0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan4 halaman
Diklat Calon Kepala Laboratorium diselenggarakan oleh Education Development Center FKIP UNS selama 15 hari untuk melatih 30 peserta mengelola laboratorium dengan baik, meliputi administrasi, pengelolaan, dan penyampaian materi. Kegiatannya meliputi pembukaan, penyampaian materi, observasi laboratorium UNS dan sekolah, serta presentasi hasil observasi pada penutupan. Tujuannya mempersiapkan peserta menjadi kepala laboratorium yang kompeten.
Diklat Calon Kepala Laboratorium diselenggarakan oleh Education Development Center FKIP UNS selama 15 hari untuk melatih 30 peserta mengelola laboratorium dengan baik, meliputi administrasi, pengelolaan, dan penyampaian materi. Kegiatannya meliputi pembukaan, penyampaian materi, observasi laboratorium UNS dan sekolah, serta presentasi hasil observasi pada penutupan. Tujuannya mempersiapkan peserta menjadi kepala laboratorium yang kompeten.
Diklat Calon Kepala Laboratorium diselenggarakan oleh Education Development Center FKIP UNS selama 15 hari untuk melatih 30 peserta mengelola laboratorium dengan baik, meliputi administrasi, pengelolaan, dan penyampaian materi. Kegiatannya meliputi pembukaan, penyampaian materi, observasi laboratorium UNS dan sekolah, serta presentasi hasil observasi pada penutupan. Tujuannya mempersiapkan peserta menjadi kepala laboratorium yang kompeten.
Tanggal : 5 – 19 Agustus 2018 Waktu : 08.00 – 17.00 WIB Tempat : Hotel Pramesthi, Kartasura Kegiatan : 1. Pembukaan Acara pembukaan diklat dipandu oleh Bapak Memed Sudaryanto, S.Pd., M.Pd. 2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya 3. Sambutan Ketua EDC Ketua EDC, Dr. Akhmad Arif Musadad memberikan sambutan tentang pentingnya peningkatan 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus terus meningkatkan kompetensi yang dimiliki untuk menghadapi perkembangan abad 21 dan revolusi industri 4.0. Fakta di tahun 2016, kualitas pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 69 negara. Hal ini menjadi cermin konkret akan kualitas dan kuantitas guru di Indonesia. Maka harus ada langkah serius untuk membenahi kualitas guru. Karena nyatanya, tidak sedikit guru yang hari ini tetap saja menjalankan proses belajar- mengajar dengan pola "top-down". Guru seolah berada "di atas" dan siswa berada "di bawah", guru bertindak sebagai subjek dan siswa sebagai objek belajar. Guru merasa berkuasa untuk "membentuk" siswanya. Ibaratnya, guru menjadi "teko" dan siswa sebagai "gelas" sehingga siswa berstatus hanya menerima apapun yang dituangkan guru. Siswa tidak diajarkan untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya. Siswa hanya bisa disuruh tanpa diajarkan untuk mengenal dirinya lalu mampu bertahan hidup. Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai "ahli" pada mata pelajaran tertentu. Siswa lebih membutuhkan "pengalaman" dalam belajar, bukan "pengetahuan". Karena itu, kompetensi guru menjadi syarat utama tercapainya kualitas belajar yang baik. Guru yang kompeten akan "meniadakan" problematika belajar akibat kurikulum. Kompetensi guru harus berpijak pada kemampuan dalam mengajarkan materi pelajaran secara menarik, inovatif, dan kreatif yang mampu membangkitkan gairah siswa dalam belajar. Maka, hari ini sangat dibutuhkan guru-guru yang mampu mengubah kurikulum menjadi unit pelajaran yang mampu menembus ruang-ruang kelas. Kelas sebagai ruang sentral interaksi guru dan siswa harus menyenangkan. Guru tidak butuh kurikulum yang mematikan kreativitas. Seharusnya, guru menjadi sosok yang tidak dominan di dalam kelas. Guru bukan orang yang tahu segalanya. Guru bukan pendidik yang berbasis kunci jawaban. Tapi, guru penuntun siswa agar tahu bidang pelajaran yang paling disukainya. Tujuan besar perubahan kurikulum tentu akan sia-sia apabila mindset guru tidak berubah. Guru adalah kreator dan tidak perlu text book terhadap kurikulum. Guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah. Sekali lagi, mutu pendidikan hanya bisa terjadi bila guru mengajar dengan hati, bukan hanya logika. Jadi, mutu pendidikan ada di tangan guru. Kurikulum memang penting, tapi tidak urgen bagi kualitas pendidikan. Menteri sehebat apapun tidak terlalu penting bagi mutu pendidikan. Kasihan dunia pendidikan kita. Sudah terlalu banyak diskusi tentang teori-teori untuk memajukan pendidikan. Terlalu banyak berdebat tentang pelaksanaan kurikulum. Tapi sayang, kita terlalu sedikit bertindak untuk membenahi kompetensi dan mentalitas guru dalam mendidik. Guru akan sulit menerima perubahan jika kompetensinya rendah. Pendidikan akan semakin rumit ke depan bila kualitas guru kita memang lemah. Maka kompetensi guru harus segera ditingkatkan, itulah titik penting mutu pendidikan Indonesia. 4. Sambutan Dekan FKIP UNS yang diwakili Wakil Dekan FKIP UNS Senada dengan yang disampaikan Ketua EDC, Wakil Dekan FKIP UNS juga menyampaikan keharusan untuk meningkatkan kualitas guru jika ingin meningkatkan kualitas pendidikan. Arus globalisasi tidak bisa terbendung lagi. Dibarengi membanjirnya perkembangan teknologi yang kian canggih, dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0. Sebuah era baru yang menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan sebagainya atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal: a) menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada; b) menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul, dan c) menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan. Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif. Menurut dia peranan guru sampai kapan pun tidak akan bisa digantikan, bahkan oleh teknologi secanggih apapun. Guru tetap diperlukan dan dibutuhkan untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak didik menuju suatu kemandirian. "Secanggih apapun teknologi, tidak bisa menggantikan peran guru dalam hubungan personal dengan anak didik. Di tangan para guru terletak nasib anak-anak penerus kehidupan bangsa," kata dia. 5. Inti Diklat dilaksanakan selama lima belas (15) hari yang terbagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu pembukaan, penyampaian materi selama lima hari. Penyampaian materi dilaksanakan mulai tanggal 5 – 9 Agustus 2018 di Hotel Pramesthi. Peserta diklat calon kepala laboratorium terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Saya sendiri tergabung dalam kelas A. Jumlah peserta calon kepala laboratorium dalam kelas A adalah 30 peserta. Dalam diklat tersebut peserta diklat diajarkan tentang berbagai materi sebagai persiapan pengelolaan laboratorium. Selain itu, peserta diklat juga diharuskan menyelesaikan tugas secara individu dan kelompok. Kegiatan berikutnya adalah observasi terbimbing. Semua peserta diklat mengobservasi berbagai laboratorium yang dimiliki oleh Universitas Sebelas Maret (UNS). Setelah melakukan observasi terbimbing, peserta diklat melakukan On the Job Learning (OJL), yaitu observasi laboratorium di sekolah masing-masing atau sekolah rujukan. Hasil kegiatan OJL tersebut harus disampaikan dalam bentuk laporan dan dipresentasikan pada tanggal 19 Agustus 2018. Jadi, kegiatan diklat calon kepala laboratorium ini melatih peserta diklat untuk mengelola laboratorium dengan baik. Bukan hanya dari sisi administrasi, melainkan juga dari sisi pengelolaan. Adapun jadwal kegiatan secara lengkap terlampir. 6. Penutup Kegiatan Diklat Kepala Calon Kepala Laboratorium yang diselenggarakan oleh Education Development Center (EDC), FKIP, UNS ini berakhir pada tanggal 19 Agustus 2018. Demikian laporan Kegiatan Diklat Kepala Calon Kepala Laboratorium ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Semoga bermanfaat Margoyoso, 29 Agustus 2018 Mengetahui, Kepala SMK Gajah Mada 01 Margoyoso Peserta Diklat
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional