan gairah hidup
dalam kehidupan pribadi atau pekerjaannya dan ada
pula orang yang mengalami kemunduran dalam
kehidupan pribadi, keluarga atau pekerjaan;
f. needs (kebutuhan) yang mendorong, menguatkan,
dan mengarahkan perilaku seseorang untuk
melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
tersebut maupun untuk mencapai sesuatu tujuan.
Berkaitan dengan kebutuhan ini, Abraham Maslow
(1954) dalam Mulyasa (2002: 121-122) mengemukakan
teori jenjang atau hirarki kebutuhan yang dimulai dari
kebutuhan yang peling rendah dan menuju kebutuhan
yang paling tinggi. Kebutuhan paling rendah menjadi
syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang lebih
tinggi. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan Fisiologis
(physicological needs), kebutuhan aman (safety needs),
kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan untuk diakui
dan dihargai (esteem needs), kebutuhan pengembangan
diri atau aktualisasi diri (self-actualization needs).

272
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
273

Kebutuhan fisiologis (phisicological need)


merupakan kebutuhan yang paling rendah dan
memerlukan pemenuhan yang paling mendesak seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan udara.
Kebutuhan tingkat kedua, kebutuhan akan rasa aman
(safety needs) merupakan kebutuhan yang mendorong
individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan
keteraturan dan keadaan lingkungan, seperti kebutuhan
akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas
tindakan sewenang-wenang.
Selanjutnya, kebutuhan akan kasih sayang (social
needs), merupakan kebutuhan yang mendorong individu
untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, seperti rasa disayangi,
diterima dan dibutuhkan orang lain. Kebutuhan akan
rasa harga diri (esteem needs) yang terdiri atas dua
bagian, yaitu penghormatan atau penghargaan dari diri
sendiri, dan penghargaan dari orang lain. Misalnya,
hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan
penghargaan atas sesuatu yang dilakukan. Terakhir,
kebutuhan akan aktualisai diri (self-actualization needs).
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi

273
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
274

dan akan muncul apabila kebutuhan di bawahnya sudah


terpenuhi. Contoh kebutuhan ini antara lain seseorang
pemusik menciptakan suatu komposisi musik.
Selain teori yang dikemukakan oleh Maslow
tersebut, teori motivasi lain juga dikembangkan oleh
Clyaton Alderfer yang dikenal dengan akronim “ERG”
(Siagian, 2002: 289). Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah,
yaitu:
E = Existence
R = Relatedness
G = Growth
Teori Alderfer tersebut secara konseptual
mempunyai persamaan dengan teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow, di mana “Existence” dapat
dikatakan identik dengan hirarki pertama (kebutuhan
rasa aman atau safety needs); “Relatedness” senada
dengan hirarki ketiga (kebutuhan kasih sayang atau
belongingness and love needs) dan Maslow; dan
“Growth” mengandung makna yang sama dengan
kebutuhan akan aktualisasi diri (needs for self
actualization) yang dikemukakan oleh Maslow.

274
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
275

Perbedaan signifikan diantara kedua teori tersebut


adalah bahwasanya teori Alderfer menekankan pada
pelbagai jenis kabutuhan manusia yang mendalam
pemenuhannya dilakukan secara serentak, tidak
berdasarkan urutan tertentu sebagaimanan dirumuskan
oleh Maslow.
Secara rinci, teori kebutuhan Alderfer tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Existence
Kebutuhan ini terdiri atas kebutuhan dasar setiap
orang yang meliputi kebutuhan untuk memeroleh
pendapatan, memiliki sandang, pangan dan papan
(perumahan), kesalahan (istirahat), kesegaran jasmani,
lingkungan yang tenang dan bersih, rekreasi, dan lain
sebagainya. Di samping itu, kebutuhan ini juga meliputi
pelbagai kebutuhan akan rasa aman yang mencakup
kebutuhan untuk terhindar dari kemunduran dalam
kehidupan, kemerosotan dalam karir, ketidaktenangan
karena suara bising, cahaya suram atau silau, terhindar
dari penyakit, kemiskinan, kebodohan, kecelakaan, dan
hal lain yang dapat menimbulkan kecemasan dan
ketakutan.

275
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
276

b. Relatedness
Kebutuhan ini terdiri atas kebutuhan akan kasih
sayang dan rasa memiliki yang mencakup kebutuhan
terhadap pergaulan yang bersahabat, kebahagiaan
dalam keluarga, dan keakraban pergaulan dengan orang
lain. Kebutuhan ini juga berkaitan dengan rasa
memperoleh tempat dalam kelompok, rasa memiliki
terhadap kelompok dan dimiliki oleh kelompok, serta
rasa mencintai dan dicintai oleh orang lain. Kebutuhan
manusia untuk diakui dan dihargai juga termasuk dalam
Relatedness yang meliputi kebutuhan terhadap
penghargaan, berhubungan dengan kebutuhan untuk
diakui, dihargai, dipercayai, dan dihormati oleh orang
lain.

c. Growth
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia
untuk mengembangkan diri atau aktualisasi diri yang
mencakup kebutuhan untuk memperoleh kesempatan
dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan,
kedudukan, prestasi atau keberhasilan, kegiatan
berusaha, dan penampilan diri.

276
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
277

4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) menurut Longenecher
(1973: 513) adalah aktivis yang berkaitan dengan
kegiatan penilikan, yang sedang berlangsung, peraturan-
peraturan yang sedang dan harus dilaksanakan oleh
setiap orang yang terlibat dalam organisasi, kelemahan-
kelemahan pelaksanaan, dan cara-cara yang digunakan
untuk mengatasi kelemahan tersebut. Sedangkan
Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1985: 29)
menegaskan bahwa pengawasan adalah upaya
memperbaiki kegiatan untuk memelihara agar
pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai sesuai
dengan rencana.
Pengawasan dilakukan untuk mengetahui
kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan
dengan rencana yang telah disusun. Selain itu,
pengawasan dimaksudkan untuk memperbaiki kegiatan
yang menyimpang dari rencana, mengoreksi
penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk
mengupayakan agar tujuan dapat dicapai seefektif dan
seefisien mungkin. Pengawasan dilaksanakan terhadap
sebagian atau seluruh unsur yang terlibat dalm

277
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
278

organisasi. Tanpa pengawasan yang teratur, maka


pengelola tidak akan dapat mengetahui dengan pasti
tentang daya guna dan hasil guna suatu kegiatan dalam
mengimplementasikan rencana (Sudjana, 2000: 230-
231).
Longenecher menambahkan, bahwa penggunaan
fungsi pengawasan adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan, membandingkan kegiatan yang
dilakukan dengan tujuan, dan memperbaiki program
(1973: 514).
Langkah-langkah pokok dalam melakukan
pengawasan menurut Sudjana (2000: 233) dirumuskan
sebagai berikut:
a. menetapkan tolak ukur mengenai hasil pencapaian
tujuan dan kegiatan. Dalam menyusun tolak ukur ini,
Filppo dan Musinger (1975) mengatakan bahwa
pengelola atau pengawas perlu mempertimbangkan
komponen-komponen utama organisasi seperti
sumber daya manusia, tugas-tugas, saran fisik dan
kegiatan.
b. Mengukur penampilan pelaksana dalam melakukan
kegiatan. Pengawasan dapat dilakukan dengan

278
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
279

meninjau kegiatan yang telah dilakukan dan dengan


memantau kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Pengawasan dapat melakukan upaya ini melalui
observasi langsung atau melalui pertemuan antar
pengawas dengan para pelaksana kegiatan.
c. Membadingkan penampilan dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan. Dalam melakukan perbandingan ini,
Ralp C. Davis mengajukan empat langkah, yaitu: (1)
memperoleh informasi, (2) menggabungkan,
mengklasifikasi, dan menyajikan informasi; (3)
melakukan evaluasi berkala terhadap kegiatan yang
sedang dilakukan; (4) melaporkan kenyataan
kegiatan yang terjadi pada pihak yang
berkepentingan.
d. Memperbaiki kegiatan, apabila dipandang perlu
sehingga kegiatan sesuai dengan rencana. Jika upaya
perbaikan memang diperlukan, maka kegiatan
selanjutnya adalah mengembalikan jalannya kegiatan
itu kepada yang seharusnya terjadi, atau menemukan
dan melaksanakan alternatif kegiatan yang cocok
untuk mengatasi hambatan yang tidak tertelakkan.

279
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
280

Perbaikan ini dapat dilakukan dengan cepat dan


mendasar pada saat kegiatan itu tengah berlangsung.
Pendekatan yang dapat dilakukan terhadap
pengawasan ini, menurut Sudjana (2000: 245-246) ada
dua macam, yaitu pendekatan langsung (direct contact)
dan/atau pendekatan tidak langsung (indirect contact).
Pendekatan langsung dilakukan melalui tatap muka,
melalui kegiatan diskusi, rapat, tanya jawab, kunjungan
laporan, kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
Pendekatan ini sering digunakan dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh organisasi/lembaga yang relatif
kecil atau sederhana dan wilayah kegiatannya masih
terbatas.
Sedangkan pendekatan kedua dilakukan melalui
media masa seperti petunjuk tertulis, korespodensi,
penyebaran bulletin, radio, kaset, dll. Pendekatan ini
dilakukan apabila pengawasan diselenggarakan dalam
organisasi yang besar, dan wilayah kegiatannya luas,
dan tugas-tugas pimpinan lebih banyak yang tidak
memungkinkan untuk melakukan pendekatan langsung.
Pendekatan ini biasanya dilaksanakan melalui
mekanisme pengawasan berstruktur, dalam arti

280
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
281

dilakukan secara bertingkat sesuai dengan struktur


organisasi. Mekanisme ini sering didasarkan atas laporan
dari instansi atau pelaksana lebih rendah kepada
instansi/pimpinan di tingkat lebih tinggi secara hierarkis.
Penilaian terhadap suatu program termasuk
program inovasi pendidikan, berkaitan erat dengan
monitoring, yaitu kegiatan untuk mengikuti program dan
pelaksanaanya secara mantap dan terus-menerus
dengan cara mendengar, melihat dan mengamati, dan
mencatat keadaan serta perkembangan program
tersebut (Sudjana, 2000: 253-254). Monitoring dilakukan
terhadap komponen-komponen program, sehingga
berbeda dengan supervisi yang dilakukan terhadap
pelaksanaan program, dan pengawasan yang dilakukan
terhadap orang-orang yang mengelola program.

5. Penilaian (Evaluation)
Paul (1976: 17) memberi arti bahwa “evaluation is
the systematic process of judging the worth, desirability,
effectiveness, or adequacy of something according to
definitive criteria and purposes”. Dalam pengertian ini
dikemukakan bahwa penilaian adalah proses penetapan

281
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
282

secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas, atau


kecocokan sesuatu sesuai dengan efektifitas dan tujuan
yang telah ditetapkan.
Sedangkan Worthen dan Sanders (1973: 20)
memberi definisi “Evaluation as procces of identifying
and collecting information to assist decision makers in
closing among available decision alternatives”.
Pengertian ini menjelaskan bahwa penilaian merupakan
proses mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi
untuk membantu para pengambil keputusan dalam
memilih alternatif keputusan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (1978:
270), penilaian terhadap program mempunyai tujuan,
yaitu:
a. memberi masukan untuk perencanaan program;
b. memberi masukan untuk keputusan tentang
kelanjutan, perluasan, dan penghentian (sertifikasi)
program;
c. memberi masukan untuk keputusan tentang
modifikasi program;
d. memperoleh informasi tentang pendukung dan
penghambat pelaksanaan program;

282
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
283

e. memberi masukan untuk memahami landasan


keilmuan bagi penilaian.
Aspek yang dinilai dalam penilaian menurut Mappa
(1984) ada dua hal, yaitu: (1) komponen program yang
meliputi masukan, proses, dan hasil program; (2)
penyelenggaraan program yang mencakup
kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan dan
pembinaan, efisiensi ekonomik, dampak dan keseluruhan
program. Sedangkan Arief (1987), berpendapat, bahwa
aspek yang dinilai tersebut meliputi masukan lingkungan
(environmental input) baik lingkungan sosial budaya
maupun alam, masukan sarana (instrumental input)
yang meliputi tujuan, pelaksanaan, fasilitas, dan
pembiayaan; (3) masukan mentah (raw input); proses,
keluaran (output); masukan lain (other input), dan
pengaruh (outcome).
Metode yang dapat dipergunakan dalam
melakukan penilaian terhadap inovasi pendidikan,
menurut Sudjana (2000: 285-310) adalah:
a. metode eksperimen sungguhan dan eksperimen
semu, digunakan apabila penilai ingin mencari
jawaban terhadap pertanyaan tentang efektifitas

283
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
284

suatu program atau komponen dan mengharapkan


tamuannya dapat memberikan kontribusi mendasar
bagi ilmu pengetahuan;
b. metode korelasi, digunakan dalam beberapa situasi
yang bermanfaat untuk menjawab beberapa
pertanyaan mengenai dua variabel atau lebih semisal
korelasi antara pembiayaan dengan efektifitas
program;
c. survey, digunakan untuk menjajagi, mengumpulkan,
menggambarkan, menerangkan sasaran atau obyek
program yang dievaluasi. Metode ini tidak
mengharuskan untuk selalu mencari atau
menjelaskan hubungan-hubungan, mentes hipotesis,
membuat prediksi atau mencari makna dan implikasi.
d. Asesmen, biasanya dilakukan melalui pola eksperimen
sungguhan atau eksperimen semu yang bertujuan
untuk menghimpun inforasi tentang kompetensi
pelaksanaa dan karakteristik program inovasi
pendidikan yang perlu berubah/tidak sejalan dengan
pencapaian tujuan program;
e. keputusan ahli secara sistematik, yang diperlukan
apabila kegiatan evaluasi mencakup pelbagai

284
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
285

aspek/komponen program yang kondisinya bervariasi.


Cara ini terutama dilakukan jika suatu program
dilakukan dan dibiayai oleh lembaga tertentu;
f. studi kasus sebagai analisis dan deskripsi secara
mendalam serta terinci tentang suatu organisasi,
lembaga pelaksana inovasi pendidikan atau fenomena
di dalamnya. Studi kasus digunakan dalam situasi
tertentu terutama tatkala fenomena yang akan
dievaluasi bersifat global. Misalnya, dalam penilaian
efektifitas keorganisasian lembaga, maka tugas para
penilai melakukan asesmen tentang keefektifitasan
keorganisasian lembaga tersebut;
g. pengamatan (kesaksian), yang merupakan induk dari
pelbagai perencanaan dan evaluasi setiap program
tetapi bukan merupakan metode penilaian yang jitu,
melainkan hanya sebagai metode yang mendekati
kejituan penilaian.

285
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
286

BAB VIII
INOVASI PENDIDIKAN
“TEACHING 2030”

Nampaknya perkembangan dunia semakin hari


semakin tak terbayangkan, hal ini membawa dampak
yang sangat besar bagi dunia pendidikan untuk
menggapainya dan mempersiapkan diri menghadapi
perkembangan dunia tersebut. Indonesia yang secara
individual atau perseorangan dalam dunia pendidikan,
negara-negera lain sudah mengakuinya dari bukti yang
diraih oleh bangsa Indonesia secara individual, seperti di
Lomba-lomba Olimpiade Internasional di bidang
pendidikan.
Akan tetapi ketika bangsa Indonesia dibidang
pendidikan diukur secara menyeluruh, maka hasil dari
pendidikan bangsa Indonesia jauh dibandingkan negara-
negara lain, seperti Malaysia, konon Malaysia ini pernah
meminta bantuan kontrak guru-guru TK sampai dengan
PT ke Indonesia pada tahun 1970 -1980-an, artinya
pendidikan bangsa Indonesia lebih baik pada saat itu,
namun kenyataan ini berbalik 180 derajat sekarang ini,

286
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
287

Indonesia jauh prestasi pendidikannya dengan Malaysia,


konon banyak bangsa Indonesia yang ingin menimba
ilmunya atau sekolah berangkat di Malaysia.
Apalagi dibandingkan negara Japan, yang secara
historinya sama dengan Indonesia, yaitu tahun 1945,
Japan (Nagasaki dan Hirosima) hancur lebur berantakan
di Bom bardil oleh Sekutu pada Perang Dunia ke 2,
Indonesia pada saat itu pula menyatakan
Kemerdekaannya, artinya sama-sama berangkat dari nol
untuk membangun negara, namun kenyataan Japan
menjadi negara maju sebagai negara Industri Terapung
sementara Indonesia masih dikatakan negara sedang
berkembang sampai saat ini. Pertanyaan setelah uraian
sederhana tersebut digambarkan yaitu Siapakah yang
salah?
Jika jawaban dari pertanyaan tersebut selalu
dibebankan kepada seseorang atau golongan, Insya
Allah negara Indonesia tetap akan tidak maju bahkan
semakin hancur dalam mempersiapkan generasi
mendatang, oleh karena itu, saya menyampaikan
jawaban dari pertanyaan tersebut, marilah mulai haru ini
kita secara serempak melakukan perubahan-perubahan

287
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
288

mulai dari diri sendiri dengan kiprah dibidang masing


masing sehingga bangsa kita di masa mendatang
menjadi sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Dibidang pendidikan ada sebuah buku yang sangat
baik untuk dimiliki, dibaca, dimengerti, dan
diimplementasikan oleh semua insan pendidikan, baik itu
oleh guru, dosen, tutor, pembimbing, calon guru,
penyelenggara pendidikan (TK – PT), tenaga
kependidikan, dan pihak pemerintah yang terkait dengan
dunia pendidikan karena buku ini berangkat dari
keterburukan pendidikan di negara Amerika Serikat yang
isinya hampir sama keterburukannya pendidikan di
Indonesia.
Dalam hal ini perlu saya sampaikan, beberapa
orang penting di US menyampaikan kesan dan pesannya
setelah membaca buku ini serta menyampaikan
pentingnya memahami isi dari buku tersebut,
diantaranya sebagai berikut:
1. Richard Riley, former U.S. Secretary of Education and
former Governor of South Carolina. “A fresh take on
the real future of teaching, Teaching 2030 delves into
the myriad of issues that teachers face today and will

288
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
289

confront in the future. Barnett and his colleagues


pose bold ideas for recruiting and rewarding teachers.
They point out how we should restructure
accountability and more, in order to provide our
nation’s children with the education they deserve.”
Richard Riley (Kurang lebih Mantan Menlu US
dibidang Pendidikan dan sekaligus Mantan Gubernur
Carolina Selatan) ini mengatakan bahwa buku ini
sebuah angin segar dari pengajaran yang nyata di
masa depan, Pengajaran 2.030 menggali berbagai isu
yang dihadapi guru saat ini dan akan dihadapi di
masa depan. Barnett dkk (Pengarang Buku) merekrut
guru untuk membuat ide-ide berani yang bermanfaat
tentang pembelajaran 2030. Mereka diperintahkan
untuk menunjukkan bagaimana kita harus
merestrukturisasi akuntabilitas yang lebih, dalam
rangka memberikan anak-anak bangsa kita dengan
pendidikan yang mereka layak. "

289
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
290

2. Linda Darling-Hammond, Charles E. Ducommun


Profesor Pendidikan, Stanford University dan
penulis The Dunia datar dan Pendidikan
menyampaikan bahwa
"Pengajaran 2030 adalah tampilan
brilian/cemerlang di masa depan pengajaran di Amerika
yang harus dicapai oleh guru. Barnett Berry, dirinya
seorang mantan guru dan salah satu ahli terkemuka
tentang pengajaran, kemungkinan dengan semangat,
pengetahuan, dan wawasan. Setiap orang yang peduli
tentang pengajaran dan pembelajaran harus membaca
buku ini."

3. Frederick M. Hess, Resident Scholar and Director of


Education Policy Studies, American Enterprise
Institute,
In the raging controversy over the purpose of
public education and how to fix the nation’s
underperforming schools, the voices of America’s best
teachers are seldom heard. Now for the first time, in a
provocative book about the future of teaching and
learning, 12 of America’s most accomplished classroom

290
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
291

educators join a leading advocate for a 21st-century


teaching profession to bring expert pedagogical know-
how and fresh and provocative policy ideas to the
national school reform debate. Apa yang disampaikan
tersebut kurang lebih bahwa Dalam buku ini, tim buku
teaching 2030 terkenal dan beragam dari berbagai guru
berprestasi, dan para peneliti, tim tersebut menjelaskan
mengapa profesi guru membutuhkan perbaikan dramatis
dan menyajikan jalur menarik untuk masa depan yang
lebih menjanjikan. Ini karya provokatif untuk berpikir
tentang bagaimana kita bisa mendapatkan para guru
yang mereka butuhkan.

4. Randi Weingarten, Presiden, Amerika Federasi


Guru menyampaikan bahwa
"Ini adalah sebuah potret yang menarik dan
provokatif tentang bagaimana mengajar bisa melihat
dalam 20 tahun ke depan pada siswa belajar. Barnett
Berry dan rekan-rekannya membuat jelas visi ini menjadi
kenyataan, namun terserah kita semua. “

291
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
292

5. Frederick M. Hess, Cendekiawan dan Direktur


Studi Kebijakan Pendidikan, American
Enterprise Institute
Dalam buku ini, tim buku teaching 2030 terkenal
dan beranggotakan beragam dari berbagai guru
berprestasi, para peneliti, dan pakar psikologi. Tim
tersebut menjelaskan mengapa profesi guru
membutuhkan perbaikan dramatis dan menyajikan jalur
menarik untuk masa depan yang lebih menjanjikan. Ini
karya provokatif untuk berpikir tentang bagaimana kita
bisa mendapatkan para guru yang mereka (siswa)
butuhkan.

Teaching 2030 merupakan sebuah judul buku


terbaru tentang pengajaran yang dikarang oleh seorang
mantan/pensiunan Guru di Amerika Serikat bernama
Barnnet Berry bekerjasama dengan para Guru
Berprestasi di US, Para Psikolog, dan Para Pakar
Pendidikan. Buku Teaching 2030 ini setelah ditelaah dan
dibaca ternyata memiliki permasalahan pendidikan yang
hampir sama dengan kita, yaitu bangsa Indonesia, oleh
karena itu, buku ini sangat penting untuk dimiliki dan
kemudian dibaca serta dipahami oleh para
292
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
293

pendidik/guru, mahasiswa calon pendidik, para


pengambil kebijakan pendidikan baik di daerah maupun
di pusat, para dosen serta publik yang peduli terhadap
pendidikan.
Barnnet dkk menciptakan buku ini pertama dari
kemengapaan bangsa Amerika ini belum pernah
terdengar kualitas guru terbaiknya di dunia atau guru
berprestasi tingkat dunia, akhirnya Barnnet setelah
pensiun menggagas untuk menciptakan buku ini
bersama kawan-kawannya. Hal ini hampir sama dengan
keberadaan guru di Indonesia, oleh karena itu
nampaknya sekali lagi buku ini sangat penting untuk
dimiliki dan dibaca kemudian diimplementasikan di
Indonesia. Kedua dari isu-isu tentang pengajaran yang
terjadi dan dialami oleh dia sendiri ketika mengajar dan
observasi empiris terhadap pembelajaran di Amerika
yang selama terjadi, diantaranya (1) pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher centred); (2) tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik jika
peserta didik memiliki ilmu yang lebih; (3) tidak ada
perubahan cara mengajar; (4) selalu berpikir negatif
(negatif thinking); (5) pembelajarannya tidak

293
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
294

menyenangkan; dan (6) guru tidak mau menjadi


seorang “Agen of The Change”.
Isu-isu tersebut yang disampaikan dalam buku
Teaching 2030 secara umum hampir sama seperti yang
ada di Indonesia, bahkan lebih dari apa yang
disampaikan Barnnet dkk, seperti kebanyakan guru di
Indonesia memiliki paradigma berpikir “Bagaimana
Nanti” bukan “Nanti Bagaimana” bahkan paradigma ini
hampir sama dengan peserta didiknya. Hal ini secara
empirisnya, penulis pernah bertanya kepada salah
seorang peserta didik tentang Ujian Nasional, hampir
semua peserta didik jawabannya “Bagaiman Nanti
Pak!”pokonnya Lulus. Oleh karena itu yang keduakalinya
saya katakan penting buku ini dimiliki oleh pendidik.
Dari uraian sekilas, nampaknya apa yang
disampaikan pengarang Teaching 2030 serta para
orang-orang terkenal di Amerika perlu menjadi sebuah
motivasi bagi para guru dan insan terkait di bidang
pendidikan untuk segera mengaplikasikan isi dari buku
tersebut, jika kita ingin menjadi bangsa ini maju secara
menyeluruh, karena selama ini bangsa kita sudah maju
di bidang pendidikan yang baru dikatakan tingkat

294
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
295

perorangan atau individual, namun ketika digabungkan


secara keseluruhan masih jauh dibandingkan dengan
negara-negara lainnya.
Japan, nampaknya mereka dalam kesuksesan
meraih menjadi negara industri terapung menerapkan
Teaching 2030 lebih awal, hal ini penulis selusuri dari
INTERNET tentang kegiatan belajar dengan
lingkungannya, Japan menerapkan dengan ada 6
langkap belajar dengan lingkungannya yaitu:

Diunduh dari Sakura_Hazare.blogspot.com (23


Maret 2011, Pukul 22.00)

295
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
296

Langkah pertama dia selalu melakukan kegiatan


selalu yang berprioritas tidak melakukan kegiatan yang
bukan-bukan, langkah keduanya selalu kreatif yang
positif, langkah ketiga selalu membangun perencanaan,
langkah keempat selalu mengidentifikasi kegiatan-
kegiatan belajarnya, langkah kelima selalu memonitor
hasil kemajuan dan langkah keenam selalu melakukan
evaluasi secara indivu dari hasil belajarnya.
Itulah teaching 2030 di Japan lebih awal dilakukan
dengan enam langkah yang selalu mereka lakukan,
maka ketika kita mengkaji awal star membangun
negaranya sama seperti Indonesia, dimana Tahun 1945
Japan hancur di bom bardir oleh sekutu (Nagasaki dan
Hirosima) dan Indonesia Tahun 1945 menyatakan
Kemerdekaannya, hal ini sama-sama dalam keadaan nol,
namun Japan lebih dahalu menjadi negara maju dari
Indonesia.
Apa sih Visi dari buku Teaching 2030 tersebut?
1. pada tahun 2030, mengajar dipahami sebagai
pekerjaan yang kompleks.

296
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
297

Jika kita perhatikan secara kasat mata, jangankan


tahun 2030, tahun 2014 saja nampaknya pekerjaan
dunia pedidikan semakin kompleks keberadaannya,
mengapa demikian? Karena perkembangan dunia di
awal sudah dikatakan semakin tak terbayangkan, oleh
karena itu pekerjaan dunia pendidikan tidak bisa
dihadapi dengan duduk, diam, dan termenung
menghadapinya justru harus semakin mempersiapkan
diri dengan perkembangan dunia. Jika kita diam, duduk
dan termenung tidak mau membuat sebuah perubahan
yang sangat mendasar di dunia pengajaran, maka
bangsa kita akan semakin jauh tertinggal dengan bangsa
lain. Apalagi tahun 2030?
2. pada tahun 2030, membuat kembali kepercayaan
mengajar dan belajar yang baru.
Kepercayaan masyarakat sementara ini
nampaknya sudah hampir mendekati atau cenderung
tidak percaya lagi kepada para pengajar, apalagi dengan
suasana berita yang selalu menghantui masyarakat
dimana tawuran pelajaran menjadi sebuah budaya para
peserta didik. Oleh karena itu jangan tunggu tahun
2030, mari kita tumbuhkan kepercayaan mengajar kita

297
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
298

kepada masyarakat dengan memberikan yang terbaik


untuk menciptakan anak-anak bangsa yang memiliki IQ,
EQ dan SQ.
3. pada tahun 2030, menghadapi ketidakadilan pendidikan
(berkaitan dengan pembuat kebijakan)
Hal inilah yang menjadi amburadulnya dunia
pendidikan ketika terjadinya ketidak sesuaian
penempatan dari hasil kebijakan pembuat keputusan
tentang penempatan orang-orang yang tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikan di tempatkan di dunia
pendidikan, hal ini jangan tunggu tahun 2030, tahun-
tahun belakang ini kebijakan tersebut tumbuh dan
berkembang sangat kuat diberbagai penjuru Indonesia.
Oleh karena itu, pembuatan kebijakan tentang
pendidikan jangan menjadi kelinci percobaan, karena
pekerjaan pendidikan bukan tempatnya bagi mereka
yang tidak mengetahui tentang dunia pendidikan.

Dalam buku Teaching 2030 ini disampaikan juga,


bagaimana Tip menghadapi pengajaran tahun 2030 atau
abad ke 21 yang menuju ke profesionalismeannya,
diantaranya sebagai berikut:
4. Mengajar harus dijadikan sebagai profesi.
298
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
299

5. Harus ada perubahan/inovasi dalam mengajar


6. Harus terus meningkatkan keahlian teknologi
informatika (web dan wireless technologies)
Mari kita coba bertanya kepada diri sendiri terlebih
dahulu dari tiga poin yang disampaikan dalam buku
tersebut, apakah ada semua dalam diri kita atau
memang belum sama sekali ada dalam diri kita sebagai
tenaga pendidik?
Berkaitan dengan inovasi pendidikan, jika kita kaji
lebih dalam ternyata teaching 2030 itu merupakan
sebuah inovasi dalam pengajaran di mana guru harus
menjadi seorang agen perubahan dalam pengajaran
yang selalu berorientasi kepada siswa atau peserta didik
(student centre) bukan sebaliknya pengajaran berpusat
pada guru (teacher centre).
Di bawah ini kami sampaikan cuplikan Koran
Kompas, tanggal 10 Februari 2018 tentang Inovasi dari
para Guru di Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan R.I yang merupakan salah satu contoh
harapan dari Buku Teaching 2030, dimana guru wajib
selalu berinovasi dalam pembelajaran.

299
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
300

Dengan perpaduan intelegensi dan karakter yang


kuat, keterbatasan bukanlah menjadi penghalang.
Terlebih lagi mengimngat membangun bangsa alah
proses tenpa akhir dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Puji Erawati adalah guru TK Muslimat NU Masitoh
15 Sukorejo, Pekalongan Timur, Jawa Tengah
mengembangkan loker yang pada dasarnya adalah
tempat penyimpanan, tetapi dapat digunakan sebagai
alat permainan edukatif untuk peserta didik TK dengan
nama Inovasinya LODI. Lodi adalah Loker Digunakan
untuk APE anak-anak TK dalam pembelajaran di PAUD
dengan mengacu pada enam bidang pengembangan
pendidikan PAUD, yaitu nilai agama dan moral, fisik
motorik, kognitif, social emosional, bahasa dan seni.
Puji Erawati dengan inovasi LODI akhirnya
mendapat apresiasi sebagai Pemenang Utama dalam
lomba pengembangan APE PAUD tingkat nasional tahun
2013 di Jakarta dengan harapan hasil inovasinya dapat
digunakan oleh pendidik PAUD dan anak usia dini di
seluruh Indonesia.

300
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
301

Kemudian Arif Darmadiansah, S.Pd. guru di daerah


3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) tidak membuatnya
kehilangkan akal untuk menghadirkan perangkat
edukatif yang membantu siswa lebih memahami
pelajaran yang disebabkan oleh keadaan keterbatasan
fasilitas untuk proses pembelajaran.
Akhirnya Arif menciptakan model pembelajaran
Discovery Learning berbasis HDProtens, media ini dapat
membuat suatu konsep lebih menarik dengan tampilan
3D (yang listriknya berasal dari tenaga surya) sehingga
menambah motivasi untuk mempelajari dan menguasai
materi pelajaran. Materi pelajaran yang dahulunya
abstrak dan monoton dapat dikemas secara interaktif
serta memberikan pengalaman belajar yang baru.
Sehingga memperoleh peraih Hibah Dana SEAQIS
(SEAMEO QITEP in Science) Research Grants 2017
yaitu program pengembangan inovasi pendidikan
dengan harapan hasil penelitian ini menjadi motivasi
bagi guru-guru di Indonesia.
Selanjutnya seorang guru Fisika SMAN 1
Sumarorong Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat yaitu
Arizenjaya menemukan alat pengukur energy serap

301
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
302

benda berwarna tersebut untuk mengukur perbedaan


energy yang dilengkapi dengan postulat. Tujuan alat ini
yang paling mendasar ini adalah agar semua lapisan
masyarakat mulai anak-anak hingga orang tua bisa
mencintai fisika.
Guru yang berinovasi selanjutnya adalah Arief
Budiman dari SMKN 4 Tasikmalaya dengan melakukan
inovasi menginisiasi Purba Network Simulator. Media ini
merupakan media pembelajaran dan pengenalan
teknologi internet dari hulu hingga akhir. Alat ini
dirancang khusus untuk memenuhi kompetensi yang ada
dalam Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
di SMK.
Akhir dengan dukungan Kemendikbud, alat ini
telah memiliki Surat Pendaftaran Ciptaan dan Resmi
Paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
R.I dan alat ini telah tersebar di 26 SMKN di berbagai
pulau di Indonesia.
Dari cuplikan guru yang berinovasi di atas,
merupakan sebuah harapan yang disampaikan oleh
Barrly Barnet dalam buku Teaching 2030 dimana
dikatakan untuk jaman yang akan dating Guru harus

302
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
303

menguasai teknologi informasi dan mau menjadi agent


innovation.

303
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
304

BAB IX

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Hari Sabtu pukul 08.00 pagi WIB tepatnya tanggal


11 Juli 1964 atau 48 tahun yang silam di bantaran sungai
Citarum Kabupaten Karawang yang bersih dan indah
pemandangannya, terlahirlah seorang anak laki-laki dari
pasangan suami-isteri antara Ibu Saanih (Alm, 21
Desember 2011) dan Bapak Tirin ( September 2015)
dengan keseharian yang bekerja sebagai seorang buruh
kasar yang kadang-kadang menjadi penarik becak di Kota
Karawang sedangkan Ibunya sebagai ibu rumah tangga
yang apa adanya.

304
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
305

Berangkat dari keberadaan tersebut, Sutirna


diasuh oleh Nenek (Ny. Tiung) yang dinikahi oleh seorang
warga Negara keturunan asing, yaitu Yo Beng Liang (nama
Indonesia : Kohir) dari sejak lahir sampai dengan sekolah.
Didikan dari Kakek inilah yang membuat Sutirna dapat
berpikir dan berpengetahuan yang sangat-sangat berarti
bagi kehidupannya masa sekarang. Konon cerita para
tetangga yang ketika masih hidup, bahwa Kakek dari
Sutirna, jika mengajarkan pelajaran sangat-sangat galak
dan sampai dibentak dengan perkataan “Kalau Lu Goblok
Nanti Disuruh Orang dan Kalau Lu Goblok Jangan
Sekolah” sampai Neneknya juga menangis ketika Sutirna
terus dibentak dan diomeli oleh Kakeknya ketika
memberikan pelajaran.

Perjalanan kehidupan inilah yang membuat Sutirna


terus bersekolah dengan modal apa adanya dan semangat
belajar yang terus membakar dirinya dibandingkan dengan
saudara-saudaranya ketika itu. Sekolah Dasar ditempuh di
SD Bhinneka II Karawang dengan sering diantar oleh
Nenek ketika masih kelas 1 sampai dengan kelas 3, namun
ketika di kelas 6, Sutirna mencoba mengikuti diam bersama
dengan Kaka Pembina Pramuka SD, yaitu Abdul Kholik
Yulias selama 1 tahun.

Lulus SD tahun 1976, Sutirna melanjutkan


pendidikan di SMP Swasta Kertabumi Karawang yang
sekarang SMP tersebut sudah tidak ada lagi karena tidak
ada siswanya. Sutirna dengan keberadaan orang tua yang
tidak mampu untuk membiayai biaya pendidikan, Sutirna
melakukan dagang asongan roko dengan modal pertama

305
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
306

dari sang Kakek tercinta, setelah shalat Subuh berdagang


ke Pasar Baru Karawang sampai siang hari, tepat pukul
12.00 WIB, Sutirna berangkat sekolah, dan malam hari
melanjutkan dagang asongan roko, hal ini ia lakukan secara
kontinu sampai tamat sekolah. Namun, menjelang akhir
sekolah SMP, Sutirna pernah berhenti atau tidak sekolah
selama 1 bulan karena keadaan, ketika itu Bapak Tarja
(Kepala Sekolah SMP Kertabumi) dan Bapak Hasan Basri
(Wali Kelas, Almarhum tahun 2004 ) memiliki kepedulian
sebagai guru dengan keberadaan Sutirna, akhirnya beliau
berkunjung ke rumah (Istilah sekarang disebut dengan
Home Visit) dan memberikan semangat serta motivasi
kepada Sutirna untuk tetap bersekolah, akhirnya Sutirna
lulus SMP pada tahun 1979.(ada tambahan ½ tahun
perubahan tahun pelajaran karena peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan pada saat itu)

Tahun 1979 pun, Sutirna melanjutkan pendidikan


ke SMA Swasta Pangkal Perjuangan Karawang yang
sekarang sekolah tersebut juga tidak ada lagi (kesimpulan
SMP dan SMA nya, tidak berdiri lagi). Majalah dan Teka
Teki Silang menjadi tumpuan untuk membiayai sekolahnya,
kereta api Senja Utama Jurusan Yogya yang berangkat dari
Station KA Senin Jakarta menjuju Yogya menjadi tempat
berjualan, hal ini dilakukan setiap hari dari mulai pukul
19.00 s.d 24.00 setelah pulang sekolah. Nenek dan Kakek
merasa khawatir dengan Sutirna yang berlari dan berjalan
di kereta api untuk berjualan, akhirnya Sutirna memutuskan
untuk mencari jalan lain. Ketika itu, Karawang dilanda
dengan permainan Judi yang meraja lela, akhirnya Sutirna
bekerja sebagai karyawan harian lepas untuk mengambil
306
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
307

kupon-kupon judi dari para agen se Kota Karawang untuk


disampaikan kepada penampung agen Judi di Karawang,
hal ini ia lakukan semata-mata hanya untuk bisa membiayai
sekolahnya. Akhirnya tahun pelajaran 1982/1983, Sutirna
lulus SMA dengan memperoleh Ijazah untuk Jurusan IPA.

Harapan untuk melanjutkan perguruan tinggi pun


sangat tinggi bagi Sutirna, namun 2 kali ia lakukan
mengikuti seleksi ke IKIP Bandung (pada saat itu namanya
PP IV (Proyek Perintis IV IKIP Bandung), SIPENMARU)
selalu gagal, impian menjadi Guru selalu gagal. Nenek dan
Kakek yang begitu peduli rasa terpukul, karena teman
Sutirna yang dibawa untuk ikut seleksi selalu lulus diterima
sedangkan cucunya gagal setiap diumumkan. Akhirnya,
Sutirna bekerja sebagai karyawan Toko Buku Rakyat
Karawang yang pada saat itu salah satu toko buku dan
percetakan sewilayah IV (Subang, Purwakarta, Karawang,
dan Bekasi) yang paling terkenal. Pucuk di cinta ulam tiba,
itulah pribahasa yang sangat tepat diberikan kepada
Sutirna, karena ketika sedang mencetak buku-buku tentang
keolahragaan yang dipesan dari SGO Negeri Karawang,
Bapak Dr. H. Moekarto (almarhum) memberikan informasi
tentang adanya penerimaan calon Guru Olahraga SD di
SGO Negeri Karawang, lewat saudara atau teman akrabnya
Sutirna, yaitu Maxi Soeisa (almarhum) sebagai alumni
SMOA Negeri Karawang dibantu untuk masuk ke SGO
Negeri Karawang untuk mengikuti tes masuk, akhirnya,
Sutirna diterima untuk sekolah calon guru SD untuk bidang
studi Olah Raga dan Kesehatan, selama 4 bulan diberikan
ilmu mendidik (Pedagogik) dan ilmu mengajar (Didaktik),
akhirnya Sutirna lulus dari SGO Negeri Karawang dengan
307
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
308

hasil yang memuaskan. Namun, ketika sebelum


pengumuman diterima di SGO Negeri Karawang, Sutirna
mencoba mendaftarkan diri menjadi Tentara Nasional
Indonesia untuk Satuan Angkatan Laut (TNI-AL) dengan
mengikuti beberapa kali tes admnistrasi, tes fisik, dan tes
kedisiplinan selalu diumumkan lulus untuk mengikuti seleksi
berikutnya. Ketika akan tes akhir TNI-AL atau yang disebut
dengan Pantohir (Penentuan Tes Akhir), tetapi
pengumuman untuk menjadi Guru Olahraga SD diterima,
akhirnya orang tua dan neneknya tercinta menyarankan
untuk menjadi Guru saja, akhirnya Sutirna memustuskan
tidak melanjutkan di TNI-AL.

Berangkat dari bermodal inilah Sutirna pun


tercapai cita-citanya menjadi seorang Guru/Pendidik.
Almamater SD Bhinneka 2 Karawang menjadi tempat
pertama mengajar sebagai tenaga honor, yang ketika itu
mengisi megajar kelas V, karena Ibu pengajar kelas V (Ibu
Siti Sarah) cuti melahirkan. Ditengah perjalanan menjadi
guru honor di SD, Bapak H. Aceng Andrean, S.Pd. salah
satu guru SMP Negeri 2 Karawang, memberikan informasi
tentang PGSMTP di Jakarta. Sebelum ada panggilan
pengangkatan menjadi pegawai negeri di SD, Sutirna
melanjutkan pendidikan ke PGSMTP (Pendidikan Guru
Sekolah Menengah Tingkat Pertama) Negeri 3 di Jakarta
pada Jurusan Matematika. Dengan banyak bantuan teman,
salah satunya teman diperjalanan ke Jakarta untuk kuliah
adalah H. Deden Tosin W (mantan Kepala Dinas Pendidikan
Kab. Karawang tahun 2011), akhirnya tamat PGSMTP pada
tahun 1984.

308
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
309

Allah Swt maha pengasih dan maha penyayang


kepada umat-Nya, Sutirna diberikan rizki ketika tamat
PGSMTP, Sutirna menerima panggilan untuk di lantik
menjadi PNS Guru SD terhitung mulai tanggal 01 April 1984
yang ditempatkan di SD Negeri Pasir Jengkol I Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang. Satu tahun berjalan, Sutirna
dengan bekal ijazah PGSMTP ingin mengajar di SMP,
akhirnya dia pun menjadi guru SMP Swasta Berdikari
Karawang yang sekarang tidak ada lagi. Setelah berjalan
menjadi PNS Guru dengan Golongan Ruang II.a selama
satu tahun, melalui Penilik Olahraga Kecamatan Klari, yaitu
Bapak Kosim Kurdi (Orang Tua Asep Sumarna (Ate) Dinas
Pendidikan Karawang) disarankan untuk mutasi atau
mengikuti tes kembali menjadi guru SMP karena memiliki
ijazah PGSMTP, saran itu oleh Sutirna diterima dan
mendaftar mengikuti seleksi kembali calon guru SMP,
akhirnya diterima dan ditempatkan di SMP PGRI 2
Karawang sebagai PNS-Dipekerjakan di swasta atau PNS-
dpk terhitung mulai 01 Maret 1986.

Tahun 1986 itu pula menjadi momentum terindah


bagi Sutirna, karena ditugaskan untuk mengikuti Pendidikan
dan Latihan Guru Matematika Swasta Se Jawa Barat di
Gedung Kartini Bandung selama 10 hari. Disinilah tempat
yang paling indah dimata Sutirna, karena menemukan
seorang wanita yang disenangi dalam satu diklat, dia
adalah orang Cirebon yang ditugaskan sama mengikuti
diklat matematika yang akhirnya sampai saat ini wanita
idaman tersebut menjadi pendamping yang sangat setia
dalam suka dan duka mengarungi kehidupan yang serba
penuh tantangan dan ujian. Hj. Intisari, S.Pd., M.Pd. inilah
309
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
310

nama isteri Sutirna yang bertugas mengajar di SMA Negeri


5 Karawang.

Melanjutkan pendidikan Sutirna tidak begitu ambisi


sehubungan dengan keberadaan ekonomi dan kebutuhan
yang sangat sulit pada masa-masa itu, pekerjaan
menyablon dan percetakan menjadi tambahan penghasilan,
berjualan keliling menjadi tukang kredit pun Sutirna
lakukan, menjadi kolektor pembayaran Listrik, Air, dan
Telpon masyarakat yang akan menitipkan dikerjakan dan
menjadi pengurus Masjid Baiturrahman Perumnas Adiarsa
Karawang semua Sutirna lakukan demi perjalanan hidup
dan kehidupan serta kehidupan bermasyarakat. Bahkan
berangkat ke sekolah untuk mengajar Sutirna sambil
membawa dagangan berupa Es yang dibuat isteri di rumah
dengan menggunakan sepeda mini yang dimilikinya.
(sepeda ini difasilitasi dengan mencicil pembayarannya dari
Ustad Drs. Abdul Rodjak (almarhum))

Perjalan hidup terus berjalan, Allah Swt


memberikan titipan kepada Sutirna dan Isteri pada saat itu
dua orang putra, yaitu Febrian Mulyana, M.Pd. (Sekarang
telah selesai kuliah program Pasca Sarjana di STKIP
Siliwangi Bandung) dan Tiara Sarinisa, M.Pd. (sekarang
telah selesai program Sarjana STKIP Siliwangi Bandung),
dengan prinsip “Doa dan Perjuangan yang Ikhlas,
niscaya suatu saat Allah Swt akan memberikan yang
terbaik”. Sejak pernikahan 1986 – 1997 (sebelas tahun)
ujian dan tantangan Sutirna hadapi dengan sabar dan
tawakal.

310
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
311

Tahun 1987 mencoba memotivasi Isteri tercinta


untuk sekolah lagi, karena baru memiliki ijazah SMA,
akhirnya masuk PGSMTP Tertulis yang diselenggarakan
oleh PPPG Provinsi Jawa Barat dan lulus tahun 1989.
Namun, kesempatan untuk menjadi PNS tidak memenuhi
syarat karena pada saat itu yang diterima mengikuti seleksi
CPNS adalah D2/A2 Kependidikan. Akhirnya isteri Sutirna
menjadi tenaga sukwan di SMP Negeri 8 Karawang
(Sekarang SMP Negeri 5 Karawang Barat) sampai tahun
1998.

Tahun 1989 akhirnya isteri dan Sutirna bersamaan


mengikuti pendidikan D1/A1 Komprehensip UT di UPBJJ
Bandung dan lulus 1990 dan melanjutkan ke D2/A2
Pendidikan Matematika UT bersama-sama dan lulus
bersama pula pada tahun 1993. Nasib Isteri Sutirna belum
ditakdirkan untuk bisa mengikuti seleksi CPNS karena
persyaratan terus bertambah menjadi D3/A3 paling rendah,
akhirnya Isteri Sutirna tidak mau lagi mengikuti pendidikan
D3/A3, tetapi Sutirna melanjutkan ke D3/A3 Pendidikan
Matematika UT dikarenakan dapat biaya bantuan dari
Proyek PGSMP Diknas. Menjelang tamat pendidikan D3/A3
Sutirna mutasi mengajar ke SMP Negeri 2 Karawang
(sekarang SMP Negeri 2 Karawang Barat). Akhirnya tamat
D3/A3 setelah berpindah bekerja pada tahun 1997. Mutasi
ini berbarengan dengan lahirnya anak ke 3 yaitu Mohamad
Rizky Hidayat (sekarang sedang kuliah di Pendidikan
Matematika STKIP/IKIP Siliwangi Bandung semester VIII)

Sutirna dengan moto hidupnya “waktu adalah


pedang” akhirnya dengan bantuan beberapa teman

311
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
312

berangkat ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan ke S1


di STKIP Siliwangi Bandung (sekarang menjadi IKIP
Siliwangi Bandung), berkat teman satu kelasnya (H. Ajat
Sudrajat, S.Pd., Tatang Susanto, S.Pd., dan Eliyati, S.Pd,
semuanya guru di daerah Kota Bekasi) yang terus
membantu dalam hal keuangan akhirnya bisa selesai
dengan nilai sangat memuaskan (pada saat itu masih
adanya Ujian Negara Tertulis dan Lisan yang
diselenggarakan IKIP Bandung) dan pada saat Ujian Lisan
Negara inilah Sutirna menjadi Lulusan Program Matematika
yang terbaik untuk semua Perguruan Tinggi Swasta yang
memiliki Program Matematika pada saat itu.

Prof. Dr. H. Engking Soewarman Hasan, M.Pd. dan


Dra. Hj. Siti Rochmah, M.M (Isteri Prof. Dr. H. Engking
Soewarman Hasan, M.Pd) memberikan kepercayaan untuk
mengajar di STKIP Siliwangi Bandung sejak lulus S-1 tahun
1999 sampai dengan tahun 2016 bahkan perjalanan
mengajar inilah oleh Sutirna dijadikan momentum yang
sangat penting untuk terus menempuh pendidikan.

Tahun 1999 pun, Sutirna dengan rasa cinta kepada


isteri tercintanya, isteri tercintanya didaftarkan menjadi
mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung dan lulus pada tahun
2000 berbarengan dengan lahirnya anak ke empat, yaitu
Dinda Intan Nurfadillah (sekarang kelas XII SMA Negeri 1
Karawang). Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang
kemudian, akhirnya isteri tercinta bisa mendaftar untuk
mengikuti seleksi Pengawai Negeri dan akhirnya lulus dan
ditempatkan pertama kali menjadi Guru SMA Negeri 1

312
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
313

Pedes Karawang dan sekarang telah mutasi ke SMA Negeri


5 Karawang.

Tahun 2000 Dirjen Dikti melalui Kopertis Wilayah


IV Jawa Barat memberikan kesempatan kepada Sutirna
untuk mengikuti kuliah di jenjang Program Pascasarjana
(S2) di UPI Bandung dengan Bea Siswa (BPPS) dan
akhirnya lulus pada tahun 2004. Perjalan inilah yang
dikatakan orang lain melihat Sutirna yang dapat membagi
waktunya dengan baik, bisa mengajar sesuai dengan jam
wajibnya, baik di SMP Negeri 2 Karawang maupun di STKIP
Siliwangi Bandung, dan waktu untuk kuliah.

Sejak masuk kuliah di Program Pascasarjana inilah


Sutirna mulai aktif di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
sebagai tenaga Fasilitator/Widyaiswara di bagian
Pendidikan Nonformal (PNF) sampai ke tingkat nasional.
Hal ini diperkuat oleh sertifikat sebagai tenaga widiaiswara
PNF Tingkat Nasional yang diperolehnya tahun 2000 ketika
diutus oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Calon Fasilitator
Pendidikan Nonformal yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional di Provinsi Jambi selama
2 minggu. (pada saat inilah isteri tercintanya mengganti
mengajar di SMP Negeri 2 Karawang, karena Sutirna
sedang mengikuti pelatihan di tingkat nasional).

Waktu terus berjalan, waktu tidak akan dapat


kembali ke awal, dan waktu merupakan sebuah pedang
oleh karena itu Sutirna selalu menghormati waktu sebagai
senjata yang tidak boleh disia-siakan sedikitpun, karena
katanya dengan melalaikan waktu maka manusia akan
313
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
314

tergilas oleh waktu. Akhirnya tahun 2008 Sutirna pun


kembali dipanggil untuk mengikuti pendidikan program
Doktor di UPI Bandung dengan Bea Siswa BPPS, peluang
inilah Sutirna tidak sia-siakan karena tidak semua orang
mendapatkan kesempatan untuk kuliah bebas biaya di
program doktor.

Tanggal 27 Desember 2011 menjelang akhir


tahun, Sutirna anak asli Karawang dengan perjuangan dan
pengorbanannya serta do’a isteri dan anak, tepatnya Pukul
11.30 di Gedung Pascasarjana UPI Bandung, Sutirna
dinyatakan LULUS sebagai Doktor Pendidikan dengan
Yudisium Sangat Memuaskan (3,41) dengan tangisan yang
haru dari seluruh hadirin yang pada saat itu menyaksikan
jalannya persidangan Sutirna serta keluarga besar Sutirna
membuat acara menjadi gembira ketika semua Promotor
dan Penguji mengucapkan selamat atas gelar yang
diperoleh dan ucapan selamat dari seluruh hadirin. Dari
perjalanan tersebut, Sutirna pada saat itu masih tetap
mengabdi menjadi Kepala SMP Negeri 1 Telukjambe Barat
Kec. Telukjambe Barat Kab. Karawang dan Insya Allah
katanya akan berupaya untuk mutasi ke Dirjen Dikti di
Kopertis Wilayah IV Jawa Barat Banten.

Harapan menjadi dosen akhir tercapai ketika


selesai menjabat sebagai kepala SMP Negeri 1 Telukjambe
Barat, terhitung mulai tanggal 01 Juli 2016, Sutirna
memperoleh SK Mutasi menjadi PNS Pusat Kemenristek
Dikti yang ditempatkan di Universitas Singaperbangsa
Karawang.

314
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran
315

Di akhir riwayat hidup ini mohon do’a restu seluruh


sahabat, rekan dan keluarga besar sehingga harapan
Sutirna bisa terwujud sebagai aktualisasi diri anak asli
Karawang di pendidikan tinggi, dan Insya Allah, Karawang
menjadi tumpuan akhir bagi Sutirna dimasa yang akan
datang. Terima kasih.

315
Inovasi dan Teknologi Pembelajaran

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai