Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN

DIKLAT CALON KEPALA LABORATORIUM


EDUCATION DEVELOPMENT CENTER (EDC) FKIP UNS

Nama Kegiatan : Diklat Calon Kepala Laboratorium


Tanggal : 5 – 19 Agustus 2018
Waktu : 08.00 – 17.00 WIB
Tempat : Hotel Pramesthi, Kartasura
Kegiatan :
1. Pembukaan
Acara pembukaan diklat dipandu oleh Bapak Memed Sudaryanto, S.Pd., M.Pd.
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Ketua EDC
Ketua EDC, Dr. Akhmad Arif Musadad memberikan sambutan tentang
pentingnya peningkatan 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Guru
sebagai ujung tombak pendidikan harus terus meningkatkan kompetensi yang
dimiliki untuk menghadapi perkembangan abad 21 dan revolusi industri 4.0. Fakta
di tahun 2016, kualitas pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 69
negara. Hal ini menjadi cermin konkret akan kualitas dan kuantitas guru di
Indonesia. Maka harus ada langkah serius untuk membenahi kualitas guru. Karena
nyatanya, tidak sedikit guru yang hari ini tetap saja menjalankan proses belajar-
mengajar dengan pola "top-down". Guru seolah berada "di atas" dan siswa berada
"di bawah", guru bertindak sebagai subjek dan siswa sebagai objek belajar.
Guru merasa berkuasa untuk "membentuk" siswanya. Ibaratnya, guru menjadi
"teko" dan siswa sebagai "gelas" sehingga siswa berstatus hanya menerima apapun
yang dituangkan guru. Siswa tidak diajarkan untuk mengeksplorasi kemampuan
dirinya. Siswa hanya bisa disuruh tanpa diajarkan untuk mengenal dirinya lalu
mampu bertahan hidup.
Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai "ahli" pada mata pelajaran
tertentu. Siswa lebih membutuhkan "pengalaman" dalam belajar, bukan
"pengetahuan". Karena itu, kompetensi guru menjadi syarat utama tercapainya
kualitas belajar yang baik. Guru yang kompeten akan "meniadakan" problematika
belajar akibat kurikulum. Kompetensi guru harus berpijak pada kemampuan dalam
mengajarkan materi pelajaran secara menarik, inovatif, dan kreatif yang mampu
membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
Maka, hari ini sangat dibutuhkan guru-guru yang mampu mengubah kurikulum
menjadi unit pelajaran yang mampu menembus ruang-ruang kelas. Kelas sebagai
ruang sentral interaksi guru dan siswa harus menyenangkan. Guru tidak butuh
kurikulum yang mematikan kreativitas. Seharusnya, guru menjadi sosok yang tidak
dominan di dalam kelas. Guru bukan orang yang tahu segalanya. Guru bukan
pendidik yang berbasis kunci jawaban. Tapi, guru penuntun siswa agar tahu bidang
pelajaran yang paling disukainya.
Tujuan besar perubahan kurikulum tentu akan sia-sia apabila mindset guru
tidak berubah. Guru adalah kreator dan tidak perlu text book terhadap kurikulum.
Guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah. Sekali lagi, mutu
pendidikan hanya bisa terjadi bila guru mengajar dengan hati, bukan hanya logika.
Jadi, mutu pendidikan ada di tangan guru. Kurikulum memang penting, tapi
tidak urgen bagi kualitas pendidikan. Menteri sehebat apapun tidak terlalu penting
bagi mutu pendidikan. Kasihan dunia pendidikan kita. Sudah terlalu banyak diskusi
tentang teori-teori untuk memajukan pendidikan. Terlalu banyak berdebat tentang
pelaksanaan kurikulum. Tapi sayang, kita terlalu sedikit bertindak untuk
membenahi kompetensi dan mentalitas guru dalam mendidik. Guru akan sulit
menerima perubahan jika kompetensinya rendah. Pendidikan akan semakin rumit
ke depan bila kualitas guru kita memang lemah. Maka kompetensi guru harus
segera ditingkatkan, itulah titik penting mutu pendidikan Indonesia.
4. Sambutan Dekan FKIP UNS yang diwakili Wakil Dekan FKIP UNS
Senada dengan yang disampaikan Ketua EDC, Wakil Dekan FKIP UNS juga
menyampaikan keharusan untuk meningkatkan kualitas guru jika ingin
meningkatkan kualitas pendidikan. Arus globalisasi tidak bisa terbendung lagi.
Dibarengi membanjirnya perkembangan teknologi yang kian canggih, dunia kini
memasuki era revolusi industri 4.0. Sebuah era baru yang menekankan pada
pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan sebagainya atau
dikenal dengan fenomena disruptive innovation.
Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan.
Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang
lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu
sendiri. Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya
menghadapi tiga hal: a) menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya
saat ini belum ada; b) menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang
masalahnya saat ini belum muncul, dan c) menyiapkan anak untuk bisa
menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan. Sungguh
sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan. Untuk bisa
menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah
bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas.
Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif.
Menurut dia peranan guru sampai kapan pun tidak akan bisa digantikan, bahkan
oleh teknologi secanggih apapun. Guru tetap diperlukan dan dibutuhkan untuk
memberikan pendampingan kepada anak-anak didik menuju suatu kemandirian.
"Secanggih apapun teknologi, tidak bisa menggantikan peran guru dalam hubungan
personal dengan anak didik. Di tangan para guru terletak nasib anak-anak penerus
kehidupan bangsa," kata dia.
5. Inti
Diklat dilaksanakan selama lima belas (15) hari yang terbagi menjadi beberapa
kegiatan, yaitu pembukaan, penyampaian materi selama lima hari. Penyampaian
materi dilaksanakan mulai tanggal 5 – 9 Agustus 2018 di Hotel Pramesthi. Peserta
diklat calon kepala laboratorium terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B.
Saya sendiri tergabung dalam kelas A. Jumlah peserta calon kepala laboratorium
dalam kelas A adalah 30 peserta. Dalam diklat tersebut peserta diklat diajarkan
tentang berbagai materi sebagai persiapan pengelolaan laboratorium. Selain itu,
peserta diklat juga diharuskan menyelesaikan tugas secara individu dan kelompok.
Kegiatan berikutnya adalah observasi terbimbing. Semua peserta diklat
mengobservasi berbagai laboratorium yang dimiliki oleh Universitas Sebelas Maret
(UNS). Setelah melakukan observasi terbimbing, peserta diklat melakukan On the
Job Learning (OJL), yaitu observasi laboratorium di sekolah masing-masing atau
sekolah rujukan. Hasil kegiatan OJL tersebut harus disampaikan dalam bentuk
laporan dan dipresentasikan pada tanggal 19 Agustus 2018. Jadi, kegiatan diklat
calon kepala laboratorium ini melatih peserta diklat untuk mengelola laboratorium
dengan baik. Bukan hanya dari sisi administrasi, melainkan juga dari sisi
pengelolaan. Adapun jadwal kegiatan secara lengkap terlampir.
6. Penutup
Kegiatan Diklat Kepala Calon Kepala Laboratorium yang diselenggarakan oleh
Education Development Center (EDC), FKIP, UNS ini berakhir pada tanggal 19
Agustus 2018.
Demikian laporan Kegiatan Diklat Kepala Calon Kepala Laboratorium ini saya buat
dengan sebenar-benarnya. Semoga bermanfaat
Margoyoso, 29 Agustus 2018
Mengetahui,
Kepala SMK Gajah Mada 01 Margoyoso Peserta Diklat

Dra. Woro Lestariningsih, M.Pd. Widya Murniwati, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai