Anda di halaman 1dari 44

OPTIMALISASI PERAN PENDIDIK

GUNA MENYONGSONG GENERASI EMAS 2045

Pendahuluan

Setiap tahun jumlah penduduk di dunia akan senantiasa bertambah, tidak


terkecuali Indonesia jumlah kelahiran penduduk menunjukan peningkatan yang signifikan.
Jumlah kelahiran penduduk yang semakin bertambah ini mengakibatkan kondisi Indonesia
akan mendapatkan “bonus demografi”. Bonus demografi menurut Prof. Sri Moertiningsih
Adioetomo, peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, adalah kondisi
atau keadaan dimana komposisi jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun lebih besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif atau usia antara dibawah 15 tahun
dan diatas 65 tahun, hal inilah yang dimaksud dengan generasi emas 2045. Lebih lanjut
diterangkan bahwa usia produktif adalah usia penduduk yang dapat bekerja dan bermanfaat
bagi suatu negara. Indonesia akan memasuki tahap dimana akan memiliki bonus demografi,
hal ini akan menjadi modal dasar dalam pembangunan di Indonesia. Sehingga dengan
jumlah penduduk produktif yang besar akan dapat memenuhi kebutuhan untuk membangun
disegala sektor. Tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipersiapkan baik bidang pendidikan
maupun ketrampilan dan jika tidak dipersiapkan maka jumlah tenaga yang besar malah akan
membawa petaka dan menjadi kutukan demografi dan beban bagi negara.

Pembahasan

Berdasarkan siaran pers Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, 22 Mei 2017


mendeskripsikan bahwa pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi,
dimana pada tahun tersebut penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total
jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Bonus demografi selain
memberikan dampak positif keuntungan dan kesempatan bagi negara berkembang
untuk menjadi negara maju dan juga jumlah usia tidak produktif akan ditanggung oleh
usia produktif, namun ternyata bonus demografi juga bisa menjadi bahaya dan
ancaman bagi sebuah negara jika tidak dipersiapkan dengan baik. Terkait dengan
penyiapan sumber daya manusia yang akan menentukan tingkat keberhasilan negara
dalam memanfaatkan peluang bonus demografi ini, Jika tidak memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, maka dipastikan saat memasuki bonus demografi dimana
jumlah pengangguran akan meningkat. Jumlah pengangguran yang meningkat akan
menjadi beban bagi negara kita. Adapun contoh dari dampak negatif bonus demografi:
berkurangnya pendapatan sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kualitas
sumber daya manusia dengan standar kualifikasi yang diperlukan, meningkatkan angka
kemiskinan hingga akhirnya memberikan pengaruh buruk kepada pendidikan, hingga
ekonomi dan kesehatan disamping itu penguasaan teknologi informasi yang tidak
dimanfaatkan dengan baik.
Agar negara kita dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, maka
ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam
menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Dunia pendidikan merupakan embrio
peningkatan kualitas manusia dan membekali SDM-SDM generasi yang akan datang agar
mempunyai bekal keterampilan dan pengetahuan untuk meneruskan pembangunan ini. Oleh
sebab itu timbul suatu pertanyaan, sudah siap kah tenaga pendidik dalam hal ini guru-guru
kita menghantarkan SDM-SDM generasi 2045 untuk berkompetensi dan mensukseskan
Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera ? Apakah ada strategi tertentu terutama
pembinaan internal seorang guru dalam meningkatkan kompetensi yang menunjang ? Dari
pertanyaan ini, penulis tertarik untuk menulis artikel terkait dengan kompetensi internal
pendidik yaitu optimalisasi pendidik untuk mensukseskan generasi emas 2045 yang akan
datang

Mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten merupakan embrio dari


keberhasilan dan kemajuan bangsa Indonesia. Pendidik atau Guru memiliki peran sangat
strategis bagi keberhasilan dunia akademis/pendidikan, oleh karenanya dari semua komponen
pendidikan seperti metode pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa, orang
tua, dan lingkungan, yang sangat strategis dan paling menentukan adalah pendidik/guru.
Pendidik dalam hal ini guru memiliki kedudukan yang terhormat untuk melahirkan generasi
emas Indonesia. Kedepan pendidikan yang unggul dan berkualitas menuntut guru untuk
inovatif, kreatif dan pionir dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu guna
menghadapi generasi emas Indonesia Tahun 2045. Oleh sebab itu melalui artikel ini,
penulis memberikan deskripsi terkait dengan kompetensi pendidik dalam
mensukseskan generasi emas Indonesia 2045 yang akan datang. Adapun langkah-
langkah dalam mempersiapkan sumber daya yang handal bagi seorang pendidik
diantaranya :

1. Penguasaan IT dan materi pelajaran.


Dalam menghadapi kemajuan teknologi, Guru dituntut adaptif terhadap
perubahan jaman. Hal ini selaras dengan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru,
dimana dinyatakan ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi profesional dapat
diartikan sebagai kemampuan guru untuk menguasai serta memanfaatkan berbagai
sumber daya untuk mendukung pembelajaran, termasuk kemampuan untuk menguasai
ilmu pengetahuan serta teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan
perkembangan zaman.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, oleh karena itu pengetahuan, keterampilan serta penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi guna mendukung proses pembelajaran menjadi sesuatu hal
yang berguna untuk diketahui oleh guru saat ini ( Tekege, 2017). Di sini sangat
penting bagi guru untuk menguasai ilmu komputer. Pendidik diharapkan menguasai
aplikasi MS Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point. Karena ketika guru
mampu menggunakan aplikasi tersebut guru akan mampu membuat administrasi guru
dan bahkan membuat buku, artikel, karya ilmiah, PTK yang sekarang menjadi
kebutuhan guru untuk kenaikan angka kredit.
Berkaitan dengan pengolahan nilai, guru bisa memanfaatkan teknologi
Microsoft Excel. Guru tidak perlu menggunakan kalkulator untuk menghitung nilai
rata rata siswa tapi cukup dengan rumus/formula yang ada di MS Excel untuk
pengolahan data. Format penilaian yang sekarang berbentuk e-raport juga menuntut
guru harus mengolah angka angka hingga berbentuk laporan deskripsi atas hasil belajar
siswa. Aplikasi selanjutnya adalah power point. Aplikasi ini sangat berguna bagi guru
untuk menayangkan pembelajaran dalam bentuk presentasi dan animasi. Ilmu dasar
PPT sangat berguna bagi guru untuk menerangkan materi dalam bentuk yang lebih
ringkas dan lebih menarik sehingga siswa tidak bosan dalam menerima pembelajaran.
Ada satu keahlian lagi dari ilmu komputer yang harus dimiliki seorang
pendidik yaitu ilmu mencetak naskah. Bagaimana guru bisa mendesign kertas dan
mengatur margin sangat diperlukan agar guru bisa mencetak dokument dan membuat
naskah sesuai dengan kebutuhan guru. Pertanyaanya adalah bagaimana bila guru
tersebut gagap teknologi? Gagap teknologi berarti guru yang tidak pandai
mengoperasikan teknologi secara baik yang disebabkan karena ketidaktahuan dengan
kemajuan teknologi yang ada. Darmawan (2013) dalam berbagai hasil penelitian dan
tulisan, mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK
dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika
kondisi ini benar demikian, alangkah sangat memprihatinkan. Betapa tidak, sebab di
tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) dan virtual , alangkah
ironis bila gurunya sendiri tidak mampu menggunakan teknologi yang sudah menjadi
kebutuhan utama guru apalagi di masa pandemi ini. Apa yang harus dilakukan seorang
guru untuk mengatasi gagap teknologi ini?
Nurhayati (2016) menyebutkan ada 3 cara dalam mengatasi problematika guru
dalam bidang teknologi. Diantaranya 1) pengadaan sarana lengkap dan memadai bagi
guru; 2) melaksanakan program pelatihan rutin dalam bidang TIK dalam proses
pembelajaran; dan 3) melaksanakan kegiatan pelatihan tentang metode pembelajaran
yang efektif dan efisien. Secara umum perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang selama ini menuntut guru terus belajar dan beradaptasi dengan hal-
hal baru . Guru merupakan seorang pembelajar yang dituntut secara terus menerus
belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya.Karena mendidik itu harus menyesuaikan
zaman dan sekarang teknologi telah mengubah pola pembelajaran konvensional.
Bagaimana mungkin guru masih malas, tidak pernah mau membuka pikiran, masih
apatis terhadap perubahan zaman. Bukankah ketika guru tidak mau berubah maka guru
itu yang akan ditinggalkan oleh zaman itu sendiri? Karena sejati nya ketika seorang
guru memutuskan berhenti untuk belajar atau tidak mau belajar maka pada saat itu dia
berhenti menjadi guru atau pendidik. Hal ini sejalan dengan pernyataan bapak
Mohammad Ihsan,S.Pd dalam seminar ‘menjadi guru profesional di era digital’. Beliau
mengatakan siapa yang berani mengajar, dia harus siap untuk tidak pernah berhenti
belajar“. Maka satu satu nya agar guru bisa terus meningkatkan kualitas diri nya dan
meng upgrade kemampuan nya adalah dengan mengikuti pelatihan, workshop dan
seminar yang sekarang bertebaran di dunia maya. Penguasaan IT tersebut berguna
dalam menunjang penguasaan materi pelajaran yang sudah menjadi kewajiban guru.
2. Inovasi mengajar.
Kemampuan IT dan penguasaan materi pelajaran diaktualisasikan dengan inovasi-
inovasi yang mendukung agar tercapai akselerasi kompetensi guru. Salah satunya adalah
menerapkan aplikasi penilaian berbasis internet. Aplikasi berbasis internet meliputi software
seperti socrative, quizzes, kahoot, google form dll itu adalah aplikasi yang sangat user-
friendly – mudah diakses, memiliki fitur dan tampilan yang sangat menarik sehingga mudah
dipelajari. Siswa akan tertantang menjawab soal dalam bentuk kuis yang disajikan sangat
menarik dalam aplikasi tersebut sehingga peserta didik termotivasi untuk terus mengikuti
pembelajaran. Di sisi lain guru juga dapat menghemat banyak waktu dalam pengoreksian.
Karena fitur tersebut memungkinkan sistem untuk mengoreksi, menilai,memberikan umpan
balik serta memberikan report hasil kuis secara otomatis. Belum lagi fitur tersebut bisa
memberikan hasil analisis butir soal yang mau tak mau guru wajib melampirkan analisis ini
dalam tiap ulangan harian. Maka tak ada alasan guru untuk tidak mau menggunakan fasilitas
aplikasi berbasis internet yang terbukti meringankan tugas guru.
3. Membangun komunitas. Manfaat dari membangun komunitas sebagai
media penyebaran informasi dan pendukung aktivitas sesama pendidik sangat
diperlukan dalam dunia kependidikan. Komunitas adalah wadah untuk menjalin relasi
dan pedoman agar komunitas guru sama visi dan misi serta persepsi. Pendidik
hendaknya menyempatkan diri untuk berteman dengan guru-guru lainnya agar terjalin
komunitas yang membuat kita selalu update terhadap informasi yang saat ini sedang
aktual. Bergabung di grup Whatsapp, facebook, telegram dan grup-grup chat lainnya
yang bersifat positif konstruktif.

Penutup

Bonus demografi adalah sebuah fenomena dimana jumlah penduduk yang berusia
produktif lebih banyak daripada penduduk yang berusia tidak produktif. Indonesia beruntung
mendapatkan bonus demografi ini dimana sekitar tahun 2030-2040, Indonesia akan
mengalami bonus demografi, pada tahun tersebut penduduk usia produktif diprediksi
mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Bonus demografi selain memberikan dampak positif keuntungan dan kesempatan bagi
negara berkembang untuk menjadi negara maju dan juga jumlah usia tidak produktif
akan ditanggung oleh usia produktif, namun ternyata bonus demografi juga bisa
menjadi bahaya dan ancaman bagi sebuah negara jika tidak dipersiapkan dengan baik.
Tantangan dalam menghadapi generasi emas 2045 adalah sebuah tuntutan yang harus
dimaksimalkan oleh segenap bangsa Indonesia. Tidak terkecuali oleh seorang pendidik,
karena kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari keunggulan bidang pendidikan. Pembinaan
internal pendidikan merupakan sedikit solusi dari banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki adalah penguasaan IT dan materi
pelajaran, inovasi dalam mengajar, produktivitas dalam berkarya, dan mampu membangun
komunitas yang baik. Dari kompetensi yang harus dimiliki tersebut, akan menjadi sia-sia jika
kita selaku pendidik tidak dapat melaksanakannya tanpa penghayatan dan tanggung jawab
yang tinggi. Oleh sebab itu segala dedikasi selaku pendidik harus dipupuk, dipelihara dan
dikembangkan agar tertoreh hasil didik yang meneruskan estafet pembangunan di tahun 2045
secara lancar, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan
dalam tataran internasional.

Sumber

Asmani, Jamal ma'mur, 2016, Tips Efekif Cooperotive Learning: Pembelajaran aktif, kreatif
dan tidak membosankan, Yogyakarta: Diva Press

Adioetimo, Sri Moertiningsih 2018, Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak
Dini. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Darmawan, Deni. 2013. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran_Pers_-
_Peer_Learning_and_Knowledge_Sharing_Workshop.pdf

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/memanfaatkan-gadget-peserta-didik-dalam-
pembelajaran-sosiologi-secara-daring

https://www.igi.or.id/muh-ihsan-siapa-berani-mengajar-harus-siap-tak-berhenti-belajar.html

Nurhayati, T. 2016. Problematika Guru dalam Menguasai TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusinya di MI Al-Asy’ari
Kuniran Batangan Kabupaten Pati. [Skripsi]: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Right asrul, 2018 Guru 5G Solo : PT Metagraf

Tekege, M. 2017. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran


SMA YPPGI Nabire. Jurnal Teknologi dan Rekayasa, 2(1), 40-58.
MASYARAKAT TANGGUH
DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI KEEMPAT

Pendahuluan

Pembangunan nasional Indonesia adalah suatu rangkaian upaya pembangunan yang


berkesinambungan, berkelanjutan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dalam pelaksanaannya pembangunan ini
meliputi berbagai aspek kehidupan yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
sederajat, setara dan sejajar dengan negara maju. Oleh sebab itu , pembangunan nasional
merefleksikan suatu kehendak secara kontinue untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia. Dalam hal ini, pada dasarnya Indonesia mengacu pada visi
misi dari Sustainable Development Goals/SDGs (tujuan pembangunan berkelanjutan) yang
notabene merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia,
termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi
lingkungan.
Sumber UNDP tentang SDG’s, 2012

Prioritas untuk meningkatkan tujuan pembangunan berkelanjutan ini memasuki era


revolusi keempat, dimana kehadiran revolusi ini diyakini dapat membawa pengaruh yang
sangat besar bagi dunia industri serta mampu mengubah perilaku masyarakat itu secara
psikologis maupun karakter yang pada akhirnya akan mempengaruhi integritas bangsa
Indonesia secara umum. Revolusi industri dimaknai sebagai fenomena dimana teknologi
cyber dan otomatisasi digabungkan atau dikolaborasikan. Pada umumnya revolusi ini
berorientasi pada otomatisasi, dimana segala sesuatu dilakukan oleh teknologi dan tidak lagi
membutuhkan tenaga kerja manusia dalam prosesnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kerja sehingga waktu digunakan semaksimal dan seefektif
mungkin. Salah satu bukti faktual adalah dalam proses produksi barang. Dulu, banyak industri
masih menggunakan tenaga manusia, sedangkan kini dapat dikerjakan lebih cepat dengan
kuantitas yang lebih besar menggunakan mesin yang berteknologi tinggi. Selain itu, kemajuan
ini membuat semua orang dapat mengakses informasi dari mana saja tanpa terbatas waktu
dan ruang, yang penting terhubung dengan jaringan internet. Bahkan, kini bukan saja terbatas
untuk komunikasi melainkan transaksi pembayaran, proses jual beli serta kegiatan lainnya
yang acapkali memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga memudahkan dalam setiap
aktivitas hal inilah yang dinamakan interkoneksi yaitu hubungan antara manusia, alat, dan
mesin yang saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain dengan Internet of
Things (IoT) dan Internet of People (IoP).
Namun dibalik berbagai kemudahan yang didapatkan dari kemajuan teknologi,
terdapat pula berbagai ekses yang tidak diharapkan serta cenderung destruktif seperti adanya
pornografi online, pinjaman online, judi online, berita hoax dan banyak dampak negatif
lainnya, sehingga menuntut kebijaksanaan dan karakteristik bangsa yang kuat untuk bersifat
terbuka, mendukung, dan mengikuti perkembangan teknologi namun menolak teknologi yang
memberikan pengaruh buruk terhadap asasi manusia dan menyimpang dari nilai-nilai moral,
etika dan identitas bangsa yang beradab.

Pembahasan

Globalisasi menuntut kebersamaan dan aktualisasi setiap bangsa sehingga dalam


mencermati konteks perkembangan revolusi keempat tersebut, maka secara eksplisit akan
akan melahirkan indikator dampak seperti yang dikemukakan oleh Profesor Klaus Schwab,
ketua eksekutif dan pendiri Forum Ekonomi Dunia, bahwa dampak positif dari revolusi
keempat diantaranya adalah :

1. Untuk kemajuan dalam inovasi teknologi terbaru, kekuatan dan jenis perangkat digital,
perangkat komputasi, dan jaringan berkembang pesat dari hari ke hari. Ini membuat
pendidikan dan berbagai informasi mudah diakses. Apalagi dimasa pandemi, maka semua
aktivitas pembelajaran menggunakan on air melalui aplikasi Zoom, microsoft Teams, dan lain
sebagainya.

2. Evolusi teknologi dan inovasi ilmiah yang berangsur-angsur mengarah pada


penciptaan disiplin ilmu pendidikan baru, yang akhirnya mengarah pada lebih banyak
cakupan untuk peluang yang lebih baik. Revolusi Industri keempat meningkatkan fasilitas
untuk pengembangan serta inovasi keterampilan baru. Revolusi Industri Keempat
menekankan pertumbuhan pengetahuan dan kehausan untuk belajar. Kursus berorientasi
aplikasi lebih disukai daripada pendidikan kutu buku, dengan munculnya ebook dan media
digital.

3. Karena perkembangan teknologi yang berkelanjutan, media sosial online, seperti


Twitter, LinkedIn, Facebook menjadi lebih aktif dan variatif. Setiap orang dapat
mengekspresikan dan menyoroti pandangan mereka tentang suatu peristiwa kontemporer
dengan mudah melalui jari tangan.
4. Komunikasi menjadi lebih mudah dengan mantap. Melalui WhatsApp, IMO,
Messenger dll., Orang dapat terhubung dengan nyaman dan menghubungi kerabat, teman atau
siapa pun di seluruh dunia. Panggilan video atau obrolan membantu dalam menekan jarak dan
membuat orang lebih bahagia.

5. Tanah tidak penting untuk membangun pasar. Situs belanja online dan layanan
pengiriman cepat membuat komoditas dapat diakses di rumah serta meningkatkan manfaat
ekonomis. Agen layanan pelanggan online juga memberikan rekomendasi cerdas kepada
pelanggan.

6. Dunia menjadi desa global, di mana miliaran orang serta produk mudah diakses dilihat
dan didapatkan secara langsung tanpa melihat sekat dan batas yang ada.

7. Kemajuan dalam ilmu kedokteran, ilmu saraf dll, karena Revolusi Industri Keempat,
mengarah pada kehidupan yang lebih sehat; kemampuan intelektual dan mental yang maju;
dan masa hidup lebih lama.

8. Pertanian juga dipengaruhi oleh Revolusi Industri Keempat. Sejumlah besar tanaman
dapat dihasilkan dengan bantuan Bioengineering. Dengan bantuan mesin, didukung oleh
kecerdasan buatan, pengukuran populasi tanaman dan deteksi gulma atau hama tanaman juga
menjadi lebih mudah. Penyemprot robot juga tersedia untuk aplikasi herbisida.

Sedangkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan adalah :

1. Adanya ketergantungan yang masif pada teknologi, sehingga mengurangi kemauan


manusia untuk menggunakan kecerdasan dan kekuatan fisiknya sendiri dan percaya pada diri
sendiri.
2. Peran media sosial meningkatkan jarak antara seseorang dan anggota keluarganya
serta masyarakat fisik. Dunia virtual menjadi lebih disukai daripada dunia fisik dan ini
menciptakan kesenjangan sosial yang melahirkan individu-individu egois, sehingga tercipta
manusia anti sosial.
3. Pada dasarnya media sosial tidak selalu membantu karena merupakan media untuk
menyebarkan berita, di antaranya beberapa atau banyak di antaranya salah; berita palsu
membuat gangguan (hoax).
4. Privasi seseorang sama sekali tidak sepenuhnya terjamin di era Revolusi Industri
Keempat ini karena kemajuan teknologi dalam sistem pelacakan. Setiap aktivitas manusia
dapat dilacak melalui perangkat digital, seperti Kamera CCTV, ponsel pintar, dll. Platform
media sosial, seperti, Facebook, Twitter, dll. Serta situs belanja online, seperti, Flipkart,
Amazon dll. Mengumpulkan setiap informasi dari nama dan Tanggal Lahir hingga Kartu
Kredit atau detail bank seseorang sebelum membuat profil atau akun. Peristiwa terakhir
adalah bocornya data-data warga negara Indonesia yang termuat di BPJS atau yang lebih
ekstrem adalah data pribadi presiden RI bisa bocor di media massa.
5. Intimidasi dunia maya dan kebencian adalah dampak negatif lain dari media sosial
yang secara bertahap meningkat di era Revolusi Industri Keempat. Serangan dunia maya juga
bukan tidak mungkin karena kemajuan bertahap dalam fasilitas internet. Tidak boleh
dilupakan bahwa peretasan tidak selalu etis; peretasan juga dapat membahayakan keamanan
negara.
6. Fenomena masyarakat yang tidak tertarik lagi untuk pergi ke pasar, joging di alam
terbuka, saling berkunjung/silaturahmi karena evolusi teknologi memungkinkan mereka untuk
berbelanja di situs belanja online, joging di treadmill cukup di rumah dan untuk
silaturahmi/berhubungan dengan orang-orang melalui media sosial masing-masing.
Disamping itu anak-anak lebih tertarik pada game mobile daripada game outdoor karena
keanggunan teknologi pintar. Ini sangat mempengaruhi kesehatan manusia, baik fisik maupun
mental, karena pergerakan tubuh manusia dan asupan udara segar semakin menurun.
Penggunaan ponsel pintar dan game digital yang berlebihan menyebabkan hambatan dalam
pertumbuhan fisik dan mental anak-anak.
7. Kompetensi individual dipertaruhkan karena kemajuan dalam teknologi otomotif dan
robot. Keterampilan manusia menjadi sangat berharga di depan kecerdasan buatan yang
mendominasi. Mesin lebih disukai daripada manusia dan hal ini menjadi fakta yang nyata.

Sumber Statistik GrahaNurdian 2021


Dari statistik diatas, memang sudah menjadi suatu keniscayaan akan adanya perkembangan
teknologi yang tidak mungkin kita hindari dimana koneksi smartphone sudah hampir dua
kali penduduk Indonesia, penggunaan internet dan media sosial aktif sudah ¾ nya dari
penduduk Indonesia dan keadaan ini diprediksi akan semakin meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga diperlukan strategi dan solusi yang konstruktif membangun bangsa yang maju dan
beradab. Adapun beberapa strategi menghadapi revolusi industri keempat meliputi :

1. Penanaman digital mindset pada segenap warga negara, dengan kontrol dari
pemerintah yang melekat. Dengan digital mindset adalah kunci dari keberhasilan
transformasi digital. Berbeda dengan digitalisasi, digital mindset bisa diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melihat peluang menggabungkan teknologi dengan pekerjaan,
keahlian maupun dunia bisnis. Digital mindset ini diperlukan untuk bisa memberikan solusi
inovatif yang mengedepankan teknologi untuk semakin mempermudah kehidupan manusia.
Digital mindset bisa dimiliki dengan memiliki keinginan untuk jadi yang terdepan,
menghindari sistem birokrasi yang rumit, dan hasrat untuk membantu sesama.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam menghadapi revolusi


industri keempat. Semua instansi, organisasi ataupun birokrasi mau tidak mau harus
meningkatkan kualitas SDM agar dapat memenuhi standar global. Pada era digital, robot
mulai menggantikan peran dan pekerjaan manusia. Namun, kita tidak perlu khawatir karena
robot tidak akan bekerja dalam semua sektor. Robot belum bisa menggantikan pekerjaan
yang berhubungan dengan interaksi manusia dan pengetahuan. Robot juga memerlukan
teknisi yang dapat mengatur sistem dan pengaturannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas untuk dapat mengaplikasikan dan mengontrol teknologi
secara maksimal. Hal ini menjadi peluang bagi segenap warga negara untuk meningkatkan
kompetensi di era yang kompetitif ini tanpa melihat latar belakang apa pun juga.

3. Keamanan cyber. Keamanan di bidang piranti lunak ini pada hakekatnya adalah
proses yang diperlukan untuk melindungi komputer, jaringan, dan perangkat seluler dari
serangan siber berbahaya apalagi jaringan tersebut memuat privasi dan data-data rahasia.
Negara harus selalu hadir dalam melindungi segenap bangsa Indonesia tidak terkecuali
perlindungan dalam dunia maya. Dengan adanya keamanan cyber ini bertujuan untuk
menjaga dan mencegah penyalahgunaan akses maupun pemanfaatan data dalam sistem
teknologi informasi dari seseorang yang tidak memiliki hak untuk mengakses maupun
memanfaatkan data dalam sistem tersebut.

4. Pendidikan akhlak bagi generasi muda merupakan kebutuhan primer yang urgen dan
tidak bisa ditawar lagi guna memperkuat integritas kepribadian generasi yang unggul.
Hegemoni media teknologi dalam kehidupan generasi muda menjadi
tantangan baru bagi mereka dalam menjalani kehidupan modern. Walaupun teknologi
menghadirkan berbagai kemudahan, tapi pada saat bersamaan juga menghadirkan berbagai
problem baru yaitu problem menipisnya akhlak yang mulia. Meluasnya problem akhlak
dewasa ini menunjukan semakin pentingnya penguatan pendidikan yang menekankan pada
aspek akhlak. Penguatan aspek akhlak dilakukan dengan cara: memberikan pemahaman yang
komperhensif tentang konsep akhlak itu sendiri, memberikan dan menunjukan keteladanan,
mencegah individu larut dalam kesenangan dan kemewahan materialime yang semu,
memperkuat hubungan sosialisasi dan semangat kebangsaan, membangun dan mengontrol
pengaruh media online, karena perlu diingat hidup serba canggih namun tanpa integritas
akan terasa meaningless atau tidak bermakna.

5. Bangga dan bersyukur sebagai warga negara Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa eksistensi Indonesia sudah sejajar dengan negara-negara yang ada di kancah
internasional, kita tidak perlu merasa minder dengan sesuatu yang datang dari luar negeri,
kita tidak perlu mengagungkan negara lain yang mungkin lebih maju dan malah menjelekan
bangsa sendiri karena ini akan menghambat kemajuan bangsa Indonesia. Tidak ada negara
yang super power di era digitalisasi ini. Oleh karenanya kita harus memupuk kekuatan dan
kelebihan bangsa Indonesia agar eksistensi di era revolusi industri keempat ini bisa unggul
dan berhasil dalam segala bidang. Berita teraktual eksistensi Indonesia di kancah
internasional adalah Indonesia menjadi ketua Presidensi tahun 2022 dari Forum G20 yang
terdiri dari 20 negara yaitu AS, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki,
Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan,
Italia, Indonesia, Prancis, Rusia, ditambah Uni Eropa. Indonesia juga menjadi satu-satunya
negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20 yang membahasa isu perekonomian
dunia.
Kesimpulan

Perkembangan revolusi industri 4.0 (keempat) telah memberikan banyak dampak positif dan
negatif bagi kehidupan manusia. Sebagai manusia Indonesia yang berintegritas sudah
selayaknya kita dapat memilih dan memilah secara bijaksana perkembangan era digitalisasi
dan elektonisasi ini agar transfer seluruh teknologi bisa bermanfaat di masa depan dan
hubungan kerjasama dengan dunia luar bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Disamping
itu kearifan lokal dan kearifan berbangsa tetap harus dikedepankan terutama akhlak dan
integritas sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya tetap dipertahankan dan berjalan
seiring dengan kemajuan serta aktualisasi pergaulan internasional.

DAMPAK KECANDUAN BERMEDIA SOSIAL DAN STRATEGI MEREDUKSINYA

Abstrak

Di Era milenial yang kita nikmati saat ini melahirkan perubahan teknologi yang sangat masif,
ditandai dengan kemajuan di bidang informasi, Fenomena aktual adalah sosial media. Sosial
media menjadi kebutuhan sehari-hari dengan indikasi penggunaan di kalangan anak-anak
sampai dengan orang tua yang telah teradiksi. Tiada hari yang dilewati tanpa bersosial media,
Penulisan artikel bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah mereduksi kecanduan sosial
media. Pengalaman pribadi penulis dan beberapa argumen terkait serta teori tentang sosial
media dijadikan bahan peninjauan yang relevan. Dari hasil penulisan ini membuktikan
bahwa sosial media membudaya menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan manusia pada
umumnya, sehingga diperlukan strategi yang efektif seperti dopamine detox agar kehidupan
lebih produktif dan bermakna.
Kata Kunci: Sosial media, kecanduan, Dopamine detox.

Abstract

In the millennial era that we are currently enjoying, there have been massive
technological changes, marked by advances in the information sector. The actual
phenomenon is social media. Social media has become a daily necessity with indications of
use among children to addicted parents. Not a day goes by without social media, writing
articles aims to find out the steps to reduce social media addiction. The author's personal
experience and some related arguments and theories about social media are used as relevant
review material. The results of this paper prove that social media is entrenched as a necessity
that cannot be released by humans in general, so that effective strategies such as dopamine
detox are needed so that life is more productive and meaningful.

Keywords: Social media, addiction, Dopamine detox.


Pendahuluan

Perkembangan peradaban tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi, dimana


kemajuan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama peradaban manusia
masih eksis, maka teknologi akan terus menjadi hal terpenting dalam kehidupan ini. Hal
yang aktual dan menjadi kebutuhan adalah semakin berkembang pesatnya teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang mana merupakan salah satu hal terpenting di abad
ini. TIK tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimulai dari anak kecil hingga
orang tua, petani, pedagang kecil menengah, pelajar hingga pengusaha besar, baik
disadari maupun tidak sudah begitu tergantung pada Teknologi informasi.

Melihat perkembangan sejarah Teknologi informasi sebenarnya sudah dikenal


manusia sejak berabad-abad yang lalu. Semenjak manusia diciptakan di bumi ini,
manusia sudah mulai mencoba berkomunikasi dengan isyarat dan simbol tertentu. Fase
adalah titik awal perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi berkembang
dengan sangat pesat hingga saat ini dan di masa yang akan datang akan tercipta lagi
teknologi yang lebih canggih. Hari ini, jarak dan waktu seakan tidak lagi menjadi
halangan dalam berkomunikasi. Manusia yang yang berada disuatu pulau yang berbeda
bahkan negara yang berbeda kini sudah mampu berkomunikasi secara visual dengan
fasilitas internet, dan melaporkan setiap perkembangan yang ada secara langsung. Hal
inilah yang menyebabkan internet menjadi suatu kebutuhan dan penggunaannya semakin
masif di seluruh dunia.

Laporan pemakai internet di Indonesia pada awal tahun 2021 ini mencapai 202,6 juta
jiwa. Kuantitas ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa dibanding Januari 2020. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini 274,9 juta jiwa, yang berarti, kemajuan internet di Indonesia pada
awal 2021 mencapai 73,7 persen. Data ini dimuat dalam laporan terbaru yang dirilis oleh
layanan manajemen konten HootSuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are Social
dalam laporan bertajuk "Digital 2021". HootSuite melaporkan bahwa pengguna internet
berusia 16 hingga 64 tahun diketahui memiliki beberapa perangkat elektronik berbeda,
termasuk telepon genggam (baik smartphone maupun non-smartphone), laptop/PC, tablet,
smartwatch, dan sebagainya. Dari berbagai jenis perangkat tersebut, smartphone menjadi
perangkat yang paling populer. Pengguna internet Indonesia (usia 16 hingga 64 tahun) yang
memiliki telepon genggam adalah 98,3 persen. Tak ayal, telepon genggam juga tampil
menjadi perangkat favorit pengguna internet untuk mengakses internet. Tercatat ada 96,4
persen atau 195,3 juta orang Indonesia yang mengakses di internet melalu ponsel
genggamnya. Penggunaan fasilitas internet yang paling dominan adalah sosial media.
Menurut Wijayanto (2014), Orang yang sering menggunakan perkembangan teknologi
informasi
komunikasi berasal dari pemuda-pemudi, seperti pelajar dan mahasiswa
(dalam Rismana dkk, 2016). Namun perkembangannya tidak sebatas
remaja, melainkan orang tua pun aktif dengan penggunaan teknologi ini.
Semua manusia aktif dan menganggap kebutuhan sehari-hari layaknya makan atau minum
dalam memperlakukan media sosial, sehingga tidak bisa terlepas tanpanya. Kondisi Covid-19
menjadikan intensitas pengunaan media sosial menjadi semakin meningkat. Akibat tingginya
kebutuhan akan media sosial, menjadikan manusia terlena dan tidak menyadari dampak
negatif yang muncul bersamaan dengan dampak positifnya.
Di era teknologi informasi, merupakan suatu keniscayaan dan tuntutan yang sangat tinggi
terhadap seluruh perangkat IT.

Metode Penelitian

Dalam artikel ini penulis menggunakan metode kajian literatur, dimana dalam pencarian
literatur yang relevan, Penulis mencari literatur dari sumber tulisan, internet dan pengamatan
pribadi yang menjadi referensi dalam penulisan artikel ini.

Pembahasan.

Definisi media sosial menurut Kamus Besar bahasa Indonesia merupakan laman atau aplikasi
yang memungkin pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.
Sedangkan argumen dari Michael Cross (2013), Media sosial adalah sebuah istilah yang
menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke
dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang
berbasis web. Dikarenakan internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam
teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan. Hal ini
menjadikan media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi khusus terhadap
berbagai penggunaan atau rancangan. Disamping itu yang terakhir Caleb T. Carr dan
Rebecca A. Hayes (2015) mendefinisikan Media sosial adalah media berbasis Internet yang
memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik
secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong nilai
dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain.

Adapun macam-macam media sosial diantaranya:

a. WhatsApp merupakan aplikasi pada smartphone untuk berkirim pesan


dengan menggunakan internet.

b. Facebook merupakan media sosial yang diciptakan oleh Mark


Zuckerberg.

c. Instagram adalah aplikasi sebagai wadah berbagi foto ataupun video.

d. Line merupakan media aplikasi chatting yang dikembangkan oleh


Line Corporation.

e. Twitter merupakan sebuah media aplikasi untuk berbagi tulisan yang


diciptakan oleh Jack Dorsey.

f. Path merupakan media berbagi foto dan pesan yang dikembangkan


oleh Dave Morin dan Shawn.

g. Youtube, merupakan media berbagi video-video unggahan.

Fungsi media sosial dapat diidentifikasi dalam frame kerja honeycomb. dimana pada
tahun 2011, Jan H. Kietzmann, Kritopher Hermkens, Ian P. McCarthy dan Bruno S.
Silvestre mendeskripsikan hubungan kerangka kerja honeycomb sebagai penyajian sebuah
kerangka kerja yang memberi arti media sosial dengan menggunakan tujuh kotak bangunan
fungsi yaitu identity, cenversations, sharing, presence, relationships, reputation, dan groups.
a. Identity menggambarkan pengaturan identitas para pengguna
dalam sebuah
media sosial menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto.
b. Conversations menggambarkan pengaturan para pengguna berkomunikasi dengan
pengguna lainnya dalam media sosial.
c. Sharing menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten berupa
teks, gambar, atau video yang dilakukan oleh para pengguna.
d. Presence menggambarkan apakah para pengguna dapat mengakses pengguna
lainnya.
e. Relationship menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait dengan
pengguna lainnya.
f. Reputation menggambarkan para pengguna dapat mengidentifikasi orang lain serta
dirinya sendiri.
g. Groups menggambarkan para pengguna dapat membentuk komunitas dan sub-
komunitas yang memiliki latar belakang, minat, atau demografi.

Perlu diketahui bahwa pengaruh media sosial mendatangkan beragam manfaat bagi para
penggunanya baik individual maupun dunia bisnis. Adapun manfaat media sosial bagi
individu dan bagi dunia bisnis menurut Taprial dan Kanwar (2012) adalah :

a. Penggunaan pribadi. Individu menggunakan media sosial untuk alasan tertentu


seperti tetap terhubung dengan berita-berita terkini, teknologi mutakhir, gossip, dan berbagai
kejadian di seluruh dunia maupun di sekitarnya.

b. Menggali kreativitas. Beragam bentuk media sosial yang ada yang digunakan oleh
individu dapat menggali kreativitas serta mengekspresikan dirinya misalnya dengan menulis
di blog.

c. Interaksi sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah lepas dari
proses interaksi dengan manusia lainnya. Media sosial memungkinkan pengguna dapat
berinteraksi dengan pengguna lainnya dengan menggunakan akses internet dan teknik-teknik
komunikasi yang ada kapanpun dan dimanapun seperti website atau laman dan telepon
pintar.
d. Meraih kekuasaan. Media sosial telah mengambil alih kekuasaan kepada tangan
konsumen. Seseorang dapat memiliki pengaruh sosial melalui interaksi sosial yang
dilakukan melalui laman atau teknologi bergerak.

e. Membangun citra produk secara daring (online branding). Media sosial dapat
digunakan secara efektif dalam dunia bisnis untuk menciptakan impresi yang kuat dan jangka
panjang agar mudah diingat oleh konsumen atau calon konsumen.

f. Pemasaran. Media sosial pemasaran adalah cara yang digunakan oleh organisasi
bisnis dan nir laba untuk membangun hubungan yang efektif melalui kepercayaan, isi pesan
yang bermanfaat, membantu dan kekuasan.

g. Membangun hubungan. Media sosial digunakan dalam dunia bisnis untuk


memenuhi kebutuhan konsumen dalam rangka menjaga kepuasan konsumen agar konsumen
tetap setia pada produk yang telah digunakan.

h. Jaringan atau dari mulut ke mulut. Media sosial merupakan cara komunikasi dari
mulut ke mulut dalam wajah baru. Ketika individu terkoneksi satu dengan yang lainnya,
sedikit saja kata-kata tentang suatu produk yang disampaikan melalui media sosial dapat
segera menyebar. Disinilah konsumen dapat juga berperan sebagai agen pemasaran.

i. Manajemen reputasi daring. Merupakan kegiatan melakukan pengawasan reputasi


Internet mengenai seseorang, merek suatu produk atau bisnis dengan tujuan untuk menekan
seluruh pembicaraan negatif atau menekannya ke dasar sebagai hasil dari mesin pencarian
untuk mengurangi visibilitas yang bersangkutan.

j. Membangun komunitas. Sebuah perusahaan atau bisnis dapat menggunakan media


sosial untuk membangun sebuah komunitas di sekitar produk atau bisnisnya.

k. Menampilkan wajah manusia ke dalam bisnis. Manusia cenderung lebih nyaman


berbisnis dan berpartisipasi dalam media sosial yang membantu bisnis mereka.
Namun demikian, disamping manfaat yang telah disebutkan diatas, tidak dipungkiri bahwa
bagaikan sisi pisau, Sosmed mempunyai sisi negatif atau dampak yang buruk diantaranya
adalah :

a. Terganggu Kesehatan Fisik. Melihat layar smartphone terlalu lama terlebih dalam
jangka waktu panjang, dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, juga berpotensi mengalami
mula, mata kering, dan pusing. Hal lain yang juga mungkin terjadi adalah memicu rasa sakit
atau pegal pada leher karena terlalu lama menundukan kepala.

b. Internalisasi Konten Negatif. Dalam ruang maya internet, jutaan informasi


berterbangan dengan berbagai bentuk konten yang dapat diakses dengan mudahnya. Media
sosial yang menjadi platform berbagi konten dari para pengguna berpotensi menghadirkan
konten-konten negatif dengan unsur SARA. Semua konten tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi oleh masyarakat terutama remaja dan anak-anak.

c. Gangguan Mental. Saat ini orang menggunakan media sosial untuk


mengeksplorasi kehidupan pribadi demi mendapatkan citra tertentu di mata orang lain. Hal ini
akan menyebabkan kita sering melihat konten-konten yang mengundang kekaguman,
ketertarikan, bahkan keinginan untuk dapat melakukan atau memiliki hal yang sama dengan
orang tersebut. Akhirnya kita selalu membandingkan diri dengan orang lain, merasa iri,
sehingga gelisah, cemas, mudah emosi dan yang lebih parah menyebabkan frustasi.
Dismaping itu pula kita juga berpotensi memiliki perilaku Fear of Missing Out (FOMO),
yaitu rasa takut tertinggal dari orang lain.

d. Terpengaruh HOAX. Pesatnya informasi yang tersebar di sosial media akan membuat
masyarakat sulit membedakan antara informasi yang benar/faktual atau berita bohong
(hoaks). Karena itu, kita harus mengecek validitas sebuah informasi terlebih dulu dari sumber
terpercaya dan tidak langsung percaya pada informasi sepintas yang tidak jelas kebenarannya
di media sosial.

e. Mengganggu hubungan nyata. Menggunakan media sosial secara terus menerus,


membuat kita menjadi lebih fokus pada dunia maya dibanding dunia nyata. Hal ini
menyebabkan relasi di dunia nyata menjadi renggang, baik dengan teman, orang tua maupun
masyarakat. Hal ini membuat kita menjadi pribadi yang sulit bersosialisasi dan lebih tertutup.

f. Memicu datangnya Kejahatan. Perilaku di sosial media juga harus diperhatikan. Sedapat
mungkin hindari berkomentar atau berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan di sosial media
sebab bisa membuat orang lain sangat marah sehingga mengincar kita di dunia nyata. Data
personal juga harus dijaga dengan baik agar informasi tersebut tidak digunakan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab.

terkait dampak positif dan dampak negatif Sosmed, maka penulis lebih menekankan kepada
fakta bahwa seperti halnya jenis kecanduan menggunakan berbagai aplikasi, akan
mempengaruhi otak manusia sehingga pemakaian medsos secara berlebihan akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, karena manusia jaman sekarang akan lebih mementingkan
dan menyibukan diri dengan gadgetnya.

Hari-hari memang sangat menyenangkan, saat melakukan hal yang menyenangkan,


tubuh kita akan melepaskan senyawa kimia bernama dopamin. Seperti, bermain game atau
membuka media sosial. Tapi setelah itu semakin lama kebiasaan ini bisa menjadi candu.
Adapun kecanduang sendiri menurut Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan
merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol.
Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu
hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi
pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan
kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada
kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu
mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi.

Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat


kebiasaannya. Solusi Untuk mengatasi kecanduan yang paling efektif adalah dopamine
detox. Dopamine detox atau dopamine fasting adalah salah satu cara untuk membatasi
kegiatan atau perilaku yang memicu pelepasan dopamin di otak. Puasa dopamin adalah
istilah yang diciptakan oleh Dr. Cameron Sepah, seorang pakar psikiatri di University of
California San Fransisco. Metode ini pertama kali menjadi tren di kawasan Silicon Valley,
tempat dimana mayoritas startup-startup berdomisili secara pesat. Dopamin merupakan
neurotransmiter di otak yang mampu memberikan rasa bahagia dan kesenangan. Dengan
berpuasa dopamin, seseorang akan terhindar dari rasa candu atau ketergantungan terhadap
sesuatu hal.

Tujuan dopamine detox

Dilihat dari konsepnya dopamine detox, adalah sebuah metode yang menitikberatkan pada
perubahan perilaku kognitif. Dalam metode ini diyakini bisa mengembalikan ‘kehidupan
normal’ setelah tubuh terbiasa menerima rangsangan dari teknologi, seperti bunyi ponsel,
notifikasi media sosial, dan sebagainya. Di saat tubuh teradiksi dengan rangsangan-
rangsangan tersebut, sisi emosional akan ikut terdampak. Secara tidak langsung, hal tersebut
akan memengaruhi kelangsungan hidup seseorang.

Manfaat untuk tubuh

Dengan Dopamine detox merupakan cara efektif untuk mengurangi kecanduan. Ini menjadi
penting, karena jika seseorang telah mempunyai ketergantungan berlebih pada satu kebiasaan,
bisa jadi aktivitas yang lain akan terdampak.

Saat dopamin terbiasa dilepaskan dalam jumlah yang besar, tubuh secara tidak langsung akan
dipaksa untuk melakukan sesuatu yang ‘menyenangkan’.

Pada kasus tertentu, seseorang akan menjadikan kebiasaan tersebut sebagai gaya hidup, yang
mana jika terlewat akan berpengaruh pada kondisi emosional.

Selain itu, dengan melakukan dopamine detox, gen otak akan lebih optimal dalam
menjalankan tugasnya. Menurut Kent Berridge, seorang profesor di bidang psikologi dan ilmu
saraf, saat tak ada rangsangan yang memicu pelepasan dopamin, otak akan beristirahat dan
kembali mendapat fungsi terbaiknya.

Cara melakukan dopamine detox


Sebenarnya tidak ada aturan khusus dalam menjalankan dopamine detox utamanya, usahakan
untuk membatasi perilaku-perilaku yang bisa memicu pelepasan banyak dopamin. Caranya
adalah sebagai berikut:

1. Menyingkirkan benda yang menjadi stimulus atau buat menjadi lebih sulit diakses dan
dimonitor.
2. Melakukan aktivitas yang berlawanan dengan keinginan walaupun terasa sulit.
3. Menutup semua celah yang memungkinkan untuk melakukan ‘kecurangan’. Misalnya,
blokir situs web yang sering dikunjungi saat melakukan metode ini.

Untuk waktu ideal kita bisa melaksanakannya selama :

a. Satu hingga empat jam menjelang tidur


b. Selama satu hari penuh pada akhir pekan
c. Satu minggu penuh per tahun (dengan berlibur ke suatu tempat)

Kita bisa melihat bahwa aturan tersebut tidak mengikat. Artinya, kamu bisa menyesuaikan
dengan kemampuan. Cobalah dengan yang paling ringan, misalnya membatasi penggunaan
ponsel selama satu jam. Jika berhasil, tambah durasinya seperti yang telah disebutkan di atas

Cameron Sepah membagikan beberapa cara yang dapat diterapkan saat melakukan Dopamine
Detox. Setidaknya ada tiga cara yang paling utama.

1. Pertama, meletakkan benda yang bisa menjadi stimulus.


2. Kedua, melakukan aktivitas alternatif yang tidak sesuai dengan stimulus.
3. Ketiga, menggunakan aplikasi untuk memblokir situs-situs web tertentu yang memicu
kecanduan.

Argumen dari Menurut James Clear, identik dengan yang dikemukakan Cameron Sepah,
menurutnya terdapat 4 cara yang dapat digunakan untuk membangun kebiasaan baik dan
bisa dilakukan juga sebaliknya untuk menghilangkan kebiasaan buruk, yaitu:

1. Selalu menjadikannya terlihat. Melihat ke belakang kebiasaan baik apa saja yang sudah
ada, dan apa saja kebiasaan buruk kita, kemudian merancang lingkungan dan petunjuk
yang terlihat untuk menstimulus kebiasaan baik. Bila hendak menghilangkan kebiasaan
buruk, bisa dijadikannya tidak terlihat. Seperti menyembunyikan ponsel di tempat yang
jauh dari meja kerja kita.
2. Selalu menjadikannya menarik. Sebisa mungkin kebiasaan yang perlu dibentuk selalu
dipasangkan dengan keinginan kita. Misal belajar 25 menit, istirahat dengan buka sosial
media selama 5 menit, dan dilakukan dalam beberapa sesi. Atau bisa dengan bergabung di
lingkungan yang mendukung, dan menciptakan ritual yang dapat membangkitkan motivasi.
Bila menghilangkan kebiasaan buruk, dapat dijadikannya tidak menarik dengan
memikirkan akibat yang ditimbulkan di kemudian hari.
3. Selalu menjadikannya mudah. Melakukan kebiasaan dengan kemajuan yang perlahan
namun pasti. Berprogres 1% setiap hari dan konsisten. Menurunkan ekspektasi terhadap
hasil akhir, dan menikmati prosesnya. Hilangkan kebiasaan buruk dengan menjadikannya
sulit dengan meningkatkan hambatan.
4. Selalu menjadikannya memuaskan. Memberikan penghargaan terhadap diri sendiri ketika
selesai melakukan tahapan dalam membentuk kebiasaan baik, serta dipantau dengan
catatan harian. Bila untuk kebiasaan buruk, dapat meminta tolong orang lain sebagai
pengawas agar kita dapat teguran.

Kebiasaan yang harus dibatasi

Setelah cara melakukan dopamine detox, kini saatnya memahami apa saja hal-hal bersifat stimulus
yang sebaiknya dihindari saat melakukan puasa ini, yaitu:

 Internet. Hidup di era serba digital memaksa banyak orang untuk sering
menggunakan internet. Sehingga, secara tidak sadar, kamu akan menjadi ketergantungan
padanya.
 Musik. Sebagian orang menggunakan musik untuk mengusir rasa bosan. Tak jarang,
musik juga dijadikan teman saat beraktivitas. Cobalah untuk tidak mendengarkan musik saat
melakukan dopamine detox.
 Game. Bagi orang yang sudah kecanduan game, tentu saja sehari tanpa memainkannya
akan terasa sangat sulit. Tapi di sinilah tantangannya. Pelepasan dopamin akan ditekan,
sehingga otak dapat menjalankan fungsi lainnya.
 Belanja. Tak sedikit orang yang tergiur untuk membeli sesuatu saat ada promo diskon.
Cobalah untuk menahannya. Selain membatasi pelepasan dopamin, kamu juga akan lebih
mudah untuk menghemat uang.
 Pornografi. Meski terbilang tabu, tidak sedikit orang yang menjadikan pornografi
sebagai tontonan rutin. Padahal, menurut sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran
Nasional Amerika Serikat, pornografi bisa merusak banyak bagian di otak.

Demikian uraian artikel terkait dengan dinamika kehidupan saat ini, dimana kemajuan
teknologi informasi yang ditandai dengan arus sosial media tidak bisa dibendung, dan kita
senantiasa berdampingan dengan Sosmed. Namun demikian dengan strategi yang bijak
dimana dopamine detox menjadi alternatif yang kuat dalam menjadikan hari-hari kita
bermakna dan produktif.

Kesimpulan.

Artikel ini mendeksripsikan bahwa perkembangan teknologi informasi telah


mempengaruhi dinamika kehidupan menjadi tanpa batas. Segala kenyamanan dan
kemudahan yang didapatkan melalui teknologi informasi dalam hal ini adalah dunia maya
sosial media telah menjebak produktivitas diisi dengan waktu-waktu kontraproduktif.
Strategi dopamine detox merupakan solusi efektif dalam rangka puasa hiburan, puasa
kenyamanan guna mensiasati kehidupan ini lebih bermakna dan lebih produktif.

Daftar Pustaka

Tekno Kompas (2021)

https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-indonesia-
2021-tembus-202-juta.
Peter Grinspoon, MD (2020)

https://www.health.harvard.edu/blog/dopamine-fasting-misunderstanding-science-spawns-
a-maladaptive-fad-2020022618917 diakses 29 Juni 2021.

Prodita Sabarini (2018) https://theconversation.com/who-tetapkan-kecanduan-game-


sebagai-gangguan-mental-bagaimana-gamer-indonesia-bisa-sembuh diakses 9 Maret 2021.

Rizki Aprilia, Aat Sriati, Sri Hendrawati (2020) Tingkat Kecanduan Media Sosial pada
Remaja. Journal of Noursing Care – Vol 3: 41-53.

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI MULTI AKTOR PENANGAN BENCANA

(Studi kasus tentang kolaborasi stakeholder dalam menangani bencana gunung merapi
di Kabupaten Sleman DIY)
Abstrak

Negara Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas
tektonik) dimana Indonesia harus selalu waspada menghadapi resiko bencana letusan gunung
berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami. Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana
telah dilakukan pada saat erupsi Merapi, sehingga dampaknya tidak besar. Pihak-pihak yang
terlibat dalam penanganan bencana adalah pemerintah, swasta maupun masyarakat pada
umumnya. Masalah koordinasi stakeholder didalam kedaruratan bencana selalu mengemuka,
walaupun sektor sudah terbagi namun dihadapkan terlalu banyak organisasi menjadikan
kesulitan dalam pengaturan dan pembagian tugas di lapangan. Hal ini disebabkan adanya
persaingan dalam sumber daya, pengaruh otonom lembaga yang berperan, tidak saling
percaya, perbedaan harapan antar lembaga, kurang inisiatif dan kepemimpinan serta masalah
saling lempar tanggung jawab menjadi faktor lambannya penanganan bencana. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa peran stakeholder dalam berkolaborasi khususnya BNPB,
BPBD, TNI, Basarnas, Polri, LSM maupun organisasi kemasyarakatan peduli bencana belum
maksimal dan mengaplikasikan komunikasi, informasi, koordinasi dan kerjasama (KIKK)
sehingga hal ini jika tidak dibenahi akan mereduksi kemampuan penanganan bencana ataupun
malah mengurangi trust masyarakat terhadap stakeholder penangan bencana. manajemen
bencana mutlak dibenahi agar proses mitigasi, pra bencana, darurat bencana sampai dengan
pasca bencana bisa berjalan dengan baik.

Kata Kunci: Kolaborasi, manajemen bencana, multi aktor

Abstract
Indonesian country is on the Pacific Ring of Fire (an area with a lot of tectonic activity) where
Indonesia must always be alert to the risk of volcanic eruptions, earthquakes, floods and
tsunamis. A series of efforts to reduce the risk of disasters were carried out during the
eruption of Merapi, so that the impact was not large. The parties involved in disaster
management are government, private sector and society in general. The problem of
stakeholder coordination in disaster emergencies always arises, even though the sector is
already divided but faced with too many organizations, it makes difficult to organize and
distribute tasks in the field due to competition in resources, the influence of the autonomous
institutions that play a role, distrust of each other, differences in expectations between
institutions, lack of initiative and leadership and the problem of shifting responsibilities
(Nurjanah et al, 2012). Based on the results of the research, it shows that the role of
stakeholders in collaborating, especially BNPB, BPBD, TNI, Basarnas, Polri, NGOs and
community organizations that care about disasters has not been maximized and applies
communication, information, coordination and cooperation (KIKK) so that if this is not fixed
it will reduce handling ability. Even reduce public trust in disaster management stakeholders.
Disaster management must be addressed so that the mitigation, pre-disaster, disaster
emergency and post-disaster processes can run well.

Keywords: Collaboration, disaster management, stakeholders


Pendahuluan

Negara Indonesia sangat riskan terhadap bencana karena berada di antara tiga
lempeng yaitu Indo-Australia yang terletak dibagian selatan pulau Jawa, yang selalu
bergerak ke arah utara, lempeng Eurasia yang terletak di bagian barat pulau Sumatra,
bergerak ke arah tenggara, lempeng pasifik yang terletak di timur Indonesia , bergerak
ke arah barat. Gerakan ketiga lempeng tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda.
Tabrakan antar lempeng-lempeng yang selalu bergerak itulah yang menyebabkan
gempa tektonik. Disamping tektonik, Indonesia terletak pada jalur gunung api, mulai
dari pulau Sumatra melewati pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores,
Alor, Sulawesi dan berlanjut hingga pulau Andaman Nicobar. Mengingat negara
Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik yaitu wilayah yang banyak aktivitas
tektonik (Hinga, 2015; Sigurdsson, Houghton, McNutt, Rymer & Stix, 2015),
dimana terdapat hampir 130 gunung api yang tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia (Lavigne dkk, 2008), menuntut Indonesia harus selalu waspada
menghadapi resiko bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami.
Mengingat kondisi wilayah geografi Indonesia sangat luas dan rawan terhadap
bencana alam, maka tempat, waktu, jenis dan tingkat terjadinya bencana juga sulit
untuk diprediksi. Sedangkan sebagian besar daerah atau wilayah belum dilengkapi alat
peralatan pendeteksi dini terhadap terjadinya gejala bencana atau tanda-tanda
kemungkinan datangnya bencana alam.

15
Gambar 1. Posisi Indonesia terletak dalam Ring of fire.

Perlu diketahui bahwa bencana alam dapat menimbulkan dampak negatif di


hampir semua aspek kehidupan masyarakat, baik secara fisik maupun non fisik.
Dampak bencana bagi penduduk yang terjadi antara lain: korban jiwa/meninggal,
hilang, luka, pengungsian/ evakuasi, wabah penyakit dan terisolasi dari lingkungan
dan membahayakan kehidupan masyarakat. Apabila hal tersebut terjadi secara
berkelanjutan, maka dapat menimbulkan dampak psikologis (trauma). Sedangkan
dampak bagi pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak, dapat berupa:
kerusakan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat atau hilangnya arsip/dokumen
pemerintah, tidak berjalannya pelayanan kepada masyarakat serta tidak berfungsinya
pemerintahan di daerah.

Bencana juga berdampak terhadap kelangsungan roda perekonomian, seperti:


hilangnya mata pencarian masyarakat, tidak berfungsinya pasar, tidak berfungsinya
pertanian/peternakan, terputusnya sarana transportasi ekonomi dan perdagangan serta
hilangnya harta benda masyarakat. Sarana dan prasarana umum berupa: perkantoran,
tempat ibadah, sarana transportasi darat, fasilitas pemerintah dan fasilitas umum serta
perumahan rakyat dapat terkena dampak secara langsung. Selanjutnya, bencana alam
dapat berdampak pada lingkungan, seperti kerusakan ekosistem, pencemaran udara,
lahan pertanian, perkebunan dan sumber air bersih. Berbagai bencana yang terjadi
telah mendorong Indonesia untuk menerima kenyataan hidup berdampingan dengan
bencana. Sebagai konsekuensi atas penerimaan tersebut telah ditetapkan
UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Untuk merealisasikan Undang-Undang tersebut, pada tahun 2008 telah diterbitkan


Peraturan Pemerintah antara lain: Peraturan Pemerintah Nomor 21 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 tentang
Pendanaan dan Pengelolaan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 23 tentang Peran
serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam
Penanggulangan Bencana. Dalam implementansinya masih dijumpai berbagai kendala

16
dan hambatan, khususnya kurang sinergisnya peran antar lembaga yang
berkepentingan dalam menanggulangi akibat bencana. Mengingat hierarki
kewenangan maupun hubungan horizontal antar pemerintahan, yang selama ini belum
mempunyai sinergi yang kuat untuk memecahkan masalah-masalah di lapangan.
Terdapat sejumlah perundangan yang belum mendukung terwujudnya sinergi
dimaksud, bahkan cenderung implementasinya tidak sinkron satu sama lain. Sinergitas
dimulai dari periode pra, tanggap darurat maupun pasca bencana untuk meminimalisir
dampak yang diakibatkan. Hal ini dilakukan mengingat besarnya potensi bencana
alam serta dampak yang diakibatkannya.

Kejadian erupsi gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 telah mengingatkan akan
pentingnya penanganan bencana secara efektif. BNPB RI mencatat ada sebanyak 389
korban jiwa dengan jumlah korban terbanyak berasal dari Kabupaten Sleman, yaitu
246 jiwa. Korban lainnya berasal dari Magelang, Klaten, dan Boyolali. Sedangkan
kerugian yang ditimbulkan akibat erupsi telah mencapai Rp 4,23 triliun dengan
kerusakan paling besar dialami sektor perumahan mencapai 39 persen dari total
kerusakan, Jumlah nilai kerusakan akibat letusan Merapi mencapai Rp 1,138 triliun
atau 27 persen, sedangkan nilai kerugian adalah Rp 3,089 triliun atau 73 persen
(Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, 17 Januari 2011)

Masalah komunikasi, informasi, koordinasi dan kerjasama selalu muncul dalam


setiap kedaruratan bencana , walaupun sudah ada cluster atau sektor namun
pelaksanaan di lapangan selalu muncul kesimpangsiuran. Terlalu banyak organisasi
menjadikan kesulitan dalam pengaturan dan pembagian tugas di lapangan. Hal ini
disebabkan adanya persaingan dalam sumber daya, pengaruh otonom lembaga yang
berperan, tidak saling percaya, perbedaan harapan antar lembaga, kurang inisiatif dan
kepemimpinan serta masalah saling lempar tanggung jawab (Nurjanah dkk, 2012) .
Oleh sebab itu, guna mengeliminir risiko bencana gunung api (Volcanic Risk
Reduction) dilakukan berbagai upaya yaitu meningkatkan upaya keakuratan
penilaian kegiatan vulkanik oleh para ahli gunung api, upaya untuk membangun

17
komunikasi risiko bagi pengambil kebijakan dan masyarakat juga menjadi agenda
utama untuk pengurangan risiko gunung api (Barclay dkk, 2008; Hill, Sparks &
Rougier, 2013). Sistem dan prosedur yang efektif, efisien serta dapat diandalkan akan
sulit diwujudkan tanpa adanya kerja sama yang erat khususnya BNPB, BPBD, TNI
selaku ujung tombak penanganan bencana bersama institusi Basarnas, Polri, LSM
maupun organisasi kemasyarakatan peduli bencana .

Menurut Undang Undang Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007 di bagi


ke dalam dua tahapan yaitu : *Situasi Tidak Terjadi Bencana. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana dapat dilakukan
melalui penelitian dan pengembangan kebencanaan. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi:
1) Perencanaan penanggulangan bencana, 2) Pengurangan risiko bencana., 3)
Pencegahan, 4) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan, 5) Persyaratan analisis
risiko bencana, 6) Pelaksanaan dan Penegakan rencana tata ruang Dan ketentuan
pendirian bangunan, 7) Pendidikan dan pelatihan

*Situasi Terdapat Potensi Bencana. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


dalam situasi terdapat potensi bencana di dalam Undang-undang No.24 Tahun
2007dalam Pasal 44 meliputi tahapan: Kesiapsiagaan, dan Mitigasi.

Tanggap Darurat

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan


segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Pasca Bencana

18
Pasca bencana adalah situasi setelah tanggap darurat bencana dalam Tahapan ini
yang menjadi focus adala pemulihan dan pembangunan kembali baik masyarakat
maupun fasilitas- fasilitas umum yang ada di masyarakat. Dalam tahapan pasca
dibagi menjadi dua tahapan, yaitu: Rehabilitasi dan rekonstruksi.

Beberapa jenis koordinasi dijelaskan oleh Dan Suganda (1991:25-26) sesuai


dengan lingkup dan arah jalurnya sebagai berikut:

a. Berdasarkan lingkupnya, terdapat:

1. Koordinasi intern, yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit di dalam
organisasi.

2. Koordinasi ekstern, yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi


atau antar organisasi.

b. Berdasarkan arahnya, koordinasi dibagi menjadi:

1. Koordinasi vertikal, yaitu koordinasi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat


dan unitunit tingkat atas terhadap unit-unit tingkat bawah yang secara
langsung menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

2. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau


kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang secara hierarki setingkat.

3. Koordinasi diagonal, merupakan koordinasi antar pejabat atau unit


yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.

4. Koordinasi fungsional, adalah koordinasi antar pejabat, antar unit atau


antar organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi, atau karena
koordinatornya mempunyai fungsi tertentu.

Menurut Hasibuan (2007:87), terdapat 3

19
(tiga) sifat koordinasi, yaitu:

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator


(manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan. Asas


koordinasi adalah asas skala (hierarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut
jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang-
jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki bahwa setiap
atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

Menurut Hasibuan (2007:88), terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:

1. Sense of cooperation (perasaan untukbekerjasama), ini harus dilihat dari sudut


bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara


bagianbagian, agar bagianbagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.

3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.

4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai,


umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Menurut Handayaningrat (2005:89-90), koordinasi mempunyai ciri-ciri


sebagaiberikut:

1. Bahwa tanggung jawab koordinasiadalah terletak pada pimpinan. Koordinasi


adalah merupakan tugaspimpinan. Koordinasi sering disamakan dengan kata
kooperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Pimpinan tidak mungkin
mengadakan koordinasi apabila tidak melakukan kerjasama. Kerjasama merupakan
suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.

20
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinam-bungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.

3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Koordinasi adalah konsep yang


ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, sejumlah individu
yang bekerjasama, dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang
sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi.
Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan
pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

4. Konsep kesatuan tindakan adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan


usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan
individu sehingga terdapat keserasian di dalam mencapai hasil.

5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok kerja.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Creswell (2012) menyatakan


bahwa : “ Qualitative research is a means for exploring and understanding the
meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem. The process of
research involves emerging questions and procedures; collecting data in the
participants’ setting: analyzing the data inductively, building from particulars to
general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written
report has a flexible writing structure”. Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi
dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah
sosial atau masalah kemanusiaan. Proses penelitian mencakup membuat pertanyaan
penelitian dan prosedur yang masih bersifat sementara, mengumpulkan data pada
seting partisipan, analisis data secara induktif, membangun data yang parsial kedalam

21
tema, dan selanjutnya memberikan interpretasi terhadap makna suatu data. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, dimana Gunung Merapi
berada.

Gambar 2 Korban jiwa dalam sejarah erupsi Merapi (Sumber: Sutaningsih dkk,
2011)

Hasil.

22
Studi terdahulu terkait kolaborasi instansi oleh Prawira Yudha Pratama dalam
Jaringan kerja sama dalam pengelolaan pasca gempa Gunung Merapi (Pratama, et al,
2020), mengungkapkan adanya miskomunikasi yang cukup besar antar lembaga telah
mengurangi efektivitas penanggulangan bencana sehingga diskusi mendalam tentang
resolusi konflik diperlukan untuk mengembangkan perencanaan yang lebih matang
dan siste-matis. Kepercayaan antar lembaga juga dirasa perlu dalam penanggulangan
bencana. Kepercayaan antara anggota lembaga dan lembaga lain sangat mendukung
keberhasilan penanggu-langan bencana sistematis. Sementara itu, setiap institusi
harus membina kepemimpinan terbuka dengan memberikan mandat kepada individu
yang memiliki pengetahuan yang tepat tentang situasi dan kondisi daerah bencana
untuk memimpin langsung di lapangan. Tata kelola bencana dilakukan melalui
kesepakatan masing-masing lembaga yang dibentuk dalam pedoman Rencana
Penanggulangan Kedaruratan Bencana - RPKB).

Studi lainnya lainnya tentang erupsi merapi (Lokakarya Tanggap Bencana


Merapi 21-22 Desember 2010, Yogyakarta) menghasilkan temuan : kajian sebaran
awan panas gunung api Merapi pascaerupsi, zonasi bahaya Merapi melalui
pendekatan geomorfologi tanah, kajian kerusakan infrastruktur transportasi
pascaerupsi, kajian struktur sosial masyarakat pascaletusan, daya dukung lahan
pascaletusan untuk kegiatan agro dan perikanan, kajian tata ruang wilayah berbasis
analisis risiko gunung api, dan strategi pembangkitan ekonomi masyarakat
pascabencana Merapi.

Selanjutnya, strategi penanggulangan penyakit terkait dengan kerusakan


lingkungan akibat letusan, pemodelan dinamika gunung api Merapi pascaletusan
2010, evaluasi kegiatan tanggap darurat, perencanaan dan pemodelan evakuasi krisis
gunung api Merapi, strategi penanganan ternak pada saat tanggap darurat, penanganan
trauma bencana, identifikasi job need assesment masyarakat pengungsi yang terkena
dampak erupsi Merapi dan studi kerusakan dusun dampak erupsi Merapi sebagai
dasar perencanaan perancangan hunian antara dan strategi pelestarian, yang pada

23
hakikatnya memerlukan sinergitas antar institusi dalam menanganinya agar
pelaksanaannya bisa berhasil.

Studi tentang kajian mitigasi bencana erupsi gunung merapi di kecamatan


Cangkringan Kabupaten Sleman (Nur Isnainiati dkk 2014), Berdasarkan penelitian
tentang pelaksanaan mitigasi bencana Erupsi Gunung Merapi di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman menghasilkan point penting
terkait dengan :

1. Koordinasi. Koordinasi dengan instansi terkait akan mendukung keberhasilan


program mitigasi dan akan menutupi keterbatasan BPBD.

2. Partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat akan meningkatkan antusiasme


masyarakat dalam kegiatan pengurangan resiko bencana dan dengan keikutsertaan
masyarakat juga akan meminimalisir penolakan karena mayarakat akan merasa
memiliki kebijakan yang telah dibuatnya bersama-sama.

3. Inisiasi dari masyarakat. Hal ini menandakan adanya perubahan pandangan


terhadap bencana di masyarakat dan pemahaman cara mengurangi resiko bencana.

4. Kerjasama antara pemerintah dengan swasta/NGO. Keterbatasan tenaga ahli,


personel, dan anggaran dapat ditutup dengan adanya kerjasama dengan
swasta/NGO.

5. Informasi. Data sangat menunjang keberhasilan dari mitigasi. Tanpa adanya


informasi yang akurat dan aktual maka program mitigasi tidak dapat berjalan
maksimal. Kemudahan dalam mengakses informasi juga membuat mitigasi
berjalan dengan lancar.

Menurut Nick Carter dalam bukunya The Disaster management Cycle 1990,
digambarkan sebagai berikut :

Bencana Tanggap darurat


24
Kesiap siagaan
Mitigasi Pemulihan
Pembangunan
Pencegahan

Gambar manajemen bencana diatas yang dipedomani oleh masing-masing institusi


kebencanaan, dimaknakan bahwa jika telah dilaksanakan langkah-langkah kegiatan
sejak fase pencegahan/mitigasi, dan kesiapsiagaan, jika kemudian terjadi bencana
maka hal tersebut memasuki fase tanggap darurat, kemudian fase pemulihan dan
kemudian kembali lagi ke fase pencegahan/mitigasi. Mitigasi diperlukan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di masa yang akan datang.

Kegiatan manajemen bencana (Disaster Management System) merupakan


kegiatan yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi terkait dengan berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan memerlukan pendekatan yang bersifat multi disiplin.
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuanpun melingkupi peraturan
perundang-undangan lintas sektor. Dengan kata lain sesungguhnya kegiatan
manajemen bencana dilaksanakan oleh sektor-sektor, sedangkan kegiatan dari
lembaga kebencanaan sebagian besar adalah mengkoordinasikan kegiatan yang
dilakukan oleh sektor. Berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen bencana harus
saling bekerjasama dan menyamakan persepsi tentang bencana melalui sebuah sistem
atau aturan main.

Kesimpulan dan saran.

1. Kesimpulan.

Sinergitas serta kolaborasi penanganan bencana erupsi Merapi yang


melibatkan BNPB, BPBD, TNI, Polri, Basarnas, NGO dan organisasi kebencanaan
lainnya merupakan perwujudan dari besarnya rasa tanggung jawab keselamatan

25
kemanusiaan. Namun aplikasi di lapangan banyak menemui hambatan terkait dengan
komunikasi, informasi, koordinasi maupun kerjasama. Hal ini bisa disebabkan oleh
ego sektoral, belum selarasnya mekanisme rescue diantara masing-masing instansi,
disamping itu terlalu banyak organisasi menjadikan kesulitan dalam pengaturan dan
pembagian tugas di lapangan. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam sumber
daya, pengaruh otonom lembaga yang berperan, tidak saling percaya, perbedaan
harapan antar lembaga, kurang inisiatif dan kepemimpinan serta masalah saling
lempar tanggung jawab (Nurjanah dkk, 2012).

2. Saran

Dari hasil kajian disarankan beberapa hal terkait dengan soliditas multi aktor agar
mendapatkan trust dari masyarakat yaitu intensifkan pelatihan bersama dan
sinergikan peran secara tepat fungsi melalui koordinasi dan komunikasi yang efektif.

Daftar Pustaka

Agus Dwiyanto (2012) Reformasi Birokrasi Publik Gajah Mada University Press.

Budi Winarno (2007) Kebijakan Publik : Teori dan Proses PT Medika Pressindo.

Buchori Alma, (2009) Metode dan teknik menyusun Proposal Penelitian PT


Alfabeta.

Creswell (2012) Educational research PHI Publish

Nurjanah (2012), Manajemen Bencana PT Alfabeta.

Sukandarrumidi (2010), Bencana Alam dan Bencana Anthropogene PT Kanisius.

Sugiyono (2013), Metode Penelitian Manajemen PT Alfabeta.

26
H.Sigurdsson, Houghton, McNutt, Rymer & Stix (2015), The Encyclopedia of
volcanoes A.P Publish.

Link https://republika.co.id/berita/159028 diakses 7 Desember 2020

Undang Undang Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan bencana

27

Anda mungkin juga menyukai