Tentang
Dasrul : 1815020065
Dosen Pengampu:
1442H / 2021M
Iman kepada yang gaib
Kemudian ayat menjelaskan sifat-sifat dasar dari orang yang bertaqwa yaitu :
razaqnahum yunfiqun)
(Allazina yuminuna bil ghaib) maksudnya , mereka meyakini dan membenarkan setiap yang
disampaikan Allah Swt dari hal hal yang tidak tampak oleh mereka.
Ghaib secara bahasa : Setiap sesuatu yang tersembunyi dari manusia, karena manusia adalah
makhluq yang akalnya terbatas, kebenaran dan kenyataan tidak bisa diketahui semuanya
melalui akal dan pemahaman manusia. Walaupun demikian ada sumber lain yang lebih besar
dan lebih hebat dari akal manusia, yaitu khabar al shadiq dari Sang Khaliq yang maha agung.
Yang maha luas setiap IlmuNya, Dialah Allah Swt yang maha tahu hal gaib dan yang
tampak. Sebagaimana yang telah disebutkan pada kisah awal penciptaaan manusia dalam QS.
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
Alam gaib itu lebih banyak dan lebih luas daripada alam nyata yang nampak oleh indra
penglihatan. Bahkan manusia masih belum mengetahui banyak hal tentang unsur penyusun
dirinya berupa jasad dan ruh. Ruh yang akan tetap abadi dan menjadi bagian penting dalam
diri manusia justru tidak terlihat ( al-Isra’ 85: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit").
Iman kepada yang gaib secara syariat adalah: percaya terhadap setiap yang tersembunyi yang
dikhabarkan oleh Allah SWT. Tidak dapat diragukan lagi bahwa Allah adalah sumber yang
paling tsiqah untuk mengetahui kebenaran. Orang yang beriman kepada yang gaib tidak
cukup membangun keimanannya dengan sebatas dugaan, firasat, perkiraan, dan takhayyul.
Hal itu tidak dapat menjadi landasan untuk keimanan dan kepercayaan. Oleh karena itu,
Allah mencela orang yang membangun akidahnya hanya sebatas dari prasangka, dugaan, atau
hanya ikut orang lain dalam (QS. Yunus 66: Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu
selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali
prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga) dan sebelumnya juga disebutkan
dalam ayat 36 (Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Maka maksud dari Firman Allah Swt ( yu’minuna bil ghaib) yaitu orang yang diberikan
petunjuk sehingga mereka sampai merasakan yang gaib itu seperti hal yang nyata. Baik yang
ghaib itu ada dalilnya maupun yang tidak. Dan maksud dari ayat ini adalah pujian bagi orang
yang bertaqwa karena mereka beriman kepada yang gaib yang telah disebutkan dari dalil
mereka beriman dengan nya. Beberapa contoh kategori gaib adalah ilmu tentang Allah dan
Iman kepada yang gaib adalah pintu awal yang harus dilewati oleh manusia untuk menaikkan
derajatnya dari level hewan kepada level manusia. Hewan hanya bisa mengetahui apa yang
ditangkap oleh indranya saja. Sedangkan manusia dapat mengetahui wujud yang lebih luas
dan besar cakupannya dari pada dimensi yang hanya diketahui oleh indra. Ataupun oleh
anggota badan yang menjadi perluasan dari fungsi indra. Dan semua itu adalah langkah atau
pergerakan yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukan hakikat
manusia. Baik bagi hakikat wajudnya secara keseluruhan, bagi hakikat wajudnya secara zat,
dan bagi hakikat potensi yang ada dalam bentuk wujudnya sekarang. Serta juga tidak
berpengaruh pada bentuk kehidupan di alam dan juga qudrat dan tadbir yang ada dibalik
alam. Sebagaimana dia juga tidak berpengaruh terhadap hidupnya di bumi. Dan tidaklah
sama orang yang hidup dalam ruang yang kecil yang hanya melihat dan menangkap dengan
panca indra dengan orang yang hidup di lingkungan dimensi yang besar yang melihat dan
Sungguh iman kepada yang gaib merupakan jalan khusus dalam melepaskan manusia dari
kungkungan alam hewan. Tetapi golongan materialisme di zaman sekarang sama dengan
golongan materialisme yang ada pada setiap zaman. Mereka ingin kembali kepada
kemunduran manusia kepada alam level hewan. Yang menganggap sesuatu itu ada hanya
jika itu tampak, dan mereka mengatakan ini adalah kemajuan. Itu adalah kemunduran dan
Allah menjaga orang yang beriman dari hal demikian. Kemudian dijadikan sifat mereka suatu
dan maksud dari (yukminuna) adalah yushaddiquna (percaya). Tashdiq adalah makna
Ibnu Katsir berpendapat : Iman secara bahasa muthlaq maknanya adalah tashdiq.
Sebagaimana Firman Allah : (at-Taubah 61: ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-
orang mukmin)
Dan juga seperti perkataan saudara yusuf kepada bapak mereka: (Yusuf 17: dan kamu sekali-
kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar".)
Demikian juga jika dipakai bersandingan dengan amal ; (at-Tin 6: kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya.)
Iman apabila digunakan secara mutlaq, maka iman yang dimaksud adalah kepercayan,
perkataan, dan perbuatan. Inilah pendapat kebanyakan para imam. Imam syafi’i dan imam
ahmad secara ijma’ mengatakan iman itu termanifestasikan dalam bentuk perkataan dan
Abu su’ud al-Imadi berkata: iman dalam syariat tidak dapat tercapai tanpa percaya terhadap
ilmu yang dianggap pokok dari agama Nabi SAW, seperti tauhid kenabian, kebangkitan,
Dan apakah iman cukup dengan itu saja, ataukah harus dibarengi dengan kesaksian atau ikrar
Pertama: pendapat syeikh al-Asy’ari dan pengikutnya mengatakan bahwa ikrar itu faktor
Kedua: pendapat abu hanifah dan pengikutnya, dan ini yang benar, beliau menjadikan
keduanya dua bagian yang berbeda. Kecuali jika ikrar itu rukun yang akan jadi gugur dengan
Sedangkan bagi muhadditsin, mu’tazilah, dan khawarij dalam iman itu terdapat 3 perkara:
keprcayaan yang benar, berikrar dengannya, serta mengamalkan yang diwajibkan. Siapa yang
hanya percaya maka dia adalah munafiq, siapa yang hanya berikrar maka dia kafir, siapa
yang hanya beramal maka dia fasiq secara ittifaq, kafir menurut khawarij, keluar dari iman
Dan iman kepada hal gaib yang disampaikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an adalah sifat
orang bertaqwa yang menunjukkan kepercayaan kuat yang sempurna kepada Allah Swt
terhadap apa yang disampaikan kepada mereka. Dan juga menunjukkan atas penyerahan diri
dan ketundukan. Berpegang teguh atas agama dan syariatNya. Oleh karena itu Allah
menyebutkan ini sifat pertama orang yang bertaqwa karena iman kepada yang gaib adalah
(Wa yuqimuna al-shalah) artinya: mereka melaksanakan shalat dengan cara yang lurus
Shalat aslinya adalah doa, dan shalat apapun yang dilakukan seorang hamba tidak terlepas
dari doa. Shalat merupakan ibadah badaniyah yang paling agung yang menunjukkan
kesempurnaan penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Swt. karena itu, Allah khusus
menyebutkannya dalam ayat ini sebagaimana juga disebutkan dalam banyak ayat dalam surat
(Wa mimma razaqnahum yunfiqun) artinya: dan dari harta yang diberikan Allah kepada
Infak harta di jalan yang disyariatkan merupakan ibadah yang dapat mendekatkan seorang
hamba kepada Allah. Ibadah harta ini merupakan bukti penyerahan diri kepada Allah,
Di banyak ayat dalam al-Quran Allah menyandingkan antara shalat dan infaq harta. Shalat
merupakan hak Allah dan ibadah kepadanya langsung yang meliputi mengesakan dan pujian
terhadap Allah, pengagungan serta permohonan kepadaNya, doa dan bertwakkal kepadaNya.
Sedangkan infaq adalah kebaikan untuk makhluk Allah dengan memberikan manfaat apa
yang dibutuhkan.
Iman kepada kitab-kitab merupakan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari risalah Islam yang
menjadi penutup risalah-risalah ketuhanan. Puncak dari sifat ini terlihat dari rasa persatuan
manusia, agama yang satu, serta kesamaan risalah yang dibawa oleh para rasul, yaitu risalah
Islam (berserah diri) hanya kepada Allah. Dan ini menjadi tema dasar surat ini seperti yang
telah kami jelaskan. Orang muslim wajib beriman kepada para nabi dan rasul semuanya yang
disebutkan dalam al-Qur’an serta tidak boleh membeda bedakan antara mereka.
(wa bi al-akhirati hum yuqinun) artinya : mereka percaya dengan sebenar-benarnya tanpa
ada keraguan terhadap hari akhirat> hari kiamat, kehidupan setelah mati, kebangkitan dari
kubur, berkumpul di padang masyar, hari perhitungan amal, hari pemabalasan apakah masuk
Yaqin : ilmu yang diawali dengan keraguan, karenanya Allah tidak disifati dengan yaqin.
Iman kepada hari akhir merupakan bentuk manifestasi dari iman kepada yang gaib. Karena
Allah menyampaikan kepada kita tentangnya. Maka iman kepada hari akhir murni dari
Khabar yang benar, dan itu termasuk diantara bentuk manifestasi iman yang besar karena
hubungannya yang erat dengan iman kepada Allah Swt. Manusia tidak akan tahu tujuan dan
hikmah penciptaannya di bumi jikalau tidak diberikan tugas yang akan dipertangguang
jawabkan di hari kiamat nanti di depat Penciptanya. Akan berbeda jalan antara orang yang
hidup dibalik balik tembok materi yang terkunci dan tak dapat melihat jauh kedepan
dibandingkan orang yang hidup pada alam wujud yang luas dan panjang. Dan siapa yang
merasakan hidupnya dibumi sebagai ujian yang akan mendapatkan balasannya. Dan
kehidupan sebenarnya adalah disana dibalik ruang kecil yang terbatas ini.
Inilah sifat-sifat dasar mulia bagi orang yang bertaqwa, dan ini merupakan ketinggian akidah,
ibadah dan syariat mereka. Karena itu, kalimat ayat selanjutnya kembali mengulangi
pernyataan berupa pujian terhadap orang yang disifati dengan itu semua dengan firman Allah:
(Ulaika ala hudan min rabbihim) artinya: mereka yang disifati dengan sifat itu, yang
diistimewakan dibandingkan manusia lainnya, selalu diberikan petunjuk dari tuhan mereka.
Karena mereka selalu berpegang kepada pengajaran dari kitab yang diturunkan oleh tuhan
mereka. Yang disebutkan dalam ayat ( zalika al-kitabu la raiba fihi hudan lil muttaqin)
Dalam kalimat (‘ala hudan) terdapat faidah makna isti’la’ : kekokohan, ketetapan, dan
berpegang teguhnya mereka terhadap petunjuk. dikarenakan keadaan mereka yang sama
dengan keadaan orang yang dalam keadaan sesuatu dan konstan. Baik contohnya apakah dia
(Waulaika muflihun) artinya: yang selamat dan yang menang, selamat dari azab Allah ta’ala
Kegunaan pengulangan ism isyarah dan memberikan sisipan dhamir fashl ditengah untuk
pengkhususan petunjuk dan kemenangan itu untuk orang yang bertqwa, jadi hanya mereka
sudah jelas bagi kita dari setiap sifat orang bertaqwa yang disebutkan dalam ayat,
mereka berserah diri kepada Allah dan tunduk secara ilmu dan amal, secara akidah
dan syariat.
Ayat mensyariatkan bagaimana berserah diri kepad Allah taala, terdapat keterangan
tentang orang-orang yang tidak disifati dengan sifat itu. mereka terbagi 3 golongan:
Para peneliti memperhatikan ayat yang mulia ini meringkas keadaan golongan yang
golongan yang kedua, kemudian memisahkan kelompok satu dan membahas secara
mendalam penjelasan tentang keadaan dan kedudukan kelompok ketiga, seakan akan
ayat ini menggambarkan sebuah piramida yang menduduki posisi puncaknya adalah