Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
Bonus demografi adalah sebuah fenomena dimana jumlah penduduk yang berusia
produktif lebih banyak daripada penduduk yang berusia tidak produktif. Indonesia beruntung
mendapatkan bonus demografi ini dimana sekitar tahun 2030-2040, Indonesia akan
mengalami bonus demografi, pada tahun tersebut penduduk usia produktif diprediksi
mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Bonus demografi selain memberikan dampak positif keuntungan dan kesempatan bagi
negara berkembang untuk menjadi negara maju dan juga jumlah usia tidak produktif
akan ditanggung oleh usia produktif, namun ternyata bonus demografi juga bisa
menjadi bahaya dan ancaman bagi sebuah negara jika tidak dipersiapkan dengan baik.
Tantangan dalam menghadapi generasi emas 2045 adalah sebuah tuntutan yang harus
dimaksimalkan oleh segenap bangsa Indonesia. Tidak terkecuali oleh seorang pendidik,
karena kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari keunggulan bidang pendidikan. Pembinaan
internal pendidikan merupakan sedikit solusi dari banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki adalah penguasaan IT dan materi
pelajaran, inovasi dalam mengajar, produktivitas dalam berkarya, dan mampu membangun
komunitas yang baik. Dari kompetensi yang harus dimiliki tersebut, akan menjadi sia-sia jika
kita selaku pendidik tidak dapat melaksanakannya tanpa penghayatan dan tanggung jawab
yang tinggi. Oleh sebab itu segala dedikasi selaku pendidik harus dipupuk, dipelihara dan
dikembangkan agar tertoreh hasil didik yang meneruskan estafet pembangunan di tahun 2045
secara lancar, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan
dalam tataran internasional.
Sumber
Asmani, Jamal ma'mur, 2016, Tips Efekif Cooperotive Learning: Pembelajaran aktif, kreatif
dan tidak membosankan, Yogyakarta: Diva Press
Adioetimo, Sri Moertiningsih 2018, Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak
Dini. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Darmawan, Deni. 2013. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran_Pers_-
_Peer_Learning_and_Knowledge_Sharing_Workshop.pdf
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/memanfaatkan-gadget-peserta-didik-dalam-
pembelajaran-sosiologi-secara-daring
https://www.igi.or.id/muh-ihsan-siapa-berani-mengajar-harus-siap-tak-berhenti-belajar.html
Nurhayati, T. 2016. Problematika Guru dalam Menguasai TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusinya di MI Al-Asy’ari
Kuniran Batangan Kabupaten Pati. [Skripsi]: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Pendahuluan
Pembahasan
1. Untuk kemajuan dalam inovasi teknologi terbaru, kekuatan dan jenis perangkat digital,
perangkat komputasi, dan jaringan berkembang pesat dari hari ke hari. Ini membuat
pendidikan dan berbagai informasi mudah diakses. Apalagi dimasa pandemi, maka semua
aktivitas pembelajaran menggunakan on air melalui aplikasi Zoom, microsoft Teams, dan lain
sebagainya.
5. Tanah tidak penting untuk membangun pasar. Situs belanja online dan layanan
pengiriman cepat membuat komoditas dapat diakses di rumah serta meningkatkan manfaat
ekonomis. Agen layanan pelanggan online juga memberikan rekomendasi cerdas kepada
pelanggan.
6. Dunia menjadi desa global, di mana miliaran orang serta produk mudah diakses dilihat
dan didapatkan secara langsung tanpa melihat sekat dan batas yang ada.
7. Kemajuan dalam ilmu kedokteran, ilmu saraf dll, karena Revolusi Industri Keempat,
mengarah pada kehidupan yang lebih sehat; kemampuan intelektual dan mental yang maju;
dan masa hidup lebih lama.
8. Pertanian juga dipengaruhi oleh Revolusi Industri Keempat. Sejumlah besar tanaman
dapat dihasilkan dengan bantuan Bioengineering. Dengan bantuan mesin, didukung oleh
kecerdasan buatan, pengukuran populasi tanaman dan deteksi gulma atau hama tanaman juga
menjadi lebih mudah. Penyemprot robot juga tersedia untuk aplikasi herbisida.
1. Penanaman digital mindset pada segenap warga negara, dengan kontrol dari
pemerintah yang melekat. Dengan digital mindset adalah kunci dari keberhasilan
transformasi digital. Berbeda dengan digitalisasi, digital mindset bisa diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melihat peluang menggabungkan teknologi dengan pekerjaan,
keahlian maupun dunia bisnis. Digital mindset ini diperlukan untuk bisa memberikan solusi
inovatif yang mengedepankan teknologi untuk semakin mempermudah kehidupan manusia.
Digital mindset bisa dimiliki dengan memiliki keinginan untuk jadi yang terdepan,
menghindari sistem birokrasi yang rumit, dan hasrat untuk membantu sesama.
3. Keamanan cyber. Keamanan di bidang piranti lunak ini pada hakekatnya adalah
proses yang diperlukan untuk melindungi komputer, jaringan, dan perangkat seluler dari
serangan siber berbahaya apalagi jaringan tersebut memuat privasi dan data-data rahasia.
Negara harus selalu hadir dalam melindungi segenap bangsa Indonesia tidak terkecuali
perlindungan dalam dunia maya. Dengan adanya keamanan cyber ini bertujuan untuk
menjaga dan mencegah penyalahgunaan akses maupun pemanfaatan data dalam sistem
teknologi informasi dari seseorang yang tidak memiliki hak untuk mengakses maupun
memanfaatkan data dalam sistem tersebut.
4. Pendidikan akhlak bagi generasi muda merupakan kebutuhan primer yang urgen dan
tidak bisa ditawar lagi guna memperkuat integritas kepribadian generasi yang unggul.
Hegemoni media teknologi dalam kehidupan generasi muda menjadi
tantangan baru bagi mereka dalam menjalani kehidupan modern. Walaupun teknologi
menghadirkan berbagai kemudahan, tapi pada saat bersamaan juga menghadirkan berbagai
problem baru yaitu problem menipisnya akhlak yang mulia. Meluasnya problem akhlak
dewasa ini menunjukan semakin pentingnya penguatan pendidikan yang menekankan pada
aspek akhlak. Penguatan aspek akhlak dilakukan dengan cara: memberikan pemahaman yang
komperhensif tentang konsep akhlak itu sendiri, memberikan dan menunjukan keteladanan,
mencegah individu larut dalam kesenangan dan kemewahan materialime yang semu,
memperkuat hubungan sosialisasi dan semangat kebangsaan, membangun dan mengontrol
pengaruh media online, karena perlu diingat hidup serba canggih namun tanpa integritas
akan terasa meaningless atau tidak bermakna.
5. Bangga dan bersyukur sebagai warga negara Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa eksistensi Indonesia sudah sejajar dengan negara-negara yang ada di kancah
internasional, kita tidak perlu merasa minder dengan sesuatu yang datang dari luar negeri,
kita tidak perlu mengagungkan negara lain yang mungkin lebih maju dan malah menjelekan
bangsa sendiri karena ini akan menghambat kemajuan bangsa Indonesia. Tidak ada negara
yang super power di era digitalisasi ini. Oleh karenanya kita harus memupuk kekuatan dan
kelebihan bangsa Indonesia agar eksistensi di era revolusi industri keempat ini bisa unggul
dan berhasil dalam segala bidang. Berita teraktual eksistensi Indonesia di kancah
internasional adalah Indonesia menjadi ketua Presidensi tahun 2022 dari Forum G20 yang
terdiri dari 20 negara yaitu AS, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki,
Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan,
Italia, Indonesia, Prancis, Rusia, ditambah Uni Eropa. Indonesia juga menjadi satu-satunya
negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20 yang membahasa isu perekonomian
dunia.
Kesimpulan
Perkembangan revolusi industri 4.0 (keempat) telah memberikan banyak dampak positif dan
negatif bagi kehidupan manusia. Sebagai manusia Indonesia yang berintegritas sudah
selayaknya kita dapat memilih dan memilah secara bijaksana perkembangan era digitalisasi
dan elektonisasi ini agar transfer seluruh teknologi bisa bermanfaat di masa depan dan
hubungan kerjasama dengan dunia luar bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Disamping
itu kearifan lokal dan kearifan berbangsa tetap harus dikedepankan terutama akhlak dan
integritas sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya tetap dipertahankan dan berjalan
seiring dengan kemajuan serta aktualisasi pergaulan internasional.
Abstrak
Di Era milenial yang kita nikmati saat ini melahirkan perubahan teknologi yang sangat masif,
ditandai dengan kemajuan di bidang informasi, Fenomena aktual adalah sosial media. Sosial
media menjadi kebutuhan sehari-hari dengan indikasi penggunaan di kalangan anak-anak
sampai dengan orang tua yang telah teradiksi. Tiada hari yang dilewati tanpa bersosial media,
Penulisan artikel bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah mereduksi kecanduan sosial
media. Pengalaman pribadi penulis dan beberapa argumen terkait serta teori tentang sosial
media dijadikan bahan peninjauan yang relevan. Dari hasil penulisan ini membuktikan
bahwa sosial media membudaya menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan manusia pada
umumnya, sehingga diperlukan strategi yang efektif seperti dopamine detox agar kehidupan
lebih produktif dan bermakna.
Kata Kunci: Sosial media, kecanduan, Dopamine detox.
Abstract
In the millennial era that we are currently enjoying, there have been massive
technological changes, marked by advances in the information sector. The actual
phenomenon is social media. Social media has become a daily necessity with indications of
use among children to addicted parents. Not a day goes by without social media, writing
articles aims to find out the steps to reduce social media addiction. The author's personal
experience and some related arguments and theories about social media are used as relevant
review material. The results of this paper prove that social media is entrenched as a necessity
that cannot be released by humans in general, so that effective strategies such as dopamine
detox are needed so that life is more productive and meaningful.
Laporan pemakai internet di Indonesia pada awal tahun 2021 ini mencapai 202,6 juta
jiwa. Kuantitas ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa dibanding Januari 2020. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini 274,9 juta jiwa, yang berarti, kemajuan internet di Indonesia pada
awal 2021 mencapai 73,7 persen. Data ini dimuat dalam laporan terbaru yang dirilis oleh
layanan manajemen konten HootSuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are Social
dalam laporan bertajuk "Digital 2021". HootSuite melaporkan bahwa pengguna internet
berusia 16 hingga 64 tahun diketahui memiliki beberapa perangkat elektronik berbeda,
termasuk telepon genggam (baik smartphone maupun non-smartphone), laptop/PC, tablet,
smartwatch, dan sebagainya. Dari berbagai jenis perangkat tersebut, smartphone menjadi
perangkat yang paling populer. Pengguna internet Indonesia (usia 16 hingga 64 tahun) yang
memiliki telepon genggam adalah 98,3 persen. Tak ayal, telepon genggam juga tampil
menjadi perangkat favorit pengguna internet untuk mengakses internet. Tercatat ada 96,4
persen atau 195,3 juta orang Indonesia yang mengakses di internet melalu ponsel
genggamnya. Penggunaan fasilitas internet yang paling dominan adalah sosial media.
Menurut Wijayanto (2014), Orang yang sering menggunakan perkembangan teknologi
informasi
komunikasi berasal dari pemuda-pemudi, seperti pelajar dan mahasiswa
(dalam Rismana dkk, 2016). Namun perkembangannya tidak sebatas
remaja, melainkan orang tua pun aktif dengan penggunaan teknologi ini.
Semua manusia aktif dan menganggap kebutuhan sehari-hari layaknya makan atau minum
dalam memperlakukan media sosial, sehingga tidak bisa terlepas tanpanya. Kondisi Covid-19
menjadikan intensitas pengunaan media sosial menjadi semakin meningkat. Akibat tingginya
kebutuhan akan media sosial, menjadikan manusia terlena dan tidak menyadari dampak
negatif yang muncul bersamaan dengan dampak positifnya.
Di era teknologi informasi, merupakan suatu keniscayaan dan tuntutan yang sangat tinggi
terhadap seluruh perangkat IT.
Metode Penelitian
Dalam artikel ini penulis menggunakan metode kajian literatur, dimana dalam pencarian
literatur yang relevan, Penulis mencari literatur dari sumber tulisan, internet dan pengamatan
pribadi yang menjadi referensi dalam penulisan artikel ini.
Pembahasan.
Definisi media sosial menurut Kamus Besar bahasa Indonesia merupakan laman atau aplikasi
yang memungkin pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.
Sedangkan argumen dari Michael Cross (2013), Media sosial adalah sebuah istilah yang
menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke
dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang
berbasis web. Dikarenakan internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam
teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan. Hal ini
menjadikan media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi khusus terhadap
berbagai penggunaan atau rancangan. Disamping itu yang terakhir Caleb T. Carr dan
Rebecca A. Hayes (2015) mendefinisikan Media sosial adalah media berbasis Internet yang
memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik
secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong nilai
dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain.
Fungsi media sosial dapat diidentifikasi dalam frame kerja honeycomb. dimana pada
tahun 2011, Jan H. Kietzmann, Kritopher Hermkens, Ian P. McCarthy dan Bruno S.
Silvestre mendeskripsikan hubungan kerangka kerja honeycomb sebagai penyajian sebuah
kerangka kerja yang memberi arti media sosial dengan menggunakan tujuh kotak bangunan
fungsi yaitu identity, cenversations, sharing, presence, relationships, reputation, dan groups.
a. Identity menggambarkan pengaturan identitas para pengguna
dalam sebuah
media sosial menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto.
b. Conversations menggambarkan pengaturan para pengguna berkomunikasi dengan
pengguna lainnya dalam media sosial.
c. Sharing menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten berupa
teks, gambar, atau video yang dilakukan oleh para pengguna.
d. Presence menggambarkan apakah para pengguna dapat mengakses pengguna
lainnya.
e. Relationship menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait dengan
pengguna lainnya.
f. Reputation menggambarkan para pengguna dapat mengidentifikasi orang lain serta
dirinya sendiri.
g. Groups menggambarkan para pengguna dapat membentuk komunitas dan sub-
komunitas yang memiliki latar belakang, minat, atau demografi.
Perlu diketahui bahwa pengaruh media sosial mendatangkan beragam manfaat bagi para
penggunanya baik individual maupun dunia bisnis. Adapun manfaat media sosial bagi
individu dan bagi dunia bisnis menurut Taprial dan Kanwar (2012) adalah :
b. Menggali kreativitas. Beragam bentuk media sosial yang ada yang digunakan oleh
individu dapat menggali kreativitas serta mengekspresikan dirinya misalnya dengan menulis
di blog.
c. Interaksi sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah lepas dari
proses interaksi dengan manusia lainnya. Media sosial memungkinkan pengguna dapat
berinteraksi dengan pengguna lainnya dengan menggunakan akses internet dan teknik-teknik
komunikasi yang ada kapanpun dan dimanapun seperti website atau laman dan telepon
pintar.
d. Meraih kekuasaan. Media sosial telah mengambil alih kekuasaan kepada tangan
konsumen. Seseorang dapat memiliki pengaruh sosial melalui interaksi sosial yang
dilakukan melalui laman atau teknologi bergerak.
e. Membangun citra produk secara daring (online branding). Media sosial dapat
digunakan secara efektif dalam dunia bisnis untuk menciptakan impresi yang kuat dan jangka
panjang agar mudah diingat oleh konsumen atau calon konsumen.
f. Pemasaran. Media sosial pemasaran adalah cara yang digunakan oleh organisasi
bisnis dan nir laba untuk membangun hubungan yang efektif melalui kepercayaan, isi pesan
yang bermanfaat, membantu dan kekuasan.
h. Jaringan atau dari mulut ke mulut. Media sosial merupakan cara komunikasi dari
mulut ke mulut dalam wajah baru. Ketika individu terkoneksi satu dengan yang lainnya,
sedikit saja kata-kata tentang suatu produk yang disampaikan melalui media sosial dapat
segera menyebar. Disinilah konsumen dapat juga berperan sebagai agen pemasaran.
a. Terganggu Kesehatan Fisik. Melihat layar smartphone terlalu lama terlebih dalam
jangka waktu panjang, dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, juga berpotensi mengalami
mula, mata kering, dan pusing. Hal lain yang juga mungkin terjadi adalah memicu rasa sakit
atau pegal pada leher karena terlalu lama menundukan kepala.
d. Terpengaruh HOAX. Pesatnya informasi yang tersebar di sosial media akan membuat
masyarakat sulit membedakan antara informasi yang benar/faktual atau berita bohong
(hoaks). Karena itu, kita harus mengecek validitas sebuah informasi terlebih dulu dari sumber
terpercaya dan tidak langsung percaya pada informasi sepintas yang tidak jelas kebenarannya
di media sosial.
f. Memicu datangnya Kejahatan. Perilaku di sosial media juga harus diperhatikan. Sedapat
mungkin hindari berkomentar atau berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan di sosial media
sebab bisa membuat orang lain sangat marah sehingga mengincar kita di dunia nyata. Data
personal juga harus dijaga dengan baik agar informasi tersebut tidak digunakan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab.
terkait dampak positif dan dampak negatif Sosmed, maka penulis lebih menekankan kepada
fakta bahwa seperti halnya jenis kecanduan menggunakan berbagai aplikasi, akan
mempengaruhi otak manusia sehingga pemakaian medsos secara berlebihan akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, karena manusia jaman sekarang akan lebih mementingkan
dan menyibukan diri dengan gadgetnya.
Dilihat dari konsepnya dopamine detox, adalah sebuah metode yang menitikberatkan pada
perubahan perilaku kognitif. Dalam metode ini diyakini bisa mengembalikan ‘kehidupan
normal’ setelah tubuh terbiasa menerima rangsangan dari teknologi, seperti bunyi ponsel,
notifikasi media sosial, dan sebagainya. Di saat tubuh teradiksi dengan rangsangan-
rangsangan tersebut, sisi emosional akan ikut terdampak. Secara tidak langsung, hal tersebut
akan memengaruhi kelangsungan hidup seseorang.
Dengan Dopamine detox merupakan cara efektif untuk mengurangi kecanduan. Ini menjadi
penting, karena jika seseorang telah mempunyai ketergantungan berlebih pada satu kebiasaan,
bisa jadi aktivitas yang lain akan terdampak.
Saat dopamin terbiasa dilepaskan dalam jumlah yang besar, tubuh secara tidak langsung akan
dipaksa untuk melakukan sesuatu yang ‘menyenangkan’.
Pada kasus tertentu, seseorang akan menjadikan kebiasaan tersebut sebagai gaya hidup, yang
mana jika terlewat akan berpengaruh pada kondisi emosional.
Selain itu, dengan melakukan dopamine detox, gen otak akan lebih optimal dalam
menjalankan tugasnya. Menurut Kent Berridge, seorang profesor di bidang psikologi dan ilmu
saraf, saat tak ada rangsangan yang memicu pelepasan dopamin, otak akan beristirahat dan
kembali mendapat fungsi terbaiknya.
1. Menyingkirkan benda yang menjadi stimulus atau buat menjadi lebih sulit diakses dan
dimonitor.
2. Melakukan aktivitas yang berlawanan dengan keinginan walaupun terasa sulit.
3. Menutup semua celah yang memungkinkan untuk melakukan ‘kecurangan’. Misalnya,
blokir situs web yang sering dikunjungi saat melakukan metode ini.
Kita bisa melihat bahwa aturan tersebut tidak mengikat. Artinya, kamu bisa menyesuaikan
dengan kemampuan. Cobalah dengan yang paling ringan, misalnya membatasi penggunaan
ponsel selama satu jam. Jika berhasil, tambah durasinya seperti yang telah disebutkan di atas
Cameron Sepah membagikan beberapa cara yang dapat diterapkan saat melakukan Dopamine
Detox. Setidaknya ada tiga cara yang paling utama.
Argumen dari Menurut James Clear, identik dengan yang dikemukakan Cameron Sepah,
menurutnya terdapat 4 cara yang dapat digunakan untuk membangun kebiasaan baik dan
bisa dilakukan juga sebaliknya untuk menghilangkan kebiasaan buruk, yaitu:
1. Selalu menjadikannya terlihat. Melihat ke belakang kebiasaan baik apa saja yang sudah
ada, dan apa saja kebiasaan buruk kita, kemudian merancang lingkungan dan petunjuk
yang terlihat untuk menstimulus kebiasaan baik. Bila hendak menghilangkan kebiasaan
buruk, bisa dijadikannya tidak terlihat. Seperti menyembunyikan ponsel di tempat yang
jauh dari meja kerja kita.
2. Selalu menjadikannya menarik. Sebisa mungkin kebiasaan yang perlu dibentuk selalu
dipasangkan dengan keinginan kita. Misal belajar 25 menit, istirahat dengan buka sosial
media selama 5 menit, dan dilakukan dalam beberapa sesi. Atau bisa dengan bergabung di
lingkungan yang mendukung, dan menciptakan ritual yang dapat membangkitkan motivasi.
Bila menghilangkan kebiasaan buruk, dapat dijadikannya tidak menarik dengan
memikirkan akibat yang ditimbulkan di kemudian hari.
3. Selalu menjadikannya mudah. Melakukan kebiasaan dengan kemajuan yang perlahan
namun pasti. Berprogres 1% setiap hari dan konsisten. Menurunkan ekspektasi terhadap
hasil akhir, dan menikmati prosesnya. Hilangkan kebiasaan buruk dengan menjadikannya
sulit dengan meningkatkan hambatan.
4. Selalu menjadikannya memuaskan. Memberikan penghargaan terhadap diri sendiri ketika
selesai melakukan tahapan dalam membentuk kebiasaan baik, serta dipantau dengan
catatan harian. Bila untuk kebiasaan buruk, dapat meminta tolong orang lain sebagai
pengawas agar kita dapat teguran.
Setelah cara melakukan dopamine detox, kini saatnya memahami apa saja hal-hal bersifat stimulus
yang sebaiknya dihindari saat melakukan puasa ini, yaitu:
Internet. Hidup di era serba digital memaksa banyak orang untuk sering
menggunakan internet. Sehingga, secara tidak sadar, kamu akan menjadi ketergantungan
padanya.
Musik. Sebagian orang menggunakan musik untuk mengusir rasa bosan. Tak jarang,
musik juga dijadikan teman saat beraktivitas. Cobalah untuk tidak mendengarkan musik saat
melakukan dopamine detox.
Game. Bagi orang yang sudah kecanduan game, tentu saja sehari tanpa memainkannya
akan terasa sangat sulit. Tapi di sinilah tantangannya. Pelepasan dopamin akan ditekan,
sehingga otak dapat menjalankan fungsi lainnya.
Belanja. Tak sedikit orang yang tergiur untuk membeli sesuatu saat ada promo diskon.
Cobalah untuk menahannya. Selain membatasi pelepasan dopamin, kamu juga akan lebih
mudah untuk menghemat uang.
Pornografi. Meski terbilang tabu, tidak sedikit orang yang menjadikan pornografi
sebagai tontonan rutin. Padahal, menurut sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran
Nasional Amerika Serikat, pornografi bisa merusak banyak bagian di otak.
Demikian uraian artikel terkait dengan dinamika kehidupan saat ini, dimana kemajuan
teknologi informasi yang ditandai dengan arus sosial media tidak bisa dibendung, dan kita
senantiasa berdampingan dengan Sosmed. Namun demikian dengan strategi yang bijak
dimana dopamine detox menjadi alternatif yang kuat dalam menjadikan hari-hari kita
bermakna dan produktif.
Kesimpulan.
Daftar Pustaka
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-indonesia-
2021-tembus-202-juta.
Peter Grinspoon, MD (2020)
https://www.health.harvard.edu/blog/dopamine-fasting-misunderstanding-science-spawns-
a-maladaptive-fad-2020022618917 diakses 29 Juni 2021.
Rizki Aprilia, Aat Sriati, Sri Hendrawati (2020) Tingkat Kecanduan Media Sosial pada
Remaja. Journal of Noursing Care – Vol 3: 41-53.
(Studi kasus tentang kolaborasi stakeholder dalam menangani bencana gunung merapi
di Kabupaten Sleman DIY)
Abstrak
Negara Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas
tektonik) dimana Indonesia harus selalu waspada menghadapi resiko bencana letusan gunung
berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami. Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana
telah dilakukan pada saat erupsi Merapi, sehingga dampaknya tidak besar. Pihak-pihak yang
terlibat dalam penanganan bencana adalah pemerintah, swasta maupun masyarakat pada
umumnya. Masalah koordinasi stakeholder didalam kedaruratan bencana selalu mengemuka,
walaupun sektor sudah terbagi namun dihadapkan terlalu banyak organisasi menjadikan
kesulitan dalam pengaturan dan pembagian tugas di lapangan. Hal ini disebabkan adanya
persaingan dalam sumber daya, pengaruh otonom lembaga yang berperan, tidak saling
percaya, perbedaan harapan antar lembaga, kurang inisiatif dan kepemimpinan serta masalah
saling lempar tanggung jawab menjadi faktor lambannya penanganan bencana. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa peran stakeholder dalam berkolaborasi khususnya BNPB,
BPBD, TNI, Basarnas, Polri, LSM maupun organisasi kemasyarakatan peduli bencana belum
maksimal dan mengaplikasikan komunikasi, informasi, koordinasi dan kerjasama (KIKK)
sehingga hal ini jika tidak dibenahi akan mereduksi kemampuan penanganan bencana ataupun
malah mengurangi trust masyarakat terhadap stakeholder penangan bencana. manajemen
bencana mutlak dibenahi agar proses mitigasi, pra bencana, darurat bencana sampai dengan
pasca bencana bisa berjalan dengan baik.
Abstract
Indonesian country is on the Pacific Ring of Fire (an area with a lot of tectonic activity) where
Indonesia must always be alert to the risk of volcanic eruptions, earthquakes, floods and
tsunamis. A series of efforts to reduce the risk of disasters were carried out during the
eruption of Merapi, so that the impact was not large. The parties involved in disaster
management are government, private sector and society in general. The problem of
stakeholder coordination in disaster emergencies always arises, even though the sector is
already divided but faced with too many organizations, it makes difficult to organize and
distribute tasks in the field due to competition in resources, the influence of the autonomous
institutions that play a role, distrust of each other, differences in expectations between
institutions, lack of initiative and leadership and the problem of shifting responsibilities
(Nurjanah et al, 2012). Based on the results of the research, it shows that the role of
stakeholders in collaborating, especially BNPB, BPBD, TNI, Basarnas, Polri, NGOs and
community organizations that care about disasters has not been maximized and applies
communication, information, coordination and cooperation (KIKK) so that if this is not fixed
it will reduce handling ability. Even reduce public trust in disaster management stakeholders.
Disaster management must be addressed so that the mitigation, pre-disaster, disaster
emergency and post-disaster processes can run well.
Negara Indonesia sangat riskan terhadap bencana karena berada di antara tiga
lempeng yaitu Indo-Australia yang terletak dibagian selatan pulau Jawa, yang selalu
bergerak ke arah utara, lempeng Eurasia yang terletak di bagian barat pulau Sumatra,
bergerak ke arah tenggara, lempeng pasifik yang terletak di timur Indonesia , bergerak
ke arah barat. Gerakan ketiga lempeng tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda.
Tabrakan antar lempeng-lempeng yang selalu bergerak itulah yang menyebabkan
gempa tektonik. Disamping tektonik, Indonesia terletak pada jalur gunung api, mulai
dari pulau Sumatra melewati pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores,
Alor, Sulawesi dan berlanjut hingga pulau Andaman Nicobar. Mengingat negara
Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik yaitu wilayah yang banyak aktivitas
tektonik (Hinga, 2015; Sigurdsson, Houghton, McNutt, Rymer & Stix, 2015),
dimana terdapat hampir 130 gunung api yang tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia (Lavigne dkk, 2008), menuntut Indonesia harus selalu waspada
menghadapi resiko bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami.
Mengingat kondisi wilayah geografi Indonesia sangat luas dan rawan terhadap
bencana alam, maka tempat, waktu, jenis dan tingkat terjadinya bencana juga sulit
untuk diprediksi. Sedangkan sebagian besar daerah atau wilayah belum dilengkapi alat
peralatan pendeteksi dini terhadap terjadinya gejala bencana atau tanda-tanda
kemungkinan datangnya bencana alam.
15
Gambar 1. Posisi Indonesia terletak dalam Ring of fire.
16
dan hambatan, khususnya kurang sinergisnya peran antar lembaga yang
berkepentingan dalam menanggulangi akibat bencana. Mengingat hierarki
kewenangan maupun hubungan horizontal antar pemerintahan, yang selama ini belum
mempunyai sinergi yang kuat untuk memecahkan masalah-masalah di lapangan.
Terdapat sejumlah perundangan yang belum mendukung terwujudnya sinergi
dimaksud, bahkan cenderung implementasinya tidak sinkron satu sama lain. Sinergitas
dimulai dari periode pra, tanggap darurat maupun pasca bencana untuk meminimalisir
dampak yang diakibatkan. Hal ini dilakukan mengingat besarnya potensi bencana
alam serta dampak yang diakibatkannya.
Kejadian erupsi gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 telah mengingatkan akan
pentingnya penanganan bencana secara efektif. BNPB RI mencatat ada sebanyak 389
korban jiwa dengan jumlah korban terbanyak berasal dari Kabupaten Sleman, yaitu
246 jiwa. Korban lainnya berasal dari Magelang, Klaten, dan Boyolali. Sedangkan
kerugian yang ditimbulkan akibat erupsi telah mencapai Rp 4,23 triliun dengan
kerusakan paling besar dialami sektor perumahan mencapai 39 persen dari total
kerusakan, Jumlah nilai kerusakan akibat letusan Merapi mencapai Rp 1,138 triliun
atau 27 persen, sedangkan nilai kerugian adalah Rp 3,089 triliun atau 73 persen
(Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, 17 Januari 2011)
17
komunikasi risiko bagi pengambil kebijakan dan masyarakat juga menjadi agenda
utama untuk pengurangan risiko gunung api (Barclay dkk, 2008; Hill, Sparks &
Rougier, 2013). Sistem dan prosedur yang efektif, efisien serta dapat diandalkan akan
sulit diwujudkan tanpa adanya kerja sama yang erat khususnya BNPB, BPBD, TNI
selaku ujung tombak penanganan bencana bersama institusi Basarnas, Polri, LSM
maupun organisasi kemasyarakatan peduli bencana .
Tanggap Darurat
Pasca Bencana
18
Pasca bencana adalah situasi setelah tanggap darurat bencana dalam Tahapan ini
yang menjadi focus adala pemulihan dan pembangunan kembali baik masyarakat
maupun fasilitas- fasilitas umum yang ada di masyarakat. Dalam tahapan pasca
dibagi menjadi dua tahapan, yaitu: Rehabilitasi dan rekonstruksi.
1. Koordinasi intern, yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit di dalam
organisasi.
19
(tiga) sifat koordinasi, yaitu:
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
20
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinam-bungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok kerja.
Metode Penelitian
21
tema, dan selanjutnya memberikan interpretasi terhadap makna suatu data. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, dimana Gunung Merapi
berada.
Gambar 2 Korban jiwa dalam sejarah erupsi Merapi (Sumber: Sutaningsih dkk,
2011)
Hasil.
22
Studi terdahulu terkait kolaborasi instansi oleh Prawira Yudha Pratama dalam
Jaringan kerja sama dalam pengelolaan pasca gempa Gunung Merapi (Pratama, et al,
2020), mengungkapkan adanya miskomunikasi yang cukup besar antar lembaga telah
mengurangi efektivitas penanggulangan bencana sehingga diskusi mendalam tentang
resolusi konflik diperlukan untuk mengembangkan perencanaan yang lebih matang
dan siste-matis. Kepercayaan antar lembaga juga dirasa perlu dalam penanggulangan
bencana. Kepercayaan antara anggota lembaga dan lembaga lain sangat mendukung
keberhasilan penanggu-langan bencana sistematis. Sementara itu, setiap institusi
harus membina kepemimpinan terbuka dengan memberikan mandat kepada individu
yang memiliki pengetahuan yang tepat tentang situasi dan kondisi daerah bencana
untuk memimpin langsung di lapangan. Tata kelola bencana dilakukan melalui
kesepakatan masing-masing lembaga yang dibentuk dalam pedoman Rencana
Penanggulangan Kedaruratan Bencana - RPKB).
23
hakikatnya memerlukan sinergitas antar institusi dalam menanganinya agar
pelaksanaannya bisa berhasil.
Menurut Nick Carter dalam bukunya The Disaster management Cycle 1990,
digambarkan sebagai berikut :
1. Kesimpulan.
25
kemanusiaan. Namun aplikasi di lapangan banyak menemui hambatan terkait dengan
komunikasi, informasi, koordinasi maupun kerjasama. Hal ini bisa disebabkan oleh
ego sektoral, belum selarasnya mekanisme rescue diantara masing-masing instansi,
disamping itu terlalu banyak organisasi menjadikan kesulitan dalam pengaturan dan
pembagian tugas di lapangan. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam sumber
daya, pengaruh otonom lembaga yang berperan, tidak saling percaya, perbedaan
harapan antar lembaga, kurang inisiatif dan kepemimpinan serta masalah saling
lempar tanggung jawab (Nurjanah dkk, 2012).
2. Saran
Dari hasil kajian disarankan beberapa hal terkait dengan soliditas multi aktor agar
mendapatkan trust dari masyarakat yaitu intensifkan pelatihan bersama dan
sinergikan peran secara tepat fungsi melalui koordinasi dan komunikasi yang efektif.
Daftar Pustaka
Agus Dwiyanto (2012) Reformasi Birokrasi Publik Gajah Mada University Press.
Budi Winarno (2007) Kebijakan Publik : Teori dan Proses PT Medika Pressindo.
26
H.Sigurdsson, Houghton, McNutt, Rymer & Stix (2015), The Encyclopedia of
volcanoes A.P Publish.
27